Anda di halaman 1dari 19

INTERPRETASI SURAH AL-ZALZALAH

PERSPEKTIF MUFASSIR KONTEMPORER

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tahlili

Dosen pengampu: Hamdan Yuapini, M.A.

Penyusun:
Rizky Aditya

MATA KULIAH ILMU TAFSIR AL-QURAN

ISLAMIC ENTREPRENEUR BOARDING COLLAGE

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim, puji syukur kami panjatkan atas


karunia yang telah Allah swt berikan kepada kami atas penyelesaian
makalah tentang “Interpretasi Surah Al-zalzalah perspekti Mufassir
Kontemporer”. Penulisan makalah yang telah kami lakukan ini sebagai
anajang kontribusi kami bagi pengembangan pengetahuan akademis
mengenai Ilmu Tafsir Al-Quran.
Kami menyadari bahwa karya ini tidak luput dari kekurangan
dan kesalahan, sebagaimana pepatah mengatakan “tak ada gading yang
tak retak”, demikianlah kemampuan terbatas kami. Oleh karena itu,
kami sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari pembaca atas
hasil karya yang telah kami susun, agar kedepannya penelitian yang
kami kerjakan menjadi lebih baik dan sesuai dengan Standarisasi karya
ilmiah selaku Ilmuwan.
Akhir kata, Kami selaku penyusun, sangat pantas memberikan
ucapan terimakasih kepada semua pihak, terutama kepada Bapak
Hamdan Yuapini M.A selaku dosen pengajar mata kuliah “Ilmu Tafsir
Tahlili” yang telah memberikan bimbingan demi keterbaikan
penyusunan sebuah makalah ilmiah ini. Harapan penyusun, semoga
karya ini medapatkan ridho dan keberkahan dari sisi Tuhan, sehingga
menjadi karya yang bermanfaat dan memabawa maslahat.

Sragen, 30 Januari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................ 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5

1.3 Tujuan dari hasil penelitian ......................................................... 5

1.4 Metode penelitian ........................................................................ 5

BAB II ................................................................................................... 6

PEMBAHASAN ................................................................................... 6

2.1 Deskripsi surat al-Zalzalah .......................................................... 6

2.2 Asbab an-Nuzul Surat al-Zalzalah ............................................... 8

2.3 Interpretasi al-Zalzalah Perspektif Mufassir Kontemporer ......... 9

2.3 Pengaplikasian subtansi surat al-Zalzalah ................................. 11

BAB III ............................................................................................... 17

PENUTUP ........................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan ................................................................................ 17

3.2 Saran .......................................................................................... 18

DAFTAR ISI ....................................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah menjadi keharusan bagi setiap orang yang beragama
untuk berpegang teguh kepada kitab sucinya, sebab di dalam kitab
suci terkandung pedoman hidup bagi si penganut agama tersebut.
Terlebih bagi seorang muslim yang mengimani Allah dan Nabi
Muhammad saw, yang dimana telah dijadikannya al-Quran sebagai
rukun islam ke-3. Sangatlah disayangkan jika seorang muslim
tidak mau berusaha untuk berinteraksi dengan al-Quran dengan
membaca dan memahami isi kandungan yang ada di dalamnya.
Penulis berkeyakinan, seandainya setiap muslim memahami isi
kandungan al-Quran maka akan sangat besar potensi terciptanya
peradaban yang tentram dan untuk pribadinya sendiri akan
mendapatkan rahasia yang tersimpan dari hasil pengamalannya
terhadap ajaran Tuhan.
Maka, untuk merealisasikan keyakinan tersebut marilah kita
memahami isi kandungan dari salah satu surat al-Quran, yaitu surat
al-zalzalah. Mayoritas Ulama’ mengatakan bahwa surat ini
berjumlah 8 ayat, adapun yang mengatakan 9 ayat ialah ahlul
qurra’ kuffah. Berdasarkan hadits Nabi saw tentang keutamaan
surat al-zalzalah ialah seperti seperempat al-Quran, dengan alasan
karena kandungan maknanya cukup untuk mencakup 30 Juz al-
Quran.
Dalam makalah ini penulis menguraikan deskripsi surat al-
zalzalah dan sebab turunnya, selanjutnya membahas mengenai
tafsir yang penulis rangkum dari hasil pikir Mufassir Kontemporer,
hingga pembahasan akhir ialah membahas tentang pengaplikasian
kandungan surat al-Zalzalah di dalam kehidupan bersosial.
1.2 Rumusan Masalah

