Anda di halaman 1dari 24

Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan

Politeknik Negeri Ujung Pandang

JOB IV PENGUJIAN KUAT TARIK

3.3.1. KUAT TARIK BAJA


A. TUJUAN PENGUJIAN
Pengujian ini untuk mengevaluasi karakteristik tarik baja tulangan
melalui nilai-nilai, kuat tarik maksimum, kuat leleh, elongasi, dan
modulus elastisitas bahan baja tulangan.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya
tegangan leleh dan kuat tarik pada baja.

B. DASAR TEORI
Uji tarik adalah kegiatan pengujian bersifat dedukatif terhadap
sesuatu bahan dengan cara memberikan beban tarikan secara terus
menerus bertambah sampai akhirnya putus. Kemampuan tarik suatu
bahan diperlihatkan dalam suatu perbandingan antara besar kuat tarik
terhadap luas bidang bahan yang mengalami tarikan.
Prinsip uji tarik adalah dimana sampel bentuk ukuran dan bentuk
tertentu (dalam standar SII atau jis atau ASTM) diberikan beban tarik
yang continue sampai bahan atau logam tersebut mengalami perpatahan.
Perpatahan beban tarik ini akan menimbulkan regangan hubungan antara
penambahan beban dengan perubahan regangan dapat digambarkan
dalam suatu kurva yang dikenal sebagai kurva stress dan kurva strain.
Sifat-sifat mekanis yang diharapkan dari percobaan ini adalah
kekuatan leleh, tegangan maksimum, tegangan patah dan harga modulus
young. Umumnya hasil pengujian tersebut dapat digambarkan dalam
suatu diagram yang menyatakan hubungan antara tegangan dan regangan
yang terdiri atas beberapa daerah.
1. Uji Tarik Uniaksial

Uji tarik uniaksial dikenal luas sebagai dasar


pengujian rekayasa untuk mendapatkan parameter
material seperti kekuatan maksimum, kuat leleh,

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

elongasi, penyusutan penampang dan modulus young,


dimana parameter tersebut sangat penting dalam
pemilihan material dan perencanaan struktur.
Pengujian tarik tersebut dilakukan dengan
memberikan beban aksial tarik sepanjang sumbu
horizontal pada sebuah contoh batang tarik (specimen)
dengan standar ukuran tertentu sehingga menimbulkan
perpanjangan yang terukur sampai batang tersebut
putus. Beban dan perpanjangan dicatat sepanjang
pengujian untuk perhitungan tegangan dan regangan.
Batasan umum pengujian telah ditetapkan dalam
berbagai standar seperti; SNI 07-2529-1991, JIS-
Z2241-1993 dan ASTM E8/E8M- 2011, ataupun
standar lainnya yang dapat dipilih berdasarkan
preferensi yang digunakan.
Standar benda uji adalah batang berpenampang
bulat atau persegi sepanjang batas ukur (gauge length)
seperti dicontohkan dalam gambar 1, dengan bentuk
dan ukuran sesuai dengan standar yang dipakai.
Kedua ujungnya harus mempunyai panjang dan
bidang permukaan yang cukup sehingga dapat terjepit
sempurna selama pengujian,

Gambar 1. Contoh tipikal Specimen uji tarik

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Instrument yang digunakan dalam pengujian


tarik baja yang paling sederhana pada umumnya
bersifat manual dengan penarik dari gerakan ulir
pengarah pada kedua sisinya, pada tipe yang lebih
tinggi kadang dilengkapi dengan penggambar grafik
manual. Sementara yang canggih sudah menerapkan
system control, dengan penggerak piston hidrolik,
biasanya dilengkapi dengan sensor beban (load cell)
dan sensor perpanjangan (ekstensometer) yang
dihubungkan langsung dengan controller/computer
untuk melakukan post processing, sehingga dapat
menampilkan display dan hasil yang presisi. Gambar
2 menyajikan ilustrasi kedua tipe instrument uji tarik
itu, dengan tenaga mekanis dan hidrolik. Alat uji tarik
biasanya juga digunakan untuk pengujian tekan, lentur
ataupun torsi, sehingga kadang disebut dengan
Universal Testing Machine (UTM).

