Anda di halaman 1dari 13

PENGERTIAN DEMOKRASI TERPIMPIN

Demokrasi Terpimpin adalah suatu sistem pemerintahan dimana segala kebijakan atau keputusan
yang diambil dan dijalankan berpusat kepada satu orang, yaitu pemimpin pemerintahan.Kalau menurut
UUD 1945 ,pengertian terpimpin sesuai sila ke 4 dari Pancasila.
Sistem pemerintahan ini dikenal juga dengan istilah ‘terkelola’ yaitu suatu pemerintahan demokrasi
dengan peningkatan otokrasi. Dengan kata lain, negara yang menganut sistem demokrasi terpimpin
adalah dibawah pemerintahan penguasa tunggal.
Pada pelaksanaan sistem pemerintahan ini, warga negara atau rakyat tidak memiliki peran yang
signifikan terhadap segala kebijakan yang diambil dan dijalankan oleh pemerintah melalui efektivitas
teknik kinerja humas yang berkelanjutan.
Adapun tujuan dari sistem demokrasi terpimpin adalah:
1. Untuk mengganti demokrasi liberal yang dianggap tidak stabil untuk negara Indonesia.
2. Untuk meningkatkan kekuasaan presiden pada masa itu yang awalnya hanya sebatas sebagai kepala
negara menjadi pemegang kekuasaan tertinggi.
LAHIRNYA DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA
Di awali dari maklumat Hatta sebagai wakil presiden waktu itu, di mana dalam maklumat tersebut
menganjurkan perlunya pembentukan partai-partai, yang ternyata mendapat sambutan luas hingga pada waktu
itu lebih kurang 40 partai telah lahir di Indonesia, tetapi pada kenyataannya dalam kondisi yang sedemikian,
bukannya menambah suburnya sistem Demokrasi di Indonesia. Buktinya kabinet-kabinet yang ada pada waktu
itu tidak pernah bertahan sampai 2 tahun penuh dan terjadi perombakan-perombakan dengan kabinet yang baru,
dan bahkan menurut penilayan presiden Soekarno banyaknya partai hanya memperunyam masalah dan hanya
menjadi penyebab gotok- gotokan, penyebab perpecahan bahkan dalam nada pidatonya dia menilai partai itu
adalah semacam pertunjukan adu kambing yang tidak bakalan berpengaruh baik bagi Bangsa dan negara
Menurut pengamatan Soekarno Demokrasi Liberal tidak semakin mendorong Indonesia mendekati tujuan
revolusi yang dicita-citakan, yakni berupa masrakat adil dan makmur, sehingga pada gilirannya pembangunan
ekonomi sulit untuk di majukan, karena setiap fihak baik pegawai negeri dan parpol juga militer saling berebut
keuntungan dengan mengorban kan yang lain.
Keinginan presiden Soekarno untuk mengubur partai-partai yang ada pada waktu itu tidak jadi dilakukan,
namun pembatasan terhadap partai di berlakukan, dengan membiarkan partai politik sebanyak 10 partai tetap
bertahan. Yang akhirnya menambah besarnya gejolak baik dari internal partai yang di bubarkan maupun para
tokoh-tokoh yang memperjuangkan “Demokrasi liberal” juga daerah-daerah tidak ketinggalan. Dan keadaan
yang demikian, akhirnya meaksa Soekarno untuk menerapkan “Demokrasi terpimpin” dengan dukungan militer
untuk mengambil alih kekuasaan.
PELAKSANAAN DEMOKRASI TERPIMPIN DI
INDONESIA
■ Bidang Politik
Demokrasi Terpimpin memiliki Kabinet Kerja yang dilantik pada 10 Juli 1959 untuk menggantikan
Kabinet Djuanda.
Terdapat tiga program Kabinet Kerja saat itu, yaitu:
1. Masalah sandang dan pangan
2. Keamanan dalam negeri
3. Pengembalian Irian Barat
Selama dipegang Kabinet Kerja terdapat beberapa kebijakan-kebijakan yang diambil, baik dalam maupun
luar negeri.
 Kebijakan dalam negeri
Terdapat beberapa kebijakan dalam negeri yang dilakukan, di antaranya:
1. Pidato Penemuan Kembali Revolusi Kita menjadi Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
2. Presiden membentuk DPR-GR setelah sebelumnya menolak RAPBN.
3. Soekarno membentuk MPRS dan DPAS yang dipilih langsung oleh dirinya.
4. Dibentuk Front Nasional sebagai satu-satunya organisasi yang memperjuangkan cita-cita proklamasi dan UUD
1945.
5. Lembaga tinggi negara seperti MPRS, DPR-GR, DPA, -Depernas, dan Front Nasional diintegrasikan dan disebut
regrouping kabinet.
6. Soekarno ditetapkan sebagai Presiden Seumur Hidup melalui Sidang Umum MPRS 1963.
7. Partai Masyumi dan PSI dibubarkan karena ketuanya terlibat dalam pemberontakan Permesta.
8. Presiden mengambil alih pimpinan tertinggi militer dan membentuk Komando Tertinggi (KOTI).
 Kebijakan luar negeri
Kebijakan luar negeri yang diambil adalah:
1. Politik Mercusuar, pengadaan proyek-proyek besar untuk mengangkat Indonesia menjadi negara yang terkemuka.
2. Politik Poros, Indonesia melaksanakan hubungan istimewa dengan RCC (Poros Jakarta-Peking). Selain itu juga
dengan Kamboja, Vietnam Utara, dan Korea Utara.
■ Bidang ekonomi
1. Pembentukan Dewan Perancang Nasional (Depernas) dan Badan Perancangan Pembangunan Nasional
(Bappenas)

