Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL


Diajukan Dalam Rangka Menyelesaikan Tugas Pembelajaran

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Muhammad Nur Iqbal M.H.I

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Febby Yulivia 09.19.2476


2. M. Adhan Ghofar 09.19.2539
3. Hervy Indah Azhari 09.19.2490
4. Iqlima Angelina 09.19.2511

Kelas : Perbankan Syariah VI-B Eksklusif

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

STAI SYEKH H. ABDUL HALIM HASAN

AL-ISHLAHIYAH BINJAI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat berdasarkan
kebutuhan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Perbankan Syariah dengan judul
“Bank Syariah dan Bank Konvensional”, serta untuk kebutuhan kami agar dapat lebih
memahami.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini karena keterbatasan referensi.
Mengingat keterbatasan itu, maka kami membuka selebar-lebarnya kritik dan saran dari
Bapak dosen khususnya, serta dari rekan-rekan pembaca pada umumnya. Akhir kata, semoga
makalah ini bisa bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Binjai, April 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... i


Daftar Isi ................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank Syariah ..................................................................... 2
2.2 Pengertian Bank Konvensional ............................................................ 5
2.3 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ................................ 7

PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................. 16
Daftar Pustaka ......................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting
didalam perekonomian suatu negara. Bank memiliki peran sebagai perantara keuangan antara
pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang tidak memiliki dana. Misalnya
dalam memperlancar perekonomian, berbagai transaksi baik berskala lokal maupun
internasional membutuhkan adanya jasa perbankan. Pada awalnya bank hanya terdiri dari
bank sentral dan bank konvensional lalu dengan seiring berjalannya waktu mulailah terbentuk
bank syariah dengan prinsip syariah yaitu menggunakan ketentuan dan hukum islam. Bahkan
pertumbuhan bank syariah terus meningkat terbukti dengan mulai bertambahnya jumlah bank
konvensional di Indonesia maupun Negara lain yang membuka 2 cabang syariah.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional adalah terletak pada prinsip yang
digunakan. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk menghindari riba,
sedangkan bank konvensional menggunakan bunga dalam operasi dan berprinsip meraih
untung yang sebesar-besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas
Syariah sedangkan pada bank konvensional tidak ada. Sebagai salah satu lembaga keuangan,
bank perlu menjaga kinerjanya agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank
syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang lebih dominan dan telah berkembang
pesat di Indonesia. Persaingan dengan bank konvensional yang lebih dahulu mapan,
menyebabkan bank syariah harus mampu meningkatkan kinerjanya dan harus berorientasi
pada profesionalisme.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan bank syariah?
2. Apa yang dimaksud dengan bank konvensional?
3. Apa perbedaan bank syariah dengan bank konvensional?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan mengenai bank syariah
2. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan mengenai bank konvensional
3. Untuk mengetahui dan memahami penjelasan mengenai perbedaan bank syariah dengan
bank konvensional

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BANK SYARIAH
A. Pengertian Bank Syariah
Bank Syariah dikenal dengan nama lain : Bank Tanpa Bunga (La Riba Bank), Bank Islam
(Islamic Bank), dan Bank Nirbunga. Kegiatan dalam praktik Bank Syariah merupakan bagian
dari Muamalah. Muamalah adalah semua akad yang membolehkan manusia saling
menukarkan manfaatnya, yang dalam pembahasan pada buku ini akan dikhususkan dalam
operasional kegiatan muamalah dibidang ekonomi melalui perbankan.
Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam,
yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al Qur’an dan
Hadits. Makna bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah Islam adalah bank
yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan Syariah Islam khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dalam tatacara bermuamalah dijauhi
praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan
kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Bank yang tata cara operasinya mengacu kepada Al Qur’an dan Hadits adalah bank yang
tata cara beroperasinya mengikuti perintah dan larangan yang tercantum dalam Al Qur’an dan
Hadits. Sesuai dengan perintah dan larangan itu, maka yang dijauhi adalah praktik-praktik
usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha yang telah ada
sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh beliau. Di dalam mengoperasionalkan Bank Syariah
agar tidak menyimpang dari tuntunan Syariah maka pada setiap Bank Syariah hanya diangkat
manager dan pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah Islam. Selain
itu dibentuk Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dari sudut
syariahnya. Di dalam mengoperasionalkan Bank Syariah, dasar hukum pertama adalah Al
Qur’an dan Hadits. Berikut ini akan dinukil beberapa ayat-ayat dalam Al Qur’an sebagai
dasar operasional Bank Syariah, antara lain :
1. Al-Baqarah : 275, yang arartinya : ”orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila”.
2. Al-Imran : 130, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat
keberuntungan”.