1) Deskripsi surat al-zalzalah


2) Apa Asbab an-Nuzul dari surat al-zalzalah
3) Interpretasi surat al-zalzalah
4) Pengaplikasian subtansi surat al-zalzalah

1.3 Tujuan dari hasil penelitian


1) Mengetahui sejarah dalam penamaan surat al-ma’un dan sejarah
turunnya
2) Mengetahui sebab dari diturunkannya surat al-zalzalah
3) Memahami makna dari setiap penggalan kata dalam surat al-zalzalah
4) Memberikan langkah-langkah dalam pengaplikasian surat al-zalzalah
dalam kehidupan
1.4 Metode penelitian
1) Penyusun menggunakan metode studi pustaka
2) Penyusun menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis
3) Penyusun menggunakan metode informal (naratif) dalam penyajian
hasil analisis
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi surat al-Zalzalah

Surah al-zalzalah berbicara tentang salah satu prinsip pokok


akidah. Mayoritas Ulama’ berpendapat bahwa surah ini turun sebelum
Nabi saw berhijrah ke Madinah, dan termasuk surat Makiyah. Ada
sebagian Ulama’ yang berpendapat bahwa surat ini turun setelah hijrah,
khususnya ayat 7-8, tetapi banyak Ulama’ yang tidak mendukung
pendapat ini. Mayoritas bersepakat bahwa jumlah ayat pada surat ini
ada 8 ayat, namun para pakar bacaan Kuffah beranggapan bahwa
jumlah ayatnya 9 karena mereka menjadikan ayat ke-6 sebagai dua
ayat.1
Diantara Ulama’ yang berpendapat surat ini terkategori
Makkiyah ialah Ibnu Katsir dan Sayyid Qutub, sedangkan Syaikh
Wahbah az-Zhuaili termasuk Ulama’ yang berpendapat surat ini
terkategori Madaniyah, di ikuti dengan pendapatnya Imam Shobuni di
dalam kitabnya Shawfwatut tafassir yang mengatakan bahwasanya
“surat al-zalzalah merupakan surat Madaniyah, namun gaya
bahasanya seperti surat Makiyah”, karena surat ini membicarakan
prahara dan petaka di hari kiamat.2
Pada masa sahabat Nabi saw surat ini dikenal dengan surat idza
zulzilat. Beberapa mushaf menamakannya dengan surat az-Zilzal atau
Zulzilat. Ada juga yang menamainya dengan surat az-Zalzalah, semua
nama yang disebutkan terarmbil dari ayat pertamanya.3

1
Quraish shihab, “Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
Qur'an”, (Jakarta, Ciputat: Lentera Hati, 2005). Hal. 451.
2
Muhammad ‘ali as-shabuni, “Shafwatut tafassir”, ter. Muhammad yasin,
(Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2018). Hal. 345.
3
Quraish shihab, “Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
Qur'an”, (Jakarta, Ciputat: Lentera Hati, 2005). Hal. 451.
Surat ini bertema tentang hari kiamat dan huru haranya, mulai
dari awal terjadinya kiamat, dikabarkan oleh bumi tentang perbuatan
setiap orang yang berbuat diatasnya baik tersembunyi maupun yang
tidak tersembunyi, memutahkan oleh Bumi yang terdapat didalam
perutnya, hingga sampai kepada penjelasan mengenai balasan untuk
setiap perbuatan yang di lakukan oleh manusia entah itu baik ataupun
buruk, perbuatan kecil ataupun besar semuanya mendapatkan balasan.
Ulama’ mengatakan bahwa surat ini memiliki keutamaan yang
sangat banyak, berdasarkan hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh
Imam at-Tirmidzi dari Anas bin Malik, mengatakan; Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa yang membaca idza zulzilat maka ia membaca
separuh al-Quran. Barang siapa membaca Qul Ya ayyuh al-Kaafirun,
maka menyamai bacaan sepertempat al-Quran, sedangkan
barangsiapa yang membaca Qul huwallahu Ahad maka menyamai
sepertiga al-Quran”. Imam at-Tirmidzi mengatakan; “Hadits gharib”.4
Terdapat riwayat yang mensiratkan bahwa surat ini menyamai
sepertempat al-Quran atau setengahnya, berdasarkan hadits yang telah
penyusun uraikan pada paragraf sebelumnya. Hadits ini diriwayatkan
oleh imam at-Tirmidzi, berikut singkatnya; datanglah seorang yang
menghadap kepada Rasulullah saw, yang meminta Rasulullah saw
membacakan surat yang dapat meluluhkan hatinya kepada Allah swt,
maka Rasul menyuruh orang tua tersebut dengan membaca surat yang
berawalan arraa a’, kemudian orang itu berkata “usiaku sudah lanjut
dan hatiku semakin mengeras dan lidah ku sudah kaku” maka Rasul
menyuruhnya untuk membaca surat-surat yang diawali haamiim,
kemudian ia mengungkapkan alasan yang sama, maka Rasulullah pun
menyuruhnya untuk membaca surat yang memiliki kalimat tasbih,

