RIBA
KELOMPOK : 4
ANGGOTA KELOMPOK :
1). ANNISA WULANDARI ( 22040097 )
2). DWI PUJI LESTARI ( 22040123 )
3). ELVEMAS NOPENTRI ( 22040076 )
4). GIONI OGRIANSYAH ( 22040131 )
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................2
A. Riba..........................................................................................................2
1. Pengartian Riba..................................................................................2
2. Hukum Riba.......................................................................................2
3. Dalil&Bukti Larangan Riba..............................................................3
4. Jenis-Jenis Riba&Contoh Di Kehidupan Masyarakat........................6
5. Bunga&Perbankan.............................................................................7
6. Manfaat Diharamkan Riba.................................................................9
7. Sikap Menghindari Riba......................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai bagian dari hukum Islam yang mana merupakan suatu prinsip yang sangat
besar dan terdapat pijakan berupa keadilan dalam memperhatikan kemaslahatan
manusia seluruhnya. Berdasarkan prinsip-prinsip agung yang diuraikan dalam makalah
ini, dapat diketahui bahwa muamalah dalam jual beli tidak dapat dikeluarkan dari
mubah kepada haram kecuali jika ada sesuatu yang diperingatkan, misalnya karena
menjurus kepada kedzaliman terhadap salah satu pihak, berupa riba, kedustaan,
penipuan, dengan berbagai ragamnya, ketidak tahuan dan pengecohan dengan segala
jenisnya. Semua itu adalah contoh kedzaliman terhadap salah satu pihak.
B. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Riba.
2. Dapat memahami hukum Riba.
3. Dapat mengetahui dalil & bukti larangan Riba.
4. Dapat mengetahui jenis-jenis Riba & contohnya di kehidupan.
5. Dapat memahami bunga Bank.
6. Dapat memahami manfaat diharamkanya Riba.
7. Dapat mengetahui sikap Menghindari Riba.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. RIBA
1. Pengertian Riba
Diantara akad jual beli yang dilarang dengan pelarangan yang kerasa antara lain
adalah Riba. Yang dalam hal ini Riba berarti = ) الزيادةkelebihan atau tambahan).
secara bahasa bermakna tambahan, tumbuh dan menjadi tinggi.
Sedangkan menurut terminologi syara’, Riba berarti: “Akad untuk satu ganti
khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau
bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.”1
Dengan demikian, Riba menurut istilah ahli fiqih adalah penambahan pada salah
satu dari dua ganti yang sejenis tanpa ada ganti dari tambahan ini. Tidak semua
tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam sebuah
perdagangan dan tidak ada riba didalamnya hanya saja tambahan yang di istilahkan
dengan nama Riba dan Al-Qur’an datang menerangkan pengharamannya adalah
tambahan yang diambil sebagai ganti dari tempo.
Yang dalam hal ini ada juga yang mendefinisikan sebagai berikut:
2. Hukum Riba
v
dalamnya sesuai firmanNya di Al Quran & Rosullullah SAW juga melaknat orang
yang memakan riba dan sejenisnya karena merugikan orang lain.
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)
(QS Ar Rum ayat 39)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan
(QS Al Imraan ayat 130)
vi
ۚ ٱلش \ ۡي ٰطَ ُن ِمنَ ۡٱلم
َ \ ِسِّ ٰ َذل
ك َّ ُٱلَّ ِذينَ يَ ۡأ ُكلُونَ ٱلرِّ بَ ٰو ْا اَل يَقُو ُمونَ ِإاَّل َك َما يَقُ\\و ُم ٱلَّ ِذي يَتَ َخبَّطُ\ه
َ
ة ِّمنٞ َبَِأنَّهُمۡ قَالُ ٓو ْا ِإنَّ َما ۡٱلبَ ۡي ُع ِم ۡث ُل ٱلرِّ بَ ٰو ۗ ْا َوَأ َح َّل ٱهَّلل ُ ۡٱلبَ ۡي َع َو َح َّر َم ٱل ِّربَ ٰو ۚ ْا فَ َمن َجٓا َء ۥهُ َم ۡو ِعظ
