Anda di halaman 1dari 7

TUGAS EKONOMI REKAYASA

PENGERTIAN RIBA, BUNGA,BUNGA MAJEMUK DAN BUNGA MAJEMUK


DISKRIT SERTA KASUS DAN PENYELESAIANNYA

Disusun Oleh :
Azura
1507210148

Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing

(Randi Gunawan, S.T, M.Si)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
LANDASAN TEORI

1. Pengertian Riba

1.1 Pengertian Umum

Riba adalah penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian
berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada
peminjam. Riba secara Bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengembalian tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Ada beberapa
pendapat dalam menjelaskan riba, tetapi secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengembalian tambahan, baik dalam transaksi jual-beli
maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam.

1.2 Pengertian Menurut Pandangan Agama Islam

Dalam Islam, memungut riba atau mendapatkan keuntungan berupa riba pinjaman
adalah haram. Ini dipertegas dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 275: …padahal Allah
telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba… Pandangan ini juga yang mendorong
maraknya perbankan syariah yang konsep keuntungan bagi penabung didapat dari sistem bagi
hasil bukan dengan bunga seperti pada bank konvensional, karena menurut sebagian pendapat
(termasuk Majelis Ulama Indonesia), bunga bank termasuk ke dalam riba.
Ayat Al-Quran yang melarang orang Mukmin agar tidak memakan riba dalam Surat
Al-Baqarah ayat 278:

َ ‫َيا ُّي َها الَّ ِذى َْن أَ َم ُن ْوا ال َّتقُ ْوا‬


‫هللا َو َذر ُْوا َما َبق َِي م ٍَن الرِّ َبوا ِانْ ُك ْن ُت ْم م ُْؤ ِم ِني َْن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman , bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Al-
Baqarah: 278).
Firman Allah yang akan memberikan siksa atau Azab bagi orang-orang yang
memakan riba yaitu:

‫االبَاطِ ِل َواَعْ َت ْد َنا ل ِْل َكف ِِري َْن ِم ْن ُه ْم َع َذابًا َعلِ ْيمًا‬
ْ ‫اس ِب‬
ِ ‫َواَ ْخ ِذ ِه ُم الرِّ َبوا َو َق ْد ُنه ُْوا َع ْن ُه َواَ ْكل ِِه ْم اَم َْوا َل ال َّن‬
Artinya: “Dan disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.” (Q.S. An-Nisa: 161).
Pernyataan Allah yang lain tentang riba yaitu:

ٍ ‫ت وهللاُ الَ ُيحِبُّ ُك َّل َك َّف‬


‫ار اَ ِثيْم‬ ِ ‫َيمْ َح ُق هللاُ الرِّ َبوا َويُرْ ِبى الصَّد َق‬
Artinya: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah SWT tidak
menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa. ” (Q.S. Al-
Baqarah: 276).
Adapaun firman Allah yang menyatakan bahwa Jual beli itu tidak sama dengan riba
adalah:

‫ك ِبأ َ َّن ُه ْم َقالُو‬ ُ ‫اَلَّ ِذي َْن َيأْ ُكلُ ْو َن الرِّ َبوا اَل َيقُم ُْو َن إِاّل َك َما َيقُ ْو ُم الَّ ِذيْ َي َت َخب‬
َ ِ‫ُّط ُه ال َّش ْي َطنُ م َِن ْال َمسِّ َذل‬
‫ِا َّن َما ْال َب ْي ُع م ِْثل الرِّ َبوا َواَ َح َّل هللاُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبوا‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit jiwa (gila).
Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba . . . (Q.S. Al-Baqarah: 275).
Beberapa firman Allah SWT tersebut di atas cukup menggetarkan hati kita sebagai
seorang Mukmin, betapa berbahaya akibat yang akan didapat orang-orang yang tidak
menghentikan riba atau bentuk-bentuk kegiatan usaha yang berbau riba. Macam-macam riba
tersebut di atas berdampak buruk terhadap kehidupan pribadi dan sosial. Orang-orang yang
tidak mau segera menghentikan perbuatan riba, seolah-olah ia mengumumkan perang
terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya.

2. Pengertian Bunga

2.1 Pengertian Umum

Bunga merupakan terjemahan dari kata “interest” yang berarti tanggungan pinjaman
uang atau persentase dari uang yang dipinjamkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
bunga adalah imbalan jasa penggunaan uang atau modal yang dibayar pada waktu tertentu
berdasarkan ketentuan atau kesepakatan, umumnya dinyatakan sebagai persentase dari modal
pokok.
Bunga bank juga dapat didefinisikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
dengan prinsip konvensional kepada nasabah yang melakukan transaksi simpan atau pinjam
kepada bank. Ada berbagai macam jenis bunga bank, misalnya bunga deposito, bunga
tabungan, giro, dan lain-lain.