2
3. An-Nisa’ : 29, yang artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil”.

Selain beberapa ayat Qur’an di atas maka berdasarkan hukum positif, landasan dalam
mengopersionalkan Bank Syariah adalah Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang
Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, di dalamnya mengatur antara lain ketentuan tentang
proses pendirian Bank Umum Nirbunga. Berdasarkan Pasal 28 dan 29 Surat Keputusan
Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Berdasarkan
Prinsip Syariah, mengatur tentang beberapa kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank
Syariah.
Peraturan lainnya yang khusus mengatur Akad dalam kegiatan usaha berdasarkan prinsip
Syariah adalah Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan
dan Penyaluran dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007
tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran
Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

B. Prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak
lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya
yang sesuai dengan syariah. Prinsip tersebut mengacu pada prinsip-prinsip hukum muamalah.
Relevansinya sebagai landasan untuk memahami berbagai transaksi yang dilarang dalam
agama Islam terkait dengan aktivitas ekonomi antar individu.Sistem perbankan syariah yang
dalam pelaksanaannya berlandaskan pada syariah (hukum) Islam, menonjolkan aspek
keadilan dan kejujuran dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-
nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi dan menghindari kegiatan spekulatif
dari berbagai transaksi keuangan. Lebih jauh lagi, kemanfaatannya akan dinikmati tidak
hanya oleh umat Islam saja, tetapi dapat membawa kesejahteraan semua kalangan masyarakat
(rahmatan lil alamin).

Prinsip bank syariah secara umum adalah melarang melakukan transaksi yang
mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, dan jual beli barang haram. Prinsip bank
syariah ini diterapkan untuk mencapai tujuan sesuai jalur syariah.

3
C. Produk Bank Syariah

Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

A. Jasa untuk peminjaman dana

1. Mudharabah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha. Setiap


keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian
ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan
pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan
dan penyalahgunaan.

2. Musyarakah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership atau joint
venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian
akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan
mendasar dengan mudharabah ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan
manajemennya sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan.

3. Murabahah, yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan membelikan barang
yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya kembali ke pengguna jasa dengan
harga yang dinaikkan sesuai margin keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa
dapat mengangsur barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya
angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga rumah, 500 juta,
margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar nasabah peminjam ialah 600 juta
dan diangsur selama waktu yang disepakati diawal antara Bank dan Nasabah.

4. Takaful (asuransi islam)

B. Jasa untuk penyimpan dana

1. Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat mengambil dana
tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak berkewajiban, namun
diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada nasabah.

2. Deposito Mudharabah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun waktu yang
tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang dilakukan bank akan
dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi hasil tertentu.

4
2.2 BANK KONVENSIONAL

A. Pengertian Bank konvensional

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1
ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “…dan atau
berdasarkan prinsip syariah …”, sehingga definisi bank konvensional menjadi “bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.”

Konvensional sebenarnya berasal dari bahasa Inggris “convention”,dalam bahasa


Indonesia berarti pertemuan, jadi bank konvensional adalah bank yang mekanisme
operasinya berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam suatu pertemuan
(kesepakatan). Namun secara realita, sistem perbankan yang menggunakan bunga ini tidak
pernah disepakati bersama dalam suatu konvensi apapun. Hal inilah yang kemudian
menyebabkan bunga yang diambil oleh Bank konvensional menjadi riba.

