DISUSUN OLEH:
NURHAYAT (L1B115007)
MIFTAHUL JANNAH SB (L1B115012)
ROSSA PINI SEPTIANI S (L1B115023)
FATUR RAHMAN (L1B115024)
RIZKY MUHAMMAD ILYAS (L1B115025)
DARA FEBRI KUSUMAWATI (L1B115028)
KELOMPOK : V (LIMA)
DOSEN PENGAMPU:
Dra. YUSFANETI
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
: PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
BAB III
: PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang
menggambarkan maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai
kebajikan dengan mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip
interaksi sosial yang kondusif bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah
dari konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri
Anwar Ibrahim dalam ceramahnya pada simposium Nasional dalam
rangka forum ilmiah pada acara festival istiqlal, 26 September 1995 di
Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar Ibrahim ini hendak
menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok masyarakat
yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem sosial
yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat
terbaik karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosanbosan menyeru kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama
sejalan dengan nilai-nilai Allah (al-maruf) dan mencegah kemunkaran.
Selanjutnya Shihab menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi khairu
ummah karena mereka menjalankan amar maruf sejalan dengan tuntunan
Allah dan rasul-Nya. (Quraish Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai
tipikal
direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata yang baik
sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam rangka
membangun masyarakat madani modern, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat
berhubungan dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti
menjaga persatuan umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan
kelompok lain, berlaku adil kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan
agama, dan sifat-sifat luhur lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak
meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat
untuk dunianya. Mereka bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar
kebahagiaan dunia dan akhirat. Jika sikap yang melekat pada masyarakat
Madinah mampu diteladani umat Islam saat ini, maka kebangkitan Islam
hanya menunggu waktu saja.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian konsep masyarakat madani?
2. Bagaimana ciri- ciri masyarakat madani?
3. bagaimana peran masyarakat islam dalam mewujudkan masyarakat
madani?
4. bagaimana system ekonomi islam dan pemberdayaan umat?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
1.
Untuk memahami pengertian konsep masyarakat madani.
2.
untuk mengetahui cirri cirri masyarakat madani
3.
untuk mengetahui peran masyarakat islam dalam mewujudkan
4.
masyarakat madani
untuk mengetahui system ekonomi islam dan pemberdayaan umat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MASYARAKAT MADANI
haditsnya
menyebutkan
bahwa
inti
sari
tugas
beliau
adalah
Egaliterisme
Penghargaan kepada orang lain berdasarkan prestasi (bukan prestise
Sesudah itu, sistem sosial madani digantikan dengan sistem yang lebih banyak
diilhami oleh semangat kesukuan atau tribalisme Arab pra-islam, yang kemudian
dikukuhkan dengan sistem dinasti keturan atau geneologis sebagai Hirqaliyah
atau Hirakliusisme, mengacu kepada kaisar Heraklius yaitu penguasa Yunani,
seorang tokoh sistem dinasti geneologis.
Jadi masyarakat Madani dan civil sosiety memiliki maksud dan tujuan yang
sama walaupun asal dan landasannya berbeda. Civil sosiety berasal dari
lingkungan barat. Masyarakat Madani yang di bentuk oleh Nabi Muhammad SAW
dilandasi oleh semangat ketuhanan, kebersamaan, ukhuwan dan bercirikan
tumbuh, hidup dan berkembangnya nilai-nilai dan peradaban yang islami dalam
setiap aspek kehidupan manusia.
2. Hakikat dan Karakteristik Masyarakat Madani
Pengertian mengenai masyarakat madani atau civil society cukup beragam.
Tatapi, pengertian tersebut sepertinya tetap mengacu pada semangat yang sama,
bahwa segi segi modern dari masyarakat Madina itu ialah kehidupan islami
yang ditandai tingkat yang tinggi dalam komitmen, keterlibatan dan partisipasi
yang diharapkan dari seluruh jajaran anggota masyarakat, dan keterbukaan posisi
atas dasar pertimbngan yang bersifat universal dan dilambangkan dalam
percobaan untuk melembagakan puncak kepemimpinan yang tidak bersifat
keturunan.
Jadi ciri mendasar masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi Muhammad SAW
di Madina itu adalah :
a.
b.
c.
d.
