Kemudian seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan
segera mengalir keluar darah dan air ( Yoh 19 : 34 ), yang selalu diartikan sebagai
lambang-lambang dari Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis yang memberi hidup.
Renungkan betapa dalamnya apa yang terjadi dalam kisah sengsara! Pada saat
penyaliban, Yesus - korban yang tak berdosa dan tak bercela, mengambil alih semua dosadosa kita dan menanggung-Nya Sendiri. Ia tidak saja menanggung dosa-dosa kita dan
menanggung hukuman bagi kita akibat dosa; tidak, Yesus Sendiri menjadi korban silih atas
dosa-dosa kita. Ia, sebagai Imam, mempersembahkan Diri-Nya Sendiri di altar salib.
Dengan Darah-Nya, Ia menghapus dosa. Tetapi, tidak seperti anak domba Paskah yang
disembelih, dipanggang dan disantap, Kristus bangkit dari antara orang mati, menang dan
berkuasa atas dosa dan maut. Ia sungguh telah membebaskan kita dari perbudakan dosa,
menunjukkan kepada kita jalan keselamatan, dan memberikan kepada kita janji akan
kehidupan kekal. Ia telah mengadakan perjanjian yang baru, yang sempurna, dan yang
abadi dengan Darah-Nya Sendiri. Oleh sebab itu St. Petrus mendesak kita, Sebab kamu
tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau
emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat... ( 1Pet 1 : 18 19 ).
Hendaknya kita senantiasa ingat bahwa gambar anak domba mengingatkan kita akan
kemenangan. Kitab Wahyu menekankan gagasan ini dengan gambaran akan Anak Domba
yang dikelilingi oleh para malaikat, makhluk-makhluk dan tua-tua, yang berseru dengan
suara nyaring, Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan
kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian !
( Why 5 : 12 ). Yesus adalah Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan ( Why 17 :
14 ) yang akan menjadi pemenang atas kekuatan jahat dan yang akan mengundang orangorang benar ke perjamuan nikah Anak Domba ( Why 19 : 9 ), yaitu persekutuan Gereja,
Yerusalem baru, di surga bersama Allah.
Oleh karena alasan inilah Agnus Dei dinyanyikan pada saat pemecahan Hosti yang telah
dikonsekrasikan. St. Yohanes Krisostomus menyampaikan khotbahnya bagaimana hosti
yang dipecah-pecahkan melambangkan Sengsara Kristus: Apa yang tidak diderita Kristus
di Salib, Ia derita dalam kurban ini demi kalian. Madah Agnus Dei sendiri merupakan
seruan permohonan kepada Kristus dan kenangan akan wafat-Nya sebagai kurban dalam
bentuk madah kemenangan Anak Domba. Iman ini kemudian dipertegas kembali ketika
imam mengangkat Hosti yang telah dipecah-pecahkan sambil berkata, Inilah Anak Domba
Allah yang menghapus dosa-dosa dunia, berbahagialah mereka yang diundang ke
perjamuan-Nya. (Atau, dalam terjemahan harafiahnya dari bahasa Latin, berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan Anak Domba, yang lebih sesuai dengan gambaran
dalam Kitab Wahyu).
Sementara kita merayakan misteri Pekan Suci, kita memandang Anak Domba yang
sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Patutlah kita berkumpul sekeliling altar
Anak Domba, mempersembahkan kepada-Nya hati kita dan berikrar setia untuk menjadi
hamba-hamba-Nya, agar kita boleh menyambut-Nya dan dipersatukan dengan-Nya dalam
Ekaristi Kudus.