Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS PERAMBATAN RETAK MATERIAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpatahan dan Fatik Dosen
Pengampu Bpk. Heri Yudiono

Oleh:

Satrio Hudi Asrori


5212412016

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam sebuah konstruksi dan perancangan, terdapat suatu kondisi dimana
material akan mengalami perubahan sifat mekanis dan fisis sesuai dengan
perlakuan yang diberikan. Perubahan sifat yang dimiliki material tentu saja akan
berpengaruh pada kondisi akhirnya. Salah satu penyebabnya, karena material
mengalami kelelahan atau biasa disebut fatik. Kelelahan (Fatik - fatigue) adalah
kegagalan dibawah beban berulang.
Fatik sendiri memilki dipengaruhi oleh perambatan retak oleh material, , dan
dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa kondisi lelah pada material sangat
penting untuk ditangani, Sebagai seorang mahasiswa, kita harus mengetahui
secara mendasar dan secara detail perambatan retak material, sehingga diharapkan
saat berada di lapangan tidak hanya mengetahui secara umum.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mekanisme permabatan retak material?
2. Apa saja faktor yang perambatan retak material?

C. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk:
1. Bagaimana mekanisme permabatan retak material?
2. Apa saja faktor yang perambatan retak material?

D. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah dapat memberikan
pengetahuan mendalam mengenai patah karena rapuh, sehingga dalam praktik
atau berada di lapangan kita dapat mengatasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Teori

1. Pengertian Fatik
Kelelahan (Fatik - fatigue) adalah kegagalan dibawah beban berulang
Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik: permulaan retak, penyebaran
retak, dan patah
Fatik menduduki 90% penyebab utama kegagalan pemakaian. Suatu
bagian dapat dikenakan berbagai macam kondisi pembebanan, termasuk
tegangan berfluktuasi, regangan berfluktuasi, temperatur berfluktuasi
(fatik termal), atau dalam kondisi lingkungan korosif atau temperatur
tinggi. Kebanyakan kegagalan pemakaian terjadi sebagai akibat tegangantegangan tarik.
a. Tiga jenis siklus tegangan yang umum terjadi diperlihatkan pada
gambar pembalikan sempurna (gambar a) dimana fluktuasi
tegangan berkisar suatu rata-rata (mean) nol dengan amplitudo
konstan;
b. pengulangan (gambar b) dimana fluktuasi tegangan berkisar
suatu rata-rata (mean) tidak sama dengan nol tetapi dengan
amplitudo konstan; dan
c. rumit (gambar c) dimana kedua pertukaran dan rata-rata beban

tegangan
- tekan
tarik +

siklus

a
m

min

mak

tegangan
- tekan
tarik +

tarik +
- tekan

tegangan

berubah, bisa secara acak maupun berpola tertentu.

siklus

siklus

Kegagalan fatik bermula prioritas terhadap permulaan suatu retak. Dengan


pengulangan pembebanan, lokalisasi daerah pengembangan slip/luncuran
(deformasi plastik) Woods memperlihatkan dimana suatu rangkaian instrusi
dan ekstrusi berkembang selama siklus tegangan ketika slip terjadi, berada
permukaan bebas sebagai suatu langkah disebabkan oleh perpindahan logam
sepanjang bidang slip. Ketika tegangan berbalik, slip yang terjadi dapat
menjadi

negatif

(berlawanan)

dari

slip

awal,

secara

sempurna

mengesampingkan setiap efek deformasi. Deformasi ini ditekankan oleh


pembebanan yang berulang, sampai suatu retak yang dapat terlihat akhirnya
muncul Retak mula-mula terbentuk sepanjang bidang slip. Pertumbuhan retak
berorientasi secara kristalografi sepanjang bidang slip untuk suatu jarak yang
pendek dianggap sebagai Tahap I pertumbuhan retak Arah penyebaran retak
menjadi tegak lurus secara makrokopik terhadap tegangan tarik maksimum
dianggap sebagai Tahap II penyebaran retak, dan hal itu merupakan sebagian
besar umur penyebaran retak . Siklus relatif untuk permulaan retak dan
penyebarannya tergantung pada tegangan yang dikenakan.
Ketika tegangan meningkat, fase permulaan retak menurun Pada tegangantegangan yang sangat rendah (fatik siklus tinggi), sebagian besar dari umur
fatik digunakan untuk memulai suatu retak. Pada tegangan-tegangan sangat
tinggi (fatik siklus rendah), retakan terbentuk lebih dini. Fatik dapat dibagi
menjadi dua kategori, siklus tinggi dan siklus rendah Daerah siklus rendah
adalah merupakan hasil dari tegangan-tegangan dimana sering cukup tinggi
untuk berkembang menjadi regangan plastik yang signifikan Terdapat
perbedaan gambaran antara fatik siklus tinggi (tegangan rendah) dan fatik
siklus rendah (tegangan tinggi)

