Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN LOGAM
“UJI TARIK”

Disusun Oleh

Dwi Ananto Indra Cahyadi

(201410120311122)

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Jl.Raya Tlogomas No. 246 Telp (0341) 464318-21 Psw. 127

Fax (0341) 460782 Malang 6514

LEMBAR ASISTENSI

NAMA : Dwi Ananto Indra Cahyadi

NIM : 201410120311122

PRAKTIKUM : UJI TARIK

No Tanggal Catatan Asistensi Keterangan

Malang, ……………………

Mengetahui :

Dosen Pembimbing

Ir. Eko Hariyadi, MT


DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................1

LEMBAR ASISTENSI..........................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

I.1. Latar Belakang...............................................................................................4


I.2. Tujuan.............................................................................................................4
I.3. Manfaat...........................................................................................................5

BAB II LANDASAR TEORI................................................................................6

II.1. Perlakuan Mekanik Material.........................................................................6


II.2. Mode Pepatahan Material...........................................................................13

BAB III METODE PENGUJIAN.......................................................................18

III.1. Prosedur Pengujian....................................................................................18


III.2. Alat – alat dan bahan pengujian................................................................18
III.3. Data hasil percobaan..................................................................................19

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................21

IV.1. Pengolahan data.........................................................................................21


IV.2. Grafik ........................................................................................................26

BAB V KESIMPULAN........................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Latar belakang
Dalam dunia Engineering, seringkali kita dihadapkan pada istilah-
istilah teknik seperti : tegangan tarik, tegangan geser, tegangan ijin,
regangan, modulus elastisitas, dll yang kesemuanya itu merupakan sifat-
sifat mekanik dari material (dalam hal baja). Bagi seorang ahli ilmu teknik
(engineer), cara untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material
sudah lumrah diketahui namun tidak demikian dengan para mahasiswa
teknik (apalagi yang masih di awal perkuliahan).
Tujuan pengujian mekanik suatu logam, yakni dengan percobaan-
percobaan yang dilakukan terhadap suatu logam adalah untuk mendapatkan
data-data yang dapat menunjukan sifat-sifat mekanik logam tersebut.
Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dan
perubahan-perubahannya dari suatu logam terhadap pembebanan tarik.
Pengujian ini umumnya diperuntukan bagi pengujian beban-beban statik….
(Okasatria Novyanto, 2009:1)
Untuk men-design suatu sistem mekanis, sifat-sifat mekanik dari
suatu acuan yang harus disertakan dalam pemilihan material serta
penggambaran kemampuan sistem mekanis yang di-design. Hal ini
menunjukkan betapa pentingnya pengujian tarik untuk diketahui baik
praktis maupun teoretis.
I. 2. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum pengujian tarik yaitu :
1. Memahami fenomena kekuatan tarik material.
2. Mengetahui sifat mekanik pada baja ST 42: Yield point bahan uji,
Modulus elastis bahan, Besarnya kekuatan tarik maksimum (UTS)
3. Mengetahui cara penggunaan mesin pengujian tarik
4. Mengetahui grafik tegangan-regangan dari material yang diuji
I. 3. Manfaat
Manfaat-manfaat yang dapat diambil dari praktikum pengujian tarik
adalah:
1. Praktikan dapat lebih memahami pengujian tarik.
2. Praktikan dapat memahami sifat-sifat mekanik dari baja ST 42.
3. Data-data yang telah diperoleh dapat dimanfaatkan untuk menjadi
acuan pemanfaatan baja ST 42 dalam design
BAB II
LANDASAN TEORI

II. 1. Perilaku Mekanik Material


Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan (logam
dan nonlogam) dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap
mengenai perilaku material tersebut terhadap pembebanan mekanis.
Informasi penting yang bisa didapat adalah:
a. Batas proporsionalitas (proportionality limit)
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai
hubungan proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan
tegangan akan diikuti dengan penambahan regangan secara
proporsional dalam hubungan linier σ = E ε (bandingkan dengan
hubungan y = mx; dimana y mewakili tegangan; x mewakili regangan
dan m mewakili slope kemiringan dari modulus kekakuan). Titik P
pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas
dari kurva tegangan-regangan.

