Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEKANIKA TANAH
“Tegangan Geser”

Dosen Pengampu :

Ir. Fauzy Lebang, ST., MT.

Disusun Oleh :

Shidiq Usman

NIM : 4520041069

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur di panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan


berkat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul “Tegangan Geser” semoga
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan mengenai Tegangan
Geser. Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen pengampuh “Ir. Fauzy Lebang, ST, MT“ Yang telah mempercayai
penulis dalam pembuatan makalah ini dan juga dukungan dan bantuan dari
orang tua dan teman- teman.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan para pembaca. Namun terlepas dari itu, penulis memahami bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun agar makalah
selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca

Penulis.........

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. PENGERTIAN TEGANGAN GESER.................................................................3
B. TEGANGAN GESER YANG DIIZINKAN.........................................................5
C. HUBUNGAN TEGANGAN GESER DENGAN TEGANGAN
NORMAL..............................................................................................................5
D. HUBUNGAN FUNGSI ANTARA TEGANGAN NORMAL DAN
GESER...................................................................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................12
A. KESIMPULAN....................................................................................................12
B. SARAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang

berlawanan arah, tegak lurus sumbu batang, tidak segaris gaya namun pada

penampangnya tidak terjadi momen. Tegangan ini banyak terjadi pada konstruksi.

Misalnya: sambungan keling, gunting, dan sambungan baut.

Sebagai ilustrasi tentang aksi tegangan geser, maka kita dapat meninjau

sambungan baut. Sambungan tersebut terdiri dari batang datar, pengapit, dan baut

yang menembus lubang di batang dan pengapit. Akibat aksi beban tarik, batang dan

pengapit akan menekan baut dengan cara menumpu (bearing). Selain itu, batang dan

pengapit cenderung menggeser baut dan kecenderungan ini ditahan oleh tegangan

geser pada baut.

Tegangan geser pada suatu elemen dari suatu benda haruslah terjadi dalam

bentuk dua pasang yang bekerja pada bidang-bidang yang saling tegak lurus. Bila

hanya tegangan geser yang terjadi maka elemen tersebut di katakan berada dalam

geseran murni.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1) Apakah yang dimaksud dengan tegangan geser?

2) Apakah yang dimaksud dengan tegangan geser yang diizinkan?

3) Apa hubungan dari tegangan geser dan tegangan normal?

4) Bagimanakah hubungan fungsi dari tegangan geser dan tegangan normal?

C. TUJUAN

1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tegangan geser.

2) Untuk mengetahui tegangan geser seperti apa yang diizinkan.

3) Untuk mengetahui hubungan dari tegangan geser dan tegangan normal.

4) Untuk memahami hubungan fungsi dari tegangan geser dan tegangan normal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian tegangan geser

Tegangan geser berbeda dengan tegangan tarik dan tekan karena tegangan

geser ditimbulkan oleh gaya yang bekerja sejajar atau searah dengan bidang penahan

gaya, sedangkan tegangan tarik dan tekan ditimbulkan oleh gaya yang tegak lurus

terhadap luas bidang penahan gaya. Oleh karena itu, tegangan geser dapat juga

disebut tegangan tangensial, sedangkan tegangan tarik dan tekan disebut tegangan

normal. Tegangan geser terjadi apabila beban terpasang menyebabkan salah satu

penampang benda cenderung menggelincir pada penampang yang bersinggungan.

Gambar 1.1 Baut yang dikenakan getaran langsung

Sifat-sifat suatu bahan dalam keadaan geser dapat ditentukan secara

eksperimental dari uji-uji geser langsung (direct shear) atau puntiran (torsion). Uji-uji

yang kemudian dilakukan dengan memuntir pipa-pipa berongga, sehingga

menghasilkan suatu keadaan geser murni.

Sebagai contoh dari keadaan praktis dimana terdapat tegangan geser pada

sambungan baut (seperti gambar atas). Diagram benda bebas-nya memperlihatkan ada

kecenderungan untuk menggeser baut sepanjang penampang m n dan p q, kita lihat

3
bahwa gaya geser (shear force) V haruslah bekerja di permukaan baut yang terpotong,

tiap-tiap gaya biasanya ditunjukkan dengan . Untuk tegangan geser biasanya

ditunjukkan oleh huruf Yunani  (tau). Tegangan geser rata-rata pada penampang baut

diperoleh dengan membagi gaya geser total V terhadap luas A, dimana ia bekerja.

