Anda di halaman 1dari 2

Anak Domba Allah:

( dari Kitab Keluaran sampai Kitab Wahyu )


oleh: Romo William P. Saunders *
Mengapa Yesus disebut Anak Domba Allah ?
Inikah sebabnya mengapa kita menyanyikan Anak Domba Allah dalam Perayaan Misa ?
~ seorang pembaca di Colonial Beach
Guna memahami mengapa gelar Anak Domba Allah dikenakan pada Kristus, pertamatama kita harus memahami makna perayaan Paskah. Sekitar tahun 1250 SM, bangsa
Israel dijadikan budak di tanah Mesir. Allah yang Mahakuasa mendengar jerit tangis umatNya: Keluaran 2 : 24 mengatakan, Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia
mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Tuhan mengutus
Musa untuk membebaskan umat-Nya dari belenggu penindasan. Sesudah Musa
mengadakan sembilan tulah, Firaun masih tetap bertegar hati. Akhirnya, Tuhan
memerintahkan Musa agar setiap keluarga mengambil seekor anak domba berumur satu
tahun, jantan, dan tak bercela ; menyembelihnya, dan memberi tanda dengan darahnya
pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu dari setiap rumah di mana mereka makan
daging anak domba yang dipanggang dengan roti tak beragi dan sayur pahit. Malam itu,
Malaikat Maut akan melewati rumah-rumah yang dilindungi darah anak domba, tetapi ia
akan merenggut nyawa anak-anak sulung dari rumah-rumah yang tidak dilindungi darah
anak domba. Karena korban darah itulah, Firaun akhirnya membiarkan orang Israel pergi ;
dari perbudakan menuju kebebasan, dari tanah dosa menuju Tanah Terjanji, dan dari mati
menuju hidup baru.
Para nabi mempergunakan gambaran anak domba untuk menggambarkan Mesias.
Yesaya menubuatkan, Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak
membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian ; seperti induk
domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka
mulutnya. ( Yes 53 :7 ). Tetapi, gambar anak domba memiliki arti ganda : Mesias akan
menjadi sekaligus anak domba yang dikurbankan untuk menghapus dosa dan hamba yang
menderita. Yang menarik, ketika berbicara kepada sida-sida Etiopia yang sedang membaca
nas ini dari Kitab Yesaya, St. Filipus menjelaskan kepadanya bagaimana nas itu menunjuk
kepada Kristus dan bagaimana Ia menggenapinya ( Kis 8:26 dst ).
Namun demikian, dalam Injil, Yesus teristimewa dinyatakan sebagai Anak Domba Allah
dalam arti baik sebagai kurban penebus dosa dan sebagai hamba yang menderita.
Sementara Yohanes Pembaptis di sungai Yordan mewartakan kedatangan Mesias, ia
melihat Yesus dan berseru, Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia !
( Yoh 1:29 ). Setelah memberitahukan untuk ketiga kalinya tentang sengsara, wafat dan
kebangkitan-Nya, Yesus menegaskan, Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu,
hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara
kamu, hendaklah ia menjadi hambamu ; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang." ( Mat 20 : 26 28 ).
Gambaran tentang Anak Domba Allah menjadi jelas dalam kisah sengsara. Dalam Injil
St. Yohanes, Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus pada siang hari persiapan Paskah
( Yoh 18:28, 19:14 ), yaitu pada jam di mana para imam mulai menyembelih anak-anak
domba Paskah di Bait Allah. Setelah penyaliban, Injil mencatat bahwa mereka tidak
mematahkan satu pun tulang-Nya supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci ( Yoh
19:36 ) ; nas ini sesuai juga dengan Kitab Keluaran ( 12 : 46 ) dan Kitab Bilangan ( 9; 12 )
di mana satu tulang pun dari anak domba Paskah tidak boleh dipatahkan.
1

Kemudian seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan
segera mengalir keluar darah dan air ( Yoh 19 : 34 ), yang selalu diartikan sebagai
lambang-lambang dari Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis yang memberi hidup.
Renungkan betapa dalamnya apa yang terjadi dalam kisah sengsara! Pada saat
penyaliban, Yesus - korban yang tak berdosa dan tak bercela, mengambil alih semua dosadosa kita dan menanggung-Nya Sendiri. Ia tidak saja menanggung dosa-dosa kita dan
menanggung hukuman bagi kita akibat dosa; tidak, Yesus Sendiri menjadi korban silih atas
dosa-dosa kita. Ia, sebagai Imam, mempersembahkan Diri-Nya Sendiri di altar salib.
Dengan Darah-Nya, Ia menghapus dosa. Tetapi, tidak seperti anak domba Paskah yang
disembelih, dipanggang dan disantap, Kristus bangkit dari antara orang mati, menang dan
berkuasa atas dosa dan maut. Ia sungguh telah membebaskan kita dari perbudakan dosa,
menunjukkan kepada kita jalan keselamatan, dan memberikan kepada kita janji akan
kehidupan kekal. Ia telah mengadakan perjanjian yang baru, yang sempurna, dan yang
abadi dengan Darah-Nya Sendiri. Oleh sebab itu St. Petrus mendesak kita, Sebab kamu
tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari
nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau
emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah
anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat... ( 1Pet 1 : 18 19 ).
Hendaknya kita senantiasa ingat bahwa gambar anak domba mengingatkan kita akan
kemenangan. Kitab Wahyu menekankan gagasan ini dengan gambaran akan Anak Domba
yang dikelilingi oleh para malaikat, makhluk-makhluk dan tua-tua, yang berseru dengan
suara nyaring, Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan
kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian !
( Why 5 : 12 ). Yesus adalah Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan ( Why 17 :
14 ) yang akan menjadi pemenang atas kekuatan jahat dan yang akan mengundang orangorang benar ke perjamuan nikah Anak Domba ( Why 19 : 9 ), yaitu persekutuan Gereja,
Yerusalem baru, di surga bersama Allah.
Oleh karena alasan inilah Agnus Dei dinyanyikan pada saat pemecahan Hosti yang telah
dikonsekrasikan. St. Yohanes Krisostomus menyampaikan khotbahnya bagaimana hosti
yang dipecah-pecahkan melambangkan Sengsara Kristus: Apa yang tidak diderita Kristus
di Salib, Ia derita dalam kurban ini demi kalian. Madah Agnus Dei sendiri merupakan
seruan permohonan kepada Kristus dan kenangan akan wafat-Nya sebagai kurban dalam
bentuk madah kemenangan Anak Domba. Iman ini kemudian dipertegas kembali ketika
imam mengangkat Hosti yang telah dipecah-pecahkan sambil berkata, Inilah Anak Domba
Allah yang menghapus dosa-dosa dunia, berbahagialah mereka yang diundang ke
perjamuan-Nya. (Atau, dalam terjemahan harafiahnya dari bahasa Latin, berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan Anak Domba, yang lebih sesuai dengan gambaran
dalam Kitab Wahyu).
Sementara kita merayakan misteri Pekan Suci, kita memandang Anak Domba yang
sengsara, wafat dan bangkit demi keselamatan kita. Patutlah kita berkumpul sekeliling altar
Anak Domba, mempersembahkan kepada-Nya hati kita dan berikrar setia untuk menjadi
hamba-hamba-Nya, agar kita boleh menyambut-Nya dan dipersatukan dengan-Nya dalam
Ekaristi Kudus.

Anda mungkin juga menyukai