1806202891
BAB I
PENDAHULUAN
Dasar dari Teknik sipil adalah untuk menyediakan serta mengakomodasi kebutuhan
infrastruktur untuk kebutuhan masyarakat umum. Infrastruktur mencakup pada bangunan,
distribusi air, pembuangan limbah, bendungan, serta bangunan transportasi seperti jalan tol dan
bandara. Hampir semua proses pembangunan dikerjakan oleh orang-orang Teknik sipil. Mulai
dari proses perencanaan seperti desain, konstruksi, serta perawatan fasilitasnya. Mengapa
konstruksi suatu bangunan harus diawasi? Karena dalam bangunan tersebut terdapat banyak
jenis bahan-bahan material yang digunakan. Kita harus tahu menahu akan bagaimana aktivitas
dari material tersebut. Karena pada umumnya material yang digunakan pada Teknik sipil
berbeda dengan material yang digunakan pada Teknik-teknik yang lain.
A basic function of civil and construction engineering is to provide and maintain the infrastructure
needs of society. The infrastructure includes buildings, water treatment and distribution systems,
waste water removal and processing, dams, and highway and airport bridges and pavements.
Although some civil and construction engineers are involved in the planning process, most are
concerned with the design, construction, and maintenance of facilities. The common denominator
among these responsibilities is the need to understand the behavior and performance of materials.
Although not all civil and construction engineers need to be material specialists, a basic understanding
of the material selection process, and the behavior of materials, is a fundamental requirement for all
civil and construction engineers performing design, construction, and maintenance. Material
requirements in civil engineering and construction facilities are different from material requirements
in other engineering disciplines. Frequently, civil engineering structures require tons of materials with
relatively low replications of specific designs. Generally, the materials used in civil engineering have
relatively low unit costs. In many cases, civil engineering structures are formed or fabricated in the
field under adverse conditions. Finally, many civil engineering structures are directly exposed to
detrimental effects of the environment.
Properti material merupakan sifat-sifat dari suatu bahan material yang terbagi menjadi
dua jenis. Kedua jenis properti tersebut ialah properti mekanik dan properti non-mekanik.
Properti mekanik ialah adalah perilaku material sebagai suatu respon dari beban yang bekerja
pada material tersebut. Sifat mekanik material merupakan salah satu faktor terpenting yang
menjadi dasar dalam proses perencanaan. Pembebanan yang dimaksud dapat berupa gaya,
torsi, atau gabungan dari gaya dan torsi. Sedangkan properti non-mekanik ialah perilaku
material yang mempengaruhi suatu bahan material selain dari beban dan properti suhu material.
Kedua jenis properti ini memiliki peranan yang sama-sama penting pada proses
perencanaan suatu proyek karena jika ada salah satu yang tidak masuk ke dalam perencanaan,
maka dapat menyebabkan potensi terjadinya kegagalan dalam proses pembangunan.
Penggunaan material dalam sebuah struktur harus sesuai dengan jenis bangunan yang akan
dibangun. Pengaruh jenis material yang digunakan akan berdampak pada beban hidup yang
menimpa struktur tersebut. Respon dari material tersebut beragam tergantung jenis materialnya
serta besar dan jenis beban yang menimpa. Akibatnya apabila terdapat kesalahan dalam
pemilihan material dan perkiraan beban hidup ialah rusak atau rubuhnya bangunan tersebut.
BAB II
PROPERTI MEKANIK
Pengujian Laboratorium
Selain itu metode penerapan beban juga berbeda sesuai dengan tujuan pengujiannya.
Ada 2 macam metode penerapan beban yang paling sering digunakan yaitu uji statik dan uji
dinamik. Dalam uji statik beban diterapkan perlahan-lahan dan laju pembebanan yang teliti
bukan merupakan hal yang penting karena tidak mempengaruhi perilaku benda uji. Tetapi
dalam uji dinamik beban diterapkan secara cepat dan kadang-kadang dengan cara siklus, selain
itu karena sifat beban dinamik mempengaruhi besaran bahan, maka laju pembebanan juga perlu
dicatat.
