Anda di halaman 1dari 53

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

REPUBLIK INDONESIA

PELATIHAN SYSTEM DYNAMICS


KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

1
SESI 2
Pemodelan Kebijakan
(Policy Modeling)

2
Outcomes
Pada akhir sesi ini, peserta dapat:
 memahami kerangka pemikiran (pendekatan)
pemodelan kebijakan (policy modeling); dan
 memahami prinsip suatu analisis/pemodelan
kebijakan (policy analysis/modeling).
Pertanyaan terhadap Fenomena (Perilaku)
a) Berapakah nilai (angka) besaran itu pada suatu titik
waktu yang akan datang? [point prediction]
(prakiraaan, prediksi masa depan)

b) Mengapa perubahan besaran tersebut seperti itu?


(why ?) Dan dengan cara bagaimanakah
mengubahnya? (how ?) [behavior prediction]
(menyusun strategi dan memformulasikan
kebijakan, analisis kebijakan atau policy analysis)
 Pemodelan Kebijakan (Policy Modeling)

4
Fenomena Daya Serap

Mengapa Caranya?

Mengapa perkembangan daya serap 2020-2021 relatif melamban, dan


bagaimanakah caranya agar ke depan perkembangannya lebih meningkat?
5
Fenomena Daya Serap:
(1) Struktur (structure) Perilaku (behavior) (2)
(unsur pembentuk fenomena dan pola (perubahan suatu besaran/variabel dalam suatu kurun
keterkaitan antar unsur tersebut) waktu tertentu, baik kuantitatif maupun kualitatif)

D
B

C
Fenomena sosial:
struktur fisik; dan
struktur pembuatan keputusan.
Untuk menyusun strategi dan memformulasikan kebijakan, pemahaman hubungan
struktur dan perilaku suatu fenomena sangat diperlukan.
6
Tiga (3) Pertanyaan yang Perlu Dijawab
dalam
Analisis Kebijakan (Pemodelan Kebijakan)
 Apa-apa sajakah kebijakan (strategi)-nya?
What ???
 Seberapa besarkah (angka/nilai) kebijakan-kebijakan tersebut?
Magnitude ???
 Bagaimanakah penjadwalan kebijakan-kebijakan tersebut?
Timing ???

7
Limits to Growth:
The 30-Year Update
By Donella Meadows,
Jorgen Randers, and
Dennis Meadows

8
Limits to Growth:
The 30-Year Update
By Donella Meadows, Jorgen
Randers, and Dennis Meadows
(A_Synopsis_Limits_to_Growth_The_30Year_Update)

9
World3’s core question:
How may the expanding global population and
material economy interact with and adapt to
the earth’s limited carrying capacity over the
coming decades?
To be more specific, the carrying capacity is a limit. Any
population that grows past its carrying capacity,
overshooting the limit, will not long sustain itself. And
while any population is above the carrying capacity, it will
deteriorate the support capacity of the system it depends
upon. If regeneration of the environment is possible, the
deterioration will be temporary. If
regeneration is not possible, or if it takes place only over
centuries, the deterioration will be effectively
permanent.

10
11
Kerangka Pemikiran (Pendekatan)
Membuat suatu model simulasi (pemodelan, modeling):
pemodelan kebijakan (policy modeling)
Policy (intervention)? Real world (fenomena)
Unknown process

Model suatu
Real world Real world fenomena adalah
decisions history deskripsi (penjelasan
atau gambaran)
struktur fenomena
Pemodelan ??? tersebut.

Model Model
structure behavior
Simulation

Model
12
Dasar Pikiran – Premise
(Dua aspek suatu fenomena)

(1) Struktur Perilaku (2)


(unsur pembentuk fenomena dan pola (perubahan suatu besaran/variabel dalam
keterkaitan antar unsur tersebut) suatu kurun waktu tertentu, baik kuantitatif
maupun kualitatif)
A

D
B

Fenomena sosial:
struktur fisik; dan struktur
pembuatan keputusan.
13
Logical Framework (Approach)
 Fenomena Gunung Es (The Iceberg Phenomenon)
Fenomena gunung es (the iceberg) ini menggambarkan bahwa sturktur yang
sistematis merupakan fondasi terbentuknya suatu pola (patterns) dan
kejadian (events). Namun struktur sistematis tersebut sulit untuk dilihat. Sering
kali kita hanya melihat kejadiannya saja (puncak dari gunung es), dan hal
tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan. Padahal kejadian (events)
hanyalah merupakan akibat (hasil) suatu struktur. Sehingga keputusan yang
dibuat berdasarkan kejadian (events) tidak akan menyelesaikan suatu
persoalan. Events

