Anda di halaman 1dari 4

6.

pada masa Demokrasi terpimpin keadaan ekonomi dan keuangan Indonesia mengalami masa
suram. Bagaimana upaya pemerintah untuk menanggulangi keadaan tersebut?
untuk mengatasi keadaan ekonomi di masa ini yang terpuruk, penerintah membentuk
system ekonomi komando, dimana alat-alat distribusi yang vital harus dimiliki dan dikuasai
negara atau dibawah pengawasan negara.
 Dibentuknya depernas (Dewan Pertimbangan Nasional) yang dipimpin Moh. Yamin
pada 15 Agustus 1959. Dapernas kemudian menyusun program kerjanya berupa pola
pembangunan nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta
Berencana dengan mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan
pembangunan. Lalu dibentuk bappenas (Badan Perancangan Pembangunan nasional)
yang dipimpin oleh Ir. Soekarno sebagai pengganti Depernas. Bappenas memiliki tugas
menyusun rencana pembangunan jangka panjang maupun pendek.
 Penurunan nilai uang (Devaluasi) untuk membendung inflasi. Seperti uang Rp500,-
menjadi Rp50,-. Dan Setiap simpanan melebihi Rp25000,- di bank akan dibekukan.
 Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada tanggal 28 Maret 1963 dengan tujuan
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis dan bebas imperealisme.
Walaupun begitu, perekonomian Indonesia masih tetap dan tidak berubah karena
dipegang oleh pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip ekonomi diabaikan.
 Membangun proyek mercusuar agar mendapatkan perhatian dari luar negeri.
 TRITURA (tiga tuntutan rakyat) yang berisi: pembubaran Partai Komunis Indonesia
(PKI); pembersihan cabinet dari unsur G30S/PKI; penurunan harga / perbaikan ekonomi.

7. langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi pada masa


demokrasi terpimpin mengalami kegagalan. Kemukakakan faktor penyebab kegagalan tersebut!
- penanganan faktor ekonomi yang kurang rasional seperti membangun proyek mercusuar yang
memerlukan dana sangat banyak untuk menarik perhatian luar negeri. Pembangunan tersebut
menyebabkan inflasi di Indonesia membengkak dan pengeluaran negara cukup besar.
- ekonomi lebih bersifat politik dan tidak ada control seperti saat konsep djuanda.
Sebelum konsep ini lahir, telah mati mendapat kritikan dari PKI karena dianggap bekerjasama
dengan negara revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia. Dalam hal tersebut terlihat partai
politik terlalu ikut campur tangan terhadap perekonomian Indonesia yang seharusnya bukan
tugasnya.
- devisa yang semakin meningkat ditutup dengan pencetakan uang baru yang
menyebabkan inflasi semakin melambung tinggi. Karena pada dasarnya pencetakan uang baru
disertai dengan biaya senilai uang baru tersebut, dan uang baru yang dicetak tidaklah sedikit.
8. buatlah analisis singkat perbandingan antara demokrasi liberal dengan demokrasi terpimpin!
Lebih tepat mana jika diterapkan di Indonesia?alasannya…
Sistem Pemerintahan Demokrasi Liberal :
System politiknya menganut system politik parlementer dimanan kepala negara adalah
presiden, dan kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana mentri. System politik
parlementer identik dengan terdiri atas banyak parlemen (partai politik). Dikarenakan kepala
pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana mentri, maka terdapat kabinet (kumpulan mentri)
untuk mengatur sebuah negara. Di Indonesia terdapat 7 kabinet yang memiliki program kerja
masing-masing. Namun setiap cabinet hanya berjalan sebentar karena setiap cabinet saling
menjatuhkan untuk mendapatkan kursi di system politik negara. Karena program kerja yang
hanya berjalan sementara, banyak program-program yang belum tuntas dan terbengkalai. Selain
itu juga terjadi banyak perlawanan karena terlalu pro terhadap blok barat dan menuntut keadilan
terhadap system pemerintahan.

Sistem Pemerintahan Demokrasi Terpimpin :


