Anda di halaman 1dari 4

Definisi Bank Konvensional

Bank konvensional memiliki definisi tersendiri. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun


1998 disebutkan bahwa bank konvensional adalah bank yang dalam kegiatannya memberikan jasa
lalu lintas pembayaran kepada masyarakat. Maksudnya adalah bank sebagai lembaga keuangan
berfungsi menyalurkan dan menyimpan dana yang ada dimasyarakat dan memutarnya dalam suatu
siklus. Untuk memperoleh keuntungan dan menjalankan administrasinya, suatu bank konvensional
menggunakan sistem bunga pada pinjaman yang diambil oleh kreditur.

Ciri-ciri Bank Konvensional

Dalam prakteknya ada beberapa hal yang membedakan bank konvensional dengan bank syariah
terutama dalam hal sistem bunga yang digunakan. Terdapat perbedaan yang jelas diantara keduanya.
Diantaranya ciri-ciri bank konvensional adalah sebagai berikut :

1. Pemilik dana mendapatkan keuntungan dari bunga yang ditetapkan oleh bank sebagai tambahan
kepada nasabah. Bunga tersebut biasanya diberikan dengan persentase tertentu dan diperoleh dari
tambahan yang diberikan oleh peminjam. Dalam hal ini tambahan tersebut dianggap sebagai salah
satu bentuk riba.

2. Bank konvensional memiliki orientasi yang didasarkan pada perolehan keuntungan atau dengan
kata lain bank konvensional hanya mengejar keuntungan semata.

3. Hubungan yang dijalin nasabah dengan orang yang meminjamkan dana hanyalah sebatas nasabah
dan kreditur dan mereka tidak memiliki ikatan emosional.

4. Tidak ada badan syariah yang mengawasi jalannya bank konvensional. Hal inilah yang
membedakan bank konvensional dengan bank syariah dimana bank syariah justru memiliki badan
pengawas yakni Dewan Pengawas Syariah.

5. Jika terdapat perselisihan atau sengketa yang melibatkan bank konvensional maka jalur yang
ditempuh adalah jalur hukum dengan pengadilan negeri sebagai pihak penyelesai sengketa.

Bank Konvensional Dalam Islam

Dalam islam sendiri, bunga yang diterapkan bank kepada peminjam termasuk dalam perbuatan riba
dan seperti yang kita ketahui bahwa islam dengan jelas melarang perbuatan riba. Hal ini menyatakan
bahwa islam tidak memperbolehkan umatnya untuk melakukan tindakan riba. Meskipun demikian
tetap saja banyak orang masih menggunakan sistem bunga dan menyimpan maupun meminjam uang
lewat jasa bank konvensional.  Diantara dalil yang menyebutkan larangan riba dalam islam yang ada
dalam bank konvensional antara lain :

QS Ar Rum : 39

Dalam Quran surat Ar rum ayat 39 riba diartikan sebagai suatu tambahan atas harta pinjaman
seseorang dan Allah tidak meridhainya.

ْ ‫س فَال يَ ْربُو ِع ْن َد هَّللا ِ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِمنْ َزكَا ٍة تُ ِريدُونَ َو ْجهَ هَّللا ِ فَأُولَئِ َك ُه ُم ا ْل ُم‬
‫ض ِعفُون‬ ِ ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِمنْ ِربًا لِيَ ْربُ َو فِي أَ ْم َو‬
ِ ‫ال النَّا‬
“Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka
Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum: 39)

Qs An Nisa (160 – 161)

Allah telah melarang riba dan siapapun yang memakan harta yang termasuk riba didalamnya akan
mendapatkan balasannya kelak di akhirat.

‫الربَا َوقَ ْد نُ ُهوا َع ْنهُ َوأَ ْكلِ ِه ْم أَ ْم َوا َل‬ِّ ‫سبِي ِل هَّللا ِ َكثِي ًرا – َوأَ ْخ ِذ ِه ُم‬ َ ِ‫ت أُ ِحلَّتْ لَ ُه ْم َوب‬
َ ْ‫ص ِّد ِه ْم عَن‬ َ ‫فَبِظُ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم‬
ٍ ‫طيِّبَا‬
‫س بِا ْلبَا ِط ِل َوأَ ْعتَ ْدنَا لِ ْلكَافِ ِرينَ ِم ْن ُه ْم َع َذابًا أَلِي ًما‬
ِ ‫النَّا‬

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas (memakan makanan) yang
baik-baik (yang dahulunya) Dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah. Dan disebabkan mereka memakan riba, Padahal Sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang
batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang
pedih.” (QS. An-Nisa: 160-161)

Qs An nisa : 26

…‫اض ِم ْن ُك ْم‬ َ ‫َيآ أَ ُّي َها الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا الَ َتأْ ُكلُ ْوا أَمْ َوالَ ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ِب ْالبَاطِ ِل إِالَّ أَنْ َت ُك ْو َن ت َِج‬
ٍ ‫ار ًة َعنْ َت َر‬

“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu…”. (QS. An Nisa : 29)