Ability to
intervene (create
Patterns
changes)

(Sumber: Innovation Associates)


Structure
14
Cara Pertanyaan yang
Tindakan Waktu Pemahaman dapat diajukan

Reaktif Saat ini “Bagaimana cara tercepat


Mengamati
untuk merespon kejadian
Kejadian kejadian ini?”

Tingkatan “Seperti apa


Adaptif Mengamati pola kecenderungan dan pola
Pemahaman Pola perubahan dari kejadian tersebut,
kejadian apakah terdapat
(Levels of pengulangan?”
Understanding)
Perubahan Masa depan Causal loop “Struktur seperti apakah
Struktur diagrams dan yang menyebabkan
metode systems terbentuknya pola
thinking lainnya tersebut?”

Sumber : Anderson, Virginia and Lauren Johnson, 1997: Systems Thinking Basics:
From Concepts to Causal Loops, Pegasus Communications, Inc. MA USA.

15
 Model suatu fenomena adalah deskripsi (penjelasan
atau gambaran) struktur fenomena tersebut yang
dinyatakan (diungkapkan) menggunakan bentuk-
bentuk media yang dapat dikomunikasikan.
 Iconic model (patung dan maket), graphical model
(grafik dan gambar), mathematical model (persamaan
matematik), tabular model (tabel input-output/tabel I-
O yang menyatakan transaksi antar-industri dalam
suatu perekonomian), dan computer model (model
matematik yang dapat dioperasikan atau
disimulasikan).

16
 Setiap manusia secara naluriah menggunakan suatu
model untuk membuat suatu keputusan (kebijakan),
model mental. Model mental tidak lengkap dan
kabur. Konsep sistem dan interpretasi terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam sistem, tidak
kita miliki secara lengkap. Selanjutnya, model mental
sering kali tidak adaptif terhadap konsekuensi-
konsekuensi dinamis yang muncul.
 “....... the human mind is not adapted to interpreting
how social systems behave. Our social systems
belong to the class called multiloop nonlinear
feedback systems.” (Forrester, 1970)

17
Model mental
Model mental adalah asumsi-asumsi, generalisasi-
generalisasi, atau bahkan gambaran-gambaran atau
imajinasi-imajinasi, yang melekat sangat dalam, yang
mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia
nyata dan bagaimana kita membuat (mengambil)
keputusan (aksi) (Senge, 1990).

18
Keputusan (decision/action)
Suatu keputusan (decision) atau aksi (action) dibuat untuk
mengubah status (keadaan) sistem (system state atau actual
state) agar berubah (bergerak) ke keadaan yang diinginkan
(desired state). Kerangka kerja (framework) suatu proses
pembuatan keputusan melibatkan sejumlah basis informasi
(actual state, desired state, dan informasi lainnya) yang
kemudian dikonversikan (ditransformasikan atau dialihkan)
menjadi suatu keputusan menggunakan strategi, struktur,
dan kaidah pembuatan keputusan (decision making rule atau
cultural norms). Ketiga hal ini, pada gilirannya, ditentukan
oleh model mental kita.

19
Keputusan berdasarkan model mental,

20
hasil yang tidak diharapkan!

Dibutuhkan suatu model eksplisit ???


21
Prinsip-Prinsip Pemodelan Kebijakan
 Model yang memenuhi syarat dan mampu dijadikan sarana
analisis untuk merumuskan (merancang) kebijakan haruslah
merupakan suatu wahana untuk menemukan jalan dan cara
intervensi yang efektif dalam suatu sistem (fenomena).
 Melalui jalan dan cara intervensi inilah perilaku sistem yang
diinginkan dapat diperoleh (perilaku sistem yang tidak
diinginkan dapat dihindari).