4
Imam as-Suyuhti, “Asbabun an-nuzul; sebab-sebab turunnya ayat al-
Quran”, ter Andi Muhammad Syahril,Dkk,(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014), Hal.
608.
orang tua itu pun mengatakan alasan yang sama, maka Rasulullah pun
membacakan surat yang mencakup kesuluruhan surat yang di sebutkan
sebelumnya, rasul membaca ayat pertama surat al-Zalzalah “apabila
bumi digoncangkan dengan goncangannya”, sehingga orang tersebut
mengatakan “demi Rabb yang mengutusmu dengan kebenaran sebagai
seorang Nabi, aku tidak akan memberi tambahan padanya untuk
selamanya”, maka berbaliklah orang tersebut dari hadapan Rasulullah
saw, dan Rasulullah saw bersabda “beruntunglah orang itu,
beruntunglah orang itu.”5

2.2 Asbab an-Nuzul Surat al-Zalzalah

Sebab turunnya surat al-Zalzalah menurut Imam as-Syutuhi


dala kitabnya ialah; Ibnu abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair,
mengatakan; tatkala turun ayat, “dan mereka memberikan makanan
yang disukainya.”6 Maka orang-orang Muslim berpendapat bahwa
mereka tidak akan mendapatkan pahala karena amala yang sedikit itu.
Begitu juga yang lain berpendapat bahwa mereka tidak akan dicela
karea dosa yang ringan sepert; berdusta, memandang kemaksiatan,
menggunjing, dan sebagainya. Mereka membela diri mereka dengan
mengatakan; sesungguhnnya Allah menjanjikan neraka hanya untuk
dosa-dosa besar. Maka Allah swt menurunkan ayat7, “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya ia akan
melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan
seberat zarah pun, niscaya ia akan melihat (balasan) nya pula”.8

5
Ibnu Katsir, “Tafsir ibnu katsir, Jilid 8”, ter Abdullah bin Muhammad bin
Abdurahman bin Ishaq al-Sheikh (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), Hal. 519.
6
Al-Quran, Q.s al-Insan ayat 8.
7
Imam as-Suyuhti, “Asbabun an-nuzul; sebab-sebab turunnya ayat al-
Quran”, ter Andi Muhammad Syahril,Dkk,(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014), Hal.
608.
8
Al-Quran, Q.s al-Zalzalah ayat 7-8.
2.3 Interpretasi Al-Ma’un Perspektif Mufassir Kontemporer
Ayat 1-3:
َ ُ ْ ْ َ َ َ َ َْ ُ َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ َْ َ ُْ َ
ۚ‫ َوقال ال ِان َسان َما ل َها‬٢ ۙ‫ َواخ َرج ِت الا ْرض اثقال َها‬١ ۙ‫ِاذا زل ِزل ِت الا ْرض ِزل َزال َها‬

