Anda di halaman 1dari 29

Pertemuan ke:

Analisa Laporan Keuangan


Dan Penilaian Aset
14 Fakultas

Fakultas Bisnis
Analisa Pembiayaan Part 2
Aldi Samara, S.Ak., M.Ak
Letakkan foto
Program Studi Terbaik anda
Akuntansi (S1) disini 
Evaluasi Kebutuhan Pembiayaan

Cara mengevaluasi kebutuhan pembiayaan berdasarkan jenisnya yang lazim


dibiayai dibagi menjadi:
1. Untuk Modal Kerja Tetap dan Musiman (Peningkatan Piutang dan
Persediaan)
2. Untuk Investasi (Peningkatan Aktiva Tetap)

Adapun alat yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi kebutuhan


pembiayaan untuk modal kerja tetap dan musiman dapat menggunakan
pendekatan/metode :
1. Metode Quick & Dirty Approach
2. Sustainable Growth Rate Model
3. Cash Flow Analysis

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Evaluasi Pembiayaan

1. Metode Quick & Dirty Approach

Cara menganalisis kebutuhan modal kerja yang secara cepat dapat dilakukan
untuk menetapkan plafond pembiayaan dari satu nasabah adalah dengan
menggunakan konsep asset working capital turnover period yaitu perputaran
modal kerja dimulai dari saat kas diinvestasikan dalam komponen modal kerja
seperti persediaan, piutang sampai menjadi kas kembali.

Contoh soal 1

PT INSAN MUDA mempunyai kondisi keuangan seperti di bawah ini mengajukan


pembiayaan ke bank untuk meningkatakan pertumbuhan penjualan tahun 2002
sebesar Rp5.000.000.000,-

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 3
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Quick & Dirty Approach
PT INSAN MUDA
NERACA
PERIODE 31 DESEMBER 2001

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 4
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Quick & Dirty Approach
PT INSAN MUDA
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE 31 DESEMBER 2001

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 5
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Quick & Dirty Approach
Days Receivable (DR) = (Piutang : Penjualan ) x 360 hari
= (12.024.588 : 54.748.743) x 360 hari
= 79 hari

Days Inventories (DI) = (Persediaan : HPP) x 360 hari


= (1.286.562 : 42.686.254) x 360 hari
= 11 hari

Days Payable (DP) = (Utang dagang : HPP) x 360 hari


= (2.660.821 : 42.686.254) x 360 hari
= 22 hari

Cash to Cash Period = DR + DI – DP


= 79 + 11 – 22 hari
= 67 hari
Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 6
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Quick & Dirty Approach
Proyeksi penjualan dengan pertumbuhan 30% adalah
= Rp54.748.743,- x 30%
= Rp71.173.365,-

Kebutuhan pembiayaan dalam tahun 2002 dapat dihitung sebagai berikut:


= 67/360 x Rp71.173.365,-
= Rp13.246.154,-

Sementara modal kerja yang sudah ada yaitu Net Working Capital (aktiva lancar –
utang lancar) adalah:
= Rp30.396.251 – Rp18.172.271
= Rp12.223.980,-

Sehingga pembiayaan yang layak diberikan kepada nasabah adalah:


= Rp13.246.154 – Rp12.223.980
= Rp1.022.174,-

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 7
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Metode Evaluasi Pembiayaan
2. Sustainable Growth Rate Model
Konsep dasarnya adalah “Dalam dunia bisnis, untuk mnghasilkan tambahan
volume/nilai penjualan diperlukan adanya tambahan dana untuk investasi dalam
piutang, persediaan maupun aktiva tetap.”

Sustainable Growth Rate (SGR) didefinisikan sebagai “tingkat pertumbuhan nilai


penjualan yang diikuti dengan tingkat struktur modal (capital structure) yang stabil
yang diharapkan tidak akan menimbulkan problem keuangan bagi perusahaan yang
bersangkutan, sehingga dapat dikatakan bahwa sustainable growth rate merupakan
tingkat pertumbuhan penjualan yang seimbang”.

Kegunaan model ini dapat dipakai untuk:


1. Menentukan besarnya kebutuhan pembiayaan dari nasabah
2. Mendeteksi kemungkinan terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan
pembiayaan oleh nasabah (monitoring pembiayaan).