ٓ
ار هُمۡ فِيهَ\\ا ۡ ك َأ
ِ ۖ َّص \ ٰ َحبُ ٱلن َ َّربِّ ِهۦ فَ\\ٱنتَهَ ٰى فَلَهۥُ َم\\ا َس \لَفَ َوَأمۡ \ ُر ٓۥهُ ِإلَى ٱهَّلل ۖ ِ َو َم ۡن َع\\ا َد فَُأوْ ٰلَِئ
٢٧٥ َٰخَ لِ ُدون
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya ( QS Al Baqarah ayat 275)
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa (QS Al Baqarah
ayat 276)
٢٧٨ َُوا َما بَقِ َي ِمنَ ٱلرِّ بَ ٰ ٓو ْا ِإن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين
ْ وا ٱهَّلل َ َو َذر ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ْ ُوا ٱتَّق
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman (QS Al Baqarah ayat
278)
vii
ب ِّمنَ ٱهَّلل ِ َو َر ُس\\ولِ ِۖۦه َوِإن تُ ۡبتُمۡ فَلَ ُكمۡ ُر ُءوسُ َأمۡ\\ ٰ َولِ ُكمۡ اَل ۡ َ\\وا ف
ْ ُ\\أ َذن
ۡ وا بِ َح ْ ُفَ\\ِإن لَّمۡ ت َۡف َعل
ٖ \\ر
٢٧٩ َت َۡظلِ ُمونَ َواَل تُ ۡظلَ ُمون
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan
riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya
(QS Al Baqarah ayat 279)
b. As-Sunnah
Dalam hal ini dasar hukum Riba juga dijelaskan dalam sunnah yaitu:
1. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
ِّ ك بِاهَّلل ِ َو
الس \حْ ُر َوقَ ْت \ ُل ِّ ال
ُ ْالش \ر ِ اجْ تَنِبُوا ال َّس ْب َع ْال ُموبِقَا
َ َت قَالُوا يَا َرسُو َل هَّللا ِ َو َما هُ َّن ق
ِ \ْق َوَأ ْك\ ُل ال ِّربَ\ا َوَأ ْك\ ُل َم\ا ِل ْاليَتِ ِيم َوالتَّ َولِّي يَ\وْ َم ال َّزح
ف ْ ِس الَّتِي َح َّر َم هَّللا ُ ِإاَّل ب
ِّ \ال َح ِ النَّ ْف
ِ ت ْالغَافِاَل
ت ِ ت ْال ُمْؤ ِمنَاِ صنَا َ ْف ْال ُمحُ َوقَ ْذ
“ Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda, Tinggalkanlah tuju dosa
yang dapat membinasakan. Sahabat bertanya, Apakah itu, ya Rasulullah? ‘Jawab
Nabi, (1) Syirik (mempersekutukan Allah); (2) berbuat sihir; membunuh jiwa yang
diharamkan Allah, kecuali yang hak; (4) makan harta Riba; (5) makan harta anak
yatim; (6) melarikan diri dari perang jihad pada saat berjuang; dan (7) menuduh
wanita mukminat yang sopan (berkeluarga) dengan tuduhan zina.
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم آ ِك َل ال ِّربَ\\ا َو ُمْؤ ِكلَ\هُ َو َكاتِبَ\هُ َو َش\ا ِه َد ْي ِه َوقَ\\ا َل هُ ْم
َ ِ لَ َعنَ َرسُو ُل هَّللا
َس َوا ٌء
“Rasulullah melaknat pemakan riba, orang yang memberi makan dengan riba, juru
tulis transaksi riba, dua orang saksinya, semuanya sama saja.
3. Diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari dari Samurah bin Jundub
viii
فََأ ْقبَ َل ال َّر ُج ُل الَّ ِذي فِي النَّهَ ِر فَِإ َذا َأ َرا َد ال َّر ُج ُل َأ ْن يَ ْخ ُر َج َر َمى ال َّر ُج ُل بِ َح َج ٍر
ُج َر َمى فِي فِي ِه بِ َح َج ٍر َ ان فَ َج َع َل ُكلَّ َما َجا َء لِيَ ْخر ُ فِي فِي ِه فَ َر َّدهُ َحي
َ ْث َك
ت َما هَ َذا فَقَا َل الَّ ِذي َرَأ ْيتَهُ فِي النَّهَ ِر آ ِك ُل الرِّ بَا
ُ ان فَقُ ْل
َ فَيَرْ ِج ُع َك َما َك
Tadi malam aku melihat dua orang lelaki, lalu keduanya mengajakku pergi ke
sebuah tanah yang disucikan. Kamipun berangkat sehingga sampai ke satu sungai
yang berair darah. Di situ terdapat seorang lelaki sedang berdiri. Di tengah sungai
terdapat seorang lelaki lain yang menaruh batu di hadapannya. Ia menghadap ke
arah lelaki yang ada di sungai. Kalau lelaki di sungai itu mau keluar, ia melemparnya
dengan batu sehingga terpaksa lelaki itu kembali ke dalam sungai darah. Demikianlah
seterusnya setiap kali lelaki itu hendak keluar, lelaki yang di pinggir sungai melempar
batu ke mulutnya sehingga ia terpaksa kembali lagi seperti semula. Aku bertanya:
“Apa ini?” Salah seorang lelaki yang bersamaku menjawab: “Yang engkau lihat
dalam sungai darah itu adalah pemakan riba.”