Dari pengertian di atas dapat ditarik sebuah definisi bagi bank umum (konvensional)
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (untuk seterusnya
penggunaan istilah bank umum merujuk kepada bank konvensional).

Bank Umum merupakan bagian dari perbankan nasional yang memiliki fungsi utama
sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta pemberi jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Dengan fungsi utama yang demikian, Bank Umum memiliki peranan yang
strategis dalam menyelaraskan dan menyeimbangkan unsur-unsur pemerataan pembangunan
dan hasil-hasil pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional guna menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional. Memperhatikan peranan Bank Umum yang demikian
strategis, perkembangan Bank Umum yang semakin pesat dan tantangan-tantangan, yang
dihadapi Bank Umum yang semakin luas dan bersifat internasional, maka landasan hukum
Bank Umum perlu diperkokoh melalui penyempurnaan ketentuan-ketentuan yang mengatur
Bank Umum dan penerapan prinsip kehati-hatian. Dengan landasan hukum yang semakin
kokoh tersebut, maka Bank Umum diharapkan akan lebih mampu melindungi kepentingan
masyarakat dan mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang memiliki peran
strategis dalam menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.

5
B. Prinsip Bank Konvensional

Pada bank konvensional, prinsip yang digunakan adalah:

1. Bunga sudah ditentukan besarnya terlebih dahulu oleh bank tanpa memperhitungkan
apakah bank sedang mendapatkan keuntungan atau tidak.
2. Besarnya bunga adalah tetap, baik bank sedang rugi atau laba. Walaupun ekonomi sedang
baik dan bank sedang mendapatkan banyak laba, akan tetapi tetap bunga yang diberikan
kepada nasabah tidak bertambah.

C. Produk-produk Bank Konvensional

1. Giro (Demand Deposit), Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

2. Tabungan (Saving Deposit), Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank dan dapat dilakukan menggunakan buku
tabungan, slip penarikan, kwitansi atau kartu (ATM).

3. Deposito (Deposit), Merupakan simpanan pada Bank yang memiliki jangka waktu tertentu,
pencairannya dilakukan pada saat jatuh tempo yang terdiri dari Deposito Berjangka (time
deposit), Sertifikat Deposito (Certificate of Deposit) dan Deposit On Call.

4. Kredit Investasi, Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan
investasi.

5. Kredit Modal Kerja, Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan
modal usaha.

6. Kredit Perdagangan, Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk


memperbesar/memperlancar kegiatan perdagangan.

7. Kredit Produktif, Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal kerja atau
perdagangan.

8. Kredit Konsumtif, Merupakan kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan
konsumsi.

9. Kredit Profesi, Merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan professional

6
10. Kredit Sindikasi, Merupakan Kredit yang diberikan kepada debitur korporasi secara
bersama-sama dengan beberapa bank lain

11. Kredit Program, Merupakan Kredit yang diberikan bank dalam rangka memenuhi suatu
program pemerintah.

2.3 PERBEDAAN ANTARA BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

Secara tehnis operasional antara Bank Syariah dan Bank Konvensional terlihat tidak
ada perbedaan, seperti tehnis menerima setoran dan pengambilan uang, mekanisme transfer,
kliring, cheque, giro bilyet, ATM, dan prosedur pemberian pinjaman. Akan tetapi
sesungguhnya terdapat banyak perbedaan yang mendasar diantara keduanya, perbedaan itu
menyangkut banyak hal seperti dijelaskan dibawah ini :

a. Perbedaan Akad/perjanjian. Dalam Bank Syariah, akad/perjanjian yang dilakukan memiliki


konsekwensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.
Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum
itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tetapi tidak demikian bila perjanjian tersebut
memiliki pertanggungjawaban hingga di yaumil qiyamah nanti.