Upaya perbaikan perekonomian Indonesia dilakukan dengan pembentukan Dewan Perancang Nasional


(Depernas) pada 15 Agustus 1959 yang dipimpin Moh. Yamin. Dapernas kemudian menyusun program
kerjanya berupa pola pembangunan nasional yang disebut sebagai Pola Pembangunan Semesta
Berencana dengan mempertimbangkan faktor pembiayaan dan waktu pelaksanaan pembangunan. Pola
Pembangunan Semesta dan Berencana terdiri atas Blueprint tripola yaitu proyek pembangunan, pola
penjelasan pembangunan dan pola pembiayaan pembangunan.

Pada tahun 1963, juga dibentuk Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang dipimpin


Presiden Soekarno sebagai pengganti Depernas. Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan
jangka panjang maupun pendek.

2. Penurunan nilai uang

Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, pada tanggal 25
Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan nilai uang. Gimana sih penurunan nilai uang tersebut?
Sebagai contoh, untuk uang kertas pecahan Rp500 nilainya akan berubah menjadi Rp50 begitu seterusnya.
Selain itu, semua simpanan di bank yang melebihi Rp25.000 akan dibekukan.
3. Melaksanakan Deklarasi Ekonomi (Dekon)

Pada tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan landasan baru bagi perbaikan ekonomi secara
menyeluruh yaitu Deklarasi Ekonomi (Dekon). Tujuan dibentuknya Dekon adalah untuk
menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari imperialisme. Meski
begitu, dalam pelaksanaannya Dekon tidak mampu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, Dekon justru mengakibatkan perekonomian Indonesia stagnan. Masalah perekonomian
diatur atau dipegang oleh pemerintah sedangkan prinsip-prinsip dasar ekonomi banyak
diabaikan.

4. Pembangunan Proyek Mercusuar

Keadaan perekonomian semakin buruk karena pembengkakan biaya proyek mercusuar.


Proyek Mercusuar Soekarno adalah proyek pembangunan ibukota agar mendapat perhatian
dari luar negeri. Untuk memfasilitasi Ganefo (Games of the New Emerging Forces) sebagai
tandingan dari Olimpiade, pemerintah membangun proyek besar seperti gedung CONEFO
yang sekarang dikenal sebagai DPR, MPR, DPD DKI Jakarta, Gelora Bung Karno, Hotel
Indonesia, Jembatan Semanggi, pembangunan Monumen Nasional (Monas), dan pusat
pertokoan Sarinah.
Pembangunan Kompleks Olahraga di Senayan, termasuk Gelora Bung Karno merupakan
proyek yang ambisius pada saat itu.
■ Bidang Sosial Budaya
1. Larangan pedagang asing di luar ibukota daerah

Dalam bidang sosial, pada masa Demokrasi Terpimpin pernah terjadi konflik antar pedagang
asing, terutama Cina. Pada 1 Januari 1960, para pedagang asing dilarang berdagang di pedesaan.
Akibatnya, banyak di antara mereka yang dipindahkan ke kota. Atas kebijakan tersebut pemerintah di
Beijing memberikan reaksi keras terhadap usaha tentara Indonesia melarang warga negara asing (etnis
Cina) bergerak dalam bidang usaha eceran diluar kota-kota besar.