Dimana :  = tegangan geser rata-rata (N/ )V

atau P = gaya geser (N)

A = luas penampang geseran ( )

Beberapa contoh penggunaan diperlihatkan pada gambar di bawah.Gambar (a)

paku keling menahan geser sepanjang luas penampang. Gambar (b) baut menahan

geser sepanjang kedua luas penampang. Kasus (a) bisa disebut geser tunggal dan kasus

(b) geser ganda. Pada (c) penampang bulat dipikul pelat hingga luas penahan sama

dengan sisi koin yang digiling, kasus ini disebut geser langsung searah yang

berlawanan beban resultan.

4
B. Tegangan Geser Yang Diizinkan

Jika kita dihadapkan pada persoalan menentukan gaya maupun ukuran yang

terjadi akibat geseran, maka tegangan geser harus diketahuai terlebih dahulu. Dalam

hal semacam ini, tegangan geser ( ) yang terjadi, biasanya tidak boleh melampaui

nilai yang tertentu, yang disebut tegangan geser yang diizinkan ( ̅) maka rumusnya:

 Batang rusak jika

 Batang aman jika

C. Hubungan Tegangan Geser dengan Tegangan Normal

Sebuah batang dengan luas penampang A ditarik oleh gaya F, maka

penampang batang akan cenderung putus. Kecenderungan putusnya akan membentuk

sudut α terhadap bidang penampang asli batang. Hal ini disebabkan kekuatan tarik

molekul-molekul bahan di sembarang titik pada penampang tidak sama besar, dimana

kekuatan geser molekul lebih kecil daripada kekuatan tariknya. Akibatnya

kecenderungan putusnya batang membentuk sudut kemiringan α.

Keadaan tegangan yang diuraikan di atas disebut tegangan uniaksial, karena

batangnya hanya dikenakan tarik atau tekan yang sederhana. Ada dua orientasi penting

dari elemen-elemen tegangan untuk tegangan uniaksial, yaitu θ = 0 dan θ=45°. Yang

pertama memiliki tegangan normal maksimum, dan yang terakhir memiliki tegangan

geser maksimum.

5
Gambar 1.2 Tegangan Normal dan Tegangan Geser

Luas penampang m-m dalam

Luas penampang n-n dalam

 Tegangan tarik yang terjadi pada penampang m – m adalah

 Tegangan Geser yang terjadi pada penampang m – m adalah

6
 Jika sudut , maka tegangan normal maksimum akan menjadi sebesar:

Tegangan gesernya menjadi minimum:

D. Hubungan Fungsi antara Tegangan Normal dan Tegangan Geser

Hubungan fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada bidang

runtuhnya dinyatakan oleh persamaan:

ԏ = ƒ(σ)…................................................................................................................(1.1)

Dengan adalah tegangan geser pada saat terjadi keruntuhan atau kegagalan

(failure). Dan adalah tegangan normal pada saat kondisi tersebut. Garis kegagalan

yang didefenisikan dalam persamaan (1.1), adalah kurva yang di tunjukan dalam

Gambar 1.3.

Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir tanah

terhadap desakan atau tarikan. Dengann dasar pengertian ini, bila tanah mengalami

pembebanan akan ditahan oleh:

1) Kohesi tanah yang bergantung pada jenis tanah dan kepadatanyya, tetapi tidak

bergantung dari tegangan normal yang bekerja pada bidang geser.

2) Gesekan antara butir-butir tanah yang besarnya berbanding lurus dengan tegangan

normal pada bidang gesernya.

7
Coulumb (1776) mendifinisikan sebagai:

ԏ = c + σ tg..............................................................................................................(1.2)

Gambar 1.3 Kriteria kegagalan Mohr dan Couloumb.

Dengan:

ԏ = kuat geser tanah (KN/m²)

c = kohesi tanah (KN/m²)

φ = sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek intern (derajat)

σ = tegangan normal pada bidang runtuh (KN/m²)

Persamaan (1.2) ini disebut kriteria keruntuhan atau kegagalan Mohr-

Coulumb, dimana garis selubung kegagalan dari persamaan tersebut dilukiskann

dalam Gambar 1.3.

Pengertian mengenai keruntuhan suatu bahan dapat diterangkan sebagai

berikut: jika tegangan-tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat geser

tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan-tegangan mencapai

titik Q yang terletak pada garis selubung kegagalan (failure envelope). Kedudukan

tegangan yang ditunjukan oleh titik R tidak akan terjadi, karena sebelum teganangan

terjadi mencapai titik R, bahan sudah mengalami keruntuhan. Tegangan-tegangan

8
efektif yang terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori. Terzaghi

(1925) mengubah persamaan coulomb dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut:

ԏ = c’ + (σ – u) tg

ԏ = c’ + σ’ tg..............................................................................................................(1.3)

Dengan:

c’ = kohesi tanah efektif (KN/m²)

σ’ = tegangan normal efektif (KN/m²)

u = tekanan air pori (KN/m²)

= sudut gesek dalam tanah efektif (derajat)

Persamaan (1.2) menghasilkan data yang relative tidak tepat, niali-nilai c dan

φ yang diperoleh sangat tergantung dari jenis pengujian yang dilakukakn. Persamaan

(1.3) menghasilkan data untuk nilai-nilai c’ dan φ’ yang relative lebih tepat.

