Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BANK SYARIAH

Bank dan Lembaga Keuangan

“Bank Syariah”

Di Susun Oleh:

IDA AYU KOMANG SUMI ANTARI

21021013

D3 AKUTANSI

YAYASAN RATYNI GORDA


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SATYA

DHARMA SINGARAJA

School of Economics with Spiritual Insight

2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Hyang Maha Esa, Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya , sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah Bank Dan Lembaga Keuangan “Bank Syariah”
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat
memperbaiki makalah ini. Semoga dengan makalah yang telah saya selesaikan dapat
diterima dengan baik dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Singaraja, 4 April 2022

Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar
BAB I. Pendahuluan………………………………………………………………………………1
1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………..1
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….1
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………….......1
BAB II. Pembahasan………………………………………………………………………………2
2.1. Pengertian Bank Syariah……………………………………………………………..2
2.2. Pengertian Bank Syariah Menurut Para Ahli………………………………………...2
2.2.1 Drs. H. KarnaenPerwataAtmadja………………………………………………...2
2.2.2 Ensiklopedia Islam……………………………………………………………….3
2.2.3 UU No. 10 Tahun 1998…………………………………………………………..3
2.2.4 M. Syafe’i Antonio dan PerwataAtmadja………………………………………..3
2.2.5 UU No.21 Tahun 2008 TentangPerbankan Syariah……………………………...4
2.2.6 Muhammad (2005:13)…………………………………………………………....4
2.3 Sejarah Bank Syariah………………………………………………………………….5
2.4 Fungsi Bank Syariah…………………………………………………………………..5
2.4.1 Penghimpun Dana………………………………………………………………..6
2.4.2 Penyalur Dana…………………………………………………………………... 6
2.4.3 MemberikanPelayananJasa Bank………………………………………………...7
2.5 Prinsip Bank Syariah…………………………………………………………………. 7
2.6 Tujuan Bank Syariah…………………………………………………………………. 8
2.7 Ciri-Ciri Bank Syariah………………………………………………………………. 8
2.8 Jenis-Jenis Bank Syariah…………………………………………………………….. 9
2.9 Produk Bank Syariah………………………………………………………………… 9
2.9.1 Produk Penyaluran Dana……………………………………………………..... 10
2.9.2 Produk Penghimpun Dana……………………………………………………... 11
2.9.3 Produk Jasa Perbankan………………………………………………………… 12
BAB III. Penutup……………………………………………………………………………….. 13
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………… 14
3.2. Saran……………………………………………………………………………….. 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dinamika kesadaran umat Islam untuk mengamalkan ajaran dan menerapkan sistem Islam
secara menyeluruh (kaffah) tampaknya sudah mulai menunjukkan adanya peningkatan,
khususnya dalam bidang ekonomi. Ekonomi dan keuangan Islam sudah mulai memperlihatkan
sosoknya sebagai suatu alternatif baru yang diambil dari ajaran Islam.
Pada dasawarsa 1970 dan 1980-an di Timur Tengah serta negara-negara muslim lainnya
telah dimulai kajian-kajian ilmiah tentang ekonomi dan keuangan Islam yang berbuah
terbentuknya sebuah lembaga keuangan Islam internasional yakni Islamic Development Bank
(IDB) – sejenis bank pembangunan seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia - pada
tahun 1975 yang berkedudukan di Jeddah, yang kemudian diikuti oleh pendirian bank-bank
Islam lainnya di Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri, Bank syariah yang pertama baru didirikan sekitar tahun 1991 dan baru
beroperasi pada pertengahan tahun 1992 yang tidak lepas dari dukungan rezim yang berkuasa
saat itu.
Dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, agaknya keinginan umat untuk
menjalankan kehidupan bisnis dan transaksinya dalam skala yang lebih luas yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam agaknya sudah memiliki sarana yang tepat. Namun, diakui atau pun
tidak, pengetahuan umat tentang bank syariah masih terbatas dan tidak merata. Masih banyak
yang tidak mengenal apa itu bank syariah atau bahkan masih adanya anggapan yang keliru
bahwa bank syariah adalah bank konvensional yang berbaju syariah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Perbankan Syariah ?
2. Bagaimana Sejarah Bank Syariah ?
3. Apa Fungsi Perbankan Syariah ?
4. Apa Prinsip Bank Syariah ?
5. Apa Tujuan Bank Syariah ?
6. Apa Saja Ciri-Ciri Bank Syariah ?
7. Apa Saja Jenis-jenis Bank Syariah?
8. Apa Saja Produk Bank Syariah ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk Mengetahui apa itu Bank Syariah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Bank Syariah
3. Untuk Mengetahui Fungsi Perbankan Syariah
4. Untuk Mengetahui Prinsip Bank Syariah
5. Untuk Mengetahui Tujuan Bank Syariah
6. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Bank Syariah
7. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Bank Syariah
8. Untuk Mengetahui Produk Bank Syariah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah yaitu bank yang operasionalnya berpedoman pada usaha yang dilakukan
seperti di zaman Rasullullah Saw. Bentuk-bentuk usaha yang sudah ada sebelumnya tetapi tidak
dilarang oleh Rasul atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijtihad para tokoh agama yang
tidak menyimpangdari Al-Qur’an dan Al-Hadist.