Gambar 2. Skema tipikal tipe alat uji tarik


2. Parameter Uji Tarik

a. Tegangan dan Regangan


Bilamana benda uji dikenai beban tarik
eksternal, material akan mengalami deformasi elastis
dan plastis. Diawali dengan deformasi elastic yang

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

menyatakan linearitas hubungan gaya tarik dan


pertambahan panjang. Kedua parameter kemudian
digunakan dalam perhitungan tegangan dan regangan
dengan keterkaitan sebagaimana diilustrasikan dalam
gambar 3, melalui persamaan berikut;

𝑃
𝐹= 𝜎=
𝐴𝑜
𝐿𝑓 − 𝐿𝑜
Δ𝐿
𝜀= =
𝐿𝑜 Lo
dimana:

F = σ adalah tegangan (MPa)


ε adalah regangan (mm/mm)
P adalah gaya tarik eksternal (kN)
Ao adalah luas penampang awal specimen (mm2)

Lo adalah Panjang awal specimen (mm)


Lf adalah panjang setelah putus (mm)

Gambar 3. Hubungan tegangan regangan pada uji tarik uniaksial

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

b. Modulus Young, (E)

Selama deformasi elastis hubungan tegangan-


regangan bersifat linear dan konstan, gradient
kemiringan menunjukkan modulus young (E) yang
mengikuti hukum Hooke dengan persamaan ;

𝐹
𝐸=
𝜀
c. Tegangan Leleh,
(fy)

Perhatikan kurva tegangan-regangan pada puncak bagian


elastic gambar 3, jika gaya tarik diteruskan akan terjadi kelelehan
penampang sekaligus menandai awal deformasi plastis. Gaya tarik
pada titik tersebut disebut beban leleh (Py), sementara tegangan
leleh merupakan gaya perluasan penampang, tepat pada saat
penampang tersebut mulai leleh, dituliskan dalam persamaan;

𝑃𝑦
𝐹𝑦 =
𝐴𝑜
Baja dengan daktilitas besar biasanya mempunyai titik
peralihan elastic-plastis yang jelas serta memiliki titik leleh atas
(upper yield stress) dan titik leleh bawah (lower yield stress)
seperti diperlihatkan dalam gambar 4. Tegangan leleh bawah
adalah tegangan rata-rata pada daerah landing sebelum benar-benar
memasuki daerah plastis. Bila hanya disebutkan tegangan leleh,
maka yang dimaksud adalah tegangan ini,

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Gambar 4. Penentuan tegangan leleh untuk kurva dengan daerah linear


Untuk hasil uji tarik yang tidak memiliki daerah
linear (umumnya terjadi pada baja mutu tinggi), tegangan
leleh biasanya didefenisikan sebagai tegangan yang
menghasilkan regangan permanen sebesar 0.2%,
regangan ini disebut offset-strain, sebagaimana
diperlihatkan pada gambar 5.

d. Tegangan Ultimat, (Fu)

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Penambahan beban setelah leleh masih dapat diteruskan,


namun batang akan memanjang lebih cepat sehingga mencapai
batas maksimum gaya tarik sesaat sebelum putus yang ditandai
dengan pengecilan penampag secara tiba-tiba (necking). Gaya pada
titik tersebut disebut beban maksimum (Pmax) atau Ultimate Tensile
Strength (UTS) dan tegangannya disebut tegangan ultimat (Fu),
dinyatakan dalam persamaan ;
𝑃𝑚𝑎𝑥
𝐹𝑢 =
𝐴𝑜

e. Tegangan Putus,
(Ff)

Setelah penampang mengalami necking,


deformasi plastis meningkat tajam sementara
tegangannya menurun sampai akhirnya putus. Gaya
tarik pada titik putus disebut beban putus/fraktur (P f),
sementara tegangan putus (Ff) dinyatakan dalam
persamaan ;

𝑃𝑓
𝐹𝑓 =
𝐴𝑜

f. Regangan Putus, εf

Regangan putus (εf) merupakan regangan total yang dialami


sampel sampai putus, seperti diilustrasikan dalam gambar 4 yang
meliputi regangan elastic (εe) dan regangan plastic (εp) dituliskan
dalam persamaan ;

