Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpatahan dan Fatik Dosen
Pengampu Bpk. Heri Yudiono
Oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah konstruksi dan perancangan, terdapat suatu kondisi dimana
material akan mengalami perubahan sifat mekanis dan fisis sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Perubahan sifat yang dimiliki material tentu saja akan
berpengaruh pada kondisi akhirnya. Salah satu penyebabnya, karena material
mengalami kelelahan atau biasa disebut fatik. Kelelahan (Fatik - fatigue) adalah
kegagalan dibawah beban berulang.
Fatik sendiri memilki dipengaruhi oleh perambatan retak oleh material, , dan
dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa kondisi lelah pada material sangat
penting untuk ditangani, Sebagai seorang mahasiswa, kita harus mengetahui
secara mendasar dan secara detail perambatan retak material, sehingga diharapkan
saat berada di lapangan tidak hanya mengetahui secara umum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme permabatan retak material?
2. Apa saja faktor yang perambatan retak material?
C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Bagaimana mekanisme permabatan retak material?
2. Apa saja faktor yang perambatan retak material?
D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan
pengetahuan mendalam mengenai patah karena rapuh, sehingga dalam praktik
atau berada di lapangan kita dapat mengatasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori
1. Pengertian Fatik
Kelelahan (Fatik - fatigue) adalah kegagalan dibawah beban berulang
Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik: permulaan retak, penyebaran
retak, dan patah
Fatik menduduki 90% penyebab utama kegagalan pemakaian. Suatu
bagian dapat dikenakan berbagai macam kondisi pembebanan, termasuk
tegangan berfluktuasi, regangan berfluktuasi, temperatur berfluktuasi
(fatik termal), atau dalam kondisi lingkungan korosif atau temperatur
tinggi. Kebanyakan kegagalan pemakaian terjadi sebagai akibat tegangantegangan tarik.
a. Tiga jenis siklus tegangan yang umum terjadi diperlihatkan pada
gambar pembalikan sempurna (gambar a) dimana fluktuasi
tegangan berkisar suatu rata-rata (mean) nol dengan amplitudo
konstan;
b. pengulangan (gambar b) dimana fluktuasi tegangan berkisar
suatu rata-rata (mean) tidak sama dengan nol tetapi dengan
amplitudo konstan; dan
c. rumit (gambar c) dimana kedua pertukaran dan rata-rata beban
tegangan
- tekan
tarik +
siklus
a
m
min
mak
tegangan
- tekan
tarik +
tarik +
- tekan
tegangan
siklus
siklus
negatif
(berlawanan)
dari
slip
awal,
secara
sempurna
2. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya
pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.
Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test),
dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan
dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau
spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal
dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya
didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran,
kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam
membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik,
ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak,
kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
a. Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan
luas.
b. Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
c. Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
d. Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
e. Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
f. Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
g. Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
h. Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
i. Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal
akibat penetrasi pada permukaan.
B. Pembahasan
1. Teori perambatan retak (Theory of crack propagation).
Dalam teori perambatan retak (Theory of crack propagation), ada 3 (tiga)
aspek perambatan retak yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Ukuran keretakan (crack size). Ukuran retak kritis merupakan fungsi dari
tegangan dan ketangguhan patah material yang didefinisikan dari
persamaan; KIC = f (ac ) 0,5 di mana K adalah ketangguhan patah,
adalah stress (design property), dan ac adalah ukuran retak kritis untuk
kegagalan (deteksi tergantung pada teknik NDE (ukuran deteksi
berbanding terbalik dengan biaya).
b. Plastik zona di ujung retak Bahan rapuh memiliki kemampuan sedikit
plastis berubah bentuk, sehingga mudah retak merambat. Bahan ulet
dengan mudah dapat merusak di ujung retak, yang menumpulkan ujung
dan menghasilkan energi tambahan (kekuatan) untuk memajukan ujung
retak.
c. Ketebalan (t) Ketebalan dinding bejana tekan adalah fungsi Ketangguhan
retak dan kekuatan hasil dan t adalah tebal dinding; t <2,5 (KIC / ys) 2.
Bila hubungan bentuk patahan terhadap mikrostruktur merupakan hal yang
dianggap penting, maka profil retakan diuji dan kehatihatian harus
dilakukan untuk menjaga bagian ujung.