22
 Model yang dibentuk untuk tujuan seperti di atas haruslah
memenuhi syarat-syarat berikut:
a) Karena efek suatu intervensi (kebijakan), dalam bentuk perilaku,
merupakan suatu kejadian berikutnya; maka untuk melacaknya,
unsur (elemen) waktu perlu ada (dynamic);
b) Mampu mensimulasikan bermacam intervensi dan dapat
memunculkan perilaku sistem karena adanya intervensi tersebut;
c) Memungkinkan mensimulasikan suatu intervensi yang efeknya
dapat berbeda secara dramatik: (1) dalam konteks waktu (efek
jangka pendek vs jangka panjang, trade offs in time), dan (2)
dalam konteks sektoral (efek memperbaiki performance suatu
sektor yang berakibat memperburuk performance sektor yang
lain, trade offs between sectors); disebut dengan istilah dynamic
complexity (kompleksitas dinamik);
23
d) perilaku sistem di atas dapat merupakan perilaku yang pernah
dialami dan teramati (historis) ataupun perilaku yang belum
pernah teramati (pernah dialami tetapi tidak teramati atau belum
pernah dialami tetapi kemungkinan besar terjadi); dan
e) mampu menjelaskan mengapa (why) suatu perilaku tertentu
(transisi yang sukar misalnya) dapat terjadi.

24
Prinsip-Prinsip Membuat Model Dinamik
(Sterman, 1981)
 Keadaan yang diinginkan dan keadaan yang terjadi harus secara
eksplisit dinyatakan dan dibedakan di dalam model;
 Adanya struktur stok dan aliran dalam kehidupan nyata harus dapat
direpresentasikan di dalam model;
 Aliran-aliran yang secara konseptual berlainan cirinya harus secara
tegas dibedakan di dalam menanganinya;
 Hanya informasi yang benar-benar tersedia bagi aktor-aktor di dalam
sistem yang harus digunakan dalam pemodelan keputusan-
keputusannya;
 Struktur kaidah pembuatan keputusan di dalam model haruslah
sesuai (cocok) dengan praktek-praktek manajerial; dan
 Model haruslah robust dalam kondisi-kondisi ekstrem.
25
Kesahihan (validity) Model
 Dalam hubungannya dengan kesahihan (validity) model, suatu model
haruslah sesuai (cocok) dengan kenyataan empirik (realitas) yang ada.
 Model merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan
kenyataan tersebut (Burger, 1966).
 Upaya pemodelan haruslah memenuhi (sesuai dengan) metode
ilmiah. Saeed (1984) telah melukiskan metode ilmiah ini berdasarkan
kepada konsep penyangkalan (refutation) Popper (1969).
 Metode ini menyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai
banyak titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan
pembandingan yang berulang kali antara model dengan dunia nyata
(real world) melalui titik-titik kontak tersebut haruslah membuat
model menjadi robust.
26
Metode Ilmiah (Saeed, 1984)

Decision rules Patterns


experienced recognized
Unknown process

Real world Real world


Induction
decisions history

(epistemological: how our Contact point for


knowledge claims could be comparison
justified)

Model Model
structure behavior

Deductive logic
27
Usaha pertama dari penyelidikan ilmiah adalah upaya untuk
memahami bagaimana suatu perilaku dunia nyata muncul dari
strukturnya. Karena tidak ada cara langsung yang dapat digunakan
untuk mengetahuinya, suatu model yang mewakili struktur dunia
nyata itu harus dikonstruksikan dan perilakunya kemudian diperoleh
melalui logika deduktif. Struktur model ini didapat melalui suatu
proses induksi yang didasarkan kepada pengetahuan empirik
tentang dunia nyata tersebut. Pembandingan-pembandingan baik
struktur maupun perilaku model dengan struktur dan perilaku dunia
nyata akan menegakkan kepercayaan dalam model, dan pada
gilirannya kepercayaan itu akan menjadi dasar kesahihan model
tersebut (Kemeny, 1959).

28
Analisis
FENOMENA

Dengan melakukan

MEMANFAATKAN

ANALISIS METODOLOGI
MENGOPERASIKAN

diketahui MENGENDALIKAN
FUNGSI-FUNGSI
YANG DAPAT
DITEGAKKAN Dapat MEMBENTUK ATAU
Dapat dilacak FENO
STRUKTUR dilacak
MENCIPTAKAN
dan
•unsur pembentuk
dan digagas-
STRUKTUR- MENA
•pola keterkaitan STRUKTUR BARU
diketahui kan cara LAIN
untuk DGN MENGUBAH
POLA LAKU STRUKTUR ATAU
(behavior pattern) MENSINTESIS DGN
STRUKTUR LAIN
Sumber: Sasmojo (2000)
29
Dua (2) kesukaran:
1) menentukan batas-batas model (model boundary); dan
2) menentukan struktur pembuatan keputusan.

