Anda di halaman 1dari 26

KEBIJAKAN EKONOMI SOEKARNO

PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

Untuk memenuhi tugas Sejarah Indonesia Masa Demokrasi Liberal dan


terpimpin

Di susun oleh :

Ilham Fadhillah

Akbar

3111420080

PRODI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kebijakan Ekonomi Soekarno pada masa
demokrasi terpimpin (1959-1965), memahami kebijakan yang dikeluarkan
pemerintahan orde lama yang berpusat pada kekuasaan, serta memahami kebijakan
deklarasi ekonomi yang merupakan strategi dasar ekonomi terpimpin yang menjadi
bagian dari strategi umum revolusi indonesia. Jenis penelitian digunakan adalah
metode sejarah yaitu dengan tahap-tahap heuristik, verifikasi, interpretasi dan
historiografi. Hasil penelitian ini yaitu memberikan sebuah informasi tentang dampak
kebijakan ekonomi soekarno pada masa demokrasi terpimpin 1959-1965

Keyword : Soekarno, Kebijakan Ekonomi, Demokrasi Terpimpin


PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah proklamasi kemerdekaan 1945, Indonesia secara teoritis memiliki tiga model
Demokrasi, yakni Demokrasi Liberal (tahun 1945- 1959) Demokrasi Terpimpin (1959-1965),
dan Demokrasi Pancasila. Ketiga demokrasi tersebut juga mempengaruhi pelaksanaan sistem
ekonomi Indonesia. Situasi ekonomi di Indonesia antara tahun 1945 dan 1950 sangat tidak
menguntungkan bagi Pemerintah Republik Indonesia. Sistem ekonomi pada waktu itu adalah
ekonomi gerilya melawan kolonialisme, dan ekonomi tersebut dimonopoli oleh perusahaan-
perusahaan Belanda. Era demokrasi liberal di Indonesia ditandai dengan tumbuhnya partai
politik dan pembentukan kabinet parlementer serta kerusuhan politik. Kerusuhan politik berupa
pergantian kabinet dan perdebatan panjang di kalangan pemilih. Ada banyak partai politik, tetapi
tidak ada yang memiliki mayoritas mutlak. Keadaan ini menunjukkan bahwa sistem liberal tidak
sesuai dengan akar budaya bangsa Indonesia yang mengutamakan musyawarah untuk mufakat
dalam demokrasi. Itulah sebabnya kemudian dikenal dengan istilah “Kabinet Jatuh Bangun”.

Selama demokrasi liberal ini, posisi Soekarno tidak lebih dari simbol kekuasaan politik
tertinggi. Soekarno tidak puas karena dia tidak memiliki otoritas pemerintahan. Situasi ini
memberi kesempatan kepada Soekarno untuk memimpin dan meninggalkan sistem parlementer
yang selama tujuh tahun tidak menjadi solusi yang baik. Dengan Keppres 5 Juli 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia kembali ke UUD 1945 sebagai dasar negara. Dan sejak itu, model
demokrasi terinduksi telah diterapkan, kiranya sesuai dengan ideologi bangsa Pancasila dan
pemahaman integrasionis yang mengajarkan persatuan di antara anak-anak bangsa. Pada era
kemerdekaan ini, banyak bermunculan partai politik yang merevitalisasi politik Indonesia.

Kebijakan parlementer yang menjadi kerangka untuk mendukung kebijakan RUP dan
Program Benten dianggap begitu libertarian sehingga digulingkan oleh Sukarno dan digantikan
oleh model ekonomi terkelola yang berusaha meniru model politik China dan negara-negara
sosialis. Meniru ekonomi terencana dengan jadwal lima tahun di bawah payung kebijakan
demokrasi terpimpin. Kebijakan ekonomi yang diterapkan dimulai dengan nasionalisasi badan
usaha milik Belanda pada tahun 1957, penggabungan dengan koperasi dan badan usaha milik
negara. Ekonomi pengelolaan melandasi kebijakan land reform yang bertujuan mengubah
struktur penguasaan tanah, mengurangi atau membatasi hak atas tanah individu dengan tujuan
agar distribusi hak atas tanah lebih merata. Ide dasar dari program land reform adalah untuk
mengatasi keterbelakangan industri dalam negeri Indonesia yang masih bergantung pada industri
pohon untuk pasar global, dengan mentransformasikan struktur penguasaan tanah yang feodal
dan eksploitatif.

Tujuan ideologis dari program ini adalah untuk melemahkan penguasaan modal asing
dan mengakhiri eksploitasi feodal yang telah terjadi sejak zaman kolonial melalui konsesi
kepemilikan tanah, dan sebagai kritik, menggunakan istilah induced demokrasi dan ekonomi
terinduksi. dan politik, demokrasi liberal. Oleh karena itu, ekonomi diperlakukan sebagai
ekonomi nasional dalam Kebijakan Ekonomi Terpimpin. Alih-alih mempelajari kehidupan yang
cair dan tidak faktual, ekonomi nasional mempelajari masalah nyata dan nyata yang berkaitan
dengan kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan dogma-dogma tersebut, tetapi
ikut serta dalam perubahan-perubahan yang sesuai dengan perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Namun, kejatuhan Sukarno menyebabkan runtuhnya kebijakan demokrasi, dan
Suharto mengubah arah kebijakan ekonomi terhadap masyarakat internasional. Setelah
kejatuhan Sukarno, pemerintah yang dipimpin Suharto menerapkan reorientasi paradigma dan
kebijakan ekonomi Indonesia. Dengan kata lain, ``Simposium '66: Menggali Kebangkitan Roh''
Pada simposium yang diadakan pada bulan Mei 1966, salah satu topik dalam bidang ekonomi
adalah
``mereorganisasikan dasar-dasar ilmu ekonomi dengan prinsip-prinsip ekonomi''. aku. Ini bukan
keadaan atau fakta, tetapi teori ekonomi yang berfungsi sebagai panduan, meniru bagaimana
negara melanjutkan praktik ekonomi mereka.

Konsep dasar resep didasarkan pada gagasan Dr. Subroto yang berteori bahwa prinsip-
prinsip umum yang berlaku di bidang ekonomi sangat jelas, bersandar pada teori keunggulan
komparatif yang dikemukakan oleh ekonom David Ricardo untuk memandu kebijakan ekonomi
Indonesia berdasarkan keberadaan kekayaan alam.Sangat jelas dalam argumen Subroto bahwa
dan populasi yang besar. Subroto menekankan bahwa ilmu ekonomi secara teoritis memiliki dua
pilar yang menjadi acuan. yaitu, bidang ekonomi keuangan dan ekonomi internasional. Bagi
Subroto, semua bidang ekonomi internasional yang terkait erat, termasuk ekspor, impor, sektor
jasa, arus masuk dan keluar modal, stok emas, dan cadangan devisa, memiliki dampak yang
menentukan bagi pembangunan ekonomi Indonesia. Suatu isu yang sampai saat ini belum
dijadikan sebagai faktor penting dan menentukan dalam merumuskan kebijakan ekonomi yang
lebih menekankan pada pembangunan industri untuk memperkuat perekonomian dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Pada tahun 1957, sistem politik
Indonesia telah melemah, tetapi rakyat Indonesia telah menang dengan sangat baik, terbukti
dengan pesatnya penyebaran bahasa Indonesia. Pendiskreditkan masa revolusi, identitas politik
daerah dan kekuasaan yang selama ini dikejar Belanda atas dasar federalisme terus ditekan, dan
pada tahun 1957 setelah unifikasi nasional dan eksperimen demokrasi Sukarno mengalami
banyak kegagalan.