Gambar 1.1. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat


baja ulet
b. Batas elastis (elastic limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada
panjang semula bila tegangan luar dihilangkan. Daerah
proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini.
Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar)
maka batas elastis akan terlampaui pada akhirnya sehingga bahan
tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan kata lain dapat
didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana
tegangan yang diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi
permanen (plastis) pertama kalinya. Kebanyakan material teknik
memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas
proporsionalitasnya.
c. Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength)
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus
mengalami deformasi tanpa adanya penambahan beban. Tegangan
(stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan mekanisme luluh
ini disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh
titik Y pada Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya
ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan struktur Kristal BCC dan
FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom
carbon, boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan
atom-atom tersebut menyebabkan baja ulet seperti mild steel
menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas
(upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas
umumnya tidak memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk
menentukan kekuatan luluh material seperti ini maka digunakan suatu
metode yang dikenal sebagai Metode Offset. Dengan metode ini
kekuatan luluh (yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana
bahan memperlihatkan batas penyimpangan/deviasi tertentu dari
proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada Gambar 1.2 di bawah
ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan
XW dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai
kekuatan luluh. Umumnya garis offset OX diambil 0.1 – 0.2% dari
regangan total dimulai dari titik O.

Gambar 1.2. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat


dari bahan getas
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran
kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila digunakan
dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan mekanik
seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini
harus dicapai ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam
proses manufaktur produk-produk logam seperti proses rolling,
drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik
luluh adalah suatu tingkat tegangan yang:
• Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
• Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process)
d. Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength)
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh
material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai kekuatan
tarik maksimum σ uts ditentukan dari beban maksium Fmaks dibagi
luas penampang awal Ao.

Pada bahan ulet tegangan maksimum ini ditunjukkan oleh titik M


(Gambar 1.1) danselanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga
titik B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda
dimana tegangan maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B
pada Gambar 1.2). Dalam kaitannya dengan penggunaan structural
maupun dalam proses forming bahan, kekuatan maksimum adalah
batas tegangan yang sama sekali tidak boleh dilewati.
e. Kekuatan Putus (breaking strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda
uji putus (Fbreaking) dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan
yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M terlampaui dan
bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme
penciutan (necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang
terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan putus adalah lebih kecil
daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan
putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.
f. Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan
logam menahan deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini ,
dalam beberapa tingkatan, harus dimilikioleh bahan bila ingin
dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, stretching,
drawing,hammering, cutting dan sebagainya. Pengujian tarik
memberikan dua metode pengukuran keuletan bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan
terhadap panjang awalnya.
Elongasi, ε (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2)
dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo panjang awal dari benda
uji.
Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area
Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section)
setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya.Reduksi
penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3)
dimana Af adalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang
awal.
g. Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan
suatu material. Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil
regangan elastis yang terjadi pada suatu tingkat pembebanan tertentu,
atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada
grafik tegangan-regangan (Gambar 1.1 dan 1.2), modulus kekakuan
tersebut dapat dihitung dari slope kemiringan garis elastis yang linier,
diberikan oleh:
E = σ/ε atau E = tan α (1.4)
dimana α adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva
tegangan-regangan. Modulus elastisitas suatu material ditentukan
oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga besarnya nilai modulus ini
tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan.
Sebagai contoh diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang
menunjukkan grafik tegangan-regangan beberapa jenis grafik baja:
Gambar 1.3. Grafik tegangan-regangan beberapa baja yang
memperlihatkan kesamaan modulus kekakuan
h. Modulus kelentingan (modulus of resilience)
Mewakili kemampuan material untuk menyerap energi dari luar tanpa
terjadinya kerusakan. Nilai modulus dapat diperoleh dari luas segitiga
yang dibentuk oleh area elastik diagram tegangan-regangan pada
Gambar 1.1.
i. Modulus ketangguhan (modulus of toughness)
Merupakan kemampuan material dalam menyerap energi hingga
terjadinya perpatahan.Secara kuantitatif dapat ditentukan dari luas
area keseluruhan di bawah kurva tegangan-regangan hasil pengujian
tarik seperti Gambar 1.1. Pertimbangan disain yang mengikutsertakan
modulus ketangguhan menjadi sangat penting untuk komponen-
komponen yang mungkin mengalami pembebanan berlebih secara
tidak disengaja. Material dengan modulus ketangguhan yang tinggi
akan mengalami distorsi yang besar karena pembebanan berlebih,
tetapi hal ini tetap disukai dibandingkan material dengan modulus
yang rendah dimana perpatahan akan terjadi tanpa suatu peringatan
terlebih dahulu.
j. Kurva tegangan-regangan rekayasa dan sesungguhnya
Kurva tegangan-regangan rekayasa didasarkan atas dimensi awal
(luas area dan panjang) daribenda uji, sementara untuk mendapatkan
kurva tegangan-regangan sesungguhnya diperlukanluas area dan
panjang aktual pada saat pembebanan setiap saat terukur. Perbedaan
keduakurva tidaklah terlampau besar pada regangan yang kecil, tetapi
menjadi signifikan padarentang terjadinya pengerasan regangan
(strain hardening), yaitu setelah titik luluhterlampaui. Secara khusus
perbedaan menjadi demikian besar di dalam daerah necking.
Padakurva tegangan-regangan rekayasa, dapat diketahui bahwa benda
uji secara aktual mampumenahan turunnya beban karena luas area
awal Ao bernilai konstan pada saat penghitungantegangan σ = P/Ao.
Sementara pada kurva tegangan-regangan sesungguhnya luas area
aktual adalah selalu turun hingga terjadinya perpatahan dan benda uji
mampu menahan peningkatantegangan karena σ = P/A. Gambar 1.4
di bawah ini memperlihatkan contoh kedua kurva tegangan-regangan
tersebut pada baja karbon rendah (mild steel)