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 8
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Sustainable Growth Rate (SGR)
Besarnya SGR akan dipengaruhi oleh:
1. Tingkat Capital Output Ratio
2. Tingkat Net Profit Margin (keuntungan setelah pajak)
3. Kebijakan deviden (devidend policy)
4. Tingkat Debt to equity Ratio

Untuk mempermudah perhitungan maka faktor-faktor tersebut di atas perlu dinotasikan


dalam simbol-simbol sebagai berikut.
pm = tingkat keuntungan setelah pajak (net profit margin)
dp = rasio pembayaran deviden terhadap keuntungan setelah pajak (deviden payout
ratio), sehingga 1 – dp adalah merupakan rasio keuntungan setelah pajak yang
ditahan (retention ratio).
de = rasio utang terhadap kekayaan sendiri (debt to equity ratio)
co = jumlah aktiva yang dibutuhkan untuk menghasilkan penjualan (capital output
ratio/aktiva dibagi penjualan)
cs = nilai penjualan pada tahun sebelumnya (exsisting sales)
as = tambahan nilai penjualan (additional sales) untuk tahun ini.

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 9
<lotus
nu hiri >
Inovasi
Sustainable Growth Rate (SGR)
Berdasarkan simbol-simbol di atas, maka:

1. Pm (es + as) (1 – dp) adalah merupakan tambahan modal sendiri.


2. (pm (es + as) (1 – dp)) de adalah merupakan tambahan utang
3. as (co) adalah merupakan tambahan aktiva yang diperlukan

Karena SGR dapat dihitung dengan menyamakan tambahan di sisi aktiva dan
tambahan di sisi pasiva, maka formula perhitungan SGR adalah sebagai berikut :

as(co) = pm(es + as)(1 – dp) + (pm(es + as)(1 – dp))de


as(co) = pm(es + as)(1 – dp)(1 + de)
as(co) = pm(1 – dp)(1 + de)es + pm(1 – dp)(1 + de)as
as(co) – pm(1 – dp)(1 + de)as = pm(1 – dp)(1 + de)as
as((co) – pm(1 – dp)(1 + de) = pm(1 – dp)(1 + de)es

as/es = pm (1 – dp) (1 + de)


co – pm(1 – dp)(1 + de)

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 0
Sustainable Growth Rate (SGR)
Rumus:
Sustainable Growth Rate (SGR) = pm(1-p)(1+de)
co-pm(1-dp)(1+de)

Formula di atas didasarkan atas asumsi bahwa:


1. Keadaan yang akan datang diperkirakan sama dengan keadaan tahun-tahun
sebelumnya, sehingga “co” dianggap konstan.
2. Tidak ada perubahan kebijaksanaan perusahaan di sektor keuangan sehingga “de”
dianggap konstan.
3. Pembiayaan modal sendiri harus berasal dari laba yang ditahan, tidak ada pembiayaan
modal sendiri yang berasal dari pengeluaran saham baru.

Kemudian bila ada perubahan kondisi ekonomi yang mengakibatkan:


perubahan efisiensi (co)
perubahan kebijaksanaan di sektor keuangan, seperti perubahan leverage yang
mengakibatkan perubahan tingkat (de), perubahan kebijakan pembagian deviden yang
mengakibatkan perubahan (1 – dp) dan pengeluaran saham baru atau penarikan saham
lama yang beredar, yang mengakibatkan perubahan sektor pembiayaan.

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 1
Sustainable Growth Rate (SGR)
Hal ini akan mengakibatkan terjadinya SGR yang lebih besar atau lebih kecil dari
pertumbuhan yang sebenarnya (actual growth). Bila hal ini terjadi, maka SGR dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :

SGR = (eo + e1 – dRp)(1 + de)(at) x (1/es) – 1


1-(pm(1+de)at)

eo = modal sendiri awal/tahun sebelumnya


e1 = modal sendiri yang berasal dari pengeluaran saham baru
dRp = deviden dalam rupiah
at = perputaran aktiva (asset turn over), yang merupakan keblikan dari “co”.

Berdasarkan formula di atas, dapat disusun formula lain untuk menghitung tingkat
perputaran aktiva (at), rasio utang terhadap modal (de) dan proporsi keuntungan setelah
pajak terhadap penjualan (pm) sebagai berikut :

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 2
Sustainable Growth Rate (SGR)

Asset turn over (at) = (1+sgr)es


(1+de)(eo+e1 – dRp + pm(1+sgr)es)

Debt to equity ratio (de) = (1+sgr)as


(eo + e1 – dRp + pm(1 + sgr)es(at)