Di tengah krisis, dan langkah-langkah diambil menuju bentuk pemerintahan yang


Sukarno sebut demokrasi terpimpin. Parlemen dibubarkan pada Juli 1959 dan Presiden Sukarno
memberlakukan konstitusi berdasarkan Dekrit Presiden Sukarno memperkuat tangan militer
dengan menunjuk jenderal ke unit polisi penting. PKI menyambut hangat demokrasi yang
diinduksi Sukarno dan menganggap bahwa PKI diberi mandat untuk memiliki aliansi konseptual
antara nasionalisme agama Islam dan komunisme. yang di namakan NASAKOM. Dekrit
Presiden 5 Juli 1945 adalah dekrit yang mengakhiri Demokrasi Liberal, merupakan titik awal
demokrasinya Soekarno. Presiden pertama Indonesia yang memerintah dari tahun 1945 hingga
1966, ia terkenal sebagai juru bicara rakyat. Anda dapat terhubung langsung dengan orang-
orang. Presiden yang berjiwa nasionalisme dalam pembangunan bangsa. Seorang pemimpin
harus mampu membangun suatu negara jika ia dapat mensejahterahkan rakyatnya dan
membangun perekonomian suatu negara. Dengan perintah eksekutif, Sukarno memuji
kembalinya revolusi dan pengenalan sosialisme gaya Indonesia yang bebas dari imperialisme
dan kolonialisme. Demokrasi yang dipimpin oleh Sukarno menginginkan masyarakat yang adil
dan makmur di mana kekuatan rakyat menggerakkan perekonomian negara tanpa campur tangan
asing. Sukarno adalah pemimpin yang memproklamirkan sosialisme sebagai prinsip
pembangunan.

Demikian pula pada masa krisis, konsepsi sosialis Indonesia yang dikemukakan oleh
Sukarno merupakan arah strategi pembangunan ekonomi Indonesia. Sukarno juga menguraikan
ideologi demokrasi terpimpin yang disebut Manipol (Manifesto Politik). Ideologi ini
menyerukan semangat revolusioner, keadilan sosial, dan perlengkapan kembali lembaga dan
lembaga negara untuk revolusi yang berkelanjutan. Belakangan, kata USDEK ditambahkan ke
ideologi ini. Artinya UUD 1945 yang pada hakikatnya berarti sosialisme ala Indonesia,
demokrasi terkelola, ekonomi terkelola, dan jati diri Indonesia. Istilah ekonomi terpimpin, yang
dirujuk Lewis dalam bukunya Dasar-dasar Perencanaan Ekonomi Negara, menunjukkan bahwa
ekonomi terpimpin, yang sering diterjemahkan sebagai ekonomi terencana, lazim di negara-
negara sosialis dan liberal. Konsepsi Soekarno tentang sosialisme, sebagaimana disebutkan
sebelumnya, adalah konstruksi sistem ekonomi di Indonesia yang dapat menghasilkan struktur
ekonomi nasional dan demokratis yang bebas dari sisa-sisa imperialisme dan feodalisme.
ekonomi. Artinya, sebagai negara yang ingin membangun dan memimpin masyarakat
tersosialisasi di Indonesia, harus menghapus sisa-sisa imperialisme dan feodalisme.
Memobilisasi segala kemungkinan yang ada untuk meletakkan fondasi dan menumbuhkan
perekonomian nasional. Perekonomian yang dikelola dalam masyarakat sosialis Indonesia
mengacu pada Pasal 33 Tahun 1945, dan Sukarno mengatakan bahwa ekonomi yang dikelola
memerlukan gotong royong di bidang ekonomi.

Menurut Soekarno, sistem ekonomi mencakup tiga unsur: kepentingan bersama yang
ditentukan bersama, usaha bersama yang dilaksanakan bersama, dan pemimpin bersama yang
disepakati bersama. Sosialisme di Indonesia adalah gotong royong berdasarkan Pancasila. Selain
itu, Indonesia adalah negara di mana Anda dapat memanfaatkannya sebaik mungkin. Hal ini
pula yang membuat Sukarno berpikir tentang ekonomi yang mandiri (berdiri di atas kaki
sendiri), sebuah negara yang harus mampu membangun ekonominya sendiri, bersama rakyat dan
pemimpinnya. Para pemimpin Indonesia tentu saja menginginkan negara ini berkembang secara
ekonomi, tetapi gagasan tokoh-tokoh kunci pada saat itu memiliki dampak yang signifikan
terhadap kebijakan ekonomi. Kali ini, saya akan mengkaji situasi ekonomi di era demokrasi
terpimpin berdasarkan ide-ide yang dikembangkan dari proyek terkait Presiden Soekarno.

Alasan penulis memilih cara berpikir Soekarno adalah karena Sukarno sebagai
“pemimpin demokratis” kediktatoran, adalah semua tentang kepemimpinannya (politik
Soekarno), dan dengan demikian yang paling penting selama pemerintahan demokrasi yang
dipimpin. sosok yang berpengaruh. Ide-ide Soekarno memiliki pengaruh besar pada kebijakan
ekonomi selama era demokrasi terkelola. Penulis ingin mengetahui konsep ekonomi dari karakter
Sukarno yang kemudian mengarah pada kondisi ekonomi dalam implementasi kebijakan
ekonomi Indonesia dari tahun 1959 hingga 1965. Indonesia saat ini berada dalam era demokrasi
terinduksi karena mengalami ketimpangan dan stagnasi ekonomi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas, studi ini akan membahas mengenai kebijakan ekonomi pada masa
kepemimpinan soekarno. Dari latar belakang yang telah saya uraikan, era kepemimpinan
soekarno ingin berimplementasi terhadap kebijakan ekonomi agar dapat berpengaruh besar
terhadap Indonesia pada tahun 1959-1965. Dari Permasalahan pokok ini dirumuskan beberapa
masalah penelitian sebagai berikut :

1. Kebijakan apa saja yang dikeluarkan soekarno dalam mengatasi perekonomian Indonesia
tahun 1959-1965 ?
2. Apa dampak dari kebijakan ekonomi soekarno ?

1.3 TUJUAN

Tujuannya untuk mengetahui apakah kebijakan yang dikeluarkan soekarno berhasil dalam
atsmosfer masyarakat Indonesia, dalam kepemimpinan soekarno, banyak terjadi kebijakan dan
pada kesempatan kali ini kita akan kembali menelaah perkembangannya secara detail. Adapun
tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain :

1. Mendeskripsikan latar belakang terjadinya ekonomi terpimpin


2. Menguraikan perkembangan ekonomi terpimpin dari kebijakan ekonomi soekarno

B. METODE PENELITIAN

Kajian ini menjelaskan secara historis Kebijakan Ekonomi Soekarno Pada Massa
Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Tahapan penerapan metode historis ini adalah sesi heuristik,
kritis, interpretatif, dan historis. Sesi pertama adalah heuristik, data dikumpulkan dari buku,
koran. Data ini dikumpulkan melalui survei kepustakaan. Upaya dilakukan untuk menguji kritik
untuk memperoleh fakta yang akurat dan dapat dipahami dari data yang dikumpulkan terkait
dengan topik penelitian yang diuji. Sesi selanjutnya adalah Interpretasi. Ini adalah pemahaman
tentang data yang divalidasi untuk menciptakan realitas historis. Dengan menyatukan berbagai
fakta yang diperoleh menjadi satu kesatuan yang koheren dan logis. Sesi selanjutnya adalah
Editing History. Sesi terakhir ini merupakan framework untuk mengedit history yang dibuat
setelah diedit di historiografi.

C. KAJIAN PUSTAKA
Akhmad Syaekhu Rakhman (2022) pada jurnal yang berjudul Kebijakan ekonomi pada
masa soekaarno pada masa demokrasi terpimpin (1959-1960) Penelitian ini menggunakan data
sekunder yaitu data mengenai kebijakan presiden soekarno dalam menghadapi krisis ekonomi di
Indonesia, dengan penuh cobaan dan tantangan menjadi ciri khas tersendiri bagi soekarno dalam
menuntaskan ekonomi yang merosot dan data ini didapatkan dari internet.