Hubungan Tegangan-Regangan
Hasil pengujian laboratorium pada material biasanya dinyatakan dalam tegangan (σ)
dan regangan (ε). Tegangan pada benda uji dihitung dengan membagi gaya (P) dengan luas
penampang (A) atau σ=P/A dengan satuan (MPa). Regangan diperoleh dengan membagi
perubahan panjang (δ) dengan panjang aktual sebelum diberi beban (L) atau ε=δ/L dan tidak
memiliki satuan. Hubungan tegangan dan regagan divisualisasikan dalam bentuk grafik dengan
regangan berada pada sumbu X dan tegangan berada pada sumbu Y. Masing-masing material
memiliki hubungan tegangan dan regangan yang berbeda-beda.
Ketika beban dibebani secara perlahan maka kurva tegangan regangan akan naik
dengan kemiringan yang sama sampai dengan titik tertentu ketika kemiringan berubah semakin
horizontal. Titik tersebut disebut dengan Titik Leleh dan tegangan yang terjadi adalah
Tegangan Leleh, σL. Dari titik leleh, tegangan masih akan terus naik sampai menjadi
maksimum kemudian turun sampai mencapai titik putus. Titik maksimum tersebut disebut
Titik Ultimate dan tegangan adalah Tegangan Ultimate (σU).
Selain itu pada properti mekanis material juga dikenal kondisi material elastis dan
plastis. Elastisitas adalah kondisi material yang ketika dibebani mengalami deformasi
(perubahan bentuk) dan ketika beban diangkat material masih kembali ke bentuk semula.
Sedangkan plastisitas adalah kondisi material yang ketika dibebani mengalami deformasi dan
ketika beban diangkat tidak kembali lagi ke bentuk semula atau telah ada deformasi permanen
yang terjadi karena besarnya beban yang diterima. Pada kurva tegangan regangan hal ini bisa
dilihat cukup jelas.
Beban yang diberikan secara perlahan dan terus ditingkatkan akan memberikan
tegangan dan regangan yang terus meningkat secara proporsional pada kurva tegangan
regangan sampai ketika zona elastis telah dilewati maka tegangan dan regangan yang terjadi
tidak lagi proporsional atau pada kurva tegangan regangan disebut zona plastis.
Elastisitas linier adalah sifat bahan yang berperilaku elastis dan juga mempunyai
hubungan linier pada kurva tegangan regangan. Dimana banyak material struktural berperilaku
elastis linier ketika pertama kali dibebani. Perilaku seperti ini sangat penting karena pada zona
inilah secara umum struktur didesain sehingga bisa menghindari deformasi permanen.
Hubungan linier antara tegangan dan regangan untuk material yang mengalam tarik dan
tekan sederhana dinyatakan dengan persamaan, σ=Eε, dengan E adalah modulus elastisitas
dengan satuan MPa. Persamaan ini dikenal sebagai Hukum Hooke (Robert Hooke, 1635-1703).
Selain itu modulus elastisitas juga sering disebut dengan Modulus Young (Thomas Young,
1773-1829). Modulus elastisitas adalah kemiringan kurva tegangan regangan dalam daerah
elastis linier.
Jika suatu material dibebani, misal tarik, maka material tersebut akan bertambah
panjangnya searah dengan gaya penarikan atau arah aksial dan lebarnya dalam arah lateral akan
mengecil. Perubahan dimensi ini menyebabkan terjadinya regangan dan rasio antara regangan
lateral (ε’) dan regangan aksial (ε) disebut dengan Rasio Poisson (ν) (Simeon Denis Poisson,
1781-1840). Dalam bentuk persamaan Rasio Poisson, ν=ε’/ε.
Hukum Hooke untuk Geser
Properti mekanis untuk geser didapatkan dengan pengujian geser langsung atau uji
torsi. uji torsi dilakukan dengan memuntir tabung lingkaran berlubang, sehingga menghasilkan
keadaan geser murni. Dari hasil pengujian diperoleh kurva tegangan regangan untuk geser (τ,
tegangan geser; γ, regangan geser). Kurva ini mempunyai bentuk tipikal yang sama dengan
kurva tegangan regangan tarik akan tetapi memiliki nilai yang lebih kecil.
Pada kondidi elastis linier pada kurva tegangan regangan geser diperoleh Hukum
Hooke untuk kondisi geser, τ=Gγ. Dimana G adalah modulus elastisitas geser atau disebut juga
modulus rigiditas yang memiliki hubungan dengan modulus elastisitas dengan bentuk
persamaan, G=E/2(1+ν).
BAB III
PROPERTI NON-MEKANIK
2. Ekspansi Termal