2. Sifat Mekanik
Sifat mekanik material, merupakan salah satu faktor terpenting yang
mendasari pemilihan bahan dalam suatu perancangan. Sifat mekanik dapat
diartikan sebagai respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang
diberikan, dapat berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya
pembebanan pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik.

Perbedaan antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh fungsi
waktu.
Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya dilakukan pengujian
mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat merusak (destructive test),
dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva atau data yang mencirikan keadaan
dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau
spesimen. Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal
dari jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya
didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran,
kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian dalam
membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain: kekuatan tarik,
ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus, kekuatan impak,
kekuatan mulur, kekeuatan leleh dan sebagainya.
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
a. Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi persatuan
luas.
b. Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas.
c. Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
d. Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
e. Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis.
f. Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada ukuran
mula.
g. Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah.
h. Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan.
i. Kekerasan yaitu kemampuan material menahan deformasi plastis lokal
akibat penetrasi pada permukaan.

B. Pembahasan
1. Teori perambatan retak (Theory of crack propagation).
Dalam teori perambatan retak (Theory of crack propagation), ada 3 (tiga)
aspek perambatan retak yang perlu dipertimbangkan yaitu :
a. Ukuran keretakan (crack size). Ukuran retak kritis merupakan fungsi dari
tegangan dan ketangguhan patah material yang didefinisikan dari
persamaan; KIC = f (ac ) 0,5 di mana K adalah ketangguhan patah,
adalah stress (design property), dan ac adalah ukuran retak kritis untuk
kegagalan (deteksi tergantung pada teknik NDE (ukuran deteksi
berbanding terbalik dengan biaya).
b. Plastik zona di ujung retak Bahan rapuh memiliki kemampuan sedikit
plastis berubah bentuk, sehingga mudah retak merambat. Bahan ulet
dengan mudah dapat merusak di ujung retak, yang menumpulkan ujung
dan menghasilkan energi tambahan (kekuatan) untuk memajukan ujung
retak.
c. Ketebalan (t) Ketebalan dinding bejana tekan adalah fungsi Ketangguhan
retak dan kekuatan hasil dan t adalah tebal dinding; t <2,5 (KIC / ys) 2.
Bila hubungan bentuk patahan terhadap mikrostruktur merupakan hal yang
dianggap penting, maka profil retakan diuji dan kehatihatian harus
dilakukan untuk menjaga bagian ujung.
Proses nukleasi hanya bergantung pada tegangan geser yang
memaksa dislokasi menjadi satu, sebelum mereka bergabung, oleh karena itu
proses perpatahan hanya bergantung pada tegangan geser. Dengan demikian
nukleasi retak mikro dianggap sebagai suatu proses yang lebih mudah
dibandingkan dengan perambatan retak dan tegangan pertumbuhan merupakan
faktor tertentu pada mekanisme perpatahan. Bila tegangan luluh lebih kecil dari
tegangan tumbuh maka bahan dikatakan ulet. Sedangkan bila tegangan luluh
lebih kecil dari tegangan tumbuh maka dikatakan bahan rapuh. Pertumbuhan
retak berlangsung terus dengan cara tadi dan terjadi perpatahan rapuh atau ulet
(karena penampang yang telah berkurang tidak mampu menahan beban). Pada
paduan rekayasa (bukan logam murni) yang mengandung inklusi atau partikel
fasa kedua, terbentuk retak atau rongga dimuka ujung retak awal ketika

tegangan atau regangan tarik mencapai nilai kritis tertentu. Perambatan retak
memerlukan tegangan yang lebih kecil dibandingkan untuk inisiasi retak. Pada
tegangan kerja, retak bergerak mudah disepanjang material, menyebabkan slip
pada bidang geraknya. Pada lokasi ini lebih mudah terjadi kerusakan.
Perambatan ini dapat dicegah dengan adanya diskontinuitas pada material.
2. Faktor Perambatan Retak
a. Faktor Intensitas Tegangan (K)
Faktor K merupakan cara yang sangat mudah untuk membahas distribusi
tegangan di sekitar retak. Dua retak dengan geometri yang berbeda yang
mempunyai harga K yang sama akan memiliki distribusi tegangan yang
identik. Secara umum faktor intensitas tegangan (K) dapat
dihitung dari persamaan P.C. Paris dan G.C. Sih (Dieter, 1986) :