Saeed (1982):
• Pendekatan kotak hitam (black box approach), hubungan-hubungan
struktural biasanya dicari melalui suatu proses deduksi dari data
historis tentang perilaku fenomena. Penentuan variabel-variabel yang
penting yang harus masuk dalam model ditentukan melalui
pengujian-pengujian statistik berdasarkan data historis perilaku
fenomena tersebut.
 Menurut Black (1982), pendekatan ini sering menimbulkan
kesalahan-kesalahan spesifikasi dan identifikasi struktur
fenomena; karena adanya penyimpangan (bias) data.
30
• Alternatif lain adalah memodelkan struktur proses pembuatan
keputusan aktor-aktor dalam sistem (fenomena) berdasarkan struktur
informasi sistem yang di dalamnya terdapat aktor-aktor, sumber-sumber
informasi, dan jaringan aliran informasi yang menghubungkan keduanya.
Analogi fisik dan matematik untuk struktur informasi itu dapat dibuat
dengan mudah. Sebagai suatu analogi fisik, sumber informasi
merupakan suatu tempat penyimpanan (storage/level/stock), sedangkan
keputusan merupakan aliran (flow/rate) yang masuk ke atau keluar dari
tempat penyimpanan itu. Dalam analogi matematik, sumber informasi
dinyatakan sebagai variabel keadaan (state variable), sedangkan
keputusan merupakan turunan (derivative) variabel keadaan tersebut.

31
Proses pembuatan keputusan

Informasi yang Pembaharuan informasi


terakumulasi
Informasi dalam sistem
lingkungan

Informasi
baru yang
muncul

Aktor-aktor
Aksi-aksi

32
Struktur: (1) pembuatan keputusan; dan
(2) fisik.
Struktur pembuatan keputusan Proses pembuatan keputusan
Keadaan yang
diinginkan(goal)

Lainnya Kaidah (rule) Keputusan


Informasi
(aksi)

Keadaan
Proses pembuatan keputusan (actual state)
(Teori pembuatan keputusan)

Struktur fisik Hukum alam


33
Struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan
Proses pembuatan keputusan menyangkut fenomena-fenomena
yang dinamis. Fenomena dinamis ini dimunculkan oleh adanya
struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan yang saling
berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan
jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan. Sedangkan
struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi (stok) dan
jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor
(manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah
proses pembuatan keputusannya.

34
Struktur Suatu Fenomena Sosial

Struktur Struktur

S
fisik keputusan

Saling bergantung (interdependent, feedback/causal loop)

35
Tujuan Model
(Meadows, Donella H. (1980), Elements of the System Dynamics Method
edited by Jorgen Randers)

• General understanding modeling projects tend to be more process oriented


than product oriented; that is the process of making the model, and asking
questions systematically, and defining new conceptions may itself improve
understanding so much that, by the time the computer model is finished, it is
no longer needed. Its concepts and conclusions have been integrated into the
mental models of both modelers and clients .
• Policy formulation Theories about the cause of the problems will lead directly
to suggestions about the general directions in which a cure might be found.
Broad policy choices must be evaluated and compared to identify possible
trade-offs or synergies. The policy questions to be answered by a model are
still imprecise and generic at this stage, but the examination can be eliminated
to those points in the system that had been identified as potential policy foci.

36
• Detailed implementation required to carry out that policy.
A policy to promote family planning engenders numerous
further decisions about budgets personnel training,
geographic, distribution and educational techniques.

Tujuan suatu model analisis kebijakan lebih


berfokus pada General Understanding dan Policy
Formulation.

37
Model dikembangkan sesuai tujuannya:

• Prosedur pemodelan (modeling procedure)


akan berbeda sesuai dengan tujuan yang
diharapkan terpenuhi oleh model yang dibuat.
• Setiap model mempunyai beberapa
karakteristik; tujuan model akan menentukan
karakteristik-karakteristik mana yang akan
ditekankan/diutamakan.

