Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem
Terdapat beberapa pandangan sistem menurut para ahli, menurut Schmidt
& Taylor (1970), sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen atau entitas
yang saling berinteraksi dan bereaksi antar antribut komponen tersebut untuk
mencapai satu tujuan tertentu. Menurut Gordon (1987), sistem merupakan suatu
kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam satu interaksi dan saling
berketergantungan. Menurut Blanchard (1991), sistem merupakan sekumpulan
elemen yang bekerja secara bersama untuk mencapai suatu tujuan.
Berdasarkan dari pengertian sistem menurut para ahli dapat disimpulkan
bahwa suatu sistem adalah suatu kumpulan dari komponen atau unsur yang
dianggap sebagai penyusun dari bagian dunia nyata yang dipertimbangkan, dan
unsur tersebut berhubungan satu sama lain dan dikelompokkan untuk tujuan dari
bagian dunia nyata tersebut.
Sistem produksi merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau elemen
yang saling berhubungan dan saling menunjang untuk melaksanakan proses
produksi dalam perusahaan tertentu (Ahyari, 2000).

2.2 Sistem Produksi


Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen
struktural dan fungsional. Sistem produksi modern didalamnya terjadi suatu
proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat
dijual dengan harga kompetitif di pasar. Sistem produksi memiliki beberapa
karakteristik adalah sebagai berikut:
1. Mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan satu sama lain dan
membentuk satu kesatuan yang utuh.

II-1
II-2

2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk


(barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di
pasar.
3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi
output secara efektif dan efisien.
4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa
optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya.
Sistem produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsional
yang berperan penting dalam menunjang sistem produksi itu. Komponen
struktural terdiri dari bahan baku, mesin, peralatan, tenaga kerja, modal, energi,
informasi, tanah, dan lain-lain. Komponen fungsional terdiri dari supervisi,
perencanaan, pengendalian, koordinasi, kepemimpinan yang kesemuanya
berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada
dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan
teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat
mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu (Gasperz, 1998).
Secara skematis sederhana sistem produksi digambarkan seperti dalam
Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Skema Sistem Produksi


(Sumber: Gaspersz, 1998)
II-3

Sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar


lebih efektif, produktif, dan optimal. Perencanaan dan pengendalian produksi
merupakan aktivitas dalam sistem produksi. Perusahaan merupakan kumpulan
dari subsistem-subsistem yang saling terkait untuk mencapai suatu tujuan. proses
produksi adalah aktivitas membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan
mesin, energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain (Gaspersz, 1998).

2.3. Model
Sebuah model didefinisikan sebagai representasi dari suatu sistem untuk
tujuan pembelajaran terhadap sistem. Dalam memodelkan sebuah sistem sangat
penting untuk memahami konsep dari sebuah sistem dan sistem pembatas (Arifin,
2008).
Pemahaman sistem tergantung pada latar belakang, cara pandang orang
yang mencoba mendefinisikannya. Menurut hukum sistem dipandang sebagai
kumpulan aturan-aturan yang membatasi baik oleh kapasitas sistem itu sendiri
maupun lingkungan tempat sistem itu berada, untuk menjamin keserasian dan
keadilan. kebutuhan mendasar jika ingin melakukan pemodelan simulasi ataupun
pengaplikasian metode analisis, karena pendekatan yang dipakai untuk
memecahkan masalah adalah pendekatan sistem (Arifin, 2008).
Maka dari itu, tidak memungkinkan untuk bereksperimen dengan
menggunakan sistem yang nyata, sehingga studi tentang sistem ini biasanya
dilakukan dengan menggunakan model. Model tidak hanya berfungsi sebagai
pengganti dari sistem tetapi juga penyederhanaan terhadap sistem tersebut.

