Anda di halaman 1dari 11

KRISTOLOGI

Candra Wijaya

A. Latar Belakang
Kematian Kristus merupakan suatu puncak karya yang terbesar sepanjang dunia ini.
Sebelum Kristus mati, Ia menderita dalam proses kematian-Nya. Yesus tidak mati secara
langsung namun Ia harus mengalami berbagai penderitaan hal itu dilakukan karena untuk
menebus dosa kita semua. Karena cintanya kepada manusia.
Alkitab berkata dalam Yoh 3 : 16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada –Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal”. Dalam ayat ini jelas bahwa
misi Yesus kedunia ini adalah karena Dia mengasihi semua umat Manusia, sehingga Dia rela
berkorban mati diatas kayu salib untuk menebus dosa kita.
Seringkali timbul pertanyaan, mengapa Tuhan Yesus yang adalah Allah semesta Alam,
Penguasa bumi, Raja segala Raja, rela hidup menderita didunia bagi manusia ? dan apa
dampaknya dalam kehidupan manusia ?
Charles C. Ryre dalam bukunya Basic Theology1 mengemukakan bahwa ada alasan
mengapa Yesus menderita bagi manusia :
- Perlunya penderitaan
Karena manusia telah penuh dosa dan tak berdaya sama sekali, maka harus ada seorang
lainnya yang turun tangan untuk memperdamaikannya untuk dapat bersekutu dengan Allah
yang suci. Karena dosa membawa pemisahan antara manusia dengan Allah. Dan setiap
orang yang lahir didalam dunia ini dibawah kutukan, karena hubungannya dengan adam
(Rm 5:12), karena juga sifat dosa yang dibawa setiap orang sejak lahir
(Ef. 2 : 3). Selain itu semua orang berbuat dosa yang merupakan buah yang tidak dapat
dielakkan dari sifat dosa itu (Rm. 3 : 9-23).
- Pribadi yang menderita
Meskipun dalam Alkitab ada begitu banyak alasan yang dinyatakan untuk Inkarnasi2, tetapi
hal yang paling penting ialah bahwa Ia ingin menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
mereka (Mat. 1 : 21). Dan untuk melaksanakan hal ini maka harus terjadi inkarnasi; yaitu,
Allah yang menjelma didalam daging. Allah telah menyatakan bahwa hukuman dosa ialah
maut. Berhubung Allah tidak dapat mati , maka harus terjadi suatu Inkarnasi agar ada tabiat
atau sifat manusia yang bisa mengalami kematian dan dengan demikian membayar hukuman
dosa.
- Penderitaan – penderitaan dalam ketaatan


1
Charles C. Ryre, Teologi Dasar 2, ANDI, Hal:21-23
2
Arti dari “Inkarnasi” adalah berasal dari bahasa Latin incarnation, in yang berarti masuk ke dalam,
caro/carnis yang berarti daging. Kata inkarnasi ini tidak tidak ada dalam Alkitab. Namun ada beberapa bagian
Alkitab Yunani yang berbicara mengenai ‘mengambil tubuh’ yang dalam bahasa Latin disebut in carne sebagai
padanan kata Incarnatio. (Joab Menak Sinaga, Makalah Kristologi Tentang Inkarnasi, Hal. 8)



82
Penderitaan – penderitaan yang dialami Kristus dalam Kematian-Nya telah dinamakan
ketaatan-Nya yang pasif dalam teologi Protestan Klasik. Ketaatan pasif ini berlawanan
dengan ketaatan Kristus yang aktif yang Dia perlihatkan selama hidup-Nya. Hidup-Nya
tentu saja merupakan kehidupan dalam ketaatan Kristus yang aktif yang Dia perhatikan
selama hidup-Nya. Hidup-Nya tentu saja merupakan kehidupan dalam ketaatan. Hal ini
diawali dengan kesediaan-Nya untuk menerima Inkarnasi (Ibr. 10:5-10) dan diteruskan
dalam sepanjang kehidupan-Nya di dunia (Luk. 2 : 52; Yoh 8 : 29). Melalui penderitaan Ia
telah belajar menjadi taat (Ibr. 5 : 8).
Maka, semakin jelaslah bahwa kematian Kristus merupakan Karya-Nya puncak
penderitaan-Nya untuk menebus dosa manusia. Dalam kehidupan-Nya Yesus memulainya
dengan penderitaan. Mulai dari lahir sampai mati dikayu salib.
Dr. Thomas Wang dalam bukunya Kristologi3, mengungkapkan bahwa nilai penderitaan
Kristus menjadi teladan bagi kehidupan murid-muridnya. Dan murid – murid Yesus telah
belajar gaya hidup menderita dari Guru mereka, karena itu mereka bersedia untuk hidup
menderita. Bahkan, Paulus sendiri berkata bahwa dalam tubuhnya ia memiliki tanda – tanda
milik Yesus, dan ia sendiri telah mengikuti teladan hidup Yesus. Dan itulah sebabnya rasul
Paulus berkata, “ Ikutilah teladanku seperti aku mengikuti teladan Kristus.” Yesus berkata
kepada murid-muridNya untuk memikul salib dan menjadi seperti biji gandum yang jatuh ke
tanah dan mati sehingga banyak buah yang akan dihasilkan.

