Anda di halaman 1dari 2

PASKAH

“Kematian yang Menghidupkan”


Dr. Kasieli Zebua, M.Th.

Setiap tahun umat Kristen di seluruh dunia merayakan Paskah, tidak terkecuali tahun ini sekalipun di tengah
wabah Covid-19 yang mematikan dan mengancam nyawa ribuan manusia di seluruh dunia. Pemerintah
menganjurkan agar setiap orang “stay at home” untuk mengantisipasi penyebaran virus ganas ini. Semua
dikondisikan untuk berkumpul bersama keluarga, menjaga kesehatan dan social distancing dengan orang lain.

Apakah secara kebetulan kalau situasi dan kondisi perayaan Paskah tahun ini, mengingatkan kita pada Paskah
perdana dalam sejarah bangsa Israel ketika TUHAN menulahi Mesir dan membebaskan umat-Nya dari
perbudakan orang Mesir? Ada hal yang lebih bermakna daripada menjawab pertanyaan tersebut ialah sebagai
orang percaya yang “stay at home” bersama dengan keluarga, hendaknya menggunakan momentum ini untuk
menghayati lebih dalam makna Paskah yang sesungguhnya.

Topik “Paskah - Kematian yang Menghidupkan” dalam artikel singkat ini membahas dua hal penting yakni Paskah
pertama di Mesir yang setiap tahun diperingati dan dirayakan oleh umat Israel, dan kedua ialah Paskah sebagai
penggenapan seluruh rencana Allah dalam menyelamatkan manusia berdosa.

Paskah - Anak Domba yang Disembelih

Pertama kali TUHAN memerintahkan untuk mengadakan Paskah ialah ketika TUHAN melepaskan umat Israel
keluar dari Mesir (Keluaran 12). Inilah Paskah perdana yang penuh dengan sukacita bagi Israel, tetapi kengerian
yang mencekam bagi seluruh orang Mesir.

Dengan kuasa TUHAN orang Israel keluar dari Mesir, dari penderitaan dan perbudakan yang begitu menyakitkan.
Segala perbuatan Tuhan yang begitu dahsyat yang ditimpakan kepada Mesir menunjukkan kuasa Tuhan yang
melebihi kuasa apapun yang ada di Mesir. Namun suatu hal yang begitu menarik untuk kita perhatikan bahwa
Tuhan memerintahkan untuk setiap keluarga menyembelih seekor anak domba sebagai domba Paskah.

Mengapa pembebasan ini harus dengan mengorbankan anak domba, yang tidak bercela atau “tidak berdosa”?
Berapa banyak anak domba yang harus disembelih pada malam itu secara bersamaan? Mungkin ada orang yang
pernah menghitung berapa banyak anak domba yang disembelih oleh orang Israel, tetapi jumlahnya pasti
ratusan bahkan ribuan ekor. Sekiranya ada “Hak Asasi Hewan” mungkin mereka akan berteriak melakukan
demonstrasi besar-besaran menuntut keadilan kepada Musa. Mereka mungkin berkata, mengapa kami menjadi
korban, padahal kami tidak memiliki kesalahan apa-apa. Mengapa demi keselamatanmu dan kemenanganmu,
darah kami dicurahkan dan kami dibunuh? Sayangnya mereka hanya domba yang pasrah. TUHAN
mengingingkan darah domba-domba ini menjadi tanda keselamatan bagi Israel. Oleh darah kematian domba-
domba ini, maka setiap anak sulung di Israel terlepas dari kematian, dan bangsa Israel terlepas dari perbudakan
Mesir.

Kalau kita membaca dan mengamati Keluaran pasal 12 tersebut, ada dua poin penting mengapa TUHAN
memerintahkan untuk menyembelih anak domba jantan, yang tidak bercela dan berumur setahun di setiap
rumah tangga orang Israel, yakni: Pertama, sebagai tanda Perlindungan dan Keselamatan. Malam itu merupakan
klimaks tulah atas Mesir, setiap anak sulung baik manusia maupun binatang dibunuh oleh TUHAN, tetapi setiap
anak sulung Israel yang rumahnya memiliki tanda darah pada setiap ambang atas dan kedua tiang pintu
rumahnya dilewati oleh TUHAN. Kedua, sebagai tanda Kelepasan dan Kemenangan. Pada malam itu juga,
TUHAN membawa mereka keluar dari Mesir, dari tempat perbudakan dan penderitaan ke tanah Perjanjian.

Bukan karena TUHAN tidak mengetahui setiap rumah orang Israel sehingga harus menggunakan tanda darah di
setiap pintu-pintu rumah mereka. Bukan pula TUHAN tidak mengenal setiap anak sulung orang Mesir untuk
dibunuh, tetapi TUHAN menunjukkan suatu “tanda” yang membedakan antara umat-Nya Israel dengan Mesir
yang tidak percaya TUHAN. Keluaran 12:13, “Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah di mana
kamu tinggal…” Umat TUHAN memiliki tanda darah sebagai bukti perlindungan dan keselamatan.