Dimana adalah faktor geometri retakan. Menurut Feddersen nilai


untuk spesimen center crack tension (CCT) adalah (Schijve, 2001) :

sehingga harga K dapat dihitung dengan rumus :

Berdasar ASTM harga DK untuk spesimen center crack tension (CCT)


dapat dihitung dengan rumus :

Dengan catatan :

Di dalam mekanika perpatahan ada 3 macam mode sehingga ada 3 macam


nilai K. KI untuk mode I yaitu mode tarik dengan arah membuka retak.
KII untuk mode II yaitu model geser. Sedangkan KIII untuk mode III
model geser sejajar. KI merupakan faktor intensitas tegangan untuk mode
I dimana retak terentang oleh tegangan tarik yang bekerja pada arah tegak
lurus terhadap permukaan bidang retak. Jadi KI adalah faktor intensitas
tegangan untuk arah pembebanan membuka retak.

Gambar Mode Perpatahan (Broek,1986).


Pada mode I merupakan sistem pembebanan yang paling penting, karena
pembebanannya membuka retak dimana nilai KI kritisnya disebut KIC,
yang lebih dikenal dengan istilah ketangguhan perpatahan regangan
bidang. KIC merupakan sifat ketahanan bahan terhadap perpatahan. Ada 2
7

macam keadaan ekstrim yaitu; benda uji tipis keadaan tegangannya


disebut tegangan bidang (plane stress), sedangkan benda uji tebal terdapat
regangan bidang (plane strain). Plane stress adalah kondisi munculnya
tegangan bidang pada daerah sekitar retak yang disebabkan oleh
pembebanan

pada

komponen.

Sedangkan

plane

strain

adalah

meningkatnya tegangan bidang menjadi kondisi regangan yang terjadi


pada daerah sekitar retak yang disebabkan oleh pembebanan pada
komponen. Kondisi regangan bidang ditinjau dari segi tegangan bidang
lebih berbahaya dan nilai faktor intensitas tegangan kritisnya lebih rendah
dibanding benda uji yang hanya mengalami tegangan bidang.

Secara umum harga KIC bervariasi terhadap ketebalan pada daerah plane
stress. Akan tetapi pada daerah plane strain nilai KIC lebih rendah dan
relatif konstan. Hal ini menunjukkan bahwa spesimen yang tebal tidak
selamanya memiliki ketangguhan yang tinggi, tetapi ketangguhan tertinggi
diperoleh pada ketebalan tertentu.

Gambar Harga KIC pada daerah plane stress dan plane strain
(Broek,1987).
Seperti pada gambar 2.8 harga KIC paling tinggi adalah pada spesimen
dengan ketebalan Bo. Ketebalan Bo merupakan pembatas antara daerah
plane stress dan plane strain. Karena harga KIC merupakan salah satu nilai
ketangguhan bahan, maka makin besar KIC makin tinggi ketangguhannya.
Ketangguhan tertinggi dari suatu bahan diperoleh pada ketebalan tertentu.

Harga KIC sama untuk spesimen dengan bentuk dan ukuran yang sama
meskipun bentuk geometri retakan Berbeda

b. Hubungan Laju Perambatan Retak dan Faktor Intensitas Tegangan (da/dN


-K).
Metode dalam perhitungan umur kelelahan adalah dengan
menggunakan kurva (da/dN -K). , yakni dengan pemetaan perbandingan
pertambahan retak dengan jumlah siklus terhadap selisih faktor intensitas
tegangan karena pembebanan dinamis. Dalam menentukan
da/dN harus mengamati pertambahan retak dan jumlah siklus yang
tercatat. Secara umum persamaan karakteristik laju perambatan retak
dinyatakan oleh rumus P.C. Paris dan G.C. Sih (Broek, 1986) sebagai
berikut :
da/dN =C(K)m
Apabila persamaan diatas diubah menjadi persamaan linier adalah
dijadikan persamaan dalam log, seperti persamaan berikut :
log(da/dN) = C1 + m logK
Dengan catatan C1 = logC = konstanta.
Konstanta yang penting pada persamaan P.C. Paris dan G.C. Sih
adalah m. Karakteristik bahan hasil pengujian fatik biasanya ditunjukkan
dalam bentuk kurva da/dN - K dalam skala log. Harga m pada persamaan
P.C. Paris dan G.C. Sih me nunjukkan kemiringan atau gradien dari kurva
tersebut. Secara umum daerahyang dipertimbangkan untuk menghitung
harga m adalah daerah linier yang mempunyai kecepata perambatan retak
teratur.