2.2. Pengertian Bank Syariah Menurut Para Ahli


Berikut ini adalah definisi dari Bank Syariah menurut ahlinya.
2.2.1. Drs. H. KarnaenPerwataAtmadja
Pengertian bank Islam menurut Drs. H. Karnaen Perwata Atmadja adalah bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yang tata cara operasionalnya
mengacu pada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
2.2.2. Ensiklopedia Islam
Pengertian bank Islam menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
2.2.3. UU No. 10 Tahun 1998
Pengertian bank Islam menurut UU No. 10 Tahun 1998 adalah bank yang menjalankan
kegiatan berdasar prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah
dan bank pembiayaan rakyat syariah.
2.2.4. M. Syafe’i Antonio dan PerwataAtmadja
Pengertian bank syariah menurut M. Syafe’i Antonio dan Perwata Atmadja adalah bank
yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam dan tata caranya mengacu
kepada ketentuan Al-Qur’an dan Hadits.
2.2.5. UU No.21 Tahun 2008 TentangPerbankan Syariah
Pengertian bank syariahmenurut UU No.21 Tahun 2008 adalah bank yang menjalankan
kegaiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2.2.6. Muhammad (2005:13)
Pengertian bank Islam menurut Muhammad adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalulintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam

2.3. Sejarah Bank Syariah


Perkembangan bank syariah modern tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun
1940, yang pada waktu itu adalah usaha pengelolaan dana jamaah haji secara
nonkonvensional. Pada tahun 1940 di Mesir didirikan
Mit Ghamr Lokal Saving Bank oleh Ahmad El-Najar yang dibantu oleh Raja Faisal dari Arab
Saudi. Dalam jangka waktu empat tahun Mit Ghamr berkembang dengan membuka sembilan
cabang dengan nasabah mencapai
satu juta orang.
Di Indonesia sendiri sudah muncul gagasan mengenai bank syariah pada pertengahan 1970
yang dibicarakan pada seminar Indonesia-Timur Tengah pada tahun 1974 dan Seminar
Internasional pada tahun 1976. Bank syariah pertama di Indonesia adalah bank Muamalat
yang merupakan hasil kerja tim perbankan MUI yang ditandatangani pada tanggal 1
November 1991. Perkembangan yang pesat pada bank syariah di Indonesia ini dianggap
karena selama ini bank syariah mampu membidik pasar syariah loyalis, yaitu
konsumen yang meyakini bahwa bunga bank itu haram. Para depositor sendiri sangat
memperhatikan return atau keuntungan yang mereka peroleh ketika menginvestasikan
uangnya di bank.
Selain itu, pesatnya perkembangan syariah di Indonesia juga disebabkan karena
tujuan ekonomi Islam yang tidak hanya terfokus pada tujuan komersil yang tergambar
pada pencapaian keuntungan maksimal semata, tetapi juga mempertimbangkan perannya
dalam memberikan kesejahteraan secara luas bagi masyarakat, yang merupakan
implementasi peran bank syariah selaku pelaksana fungsi sosial.