b. Lembaga penyelesaian sengketa/perselisihan antara Bank syariah dengan nasabah dapat


diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas) atau Pengadilan Agama,
sedangkan pada Bank Konvensional penyelesian sengketa/perselisihan dengan nasabah
melalui Pengadilan Negeri.

c. Struktur Organisasi Bank Syariah selain mempunyai Dewan Komisaris dan Direksi seperti
halnya Bank Konvesnional, diharuskan pula memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang
bertugas untuk mengawasi dan memastikan bahwa operasional dan produk-produk Bank
Syariah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam, sedangkan di Bank Konvensional
didalam struktur oerganisasinya tidak diharuskan memiliki Dewan Pengawan Syariah (DPS).

d. Didalam Bank Syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari saringan
syariah, karena itu, Bank Syariah hanya membiayai bisnis dan usaha yang halal saja,
sedangkan bank konvensional membiayai bisnis dan usaha yang halal dan haram

7
e. Dalam menjalankan operasionalnya, Bank Syariah tidak boleh ada unsur, maysir (judi),
gharar (spekulasi), sesuatu yang haram, riba dan risywah (suap-menyuap), sedangkan bank
konvensional tidak ada larangan tentang hal tersebut.

f. Bank syariah berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli dan sewa, sedangkan bank
konvensional menggunakan instrumen bunga

g. Bank syariah dalam menjalankan bisnisnya berfokus pada profit dan falah oriented (falah,
maksudnya mencari kemakmuran didunia dan kebahagian diakhirat), sedangkan bank
konvensional hanya profit oriented

h. Bank Syariah selain mempunyai kewajiban menerima zakat, infaq dan sodaqoh dari
nasabahnya, juga membayar zakat atas laba yang diperoleh bank, sedangkan bank
konvensional tidak membayar zakat atas laba yang diperolehnya.

i. Sebuah Bank Syariah memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah. Dalam hal
ahlak, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga
tercermin integritas eksekutif muslimin yang baik. Disamping itu karyawan Bank Syariah
harus skillful dan profesional (fathanah) dan mampu melaksanakan tugas secara team work,
dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh).

Secara singkat perbedaan-perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat terlihat pada tabel
berikut :

NO BUNGA BAGI HASIL

1 Penentuan bunga dibuat sewaktu Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu


perjanjian tanpa berdasarkan kepada perjanjian dengan berdasarkan kepada
untung/rugi untung/rugi

2 Jumlah persen bunga berdasarkan jumlah Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan
uang (modal) yang ada jumlah keuntungan yang telah dicapai

3 Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil tergantung pada hasil proyek.
perjanjian tanpa diambil pertimbang Jika proyek tidak mendapat keuntungan
apakah proyek yang dilaksanakan pihak atau mengalami kerugian, maka resikonya
kedua untung atau rugi ditanggung kedua belah pihak

8
4 Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pemberian hasil keuntungan
meningkat walaupun jumlah keuntungan meningkat sesuai dengan peningkatan
berlipat ganda keuntungan yang didapat

5 Pengambilan/pembayaran adalah haram Penerimaan/pembagian keuntungan adalah


halal

Perbedaan pokok antara sistem bank konvensional dengan sistem bank islam secara ringkas
dapat dilihat dan 4 (empat) aspek seperti terlihat pada tabel berikut ini :

No Perbedaan Aspek Bank syariah(Islam) Bank Konvensional

1 Falsafah Tidak berdasarkan atas bunga, Berdasarkan atas bunga


spekulasi dan ketidakjelasan

2 Operasional - Dana masyarakat berupa - Dana masyarakat berupa


titipan dan investasi yang baru simpanan yang harus dibayar
akan mendapatkan hasil jika bunganya pada saat jatuh
diusahakan terlebih dahulu tempo
- Penyaluran pada sektor usaha - Penyaluran pada sektor yang
yang halal dan menguntungkan menguntungkan, aspek halal
tidak menjadi pertimbangan
utama

