INDONESIA
b. Kejahatan terhadap kemanusiaan, yaitu salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditunjukkan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. Pembunuhan;
2. Pemusnahan;
3. Perbudakan;
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa ;
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-
wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. Penyiksaan;
7. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacur secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain
yang setara;
8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari
persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau
alas an lain yang telah diakui secara universal (bebas) sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
9. Penghilangan orang secara paksa; atau
10. Kejahatan apartheid, yaitu sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh suatu
pemerintahan dengan tujuan untuk melindungi hak-hak istimewa dari suatu rasa tau
bangsa.
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor di luar diri manusia yang mendorong seseorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut :
1) Penyalahgunaan kekuasaan
Di masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya
menunjuk pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk-bentuk kekuasaan lain yang
terdapat di masyarakat. Salah satu contohnya adalah kekuasaan di perusahaan. Para
pengusaha yang tidak memperdulikan hak-hak buruhnya jelas melanggar hak asasi
manusia. Oleh karena itu, setiap penyalahgunaan kekuasaan mendorong timbulnya
pelanggaran HAM.
2) Ketidaktegasan aparat penegak hukum
Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM,
tentu saja akan mendorong timbulnya pelanggaran HAM lainnya. Penyelesaian kasus
pelanggaran yang tidak tuntas akan menjadi pemicu bagi munculnya kasus-kasus lain,
para pelaku tidak akan merasa jera, dikarenakan mereka tidak menerima sanksi yang
tegas atas perbuatannya itu. Selain hal tersebut, aparat penegak hukum yang bertindak
sewenang-wenang juga merupakan bentuk pelanggaran HAM dan menjadi contoh yang
tidak baik, serta dapat mendorong timbulnya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya.
3) Penyalahgunaan teknologi
Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga
memberikan pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan. Selain itu
juga, kemajuan teknologi dalam bidang produksi ternyata dapat menimbulkan dampak
negatif, misalnya muncul pencemaran lingkungan yang bisa mengakibatkan
terganggunya kesehatan manusia.
4) Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi
Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok
didalam kehidupan masyarakat. Biasanya pemicunya adalah perbedaan tingkat
kekayaan atau jabatan yang dimiliki. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan
menimbulkan terjadinya pelanggaran HAM, misalnya perbudakan, pelecehan,
perampokan bahkan bisa saja terjadi pembunuhan.
2. Kasus Marsinah
Kasus Marsinah terjadi pada tanggal 3-4 Mei 1993. Peristiwa ini berawal dari aksi mogok
yang dilakukan oleh Marsinah dan buruh PT CPS. Mereka menuntun kepastian pada
perusahaan yang telah melakukan PHK mereka tanpa alasan. Setelah aksi demo tersebut,
Marsinah malah ditemukan tewas 5 hari kemudian. Ia tewas di kawasan hutan Wilangan,
Nganjuk dalam kondisi mengenaskan. Penyelidikan masih belum menemukan titik terang
hingga sekarang.
3. Aksi Bom Bali
Peristiwa bom bali menjadi salah satu aksi terorisme terbesar di Indonesia. Peristiwa ini
terjadi pada tahun 2002. Sebuah bom diledakkan di kawasan Legian Kuta, Bali oleh
sekelompok jaringan teroris. Akibat peristiwa ini, sebanyak 202 orang meninggal dunia,
mulai dari turis asing hingga warga lokal yang ada di sekitar lokasi. Kepanikan sempat
melanda di penjuru Nusantara akibat peristiwa ini. Aksi bom bali ini juga banyak memicu
tindakan terorisme di kemudian hari.
4. Kasus Pembunuhan Munir
Sampai sekarang, kasus pembunuhan Munir masih belum bisa diselesaikan. Munir
merupakan seorang aktivis yang banyak menangani permasalahan hak asasi lain. Ia kemudian
meninggal dalam perjalanan di pesawat saat akan menuju kota Amsterdam, Belanda.
Kejadian ini pun membuat gempar. Banyak spekulasi yang bermunculan jika Munir tewas
diracun atau dibunuh oleh golongan tertentu. Beberapa saksi tidak memberi keterangan yang
jelas hingga akhirnya penyelidikan dihentikan beberapa tahun berselang.
5. Peristiwa Tanjung Priok
Peristiwa ini dipicu oleh warga sekitar yang melakukan demonstrasi pada pemerintah dan
aparat yang hendak melakukan pemindahan makam keramat Mbah Priok. Para warga yang
menolak dan marah kemudian melakukan unjuk rasa, hingga memicu bentrok antara warga
dengan anggota polisi dan TNI. Akibantnya banyak warga yang luka-luka, bahkan hingga
menyebabkan kematian.
Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan langkah-langkah
strategis, diantaranya:
1) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Komnas HAM
dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993 dan UU No 39
Tahun 1999 (pasal 75-99)
Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:
a. melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah
b. menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi
c. menyampaikan rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia kepada
pemerintah dan DPR untuk ditindak lanjuti.
d. memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa di
pengadilan.
2) Pembentukan Instrumen HAM.
Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga
penegak hak asasi manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan
Pengadilan HAM. Instrumen HAM yang berupa peraturan perundang-undangan dibentuk
untuk menjamin kepastian hukum serta memberikan arahan dalam proses penegakan HAM.
Adapun peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk mengatur masalah HAM
adalah:
- Pembukaan UUD NRI 1945
- Pasal 28A – 28J UUD NRI 1945 tentang HAM
- UU No 39 tahun 1999 tentang HAM
- UU No 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
- UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
- Berbagai ratifikasi peraturan HAM Internasional
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………