Namun dibandingkan dengan pertumbuhan perbankan syariah dinegara-negara


Islam, pertumbuhan perbankan syariah Indonesia masih relatif tertinggal dan
pertumbuhannya kurang stabil. Ketertinggalan ini terlihat dari pangsa Perbankan
Syariah Indonesia terhadap Perbankan
Nasional yang relatif rendah dibandingkan pangsa pasar Perbankan Syariah di negara-
negara tetangga yang juga menggunakan dual banking sistem, terutama Malaysia. Pada
2016, market share perbankan syariah di
Malaysia mencapai 40-50%, sementara di Indonesia baru mencapai 5%

2.4. Fungsi Bank Syariah


Berikut ini adalah fungsi dari adanya bank syariah:
2.4.1. Penghimpun Dana
Mirip dengan bank konvensional, pada bank syariah mempunyai fungsi untuk
menghimpun dana dari masyarakat, perbedaan keduanya adalah jika bank konvensional
penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bunga, sedangkan jika di bank
syariah penabung akan mendapatkan balas jasa dalam bentuk bagi hasil.
2.4.2. Penyalur Dana
Dana yang telah di himpun atau dikumpulkan oleh bank syariah dari nasabah, selanjutnya
akan disalurkan kembali kenasabah lain dengan sistem bagi hasil.
2.4.3. Memberikan Pelayanan Jasa Bank
Dalam kapasitas ini, bank syariah mempunyai fungsi yaitu memberikan layanan seperti
jasa transfer, pemindahan buku, jasatarik tunai dan juga jasa perbankan lainnya.

2.5. Prinsip Bank Syariah


1. Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan moralitas yang
menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan (halal)
serta menjauhi cara-cara yang meragukan (subhat) terlebih lagi yang bersifat dilarang
(haram).
2. Tabligh, secara berkesi nambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat
mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah. Dalam melakukan
sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata,
tetapi juga harus mampu mengedukasi masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa
perbankan syariah.
3. Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam mengelola
dana yang diperoleh dari pemilik dana (shahibulmaal) sehingga timbul rasa saling
percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana investasi (mudharib).
4. Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara profesional dan
kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang
ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan yang penuh dengan
kecermatan dan kesantunan (ri’ayah) serta penuh rasa tanggung jawab (mas’uliyah)

2.6. Tujuan Bank Syariah


Berdasarkan Handbook of Islamic Banking, tujuan perbankan Islam (Bank Syariah)
yaitu sebagai penyedia fasilitas keuangan dengan cara mengusahakan instrumen-instrumen
keuangan yang sepadan dengan ketentuan dan norma syariah. Sangat berbeda jika dengan bank
konvensional, pada bank syariah tidak mempunyai tujuan untuk memaksimalkan keuntungannya
seperti halnya pada sistem perbankan yang berdasarkan bunga, tetapi tujuan bank syariah adalah
untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi untuk orang-orang muslim.

2.7. Ciri-Ciri Bank Syariah


Berikut ini adalah beberapa ciri dari bank syariah, yaitu:
1. Beban biaya yang telah disepakati ketika akad perjanjian dikeluarkan dalam bentuk
jumlah nominal yang besarnya flesibel dan bisa ditawar dalam batas yang wajar.
2. Menggunakan presentase dalam hal kewajiban untuk melaksanakan pembayaran selalu
dihindarkan.
3. Didalam kontrak pembiayaan proyek, bank tidak memberikan perhitungan menurut
keuntungan pasti yang dihadapkanmuka.
4. Arahan dana yang berasal dari masyarakat berbentuk deposito atau tabungan oleh
penyimpan dianggap sebagai titipan, sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang
diamanahkan sebagai pernyataan dan di proyek yang dibiayai bank sesuai dengan prinsip
syariah sehingga penyimpan dana tidak dijanjikan imbalan yang nyata.
5. Terdapat dewan syariah yang mempunyai tugas melakukan pengawasan bank dalam
sudut pandang syariah.
6. Bank syariah sering memakai istilah bahasa arab yang mana istilah itu sudah tercantum
dalam fiqih Islam.
7. Terdapat produk khusus yakni pembiayaan tanpa beban murni yang sifatnya sosial yang
mana nasabah tidak wajib mengembalikan pembiayaan (al-qordulhasal)
8. Terdapat larangan aktivitas usaha tertentu dari bank syariah
9. Aktivitas usaha bank syariah banyak jenisnya jika dibandingkan dengan bank
konvensional
10. Didalam bank syariah keterkaitan antara bank dan nasabah adalah hubungan akad
(kontrak) antara investor pemilik dana (shohibulmaal) dengan investor pengelolah dana
(mudharib) yang sama-sama bekerja yang produktif dan keuntungan dibagi secara adil.