B. Rumusan Masalah.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang :
- Rencana Besar Keselamatan
- Asal – usul hukuman salib
- Kronologi Penyaliban Yesus
- Tujuh Perkataan Terakhir Yesus di Kayu Salib
- Pendapat yang keliru tentang penyaliban Yesus

Pembahasan.
A. Rencana Besar Keselamatan Dalam Perjanjian Lama
Rencana Besar tentang rencana Allah untuk menyelamatkan manusia terdapat dalam
Kejadian 3 : 15 “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara
keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan
meremukkan tumitnya."4 Thomas Wang berpendapat bahwa ayat ini merupakan tulang
punggung Alkitab yang berhubungan dengan semua cerita, pengajaran dan peristiwa di dalam
Alkitab.
Ayat dalam Kejadian 3 : 15 memberi penjelasan bahwa setelah kejatuhan Adam dalam
dosa, Yesus mengatakan kepada Iblis bahwa ia akan melakukan suatu hal dengannya. Tetapi,
keputusan ini diputuskan secara bersama diantara pribadi Allah Trinitas. Allah Bapa sebagai
perencana, membuat rencana keselamatan dan memutuskan untuk mengutus Allah Anak
kedalam dunia ini untuk menyelamatkan umat manusia. Dan rencana tersebut adalah :
• Allah Anak akan datang ke dunia dalam rupa manusia
• Allah Anak akan lahir melalui seorang perempuan

3
Thomas Wang, Kristologi, AMI Publication, Hal 343
4
Ibid., 295-296

83
• Keturunan Iblis akan memerangi keturunan perempuan
• Keturunan Iblis akan meremukkan tumit keturunan perempuan
• Keturunan perempuan akan meremukkan kepala keturunan Iblis.
Hal ini menunjukkan bahwa keturunan perempuan tersebut akan menang dalam
peperangan. Dan keturunan perempuan ini menunjuk pada Yesus Kristus. Untuk muncul sebagai
pemenang atas Iblis, Kristus akan member pukulan akhir yang mematikan kepada si jahat
melalui kebangkitan-Nya.
Bayangan awal tentang kematian Kristus sebagai korban dalam Alkitab, dapat kita temukan
dalam Kejadian 22, yaitu Kisah Abraham dan Ishak. Allah berjanji akan memberikan anak
kepada Abraham dan Sara pada masa tua mereka dan anak itu adalah Ishak. Namun, Allah
meminta Abraham untuk mengorbankan Ishak dengan pisau dan api di Gunung Moria. Abraham
taat dan menuntun Ishak yang memikul kayu untuk membuat api dalam perjalanan panjang ke
gunung itu: “Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke
atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya
berjalan bersama-sama.” (Kej. 22:6) ayat ini merupakan pararel dengan Kristus yang memikul
“kayu” salib diatas pundak-Nya untuk mempersembahkan diri-Nya sendiri.
Kitab Keluaran memberikan bayangan tentang kematian Kristus sebagai korban pengalaman
Paskah, yang sejak saat itu dirayakan oleh orang Yahudi untuk memperingati kebebasan mereka
dari perbudakan di Mesir.
Keluaran 6:6 “Sebab itu katakanlah kepada orang Israel: Akulah TUHAN, Aku akan
membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka
dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat.”
Menurut Mark A. Marinella, M.D., F.A.C.P. 5mengatakan bahwa Keluaran 6:6 ini mungkin
menyiratkan tipe kematian selanjutnya yang akan dijalani Mesias dalam menebus dosa manusia.
Ayat ini juga menyiratkan kematian yang mengerikan yang akan dialami Yesus ribuan tahun
berikutnya.
Dalam Kitab Imamat, tugas imam, yang berkaitan dengan penyembelihan dan
pengorbanan binatang untuk menebus dosa Israel digambarkan secara rinci. Lalu ia harus
menyembelih domba jantan yang akan menjadi korban penghapus dosa bagi bangsa itu dan
membawa darahnya masuk ke belakang tabir, kemudian haruslah diperbuatnya dengan darah itu
seperti yang diperbuatnya dengan darah lembu jantan, yakni ia harus memercikkannya ke atas
tutup pendamaian dan ke depan tutup pendamaian itu Dengan demikian ia mengadakan
pendamaian bagi tempat kudus itu karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala
pelanggaran mereka, apapun juga dosa mereka. Demikianlah harus diperbuatnya dengan Kemah
Pertemuan yang tetap diam di antara mereka di tengah-tengah segala kenajisan mereka. (Im.
16:15-16)
Bilangan pasal 21 merupakan gambaran yang tidak diragukan lagi tentang nubuatan
penyaliban atau “peninggian” Anak Manusia karena memikul dosa kita di tiang atau
kayu salib. Dan hal ini sama seperti percakapan Yesus dengan Nikodemus.
Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah berdosa,
sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya
dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. Maka
berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang;
maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup." Lalu Musa membuat ular