System pemerintahan demokrasi pemimpin memiliki tujuan mencapai suatu masyarakat
yang adil dan Makmur, yang penuh dengan kebahagiaan materiil dan spiritual, sesuai dengan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Dalam system
pemerintahan demokrasi terpimpin menganut system politik presidensil. Dimana kepala
pemerintahan dan kepala negaranya dipimpin oleh seorang presiden, sehingga presiden memiliki
wewenang untuk mengurus pemerintahannya. Dalam demokrasi terpimpin, terdapat pro kontra
dimana presiden menjabat seumur hidup yang bertentangan dengan UUD 1945 yang
menjelaskan bahwa batas kepemimpinan 5 tahun. Dalam hal tersebut terjadi pasang surut di era
demokrasi terpimpin. Saat demokrasi terpimpin pembengkakan defisit dan inflasi terjadi sangat
besar dalam perekonomian. Untuk mengatasinya, dibentuk Bappenas, menurunkan nilai mata
uang, dan melaksanakan deklarasi ekonomi (dekon). Namun terdapat kegagalan dalam program
tersebut. Selain itu, Politik Luar Negeri pada masa demokrasi terpimpin mengalami
penyimpangan yang cendrung ke salah satu poros yang mendekatkan diri ke komunis, hingga
wakil presiden Indonesia Moh. Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari
kepemimpinannya. Dalam akhir masa Demokrasi Terpimpin, terjadi Kudeta pemerintahan
Soekarno yang terjadi tragedi G30S/PKI.
Alasan :
Diantara kedua system pemerintahan tersebut, saya lebih memilih system demokrasi
terpimpin. Karena ibarat negara berdiri diatas kaki sendiri. Jadi apabila negara mengalami
pembengkakan inflasi, ditanggung sendiri oleh negara dan mengurangi pinjaman negara terhadap
negara lain. System pemerintahan presidensil sesuai dengan negara Indonesia yang kepala negara
dan kepala pemerintahannya dipimpin langsung oleh seorang presiden. Yang membuat presiden
dapat bertindak dalam keputusannya (walau cenderung pada salah satu poros saat itu), dan
beberapa program dapat berjalan sesuai dengan rencana. Berbeda dengan system politik
presidensil era demokrasi liberal yang program kerjanya tidak berjalan dikarenakan setiap
kabinet saling menjatuhkan. Tetapi, yang lebih tepat adalah Indonesia menganut system politik
presidensil yang tetap mempertahankan nasionalis.

9. berikan penjelasa tentang konfrontasi Indonesia-Malaysia pada masa demokrasi terpimpin!


Pada 1961, Kalimantan terbagi menjadi 4 administrasi. Salah satunya adalah Borneo utara dan
Serawak, kemudian dinamakan Sabah. Inggris mencoba menggabungkan koloninya dari
Semenanjung Malaya hingga Serawak dengan membetuk Federasi Malaysia. Rencana ini
ditentang oleh Pemerintahan Indonesia; Presiden Sukarno berpendapat bahwa Malaysia hanya
sebuah boneka Inggris, dan konsolidasi Malaysia hanya akan menambah kontrol Inggris di
kawasan ini, sehingga mengancam kemerdekaan Indonesia. Filipina juga membuat klaim atas
Sabah, dengan alasan daerah itu memiliki hubungan sejarah dengan Filipina melalui Kesultanan
Sulu. Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu
gedung KBRI, merobek-robek foto Sukarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke
hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk
menginjak Garuda[3], amarah Sukarno terhadap Malaysia pun meledak.  Menteri Luar
Negeri Indonesia Soebandrio juga mengumumkan  bahwa Indonesia mengambil sikap
bermusuhan terhadap Malaysia pada 20 Januari 1963. Selain itu pencerobohan sukarelawan
Indonesia (sepertinya pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah untuk
menyebar propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase pada 12 April berikutnya.
Atas tindakan anti-indonesia tersebut, Soekarno ingin melakukan balas dendam dan melakukan
proklamasi Ganyang Malaysia pada tanggal 27 Juli 1964. Pada 16 Agustus, pasukan
dari Rejimen Askar Melayu DiRaja berhadapan dengan lima puluh gerilyawan Indonesia.
Menjelang akhir 1965, Jenderal Soeharto memegang kekuasaan di Indonesia setelah
berlangsungnya Gerakan 30 September. Oleh karena konflik domestik ini, keinginan Indonesia
untuk meneruskan perang dengan Malaysia menjadi berkurang dan peperangan pun mereda.
Pada 28 Mei 1966 di sebuah konferensi di Bangkok, meski diwarnai dengan keberatan Sukarno
(yang tidak lagi memegang kendali pemerintahan secara efektif), Kerajaan Malaysia dan
pemerintah Indonesia mengumumkan penyelesaian konflik dan normalisasi hubungan antara
kedua negara. Kekerasan berakhir bulan Juni, dan perjanjian perdamaian ditandatangani pada 11
Agustus dan diresmikan dua hari kemudian.
10. apa saja tugas dan peran MPRS dan DPAS pada masa Demokrasi Terpimpin!
-Tugas MPRS adalah mengesahkan GBHN. Dalam sidangnya MPRS sudah mengeluarkan
beberapa kebijakan antara lain

1. Penetapan manifesto politik sebagai GBHN


2. Pentapan garis garis besar pembangunan nasional berencana tahap 1 (1961-1969)
3. Menetapkan presiden Soekarno sebagai presiden seumur hidup.

-Tugas DPAS adalah member jawaban atas pertanyaan presiden dan mengajukan usul kepada
pemerintah

Anda mungkin juga menyukai