Profit margin = 1 / (1+de)(at) – (eo + e1 – dRp)(1 + sgr)es

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 3
Sustainable Growth Rate (SGR)
Contoh soal 2.
Hitung Sustainable Growth Rate PT ABC, dengan data keuntungan sebagai berikut:
Penjualan Rp 1.375.000
Keuntungan setelah pajak Rp 275.000
Keuntungan yang dibagikan sebagai devidenRp 82.500
Aktiva lancar Rp 700.000
Aktiva tetap neto Rp 950.000 +
Total Aktiva Rp 1.650.000
Utang lancar Rp 400.000
Utang Bank Rp 500.000
Modal sendiri Rp 750.000 +
Total Pasiva Rp 1.650.000
Dari laporan keuangan di atas dapat dihitung beberapa hal sebagai berikut :
pm = 275.000/1.375.000 = 0,20
dp = 82.500/275.000 = 0,30
de = (400.000 + 500.000)/750.000 = 1,20
co = 1.650.000/1.375.000 = 1,20
Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 4
Sustainable Growth Rate (SGR)

Sustainable Growth Rate (SGR) = pm(1-dp)(1+de)


co – pm(1 – dp)(1 + de)

= 0,20(1 – 0,30)(1 + 1,20)


1,20 – 0,20(1 – 0,30)(1 + 1,20)

= 0,3452 atau 34,52%

Kesimpulan:
Tingkat pertumbuhan nilai penjualan yang seimbang yang diikuti oleh struktur modal yang
stabil adalah 34,52%

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 5
Sustainable Growth Rate (SGR)
Penggunaan Sustainable Growth Rate sebagai dasar penentuan besarnya plafon
pembiayaan

Penggunaan SGR untuk penentuan besarnya plafon pembiayaan, maka kita kembali ke
konsep dasar berikut asumsinya yaitu :
1. Tingkat efisiensi sama seperti tahun sebelumnya (Co konstan)
2. Kebijaksanaan perusahaan di sektor keuangan (struktur modal dan pembayaran
deviden/pengambilan prive) tidak berubah. Maka untuk meningkatkan volume/nilai
penjualan diperlukan adanya tambahan aktiva.
3. Tambahan aktiva akan dapat dipenuhi bila ada tambahan modal dan tambahan
hutang yang harus tetap menjamin kestabilan struktur kapitalnya.

Dengan konsep dasar tersebut, maka setiap ada tambahan hutang harus diikuti dengan
adanya tambahan modal sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap adanya tambahan modal
sendiri, maka secara langsung akan dapat berpengaruh pada tambahan borrowing
capacity yaitu kemampuan mendapat tambahan pembiayaan.

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 6
Sustainable Growth Rate (SGR)
Masih dengan contoh di atas, Direktur PT ABC mengajukan pembiayaan ke Bank
sebesar Rp300.000,-. Tambahan pembiayaan yang layak diberikan dengan SGR
Models dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tambahan penjualan = 34,52% x 1.375.000 = 474.775,78

Tambahan aktiva yang diperlukan = 474.775,78 x 1,20


= 569.730,94

Tambahan equity = 0,20(1.375.000 + 474.775,78)(1 – 0,30)


= 258.968,60

Atau = 569.703,94 – 258.968,60


= 310.762,33

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 7
Sustainable Growth Rate (SGR)
Tambahan total utang yang diperlukan sebesar Rp.310.762,33. Bila proposi utang
lancar terhadap penjualan dapat dipertahankan, maka besarnya kebutuhan plafond
pembiayaan dari bank dapat dihitung sebagai berikut.

Tambahan Utang Lancar = 400.000/1.375.000 x 474.775,78


= 138.116,59

Tambahan total Utang yang diperlukan = 310.762,33

Tambahan pembiayaan bank = 310.762,33 – 138.116,59


= 172.645,74

Dari perhitungan di atas, tambahan maksimum pembiayaan yang layak diberikan


pada PT ABC adalah sebesar Rp172.645,74 atau dibulatkan Rp173.000,-.

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 8
Sustainable Growth Rate (SGR)
Kemudian bagaimana bila terjadi perubahan asumsi dasar tersebut di atas. Misalnya,
sebelum memberikan pembiayaan, pihak bank telah berhasil membuat negosiasi
dengan PT ABC bahwa: definisi harus ditingkatkan sehingga (co) menjadi 1,15 atau
(at) sebesar 0,869565 dan (pm) menjadi 21%. PT ABC juga telah setuju untuk
memperbaiki posisi struktur kapitalnya sehingga (de) menjadi 1,00 dengan syarat
bahwa tambahan total utang sepenuhnya harus dibiayai bank.
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, maka besarnya SGR dan plafond
pembiayaan dari bank dapat dihitung sebagai berikut.