𝑺𝒇 = 𝑺𝒆 + 𝑺𝒑

Nilai regangan putus dapat diambil dari grafik


tegangan-regangan dengan cara menarik garis lurus
sejajar dengan garis elastic linear dari titik tegangan
putus sampai menyinggung sumbu x (regangan).
g. Daktilitas Tarik

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Merupakan sifat mekanik bahan yang

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

menunjukkan derajat deformasi plastis yang terjadi


sebelum suatu bahan putus atau gagal pada uji tarik.
Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis
yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang
dari itu suatu bahan disebut getas (brittle).
Daktilitas tarik dari specimen direpresentasikan
sebagai % elongasi atau % pengecilan penampang
(reduction in area) yang diekspresikan dalam bentuk
persamaan berikut ;
Δ𝐿
%𝐸𝑙𝑒𝑛𝑔𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 = × 100%
Lo
𝐴𝑜 − 𝐴𝑓 Δ𝐴
%𝑅𝐴 = × 100% = × 100%
𝐴𝑜 Ao
h. Elongasi Leleh

Elongasi leleh hanya terjadi pada baja daktail yang


merepresentasikan%elongasi pada daerah landing, dinyatakan
dalam bentuk persamaan berikut (JISZ2241) ;
𝜆𝑦 = 𝜆𝑆𝐿 − 𝜆𝑆𝑈

i. Work Hardening Exponent, n

Selanjutnya, prilaku material baja setelah


melewati daerah elastic mempunyai hubungan
tegangan-regangan yang tidak lagi linear namun
bersifat uniform plastic deformation dan dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut ;
𝐹 = 𝜎 = 𝐾s𝑛
j. Derajat Kelentingan (Modulus of Resilence, UR)

Derajat kelentingan didefinisikan sebagai kapasitas


suatu bahan menyerap energy dalam fase perubahan
1 elastic. Sering disebut dengan modulus kelentingan
(Modulus of Resilience), dengan satuan strain energy per
unit volume (Joule/m3 atau Pa) yang diekspresikan dalam
persamaan 2.13 atau sama dengan luas daerah yang

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

diarsir seperti pada gambar 7.

k. Derajat Ketangguhan (Modulus of Toughness, UT)

Kapasitas suatu bahan menyerap energi dalam


fase plastis tanpa (sesaat sebelum) mengalami
kegagalan putus disebut dengan modulus
ketangguhan (modulus of toughness).

Rumus perhitungan yang digunakan sebagai berikut :


 Luas penampang tulangan (awal) = 𝟏 × 𝛑 × 𝐃𝐨2
𝟒

Keterangan : Do = Diameter awal

 luas penampang tulangan (akhir) = 𝟏 × 𝝅 × 𝐃𝐮2


𝟒

Keterangan : Du = Diameter putus

 Tegangan Lelah tulangan = 𝐏 𝐲𝐢𝐞𝐥𝐝


𝐀𝐨

Keterangan : P yield= Tekanan pada titik leleh (Kn)


Ao = Luas penampang benda uji (mm2)

 Tegangan putus tulangan = 𝐏 𝐦𝐚𝐱


𝐀𝐨

Keterangan : P max = Tegangan maksimum (MPa)


Ao = Luas penampang benda uji (mm2)

 Regangan maksimum tulangan = 𝐋𝐮−𝐋𝐨


𝐀𝐨

Keterangan : Lu = Panjang tulangan sesudah ditarik


Lo = Panjang tulangan sebelum
ditarik

 Kontraksi tulangan = 𝐀𝐨−𝐀𝐮 × 𝟏𝟎𝟎%


𝐀𝐨
𝝈
 Modulus Elastisitas (MPa) =
𝗌

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Keterangan : σ = Tegangan proporsi


ε = Elongasi proporsi (%)

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 3.4.1 Ukuran Baja Tulangan Beton Polos (SNI-2052-2017).