2.3.1 Jenis Model


Model dapat dikategorikan menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok
pengkajian atau derajat keabstrakannya. Kategori umum adalah jenis model yang
pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi (1) ikonik, (2) analog dan (3)
simbolik (Arifin, 2008).
1. Model Ikonik (model fisik)
II-4

Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam bentuk
ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik mempunyai
karakteristik yang sama dengan dengan hal yang diwakili, dan terutama amat
sesuai untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik. Model ikonik
dapat berdimensi dua (foto, peta, cetak biru) atau tiga dimensi (prototip
mesin, alat). Apabila model berdimensi lebih dari tiga maka tidak mungkin
lagi dikonstruksi secara fisik sehingga diperlukan kategori model simbolik.
2. Model Analog (model diagramatik)
Model analog dapat mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan berubah
menurut waktu. Model ini lebih sering dipakai dari pada model ikonik karena
kemampuannya untuk mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang
dikaji. Contoh dari model analog ini adalah kurva permintaan, kurva
distribusi frekuensi pada statistik dan diagram alir.
3. Model Simbolik (model matematik)
Format model simbolik dapat berupa bentuk angka, simbol dan rumus. Jenis
model simbolik yang umumnya dipakai adalah suatu persamaan (equation).
Suatu persamaan adalah bahasa universal pada penelitian operasional dan
ilmu sistem, dimana dipakai suatu logika simbolis.
Pada umumnya, model matematis dapat diklasifikasikan menjadi dua
bagian. Suatu model adalah bisa statik atau dinamik. Model statik memberi
informasi tentang peubah-peubah model hanya pada titik tunggal dari waktu.
Model dinamik dilain pihak, mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah
model. Model yang mendasar pada teknik peluang dan memperhitungkan adanya
ketidakmenentuan (uncertainty) disebut model probabilistik atau model stokastik.
Lawan dari model ini adalah model kuantitatif yang tidak mempertimbangkan
peluang kejadian, dikenal sebagai model deterministik.
Pada beberapa perihal, sebuah model dibuat hanya untuk semacam
deskripsi matematis dari kondisi dunia nyata. Model ini disebut model numerik
dan banyak dipakai untuk mempermudah penelaahan suatu permasalahan. Apabila
perbandingan antara altenatif dilakukan, maka model disebut model optimalisasi.
II-5

Solusi model ini merupakan nilai optimum yang tergantung pada kriteria input
(Eriyatno, 2012).

2.4 Permodelan Sistem


Permodelan sistem adalah terjemahan bebas dari istilah “modeling”. Untuk
menghindari berbagai pengertian ataupun penafsiran yang berbeda-beda, maka
permodelan dapat diartikan sebagai suatu gugus aktivitas pembuatan model.
Sebagai landasan pengertian permodelan diperlukan suatu penelaahan tentang
model itu sendiri secara spesifik ditinjau dari pendekatan sistem (Eriyanto, 2012).
Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan
sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.
Model adalah suatu abstraksi dari realitas, maka pada wujudnya kurang kompleks
dari pada realitas itu sendiri. Model dapat dikayakan lengkap apabila dapat
mewakili berbagai aspek dari realitas yang sedang dikaji.
Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna
menemukan peubah-peubah apa yang penting. Penemuan peubah tersebut sangat
erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara
peubah. Dalam mencari telaah perihal yang kompleks dari penyelesaian masalah
organisasi, dua ahli sistem R.C. Flood dan M.C. Jackson, pada tahun 1991
mengajukan Total System Intervention (TSI). Perihal yang kompleks tersebut
disebut oleh mereka sebagai keruwetan (messes) yaitu begitu beragamnya masalah
dihadapi oleh para manajer dan pengambil keputusan (Eriyatno, 2012).

2.5 Simulasi Sistem


Simulasi dalam ilmu sistem mempunyai definisi dan peranan yang
spesifik. Simulasi adalah suatu aktivitas dimana pengkaji dapat menarik
kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem, melalui penelaahan
perilaku model yang selaras, dimana hubungan sebab-akibatnya sama dengan atau
seperti yang ada pada sistem yang sebenarnya. Manfaat utama dari penggunaan
simulasi adalah sifat fleksibilitasnya (Eriyatno, 2012).
II-6