5
Mark A. Marinella, M.D.,F.A.C.P., Yesus yang disalib bagiku, Andi, Hal 3

84
tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia
memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup. (Bil. 21 : 7-9). Dan sama seperti Musa
meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya
setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3 : 14-15)
Gambaran yang paling jelas dalam penyaliban adalah dalam : Ulangan 21:22–23
"Apabila seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati,
kemudian kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-
malaman pada tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab
seorang yang digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan
TUHAN, Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."
Beberapa gambaran yang paling dramatis terdapat dalam kitab Mazmur. Mazmur 22
sering disebut sebagai “Mazmur Salib”. Beberapa ahli berpendapat bahwa Yesus kemungkinan
menggenapi seluruh Mazmur sementara Dia tergantung diatas kayu salib. Hal ini terungkap
dalam ucapan yang paling terkenal oleh Yesus dari Mazmur ini ditemukan dalam ayat 1.
“Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh
dan tidak menolong aku.”
Yesaya 53, “Hamba Tuhan yang menderita”, mungkin menawarkan nubuat Perjanjian
Lama yang paling jelas dan terkenal tentang penderitaan Kristus. Dalam konteks ini, pasal 53
menubuatkan bahwa bangsa Israel akan menolak hamba yang akan dating, yang sesungguhnya
adalah Mesias yang akan datang. Yesaya menggambarkan hamba yang akan datang ini sebagai
hamba yang sederhanadan biasa dalam penampilannya, yang membuat banyak orang
mengabaikan bahwa Dia memiliki nilai penting. Ayat yang paling kuat dan gamblang yang
berkaitan dengan penyaliban ditemukan dalam Yesaya 53 : 5 “Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”
Selain dari kitab Yesaya, Zakharia 3 : 8-9 melengkapi referensi Perjanjian Lama tentang
penderitaan Kristus.
Dengarkanlah, hai imam besar Yosua! Engkau dan teman-temanmu yang duduk di
hadapanmu — sungguh kamu merupakan suatu lambang. Sebab, sesungguhnya Aku akan
mendatangkan hamba-Ku, yakni Sang Tunas. Sebab sesungguhnya permata yang telah
Kuserahkan kepada Yosua — satu permata yang bermata tujuh — sesungguhnya Aku akan
mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan
menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja. (Zak. 3:8-9. Ayat ini merujuk pada
“Sang Tunas”, yaitu Mesias. Penghapusan dosa negeri itu dalam satu hari mungkin merujuk
pada penyaliban dan kematian Yesus. Masih banyak ayat – ayat yang merujuk pada kematian
Kristus, namun dalam makalah ini tidak dapat disebutkan semuanya. Hanya beberapa ayat yang
mewakili.