3 Sosial Dinyatakan secara eksplisit dan Tidak tersirat secara tegas


tegas yang tertuang dalam visi
dan misi perusahaan

4 Organisasi Harus memiliki Dewan Tidak memiliki Dewan


Pengawas Syariah(DPS) Pengawas Syariah

Perbedaan Produk antara Bank konvensional dengan Bank Syariah :

1. Produk Tabungan

a. Tabungan Syariah

Berikut ini adalah ciri khas Tabungan Syariah:

9
 Menerapkan akad wadi’ah, yang artinya tabungan yang kita simpan tidak mendapatkan
keuntungan karena cuma dititip.
 Tidak ada bunga yang diterima nasabah.
 Tetapi bank halal memberikan hadiah atau bonus kepada nasabahnya.
 Nasabah juga bisa mengambil tabungan itu kapan pun baik lewat teller atau ATM.

b. Tabungan Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas Tabungan Konvensional:

 Ada bunga langsung yang dijanjikan bank kepada pihak


 Bunga tidak akan berubah meskipun kondisi kinerja bank sedang buruk ataupun sedang
untung besar.
 Dana tabungan bisa diambil kapan pun baik melalui ATM maupun teller.
 Sering ada undian berupa mobil atau mobil untuk nasabah yang memiliki tabungan dan
rajin melakukan transaksi.

2. Produk Deposito

a. Deposito Syariah

Berikut ini adalah ciri khas Deposito Syariah:

- Mengunakan akad mudharabah artinya tabungan dengan sistem bagi hasil (nisbah) antara
nasabah dan bank.
- Ada tenggang waktu tertentu dimana nasabah tidak bisa menarik uang begitu saja karena
bank membutuhkan waktu untuk melakukan investasi.
- Keuntungan deposito dengan akad mudharabah ini biasanya memakai perbandingan 60:
40 untuk nasabah dan bank.
- Makin besar untung yang bank dapat, makin besar untung yang diperoleh oleh nasabah.
- Bisnis atau investasi yang dijalankan sudah masuk kategori halal dalam agama
- Ada dua jenis akad mudharabah yaitu yang bersifat mutlaqah (unrestricted investment
account, URIA) dan bersifat muqayyadah (restricted investment account, RIA) yang
keduanya berbeda soal batasan dan persyaratan untuk bank melakukan investasi.

b. Deposito Berjangka Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas Deposito Berjangka Konvensional:

10
- Nada bunga yang akan diterima nasabah.
- Nilai bunganya tetap, sehingga besaran keuntungan sudah bisa diprediksi sejak awal
menaruh dana.
- Dana diputar untuk investasi dan bisnis apapun selama itu dianggap menguntungkan.

3. Produk Kredit Pemilikan Rumah

a. KPR Syariah

Berikut ini adalah ciri khas KPR Syariah:

- Ada dua macam akad yang berlaku untuk KPR yaitu akad murabahah (jual beli) dan akad
Musyarakah Mutanaqishah (akad kepemilikan bertahap). Akad murabahah lebih sering
ditawarkan.
- Tenor pinjaman paling lama 15 tahun.
- Cicilan angsuran tetap karena bersifat fixed rate.
- Tidak berpengaruh dengan naik turunnya suku bunga di Bank Indonesia, karena bank
syariah sudah mematok keuntungan untuk bank saat akad.
- Denda terlambat mencicil biasanya lebih tinggi dari bank kovensional.

b. KPR Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas KPR Konvensional:

- Tenor pinjaman bisa sampai 20 tahun.


- Cicilan angsuran berubah-ubah tergantung suku bunga.
- Ada promosi fixed interest rate atau suku bunga rendah diawal pengambilan KPR hingga
2-5 tahun, tergantung bank.
- Denda keterlambatan mencicil lebih rendah dibanding syariah.
- Harus membayar biaya penalti jika melunasi KPR sebelum waktunya.

4. Kartu Kredit

a. Kartu Kredit Bank Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas Kartu Kredit Bank Konvensional:

- Bunga untuk kartu kredit dari bank konvensional besarnya dua hingga empat persen.