Luas Penampang Berat


Diameter
No. nominal nominal per
Penamaan nominal(d)
(A) meter
Mm mm2 kg/m
1 P6 6 28 0,222
2 P8 8 50 0,395
3 P 10 10 79 0,617
4 P 12 12 113 0,888
5 P 14 14 154 1,208
6 P 16 16 201 1,578
7 P 19 19 284 2,226
8 P 22 22 380 2,984
9 P 25 25 491 3,853
10 P 28 28 616 4,834
11 P 32 32 804 6,313
12 P 36 36 1018 7,990
13 P 40 40 1257 9,865
14 P 50 50 1964 15,413

Tabel 3.4.2 Ukuran dan Toleransi Diameter Baja Tulangan (SNI 08-2052-2017).

Penyimpangan Kebundaran
Diameter (d) Toleransi(t)
No. Maks (p)
mm Mm Mm
1 6 ± 0,3 0,42
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
4 25 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
5 d ≥ 34 ± 0,8 1,12

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 3.4.3 Ukuran Baja Tulangan Beton Sirip/Ulir (SNI-2052-2017).

Jarak Sirip Jarak Sirip Luas


Berat
Diamet Melintang Membujur Penamp
Tinggi Sirip nominal
er (T) ang
No (H) (P) per
Penamaan nomin maks Nomina
. Maks meter
al l (A)
(d) Min maks
Mm mm mm2 kg/m
mm Mm mm
1 S6 6 0,3 0,6 4,2 4,7 28 0,222
2 S8 8 0,4 0,8 5,6 6,3 50 0,395
3 S 10 10 0,5 1,0 7,0 7,9 79 0,617
4 S 13 13 0,7 1,3 9,1 10,2 133 1,042
5 S 16 16 0,8 1,6 11,2 12,6 201 1,578
6 S 19 19 1,0 1,9 13,3 14,9 284 2,226
7 S 22 22 1,1 2,2 15,4 17,3 380 2,984
8 S 25 25 1,3 2,5 17,5 19,7 491 3,853
9 S 29 29 1,5 2,9 20,3 22,8 661 5,185
10 S 32 32 1,6 3,2 22,4 25,1 804 6,313
11 S 36 36 1,8 3,6 25,2 28,3 1018 7,990
12 S 40 40 2,0 4,0 28,0 31,4 1257 9,865
13 S 50 50 2,5 5,0 35,0 39,3 1964 15,413
14 S 54 54 2,7 5,4 37,8 42,3 2290 17,978
15 S 57 57 2,9 5,7 39,9 44,6 2552 20,31

Tabel 3.4.4 Ukuran dan Toleransi Baja Tulangan (SNI 08-2052-2017).

Penyimpangan Kebundaran
Diameter (d) Toleransi(t)
No. Maks (p)
mm Mm Mm
1 6 ± 0,3
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4
Maksimum 70 dari bataas
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5
toleransi
4 25 ≤ d ≤ 34 ± 0,6
5 d ≥ 34 ± 0,8

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 3.4.4 Syarat Mekanis (SNI 13-2052-2017).


Uji Tarik Uji Lengkung
Kuat Regangan Rasio
Kelas
Kuat TS /
Baja luluh / dalam 200 Diameter
Tarik Sudut YS
Tulangan leleh mm, Min Pelengkung
(TS) Lengkung (Hasi
(YS)
MPa MPa % Mm l Uji)
11 (d ≤10 3,5d (d ≤ 16
Min 280 180̊
Min. mm) mm)
Bj TP 280 Maks, -
350 12 (d ≥ 12 5d (d ≥ 19
405 180̊
mm) mm)
11 (d ≤ 10 3,5d (d ≤ 16
Min.280 180̊
Min. mm) mm) Min.
Bj TS 280 Maks,
350 12 (d ≥ 5d (d ≥ 19 1,25
405 180̊
13mm) mm)
9 (d ≤ 19 3,5d (d ≤ 16
180̊
mm) mm)
8 (22 ≤ d ≤ 5d (19 ≤ d ≤
Min.420 180̊
Bj TS 420 Min. 25 mm) 25 mm) Min.
Maks.
A 525 7d (29 ≤ d ≤ 1,25
545 180̊
7 (d ≥ 29 36 mm)
mm) 9d (d > 36
90̊
mm)
14 (d ≤ 19 3,5d (d ≤ 16
180̊
mm) mm)
12 (22 ≤ d 5d (19 ≤ d ≤
Min.520 180̊
Bj TS 420 Min. ≤ 36 mm) 25 mm) Min.
Maks.
B 525 7d (29 ≤ d ≤ 1,25
545 180̊
10 (d > 36 36 mm)
mm) 9d (d > 36
90̊
mm)
7 (d ≤ 25 5d (d ≤ 25
180̊
Min.520 mm) mm)
Min. 7d (29 ≤d ≤ Min.
BjTS 520 Maks.
650 6 (d ≥ 29 180̊ 1,25
545 36 mm)
mm) 90̊ 9d (d > 36