B. Asal Usul Hukuman Salib


Kata Yunani untuk salib adalah σταυρον (stauron) atau σκολοπσ (skolops). Dalam
bahasa Latin, salib disebut crux simplex, yang berarti sebatang kayu, dan dipahami sebagai dua
balok kayu yang saling bersilang membentuk sudut 90 derajat sehingga terbagi dalam empat
arah. Salib mengacu pada hukuman terberat yang sangat brutal oleh orang – orang kuno.
Alkitab mencatat bahwa penyaliban sudah ada sejak zaman Musa. Ulangan 21 : 22-23 “Apabila
seseorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian
kaugantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada

85
tiang itu, tetapi haruslah engkau menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang
digantung terkutuk oleh Allah; janganlah engkau menajiskan tanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu menjadi milik pusakamu."
Dalam Ulangan 21 : 22-23 pada zaman Musa dalam sejarah Yahudi, korbannya biasanya
dilempari batu terlebih dulu, kemudian setelah mati digantung di pohon, sebagai tontonan umum
tentang kutukan Allah dan manusia. Tindakan penyaliban dimana tertuduh diikat di pohon,
tiang, atau salib sebagai sarana kematian dan kemudian diperkenalkan oleh budaya non-Yahudi.6
Pada zaman Yesus Kristus, Romawi merupakan bangsa yang menerapkan penyaliban
sebagai metode utama hukuman mati. Romawi secara rutin menyalibkan para pemberontak
terutama orang Yahudi. Misalnya, pada 4 SM bangsa Romawi menyalibkan sekitar 2.000 orang
Yahudi. Yosephus ahli sejarah pada abad pertama mencatat penyaliban massal yang terjadi
selama perang Yahudi, termasuk penganiayaan dibawah Kaisar Tiberius pada 19 SM,
penghancuran Yerusalem pada 70 M yang mengakhiri negara Yahudi, dan akhirnya
pemberontakan Bar-Kochba yang gagal untuk memulihkan negara Yahudi pada 135 M.
Penyaliban massal oleh tentara Romawi juga dicatat oleh Lucius Anneus Seneca (4 – 65 M).
Dan sistem hukuman penyaliban dihapuskan oleh kaisar Romawi Kristen pertama, Konstantin I,
pada 337 M.

C. Kronologi Penyaliban Yesus


Perjamuan Terakhir
Malam sebelum disalibkan, Yesus berkumpul dengan murid – murid- Nya untuk makan
Perjamuan Paskah terakhir. Dalam Perjamuan itu Dia mengungkapkan Perjanjian Baru yang
Simbolik : “Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat,
memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: "Ambillah,
makanlah, inilah tubuh-Ku." Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu
memberikannya kepada mereka dan berkata: "Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab
inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan
dosa. (Mat. 26:26-28).
Selain itu Yesus juga menyingkapkan bahwa salah seorang yang makan bersama-Nya
meja malam itu akan mengkhianati Dia dan menyebabkan kematian-Nya (Mrk. 14 :18). Dan hal
ini merupakan penggenapan nubuat dalam Mazmur 41 : 9 “Bahkan sahabat karibku yang
kupercayai, yang makan rotiku, telah mengangkat tumitnya terhadap aku.” Dan orang itu tentu
saja adalah Yudas Iskariot, yang mengkhianati Yesus demi 30 keping uang perak.
- Doa di Taman Getsemani
Setelah berdoa Yesus dan murid-murid-Nya pergi ketaman. Yesus membawa Petrus,
Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya untuk berdoa:
Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama
Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku
pergi ke sana untuk berdoa."Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya.
Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat
sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." (Mat.
26 : 36-38)