Simulasi sistem memiliki banyak kelebihan namun tidak lepas pula dari
kekurangan-kekurangan. Kelebihan simulasi sistem adalah dapat menghemat
waktu, dapat mengurangi waktu prediksi analisis, mencakup berbagai variasi
sumber, mengoreksi kesalahan perhitungan, dapat dihentikan sesuai dengan
jumlah data yang dikehendaki, dan mudah diulang-ulang dengan nomor acak yang
berubah. Kelemahan simulasi sistem adalah tidak akurat. Teknik ini bukan proses
optimasi dan tidak menghasilkan sebuah jawaban tetapi hanya menghasilkan
sekumpulan hasil dari sistem pada berbagai kondisi yang berbeda. Dalam banyak
kasus, ketelitiannya sulit diukur. Model simulasi yang baik bisa jadi sangat mahal,
bahkan sering dibutuhkan waktu bertahun-tahun utuk mengembangkan model
yang sesuai. Tidak semua situasi dapat dievaluasi dengan simulasi. Hanya situasi
yang mengandung ketidakpastian yang dapat dievaluasi dengan simulasi, karena
tanpa komponen acak semua eksperimen simulasi akan menghasilkan
menghasilkan jawaban yang sama. Simulasi menghasilkan cara untuk
memecahkan masalah. Jadi, sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu solusi
atau pendekatan solusi yang akan diuji (Simatupang, 1994).

2.6 Kapasitas Produksi


Kapasitas adalah hasil produksi atau volume pemrosesan (throughput),
atau jumlah unit yang dapat ditangani, diterima, disimpan, atau diproduksi oleh
sebuah fasilitas pada suatu periode waktu tertentu (Heizer dan Render, 2009).
Kapasitas sering menentukan persyaratan modal sehingga mempengaruhi
sebagian besar dari biaya tetap. Kapasitas juga menentukan apakah permintaan
dapat dipenuhi, atau apakah fasilitas yang ada akan berlebih. Jika fasilitas terlalu
besar, sebagian fasilitasnya akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan
yang dibebankan pada produksi yang ada. Jika fasilitasnya terlalu kecil, pelanggan
dan pasar secara keseluruhan akan hilang. Oleh karena itu dengan tujuan
pencapaian tingkat utilisasi tinggi dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi,
penetapan ukuran fasilitas sangatlah menentukan.
Kapasitas adalah tingkat kemampuan berproduksi secara optimum dari
sebuah fasilitas biasanya dinyatakan sebagai jumlah output pada satu periode
II-7

waktu tertentu (Rangkuti, 2005). Manajer operasional memperhatikan kapasitas


karena, pertama, mereka ingin mencukupi kapasitas untuk memenuhi permintaan
konsumen, kedua, kapasitas mempengaruhi efisiensi biaya operasi, ketiga,
kapasitas sangat bermanfaat mengetahui perencanaan output, biaya pemeliharaan
kapasitas, dan sangat menentukan dalam analisis kebutuhan investasi.
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran suatu kuantitas keluaran dalam
periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang mungkin
selama periode waktu itu (Handoko, 1999).
Menurut Handoko (1999) jenis Kapasitas dapat di bagi atas :
1. Design Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana
pabrik dirancang.
2. Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang
menunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuan
memproduksinya.
3. Standard Capacity yaitu, tingkat keluaran per satuan waktu yang
ditetapkan sebagai sasaran pengoperasian bagi manajemen, supervisi, dan
para operator mesin, dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan
anggaran.
4. Actual / Operating Capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata per satuan
waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat.
5. Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih
rendah dari pada tinggi, tetapi lebih besar daripada standar) yang dapat
dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan
kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan,
mengurangi jam istirahat, dan sebagainya.

2.6.1 Sistem Perencanaan dan Pengendalian Kapasitas Produksi


Perencanaan dan pengendalian adalah dua fungsi manajemen yang tidak
dapat dipisahkan dalam setiap bidang kegiatan termasuk kegiatan produksi.
Perencanaan adalah langkah pertama dalam proses manajemen yang meliputi
II-8

penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan keputusan tentang
bagaimana cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut (Sukaria, 2009).
Sistem perencanaan dan pengendalian kapasitas produksi di bagi dalam 3
jenis menurut jangka waktu perencanaannya, antara lain :
1. Perencanaan jangka Panjang
Perencanaan jangka panjang pada dasarnya mencakup 4 sub-sistem
perencanaan yang bersifat hirarkis yaitu perencanaan bisinis, perencanaan
pemasaran dan perencanaan agregat (Sukaria, 2009).
2. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah adalah proses penyusunan rencana induk
produksi (Master Production Schedule) sebagai jabaran dari rencana agregat.
Pada umumnya, rentang waktu cakupan (Time Horizon) jadwal induk
produksi ialah antara 6-18 bulan tetapi tidak sedikit perusahaan
membatasinya hanya sampai 12 bulan (Sukaria, 2009).
3. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut perencanaan operasional
merupakan tahap akhir perencanaan produksi. Hasil akhir dari perencanaan
ini ialah sebuah rencana program yang siap di eksekusi. (Sukaria, 2009).