NurFauzia (2019) pada jurnal perkembangan ekonomi masa terpimpin. Penelitian ini
menggunakan data sekunder juga yang didapat dari internet. Penelitian ini merincikan lebih
detail terkait perkembanga ekonomi di masa soekarno. Menurut nur fauzia perkembangan yang
dilakukan soekarno tidak begitu berjalan mulus, dan adanya hambatan baik dari luar negeri
maupun dalam negeri.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Demokrasi Terpimpin
Sejarah Indonesia dari tahun 1959 hingga 1966 merupakan masa dimana terjadi sistem
“demokrasi terinduksi” di Indonesia. Demokrasi terinduksi adalah sistem pemerintahan yang
diperkenalkan di Indonesia setelah runtuhnya demokrasi parlementer. Sebab, sistem demokrasi
parlementer sebenarnya tidak sejalan dengan etos bangsa Indonesia, dimana demokrasi
parlementer condong ke liberalisme, sedangkan Indonesia condong ke gotong royong. Dengan
demikian, di era demokrasi parlementer, terjadi krisis atau ketidakstabilan nasional di bidang
sosial politik dan keamanan yang mengancam keamanan nasional saat itu. Konflik antara sistem
parlementer dan semangat kebangsaan Indonesia dapat dilihat dalam berbagai peristiwa selama
periode demokrasi parlementer. Seperti mengganti lemari. Setidaknya dalam dekade 1950-1959,
ada tujuh kabinet di Indonesia. Jadi, rata-rata, setiap kabinet hanya bertahan sekitar satu
setengah tahun. Ini berarti bahwa masing-masing kabinet ini tidak dapat sepenuhnya memenuhi
apa yang telah mereka rencanakan. Selain itu, telah terjadi kerusuhan di daerah pedesaan seperti
Sumatera dan Sulawesi yang dilakukan oleh PRRI-Permesta, dan kerusuhan ini tampaknya telah
didukung oleh partai oposisi pemerintah seperti PSI dan Masyumi.
Terlebih lagi, situasi semakin memburuk ketika upaya Dewan Konstituante untuk
merancang konstitusi baru gagal. Majelis Konstituante ini dibentuk untuk merancang undang-
undang dasar baru pada era demokrasi parlementer, karena konstitusi interim 1950 yang
digunakan tidak sesuai dengan semangat dan cita-cita bangsa Indonesia. Saat itu, untuk
menyelamatkan negara dari ketidakstabilan sosial politik dan keamanan, Presiden Soekarno
mengeluarkan apa yang sering disebut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 150
Tahun 1959, atau Keputusan 5 Juli 1959. Ini berisi tiga konten utama. Pertama, pembubaran
Majelis Konstituante. Kedua, restorasi UUD 1945. Ketiga, pembentukan MPRS dan DPAS
(Dewan Pertimbangan Agung Sementara). Perintah Eksekutif 5 Juli 1959 dapat dilihat sebagai
upaya mencari jalan keluar dari kebuntuan politik melalui pembentukan kepemimpinan yang
kuat. Sejak dikeluarkannya perintah eksekutif ini, putaran demokrasi parlementer telah berakhir
dan demokrasi terkelola telah dimulai. Selama demokrasi terinduksi ini, Presiden Sukarno
menjadi tokoh sentral saat itu. Oleh karena itu, akibat pemusatan kekuasaan ini, berbagai
penyimpangan yang terjadi terpengaruh. Sistem parlementer dengan presiden sebagai kepala
negara simbolis pada era demokrasi parlementer Presiden Sukarno menjadi salah satu faktor
yang meningkatkan kritik terhadap Presiden Sukarno pada era demokrasi terkontrolnya.
Strategi Presiden Sukarno untuk mempertahankan kekuasaan dari kekuatan lain seperti
partai-partai oposisi saat itu (PSI dan Masyumi) dan militer (AD) yang dapat mengganggu dan
meruntuhkan kekuasaannya dalam pemerintahan demokrasi terkemuka, yaitu Presiden Sukarno
menyerukan kebangkitan Nasacom , sebuah koalisi nasionalis, agama dan komunis, yang
berusaha untuk menyeimbangkan kekuatan-kekuatan ini. Konsep Nasacom sendiri sebenarnya
sudah ditemukan dan dirumuskan oleh Soekarno sejak tahun 1926. Pada dasarnya, mereka
dipersatukan oleh satu tujuan: gotong royong (kerja sama). Revolusi Indonesia melawan
kolonialisme. Demokrasi Terpimpin yang menjadi landasan bagi Nasakom digunakan oleh
Presiden Sukarno untuk menegaskan posisinya. Dalam hal ini, Presiden juga ingin melindungi
kerabat politiknya, Partai PKI, dari serangan militer terhadap PKI karena perbedaan pandangan
ideologis. Hal ini disebabkan oleh kehadiran Nasacom secara umum pada saat itu, dan menjadi
inti masalah karena PKI dimasukkan ke dalam konsep bersama dengan elemen nasionalis dan
agama.
b. Perkembangan ekonomi pada masa demokrasi terpimpin

Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka ekonomi pun mengikuti
ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan bagian dari demokrasi terpimpin.
Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di pusat pemerintahan sementara daerah
merupakan kepanjangan dari pusat. Langkah yang ditempuh pemerintah untuk menunjang
pembangunan ekonomi adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan Badan Perencana Pembangunan Nasional

Upaya pertama untuk mengembangkan ekonomi di era demokrasi terpimpin adalah


dengan dibentuknya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Dewan Perancang Nasional
(Depernas) didirikan pada tanggal 15 Agustus 1959 untuk melaksanakan pembangunan ekonomi
di bawah pemerintahan yang bekerja. Mandat Departemen Pendidikan Umum adalah untuk
merancang undang-undang. Pembangunan nasional yang merencanakan dan mengevaluasi
pelaksanaan pembangunan. Kementerian Pendidikan Nasional memiliki 50 anggota. Organisasi
ini memiliki beberapa tugas seperti: B. Melakukan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan
dan melaksanakan rencana penyusunan RUU Pembangunan Nasional. Rancangan dasar UU
Pembangunan Nasional yang bersifat sementara direncanakan dalam waktu satu tahun di tengah
pembangunan ekonomi di era demokrasi terkendali. Tahap ini berlangsung dari tahun 1961
sampai dengan tahun 1969 dengan persetujuan MPRS dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS
No. 1/MPRS/1960 tanggal 26 Juli 1960.

Pada tanggal 1 Januari 1961, pelantikan Presiden Sukarno dimulai. Pembentukan


organisasi ini akan memungkinkan kelancaran pemecahan masalah terkait pengembangan
proyek industri dan perencanaan infrastruktur. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
berubah nama menjadi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas pada tahun
1963. Tapi sekarang dipimpin oleh Presiden Sukarno sendiri. Alhasil, dalam waktu satu tahun,
Depenas menghasilkan rancangan pendahuluan Undang-Undang Pembangunan Nasional tahun
1961-
1969, yang disetujui oleh MPRS. Kalau bicara masalah pembangunan, terutama perencanaan
dan pembangunan proyek industri dan infrastruktur skala besar, ternyata tidak semulus yang kita
inginkan. Pada tahun 1963, Dewan Desain Nasional (Depernas) berganti nama menjadi Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan dipimpin oleh Presiden Sukarno.