Gambar 1.4. Perbandingan antara kurva tegangan-regangan


rekayasa dan sesungguhnyadari baja karbon rendah (mild steel).
II. 2. Mode Perpatahan Material
Sampel hasil pengujian tarik dapat menunjukkan beberapa tampilan
perpatahan sepertidiilustrasikan oleh Gambar 1.5 di bawah ini:

Perpatahan ulet memberikan karakteristk berserabut (fibrous) dan


gelap (dull), sementaraperpatahan getas ditandai dengan permukaan
patahan yang berbutir (granular) dan terang.Perpatahan ulet umumnya
lebih disukai karena bahan ulet umumnya lebih tangguh danmemberikan
peringatan lebih dahulu sebelum terjadinya kerusakan. Pengamatan kedua
tampilan perpatahan itu dapat dilakukan baik dengan mata
telanjangmaupun dengan bantuan stereoscan macroscope. Pengamatan
lebih detil dimungkinkandengan penggunaan SEM (Scanning Electron
Microscope).
a. Perpatahan Ulet
Gambar 1.6 di bawah ini memberikan ilustrasi skematis terjadinya
perpatahan ulet pada suatuspesimen yang diberikan pembebanan tarik:
Gambar 1.6 . Tahapan terjadinya perpatahan uletpada sampel uji
tarik: (a) Penyempitan awal;(b) Pembentukan rongga-rongga kecil
(cavity);(c) Penyatuan rongga-rongga membentuk suaturetakan; (d)
Perambatan retak; (e) Perpatahangeser akhir pada sudut 45°(a) (b)
(c)(d) (e)
Tampilan foto SEM dari perpatahan ulet diberikan oleh Gambar 1.7
berikut:

Gambar 1.7. Tampilan permukaan patahan dari suatu sampel logam


yang ditandai dengan lubang-lubang dimpel sebagai suatu hasil
proses penyatuan rongga-rongga kecil(cavity) selama pembebanan
berlangsung.
b. Perpatahan Getas
Perpatahan getas memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak ada atau sedikit sekali deformasi plastis yang terjadi pada
material.
2. Retak/perpatahan merambat sepanjang bidang-bidang kristalin
membelah atom-atommaterial (transgranular).
3. Pada material lunak dengan butir kasar (coarse-grain) maka dapat
dilihat pola-pola yangdinamakan chevrons or fan-like pattern yang
berkembang keluar dari daerah awalkegagalan.
4. Material keras dengan butir halus (fine-grain) tidak memiliki pola-
pola yang mudahdibedakan.
5. Material amorphous (seperti gelas) memiliki permukaan patahan
yang bercahaya danmulus.
Contoh perpatahan getas dari suatu benda uji berbentuk pelat diberikan
oleh Gambar 1.8 dibawah ini.
Gambar 1.8. Perpatahan getas pada dua sampel logam berpenampang
lintang persegipanjang (pelat)
Sedangkan hasil foto SEM sampel dengan perpatahan getas diberikan
oleh Gambar 1.9 padahalaman berikut ini:

Gambar 1.9. Foto SEM sampel dengan perpatahan getas. Perhatika bentuk
perambatanretak yang menjalar (a) memotong butir (transgranular fracture)
dan (b) melalui batasbutir material (intergranular fracture)
(Akhmad Herman Yuwono,2009;5-13).
BAB III
METODE PENGUJIAN

III. 1. Prosedur pengujian


1. Bahan uji dibersihkan dari oksidasi atau kotoran lainnya.
2. Mengukur bahan uji yaitu panajng dan diametr awal.
3. Menyetel mesin uji tarik pada posisi 0 kg dan pertambahan beban
4. Memasang bahan uji pada ragum dan mengunci dengan kuat.
5. Memulai penarikan dengan menekan tombol serta mengaktifkan mesin
pencetak data atau grafik.
6. Mencatat setiap perubahan beban dan panjang sampai bahan patah.
7. Jika sudah patah mesin dimatikan dan bahan dilepas, kemudian mencatat
panjang dan diameter akhir.
III. 2. Alat-alat dan bahan yang digunakan
1. Mesin uji tarik universal dengan perlengkapan standart.

2. Jangka sorong.
3. Alat-alat tulis untuk mencatat data.
4. Spesimen uji (Baja ST 42)

Do= 8.1 mm

Lo= 80 mm
III. 3. Data hasil percobaan
Data specimen sebelum dan sesudah pengujian dilakukan
adalah sebagai berikut:
Diameter mula-mula (Do) = 1,28 mm

Panjang mula-mula (Lo) = 7,62 mm

Diameter akhir (D1) = 0,73 mm

Panjang akhir (L1) = 8,53 mm


BAB IV
PEMBAHASAN

VI. 1. Pengolahan data


Persamaan-persamaan yang digunakan pada pengolahan data berikut
adalah:
a. Pertambahan panjang (ΔL)
ΔL = L i-L0[mm]
Dimana:
Li = panjang ke-I [mm]
L0 = panjang mula-mula
b. Luas penampang awal (A0) dan luas penampang akhir (Af)

Dimana:
D0 = diameter awal [mm]
Df = diameter akhir [mm]
c. Tegangan (σ)

Dimana:
P = beban [kg]
d. Regangan (ε)

e. Modulus Elastisitas (E)


E = σ/ε atau E = tan α

Hasil pengolahan data akan ditabelkan sebagai berikut:


E(kg/
No. Lo(mm) Li(mm) ΔL Ao(mm^2) P(Kg) σ(kg/mm^2) ε(%)
mm^2)
1 80 80,0 0,0 51,53 510 9,897 0,000 ~
2 80 80,0 0,0 51,53 597 11,585 0,000 ~
3 80 80,1 0,1 51,53 630 12,226 0,125 97,807
4 80 80,2 0,2 51,53 690 13,390 0,250 53,561
5 80 80,3 0,3 51,53 744 14,438 0,375 38,502
6 80 80,4 0,4 51,53 722 14,011 0,500 28,023
7 80 80,5 0,5 51,53 808 15,680 0,625 25,088
8 80 80,6 0,6 51,53 896 17,388 0,750 23,184
9 80 80,7 0,7 51,53 980 19,018 0,875 21,735
10 80 80,8 0,8 51,53 1070 20,765 1,000 20,765
11 80 80,9 0,9 51,53 1164 22,589 1,125 20,079
12 80 81,0 1,0 51,53 1245 24,161 1,250 19,329
13 80 81,1 1,1 51,53 1322 25,655 1,375 18,658
14 80 81,2 1,2 51,53 1412 27,402 1,500 18,268
15 80 81,3 1,3 51,53 1506 29,226 1,625 17,985
16 80 81,4 1,4 51,53 1596 30,972 1,750 17,698
17 80 81,5 1,5 51,53 1692 32,835 1,875 17,512
18 80 81,6 1,6 51,53 1782 34,582 2,000 17,291
19 80 81,7 1,7 51,53 1890 36,678 2,125 17,260
20 80 81,8 1,8 51,53 1992 38,657 2,250 17,181
21 80 81,9 1,9 51,53 2102 40,792 2,375 17,175
22 80 82,0 2,0 51,53 2198 42,655 2,500 17,062
23 80 82,1 2,1 51,53 2208 42,849 2,625 16,323
24 80 82,2 2,2 51,53 2302 44,673 2,750 16,245
25 80 82,3 2,3 51,53 2394 46,458 2,875 16,159
26 80 82,4 2,4 51,53 2502 48,554 3,000 16,185
27 80 82,5 2,5 51,53 2602 50,495 3,125 16,158
28 80 82,6 2,6 51,53 2498 48,477 3,250 14,916
29 80 82,7 2,7 51,53 2488 48,283 3,375 14,306
30 80 82,8 2,8 51,53 2510 48,709 3,500 13,917
31 80 82,9 2,9 51,53 2498 48,477 3,625 13,373
32 80 83,0 3,0 51,53 2530 49,098 3,750 13,093
33 80 83,1 3,1 51,53 2544 49,369 3,875 12,740
34 80 83,2 3,2 51,53 2554 49,563 4,000 12,391
35 80 83,3 3,3 51,53 2568 49,835 4,125 12,081
36 80 83,4 3,4 51,53 2598 50,417 4,250 11,863
37 80 83,5 3,5 51,53 2590 50,262 4,375 11,488
38 80 83,6 3,6 51,53 2608 50,611 4,500 11,247
39 80 83,7 3,7 51,53 2622 50,883 4,625 11,002
40 80 83,8 3,8 51,53 2642 51,271 4,750 10,794
41 80 83,9 3,9 51,53 2660 51,620 4,875 10,589
42 80 84,0 4,0 51,53 2664 51,698 5,000 10,340
43 80 84,1 4,1 51,53 2638 51,193 5,125 9,989
44 80 84,2 4,2 51,53 2660 51,620 5,250 9,832
45 80 84,3 4,3 51,53 2670 51,814 5,375 9,640
46 80 84,4 4,4 51,53 2708 52,552 5,500 9,555
47 80 84,5 4,5 51,53 2730 52,979 5,625 9,418
48 80 84,6 4,6 51,53 2750 53,367 5,750 9,281
49 80 84,7 4,7 51,53 2772 53,794 5,875 9,156
50 80 84,8 4,8 51,53 2792 54,182 6,000 9,030
51 80 84,9 4,9 51,53 2810 54,531 6,125 8,903
52 80 85,0 5,0 51,53 2830 54,919 6,250 8,787
53 80 85,1 5,1 51,53 2848 55,269 6,375 8,670
54 80 85,2 5,2 51,53 2866 55,618 6,500 8,557
55 80 85,3 5,3 51,53 2848 55,269 6,625 8,342
56 80 85,4 5,4 51,53 2866 55,618 6,750 8,240