2. Kerusuhan di Jakarta

Pada masa Konfrontasi Indonesia-Malaysia, keadaan sosial Indonesia mulai kacau. Kedutaan
besar Inggris dan 21 rumah stafnya dibakar habis di Jakarta. Sebagai balasan, kedutaan besar
Indonesia di Malaysia juga mengalami kerusakan. Hal ini berujung pada pemutusan hubungan
diplomatik dengan Malaysia dan Singapura.
3. Konflik Lekra dengan Manikebu

Dalam bidang kebudayaan, juga terdapat konflik Lekra dan Manikebu. Lekra (Lembaga Kebudayaan
Rakyat) kelompok pendukung ajaran Nasakom sementara Manikebu (Manifesto Kebudayaan) adalah
sekelompok cendekiawan yang anti dengan ajaran tersebut. Kelompok Manikebu mendukung
Pancasila, namun tidak mendukung ajaran Nasakom. Manikebu tidak ingin kebudayaan nasional
didominasi ideologi tertentu. Manikebu kemudian dilarang oleh pemerintah RI karena dianggap
menunjukkan sikap ragu-ragu terhadap revolusi. Tokoh-tokoh dalam Manikebu antara lain H.B.
Jassin dan Taufiq Ismail.

4. Pelarangan musik dan tarian ala Barat

Squad, sekarang kamu tentu bisa dengar berbagai musik dan menarikan berbagai tarian dengan
bebas, ‘kan? Berbeda dengan masa Demokrasi Terpimpin, segala aspek kehidupan masyarakat
berada di bawah dominasi politik. Bahkan, kelompok seniman Koes Bersaudara (Koes Plus) juga
pernah ditahan oleh pihak Kejaksaan karena dianggap memainkan musik yang kebarat-baratan.
Melalui pidato-pidatonya, Presiden Soekarno mengecam kebudayaan Barat berupa musik “rock and
roll”, dansa ala “cha-cha”, musik pop.
■ Bidang pendidikan
Muncul adanya sistem pendidikan Nasional yang disebut Panca Wardhana, yang menekankan
nation and character building.Pada tahun 1960, Panca Wardhana disempurnakan menjadi Sapta
Usaha Utama dengan cakupan yang lebih luas.Sistem persekolahan dalam demokrasi terpimpin
diklasifikasikan sebagai berikut:
Pendidikan prasekolah (5-7 tahun)
SD atau MI (7-12 tahun)
SLTP (13-15 tahun)
SLTA (16-18 tahun)
PTN (19-23 tahun)
BERAKHIRNYA DEMOKRASI TERPIMPIN DI INDONESIA
Berakhirnya Demokrasi Terpimpin berarti juga berakhirnya kekuasaan presiden Seokarno digantikan
dengan Orde Baru dibawah kepemimpinan presiden Soehartno. Pergantian Peralihan kepemimpinan dari
Soekarno kepada Soeharto, tidak terjadi begitu saja melalui proses yang mulus. Pada kurun waktu tahun
1965-1967 merupakan tahun-tahun yang penuh intrik dan ketegangan politik. Peristiwa dini hari tanggal 1
Oktober 1965 dapat dilukiskan sebagai percobaan kudeta yang gagal dari golongan kontra revolusioner
yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh Jenderal Soeharto sejak Peristiwa 30 September 1965 sampai
diangkat sebagai pejabat presiden pada tahun 1967, merupakan kudeta merangkak (creeping coup ). Proses
kudetanya tidak langsung menghantam, melainkan secara perlahan. Bahkan setelah kekuasaan beralih,
Soekarno masih berstatus sebagai presiden. Inilah dualisme kepemimpinan yang terjadi dalam kurun waktu
peralihan kekuasaan Soekarno kepada Soeharto.
Peristiwa 30 September 1965 menjadi titik awal bagi keruntuhan Soekarno dari panggung politik
Indonesia. Peristiwa ini masih menyimpan misteri tentang pelaku dan pihak yang sebenarnya yang harus
bertanggung jawab. Namun, titik awal inilah yang mengahsilkan berbagai persepsi dan hasil studi