2. Penurunan Nilai Uang

Upaya selanjutnya untuk mengembangkan ekonomi di era demokrasi terpimpin adalah


dengan mendevaluasi uang. Perpu No. 2 Tahun 1959 (diundangkan pada tanggal 25 Agustus
1959) merupakan dasar bagi pelaksanaan kebijakan perbaikan oleh Pemerintah. Sanering
memiliki beberapa tugas: B. Mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat,
meningkatkan nilai rupiah dengan tujuan membantu masyarakat miskin, dan menekan rupiah jika
terjadi inflasi yang tinggi. Tujuan evaluasi adalah:

a. Guna membendung inflasi yang tetap tinggi


b. Untuk mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat
c. Meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil tidak dirugikan.

Upaya pemerintah tidak dapat mengubah perkembangan ekonomi demokrasi terkendali


menjadi lebih baik. Upaya tersebut pun tak mampu mengurangi nilai resesi yang terjadi. Karena
tidak semua pengusaha Indonesia mematuhi ketentuan ini. Meskipun nilai moneter telah jatuh,
orang tidak dapat membeli kebutuhan pokok dengan harga rendah karena kekurangan uang.
Pengusaha lokal di seluruh Indonesia tidak sepenuhnya mematuhi peraturan keuangan ini.
Ketika nilai uang turun, segala sesuatunya menjadi lebih murah, tetapi itu mempengaruhi
kurangnya uang untuk membeli. Pasalnya, gejolak keamanan yang bersumber dari gejolak
regional telah menurunkan pendapatan pemerintah dan menurunkan ekspor. Akuisisi perusahaan
Belanda pada tahun 1958 tidak menghadapi tim manajemen yang kompeten dan berpengalaman.
Perubahan kebijakan fiskal menjadi Perpu No. 6 Tahun 1959, yang mengatur bahwa uang
pecahan Rp.1000 dan Rp.500 sebelum tanggal 1 Januari 1960 ditukarkan ke bank pecahan
Rp.100 atau Rp.50. Pengalaman Pengelolaan sumber daya manusia yang handal harus Belanda
tanpa. Aktivitas ekspor menurun, yang berarti pendapatan negara juga menurun. Hal ini
disebabkan oleh gejolak keamanan untuk mengatasi gejolak di masing-masing wilayah. RI
sekarang menggunakan
kekuatannya untuk membebaskan Irian Barat dengan biaya yang cukup besar untuk menjadi tuan
rumah Asian Games ke-4 tahun 1962.

3. Konsep Djuanda

Upaya selanjutnya untuk mengembangkan ekonomi di era demokrasi terpimpin adalah


dengan menerapkan konsep Juanda. Pemerintah mulai memikirkan rakyat dengan membebaskan
Irian Barat dan melakukan upaya penyelesaian insiden DI Jawa Barat melalui rekonstruksi
ekonomi. Konsep ini mulai terwujud setelah keamanan nasional mulai membaik dan pulih.
Sebelumnya, konsep tersebut dikenal dengan Economic Recovery Concept dan diketuai oleh
Perdana Menteri Il Juanda. Konsep Juanda disebut sebagai hasil dari konsep tersebut. Sebelum
konsep tersebut dirilis, ada beberapa kritik pedas dari PKI yang mematikan konsep tersebut. PKI
melihat konsep Juanda terkait dengan keterlibatan Amerika Serikat, Yugoslavia, dan negara-
negara revisionis.

4. Panitia 13 menghasilkan Deklarasi Ekonomi

Upaya selanjutnya untuk mengembangkan ekonomi di era demokrasi terkelola adalah


dengan membuat pernyataan ekonomi. Manifesto Ekonomi atau Decong diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Maret 1963 dengan tujuan untuk menciptakan sistem ekonomi yang mandiri dan
ekonomi yang bebas dari imperialisme yang berwatak demokratis. Pernyataan tersebut
disampaikan oleh Presiden Soekarno. Decon merupakan konsep dasar pembangunan ekonomi
terpimpin di Indonesia. Decon memiliki beberapa konsep, seperti mencoba menciptakan sesuatu
yang bebas dan demokratis dari kolonialisme dan imperialisme, dan mengikuti konsep sosial
ekonomi. Diantaranya regulasi yang memiliki strategi pendanaan asing, penangguhan subsidi,
dan realisasi biaya produksi. Ordonansi Decong bertujuan untuk memfasilitasi pembangunan
ekonomi di era demokrasi terpimpin. Tapi ada campur tangan dari partai politik. Organisasi ini
ditolak oleh PKI, tetapi Aidit membantu menemukannya. PKI tak segan-segan membuat 14
peraturan untuk dimasukkan ke dalam dekon. Bahkan PKI menuduh Juanda menyerah kepada
kaum imperialis. Akhirnya, Presiden Sukarno sengaja menunda peraturan tersebut hingga
September 1963. Penundaan itu datang dengan alasan untuk lebih fokus menyelesaikan konflik
dengan pihak Malaysia.
5. Kenaikan Laju Inflasi

Meningkatnya inflasi disebabkan oleh turunnya penerimaan pemerintah dari devisa dan
pendapatan lainnya. Nilai rupiah turun, defisit fiskal membesar, pinjaman luar negeri gagal
mengatasi masalah yang ada, dan upaya melikuidasi semua sektor pemerintah dan swasta untuk
memantau penghematan dan pelaksanaan anggaran telah berhasil. Mencapai keseimbangan
keuangan dengan mengendalikan manajemen dan pengelolaan perusahaan tidak terlalu efektif,
dan memberikan kredit baru kepada perusahaan yang dianggap penting untuk kesejahteraan dan
pembangunan rakyat gagal inflasi.Pendapatan pemerintah yang tidak mencukupi seiring dengan
kenaikan anggaran memperburuk situasi ekonomi. Tetapi Presiden Sukarno tetap bertahan dalam
membiayai revolusi bahkan ketika cadangan devisa menyusut. Dana yang dikumpulkan oleh
presiden membantu membayar proyek mercusuar dan prestise politik dengan berkorban untuk
ekonomi domestik. Kenaikan inflasi didasarkan pada:

 Pemerosotan nilai mata uang rupiah.


 Masalah-masalah negara tidak dapat diatasi dengan pinjaman dari luarnegeri.
 Pemerosotan penghasilan devisa negara dan penghasilan lainnya.
 Anggaran belanja negara semakin mengalami defisit besar.
 Tidak terdapat pengaruh manajemen perusahaan serta penertiban administrasi
untuk menyeimbangkan keuangan.
 Gagalnya upaya menyalurkan kredit baru dalam menyejahterakan rakyat.
 Tidak adanya keberhasilan dalam melakukan usaha likuidasi dalam pihak swasta
dan pemerintahan sebagai usaha mengawasi dan menghemat anggaran belanja.

Upaya pembangunan ekonomi di masa demokrasi terkendali bahkan gagal, karena


pemerintah telah melakukannya sedemikian rupa sehingga diperlukan dana yang cukup besar
setiap tahun untuk melaksanakan proyek mercusuar. Selain itu, pemerintah tidak memiliki
kapasitas politik untuk mengekang pengeluaran yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh tingginya
harga yang mencapai hampir 200-300% pada tahun 1965, masyarakat yang mengalami kondisi
kehidupan yang tertekan, devisa yang lemah menyebabkan pembatasan kegiatan impor dan
ekspor, inflasi yang tinggi, cadangan emas dan devisa yang semakin menipis akan berdampak.
Kegagalan ini disebabkan oleh kurangnya kemauan politik pemerintah untuk menahan diri dari
pengeluaran. Pemerintah menyelenggarakan proyek mercusuar seperti GANEFO (Game of
Emerging Forces) dan CONEFO (Conference of Emerging Forces), yang memaksa pemerintah
untuk meningkatkan pengeluaran setiap tahun.