57 80 85,5 5,5 51,53 2822 54,764 6,875 7,966
58 80 85,6 5,6 51,53 2900 56,278 7,000 8,040
59 80 85,7 5,7 51,53 2916 56,588 7,125 7,942
60 80 85,8 5,8 51,53 2930 56,860 7,250 7,843
61 80 85,9 5,9 51,53 2944 57,132 7,375 7,747
62 80 86,0 6,0 51,53 2960 57,442 7,500 7,659
63 80 86,1 6,1 51,53 2974 57,714 7,625 7,569
64 80 86,2 6,2 51,53 2986 57,947 7,750 7,477
65 80 86,3 6,3 51,53 3000 58,219 7,875 7,393
66 80 86,4 6,4 51,53 3012 58,451 8,000 7,306
67 80 86,5 6,5 51,53 3026 58,723 8,125 7,227
68 80 86,6 6,6 51,53 3038 58,956 8,250 7,146
69 80 86,7 6,7 51,53 3050 59,189 8,375 7,067
70 80 86,8 6,8 51,53 3058 59,344 8,500 6,982
71 80 86,9 6,9 51,53 3070 59,577 8,625 6,907
72 80 87,0 7,0 51,53 3080 59,771 8,750 6,831
73 80 87,1 7,1 51,53 3090 59,965 8,875 6,757
74 80 87,2 7,2 51,53 3098 60,120 9,000 6,680
75 80 87,3 7,3 51,53 3108 60,314 9,125 6,610
76 80 87,4 7,4 51,53 3116 60,470 9,250 6,537
77 80 87,5 7,5 51,53 3126 60,664 9,375 6,471
78 80 87,6 7,6 51,53 3136 60,858 9,500 6,406
79 80 87,7 7,7 51,53 3140 60,935 9,625 6,331
80 80 87,8 7,8 51,53 3150 61,129 9,750 6,270
81 80 87,9 7,9 51,53 3158 61,285 9,875 6,206
82 80 88,0 8,0 51,53 3166 61,440 10,000 6,144
83 80 88,1 8,1 51,53 3170 61,518 10,125 6,076
84 80 88,2 8,2 51,53 3178 61,673 10,250 6,017
85 80 88,3 8,3 51,53 3184 61,789 10,375 5,956
86 80 88,4 8,4 51,53 3190 61,906 10,500 5,896
87 80 88,5 8,5 51,53 3196 62,022 10,625 5,837
88 80 88,6 8,6 51,53 3202 62,139 10,750 5,780
89 80 88,7 8,7 51,53 3208 62,255 10,875 5,725
90 80 88,8 8,8 51,53 3214 62,371 11,000 5,670
91 80 88,9 8,9 51,53 3220 62,488 11,125 5,617
92 80 89,0 9,0 51,53 3226 62,604 11,250 5,565
93 80 89,1 9,1 51,53 3220 62,488 11,375 5,493
94 80 89,2 9,2 51,53 3236 62,798 11,500 5,461
95 80 89,3 9,3 51,53 3242 62,915 11,625 5,412
96 80 89,4 9,4 51,53 3246 62,992 11,750 5,361
97 80 89,5 9,5 51,53 3250 63,070 11,875 5,311
98 80 89,6 9,6 51,53 3256 63,186 12,000 5,266
99 80 89,7 9,7 51,53 3260 63,264 12,125 5,218
100 80 89,8 9,8 51,53 3264 63,342 12,250 5,171
101 80 89,9 9,9 51,53 3268 63,419 12,375 5,125
10,
102 80 90,0 51,53 3272 63,497 12,500 5,080
0
10,
103 80 90,1 51,53 3276 63,575 12,625 5,036
1
10,
104 80 90,2 51,53 3280 63,652 12,750 4,992
2
10,
105 80 90,3 51,53 3282 63,691 12,875 4,947
3
10,
106 80 90,4 51,53 3284 63,730 13,000 4,902
4
10,
107 80 90,5 51,53 3286 63,769 13,125 4,859
5
10,
108 80 90,6 51,53 3288 63,807 13,250 4,816
6
10,
109 80 90,7 51,53 3290 63,846 13,375 4,774
7
10,
110 80 90,8 51,53 3292 63,885 13,500 4,732
8
10,
111 80 90,9 51,53 3294 63,924 13,625 4,692
9
11,
112 80 91,0 51,53 3296 63,963 13,750 4,652
0
11,
113 80 91,1 51,53 3298 64,002 13,875 4,613