11
- Sistemnya bunga berbunga, yaitu membayar bunga dari jumlah total tagihan, dan bunga
lainnya untuk sisa tagihan yang belum terbayar.
- Ada juga biaya admistrasi yang dipungut setiap tahun
- Banyak terdapat promosi, diskon, termasuk cash back dan lain-lain untuk membuat para
nasabah “rajin” memakai kartu kreditnya
- Ada merchant fee, yaitu pihak merchant membayar sejumlah uang kepada bank.

b. Kartu Kredit Syariah

Berikut ini adalah ciri khas Kartu Kredit Syariah:

- Memiliki tiga jenis akad, yaitu ijarah (akad untuk iuran tahunan/ keanggotaan), qardh
(akad pemberian pinjaman untuk pengambilan tunai) dankafalah (penjaminan transaksi)
- Biaya keanggotaan sering disebut juga rusum al-udhwiyah yaitu izin pengunaan kartu
yang pembayarannya berdasarkan kesepakatan antara bank dan nasabah.
- Tidak menarik biaya dari merchant untuk bank. Adanya justru ujrah (upah) atas jasa
pelantara (samsarah), pemasaran (taswiq) dan penagihan (tehsil al-dayn)
- Membayar dua jenis biaya keterlambatan kalau tagihan nasabah jatuh tempo. Yang
pertama disebut ta’widh yaitu membayar biaya penagihan bank sebesar yang menjadi
aturan bank. Sementara biaya denda kedua adalah 3 persen dari total tagihan yang disebut
qardhul hasan dan akan disumbang ke badan amal. Jadi biaya denda itu bukan bunga dan
bukan hak dari bank untuk menerimanya.

5. Produk Giro

a. Giro Syariah:

Berikut ini adalah ciri khas Giro Syariah:

1. Akad yang dipakai bisa wadiah dan mudharabah, tergantung produk rekening giro itu
sendiri.
2. Kalau giro yang memakai akad wadiah, artinya dana dari giro itu hanya titipan atau
simpanan.
3. Sementara giro dengan akad mudharabah maksudnya dana yang ada dalam giro itu dapat
dipergunakan bank untuk investasi dan mengunakan berjanjian bagi hasil antara bank dan
si pemilik giro.

12
4. Tidak ada keuntungan atau bunga dari giro jenis wadiah untuk nasabah, sementara giro
jenis mudharabah akan mendapatkan keuntungan berdasarkan bagi hasil investasi yang
dilakukan bank
5. Khusus giro wadiah, bank boleh memberikan bonus atau insentif untuk menarik perhatian
nasabah, tetapi tidak dijanjikan di awal kerja sama.
6. Pemilik giro wadiah bisa sewaktu-waktu menarik simpanannya. Beda dengan giro jenis
mudharabah yang tidak bisa ditarik serta merta karena dananya sedang diinvestasikan
dalam jangka waktu tertentu.
7. Hanya berlaku dua hingga tiga jenis mata uang yaitu Rupiah, Dollar Amerika dan Dollar
Singapura (tiap bank memiliki jumlah jenis mata uang berbeda untuk transaksi) .
8. Ada biaya administrasi, biaya pengelolaan rekening, biaya materai, cetak laporan transaksi
dan penutupan rekening yang diminta oleh bank dari nasabah.

b. Giro Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas Giro Konvensional:

1. Memberlakukan bunga hingga 2 persen pertahun. Tergantung bank tempat rekening giro
itu dibuat.
2. Mengunakan beragam jenis mata uang, termasuk rupiah, Euro, Dollar dan lain-lain
3. Bisa menarik dana kapan pun.