“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, bumi


mengeluarkan isi perutnya, dan manusia bertanya, “Apa yang terjadi
dengannya (bumi)?.”9
Ayat ini berbicara tentang awal terjadinya hari kiamat dan
keadaan manusia ketika terjadi kejadian tersebut. Dalam firmannya:
Apabila -ini merupakan sebuah kepastian- bumi digoncangkan dengan
goncangan “yang dahsyat” yang terjadinya hanya sekali, ayat ini
senada dengan ayat idza rujjatil ardhu rajja “apabila bumi
diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya”10, ini merupakan gertakan yang
diberika oleh allah terhadap manusia yang telah lalai dengan hari
pembalasan, sebagaimana firman Allah “Bertakwalah kepada
Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu
kejadian yang sangat besar (dahsyat). 11
Ulama’ tafsir berkata;
“guncangan bumi -yang terjadi menjelang hari kiamat- untuk
menciptakan perasaan takut, seolah Allah berfirman; “Guncangan
yang sesuai dengan besarnya badan bumi, yaitu ketika hari kiamat
tiba”12. Ibnu ‘abbas mengatakan mengenai guncangan tersebut, bahwa
guncangan itu terjadi dari bawah bumi.
dan bumi diseluruh penjurunya –tanpa terkecuali- telah
mengeluarkan beban-beban berat yang di dalam perut-nya, baik

9
Al-Quran, Q.s al-Zalzalah ayat 1-3, ter Kemenag 2019.
10
Al-Quran, Q.s al-Waqi’ah ayat 6, ter Kemenag 2019.
11
Al-Quran, Q.s al-Hajj ayat 1, ter Kemenag 2019.
12
Muhammad ‘ali as-shabuni, “Shafwatut tafassir”, ter. Muhammad yasin,
(Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2018). Hal. 346.
manusia yang telah mati maupun barang tambang yang terpendam di
dalamnya atau apapun selainnya, Sayyid Qutb dalam tafsir fi zhilali
Quran menjelaskan bahwa hati itu adalah hari kiamat. dan ketika itu
manusia yang mengalaminya bertanya -dalam hatinya- dengan keadaan
bingung: “apa yang terjadi dengannya sehingga dia bumi bergoncang
demikian dahsyat dan mengeluarkan isi perutnya?”, mereka bertanya
sebab sebelumnya bumi dalam keadaan tenang dan tentram hingga tiba-
tiba dengan cepat terjadi gempa yang amat dahsyat sampai
menumpahkan segala sesuatu yang ada diperut bumi.
Terdapat riwayat yang merespresentasikan keadaan manusia di
hari itu, yaitu dari Imam muslim yang meriwayatkan dari Abu Hurairah,
dia berkata: Rasulullah saw bersabda: “Bumi akan memuntahkan
bagian-bagian yang terdapat di dalam perutnya yang besar, seperti
tiang-tiang yang terbuat dari emas dan perka. Lalu seorang pembunuh
akan datang seraya mengatakan dalam hal ini, ‘Aku telah membunuh’,
kemudian seorang pemutus silaturahmi datang dan berkata dalam
kesempatan ini,’aku telah memutus hubungan kekerabatanku,
‘selanjutnya seorang pencuti datang dan berkata mengenai hal ini,’Aku
telah memotong tanganku’. Kemudia dia meninggalkannya dan tidak
mengambil sesuatu darinya.”13 Hadits ini dirasa cukup untuk
memberikan gambaran dahsyat saat terjadinya hari Kiamat.
Mari telaah dari penempatan huruf, ayat pertama diawali dengan
huruf idza yang menandakan bahwa sesuatu itu pasti akan terjadi. Maka
dapat kita pahami bahwa kejadian yang dibicarakan surat ini “Pasti
akan terjadi”.
Lihat pada ayat 2, terdapat pengulangan kata al-ardhl / bumi yang
mengisyaratkan goncangan dan keluarnya isi perut bumi terjadi
diseluruh wilayah bumi, ini merupakan salah satu pembeda antara