2.7 Promodel
Promodel merupakan suatu alat simulasi dan alat untuk merancang
animasi dengan cepat dan mudah dari model sistem manufaktur dengan berbagai
tipe, salah satu sistem yang dapat dirancang dengan promodel adalah sistem rantai
pasok. Promodel memberikan kombinasi yang baik dalam pemakaian, fleksibilitas
dan kemampuan untuk memodelkan suatu sistem nyata agar tampak lebih realistik
dengan adanya fitur animasi yang bisa bergerak dan bisa diatur kecepatan
geraknya. Promodel memberikan kesempatan kepada para sarjana dan manager
untuk mencoba ide-ide baru dalam perancangan sistem baru atau perbaikan dan
pengembangan sistem yang ada sebelum diterapkan, sehingga bisa menghemat
banyaknya sumber daya yang diperlukan untuk sistem yang nyata (Benson, 1997).
II-9

Promodel erat kaitannya dengan utilisasi sumber daya, optimasi kapasitas


produksi, produktivitas, penjadwalan produksi dan tingkat persediaan. Dengan
memodelkan elemen penting dari suatu sistem produksi dan tingkat persediaan.
Dengan memodelkan elemen penting dari suatu sistem produksi seperti hal-hal di
atas, dapat melakukan eksperimen dengan berbagai strategi dan rancangan operasi
untuk mendapatkan hasil terbaik. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana
sistem operasi, aliran bahan, operasi logikanya, kerja operatornya dan lintasan
kerja operatornya. Koreksi gagal otomatis akan membantu bagi pemula Promodel
dalam membuat suatu model simulasi sistem. Dalam Promodel, selama simulasi
berlangsung dapat diamati animasi dari kegiatan yang sedang berlangsung dan
hasil dari simulasi akan ditampilkan dalam bentuk grafik yang bentuknya bisa
diubah-ubah, baik warna, judul, tampilan dan bentuk tampilannya (Benson, 1997).

2.8 Komponen Promodel


Beberapa hal yang perlu diketahui sebelum bekerja dengan promodel
adalah perbedaan antara entitas (entity) dengan sumber daya (resource).
Dibeberapa buku ada yang menyebutkan bahwa sumber daya adalah termasuk
entitas, tetapi disini dalam Promodel entitas berbeda dengan sumber daya
(Benson, 1997). Ada enam komponen utama untuk membuat suatu model
simulasi dengan menggunakan Promodel, yaitu:
1. Location
Location merupakan tempat atau layout dari model suatu sistem, yang berisi
gambar latar belakang dari sistem seperti gambar ruangan tempat yang berisi
mesin-mesin, lokasi tempat operator, gudang bahan atau produk jadi, lokasi
tempat barang gagal, dan sebagainya. Lokasi adalah komponen - komponen
statis sehingga tidak ikut bergerak selama simulasi dijalankan.
2. Entities
Entities adalah benda-benda yang diproses dalam sistem, seperti pallets,
bahan baku, produk dari proses sebelumnya, produk gagal, bahkan lembar
kerja. Masing-masing entitas punya nama dan dapat direpresentasikan dengan
satu atau lebih grafik selama simulasi.
II-10