1
11,
114 80 91,2 51,53 3300 64,040 14,000 4,574
2
11,
115 80 91,3 51,53 3302 64,079 14,125 4,537
3
11,
116 80 91,4 51,53 3304 64,118 14,250 4,500
4
11,
117 80 91,5 51,53 3306 64,157 14,375 4,463
5
11,
118 80 91,6 51,53 3308 64,196 14,500 4,427
6
11,
119 80 91,7 51,53 3308 64,196 14,625 4,389
7
11,
120 80 91,8 51,53 3310 64,234 14,750 4,355
8
11,
121 80 91,9 51,53 3310 64,234 14,875 4,318
9
12,
122 80 92,0 51,53 3312 64,273 15,000 4,285
0
12,
123 80 92,1 51,53 3312 64,273 15,125 4,249
1
12,
124 80 92,2 51,53 3312 64,273 15,250 4,215
2
12,
125 80 92,3 51,53 3312 64,273 15,375 4,180
3
12,
126 80 92,4 51,53 3312 64,273 15,500 4,147
4
12,
127 80 92,5 51,53 3312 64,273 15,625 4,113
5
12,
128 80 92,6 51,53 3310 64,234 15,750 4,078
6
12,
129 80 92,7 51,53 3310 64,234 15,875 4,046
7
12,
130 80 92,8 51,53 3308 64,196 16,000 4,012
8
12,
131 80 92,9 51,53 3304 64,118 16,125 3,976
9
13,
132 80 93,0 51,53 3300 64,040 16,250 3,941
0
13,
133 80 93,1 51,53 3296 63,963 16,375 3,906
1
13,
134 80 93,2 51,53 3290 63,846 16,500 3,869
2
13,
135 80 93,3 51,53 3286 63,769 16,625 3,836
3
13,
136 80 93,4 51,53 3278 63,613 16,750 3,798
4
13,
137 80 93,5 51,53 3268 63,419 16,875 3,758
5
13,
138 80 93,6 51,53 3260 63,264 17,000 3,721
6
139 80 93,7 13, 51,53 3248 63,031 17,125 3,681
7
13,
140 80 93,8 51,53 3236 62,798 17,250 3,640
8
13,
141 80 93,9 51,53 3222 62,527 17,375 3,599
9
14,
142 80 94,0 51,53 3208 62,255 17,500 3,557
0
14,
143 80 94,1 51,53 3194 61,983 17,625 3,517
1
14,
144 80 94,2 51,53 3178 61,673 17,750 3,475
2
14,
145 80 94,3 51,53 3160 61,324 17,875 3,431
3
14,
146 80 94,4 51,53 3140 60,935 18,000 3,385
4
14,
147 80 94,5 51,53 3120 60,547 18,125 3,341
5
14,
148 80 94,6 51,53 3098 60,120 18,250 3,294
6
14,
149 80 94,7 51,53 3076 59,693 18,375 3,249
7
14,
150 80 94,8 51,53 3056 59,305 18,500 3,206
8
14,
151 80 94,9 51,53 3026 58,723 18,625 3,153
9
15,
152 80 95,0 51,53 2999 58,199 18,750 3,104
0
15,
153 80 95,1 51,53 2970 57,636 18,875 3,054
1
15,
154 80 95,2 51,53 2944 57,132 19,000 3,007
2
15,
155 80 95,3 51,53 2912 56,511 19,125 2,955
3
15,
156 80 95,4 51,53 2882 55,929 19,250 2,905
4
15,
157 80 95,5 51,53 2844 55,191 19,375 2,849
5
15,
158 80 95,6 51,53 2810 54,531 19,500 2,796
6
15,
159 80 95,7 51,53 2770 53,755 19,625 2,739
7
15,
160 80 95,8 51,53 2728 52,940 19,750 2,681
8
15,
161 80 95,9 51,53 2686 52,125 19,875 2,623
9
16,
162 80 96,0 51,53 2640 51,232 20,000 2,562
0
16,
163 80 96,1 51,53 2592 50,301 20,125 2,499
1
16,
164 80 96,2 51,53 2540 49,292 20,250 2,434
2
16,
165 80 96,3 51,53 2476 48,050 20,375 2,358
3
16,
166 80 96,4 51,53 2462 47,778 20,500 2,331
4