1. Riba Fadhl, yaitu tukar menukar dua barang yang sama jenisnya dengan kwalitas
berbeda yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
contoh : tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak, beras dengan beras
dan sebagainya.
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
maksudnya :orang yang membeli suatu barang, kemudian sebelum ia menerima barang
tersebut dari si penjual, pembeli menjualnya kepada orang lain. Jual beli seperti itu
tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan dengan pihak pertama.
3. Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang berhutang disebabkan
memperhitungkan waktu yang ditangguhkan. Contoh : Aminah meminjam cincin 10
Gram pada Ramlan. Oleh Ramlan disyaratkan membayarnya tahun depan dengan
cincin emas sebesar 12 gram, dan apa bila terlambat 1 tahun, maka tambah 2 gram
lagi, menjadi 14 gram dan seterusnya. Ketentuan melambatkan pembayaran satu
tahun.
4. Riba Qardh, yaitu meminjamkan sesuatu dengan syarat ada keuntungan atau
tambahan bagi orang yang meminjami/mempiutangi.
ix
Contoh : Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000 kepada Adi. Adi mengharuskan
dan mensyaratkan agar Ahmad mengembalikan hutangnya kepada Adi sebesar Rp.
30.000 maka tambahan Rp. 5.000 adalah riba Qardh.
Bunga Bank termasuk masalah ijtihadiah karena tidak ada nas atau dalil baik
dalam alquran maupun hadis, berikut beberapa pendapat dari beberapa kalangan
tentang bunga dalam perbankan :
x
Jumhur Ulama’ sepakat bahwa bunga bank adalah riba, oleh karena itulah
hukumnya haram. Pertemuan 150 Ulama’ terkemuka dalam konferensi Penelitian
Islam di bulan Muharram 1385 H, atau Mei 1965 di Kairo, Mesir menyepakati secara
aklamasi bahwa segala keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan
praktek riba yang diharamkan termasuk bunga bank. Berbagai forum ulama
internasional yang juga mengeluarkan fatwa pengharaman bunga bank.
Abu zahrah, Abu ‘ala al-Maududi Abdullah al-‘Arabi dan Yusuf Qardhawi
mengatakan bahwa bunga bank itu termasuk riba nasiah yang dilarang oleh Islam.
Karena itu umat Islam tidak boleh bermuamalah dengan bank yang memakai ssstem
bunga, kecuali dalam keadaan darurat atau terpaksa. Bahkan menurut Yusuf Qardhawi
tidak mengenal istilah darurat atau terpaksa, tetapi secara mutlak beliau
mengharamkannya. Pendapat ini dikuatkan oleh Al-Syirbashi, menurutnya bahwa
bunga bank yang diperoleh seseorang yang menyimpan uang di bank termasuk jenis
riba, baik sedikit maupun banyak. Namun yang terpaksa, maka agama itu
membolehkan meminjam uang di bank itu dengan bunga.
Dr. Sayid Thantawi yang berfatwa tentang bolehnya sertifikat obligasi yang
dikeluarkan Bank Nasional Mesir yang secara total masih menggunakan sistem bunga,
dan ahli lain seperti Dr. Ibrahim Abdullah an-Nashir dalam buku Sikap Syariah Islam
terhadap Perbankan mengatakan, “Perkataan yang benar bahwa tidak mungkin ada
kekuatan Islam tanpa ditopang dengan kekuatan perekonomian, dan tidak ada
kekuatan perekonomian tanpa ditopang perbankan, sedangkan tidak ada perbankan
tanpa riba. Ia juga mengatakan, “Sistem ekonomi perbankan ini memiliki perbedaan
yang jelas dengan amal-amal ribawi yang dilarang Al-Qur’an yang Mulia. Karena
bunga bank adalah muamalah baru, yang hukumnya tidak tunduk terhadap nash-nash
yang pasti yang terdapat dalam Al-Qur’an tentang pengharaman riba.