13
Ibnu Katsir, “Tafsir ibnu katsir, Jilid 8”, ter Abdullah bin Muhammad bin
Abdurahman bin Ishaq al-Sheikh (Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), Hal. 521.
goncangan atau gempa yang terjadi biasanya, karena kita tau bahwa
gempa yang biasanya terjadi hanya di beberapa wilayah bumi tidak
14
serentak bersamaan.
Jika kita mengingat kembali letusan Krakatau pada 26 Agustus
1883 yang diklaim sebagai letusan yang amat dahsyat sepanjang sejarah
dengan level 6 sekala Volcanic Explosivity Index (VEI), letusannya
pun terdengar hingga Australia tengah (berjarak 3.300 Km), dan di
Pulau Rodriguez Samudera Hindia (berjarak 4.500 Km). Menurut
sejarah dikatakan bahwa letusan Krakatau menyebabkan 90 kali
tsunami, dan salah satu tsunami tersebut setinggi 120 kaki. Hingga
gelombang dahsyat ini menelan korban sekitar 35.500 orang.
Menariknya lagi pada 22 desember 2018 erupsi anak krakatau telah
mengakibatkan tsunami di selat Sunda yang menghantam antara Banten
dan Lampung.15
Maka tentunya kejadian di hari kiamat akan lebih dahsyat dari
kejadian yang pernah terjadi sepanjang kehidupan di Bumi.

Ayat 4-6:

ً َ ْ َ ُ َّ ُ ُ ْ َّ َ ْ َ َ ٰ َ َ ََّ َ ْ َ ُ َُ
‫اس اشتاتا ەۙ ِل ُي َر ْوا‬ ‫ يومى ٍِٕذ يصدر الن‬٥ ۗ‫ ِبان َرَّبك ا ْوحى ل َها‬٤ ۙ‫َي ْو َمى ٍِٕذ تح ِدث اخ َب َارها‬

َ َ َْ
٦ ۗ‫اعمال ُه ْم‬

“Pada hari itu (bumi) menyampaikan berita (tentang apa yang


diperbuat manusia di atasnya), karena sesungguhnya Tuhanmu telah
memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya, Pada hari itu manusia
keluar (dari kuburnya) dalam keadaan terpencar untuk diperlihatkan

14
Quraish shihab, “Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
Qur'an”, (Jakarta, Ciputat: Lentera Hati, 2005). Hal. 452.
15
https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/26/083200865/mengenang-
letusan-krakatau-26-agustus-1883-terkuat-sepanjang-sejarah?page=all
kepada mereka (balasan) semua perbuatan mereka.”16
Selanjutnya pada hari itu bumi menyampaikan berita (tentang
apa yang diperbuat manusia di atasnya) ayat ini sebagai jawaban atas
pertanyaan yang tadinya terlintas di hati manusia. 17
Abuu ja’far
Muhammad bin jarir berpendapat di dalam kitabnya tafsir at-thabari:
“maksudnya adalah, pada hari itu bumi menceritakan berita-
beritanya. Pendapat ini kami kemukakan dari Abdullah bin mas’ud
bahwa bumi berbicara: Allah memerintahkan ini kepdaku,
mewahyukan ini kepadaku, serta mengizinkanku melakukannya”
sedangkan menurutnya makna yang shahih adalah, bumi
memberitahukan beritanya dengan mengeluarkan beban berat yang di
ada di perutnya ke Permukaan. 18
Terdapa riwayat Hadits yang menggambarkan kejadian di hari
tersebut, yakni dari Imam ahmad yang meriwayatkan, dari Ibrahim, dari
Ibnul mubarak, dari at-tirmidzi, dari abu Abdirahman an-Nasa’i, lafaz
ini ia dapat dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw membaca
ayat ini: yawmaidzin tuhaddisu akhabaraha “pada hari itu bumi
menceritakan beritanya, beliau bertanya, apakah kalian mengetahui
berita yang disampaikannya? Mereka menjawab, Allah dan rasulnya
yang lebih mengetahui, beliau bersabda, sesungguhnya beritanya
adalah dia bersaksi bagi setiap hamba, laki-laki maupun perempuan
atas apa yang telah mereka lakukan di atasnya. Dia (bumi) akan
mengatakan, dia mengerjakan ini dan itu, pada hari ini dan itu,
demikian itulah beritanya, kemudian at-Tirmidzi mengatakan; ini
merupakan hadtis shahih gharib.”19