Akibatnya, inflasi naik, inflasi naik, harga-harga naik, penghidupan masyarakat terbatas,
dan Indonesia harus terus menerus menutupi defisit neraca pembayarannya dari emas dan
cadangan devisa pada tahun 1961. Ekspor memburuk dan pembatasan impor disebabkan oleh
pelemahan mata uang. Pada tahun 1965, konflik politik dengan Malaysia dan Barat
menghabiskan cadangan emas dan devisanya, meninggalkannya dengan defisit $3 juta.
Kebijakan pemerintah menaikkan inflasi, sehingga meningkatkan defisit nasional, berakhir
ketika pemerintah mencetak uang baru tanpa perhitungan yang matang. Ini memberi bobot lebih
pada tingkat inflasi. Pada tanggal 13 Desember 1965, pemerintah mendevaluasi negara dengan
mengeluarkan mata uang senilai Rp. Akibat kebijakan pemerintah, rupiah baru seharusnya
bernilai 1000 kali rupiah lama, namun di masyarakat rupiah baru hanya bernilai sekitar 10 kali
lipat rupiah baru. Kebijakan moneter pemerintah untuk menahan inflasi justru mengarah pada
inflasi yang lebih tinggi.

6.Tritura

Menjelang akhir tahun 1965, pemerintah menempuh kebijakan untuk mendevaluasi rupiah dan
menaikkan harga minyak. Kebijakan ini menyebabkan demonstrasi besar-besaran di kalangan
mahasiswa, memprakarsai permintaan yang dikenal dengan Tritura. Permintaan mahasiswa
tersebut mendapat respon positif dari tim pelaksana Musyawarah Eksponen '45. Pada 14 Januari
1966, Antara News memberitakan bahwa melalui demonstrasi yang didasarkan pada faktor
objektif dan situasi nyata yang nyata, tim menyampaikan pandangannya bahwa tuntutan
mahasiswa dewasa ini harus diterima dengan baik. Tuntutan mahasiswa tercermin dalam
demonstrasi harian yang dipimpin oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), yang
didasarkan pada isu pembubaran PKI dan ormas-ormasnya, pembenahan kabinet Dwikola dan
penertiban kenaikan harga. Mengenai seruan perombakan kabinet saat ini, Dewan Indeks
Angkatan Darat ke-45 menyatakan dukungannya dalam sebuah pernyataan yang diedarkan.
Dewan Indeks '45 juga menekankan bahwa salah satu pemimpin Grup '45, Wakil Perdana
Menteri ke-3 Cherul Saleh, akan membantu melakukan konsultasi berdasarkan musyawarah dan
mufakat dengan semua pemangku kepentingan. .

Oleh karena itu perlu diingat pentingnya menjaga gotong royong dan persatuan
revolusioner yang progresif untuk mengatasi situasi di negara ini, terutama di bidang ekonomi,
sebelum ancaman gerakan. Konferensi Indeks 1945 menyatakan keinginan untuk membantu
Wakil Perdana Menteri III dengan melakukan konsultasi dengan semua pihak dan menyarankan
bahwa kebijakan ekonomi harus menekankan pendekatan produksi untuk memberantas inflasi.
Upah bulanan karyawan, pekerja dan tentara setidaknya harus melebihi kebutuhan fisik
minimum keluarga mereka. Lebih jauh, perlu diingat bahwa sambil menunggu produksi
berkembang, kebutuhan bahan pokok bagaimanapun juga harus dipenuhi sebagai satu-satunya
cara untuk mencegah inflasi. Selama berlakunya peraturan MPRS tentang penyelenggaraan alat
distribusi milik koperasi rakyat, semua alat distribusi harus diawasi secara ketat sampai dikuasai
sepenuhnya oleh pemerintah. Proklamasi Konferensi Indeks 1945 dilakukan oleh Mayjen Jamin
Gintings, Brigjen Juhartono, dan Brigadir Jenderal Paul. Sujono, SH, Letkol Chandra Hasan,
Letnan Kolonel Dominggus Nanlohy, Drosek Zakaria Raib, Alizar Thaib, Ishak Djangawirana,
Armansyah, Herman Wanggamihardja, Ismael Agung Witono, dan Soekandja. Berkaitan dengan
Tuntutan Tritura Rakyat (Tritura), di Bandung pada Kamis, 13 Januari 1966, diadakan
demonstrasi yang dihadiri oleh sekitar 2.000 mahasiswa, menuntut pemotongan harga dan
penghapusan PKI. Selama demonstrasi, anak-anak sekolah dan siswa meneriakkan slogan-
slogan: "Turunkan harga", "Tidak ada lagi monumen", "Kita perlu industri", "Hancurkan
Gestapo" dan "Akhiri PKI".

Saat itu, Walikota Priatna Kusuma berteriak, “Saya muak dengan pidato” setiap kali dia
mencoba berpidato, dan karena pidato Walikota Priatna Kusuma bisa terdengar jauh, dia
membuat poinnya di hadapan demonstrasi. tidak mengklaim. Karena itu pengeras suara, kabel
yang biasa dibicarakan walikota diputuskan oleh rakyat. Butuh waktu sekitar tiga jam bagi anak-
anak sekolah dan siswa Bandung untuk berdemonstrasi di halaman kotamadya. Mereka
dikoordinir oleh Amerika Serikat dan dalam kesempatan itu para pemimpin mereka
membacakan petisi dan resolusi yang juga mereka sampaikan kepada presiden/pemimpin besar
revolusi, Bung Karno. Petisi dan resolusi tersebut menjelaskan bahwa permintaan mahasiswa
Bandung adalah untuk mengingat penderitaan rakyat saat ini. Disebutkan pula, mahasiswa dan
mahasiswa
Bandung menunjukkan solidaritas atas aksi yang dilakukan mahasiswa ibu kota di Jakarta
belakangan ini untuk melindungi kepentingan rakyat. Menyusul semakin gencarnya demonstrasi
mahasiswa di berbagai daerah, Presidium WE menghimbau kepada mahasiswa Indonesia,
khususnya yang berbendera WE di Jakarta, untuk berhati-hati dan tidak bertindak sendiri.
Perintah ini terkait dengan insiden antara unsur Front Marhenis (Ali Sullakman) dan mahasiswa
dari Amerika Serikat ketika mereka mendengar pesan dari presiden/pemimpin besar revolusi,
Bung Karno, di Istana Merdeka dilayani. Insiden di Istana Merdeka itu mengakibatkan korban
jiwa dan beberapa mahasiswa yang terluka harus dilarikan ke rumah sakit.

Pada awal kemerdekaan, situasi ekonomi Indonesia sangat rumit. Pada saat itu, bangsa
Indonesia menghadapi masalah kompleks intervensi negara kolonial, yang menjadi kendala
dalam mengontrol perekonomian negara. Beberapa kendala yang dihadapi bangsa Indonesia saat
itu dari segi ekonomi antara lain masalah penentuan mata uang yang akan digunakan, blokade
Belanda terhadap ekspor Indonesia, dan rendahnya pendapatan masyarakat. sangat mahal.
Perekonomian Indonesia pada tahun 1945-1950-an sangat tidak menguntungkan bagi Pemerintah
Republik Indonesia. Rezim ekonomi Situasi pada saat itu adalah ekonomi perang gerilya
melawan kolonialisme, bahkan ekonomi masih dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan
Belanda. Pada tahun 1950-an, struktur ekonomi Indonesia masih merupakan peninggalan
kolonial. Perekonomian Indonesia masih sangat buruk di bawah pengaruh Jepang dan Belanda.