6
Ibid, Hal. 22

86
Getsemani adalah taman kecil yang terletak di lereng Bukit Zaitun, tepat di timur laut
Yerusalem. Kata Getsemani berarti “perasaan minyak”7 dan merujuk pada perasaan minyak
dari panen zaitun. Sesungguhnya Yesus, seperti zaitun, akan diperas dan ditekan oleh
prajurit Romawi, dan darah-Nya akan mengalir keluar dari tubuh-Nya seperti minyak yang
keluar dari zaitun yang ditekan.
- Penangkapan Yesus
Saat ditangkap, Yesus sedang berdoa di Taman Getsemani. Dan Getsemani ini merupakan
tempat yang sering digunakan Yesus dan para murid-Nya untuk berkumpul (Yoh 18:2).
Baru saja Yesus berdoa maka datanglah Yudas Iskariot beserta rombongan yang membawa
pedang dan pentung. Rombongan ini dipimpin oleh Yudas Iskariot yang telah mendapat
upah atas jasanyamenyerahkan Yesus kepada mereka. Dan penangkapan itu telah
diisyaratkan oleh tanda “ciuman persahabatan” agar tidak terlalu mencurigakan.
Waktu Yesus masih berbicara, muncullah Yudas, salah seorang dari kedua belas murid itu,
dan bersama-sama dia serombongan orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh
oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua.Orang yang menyerahkan Dia telah
memberitahukan tanda ini kepada mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah
Dia dan bawalah Dia dengan selamat."Dan ketika ia sampai di situ ia segera maju
mendapatkan Yesus dan berkata: "Rabi," lalu mencium Dia.Maka mereka memegang Yesus
dan menangkap-Nya. (Markus 14 : 43 – 46)
Dalam masa itu budaya ciuman merupakan tanda hormat dan penundukan, sekaligus kasih
sayang. Namun, ciuman yang dilakukan oleh Yudas bukanlah ciuman penghormatan, melainkan
ciuman pengkhianatan oleh karena kepentingan pribadi dari Yudas Iskariot.
- Pengadilan
Yesus mengalami masa malam terpanjang dalam hidup-Nya. Dia menghabiskan waktu
sampai matahari terbit untuk diadili atas kejahatan penghujatan dan pemberontakan. Selama
dipengadilan Yesus dituduh melakukan dosa penghujatan. Dan banyak sekali saksi palsu
yang muncul. Dan mereka akhirnya memutuskan Yesus bersalah ketika imam besar berkata :
Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup,
katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Jawab Yesus:
"Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu
akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas
awan-awan di langit " Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia
menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya.
(Mat. 26 : 63-65)
Kemudian Yesus dibawa kehadapan Pontius Pilatus, dalam perjalanan-Nya Yesus dipukul
dan diludahi oleh orang – orang dan pasukan Romawi. Ahli teologi G.C. van Niftrik dan B.J.
Boland 8 mengungkapkan dalam bukunya Dogmatika Masa Kini bahwa nama Pontius
Pilatus adalah nama yang disebut setiap hari Minggu diseluruh dunia di dalam kebaktian –
kebaktian Gereja Kristen maupun Katolik. Disimpulkan bahwa ada beberapa arti dari
sebutan Pontius Pilatus dalam Pengakuan Iman :
• Pertama, dengan tambahan “di bawah pemerintahan Pontius Pilatus” ditetapkanlah
waktunya penderitaan dan kematian Yesus.


7
Ibid., Hal. 34
8
G.C Van Nifttrik & B.J Boland , Dogmatika Masa Kini, BPK, Jakarta, Hal. 248 - 249

87
• Kedua, Pontius Pilatus adalah satu – satunya orang kafir yang disebutkan didalam
pengakuan Iman Gereja Kristen. Pontius Pilatus adalah bukan berasal dari Yahudi. Dalam
hal ini Pontius Pilatus seolah –olah mewakili dunia orang kafir, yang didalamnya kita sendiri
tergolong juga (Kis 4 : 27-28). Para Pemimpin Yahudi sudah menyerahkan Yesus kepada
orang kafir itu, tetapi Allah membuat kejahatan ini menghasilkan berkat bagi seluruh dunia.
• Ketiga, Pontius Pilatus mewakili dunia bangsa-bangsa pada umumnya akan tetapi ia
mewakili kuasa duniawi, yakni pemerintah dan politik.
- Penyesahan
Menyesah dengan cambuk khusus, merupakan satu proses yang dikenal sebagai
hukuman penyiksaan, mendahului penyaliban Romawi. Penyesahan dimaksudkan untuk
membuat korban lemah, bukan untuk membunuhnya.
Kemudian serdadu-serdadu membawa Yesus ke dalam istana, yaitu gedung pengadilan, dan
memanggil seluruh pasukan berkumpul Mereka mengenakan jubah ungu kepada-Nya,
menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Kemudian mereka mulai
memberi hormat kepada-Nya, katanya: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Mereka memukul
kepala-Nya dengan buluh, dan meludahi-Nya dan berlutut menyembah-Nya. (Mrk. 15:16-19)
Ketika mengalami penyesahan ini Yesus mengalami penderitaan yang hebat baik dari segi
psikologi dan dari segi tubuhnya.
- Perjalanan Ke Golgota dan Penyaliban Yesus
Setelah disesah, Yesus diarak keluar kota ketempat penyaliban, kesisi bukit batu yang
disebut Golgota, yang dalam bahasa Aram berarti ‘ tempat tengkorak’. Beberapa orang
berpendapat bahwa tempat ini dinamai seperti itu karena tebing batu terjal tersebut
mempunyai bentuk tengkorak manusia. Sedangkan yang lain berpendapat bahwa nama ini
berasal dari fakta bahwa tulang tengkorak dari penyaliban sebelumnya disebarkan ke tanah.
Yesus memulai perjalanan kurang lebih 1 km ke Golgota dalam keadaan kehabisan tenaga dan
hampir shock. Potongan kayu yang berat, kasar, dan penuh serpihan kayu yang pasti
menimbulkan rasa perih ketika kayu itu menggosok luka yang terbuka. Sehingga ia pun harus
ditolong oleh Simon orang Kirene untuk memikul salib Yesus.
9
Erick Unarto , dalam bukunya “Mengenal Benda- benda Alkitab Dan mengungkapkan
Kisah – kisah Menarik Didalamnya” menyatakan :
o Penyaliban dirancang untuk membuat orang yang disalib mati perlahan-lahan karena sesak
napas.
o Kedua tangan orang yang disalib diikat atau dipaku ke balok salib, dan kedua pergelangan
kakinya dipaku ke sisi kiri dan kanan tiang salib.
o Ketika kayu salib diangkat, berat badan tertarik kebawah dan mempersulit pernapasan.
Bernapas dengan tangan terangkat akan terasa menyakitkan. Oleh karena itu, mereka yang
disalibkan akan menekan kaki mereka sehingga dapat membusungkan dada dan bernapas
dengan lebih lega.
o Untuk mempercepat kematian terdakwa, para prajurit Romawi akan mematahkan kaki
mereka sehingga mereka tidak dapat menekan kaki dan membusungkan dada untuk
bernapas.
o Karena prajurit Roma melihat Yesus sudah meninggal, mereka tidak mematahkan kaki
Yesus. Hal ini tertulis dalam Kitab Yohanes 19:32-36 yang berbunyi, “Maka datanglah
prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang

9
Jonar S. , Via Dolorosa Membawa Kemenangan, ANDI, Hal. 139-140

88
disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan
melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, tetapi seorang dari antara
prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan
air. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan kesaksian ini dan kesaksiannya
benar, dan ia tahu, bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya. Sebab hal
itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: "Tidak ada tulang-Nya yang
akan dipatahkan.
o Meski demikian, seorang serdadu menikamkan tomabk ke lambung Yesus. Kemungkinan
besar tombak itu menembus jantung sehingga air dan darah keluar. Air berasal dari cairan
plasma darah yang menumpuk di jantung Yesus karena Dia mengalami lemah jantung.
Darah berasal dari organ tubuh yang robek tertembus tombak prajurit Romawi tersebut.
D. Tujuh Perkataan terakhir Yesus diatas kayu salib.
Selama proses pengadilan-Nya, Yesus telah banyak mengalami penghinaan dan olokan.
Berbagai tuduhan kejahatan dilontarkan kepada-Nya untuk memberatkan hukuman yang akan
ditanggung-Nya. Tidak ada umpatan atau makian yang terlontar dari mulut-Nya kepada oprang –
orang yang menyalibkan Dia. Ucapan yang disampaikan Yesus adalah ucapan yang memberkati
dan memberikan kemenangan.
Menurut Jonar T.H. Situmorang, M.A10 bahwa ada tujuh perkataan Yesus yang terakhir itu
adalah :
- Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka
perbuat." (Lukas 23 : 34)
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kata ini :
Pertama, bahwa Yesus masih dapat berseru kepada Bapa-Nya. Dalam penderitaan yang
berat Yesus masih dapat berseru memanggil Bapa-Nya. Meskipun, Dia diperlakukan dengan
tidak adil dan menanggung derita atas penderitaan-Nya. Sebaliknya, Dia menyerukan
permohonan pengampunan bagi mereka yang telah menganiaya mereka.
Kedua, Pengampunan11 yang Yesus Ajarkan. Yesus selalu mengajarkan pengampunan bagi
para murid dan banyak orang lainnya. Hal ini dapat kita lihat dalam : Mat 5 : 23-24; Mat.
5:44;Mat. 6 :12; Mat. 6 :14-15. bahkan kepada Petrus, Yesus mengajarkan pengampunan
yang tak terbatas.
- Kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau
akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus " (Lukas 23 : 43)
Makna perkataan Yesus yang kedua adalah adanya suatu kepastian keselamatan. Ada
empat hal yang diajarkan melalui penjahat ini :
Pertama, Mengubah arah. Orang yang hidup dalam pertobatan harus mengubah arah
perjalanan hidupnya menjadi berfokus pada Kristus.
Kedua, Mengenal arti dosa dan bertobat. Bukan hanya tahu apa itu dosa melainkan
meninggalkan dosa dan berpaling pada Allah.
Ketiga, Menerima Karya Kristus. Yesus pernah berkata bahwa Dia adalah kebangkitan
dan hidup (Yoh. 11:25). Dalam Yesus, kita beroleh kebangkitan dan hidup.


