B. DASAR TEORI
Uji tarik adalah kegiatan pengujian bersifat dedukatif terhadap
sesuatu bahan dengan cara memberikan beban tarikan secara terus
menerus bertambah sampai akhirnya putus. Kemampuan tarik suatu
bahan diperlihatkan dalam suatu perbandingan antara besar kuat tarik
terhadap luas bidang bahan yang mengalami tarikan.
Prinsip uji tarik adalah dimana sampel bentuk ukuran dan bentuk
tertentu (dalam standar SII atau jis atau ASTM) diberikan beban tarik
yang continue sampai bahan atau logam tersebut mengalami perpatahan.
Perpatahan beban tarik ini akan menimbulkan regangan hubungan antara
penambahan beban dengan perubahan regangan dapat digambarkan
dalam suatu kurva yang dikenal sebagai kurva stress dan kurva strain.
Sifat-sifat mekanis yang diharapkan dari percobaan ini adalah
kekuatan leleh, tegangan maksimum, tegangan patah dan harga modulus
young. Umumnya hasil pengujian tersebut dapat digambarkan dalam
suatu diagram yang menyatakan hubungan antara tegangan dan regangan
yang terdiri atas beberapa daerah.
1. Uji Tarik Uniaksial
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
𝑃
𝐹= 𝜎=
𝐴𝑜
𝐿𝑓 − 𝐿𝑜
Δ𝐿
𝜀= =
𝐿𝑜 Lo
dimana:
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
𝐹
𝐸=
𝜀
c. Tegangan Leleh,
(fy)
𝑃𝑦
𝐹𝑦 =
𝐴𝑜
Baja dengan daktilitas besar biasanya mempunyai titik
peralihan elastic-plastis yang jelas serta memiliki titik leleh atas
(upper yield stress) dan titik leleh bawah (lower yield stress)
seperti diperlihatkan dalam gambar 4. Tegangan leleh bawah
adalah tegangan rata-rata pada daerah landing sebelum benar-benar
memasuki daerah plastis. Bila hanya disebutkan tegangan leleh,
maka yang dimaksud adalah tegangan ini,
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
e. Tegangan Putus,
(Ff)
𝑃𝑓
𝐹𝑓 =
𝐴𝑜
f. Regangan Putus, εf
𝑺𝒇 = 𝑺𝒆 + 𝑺𝒑
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tabel 3.4.2 Ukuran dan Toleransi Diameter Baja Tulangan (SNI 08-2052-2017).
Penyimpangan Kebundaran
Diameter (d) Toleransi(t)
No. Maks (p)
mm Mm Mm
1 6 ± 0,3 0,42
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
4 25 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
5 d ≥ 34 ± 0,8 1,12
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Penyimpangan Kebundaran
Diameter (d) Toleransi(t)
No. Maks (p)
mm Mm Mm
1 6 ± 0,3
2 8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4
Maksimum 70 dari bataas
3 16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5
toleransi
4 25 ≤ d ≤ 34 ± 0,6
5 d ≥ 34 ± 0,8
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Penggaris Spidol
b. Bahan
Baja tulangan polos ∅
panjang 40 cm
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
D. LANGKAH PENGUJIAN
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menyiapkan jumlah dan ukuran sampel yang akan diuji.
3. Memotong baja tulangan dengan panjang 400 mm.
4. Memberi tanda pada sampel yang akan diuji tarik sesuai dengan
batas panjang awal
5. Mengukur diameter sampel yang akan diuji tarik dengan
menggunakan jangka sorong, melakukan sebanyak 3x untuk setiap
sampel dan hitung rata-rata.
6. Menyalakan monitor mesin uji tarik.
7. Memasang benda uji yang telah disiapkan dengan menyetel penjepit
tepat pada bagian yang telah ditandai kedua ujungnya pada mesin.
8. Memilih standar uji tarik sesuai dengan yang disyaratkan.
9. Mengimput data-data awal sampel pengujian pada monitor (diameter
awal dan panjang awal).
10. Setelah data awal diinput, mulailah melakukan pengujian tarik pada
tulangan.kemudian menunggu beberapa menit, sampai tulangan
tersebut putus.
11. Setelah sampel yang diuji tarik putus, matikan mesin lalu
melepaskan sampel tersebut dari penjepit tulangan dan usahakan
penanda agar tidak bergeser.
12. Menyambung kembali tulangan yang telah diuji tarik kemudian
mengukur panjang setelahnya sebagai panjang setelah putus (Lu)
dan diameter diameter pada daerah yang putus.
13. Mengimput kembali kedalam monitor diameter dan panjang setelah
uji tarik sebagai syarat untuk menghasilkan output uji tarik
sebenarnya.
14. Menyimpan file hasil uji tarik sebagai output dari pengujian.
15. Melaporkan pada instruktur bahwa pengujian telah selesai.
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
80
75 B= 65.954
70
65 A= 52.728
60
55
50
45
40
35
Load
30
25
20
15 Δlp= -7.706
10 Δle = 2.5
5
0
-10 -5 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50
-10
-15
Extension (mm)
Gambar 2. Grafik Load ( KN ) vs Extension tulangan polos
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
2. Analisa Perhitungan
1) Sampel 1 (Besi Polos ∅12)
Data Awal Sebelum Di Uji
a. Ukuran setelah putus = Besi Polos ∅12
b. Panjang setelah putus (Lf) = 240 mm
c. Lebar/Diameter putus (Du) = 7,370 mm
d. Luas penampang putus (Au) = 42,660 mm²
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
= 480,066 N/mm2
h. Upper yield strength (ReH) =𝑝
𝑎
= 497,991 N/mm2
497,991+480,066
= 2
= 489,028 Mpa
FM
j. Tensile strength (Rm) = A0
228,000−200
= 200 x 100%
= 14 %
107,8810 − 42,660
= 107,8810 x 100%
= 60,456 %
m.Ultimate = 612,332 (lihat pada gambar
1)
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
= 4.225 MPa
( 460,512+612,332) 19,918
= 2 𝑥( 100 )
= 106.844 MPa
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
Tabel 3.5.2 Hasil Pengujian Tarik Baja kedua sampel P12 berdasarkan ukuran toleransi
Diameter Diameter
Deviasi Toleransi
Uraian Nominal Aktual Keterangan
(mm) (mm)
(mm) (mm)
Sampel
P.12 12 11,720 0,15 ± 0,4 Memenuhi
Tabel 3.5.3 Hasil Pengujian Tarik Baja sampel P12 berdasarkan syarat mekanis
Hasil Syarat SNI 13 – 2052 – 2017 Kelas
Rm Elongitas Baja
Fy Rm Elongitas Fy (MPa)
Uraian Min. Min. Tulanga
MPa Mpa % Min. Maks. MPa % n
Sampel1 12 (22 ≤ d ≤ 36 BjTS
P.12 489,028 612, 489 60,456% 420 545 525 mm 420 B
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
F. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum pengujian uji tarik baja tulangan, maka dapat
disimpulkan:
a. Berdasarkan syarat ukuran dan toleransi
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh hasil bahwa sampel
P.12 memenuhi syarat sifat mekanis dan masuk kelas baja BjTS
420B dengan SNI 13 – 2052 – 2017.
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2
Laporan Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan
Politeknik Negeri Ujung Pandang
G. DOKUMENTASI
2B D4 JASA
KONSTRUKSI
KELOMPOK 2