Egalitarianism ( kesepadanan )
Penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi ( profesionalisme )
Keterbukaan dan partisipasi aktif seluruh masyarakat ( demokrasi )
Penegakan hukum dan keadilan
Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai warga
negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara
berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,
berserikat, berkumpul serta mempublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul
serta mempublikasikan informasi kepada publik.
5. Demokratisasi
Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik
rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.,
dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat
madani. Demokratisasi dapat terwujud melalui penegakkan pilar-pilar demokrasi
yang meliputi : 1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) 2) Pers yang bebas 3)
Supremasi hokum 4) Perguruan Tinggi 5) Partai politik
6. Toleransi
Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang
dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang
atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.
7. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap tulus
bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan merupakan
rahmat tuhan.
8. Keadilan Sosial (Social justice)
Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang proporsional
antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup seluruh aspek
kehidupan.
9. Partisipasi sosial
Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal yang
baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat
terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.
10. Supermasi hukum
islam jauh tertinggal oleh Eropa Utara, Amerika Utara, Australia, dan Selandia
Baru yang protestan; Eropa Selatan dan Amerika Selatan yang Khatolik Romawi;
Eropa timur yang Katolik Ortodoks; Israel yang yahudi; India yang Hindu;
China yang dijuluki giant dragon; Korea Selatan, Taiwan, Hng Kong, dan
Singapura dijuluki little dragon yang Budhis-Kufusianis; Jepang yang BudhisTaois; dan Thailand yang Budhis. Nurcholis Madjid melihat tingkat kelemahan
umat Islam terutama adalah pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi
(IPTEK). Dari semua agama dia berpandangan bahwa pemeluk islam adalah yang
paling rendah dan lemah dalam sains dan teknlogi.
SDM umat islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam pencaturan global, baik dalam bidang politik, eknmi,
militer, ilmu pengetahuan dan teknlogi, belum mampu menunjukkan peranan yang
signifikan. Dari segi jumlah, umat islam cukup besar, begitu pula dari segi potensi
alam dengan wilayah kekuasaan islam yang memiliki ssumber daya alam yang
dominan, tetapi tidak didukung oleh kwalitas SDM yang masih rendah, secara
otomatis kekayaan alam akan di eksploitasi oleh orang-orang non-muslim dan
otomatis pemegang keuntungan terbesar dimiliki oleh pihak pengengola.
Oleh karena itu, semangat untuk maju berdasarkan nilai-nilai islam telah
mulai dibangkitkan melalui pemikiran islamisasi ilmu pengetahuan, islamisasi
kelembagaan ekonomi melalui lembaga ekonomi dan perbankan syariah, dan lain
aspek lainya. Kesadaran dan semangat untuk maju tersebut bila disertai dengan
sikap konsisten terhadap moral dan ahklak islam, profesionalisme dan
keterbukaan pasti akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
hasil yang dicapai oleh bangsa lain yang sekedar mengandalkan pemikiran
manusiawi semata.
Mewujudkan masyarakat madani merupakan cita-cita yang amat mulia
untuk dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat. Model masyarakat madani
pernah dicontohkan pada masa Rasullullah SAW di Madinah. Pada masa itu kota
Madinah dipimpin oleh Rosullullah SAW setelah terjadi perjanjian yang disebut
Piagam Madinah. Piagam Madinah adalah kesepakatan antara Rosullullah SAW
dan umat muslim lainnya beserta penduduk Yahudi. Di dalam perjanjian tersebut
berisi untuk setiap masyarakat untuk saling tolong-menolong dan menciptakan
kedamaian dalam kehidupan social, menjadikan Al-Quran sebagai landasan
konstitusi, mengangkat Rosullullah menjadi peminpin, dan juga dalam piagam
tersebut memberikan kebebasan untuk memeluk agama dan beribadah dengan
kepercayaan mereka masing-masing. Dalam kepemimpinan Rosullullah SAW,
masyarakat madinah yang sebelumnya sering terjadi konflik berubah menjadi
masyarakat yang damai dan saling tolong-menolong satu sama lain.
Wawasan Keislaman
b)
c)
Wawasan Kebangsaan
d)
e)
Wawasan Kecendikian
f)
g)
Wawasasan Kepemimpinan
Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan
umat serta wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomi
kerakyatan.
Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya dalam
membangun masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk
karena banyak umat Islam di Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa
wawasan keislaman yang benar. Mereka bertindak atas nama umat Islam, oleh
karena ini yang memperburuk pandangan masyarakan tentang Islam.
C. SISTEM EKONOMI ISLAM DAN PEMBERDAYAAN UMAT
Sebagai sebuah ajaran yang kaffah,universal,shalih likulli zaman wa
makan(aaij ubtuk segala waktu dan tempat),islam merupakan agana yang
mengajarkan dan mengatur segala macam hal.salah satunya adalah prinsip-prinsip
ekonomi dan jalab -jalan menuju kesejahteraan umat.menurut ajaran islam
sebagaimana yang fikaitkan oleh ismail raj'i al faruqi semua kegiatan manusia
termasuk kegiatan sosial dan akonomi haruslah berlandaskan tauhid(keesan
Allah ) .setiap ikatan atau hubungan antara seseorang dengan orang lain dan
penghasilananya yang tifak sesuai debgan ajaran tauhid adalah ikatan atau
hubungan yang tidak islami.dengan demikian realitas dari afanya hak milik
mutlak tidak dapat diterima dalam islam,sebab hal ini berarti mengingkari tauhid.
Prinsip ekonomi islam memuat dua prinsip utama,yakni pertama tidak
seorangpun atau sekelompok orang pun yang berhak mengeksploitasi orang
lain,dan kedua tidak ada sekelompok orangpun boleh memisahkan diri dari
oranglain dengan tujuan untuk membatasi kegiatan sosial ekonomi dikalangan
mereka saja.dengan demikian seorang muslim harus mempunyai keyakinan bahwa
perekonomian suatu kelompok,bangsa maupun Individu pada akhirnya kembali
berada dalam kekuasaan Allah SWT.jika seseorang memiliki keyakinan yang
demikian,dirinya tidak akan diperbudak oleh keduniaan.
Dengan komitmen Islam yang khas dan mendalam terhadap
persaudaraan,keadilan ekonomi dan sosial,maka ketidakadilan dalam pendapatan
dan kekayaan bertentangan dengan Islaml.
A. Pengertian Ekonomi Islam
sederhana kita bisa mengatakan, sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem
ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari
keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas.
Nilai-nilai system ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan
ajaran Islam yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai ajaran
yang sempurna (QS. al-Ma'idah ayat 3).
( 3 : )
Artinya: Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Maidah: 3).
Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam tentu saja akan
berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan pada ajaran
kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang didasarkan
pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal, system ekonomi Islam
merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut, namun dalam banyak hal
sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali dengan kedua sistem tersebut. Sistem
ekonomi Islam memiliki sifat-sifat baik dar kapitalisme dan sosialisme, namun
terlepas dari sifat buruknya.
D. Ciri-ciri Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip
tersebut menimbulkan hal-hal sebagai berikut yang kemudian menjadi ciri
ekonomi Islam:
1. Pemilikan. Oleh karena manusia itu berfungsi sebagai khalifah yang
berkewajiban untuk mengelola alam ini guna kepentingan umat manusia maka ia
berkewajiban mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya alam. Dalam
menjalankan tugasnya, lambat laun ia dapat membentuk kekayaan yang menjadi
miliknya. Miliknya ini dipergunakan untuk bekerja guna memenuhi kebutuhannya
dan keluarganya, dan sebagian lagi untuk kepentingan masyarakat. Meskipun ia
memilikinya, namun ia tidak diperkenankan untuk merusaknya atau
membakarnya, ataupun menelantarkannya, mengingat bahwa kepemilikan ini
adalah relatif dan juga merupakan titipan dari Allah SWT. Pemilikan ini,
meskipun relatif, membawa kewajiban yang harus dipenuhi manakala sudah
sampai batas tertentu, untuk membayar zakatnya. Pada waktu tertentu, pemilikan
ini, harus diwariskan pada sanak keluarganya dengan aturan tertentu. Pemilikan
ini, meskipun relative dapat dipindahtangankan kepada instustusi Islam untuk
menjadi barang wakaf. Barang wakaf ini dengan demikian menjadi milik
masyarakat yang harus dihormati oleh siapapun juga.