Metode penghitungan data hasil pengujian laju perambatan retak


fatik dengan menggunakan Incremental Polynomial Method berdasarkan
standar ASTM E647 appendix adalah sebagai berikut :

Bebarapa faktor yang mempengaruhi laju perambatan retak antara


lain ketebalan, bentuk komponen, perlakuan panas, deformasi saat
pendinginan, temperatur, lingkungan, frekuensi pembebanan, jenis dan
amplitudo pembebanan, dan kontinyuitas material.

c. Umur Lelah
Dalam memperkirakan umur lelah komponen hingga fatik
dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1. Beban
a. Jenis beban; uniaksial, biaksial, triaksial, lentur, puntir.
b. Frekuensi siklus beban yang berariasi.
c. Pola beban; periodik, random.
d. Besar tegangan maksimum dan tegangan minimum.
e. Ragam pembebanan.
2. Kontinyuitas, yaitu ada tidaknya rongga.
3. Ketelitian proses pengerjaan.
4. Bentuk dan ukuran spesimen.
5. Temperatur operasi.
6. Kondisi lingkungan yang menyebabkan korosi.
Batas lelah dari suatu komponen dengan beban tarik dinamis
biasanya dinyatakan dalam jumlah siklus N. Dengan melakukan
perhitungan rumus P.C. Paris tentang laju perambatan retak, maka dapat
diperkirakan

berapa

siklus

lagi

komponen

akan

gagal.

Untuk
10

memperkirakan umur lelah suatu komponen, maka harus diketahui


besarnya harga C dan m pada persamaan 2.10. Panjang retak yang ada
pada komponen yang cacat itu digunakan sebagai panjang retak awal.
Harga KIC dihitung dengan berdasarkan panjang retak kritis yang terjadi
pada spesimen.

Dengan mengggunakan harga KIC di atas, maka persamaan (2.10)


diubah menjadi bentuk persamaan seperti di bawah sehingga diperoleh
besarnya siklus yang terjadi sampai spesimen patah.

Besarnya m dan C diketahui dari karakteristik komponen hasil


penelitian.

BAB III

11

PENUTUP

A. SARAN
1. Setiap faktor desain yang menimbulkan konsentrasi tegangan dapat
mengakibatkan perpatahan dini. Telah kita ketahui bahwa untuk
menyelesaikannya merupakan faktor penting. Salah satu hal yang sangat
penting yang mempengaruhi patahnya material adalah karena material
mengalami kelelahan. Sebaiknya dalam pengerjaan dan memberikan
perlakuan perlu diawasi dan diperhitungkan sepeti unsur, butir dan
teperatur pengerjaan, sehingga rapuhnya material dapat diatasi.
2. Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
meminta untuk dapat dikoreksi dan diperbaiki.

B. SIMPULAN
Hal yang perlu diperhatian dalam perambatan retak diantaranya, Ukuran
keretakan (crack size). Plastik zona di ujung retak, Ketebalan (t) Ketebalan
dinding bejana tekan adalah fungsi. Dengan faktor yang mempengaruhi
perambatan retak anataa lain, faktor intensitas teganagn, laju perambatan
dengan intensitas tegangan, dan tegangan luluh material.

Daftar Pustaka

12

http://masmukti.files.wordpress.com/2011/10/bab-06-kriteria kegagalanlelah2.pdf
http://prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmtm/images/Jurnal/2012Juli/herdiSusanto.pdf
https://www.google.com/search
Prasetyo, Hari.2007. Karakteristik laju perambatan retak fatik dan retak korosi
Tegangan sambungan las baja tahan karat aisi 304 dan baja karbon rendah
ss 400 yang di-flame heating dengan pendinginan air.Surakarta

Lampiran

13

14

Anda mungkin juga menyukai