Selain itu, rakyat Indonesia menghadapi gejolak sosial, politik dan keamanan yang besar,
dan sedikit perhatian yang diberikan pada pertumbuhan ekonomi, dan negara ini sedang
mengalami masa yang sangat sulit. Kegiatan ekonomi kota sangat minim, dan perusahaan-
perusahaan besar pada waktu itu adalah sisa-sisa penjajah, kebanyakan dimiliki oleh orang
asing, yang produknya berorientasi ekspor. Pertanian dan fasilitas di seluruh negeri rusak. Dan
yang terpenting, pertumbuhan penduduk Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 1950-an,
Indonesia pada dasarnya tidak mampu mencapai pembangunan ekonomi. Langkah-langkah yang
diambil pemerintah menyangkut rekonstruksi struktur ekonomi. Para pemimpin politik berusaha
memperbaiki ekonomi mengikuti pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan yang bergejolak
dengan menerapkan program-program yang berfokus pada pemulihan dan perbaikan situasi.
Faktor internal
Alasan utama mengapa krisis rupiah berkembang menjadi krisis ekonomi terbesar dalam
sejarah Indonesia adalah kelesuan fundamental ekonomi nasional, dan lambatnya proses
pemulihan ekonomi nasional selama dua tahun terakhir telah memberikan kontribusi terhadap
kondisi politik, sosial dan keamanan negara. Hal ini karena situasi garansi. Hal ini sebenarnya
telah memburuk sejak dimulainya Reformasi hingga hari ini. Namun, rasio utang luar negeri
terhadap produk domestik bruto (PDB) dan ketergantungan ekonomi pada impor tetap tinggi dan
bahkan meningkat, serta sektor perbankan dan industri, terutama manufaktur dan konstruksi,
belum sepenuhnya pulih. Pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lambat seiring dengan proses
perbaikan fundamental ekonomi nasional yang tidak dibarengi dengan kebijakan dan keamanan
yang tepat, penyelesaian sengketa sosial dan kepastian hukum. Faktor-faktor non-ekonomi ini
menjadi pertimbangan penting dalam menentukan tingkat risiko yang melekat pada suatu negara
dan mendasari keputusan para pelaku bisnis, terutama orang asing, untuk melakukan bisnis di
negara tersebut.

Faktor Eksternal
Perdagangan regional atau global dan kondisi ekonomi merupakan faktor eksternal yang
sangat penting dalam mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Indonesia akan berjuang untuk
pulih jika ekonomi mitra dagang Indonesia, terutama Jepang, AS, Eropa Barat, dan Australia,
goyah. Sejauh ini, negara-negara tersebut merupakan mitra terpenting Indonesia dalam
perdagangan, investasi, kredit atau bantuan luar negeri. Padahal, situasi ekonomi AS begitu
penting sehingga bisa dikatakan sebagai lokomotif perekonomian dunia. Jepang, Uni Eropa, dan
mungkin Cina memainkan peran penting dalam ekonomi global. Tapi ekonomi AS masih bagus.
Pasar domestik AS menyumbang sekitar 30% dari total produksi dunia. IMF memperkirakan
ekonomi AS akan tumbuh hanya 2,5% tahun ini. Angka ini di bawah perkiraan Oktober sekitar
3,2%. Selain negara-negara tersebut, ekonomi pasar negara berkembang lainnya di Asia juga
dapat melemah. Misalnya, Hong Kong diperkirakan akan menjadi salah satu yang mengalami
kerugian paling parah, sementara ekonomi Singapura mungkin berkinerja relatif lebih baik
daripada tetangganya. Selain sistem perbankan, alasannya terletak pada kebijakan fiskal yang
ekspansif. Hal ini sangat kontras dengan situasi di Indonesia yang memiliki sektor perbankan
yang relatif lemah dan juga kekurangan dana untuk memberikan stimulus fiskal.
Kebijakan ekonomi Sukarno pada tahun 1958 adalah menasionalisasi perusahaan-
perusahaan Belanda menjadi perusahaan milik negara. Kebijakan ini banyak ditentang oleh
lawan politiknya, terutama pengusaha swasta asing, namun tetap dilakukan oleh pemerintah
Sukarno. Akibat kebijakan nasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut, berdampak tidak
proporsional bagi pemerintah di bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia terperosok ke dalam
gejolak akibat perjanjian KMB, yang mewajibkan Indonesia untuk membayar ganti rugi perang
kepada Belanda. Ditambah lagi komitmen tak kenal lelah dari para ekonom Indonesia untuk
mengembangkan arah perekonomian masa depan negara yang menjadi penyebab krisis saat itu.
Pergantian kabinet sendiri tampaknya telah menimbulkan kepanikan, dan kebijakan ekonomi
yang diambil seharusnya mampu menyelesaikan masalah ekonomi yang macet dan semakin
semrawut akibat krisis.

Kabinet Burhannuddin Harahap yang saat itu bertanggung jawab berusaha memperbaiki
dan mengatasi krisis ekonomi untuk menaikkan gaji pegawai negeri dan militer. Kebijakan
ekonomi era demokrasi terkelola tidak berjalan dan masalah ekonomi tidak terselesaikan. Sebab,
pemerintah Sukarno belum serius melaksanakan program tersebut. Dari tahun 1960 hingga 1963,
kemerosotan ekonomi Indonesia terus berlanjut, diperparah oleh berbagai petualang di rezim
Sukarno. Pada tahun 1963, penderitaan rakyat semakin berat dan beban penghidupan rakyat
Indonesia menjadi sangat berat. Harga beras pertama naik dari hanya Rp 45,00 menjadi Rp.
60,00 hingga Rp70,00. Kepanikan yang dirasakan rezim Sukarno atas kehancuran ekonomi
Indonesia ditutupi dengan persiapan petualangan baru. Dengan kata lain, mereka menolak
gagasan pembentukan Malaysia sebagai upaya negara kapitalis untuk mengepung Indonesia.
Program ini didukung penuh oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebab, bagaimanapun, PKI
sebagai partai komunis menentang pembentukan bangsa yang penuh anti-komunis. Yang lebih
aneh lagi adalah keterlibatan pasukan Nasution untuk mendukung penuh Sukarno dalam
konfrontasinya dengan Malaysia.
c. Sistem Ekonomi Pada Masa Demokrasi Terpimpin
Para pemimpin waktu itu tidak memikirkan rakyat, mereka mencobanya. Soekarno dan
lain-lain berhasil merumuskan Pancasila sebagai ideologi nasional yang sesuai dengan gaya
hidup dan cita-cita bangsa Indonesia. Cita-cita yang terkandung dalam pemberlakuan Pancasila
dan Pembukaan UUD 1945 adalah komitmen terhadap emansipasi seluruh warga negara
Indonesia. secara politik, ekonomi dan sosial budaya. Demi terwujudnya negara Indonesia yang
bebas dari segala bentuk penjajahan dan terwujudnya hak atas penghidupan yang baik sebagai
warga negara, kemerdekaan memiliki mata rantai yang langgeng hingga era demokrasi
parlementer. Soekarno tidak mendukung demokrasi liberal dan gagasannya tentang satu partai
telah hadir sejak awal.Tidak.Akhirnya, tindakan itu berupa penerbitan dekrit presiden tanggal 5
Juli 1959 yang mengembalikan UUD 1945. Mit der Herausgabe des Präsidialerlasses mulai das
System der geführten Demokratie (1959-1965) masih diintervensi dan masih dimonopoli oleh
negara asing. Keadaan dan kondisi yang dihadapi bangsa Indonesia mendorong Soekarno untuk
mengembangkan gagasan-gagasan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan membina
kesejahteraan rakyat yang terbebas dari imperialisme dan kolonialisme.