SGR = (750.000 – 82.500)(1+1,00)(0,8695665) x 1/1.375.000 – 1


1 – 0,21(1+1,00)(0,869565)

= 0,330011929 atau 33,00%

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 1
<lotus
nu hiri >
Inovasi 9
Sustainable Growth Rate (SGR)

Tambahan modal sendiri baru

= modal lama + pm(es)(as)(1 – dp)


= modal lama + pm(es)(as) – dp(pm)(es)(as)
= 750.000 + 0,21(1.375.000)(1,33) – 0,30(0,21)(1.375.000)(1,33)
= 1.018.826,25

Total utang baru = 1,00 x 1.018.826,25 = 1.018.826,25


Total utang lama = 900.000,00 +
Tambahan pembiayaan diperlukan 118.826,25

Jadi, tambahan pembiayaan bank yang layak diberikan adalah sebesar


Rp118.826,25 atau dibulatkan menjadi Rp119.000,-

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 0
Sustainable Growth Rate (SGR)
Penggunaan Sustainable Growth Rate sebagai dasar Monitoring Pembiayaan

Dari contoh soal di atas, setelah pembiayaan sebesar Rp173.000,- diberikan pada PT ABC,
pihak bank dapat melakukan pemantauan dengan melihat actual growth rate (tingkat
penjualan yang sebenarnya), besarnya capital output ratio, debt to equtity ratio,
devidend payout ratio.

Bila actual growth rate lebih kecil dari sustainable growth rate, maka ada indikasi bahwa
ada tambahan aktiva sebagai akibat adanya tambahan pasiva yang tidak bisa menunjang
pertumbuhan penjualan, yaitu tambahan kekayaan sendiri dan tambahan hutang yang
seharusnya dipergunakan untuk membiayai piutang, persediaan atau aktiva lain sebagai
penunjang pertumbuhan dipergunakan untuk tujuan lain (side streaming)

Dengan cara financial monitoring seperti ini akan dengan mudah kita dapat menentukan
apakah terjadi side streaming atas fasilitas pembiayaan yang telah kita salurkan, sehingga
tanda-tanda penyimpangan seperti ini dapat segera diketahui dan dapat menghindarkan
terhadap terjadinya pembiayaan macet.

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 1
Metode Evaluasi Pembiayaan
3. Cash Flow Analysis

Sedangkan cara yang paling baik dan sering dipergunakan untuk


mengetahui kebutuhan modal kerja pembiayaan nasabah adalah
dengan pendekatan cash flow analysis.

PEMBIAYAAN BANK = TOTAL KEBUTUHAN DANA – MODAL SENDIRI,


KEMUDIAN DIPERGUNAKAN PROYEKSI CASH FLOW ANALISYS

METODE
– Cash Ratio Approach
– Disposible Income Approach

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 2
Cash Flow Analysis

1. Cash Ratio Approach

• Cara Menentukan Plafon Maximal Pembiayaan Nasabah


berdasarkan Ratio Angsuran Pembiayaan Terhadap
Pendapatan Nasabah (Take Home Pay)
Misal => Angsuran Maximal = 40% x THP
Pendapatan Calon Nasabah = Rp. 6 Juta, maka angsuran
Max = 40% x 6.000.000,- = Rp. 2.400.000,-

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 3
Cash Flow Analysis
2. Disposible Income Approach
• Cara Menentukan Plafon Maximal Pembiayaan Nasabah
berdasarkan Ratio Angsuran Pembiayaan Terhadap
Pendapatan Nasabah setelah dikurangi dengan Biaya Hidup,
angsuran & kebutuhan hidup lainnya.
Misal => Angs. Maximal = 70% x Disposible Income
a. Pendapatan Calon Nasabah = Rp. 6 Juta,
b. Biaya Hidup dll = Rp. 2 juta,
Maka Disposible Income = Rp. 4 juta
Maka angsuran Max = 70% x 4.000.000,- = Rp. 2.800.000,-

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 4
Cash Flow Analysis

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 5
Cash Flow Analysis

Menghitung Plafon Maximal

Angsuran = Pokok + (Pokok x Margin x Waktu(th)


waktu (bl)

Angsuran 2.800.000
Margin = 14% Eff => 8% Flat 8%
Jangka Waktu = 10 Th => 10
120 Bln
Pokok Pembiayaan 120

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 6
Cash Flow Analysis
Hitung Plafon Maximal

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 7
Cash Flow Analysis
Hitung Plafon Maximal

Kreativitas
@adt_
Me Ak Membangkitkan 2
<lotus
nu hiri >
Inovasi 8
Terima Kasih
Aldi Samara, S.Ak., M.Ak

Anda mungkin juga menyukai