10
Ibid, Hal. 146
11
Kata Pengampunan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pembebasan hukuman atau
tuntutan.

89
Keempat, Iman yang tertuju pada Yesus Kristus. Dengan iman yang teguh, penjahat yang
bertobat itu berkata, Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang
sebagai Raja”(Luk. 23:42).
- Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah
Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-
Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.
(Yoh 19:26-27)
Dalam ayat ini mengajarkan bahwa Yesus mengajarkan bagaimana teladan seorang
anak terhadap ibunya yang mempunyai kewajiban, dan teladan murid-murid Yesus
yang bertanggung jawab.
- Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. Kira-
kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?"
Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Mendengar itu,
beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." (Mat. 27 : 45-47)
Mengajarkan kepada kita bahwa tidak seorang manusia yang pernah mengalami
penderitaan seberat yang dialami Yesus. Seruan ini juga memiliki makna bahwa
merupakan tekanan yang berat yang Yesus alami,dimana tangan-Nya terpaku diatas
kayu salib, dan Yesus merasa sendiri pada waktu itu.
- Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--
supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!" (Yoh. 19 : 28)
Seruan haus tersebut merupakan amanat bagi kita untuk memberi pertolongan
kepada sesama. Rasa haus itu menyimbolkan kehidupan dalam persekutuan dengan
Allah.
- Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai " Lalu Ia
menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya. (Yoh 19:30)
Dalam buku Dogmatika Masa Kini karya G. van Niftrik dan B.J. Boland. Melihat
dari kata kerjanya, kata ini mempunyai arti :
1. Sudah diakhiri (misalnya, pekerjaan)
2. Sudah dicapai (tujuan)
3. Sudah dilaksanakan (perbuatan)
4. Sudah digenapi (hukum,dsb)
5. Sudah diselesaikan (perkara)
6. Sudah dibereskan (utang).
-
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawa-Ku. " Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya
Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya:
"Sungguh, orang ini adalah orang benar!" Dan sesudah seluruh orang banyak, yang
datang berkerumun di situ untuk tontonan itu, melihat apa yang terjadi itu, pulanglah
mereka sambil memukul-mukul diri. (Lukas 23 : 46 – 48)
Makna dari perkataan ini adalah bahwa Yesus menyerahkan nyawa-Nya , Yesus taat
sampai mati (Flp. 2 :8), kematian Yesus menjadi jaminan (1 kor 15:54-57).

E. Teori – teori yang salah terhadap kematian Kristus


Beberapa teori yang salah tentang kematian Kristus antara lain:
1. Teori Accidental berpendapat bahwa salib dalam kehidupan Kristus merupakan sesuatu yang
tidak Dia ketahui sebelumnya atau disebut juga unforeseen. Kematian di Golgota bukanlah

90
sesuatu yang direncanakan Allah bagi Anak-Nya. Kematian Kristus terjadi secara kebetulan,
tidak diketahui sebelumnya, dan tidak ditetapkan-Nya. Oleh karena itu, kematian Kristus
sama saja dengan kematian martir lainnya.
2. Teori Martir berpendapat bahwa kematian Yesus Kristus adalah sama dengan kematian para
martir seperti rasul Yohanes, Simon Petrus, Policarpus, dan para martir lainnya, yang rela
mengurbankan nyawa mereka bagi kebenaran.
3. Teori teladan Moral berpendapat bahwa kematian Kristus merupakan tindakan untuk
membenarkan kembali konsep hidup manusia. Kematian-Nya mengubah hati manusia, serta
membantu mereka untuk bertobat sehingga manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Karena melihat adanya sedikit perubahan serta pertobatan tersebut, Allah mengampuni
mereka.
4. Teori Kasih Allah berpendapat bahwa kematian-Nya menunjukkan betapa besar kasih Allah
kepada manusia. Manusia tidak pernah memahami maksud hati Allah yang sesungguhnya.
Pada masa Perjanjian Lama, jauh sebelum kelahiran Kristus kedunia, manusia sudah
mengenal kasih Allah . Oleh karena itu, manusia seharusnya sudah memahami maksud kasih
Allah.