Pendapat A. Hasan, pendiri dan pemimpin Pesantren Bangil (Persis) berpendapat
bahwa bunga bank seperti di negara kita ini bukan riba yang diharamkan, karena tidak
bersifat ganda sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali Imran ayat 130.
Menurut musyawarah nasional alim ulama NU pada 1992 di Lampung, para
ulama NU tidak memutus hukum bunga bank haram mutlak. Memang ada beberapa
ulama yang mengharamkan, tetapi ada juga yang membolehkan karena alasan darurat
dan alasan-alasan lain.
Hasil rapat komisi VI dalam Musyawarah Nasional (Munas) ke-27 Tarjih dan
Tajdid Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menetapkan,
xi
bunga perbankan termasuk riba sehingga diharamkan.
Larangan al-Qur’an terhadap pengambilan riba adalah jelas dan pasti. Sepanjang
pengetahuan tidak seorang pun mempermasalahkannya. Tetapi pertentangan yang
ditimbulkan adalah mengenai perbedaan antara riba dan bunga. Salah satu mazhab
pemikiran percaya bahwa apa yang dilarang Islam adalah riba, bukan bunga.
Sementara suatu mazhab pemikiran lain merasa bahwa sebenarnya tidak terdapat
perbedaan antara riba dan bunga. Karena itu pertayaan pertama yang harus dijawab
adalah apakah ada perbedaan antara riba dalam al-Qur’an dan bunga dalam dunia
kapitalis.
Jika kita melihat pengertian riba yang tercantum dalam surat al-Rum ayat 39,
Maka bunga bank sama dengan riba. Oleh karena itu wajarlah jika MUI dan OKI
mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank adalah haram. Namun begitu, hukum Islam
sangatlah fleksibel. Artinya bagi yang tinggal di daerah dimana tidak ada bank syariah
seperti di NTT misalnya, sementara transaksi perbankan sangatlah krusial bagi
ekonomi, maka hukumnya menjadi makruh. Hukum Islam itu gampang untuk
dijalankan tapi jangan digampangkan.
Semua ajaran agama, baik yang berupa perintah maupun larangan pasti memiliki
xii
Kiat Pertama: Berilmu Dulu Sebelum Membeli
Setelah mengetahui definisi riba dan berbagai bentuknya, mengetahui bahaya riba
akan semakin membuat seorang muslim menjauhinya transaksi haram tersebut.
Tidak merasa cukup, alias tidak memiliki sifat qona’ah, itulah yang membuat
orang ingin hidup mewah-mewahan.
Sikap sabar dalam menerima rizki yang diberikan Allah SWT dalam kehidupan
kita sangat diperlukan untuk dapat menghindari riba.
BAB III
xiii
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba dalam utang adalah tambahan atas utang, baik yang disepakati sejak awal
ataupun yang ditambahkan sebagai denda atas pelunasan yang tertunda. Riba utang ini
bisa terjadi dalam qardh (pinjam/utang-piutang) ataupun selain qardh, seperti jual-beli
kredit. Semua bentuk riba dalam utang tergolong riba nasi’ah karena muncul akibat
tempo (penundaan).
Riba dalam jual-beli juga terjadi karena pertukaran antar barang ribawi yang tidak
kontan, seperti emas ditukar dengan perak secara kredit. Praktek ini digolongkan ke
dalam riba nasi’ah atau secara khusus disebut dengan istilah riba yad.
Saran
Kepada para pembaca setelah memahami isi dari makalah ini agar dapat
menghindari Riba dalam kehidupan sehari-hari , menjalankan perintah & larangan
Allah SWT dan terhindar dari laknat Allah SWT.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
www.academia.edu/4597678/MAKALAH_MUAMALAH_FIQIH__Jual_beli_Qiradh_d
an_Riba |Makalah Muamalah Fiqih oleh Ana Rosyida
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc .Rumaysho.com/muamalah/agar-tidak-terjerumus-
dalam-riba-2274.| Sikap menghindari Riba
hukum-islam.com/2013/03/hukum-bunga-bank-dalam-islam/. |Bunga dalam perbankan
T. Ibrahim-H. Darsono . Penerapan Fiqih kelas IX Tiga Serangkai SIMT 2008
Nani Harniawati . nharniawati.blogspot.com/2013/10/tugas-makalah-riba.html |
Macam-macam Riba
xv