TUHAN memerintahkan supaya peristiwa yang dahsyat ini diperingati dan dirayakan setiap tahun, turun-temurun
sebagai Paskah bagi TUHAN. Setiap perayaan Paskah ini, ribuan anak domba Paskah disembelih (bnd. 2
Tawarikh 35:6-9). Ini merupakan ketetapan TUHAN bagi Israel supaya mereka selalu mengingat dan bersyukur
atas karya TUHAN yang telah membebaskan dan menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Tuhan tidak
menyayangkan nyawa domba-domba yang begitu banyak, juga tidak memperhitungkan berapa besar nilai
domba-domba itu jika dikonversi dalam mata uang karena bagi TUHAN nyawa umat-Nya lebih berharga dari
apapun (bnd. Matius 12:12).

Paskah - Kristus, Anak Domba yang Disembelih

Sebelum membahas lebih lanjut, maka ada baiknya kita mencermati beberapa pertanyaan penting berikut ini.
Apakah perayaan Paskah orang Kristen sama dengan perayaan paskah orang Israel? Mengapa perayaan Paskah
orang Kristen tidak menyembelih anak domba yang berumur setahun dan yang tidak bercela? Apakah Tuhan
memerintahkan orang Kristen untuk mereyakan Paskah? Artikel singkat ini tidak sedang berusaha untuk
menjawab semua pertanyaan tersebut, tetapi berusaha menjelaskan bahwa kematian Kristus telah
menghidupkan kita orang yang percaya kepada-Nya.

Beberapa ayat dalam Alkitab menunjukkan kebenaran bahwa Kristus adalah anak domba Allah. Yohanes
Pembaptis berkata: Lihatlah Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29, 35). 1 Korintus 5:7
menyatakan bahwa Kristus adalah anak domba Paskah yang telah disembelih (bnd. Wahyu 5:12; 7:14; 13:8).
Gelar Anak Domba bagi Kristus merupakan penggenapan seluruh bentuk kurban dalam Perjanjian Lama
termasuk penggenapan sebagai anak domba Paskah. Ibrani 10:1-10 memberitahukan bahwa segala kurban
menurut hukum Taurat adalah “bayangan” dari apa yang sesungguhnya yaitu persembahan tubuh Yesus Kristus
sebagai kurban untuk keselamatan yang sempurna.

Kematian Kristus di kayu salib sebagai Anak Domba yang disembelih merupakan kematian kurban, dimana Ia
dengan kerelaan menyerahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban bagi penebusan manusia berdosa. Ia mati bukan
kerena berdosa, tetapi karena kasih-Nya yang besar atas manusia supaya manusia dimerdekakan dari
perbudakan dosa. 2 Korintus 5:21, Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (bnd. Roma 8:3-4).

Rasul Petrus seorang saksi mata penderitaan Kristus, ia menuliskan: Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah
ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang
fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama
seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat (1 Petrus 1:18-19). Rasul Petrus menunjukkan
betapa mahal dan bernilai darah Kristus jauh melebihi segala harta benda kekayaan dunia ini, darah yang tak
bernoda dan tak bercacat. Ditegaskan lagi oleh penulis Ibrani, “…betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan
menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah
yang hidup” (Ibrani 9:14).

Kematian Kristus dan kuasa darah salib-Nya telah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Kolose 1:20);
melepaskan kita dari dosa (Wahyu 1:5; Efesus 1:7) dan menyelamatkan kita dari murka Allah (Roma 5:9). Di
dalam Dia kita memperoleh pembebasan dan hidup yang kekal. Kita dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba
kebenaran. Pengurbanan-Nya yang begitu mulia untuk menanggung dosa (Ibrani 9:28) dilakukan hanya satu kali
saja untuk menyempurnakan untuk selama-lamanya kita yang dikuduskannya (Ibrani 10:14). “Hanya satu
kurban saja”, tidak ada kurban lain lagi. Di kayu salib, Ia berkata: “Sudah selesai” (Yohanes 19:30).

Dengan demikian, betapa kita harus lebih bersyukur kepada Allah yang telah menyerahkan Anak Tunggal-Nya
yang tak ternilai, tak terbandingkan dengan apapun menjadi persembahan domba Paskah untuk keselamatan
kita. Hendaknya ibadah perayaan Paskah tahun ini membawa kita pada makna Paskah yang sesungguhnya.
Hendaklah mata kita tertuju kepada Dia yang tersembelih, sebab hanya Dialah yang sanggup menolong,
membebaskan, menyelamatkan dan memberikan kemenangan menghadapi segala tantangan yang ada. Salam
Paskah, Tuhan Yesus memberkati!

Anda mungkin juga menyukai