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

C. PERALATAN DAN BAHAN


a. Peralatan
 Jangka sorong  Mesin uji tarik  Mesin pemotong baja

 Penggaris  Spidol

b. Bahan
 Baja tulangan polos ∅
panjang 40 cm

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

D. LANGKAH PENGUJIAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan jumlah dan ukuran sampel yang akan diuji.
3. Memotong baja tulangan dengan panjang 400 mm.
4. Memberi tanda pada sampel yang akan diuji tarik sesuai dengan
batas panjang awal
5. Mengukur diameter sampel yang akan diuji tarik dengan
menggunakan jangka sorong, melakukan sebanyak 3x untuk setiap
sampel dan hitung rata-rata.
6. Menyalakan monitor mesin uji tarik.
7. Memasang benda uji yang telah disiapkan dengan menyetel penjepit
tepat pada bagian yang telah ditandai kedua ujungnya pada mesin.
8. Memilih standar uji tarik sesuai dengan yang disyaratkan.
9. Mengimput data-data awal sampel pengujian pada monitor (diameter
awal dan panjang awal).
10. Setelah data awal diinput, mulailah melakukan pengujian tarik pada
tulangan.kemudian menunggu beberapa menit, sampai tulangan
tersebut putus.
11. Setelah sampel yang diuji tarik putus, matikan mesin lalu
melepaskan sampel tersebut dari penjepit tulangan dan usahakan
penanda agar tidak bergeser.
12. Menyambung kembali tulangan yang telah diuji tarik kemudian
mengukur panjang setelahnya sebagai panjang setelah putus (Lu)
dan diameter diameter pada daerah yang putus.
13. Mengimput kembali kedalam monitor diameter dan panjang setelah
uji tarik sebagai syarat untuk menghasilkan output uji tarik
sebenarnya.
14. Menyimpan file hasil uji tarik sebagai output dari pengujian.
15. Melaporkan pada instruktur bahwa pengujian telah selesai.

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

16. Membersihkan area pengujian, mematikan mesin uji dan


mengembalikan alat.

E. DATA DAN ANALISA PERHITUNGAN


1. Data
Lokasi : Laboratorium Pengujian Bahan
Dikerjakan oleh : Kelompok I & II
 Sampel 1
- Bahan/jenis baja :
- Ukuran awal:
Panjang mula-mula (L0) = 240 mm
Lebar/diameter mula-mula (D0) = 9,621 mm
Luas penampang mula-mula (A0) = 72 mm2

Gambar 1. Hubungan antara Strain dan Stress Tulangan Polos

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

80
75 B= 65.954
70
65 A= 52.728
60
55
50
45
40
35
Load

30
25
20
15 Δlp= -7.706
10 Δle = 2.5
5
0
-10 -5 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-10
-15
Extension (mm)
Gambar 2. Grafik Load ( KN ) vs Extension tulangan polos

Gambar 3. Tegangan vs regangan pada zona elastis tulangan polos

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Gambar 4. Hubungan antara extention dan load tulangan polos

Gambar 5. Grafik logaritmik dari kurva tegangan-regangan sampai beban ultimate


Tulangan polos

2. Analisa Perhitungan
1) Sampel 1 (Besi Polos ∅12)
 Data Awal Sebelum Di Uji
a. Ukuran setelah putus = Besi Polos ∅12
b. Panjang setelah putus (Lf) = 240 mm
c. Lebar/Diameter putus (Du) = 7,370 mm
d. Luas penampang putus (Au) = 42,660 mm²