16
Al-Quran, Q.s al-Zalzalah ayat 4-6, ter Kemenag 2019.
17
Quraish shihab, “Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
Qur'an”, (Jakarta, Ciputat: Lentera Hati, 2005). Hal. 453.
18
Ahmad Muhammad Syakir, “Tafsir at-Thabari Jilid 26, Juz ‘Amma”,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2007). Hal. 846.
19
Ibnu Katsir, “Tafsir ibnu katsir, Jilid 8”, ter (al-Sheikh, 2004) (Andi
Ini terjadi karena sesungguhnya Tuhan-mu (Muhammad) atau
wahai setiap orang yang telah mewahyukan yaitu memerintahkan
kepadanya untuk melakukan hal-hal tersebut. Pada hari itu manusia
keluar (dari kuburnya) menuju Tuhan untuk diperhitngkan di Padang
Mahsyar dalam keadaan terpencar dari keluarga dan kerabatnya untuk
diperlihatkan kepada mereka orang-orang yang berpencar atau umat
manusia atas segala semua perbuatan mereka yang mereka lakukan di
atas persada Bumi. Dalam hadits dikatakan: “setiap hamba laki-laki
dan perempuan menyaksikan (pada hari tu) semua amal perbuatan
yang telah dilakukannya di muka bumi”.20 al-Qasyani menegaskan;
“Artinya Tuhanlah yang memerintahkan bumi itu bergoncang dan
rusak dan hancur dan runtuh dan mengeluarkan segala isinya yang
terpendam.”21
Mari cermati penggalan katanya, kata awha’ terambil dari
kata waha’ wahyu yang artinya memberi isyarat yang cepat. Dari sini
dapat juga diartikan dengan memerintahkan. Menurut Quraish shihab;
sementara Ulama’ berpendapat bahwa kata wahyu mengisyaratkan
perbedaan keadaannya antara penciptaan bumi pertama kali dan
kehancurannya kali pada hari itu.
Setelah itu, kata laha yang digunakan sesudah kata awha’ ada
pendapat yang mengatakan kata awha’ ialah perintah kepada malaikat
sehingga dikatakan oleh Quraish shihab; kata itu seperti mengatakan
dia (Allah) mewahyukan kepada malaikan yang menyangkut bumi agar
bergoncang.
Kata yashdur artinya keluar dari satu tempat untuk
berkumpul, baik kembali ke tempat semula maupun ketempat yang

Muhammad Syahril, 2014)(Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2004), Hal. 521.


20
Imam jalaluddin al-mahalli, “Tafsir jalalain jilid 2; berikut asbabun nuzul
ayat”, ter Algesindo (Bandung: Sinar Baru Algesindo), Hal. 1367.
21
Hamka, “Tafsir al-azhar, Jilid 9 ”, (Yogyakarta: Gema Insani Press,
2019), Hal. 1325.
lain. Imam shobuni mengatakan: “pada saat itu para makhluk kembali
dari padang mahsyar dan mereka bubar menjadi beberapa kelompok,
ada yang termasuk golongan kanan menuju surga dan ada yang
termasuk gokongan kiri menuju neraka.”22
Ayat 7-8:
َ َ َ َْ ْ ْ َ َ َ َْ ْ ْ َ
٨ ࣖ ‫ َو َم ْنَّيع َمل ِمثقال ذَّرةٍ ش ًّرا َّي َره‬٧ ۚ‫ف َم ْنَّيع َمل ِمثقال ذَّرةٍ خ ْي ًرا َّي َره‬

“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat


(balasan)-nya.Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia
akan melihat (balasan)-nya.”23
Di tempat tersebutlah para makhluk diperlakukan secara
sangat adil, maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat
zarah yakni butir debu, atau atom, atau neutron dan proton, atau Quark
dan antiquark24, atau Higgs boson/God particle.25 Apapun itu, intinya
semua perbuatan manusia akan di perlihatkan dan diperhitungkan
dihadapan Tuhan.
Sementara Ulama’ meriwayatkan bahwa kedua ayat tersebut
berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di Madinah, tentang 2 orang
yang melakukan perbuatan, sebagai mana yang telah kami paparkan
pada pembahasan asbabu an-Nuzul.
Nabi saw bersabda: “hindarilah dosa-dosa kecil, karena