Pemikiran Soekarno di bidang ekonomi telah mengantarkan Indonesia menjadi negara


dengan ideologi ekonomi yang berlandaskan konsolidasi anti-kapitalis terhadap peran
kedaulatan nasional dan ekonomi. Pidato Bung Karno pada 28 Maret 1963 yang berjudul
Manifesto Ekonomi, banyak memuat gagasan-gagasan dasar tentang strategi ekonomi. Bung
Karno menggunakan analisis Marxis untuk mencoba menemukan jawaban atas masalah
ekonomi Indonesia. Sukarno mengatakan bahwa kedaulatan politik dan individualitas dalam
budaya tidak dapat dicapai tanpa kemandirian dalam bisnis. Kemerdekaan ekonomi tidak dapat
dicapai kecuali negara kita memiliki kedaulatan politik dan individualitas dalam budaya yang
telah menjadi lebih mandiri. Tempat yang prinsipnya melaksanakan pembangunan tanpa
bantuan negara atau bangsa lain.

Tentunya nilai-nilai kemerdekaan ini ditujukan untuk kebahagiaan dan kemakmuran


rakyat Indonesia. Begitu pula nilai kemandirian dalam pemikiran ekonomi mandiri, dan Bung
Karno berusaha mencari solusi masalah ekonomi. Dengan kata lain, dengan harapan rakyat
dapat mengambil alih urusan ekonomi, deklarasi itu mengatakan demikian. Perasaan dan
pikiran saya
sederhana dan sangat sederhana. Dapat dirumuskan sebagai berikut: Jika negara-negara yang
hidup di padang pasir yang kering dan tandus dapat menyelesaikan masalah ekonominya,
mengapa kita tidak? Soekarno memiliki konsep ekonomi ekonomi mandiri. Indonesia adalah
negara yang kaya akan sumber daya alam dan, menurut Soekarno, dapat membangun ekonomi
yang mandiri (berdiri di atas kaki sendiri).

Sejalan dengan perubahan paradigma dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan,


Kebijakan utama perencanaan pembangunan pada periode 1959-1965 adalah Manipol Uzdek,
dan badan yang bertanggung jawab untuk merumuskan rencana pembangunan adalah
Depermas/Bappenas. Setelah MPRS menetapkan Manipol Usdek sebagai GBHN pada tahun
1960, Depermas menyusun rencana dasar pembangunan nasional tahun 1961-1969 yang
dituangkan dalam berbagai kebijakan dan program pembangunan. Pedoman pengembangan
RPNSB Level 1 dibagi menjadi enam bagian: Agama, Kesejahteraan, Pemerintahan dan
Keamanan, Manufaktur, Distribusi dan Transportasi, serta Keuangan dan Kredit. Panduan
berikut berlaku untuk area produksi :

a. Pengutamaan bahan keperluan hidup rakyat yang pokok Cabang-cabang produksi


yang vital untuk perkembangan perekonomian nasional
b. Mengikutsertakan rakyat dalam pengerahan semua modal dan potensi

Sedangkan dalam bidang distribusi dan perhubungan kebijakan adalah :

a. Dalam keperluan hidup sehari-hari terdapat kebijakan tata distribusi barang agar
cepat sampai ke tangan rakyat, murah dan merata
b. Distribusi bahan-bahan diatur dengan baik demi kehidupan rakyat
c. kebutuhan bahan-bahan pokok rakyat di selenggarakan dengan

impor Kebijakan dalam bidang keuangan diantaranya :

a. Sumber pembiayaan atas pembangunan menjadi dasar kekuatan dalam negeri sendiri
b. Menjalin kerjasama ekonomi
c. sistem moneter dibentuk secara sehat

Kebijakan Sanering merupakan kebijakan pemerintah yang diumumkan pada 25 agustus


mengenai keputusan devaluasi dengan nilai :

a. Uang kertas yang awalnya Rp 500 menjadi Rp 50


b. Uang kertas semula Rp 1.000 menjadi Rp 100
c. Simpanan yang berada di bank mengalami pembekuan melebihi Rp 25.000

Tujuan dari kebijakan ini membendung diambilnya dari ketinggian inflasi, Dengan
beredarnya uang di masyarakat menjadi devaluasi yang diharapkan mampu berkurang, sejalan
dengan nilai rupiah yang meningkat. Namun pada pelaksanaannya terjadi pemotongan nilai uang
sangat berpengaruh terhadap nilai suatu barang menjadi murah. Dampak yang ditimbulkan
berakibat Kesusahan karena tidak memiliki uang yang di derita rakyat. Terlebih defisit kas
negara berakibat proyek politik menghabiskan anggaran pemerintah yang justru menyetop
defisit dengan mencetak uang yang baru tanpa kalkulasi yang relevan.

Struktur ekonomi masa depan harus dibentuk dengan perencanaan yang cermat
sistematis. Kita membutuhkan rencana nasional dan otoritas perencanaan nasional. Hal ini tidak
terlepas dari amanat konstitusi (Pasal 33 UUD 1945) yang menegaskan bahwa “perekonomian
dibangun sebagai pengabdian kepada masyarakat atas asas kekeluargaan”. Menurut Sukarno,
inilah sosial nasionalisme, sosial demokrasi. Sukarno menganggap perlu adanya perencanaan
nasional seperti Kementerian Pembangunan Nasional dan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional. Sukarno mendukung kemerdekaan. Sukarno punya arah Kekuatan rakyat atas potensi
negara itu sendiri sebagai dasar pembangunan negara. Program Bappenas belum sepenuhnya
meningkatkan perekonomian Indonesia. Impor dan ekspor Indonesia menurun dan berubah
menjadi defisit.

Untuk mengatasi masalah ini dan mencetak uang baru sehingga jumlah uang beredar
meningkat tanpa diimbangi dengan penambahan barang, inflasi meningkat antara tahun 1960
dan 1965, dan untuk mengatasi ini Sukarno mengumumkan adopsi 14 aturan Deklarasi Ekonomi
(dekon) pada 28 Maret 1963. Deklarasi Ekonomi bertujuan untuk mengatasi keadaan ekonomi
Indonesia, sehingga mendukung proses pembangunan di Indonesia, selain itu mencanangkan
Deklarasi Ekonomi (Dekon) diharapkan dapat mengatasi laju inflasi. Tujuan yang hendak
dicapai bukanlah sekedar mencetuskan suatu terobosan ekonomi, melainkan untuk mendorong
perkembangan masyarakat secara menyeluruh artinya untuk mencapai “Demokrasi Nasional”
yang kemudian akan menuju tahap sosialis Indonesia.

Dalam mengatasi krisis ini pemerintah menggunakan berbagai cara diantaranya adalah
menggagas adanya Deklarasi Ekonomi (Dekon) pada tahun 1963. Dekon ini mempunyai
program dengan bekerja membuat berbagai kebijakan diantaranya
adalah :

1. Diciptakan susunan ekonomi yang bersifat nasional dan demokratis, yang bersih
dari sisa-sisa Imperialisme dan Feodalisme.
2. Ekonomi sosialis Indonesia, ekonomi tanpa penghisapan manusia oleh manusia. Dimana
tiap orang dijamin mendapat pekerjaan, sandang pangan, perumahan serta kehidupan
kultural dan spiritual yang layak.