2. Atau dijadikan modal untuk suatu perusahaan swasta, atau ikut ambil bagian
dari modal yang ditawarkan untuk investasi. Bisa saja perusahaan memberi
keuntungan, bahkan mungkin kerugian. Karena tidak mau memikul bersama
kerugian, maka pemilik memikulkan bunga modal perusahaan. Jelas dalam Islam
tidak diperkenankan. Sama halnya jika kita meminjam uang ke bank kita harus
membayar bunga modal, tetapi kalau modalnya dipergunakan untuk perusahaan
sendiri, dengan dalih "cost of money" ia memperhitungkan bunga.
Karena diperkenankan memiliki sesuatu sebagai milik pribadi, pemilik ingin
menimbunnya untuk kebutuhan sewaktu-waktu atau juga untuk spekulasi di pasar.
Ini tidak diridhoi Allah SWT yang memerintahkan untuk membelanjakannya agar
tercipta pendapatan baru bagi kalangan masyarakat.
3. Pelaksanaan perintah untuk berlomba-lomba berbuat baik. Ini dapat dimengerti
dalam dua hal. Pertama berbuat baik atau amal saleh, dan kedua perbaikan mutu
atau kualitas. Dan sekian banyak perbuatan baik untuk mendapat ridha Allah itu
adalah sadaqah baik kepada orang seorang, atau asrama yatim piatu. Juga
membantu perusahaan untuk ditingkatkan agar dapat mengatasi persoalan
perusahaannya. "Smal
Bussinesss Service" ini sudah dilaksanakan oleh beberapa perusahaan besar yang
berkewajiban mempergunakan 5% dari keuntungannya guna menolong mereka.
4. Thaharah atau sesuci, kebersihan. Tidak hanya individu, tetapi juga masyarakat,
pemerintah, perusahaan diwajibkan menjaga kebersihan. Karena setiap gerakan
memerlukan, sebagai masukan, antara lain energi; maka sewaktu ia bergerak, ia
mengeluarkan kotoran yang harus dibuang. Kalau pembuangannya ini
sembarangan, maka timbullah kerusakan lingkungan. Contoh kecil adalah kencing
di bawah pohon atau di dalam lubang yang dilarang dalam Islam.
5. Produk barang dan jasa harus halal. Baik cara memperoleh input,
pengolahannya dan outputnya harus dapat dibuktikan halal. Hendaklah kita tidak
begitu saja percaya terhadap label yang mengatakan ditanggung halal. Tidaklah
dapat dibenarkan bahwa hasil usaha yang haram dipergunakan untuk membiayai
yang halal.
6. Keseimbangan. Allah tidak menghendaki seseorang menghabiskan tenaga dan
waktunya untuk beribadah dalam arti sempit, akan tetapi juga harus
Sebagai sebuah addin yang syumul, sumbernya berasaskan kepada sumber yang
mutlak yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah. yang mutlak ini menjadikan Islam itu
sebagai suatu agama (addin) yang istimewa dibanding dengan agama-agama
ciptaan lain. Al-Qur'an dan As-Sunnah ini menyuruh kita mempraktikkan ajaran
wahyu tersebut dalam semua aspek kehidupan termasuk soal muamalah. Perkaraperkara asas muamalah dijelaskan di dalam wahyu yang meliputi suruhan dan
larangan. Suruhan seperti makan dan minum menjelaskan tentang tuntutan
keperluan asasi manusia. Penjelasan Allah SWT. tentang kejadian-Nya untuk
dimanfaatkan oleh manusia (QS. Yasin ayat 34-35, 72-73) (QS. an- Nahl ayat 5-8,
14, 80) menunjukkan bahwa alam ini disediakan begitu untuk dibangunkan oleh
manusia sebagai Khalifah Allah (QS. al-Baqarah
ayat 30). Larangan-larangan Allah SWT. seperti riba (QS. al-Baqarah ayat 275)
perniagaan babi, judi, arak, dan lain-lain karena perkara-perkara tersebut
mencerobohi fungsi manusia sebagai khalifah tadi. Oleh karena itu, sumber
rujukan untuk manusia dalam semua keadaan termasuk persoalan ekonomi ini
adalah lengkap. Kesemuanya itu menjurus kepada suatu tujuan yaitu
pembangunan seimbang rohani dan jasmani manusia berasaskan tauhid.