6. Produk Gadai

a. Gadai Syariah

Berikut ini adalah ciri khas Gadai Syariah:

- Mengunakan akad Rahn, yaitu perjanjian bahwa bank akan memberikan pembiayaan
dengan jaminan dari nasabah
- Biaya pemeliharaan barang yang digadai berdasarkan nilai jaminan bukan pinjaman
- Barang sendiri alias bukan milik orang lain
- Tujuan peminjaman dana harus sesuai dengan syariah Islam, artinya bukan untuk
digunakan di jalan yang dilarang agama Islam.
- Bisa mencari pemberi jaminan lain kalau tidak mampu menebus barang tersebut.

b. Gadai Konvensional

13
Berikut ini adalah ciri khas Gadai Konvensional:

- Memberlakukan bunga untuk setiap dana yang dipinjam nasabah


- Perjanjian dengan kredit gadai
- Nasabah tidak berhak mencari pemberi jaminan lain kalau gagal menebus jaminan tersebut
- Pihak pengadai tidak akan mempermasalahkan uang yang dipinjam akan digunakan sesuai
dengan syariah Islam atau tidak.

7. Produk Kredit Modal Usaha

a. Kredit Modal Usaha Syariah

Berikut ini adalah ciri khas Kredit Modal Usaha Syariah:

- Menggunakan prinsip bagi hasil atau nisbah dengan akad musyarakah, mudharabah dan
murabahah dimana sesuai dengan kebutuhan modal usaha tersebut.
- Beberapa bank syariah terkadang melakukan kombinasi dari ketiga akad tersebut di atas
untuk mendapatkan akad kredit terbaik bagi nasabahnya.
- Plafon pinjaman minimal Rp 100 jutaan
- Jangka waktu pembiayaan disesuaikan dengan modal kerja. Tetapi biasanya 1-2 tahun,
- Ada asuransi bila nasabah yang meminjam meninggal dunia.
- Tidak ada biaya penalti bila pinjaman dilunasi sebelum waktunya.
- Ada biaya administrasi

b. Kredit modal Usaha Konvensional

Berikut ini adalah ciri khas Kredit Modal Usaha Konvensional:

- Berlaku bunga yang biasanya tetap


- Plafon minimal Rp 100 jutaan
- Ada Asuransi jiwa yang akan melindungi nasabahnya
- Tenor pinjaman 1-3 tahun
- Ada biaya penalti bila melunasi pinjaman sebelum waktu tenor habis.
- Ada bank yang membebaskan biaya administrasi
-

14
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pada bank syariah Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah
titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya
harus sesuai ajaran Islam. Maka, Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan
pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam.

Bank syariah juga menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun pengelolaan pada
posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar
hubungan antara nasabah dan bank. Pada bank syariah sendiri terdapat kesamaan ikatan
emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip
ketentraman antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank
syariah

Prinsip bagi hasil: Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi, Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh, Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan, Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil,
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek itu tidak
mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Sementara pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah


memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang
saham adalah diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku bunga simpanan dan
suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan
pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah).
Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi antagonisme
yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga
perantara saja.

Pada bank konvensional juga tidak terdapat adanya ikatan emosional yang kuat antara
Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai
keinginan yang bertolak belakang

15
Sistem bunga: Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank, Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal)
yang dipinjamkan, Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan
berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik.

3.2 SARAN

Setelah kita semua mengetahui apa itu bank syariah, bagaimana system, prinsip dan
falsafah operasional bank syariah, diharapkan agar kita lebih memilih menggunakan jasa
bank syariah dan alangkah baiknya yang sudah menggunakan bank konvensional pindah ke
bank syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Andri, Soemitra. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

Karnaen A. Perwattatmadja dan Hendri Tanjung. 2003. Bank Syariah. Jakarta: Colosial
Publising.

Kasmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

MervvynLewis dan Latifa Algaoud. 2001. Perbankan Syariah Prinsip. Jakarta: Serambi.

Salman, Kautsar Riza. 2003. Perbankan Syariah. Jakarta: Indeks.

Zuhri, Muh. 1996. Riba dalam al- Qur’an dan Masalah Perbankan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

17

Anda mungkin juga menyukai