PENUTUP
A. Makna Kematian Kristus
Paul Enns dalam bukunya The moody handbook of theology,12 menyatakan beberapa makna
kematian Kristus:
- Subtitusi
Penekanan dalam Perjanjian Baru bahwa Kristus mati sebagai pengganti orang berdosa.
Kematian-Nya disebut vicarious, artinya “seorang sebagai pengganti yang lain.” Kata
ganti dalam Yesaya 53 menekankan subtitusi “Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita
menjadi sembuh.”
- Penebusan
Kebenaran yang berkaitan adalah bahwa kematian Kristus menyediakan penebusan. 1
Korintus 6 : 20 menyatakan bahwa orang percaya : “telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar.” Akibat lebih lanjut dari kematian Kristus adalah bahwa manusia, yang telah
terpisah dan diasingkan dari Allah, sekarang diperdamaikan dengan Dia. Permusuhan
dan pemberontakan telah diangkat (Rm. 5 : 10)
- Pendamaian
Kematian Kristus juga menyediakan pendamaian, artinya bahwa tuntunan dari Allah
akan kebenaran dari Allahyang kudus telah dipuaskan sepenuhnya. (Roma 3 :25).
- Pengampunan
Kematian Kristus mengakibatkan pengampunan bagi orang berdosa. Allah tidak dapat
mengampuni dosa tanpa pembayaran yang seharusnya; kematian Kristus menyediakan
alat yang sah secara hokum, sehingga Allah dapat mengampuni dosa. (Kol 2:13)
- Justifikasi
Hasil lebih lanjut dari kematian Kristus adalah justifikasi bagi orang berdosa yang
percaya. Justifikasi juga merupakan tindakan hukum Allah sebagai hakim yang

12
Paul Enns, The Moody handbook of theology Jilid 1, SAAT, Hal. 285-286

91
mendeklarasikan orang berdosa yang percaya sebagai orang yang dibenarkan. (Roma 5
:1)

B. Kesimpulan
Penderitaan Kristus hingga kematian-Nya bukanlah sekadar pelajaran yang telah dibahas
dalam materi ini. Namun, merupakan suatu karya yang terbesar yang pernah terjadi di dunia ini.
Dan kematian-Nya menjadi sejarah bagi dunia ini. Suatu tujuan yang mulia yang Tuhan berikan
dalam hidup kita bahwa kematian-Nya memberikan pendamaian dalam hidup kita. Kematian-
Nya memberikan mujizat kesembuhan, dan pemulihan.
Melalui penderitaan Kristus juga memberikan teladan bagi kita, bahwa ketika kita
menderita kita melihat bahwa penderitaan kita tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan
Kristus.
Penderitaan-Nya memberikan kita makna bahwa ketika kita menderita didunia ini
sesungguhnya hanya sementara saja atau sekejap saja. Ketika kita menderita percayalah bahwa
Yesus memberikan teladan bagi kita, akan tiba waktunya kemuliaan juga kita alami.
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut
merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya
tidak berbuat dosa. (Ibrani 4:15) “Kematian Yesus diatas kayu Salib, merupakan mahakarya
yang agung, suatu pembuktian cinta kasih kepada Manusia untuk beroleh hidup Kekal, dan
saatnya Kita memberitakan kabar baik ini.”

Sumber Pustaka
1. Enns, Paul. 2010, Buku Pegangan Teologi Jilid – 1.Malang: SAAT.
2. Ryrie, Charles C. 2010, Teologi Dasar 2, Yogyakarta : ANDI Offset
3. Niftrik, G.C. Van & Boland, B.J. 1997. Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia
4. Marinella, Mark A.2009. Yesus yang Disalib Bagiku, Yogyakarta: ANDI Offset
5. Unarto, Erich. Tt, Mengenal Benda-benda Alkitab Dan Mengungkap Kisah- kisah Menarik
Di Dalamnya. Jakarta :Yerushalayim.
6. Goni, Moody D. Diktat Kristologi, Malang : STT Yestoya
7. Sinaga, Joab M.2012. Makalah Kristologi tentang Inkarnasi, Malang: STT Yestoya
8. Hwang, Thomas Dr.Tt. Kristologi, Korea, AMI

92

Anda mungkin juga menyukai