menyangkut jatuhnya Presiden Soekarno selama periodw 1965-1967. Turunnya Soekarno dari kursi
keprisedenan melahirkan suatu pemerintahan baru yang disebut Orde Baru.
NASAKOM
Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) adalah konsep politik yang dicetuskan oleh
Presiden Soekarno di Indonesia. Naskom dikemukakan oleh Presiden Soekarno tahun 1960 sebagai
upaya untuk meningkatkan persatuan nasional. Ide tersebut telah dicetuskan Ir. Soekarno pada 1926
dalam seri karangannya yang dimuat dalam majalah Indonesia moeda yaitu Nasionalisme, Islam, dan
Marxisme. Istilah Nasakom dikembangkandalam demokrasiterpimpin (1959-1965). Dalam
perkembangannya Nasakom dimanfaatkan oleh PKI untuk mengembangkan diri serta memperbesar
pengaruhnya, baik dikalangan rakyat maupun pemerintah.
Pada tahun 1960, Soekarno memperkenalkan konsep Pancasila kepada dunia dalam pidatonya yang
terkenal di hadapan Sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat. Judulnya: To Build The World a
New. Dia menawarkan prinsip toleransi Pancasila diterapkan bagi perdamaian dunia, yang ketika itu
sedang terpecah antara blok Barat dan blok Timur. Soekarno menawarkan sebuah konsep tata dunia yang
baru. Soekarno ketika itu merangkum konsepsi politiknya sebagai NASAKOM: Nasionalisme, Agama,
Komunisme. Pemahaman Komunisme disini adalah sebagai Sosialisme, karena dasar pemikirannya
adalah prinsip keadilan sosial, yang juga menjadi dasar pemikiran politik Karl Marx.
SUPERSEMAR
Supersemar adalah Surat Perintah Sebelas Maret yang dikeluarkan oleh Ir.Soekarno untuk
Soeharto pada tanggal 11 Maret 1966. Supersemar merupakan surat mandat pasca kerusuhan
G30S/PKI.
Isi Supersemar.Selama ini beredar beberapa versi Supersemar. Ada yang dari Pusat Penerangan
(Puspen) TNI AD, Sekretariat Negara (Setneg), dan dari Akademi Kebangsaan. Namun dari
berbagai versi yang beredar, tak ada satu pun yang asli. Tetapi ada beberapa pokok
pemikiran Supersemar yang diakui Orde Baru dan dijadikan acuan.
Isi Supersemar yakni:
1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan
serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan
pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar
Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia,
dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain
dengan sebaik-baiknya.
3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya
seperti tersebut di atas.
 Tujuan Supersemar
Sebenarnya surat ini bertujuan untuk memulihkan keamaan dan ketertiban serta mengambil
tindakan yang di perlukan. Jadi Soeharto yang menerima surat itu, bisa melakukan apapun
yang dianggapnya "diperlukan".
Setelah mengantongi Supersemar, Soeharto mengambil sejumlah keputusan lewat SK
Presiden No 1/3/1966 tertanggal 12 Maret 1966 atas nama Presiden/Panglima Tertinggi
ABRI/Mandataris MPRS/PBR. Keputusan tersebut berisi:
1. Pembubaran PKI beserta ormasnya dan menyatakannya sebagai partai terlarang
2. Penangkapan 15 menteri yang terlibat atau pun mendukung G30S
3. Pemurnian MPRS dan lembaga negara lainnya dari unsur PKI dan menempatkan
peranan lembaga itu sesuai UUD 1945.
Berkat surat ini, kekuasaan berpindah dari Soekarno menjadi Soeharto dan pemerintahan
menjadi orde baru.

Anda mungkin juga menyukai