38
Karakteristik suatu model, yang relatif cukup memadai,
menurut Randers (1980) adalah sebagai berikut ini.

1. Insight generating capacity; pemahaman sampai hal yang mendasar 


Common Understanding.
2. Descriptive realism; bisa mendiskripsikan kenyataan yang ada.
3. Mode reproduction ability; memiliki kemampuan mereproduksi.
4. Transparency; apa yang ada di dalam model dapat ditemukan di dunia
nyata.
5. Relevance; relevan terkait dengan isu terkini.
6. Ease of enrichment; mudah dikembangkan untuk hal lain.
7. Fertility; model dapat memunculkan pemikiran/pemahaman baru.
8. Formal correspondence with data; informasi/data yang digunakan
dalam model dapat dijumpai di dunia nyata.
9. Point predictive ability, berkemampuan untuk membuat prediksi.

39
Analisis kebijakan membutuhkan suatu model
yang berorientasi proses (process-oriented),
bukan berorientasi produk (product-oriented).

Process-oriented model lebih berfokus pada


butir 1 sampai dengan 7 di atas, sedangkan
product-oriented model lebih berfokus pada
butir 8 dan 9.

40
Aplikasi Pemodelan dalam
Perencanaan

41
Pertanyaan terhadap Fenomena (Perilaku)
a) Berapakah nilai (angka) besaran itu pada suatu titik
waktu yang akan datang? [point prediction]
(prakiraaan, prediksi masa depan)

b) Mengapa perubahan besaran tersebut seperti itu?


(why ?) Dan dengan cara bagaimanakah
mengubahnya? (how ?) [behavior prediction]
(menyusun strategi dan memformulasikan
kebijakan, analisis kebijakan atau policy analysis)
 Pemodelan Kebijakan (Policy Modeling)

42
Fenomena Daya Serap

Mengapa Caranya?

Mengapa perkembangan daya serap 2020-2021 relatif melamban, dan


bagaimanakah caranya agar ke depan perkembangannya lebih meningkat?
43
Fenomena Daya Serap:
(1) Struktur (structure) Perilaku (behavior) (2)
(unsur pembentuk fenomena dan pola (perubahan suatu besaran/variabel dalam suatu kurun
keterkaitan antar unsur tersebut) waktu tertentu, baik kuantitatif maupun kualitatif)

D
B

C
Fenomena sosial:
struktur fisik; dan
struktur pembuatan keputusan.
Untuk menyusun strategi dan memformulasikan kebijakan, pemahaman hubungan
struktur dan perilaku suatu fenomena sangat diperlukan.
44
Tiga (3) Pertanyaan yang Perlu Dijawab
dalam
Analisis Kebijakan (Pemodelan Kebijakan)
 Apa-apa sajakah kebijakan (strategi)-nya?
What ???
 Seberapa besarkah (angka/nilai) kebijakan-kebijakan tersebut?
Magnitude ???
 Bagaimanakah penjadwalan kebijakan-kebijakan tersebut?
Timing ???

45
Model dan Skenario
dalam
Siklus Perencanaan

46
Prakiraan (Forecasting) dan Skenario (Scenario)
• Prakiraan atau prediksi (point prediction
atau behavior prediction) dihasilkan
berdasarkan pengembangan beberapa
skenario.
• Skenario adalah urutan kejadian di masa
depan dengan mengambil pilihan-pilihan
sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.
(what if, sequence of event)

47
Prakiraan dalam Perencanaan
Siklus Perencanaan
• Agar keputusan (aksi,tindakan,
program) yang dibuat (dilaksanakan)
Prakiraan dapat mewujudkan tujuan (target,
goal) tersebut.

Agenda tindakan (keputusan, aksi,


Evaluasi Skenario Perencanaan program) yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan suatu tujuan
(target, goal).

Tindakan
• Ada beda waktu antara keputusan (aksi, tindakan)
dengan hasilnya (perwujudannya).
48
Model dalam Perencanaan
Siklus Perencanaan
• Agar keputusan (aksi,tindakan,
program) yang dibuat (dilaksanakan)
Prakiraan dapat mewujudkan tujuan (target,
goal) tersebut.