VI. 2. Grafik

Pada pembebanan daerah nol sampai mencapai tegangan ±15


kg/mm2 terjadi peningkatan regangan tanpa penambahan beban yang
berarti. Kemudian dari tegangan ±15 kg/mm2 hingga proporsional limit,
grafik merupakan garis yang mendekati lurus.Daerah ini disebut daerah
elastic atau daerah proporsional limit. Kecenderungan garis pada tegangan
di bawah ±15 kg/mm2 yang memiliki gradient kemiringan yang lebih kecil
daripada daerah proporsional limit dikarenakan terjadinya slip saat
pembebanan awal. Pada daerah proporsional limit ini, apabila besarnya
pembebanan di bawah rentangan proporsional limit maka benda uji hanya
mengalami deformasi elastis. Jadi jika gaya itu ditiadakan maka benda uji
akan masih dapat kembali ke panjang mula-mula. Elastic limit merupakan
batas antara deformasi elastik dan deformasi plastik. Bila besarnya
pembebanan melampau elastik limit ini maka grafik yang terbentuk ini
merupakan garis lengkung. Karena antara nol hingga proporsional
limitmerupakan garis lurus, maka berlaku hubungan Tegangan dibagi
dengan Regangan sama dengan Konstant, sama dengan Modulus
Elastisitas (Young Modulus).

Apabila tegangan sudah mencapai titik Yields Stress maka benda uji
sudah mulai nampak adanya pengecilan penampang. Dan ternyata pula
pada titik tersebut benda uji mengalami pertambahan panjang dengan
sendirinya walaupun besarnya beban tidak ditambah. Yields Stress dapat
juga disebut dengan Yeild Point (Batas Lumer). Tetapi pada umumnya
banyak logam yang tidak memiliki titik atau batas lumer yang jelas,
terutama pada logam-logam yang rapuh. Pada diagram Tegangan-
Regangan dari jenis logam tersebut titik lumer ditentukan dari harga
tegangan dimana benda uji dari logam tersebut memperoleh perpanjangan
(pertambahan panjang) permanen sebesar 0,2% dari panjang mula-mula.
Tegangan ini biasanya dimanakan “Tegangan Net 0,2” dan merupakan
dasar untuk menentukan Yield Stress.

Apabila pembebanan sudah mencapai titik Ultimate Stress (Batas


Patah) maka tegangan ini merupakan tegangan tarik maksimum yang
mampu ditahan oleh benda uji tersebut. Pada titik tersebut, benda uji sudah
menunjukan gejala-gejala patah berupa retakan-retakan. Retakan-retakan
yang sudah mulai timbul pada titik Ultimate Stress akan semakin
bertambah besar dan akhirnya benda uji akan patah pada titik Fracture
Stress.

BAB V
KESIMPULAN
Setiap material atau bahan mempunyai kekuatan tarik maksimum yang
berbeda terhadap pembebanan mekanis yang dilakukan pada perilaku material
tersebut.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa specimen yang diuji, yakni baja ST
42 memiliki mechanical properties sebagai berikut:
a. Yield point sebesar, 51.62 (kg/mm2)
b. Modulus elastic bahan, 97.807 (kg/mm2)
c. Kekuatan tarik maksimum (UTS), 64.273 (kg/mm2)
Nilai-nilai di atas didapatkan dari grafik tegangan-regangan baja ST 42
berikut.

DAFTAR PUSTAKA

Novyanto,Okasatria“MengenalPengujianTarik”
(Online)http://okasatria.blogspot.com/2008/02/pengujian-tarik.html
Yuwono, A. Herman “Buku Panduan Praktikum Karakterisasi Material
1pengujian Merusak (Destructive Testing)”
(Online)http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/203f21941a45967f272
5262fb729753931ce61b8.pdf

Anda mungkin juga menyukai