Kuat geser tanah juga bisa dinyatakan dalam bentuk tegangan-tegangan efektif

σ₁’ dan σ₃’ pada saat keruntuhan σ₁’ adalah tegangan utama mayor efektif dan σ₃’

adalah tegangan utama minor efektif. Lingkaran Mohr dalam bentuk lingkaran

tegangan, dengan koordinat-koordinat ԏ dan σ’, dapat dilihat pada gambar 1.2.

Persamaan tegangan geser, dinyatakan oleh:

ԏ = (σ₁’ - σ₃’) sin 2..........................................................................................(1.4)

σ =
(σ₁’ + σ₃’) + (σ₁’ - σ₃’) cos 2................................................................(1.5)

dengan adalah sudut teoretis antara bidang horizontal dengan bidang runtuh, yang

besarnya:

= 45º + φ’/2…................................................................................................(1.6)

dari gambar 1.2 hubungan antara tegangan utamam efektif saat keruntuhan dan

parameter kuat geser, dapat ditentukan dari persamaan-persamaan:

9
sin φ’ =................................................................................................................(1.7)

(σ₁’ - σ₃’) = 2 c cos φ’ + (σ₁’ + σ₃’) sin φ’….......................................................(1.8)

Gambar 1.4 Lingkaran Mohr

Persamaan (1.8) digunakan untuk kriteria keruntuhan atau kegagalan menurut

Mohr Coulomb. Bila kedudukan tegangan-tegangan digambarkan dalam koordinat-

koordinat p – q dengan

P = ½ (σ₁’ + σ₃’) dan q = ½ (σ₁’ - σ₃’)

Sembarang kedudukan tegangan dapat ditunjukan oleh sebuah titik tegangan

sebagai ganti dari lingkaran Mohr (Gambar 1.5).

Gambar 1.5 Kondisi tegangan yang mewakili

10
Pada gambar 1.3 garis selubung kegagalan ditunjukkan oleh persamaan:

(σ₁’ - σ₃’) = a’ + (σ₁’ + σ₃’) tg α’…..................................................................(1.9)

Dengan a’ dan α’ adalah para meter modifikasi dari kuatnya gesernya.

Parameter c’ dan φ’ diperoleh dari persamaan:

’ = arc sin (tg α’)…............................................................................................(1.10)

’= ……………………………………………………………..………(1.11)

Garis-garis yang menghubungkan titik-titik dengan membuat sudut 45º dengan

garis horizontal (gambar 1.5), dan memotong sumbu horizontal pada titik yang

mewakili tegangan-tegangan utama σ₁’ dan σ₃’.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tegangan geser berbeda dengan tegangan tarik dan tekan karena tegangan

geser ditimbulkan oleh gaya yang bekerja sejajar atau searah dengan bidang penahan

gaya, sedangkan tegangan tarik dan tekan ditimbulkan oleh gaya yang tegak lurus

terhadap luas bidang penahan gaya.

Tegangan geser yang bekerja pada permukaan positif suatu elemen adalah

positif apabila bekerja dalam arah positif dari salah satu sumbu-sumbu positif dan

negatif apabila bekerja dalam arah negatif dari sumbu-sumbu. Tegangan geser yang

bekerja pada permukaan negatif suatu elemen adalah positif apabila bekerja dalam

arah negatif sumbu dan negatif apabila bekerja dalam arah positif.

Tegangan geser dapat juga disebut tegangan tangensial, sedangkan tegangan

tarik dan tekan disebut tegangan normal. Tegangan geser terjadi apabila beban

terpasang menyebabkan salah satu penampang benda cenderung menggelincir pada

penampang yang bersinggungan.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis

akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan

sumber-sumber yang lebih banyak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, Hary Christady. 2002. Mekanika Tanah I. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press Sulistyowati, Tri. Materi Mekanika Tanah I: Kuat Geser Tanah.

(https://docplayer.info/73074030-Kuat-geser-tanah-materi-kuliah-mekanika-tanah-

ioleh-tri-sulistyowati.html)

13

Anda mungkin juga menyukai