2.2 Pengertian Menurut Pandangan Agama Islam

Dalam Al-Quran, hukum melakukan riba sudah jelas dilarang Allah SWT. Begitupun
dengan bunga bank, dalam praktiknya sistem pemberian bunga di perbankan konvensional
cenderung menyerupai riba, yaitu melipatgandakan pembayaran. Padahal dalam islam hukum
hutang-piutang haruslah sama antara uang dipinjamkan dengan dibayarkan.

َ ‫اس َفاَل َيرْ بُو عِ ْندَ هَّللا ِ َو َما آ َت ْي ُت ْم ِمنْ َز َكا ٍة ُت ِري ُد‬
‫ون َوجْ َه‬ ِ ‫َو َما آ َت ْي ُت ْم ِمنْ ِربًا لِ َيرْ ب َُو فِي أَم َْو‬
ِ ‫ال ال َّن‬
َ ُ‫ك ُه ُم ْالمُضْ ِعف‬
‫ون‬ َ ‫هَّللا ِ َفأُو َل ِئ‬
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa
zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian)
itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S Ar-Rum : 39).
Surat Ar-Rum ayat 39 menjelaskan bahwa Allah SWT membenci orang-orang yang
melakukan riba (memberikan harta dengan maksud agar diberikan ganti yang lebih banyak).
Mereka tidak akan memperoleh pahala di sisi Allah SWT, sebab perbuatannya itu dilakukan
demi memperoleh keuntungan duniawi tanpa ada keikhlasan.
Meskipun praktek bunga bank sudah jelas mernyerupai riba, namun keberadaanya di
Indonesia sendiri masih menjadi dilematis dan sulit dihindari. Sehingga tidak heran banyak
ulama yang bertentangan perihal hukum bunga bank menurut islam.
Sebut saja Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia, pada tahun 2003 mereka telah
menfatwakan bahwa pemberian bunga hukumnya haram, baik di lakukan oleh Bank,
Asuransi, Pengadilan, dan Lembaga Keuangan lainnya maupun individu. Selain itu,
pertemuan 150 Ulama terkemuka pada tahun 1965 di konferensi Penelitian Islam, Kairo,
Mesir juga menyepakati bahwa keuntungan yang diperoleh dari berbagai macam jenis
pinjaman (termasuk bunga bank) merupakan praktek riba dan diharamkan.
Ulama lain seperti Yusuf Qardhawi, Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah
al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi sepakat jika bunga bank termasuk riba nasiah yang
diharamkan oleh Islam. Maka dari itu, umat Islam tidak dibolehkan bermuamalah dengan
bank yang menganut sistem bunga kecuali dalam kondisi darurat.
Di sisi lain, musyawarah para ulama NU pada tahun 1992 di Lampung memandang
hukum bunga bank tidak sepenuhnya haram atau masih khilafiyah. Sebagian
memperbolehkan dengan alasan darurat dan sebagian mengharamkan. Sedangkan pemimpin
Pesantren “Persis” Bangil, A. Hasan berpendapat bahwa bunga bank yang berlaku di
Indonesia halal, sebab bunga bank tidak menganut sistem berlipat ganda sebagaimana sifat
riba yang dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 130:

َ ‫ِين آ َم ُنوا اَل َتأْ ُكلُوا الرِّ َبا أَضْ َعا ًفا م‬
َ ‫ُضا َع َف ًة َوا َّتقُوا هَّللا َ َل َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح‬
‫ُون‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda
dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Ali Imran:
130).
Kesimpulannya, mayoritas ulama menetapkan bahwa bunga bank hukumnya  sama
dengan riba yang berarti dilarang Allah SWT. Keputusan ini berlandaskan pada Al Quran, Al
Hadist, serta hasil penafsiran dari fuqaha’ (ulama yang ahli dalam bidang fiqh).