Agenda tindakan (keputusan, aksi,


Skenario program) yang akan dilaksanakan
Evaluasi Perencanaan untuk mewujudkan suatu tujuan
(target, goal).
Model

Tindakan
• Ada beda waktu antara keputusan (aksi, tindakan)
dengan hasilnya (perwujudannya).
49
Forecasting, planning, and policy formation
(Technological Planning and Social Futures
oleh Erich Jantsch, Associated Business Programmes Ltd., London, 1972)
 Policies, policy making, and policy sciences cannot be defined in an arbitrary way if
they are to have a meaning which ultimately can be translated into action. The
conception and implementation of policies form an integral and most important part of
the process of rational creative action, which has to be properly understood before
policies and policy making can be assigned their roles.
 We may conceive of the process of rational creative action as unfolding in the
interaction among four activities: forecasting, planning, decision making, and action.
These activities not only are linked to each other but are embedded in the succeeding
so that (Figure 1):
forecasting plus planning = planning process;
forecasting plus planning plus decision making = decision making process; and
forecasting plus planning plus decision making plus action = process of rational
creative action.
50
Figure 1: The process of rational creative action leading to innovation

Rational Creative Action

Decision making

Planning

Forecasting
Innovation

Forecasting plus planning = Planning process


Forecasting plus planning plus decision making = Decision making process
Forecasting plus planning plus decision making plus action = Process of rational creative action
51
“Bellagio Declaration on Planning”
 The pursuance of orthodox planning is quite insufficient, in
that it seldom does more than touch a system through
changes of the variables.
 Planning must be concerned with the structural design of
the system itself and involved in the formation policy.
 And it states as the first rule to be followed that the scope of
planning must be expanded to encompass the formulation of
alternative policies and the examination, analysis and explicit
stipulation of the underlying values and norms.

52
Rujukan
1. Burger, Peter L., T. Lockman (1966), The Social Construction of Reality, Allen lane.
2. Dornbusch, Rudiger and Fischer, Stanley (1997). Mulyadi, Julius A. (Alih Bahasa). Makro-ekonomi
(Edisi Keempat). Penerbit Erlangga.
3. Duncan, Richard C. (1991), “The Life-Expectancy of Industrial Civilization”, SYSTEM DYNAMICS ’91
Proceedings of the 1991 International System Dynamics Conference, Bangkok-Thailand, August 27-30,
1991.
4. Forrester, Jay W. (1961), Industrial Dynamics, Cambridge, Mass.: MIT Press.
5. Forrester, Jay W. (1969), Urban Dynamics, Cambridge, Mass.: MIT Press.
6. Forrester, Jay W. (1971), World Dynamics, Cambridge, Mass.: Wright-Allen Press.
7. Forrester, Jay W. and Peter M. Senge (1980), “Test for Building Confidence in System Dynamics
Models”, TIMS Studies in the Management Sciences.
8. Hamilton, H.R., et al. (1969), Systems Simulation for Regional Analysis, Cambridge, Mass.: MIT Press.
9. Kemeny, John G. (1959), A Philosopher Looks at Science, D.van Nostrand.
10. Parkin, Michael (1996). Macroeconomics (third edition). Addison - Wesley Publishing Company, Inc..
11. Popper, Karl R. (1969), Conjectures and Refutations, Routledge and Kegan Paul.
12. Richardson, G.P. & A.L. Pugh III (1981), Introduction to System Dynamics Modeling with Dynamo, The
MIT Press, Cambridge, Massachusetts.
13. Saeed, K. (1984), Policy-Modelling and the Role of the Modeller, Research Paper, Industrial
Engineering & Management Division, Asian Institute of Technology, Bangkok.
14. Saeed K. 1994. Development Planning and Policy Design: A System Dynamics Approach. Avebury.
15. Sasmojo, Saswinadi (2004), Sains, Teknologi, Masyarakat dan Pembangunan, Program Pascasarjana
Studi Pembangunan ITB.
16. Senge, Peter M. (1990), The Fifth Discipline : the art and practice of the learning organization,
Doubleday/Currency, New York.
17. Sterman, John D. (1981), The Energy Transition and The Economy: A System Dynamics Approach, PhD
Thesis, Cambridge : MIT.
18. Sterman, J.D. (2004), Business Dynamics: Systems Thinking and Modeling for a Complex World, Mc
Graw Hill.
53

Anda mungkin juga menyukai