Kebijakan-kebijakan di atas bertujuan untuk memastikan bahwa semua warga negara


dijamin pekerjaan yang layak, sandang, perumahan, kehidupan budaya dan spiritual. Kebijakan
yang melanggar hukum ini juga berhasil mengatasi gejolak ekonomi yang membuat kita gila.
Pada tahun 1965, pemerintah Sukarno memberlakukan kebijakan dengan membentuk badan
yang bertugas mengakhiri krisis ekonomi yang parah. Kekuasaan yang terbentuk dinamai
Komando Tinggi Verdikari (Kotari), yang bertanggung jawab melakukan pembangunan
ekonomi atas dasar kemandirian (kemerdekaan). Langkah ekonomi lain diambil oleh pemerintah
Sukarno. Konon pada tanggal 24 April 1965, dikeluarkanlah Keputusan Presiden untuk
menyelesaikan semua perusahaan asing yang tidak berada di dalam negeri guna memenuhi
keinginan rakyat Indonesia untuk “berdiri di atas kaki sendiri”. Alam di bawah kendali
Pemerintah Republik Indonesia. Tidak puas hanya dengan membentuk berbagai badan untuk
menangani krisis ekonomi ini, Sukarno juga membentuk badan lain yang disebut Dewan Pangan
Nasional. Di badan-badan tertinggi ini, Sukarno selalu menjabat sebagai ketua dan dibentuk oleh
presiden atau staf eksekutif, tetapi pekerjaan badan-badan itu hanya di atas kertas.
Deklarasi Ekonomi membenarkan pentingnya untuk memperbaiki potensi rakyat dan
untuk mewujudkan cita-cita ekonomi sosialis Indonesia itu bisa tercapai setelah
Imperalisme dan Feodalisme dapat dihancurkan secara total baik didalam negeri maupun diluar
negeri Indonesia sendiri. Inti dari Dekon ini adalah berusaha mencegah terjadinya
penyelewengan dalam penyelenggaraan pembangunan kemandirian ekonomi, dimana
pembangunan kemandirian ditujukan untuk kepentingan rakyat dan bukan untuk kepentingan
golongan atapun pribadi. Namun produk dari dekon tersebut pada saat terakhir diubah oleh
kelompok komunis dengan memasukan anak kalimat penting yaitu fokus harus diberikan pada
anti imperialisme. Akibatnya dalam perkembangan ekonomi tidak terjadi perubahan apa-apa.

Deklarasi Ekonomi kemudian disusul dengan pengaruh Dana Moneter Internasioal.


Peraturan yang dikeluarkan saat itu menampilkan pendekatan ekonomi terhadap persoalan-
persoalan ekonomi yang sedang dihadapi Indonesia. Pada awal pelaksanaan Deklarasi ini terjadi
laju kenaikan biaya hidup 500%, dua bulan kemudian menjadi datar dan laju inflasi dapat sedikit
ditekan. Terorisme PKI meningkat baik di kota-kota besar maupun di pedesaan. Mereka
berpura- pura tidak tahu bahwa mereka bekerja sama dengan iblis desa dan iblis kota, dan
mengambil tindakan. Dengan dimulainya teror PKI, mereka nyaris menghancurkan pemimpin
negara ini, Sukarno. Memulai karirnya sebagai presiden, kudeta rahasia oleh Suharto kemudian
mengakhiri kesengsaraan Sukarno di kursi kepresidenan.

Dampak dari pelaksanaan perekonomian

Dampak perekonomian Indonesia telah ditandai dengan krisis moneter yang berlanjut hingga
menjadi krisis ekonomi yang saat itu belum menunjukkan tandatanda kearah pemulihan.
Walaupun ada pertumbuhan ekonomi sekitar 6% saat tahun 1997 dan 5,5% pada tahun 1998
dimana waktu inflasi sudah diperhitungkan namun lajunya inflasi masih cukup tinggi yaitu
100%. Pada tahun 1998 hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif, hal ini berbeda
dengan kondisi ekonomi pada tahun 1999. Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi Indonesia, secara umum yaitu : faktor produksi, faktor investasi, faktor perdagangan
luar dan neraca pembayaran, faktor kebijakan moneter dan inflasi, dan faktor keuangan Negara
Akhir dari perjalanan demokrasi Terpimpin

Dari tahun 1961 hingga 1965 defisit anggaran negara meningkat. Dari 29,7% pada tahun
1961 menjadi 63,4% pada tahun 1965. Pendapatan per kapita Indonesia turun secara signifikan
dari tahun 1962 hingga 1963. Situasi semakin memburuk ketika Indonesia keluar dari PBB.
Pada tahun 1965, rasio uang beredar telah meningkat menjadi 161%. Sementara itu, tingkat
inflasi mencapai 592%. Bantuan luar negeri dihentikan setelah Sukarno menolak bantuan $400
juta dari Dana Moneter Internasional (IMF). Investasi juga turun tajam.

Dalam perkembangan selanjutnya, kekuatan politik pada waktu itu terpusat di tangan
Presiden Soekarno dengan TNI AD dan PKI di sampingnya. Sehubungan dengan strateginya
yang terus-menerus mendekati Presiden Soekarno, PKI secara sistematis berusaha memperoleh
citra sebagai Pancasilais dan yang mendukung kebijakan Presiden Soekarno yang
menguntungkan. Berikut ini adalah konflik-konflik politik dan dampaknya menjelang akhir dari
perjalan demokrasi terpimpin.

E. SIMPULAN

Pada masa demokrasi pra Indonesia dipimpin beberapa kendala, seperti masalah
penentuan mata uang yang berlaku, blokade Belanda terhadap ekspor Indonesia, dan rendahnya
pendapatan masyarakat, sehingga angka kemiskinan sangat tinggi. , perekonomian Indonesia
masih menggunakan sistem ekonomi kolonial dan dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan
Belanda. Dalam hatinya, Sukarno belajar banyak dari ajaran Karl Marx tentang Marxisme, tetapi
Sukarno menggunakan pendekatan ilmiahnya hanya untuk mengelola sistem ekonomi politik.
Konsep ekonomi terpimpinnya kemudian dielaborasi dalam Manipor Usdek. Rencana
Pembangunan Universal dan Dekon. Sukarno kemudian menekankan bahwa arah ekonomi ini
hanya akan berhasil dengan dukungan publik. Untuk meningkatkan dukungan rakyat, Sukarno
mempromosikan Trisakti. Ini termasuk kemerdekaan dalam bisnis, kedaulatan dalam politik, dan
individualitas dalam budaya, dan pada tanggal 17 Agustus 1959, Sukarno memberikan pidato
tentang menemukan kembali revolusi. Republik Indonesia (Manipol).

Dalam pidatonya, Sukarno secara longgar mengumumkan pelaksanaannya


sistem demokrasi terpimpin. Pada dasarnya, partai politik terdiri dari lima besar: UUD
1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Induk, Ekonomi Induk, dan Kepribadian Indonesia yang
disebut USDEK. Sejak saat itu, setiap gerak negara Indonesia dan setiap langkah setiap
komponen harus didasarkan pada Manipol-USDEK. Oleh karena itu, sistem ekonomi yang
terkelola menuntut seluruh elemen ekonomi Indonesia untuk menjadi instrumen revolusi. Dalam
perekonomian yang diatur, kegiatan ekonomi berpedoman pada konsep kegotongroyongan dan
kekeluargaan yang dirumuskan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang diikuti dengan perekonomian
yang maju. demokrasi terpimpin. Semua kegiatan ekonomi terkonsentrasi di pusat pemerintahan
dan provinsi adalah perpanjangan dari pusat
DAFTAR PUSTAKA

Kartodirjo; Sartono, dan Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah


Nasional Indonesia. VI. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1975

Alfian, Magdalia, dkk. 2006.Sejarah untuk SMA dan MA kelas XI Program Ilmu Pengetahuan
Alam. Jakarta: Esis.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia

http://id.wikipedia.org/wiki/UndangUndang_Dasar_1945

https://blogkuapadanya.blogspot.com/2013/06/makalah-masa-sistem-demokrasi-terpimpin.html

https://lananda365.blogspot.com/2014/05/makalah-ekonomi-pada-masa demokrasi.html

https://materi4belajar.blogspot.com/2017/11/perkembangan-ekonomi-indonesia-masa.html

https://www.academia.edu/29973753/PEKERMBANGAN_EKONOMI_MASA_DEMOKRASI
_TERPIMPIN

Anda mungkin juga menyukai