Sedangkan ekonomi konvensional tidak bersumber atau berlandaskan wahyu.
Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia yang bisa berubah berdasarkan
waktu atau masa sehingga diperlukan maklumat yang baru. Kalau ada ketikanya
diambil dari wahyu tetapi akal memprosesnya mengikuti selera manusia sendiri
karena tujuannya mendapat pengiktirafan manusia bukan mengambil
pengiktirafan Allah SWT. Itu bedanya antara sumber wahyu dengan sumber akal
manusia atau juga dikenal sebagai falsafah yang lepas bebas dari ikatan wahyu.
Tujuan yang tidak sama akan melahirkan implikasi yang berbeda karena itu pakar
ekonomi Islam bertujuan untuk mencapai al-falah di dunia dan akhirat, sedangkan
pakar ekonomi konvensional mencoba menyelesaikan segala permasalahan yang
timbul tanpa ada pertimbangan mengenai soal ketuhanan dan keakhiratan tetapi
lebih mengutamakan untuk kemudahan manusia di dunia saja.
2. Tujuan Kehidupan
Tujuan ekonomi Islam membawa kepada konsep al-falah (kejayaan) di dunia dan
akhirat, sedangkan ekonomi sekuler untuk kepuasan di dunia saja. Ekonomi Islam
meletakkan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini di mana segala bahanbahan yang ada di bumi dan di langit adalah diperuntukan untuk manusia.26
Firman Allah SWT. dalam QS. an-Nahl ayat 12-13:
12
13
Artinya: Dan dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu.
Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi kaum yang memahami (Nya), (QS. An Nahl: 12).
Dalam ukuran tauhid seseorang boleh menikmati penghasilannya sesuai
dengan kebutuhannya.lkelebihan kelebihan penghasilan atau kekayaan harus
dibelanjakan sebagai sedekah karena Allah SWT atau diinfestasiakn kembali
dalam suatu usaha yang akan mendatangkan keuntungan,lapangan kerja dan
penghasilan bagi orang lain.
dikatakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian tentang produksi, distribusi dan
konsumsi kekayaan di dalam masyarakat manusia.4 Pada definisi ini, selain ada
aspek konsumsi, juga tercakup obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang
tidak lain adalah kekayaan material Selanjutnya, ketika membahas perekonomian
umat, maka ada beberapa kemungkinan yang perlu diperhatikan. Pertama,
ekonomi umat ituhampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara
itu umat Islam sendiri merupakan 87% dari total penduduk. Konsekuensi dari
pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan pembangunan nasional yang merata
secara vertikal maupun horisontal, maka hal ini berarti juga pembangunan ke
perekonomian umat Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masyarakat Madani adalah suatu istilah yang sering digunakan atau
disepadankan dengan istilah civil society atau masyarakat sipil yang
berkembang di dunia barat. Masyarakat Madani lebih dipahami sebagai
sebuah tatanan masyarakat yang ideal, adil, makmur, dan berkebutuhan.
Masyarakat Madani yang di bentuk oleh Nabi Muhammad SAW dilandasi
oleh semangat ketuhanan, kebersamaan, ukhuwan dan bercirikan tumbuh,
hidup dan berkembangnya nilai-nilai dan peradaban yang islami dalam setiap
aspek kehidupan manusia.
Masyarakat berbudi luhur atau brakhlak mulia disebut masyarakat
perdaban, masyarakat madani, atau civil sosiety. Ketika Nabi wafat,
masyarakat Madani warisan Nabi itu, bercirikan:
Egaliterisme
Penghargaan kepada orang lain berdasarkan prestasi (bukan prestise
Daftar Pustaka
Eko Suprayitno, Ekonomi Islam Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan
Konvensional, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005, hlm. 4.
Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, Jakarta:
Kencana, 2006, hlm. 8.
Drs. H. Ishak Muhammad, M.Pd, Dkk. 2009. Pendidikan Agama Islam.Sultan Thaha
Press: IAIN Sultan Thaha Saifudin Jambi.
http://www.academia.edu/7494054/Makalah_Masyarakat_madani_dan_kesej
ahteraan_umat
http://www.disukai.com/2013/01/pengertian-dan-ciri-ciri-masyarakatmadani.html
https://www.academia.edu/7494054/Makalah_Masyarakat_madani_dan_kesejahtera
an_umat.html