Proses nukleasi hanya bergantung pada tegangan geser yang
memaksa dislokasi menjadi satu, sebelum mereka bergabung, oleh karena itu
proses perpatahan hanya bergantung pada tegangan geser. Dengan demikian
nukleasi retak mikro dianggap sebagai suatu proses yang lebih mudah
dibandingkan dengan perambatan retak dan tegangan pertumbuhan merupakan
faktor tertentu pada mekanisme perpatahan. Bila tegangan luluh lebih kecil dari
tegangan tumbuh maka bahan dikatakan ulet. Sedangkan bila tegangan luluh
lebih kecil dari tegangan tumbuh maka dikatakan bahan rapuh. Pertumbuhan
retak berlangsung terus dengan cara tadi dan terjadi perpatahan rapuh atau ulet
(karena penampang yang telah berkurang tidak mampu menahan beban). Pada
paduan rekayasa (bukan logam murni) yang mengandung inklusi atau partikel
fasa kedua, terbentuk retak atau rongga dimuka ujung retak awal ketika
tegangan atau regangan tarik mencapai nilai kritis tertentu. Perambatan retak
memerlukan tegangan yang lebih kecil dibandingkan untuk inisiasi retak. Pada
tegangan kerja, retak bergerak mudah disepanjang material, menyebabkan slip
pada bidang geraknya. Pada lokasi ini lebih mudah terjadi kerusakan.
Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya diskontinuitas pada material.
2. Faktor Perambatan Retak
a. Faktor Intensitas Tegangan (K)
Faktor K merupakan cara yang sangat mudah untuk membahas distribusi
tegangan di sekitar retak. Dua retak dengan geometri yang berbeda yang
mempunyai harga K yang sama akan memiliki distribusi tegangan yang
identik. Secara umum faktor intensitas tegangan (K) dapat
dihitung dari persamaan P.C. Paris dan G.C. Sih (Dieter, 1986) :
Dengan catatan :
pada
komponen.
Sedangkan
plane
strain
adalah
Secara umum harga KIC bervariasi terhadap ketebalan pada daerah plane
stress. Akan tetapi pada daerah plane strain nilai KIC lebih rendah dan
relatif konstan. Hal ini menunjukkan bahwa spesimen yang tebal tidak
selamanya memiliki ketangguhan yang tinggi, tetapi ketangguhan tertinggi
diperoleh pada ketebalan tertentu.
Gambar Harga KIC pada daerah plane stress dan plane strain
(Broek,1987).
Seperti pada gambar 2.8 harga KIC paling tinggi adalah pada spesimen
dengan ketebalan Bo. Ketebalan Bo merupakan pembatas antara daerah
plane stress dan plane strain. Karena harga KIC merupakan salah satu nilai
ketangguhan bahan, maka makin besar KIC makin tinggi ketangguhannya.
Ketangguhan tertinggi dari suatu bahan diperoleh pada ketebalan tertentu.
Harga KIC sama untuk spesimen dengan bentuk dan ukuran yang sama
meskipun bentuk geometri retakan Berbeda
c. Umur Lelah
Dalam memperkirakan umur lelah komponen hingga fatik
dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Beban
a. Jenis beban; uniaksial, biaksial, triaksial, lentur, puntir.
b. Frekuensi siklus beban yang berariasi.
c. Pola beban; periodik, random.
d. Besar tegangan maksimum dan tegangan minimum.
e. Ragam pembebanan.
2. Kontinyuitas, yaitu ada tidaknya rongga.
3. Ketelitian proses pengerjaan.
4. Bentuk dan ukuran spesimen.
5. Temperatur operasi.
6. Kondisi lingkungan yang menyebabkan korosi.
Batas lelah dari suatu komponen dengan beban tarik dinamis
biasanya dinyatakan dalam jumlah siklus N. Dengan melakukan
perhitungan rumus P.C. Paris tentang laju perambatan retak, maka dapat
diperkirakan
berapa
siklus
lagi
komponen
akan
gagal.
Untuk
10
BAB III
11
PENUTUP
A. SARAN
1. Setiap faktor desain yang menimbulkan konsentrasi tegangan dapat
mengakibatkan perpatahan dini. Telah kita ketahui bahwa untuk
menyelesaikannya merupakan faktor penting. Salah satu hal yang sangat
penting yang mempengaruhi patahnya material adalah karena material
mengalami kelelahan. Sebaiknya dalam pengerjaan dan memberikan
perlakuan perlu diawasi dan diperhitungkan sepeti unsur, butir dan
teperatur pengerjaan, sehingga rapuhnya material dapat diatasi.
2. Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
meminta untuk dapat dikoreksi dan diperbaiki.
B. SIMPULAN
Hal yang perlu diperhatian dalam perambatan retak diantaranya, Ukuran
keretakan (crack size). Plastik zona di ujung retak, Ketebalan (t) Ketebalan
dinding bejana tekan adalah fungsi. Dengan faktor yang mempengaruhi
perambatan retak anataa lain, faktor intensitas teganagn, laju perambatan
dengan intensitas tegangan, dan tegangan luluh material.
Daftar Pustaka
12
http://masmukti.files.wordpress.com/2011/10/bab-06-kriteria kegagalanlelah2.pdf
http://prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmtm/images/Jurnal/2012Juli/herdiSusanto.pdf
https://www.google.com/search
Prasetyo, Hari.2007. Karakteristik laju perambatan retak fatik dan retak korosi
Tegangan sambungan las baja tahan karat aisi 304 dan baja karbon rendah
ss 400 yang di-flame heating dengan pendinginan air.Surakarta
Lampiran
13
14