3. Path network
Path network merupakan lintasan dimana sumber daya bergerak disepanjang
lintasan yang dibuat. Arah lintasan bisa satu atau dua arah, dan bisa dibuat
berdasarkan faktor jarak atau faktor waktu.
4. Resources
Resources adalah orang atau pekerja, peralatan dan alat pemindah material
yang lain yang digunakan untuk memindahkan entitas, melakukan operasi
seperti inspeksi dan melakukan perbaikan dan pemeliharaan mesin-mesin.
5. Processing
Processing menunjukkan proses yang dialami suatu entitas. Seperti pada
operator diatas berapa lama operator menunggu pemindahan material, dan
setelah itu berapa lama waktu prosesnya.
6. Arrivals
Arrivals menunjukkan tempat atau lokasi dimana entitas tiba pada suatu
sistem yang diartikan untuk pertama kalinya. Misalnya nasabah datang pada
kasir, yang dimaksud dengan kedatangan dalam hal ini adalah lokasi
kedatangannya di kasir, berapa jumlah yang datang pada suatu periode waktu
tertentu, berapa kali kejadiannya dan setiap berapa menit setiap nasabah
datang ke kasir (Benson, 1997).

2.10 Penelitian Terdahulu


Eka Kurniawati, Annisa dkk (2014) dalam penelitiannya yang berjudul
peningkatan kapasitas produksi pada divisi cutting di PT Bina Busana Internusa.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kapasitas produksi yang tidak
mencukupi kebutuhan konsumen. Mengetahui setiap minggunya, PT Bina Busana
Internusa hanya dapat memproduksi kemeja Valino lengan Panjang sebanyak
2595 unit, kemeja Valino lengan pendek sebanyak 239 unit, kemeja Van Hausen
lengan panjang 1165 unit, dan kemeja Harry Martin 579 unit. Hal ini disebabkan
oleh kekurangan kapasitas mesin dan jumlah operator yang terdapat pada divisi
cutting.
II-11

Wibowo, Agus dan Demi Ramadian (2010) dalam penelitiannya yang


berjudul model simulasi kinerja produksi teh. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui minimasi work in process, WIP terlama terjadi pada SK
pendinginan, karena pada SK tersebut memiliki rata-rata jumlah menunggu yang
terbanyak. Berdasarkan scenario 1 rata-rata WIP the yaitu 28.722 setelah
melakukan penambahan kapasitas mesin pendinginan maka didapatkan jumlah
kapasitas terbaik yaitu 9 bath sekali proses dengan WIP 28.446.
Kirana Hapsari, Victor Suhandi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul
usulan peningkatan kapasitas dengan meningkatkan kinerja lini produksi. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja lini produksi melalui model
simulasi, alternatif tindakan yang dilakukan untuk pencapaian output perusahaan
sebesar 43 unit NSeries per shift dan 11 unit F-Series per shift adalah dengan
menekan waktu memacu. Namun, sebelum melakukan penekanan waktu memacu,
terlebih dahulu melakukan pengendalian kerusakan yang terjadi pada ruangan,
karena proses sentuhan ini merupakan proses akhir pada lukisan untuk
menanggulangi kerusakan yang dihasilkan dari seluruh proses toko cat
sebelumnya. Pengendalian kerusakan antara lain dengan memperhatikan
kesesuaian area kamar serta ketepatan waktu dan temperatur yang digunakan pada
proses pengovenan. Selain itu, penambahan waktu proses persiapan selama 1
menit dari data aktual perusahaan dilakukan, dengan tujuan agar proses persiapan
dapat dilakukan dengan teliti dan tidak terburu-buru, dengan harapan kerusakan
dari setiap masing-masing stasiun kerja menurun, sehingga mempengaruhi
penurunan waktu memacu diakhir proses di toko cat.
Renty Anugerah Mahaji Puteri, Wiwik Sudarwati (2016) dalam penelitian
ini berjudul pengukuran keseimbangan dan simulasi promodel di PT Caterpillar
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keseimbangan dan
simulasi promodel, pengukuran keseimbangan kondisi saat ini yaitu efisiensi lini
sebesar 58,25 %, waktu menganggur 41,74%, waktu tidak produktif 592,3 menit,
kelancaran relatif 266,97 dan kapasitas produksi unit/hari/orang. Gambaran
simulasi promodel didapat hasil 8 stasiun kerja, dengan penggunaan terhadap
operator yang bekerja adalah sebesar 74.30%, Untuk area yang digunakan
II-12

operator selama transportasi dalam perjalanan didapatkan hasil keluaran sebesar


0,56%.

Anda mungkin juga menyukai