2.3 Macam-Macam Bentuk Bunga

2.3.1 Bunga Majemuk

Bunga majemuk (commpoud interest) adalah bunga yang sudah dihasilkan


ditambahkan ke uang pokok pada akhir tiap-tiap periode pembayaran bunga dan kemudian
ikut dipakai sebagai dasar untuk menentukan besarnya bunga pada periode berikutnya. Bunga
majemuk dihitung berdasarkan saldo terakhir setelah pembungaan. Jumlah bunga untuk
setiap periode pembungaan mengalami kenaikan disertai dengan kenaikan modal awal atau
pokok pinjaman. Oleh karena itu bunga majemuk juga disebut sebagai bunga berbunga. Jika
kita menyimpan modal berupa uang di bank selama periode bunga tertentu, misalnya satu
tahun maka setelah satu tahun kita akan mendapatkan bunga sebesar p% kali modal yang kita
bungakan. Jika bunga itu tidak kita ambil, tetapi ditambahkan pada modal awal untuk
dibungakan lagi pada periode berikutnya, sehingga besarnya bunga pada setiap periode
berikutnya berbeda jumlahnya (menjadi bunga berbunga), maka dikatakan modal tersebut
dibungakan atas dasar bunga majemuk.

2.3.2 Bunga Majemuk Diskrit

Bunga Majemuk Diskrit adalah sistem bunga menurun, Perhitungan bunga dengan
menghitung sisa pokok pinjaman sehingga porsi pembayaran setiap bulannya akan semakin
mengecil dibandingkan pembayaran pokoknya.
PERMASALAHAN DAN CARA PENYELESAIAN

1. Permasalahan dan Cara Penyelesaian Riba

Kasus:
Andana mengajukan utang sebesar Rp 60.000.000,00 kepada Aditya dengan tempo satu
tahun. Sejak awal keduanya telah menyepakati bahwa Andana wajib mengembalikan utang
ditambah bunga 15%, maka tambahan 15% tersebut merupakan riba yang diharamkan.
Pemberi pinjaman dan yang meminjam serta saksi yang dihadirkan oleh kedua belah pihak
itu berada dalam dosa.
Penyelesaian:
Hindari riba sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran bahwa praktik riba itu
haram.

2. Permasalahan dan Cara Penyelesaian Bunga Majemuk

Kasus:
Andana meminjam uang di bank untuk kebutuhan membeli mobil sebesar Rp
300.000.000,00 dengan bunga majemuk 3% selama 3 tahun. Andana mendapatkan rincian
pinjamannya yang harus dibayarkan di akhir tahun ke-3 sebagai berikut:

Tahun Bunga Pinjaman


0 0 Rp 300.000.000,00
1 Rp 9.000.000,00 Rp 309.000.000,00
2 Rp 9.270.000,00 Rp 318.270.000,00
3 Rp 9.548.100,00 Rp 327.818.100,00

Dari tabel diatas, terlihat bahwa besarnya bunga terus berubah setiap periodenya yang
diperoleh dari mengkalikan suku bunga (i=3%) dengan besarnya modal pada periode
sebelumnya.
Penyelesaian:
 Modal sebelumnya = 300.000.000
 Bunga periode 1 = 3% X 300.000.000 = 9.000.000
 Modal periode 1 = 300.000.000 + 9.000.000 = 309.000.000
 Bunga periode 2 = 3% X 309.000.000 = 9.270.000
 Modal periode 2 = 309.000.000 + 9.270.000 = 318.270.000
 Bunga periode 3 = 3% X 318.270.000 = 9.548.100
 Modal periode 3 = 318.270.000 + 9.548.100 = 327.818.100
Maka total pembayaran Andana ke pihak bank hingga tahun ke-3 sebesar Rp
327.818.100,00.

3. Permasalahan dan Cara Penyelesaian Bunga Efektif

Kasus:
Andana meminjam uang di bank sebesar Rp 300.000.000,00, dengan bunga kredit
efektif 10%/tahun. Bank memberikan kredit dengan jangka waktu 60 bulan. Maka angsuran
yang harus dibayarkan oleh Andana yaitu:
Penyelesaian:
300.000.000
 Cicilan pokok/bulan = = 5.000.000,00
60
 Bunga bulan ke-1 = ¿ ¿ = 2.500.000
 Cicilan bulan ke-1 = 5.000.000 + 2.500 .000 = 7.500.000
 Bunga bulan ke-2 = ¿ ¿ = 2.458.333,333
 Cicilan bulan ke-2 = 5.000.000 + 2.458.333,333 = 7.458.333,333
 Bunga bulan ke-3 = ¿ ¿ = 2.416.666,667
 Ciclan bulan ke-3 = 5.000.000 + 2.416.666,667 = 7.416.666,67
Dan seterusnya sampai cicilan bulan ke-60.

Anda mungkin juga menyukai