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

 Data Setelah Di Uji


Perhitungan manual parameter uji tarik baja
a. Diameter awal (Do) = 11,720 mm
b. Luas penampang (Ao) = 107,8810 mm²
c. Panjang awal (Lo) = 200 mm
d. Panjang putus (Lu) = 228,000 mm
e. Diameter putus (Du) = 7,370 mm
𝟏
f. Luas penampang putus (Au) = × 𝝅 × 𝐃𝐮
𝟒
=31,735 mm²
g. Lower yield strength(ReL) =𝑝
𝑎

= 480,066 N/mm2
h. Upper yield strength (ReH) =𝑝
𝑎

= 497,991 N/mm2

i. Tegangan leleh (fy) = ReH+ReL


2

497,991+480,066
= 2

= 489,028 Mpa
FM
j. Tensile strength (Rm) = A0

= 612, 489 Mpa


k. % Elongasi = Lu−Lo
x 100 %
Lo

228,000−200
= 200 x 100%
= 14 %

l. % Reduction of area = Ao−Au


Ao
x 100%

107,8810 − 42,660
= 107,8810 x 100%
= 60,456 %
m.Ultimate = 612,332 (lihat pada gambar
1)

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

n. Elongasi leleh ƛy = ƛ𝑠𝐿 − ƛsu


= 4,1 – 1
= 3,1
o.Work Hardening Exponent = F = a = Ksn
n =0,6955 (lihat pada gambar 5)
k =4,0104 (lihat pada gambar 5)
p . Derajat Kelentingan = 1 𝑥 ∆le x A
2
1
= X (1,835/100) X 460,512
2

= 4.225 MPa

q. Derajat Ketangguhan = ( 𝐴+𝐵


2
)
𝑥 ∆lp

( 460,512+612,332) 19,918
= 2 𝑥( 100 )

= 106.844 MPa

Tabel 3.5.1 Data Uji Kuat Tarik Tulangan Polos ∅12.

Name Code Value Units


Diameter Do 11,720 mm
Final diameter Du 7,370 mm
Final gage length Lu 228,000 m
Area Ao 107,8810 mm2
Maximum force Fm 66075,959 N
Tensile strength Rm 612,489 N/mm2
Load at lower yield 51790,054 N
Lower yield strength ReL 480,066 N/mm2
Load at uooer yield 53723,814 N
Upper yield strength ReH 497,991 N/mm2
Fractures stress 555,480 N/mm2
Percentage elongation after
A 14,000 %
fractures
Percentage reduction area Z 60,456 %

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

Tabel 3.5.2 Hasil Pengujian Tarik Baja kedua sampel P12 berdasarkan ukuran toleransi
Diameter Diameter
Deviasi Toleransi
Uraian Nominal Aktual Keterangan
(mm) (mm)
(mm) (mm)
Sampel
P.12 12 11,720 0,15 ± 0,4 Memenuhi
Tabel 3.5.3 Hasil Pengujian Tarik Baja sampel P12 berdasarkan syarat mekanis
Hasil Syarat SNI 13 – 2052 – 2017 Kelas
Rm Elongitas Baja
Fy Rm Elongitas Fy (MPa)
Uraian Min. Min. Tulanga
MPa Mpa % Min. Maks. MPa % n
Sampel1 12 (22 ≤ d ≤ 36 BjTS
P.12 489,028 612, 489 60,456% 420 545 525 mm 420 B

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengujian uji tarik baja tulangan, maka dapat
disimpulkan:
a. Berdasarkan syarat ukuran dan toleransi
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil bahwa sampel
P.12 memenuhi syarat sifat mekanis dan masuk kelas baja BjTS
420B dengan SNI 13 – 2052 – 2017.

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang

G. DOKUMENTASI

Gambar 3.4.1 Gambar 3.4.1 Gambar 3.4.2


Menyiapkan besi Mengukur diameter besi. Mengukur panjang besi.

Gambar 3.4.3 Gambar 3.4.4 Gambar 3.4.5


Memberi tanda pada Memasukkan data ke Memasukkan besi
besi. komputer mesin uji ke mesin uji tarik.
tarik.
.

Gambar 3.4.6 Hasil


Uji Tarik

2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2

Anda mungkin juga menyukai