2.8. Jenis-Jenis Bank Syariah


Menurut prinsip kerjanya, bank syariah dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Bank Umum
Syariah (BUS), Unit Usaha Syaraiah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang
penjelasannya dibawah ini.

1. Bank Umum Syariah


Bank umum syariah yaitu bank syariah yang dalam aktivitas usahanya menyediakan jasa
lalu lintas pembayaran. Seperti PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank BRI Syariah,
PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank BNI Syariah dan lain-lain.
2. Unit Usaha Syariah
Unit usaha syariah ialah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensinal yang
mempunyai fungsi untuk kantor induk, dan unit kantor cabang yang melakukan aktivitas
usaha menurut prinsip syariah. Seperti. PT. Bank Tabungan Negara (BTN), PT. Bank
Danamon Indonesia, PT. Bank CIMB Niaga, dan lain-lain.
3. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Bank pembiayaan rakyat syariah ialah bank yang dalam aktivitasnya tidak menghimpun
dana masyarakat berbentuk giro, sehingga tidak bisa menerbitkan cek dan bilyet giro.
Seperti PT. BPRS Amanah Rabbaniah, PT. BPRS Buana Mitra Perwira, dan lain-lain.

Sampai saat ini ada sekitar 11 Bank Umum Syariah, 23 Unit Usaha Syariah, dan juga 163
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
2.9. Produk Bank Syariah
Berikut ini adalah produk dari bank syariah yang dibedakan menjadi tigap roduk:
2.9.1. Produk Penyaluran Dana
1. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Akad jual beli dilaksanakan karena terdapat pemindahan kepemilikan barang.
Keuntungan bank dijabarkan di depan, dan juga harga yang dijual. Terdapat tiga jenis
jual beli dalam pembiayaan modal kerja dan investasi bank syariah, antara lain

a. Ba’i Al Murabahah adalah jual beli dengan harga dasar ditambahkan keuntungan
yang disetujui diantara pihak bank dengan nasabah, dalam cara ini pihak bank
menjelaskan harga barang kepada nasabah yang kelak bank memberikan bagi
hasil dalam jumlah tertentu sesuai yang menjadi kesepakatan.
b. Ba’i Assalam adalah dalam jual beli nasabah sebagai pembeli dan pemesan
memberikan uangnya di tempat akad berdasarkan dengan harga barang yang
dipesan dan sifat barang yang sudah dijelaskan sebelumnya. Uang yang
diserahkan menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan pembayaran
dilaksanakan dengan cepat atau segera.
c. Ba’i Al Istishna adalah bagian dari Ba’i Assalam tetapi ba’i al ishtishna sering
kali dipakai dalam bidang manufaktur. Semua ketentuan Ba’iIshtishna ikut dalam
ketentuan Ba’i Assalam tetapi pembayaran dapat dilaksanakan beberapa kali.
2. Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah ialah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau jasa dengan cara sewa
tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa. Didalamnya bank
menyewakan peralatan kepada nasabah dengan carabiaya yang sudah disetujui secara
nyata sebelumnya atau telah disepakati sebelumnya.
3. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Ada dua jenis produk di dalam prinsip bagi hasil atau syirkah, yakni:

a. Musyarakah
Adalah salah satu produk syariah yang mana ada dua pihak atau lebih yang
bekerja sama untuk meningkatkan aset yang dimiliki bersama. Dimana semua
pihak memadukan sumber daya yang telah dimiliki baik yang dalam bentuk wujud
nyata atau fisik atau tidak berwujud. Diantara hal ini semua pihak yang bekerja
sama berkontribusi yang dimiliki baik dalam bentuk dana, barang, kemampuan,
ataupun aset lain. Ketentuan didalam musyarakah adalah pemilik modal
mempunyai hak dalam menentukan kebijakan usaha yang digerakkan pelaksana
proyek.
b. Mudharabah
Adalah kerjasama antara 2 orang atau lebih yang mana pemilik modal percaya
terhadap modal kepada pengelola dengan perjanjian pembagian keuntungan.
Perbedaan yang menjadi dasar diantara musyarakah dan mudharabah adalah
kontribusi terhadap manajemen dan keuangan pada masyarakah diberikan dan
dipunyai dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah modal dimiliki hanya
satu pihak saja.
2.9.2. Produk Penghimpun Dana
Produk penghimpun dana didalam bank syariah antara lain giro, tabungan dan deposito.
Prinsip yang diterapkan didalam bank syariah yaitu:
1. Prinsip Wadiah
Diterapkannya prinsip wadiah yang dilaksanakan adalah wadiah yaddhamanah yang
diterapkan pada rekening produk giro. Berbeda dengan wadiah amanah, yang mana pihak
yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut. Dan pada wadiah amanah harta titipan tidak dapat
dimanfaatkan oleh yang dititipi.
2. Prinsip Mudharabah
Di prinsip mudharabah, deposan atau penyimpan dana bertindak sebagai pemilik modal
sedangkan bank bertindak sebagai pengelola. Dana yang disimpan oleh bank
dimanfaatkan untuk melaksanakan pembiayaan, dalam hal ini apabila bank
memanfaatkannya untuk pembiayaan mudharabah, maka bank mempunyai tanggung
jawab atas kerugian yang bisa saja terjadi. Berdasarkan kewenganan yang diperoleh
pihak penyimpan, maka prinsip mudharabah dibedakan menjadi tiga bagian, yakni:
a. Mudharabah Mutlaqah
Adalah prinsip yang bisa berupa tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua
jenis yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak terdapat
pembatasan dari bank untuk memanfaatkan dana yang sudah dihimpun.
b. Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet
Adalah jenis simpanan khusus dan pemilik dapat membuat syarat-syarat khusus
yang wajib dipatuhi oleh bank. Seperti contohnya disyaratkan untuk bisnis
tertentu, atau untuk akad tertentu.
c. MudaharabahMuqayyadah Off Balance Sheet
Adalah penyaluran dana langsung kepada pelaksanaan usaha dan bank sebagai
perantara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pelaksana usaha juga dapat
mengajukan syarat-syarat tertentu yang wajib dipatuhi bank dalam menentukan
jenis usaha dan pelaksanaan usahanya.
2.9.3. Produk Jasa Perbankan
Selain dapat melaksanakan aktivitas pemhimpunan dana dan menyalurkan dana, bank
juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa
atau keuntungan, jasa tersebut yaitu:
1. Sharft (Jual Beli Valuta Asing)
Adalah aktivitas jual beli mata uang asing yang tidak sama tetapi harus dilaksanakan di
waktu yang sama (spot). Bank memperoleh keuntungan untuk jasa jual beli ini.
2. Ijarah (Sewa)
Adalah aktivitas menyewakan simpanan (safe deposit box) dan jasa tata laksana
adminstrasi dokumen (custodian), dalam aktivitas ini bank memperoleh keuntungan sewa
dari jasa tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bank Syariah merupakan Lembaga Keuangan Bank. Bank syariah dapat berbentuk
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS). Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
Indonesia, dijelaskan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah. Bank umum syariah (BUS) adalah bank syariah yang
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.(Salman, 2012:8). Bank syariah
berfungsi sebagai penghimpun dana,penyalur dana, dan memberikan pelayan jasa ban. Yang
memiliki tujuan untuk memberikan keuntungan sosial ekonomi untuk orang-orang muslim.
Produk Bank Syariah di kelompokan menjadi tiga yaitu, produk penyaluran dana,
produk penghimpunan dana, dan produk jasa perbankan. Bank Syariah memiliki prinsip
shiddiq,tabligh,amanah dan ,fathanah.

3.2 Saran
Dengan melihat perkembangan bank syariah di atas, agaknya keinginan umat untuk
menjalankan kehidupan bisnis dan transaksinya dalam skala yang lebih luas yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ajaran Islam agaknya sudah memiliki sarana yang tepat. Namun, diakui atau pun
tidak, pengetahuan umat tentang bank syariah masih terbatas dan tidak merata. Masih banyak
yang tidak mengenal apa itu bank syariah atau bahkan masih adanya anggapan yang keliru
bahwa bank syariah adalah bank konvensional yang berbaju syariah.

Anda mungkin juga menyukai