PANDANGAN ULAMA TENTANG BANK KONVENSIONAL


PANDANGAN YANG MENGHARAMKAN BANK KONVENSIONAL
Pendapat yang mengharamkan bank konvensional yaitu Jumhur (mayoritas) ulama
mengharamkan bank konvensional karena adanya praktek bunga bank yang secara prinsip
sama persis dengan riba. Baik itu bunga pinjaman, bunga tabungan atau bunga
deposito. Praktik perbankan konvensional yang haram adalah
1.      menerima tabungan dengan imbalan bunga, yang kemudian dipakai untuk dana kredit
perbankan dengan bunga berlipat
2.      memberikan kredit dengan bunga yang ditentukan
3.      segala praktik hutang piutang yang mensyaratkan bunga.
Bagi ulama yang mengharamkan sistem perbankan nasional, bunga bank adalah riba.
Dan oleh karena itulah haram. Adapun Ulama dan Lembaga yang mengharamkan bank
konvensional yaitu :
1.      Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam konferensi Penelitian Islam di bulan Muharram
1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati secara aklamasi bahwa segala
keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan praktek riba yang diharamkan
termasuk bunga bank.
2.      Majma’al Fiqh al-Islamy, Negara-negara OKI yang diselenggarakan di Jeddah pada tanggal
10-16 Rabi’ul Awal 1406 H/22 Desember 1985;
3.      Majma’ Fiqh Rabithah al’Alam al-Islamy, Keputusan 6 Sidang IX yang diselenggarakan di
Makkah, 12-19 Rajab 1406 
4.      Keputusan Dar It-Itfa, Kerajaan Saudi Arabia, 1979;
5.      Keputusan Supreme Shariah Court, Pakistan, 22 Desember 1999;
6.      Majma’ul Buhuts al-Islamyyah, di Al-Azhar, Mesir, 1965.
7.      Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tahun 2000 yang
menyatakan bahwa bunga bank tidak sesuai dengan syari’ah.
8.      Keputusan Sidang Lajnah Tarjih Muhammadiyah tahun 1968 di Sidoarjo menyatakan bahwa
sistem perbankan konvensional tidak sesuai dengan kaidah Islam.
9.      Keputusan Munas Alim Ulama dan Konbes NU tahun 1992 di Bandar Lampung.
10.  Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia tentang Fatwa Bunga (interest/fa’idah),
tanggal 22 Syawal 1424/16 Desember 2003.
11.  Keputusan Rapat Komisi Fatwa MUI, tanggal 11 Dzulqa’idah 1424/03 Januari 2004, 28
Dzulqa’idah 1424/17 Januari 2004, dan 05 Dzulhijah 1424/24 Januari 2004.

PRAKTIK BANK KONVENSIONAL YANG HALAL

Namun demikian, pendapat yang mengharamkan tidak menafikan adanya sejumlah layanan
perbankan yang halal seperti: (a) layanan transfer uang dari satu tempat ke tempat lain dengan ongkos
pengiriman; (b) menerbitkan kartu ATM; (c) menyewakan lemari besi; (d) mempermudah hubungan
antarnegara.

ULAMA DAN LEMBAGA YANG MENGHALALKAN BANK KONVENSIONAL

1. Syekh Al-Azhar Sayyid Muhammad Thanthawi menilai bunga bank bukan riba dan halal.
2. Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir. dalam buku Sikap Syariah Islam terhadap Perbankan
3. Keputusan Majma al-Buhust al-Islamiyah 2002 membahas soal bank konvensional.
4. A.Hasan Bangil, tokoh Persatuan Islam (PERSIS), secara tegas menyatakan bunga bank itu halal.
5. Dr.Alwi Shihab dalam wawancaranya dengan Metro TV berpendapat bunga bank bukanlah riba
dan karena itu halal.
ALSAN ULAMA DAN LEMBAGA YANG MENGHALALKAN BANK KONVENSIONAL

1. Menurut Sayyid Muhammad Thanthawi bank konvensional/deposito itu halal dalam berbagai
bentuknya walau dengan penentuan bunga terlebih dahulu.

Menurutnya, di samping penentuan tersebut menghalangi adanya perselisihan atau penipuan di


kemudian hari, juga karena penetuan bunga dilakukan setelah perhitungan yang teliti, dan terlaksana
antara nasabah dengan bank atas dasar kerelaan mereka.

2. Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak mungkin ada
kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak ada kekuatan perekonomian
tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbankan tanpa riba. Ia juga mengatakan, “Sistem
ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-
Qur’an yang Mulia. Karena bunga bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk
terhadap nash-nash yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba.”

3. Isi keputusan Majma al-Buhust al-Islamiyah 2002:

"Mereka yang bertransaksi dengan atau bank-bank konvensional dan menyerahkan harta dan
tabungan mereka kepada bank agar menjadi wakil mereka dalam menginvestasikannya dalam
berbagai kegiatan yang dibenarkan, dengan imbalan keuntungan yang diberikan kepada mereka serta
ditetapkan terlebih dahulu pada waktu-waktu yang disepakati bersama orang-orang yang bertransaksi
dengannya atas harta-harta itu, maka transaksi dalam bentuk ini adalah halal tanpa syubhat
(kesamaran), karena tidak ada teks keagamaan di dalam Alquran atau dari Sunnah Nabi yang
melarang transaksi di mana ditetapkan keuntungan atau bunga terlebih dahulu, selama kedua belah
pihak rela dengan bentuk transaksi tersebut."

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta di antara kamu
dengan jalan yang batil. Tetapi (hendaklah) dengan perniagaan yang berdasar kerelaan di antara
kamu. (QS. an-Nisa': 29).

Kesimpulannya, penetapan keuntungan terlebih dahulu bagi mereka yang menginvestasikan harta
mereka melalui bank-bank atau selain bank adalah halal dan tanpa syubhat dalam transaksi itu.

Ini termasuk dalam persoalan "Al-Mashalih Al-Mursalah", bukannya termasuk persoalan aqidah atau
ibadat-ibadat yang tidak boleh dilakukan atas perubahan atau penggantian.

Anda mungkin juga menyukai