22
Muhammad ‘ali as-shabuni, “Shafwatut tafassir”, ter. Muhammad yasin,
(Jakarta: Pustaka Al-kautsar, 2018). Hal. 345.
23
Al-Quran, Q.s al-Zalzalah ayat 7-8, ter Kemenag 2019.
24
Quark dan antiquark, merupakan pertikel terkecil di dunia yang merupakan
partikel penyusun proton dan neutron. Quark, antiquark di gagas pada tahun 1964.
(Sumber:https://www.idntimes.com/science/discovery/dahlianggara/partikelterkecil-
alam-semesta-c1c2?page=all)
25
Partikel ini ditemukan oleh Peter Higgs. Partikel ini yang memberikan
massa pada partikel proton dan neutron. (Sumber:
https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-anggara/partikel-terkecil-alam-
semesta-c1c2?page=all).
sesungguhnya ada yang akan menuntut (pelakunya dari sisi Allah (di
hari kemudian).” HR.Ahhmad dan al-Baihaqi dari jalur Abduullah Ibn
mas’ud).
Mari menguraikan kata perkata, kata perta yarahu terambil
dari kata ra’a yang jika dimaknai melihat dengan mata kepala namun
kata ini dapat dimaknai juga degan arti mengetahui. Dapat dikatakan
bahwa amal seorang hamba dapat terlihat dengan mata kepala,
sebagaimana kita dapat melihat kejadian di hari yang lalu dari hasil
rekaman. Maka kesaksian ini dapat dibenarkan.
Kata ke-dua ‘amala yang maksudnya niat seseorang, amal
dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggunakan daya dalam bentuk
apapun. Banyak kita saksikan orang yang saling membunuh hanya
karena cuitan singkat di media sosialnya.26

2.3 Pengaplikasian subtansi surat al-Zalzalah


Setiap ayat yang telah kami uraikan mengandung makna yang
sangat mendalam tentang arti kehidupan. Patutnya kita merasa bahwa
setiap tindak kegiatan kita di dunia pastilah akan dihitung-hitung. Allah
swt terbebas dari sifat kelengahan atas semua daya makhluknya.
Penulis merangkum beberapa poin mengenai pengamalan surat ini
yaitu sebagai berikut:
1) Senantiasa bertaubat dan memperbaiki diri.
Sebagaimana perkataanya Umar bin Khattab “Hisablah dirimu
sekalian, sebelum engkau dihisab oleh Tuhan.” Kalimat ini jika di
direnungi maknanya, maka akan dapat menggetarkan hati. Lihatlah
di ayat ke-3 al-Zalzalah dimana setiap manusia mempertanyakan
keadaan di hari itu, sampai terdapat riwayat mengenai
penggambaran keadaan manusia di hari itu -yang penulis sisipkan

26
Quraish shihab, “Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian al-
Qur'an”, (Jakarta, Ciputat: Lentera Hati, 2005). Hal. 454.
sebelumnya-. Dengan bertaubat semoga Allah mengampuni dosa
kita dan menutup aib-aib kita dan menggantinya dengan pujian.
Memperbaiki diri artinya melakukkan segala daya yang diridhoi
oleh tuhan dan rasulnya.
2) Perbanyak Amal kebaikan meskipun dengan bersedekah senyum.
Jika kita melihat ayat 7, segala amal baik akan diperhitungkan, maka
patutnya kita memperbanyak amal baik walaupun dengan
bersedekah senyum terhadap saudara kita.
Kami pikir 2 poin ini sudah mencakup subtansi dari 8 ayat dalam surat
al-Zalzalah. Jika penulis uraikan maka akan sangat penjang sekali,
belum lagi banyak ayat al-Quran yang menjelaskan tentang hal yang
demikian. Cukuplah 2 poin ini sebagai upaya dalam menerapkan apa
yang terkandung di dalam surat tersebut.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mukjizat luar biasa yang diberikan oleh Allah swt kepada
hamba pilhannya Rasulullah saw. Patutlah kita sebagai muslim yang
menggeluti dunia akademisi menelaah maksud dari subtansi setiap
ayat yang ada di dalam Al-Quran, meskipun setiap orang memiliki
bidang akademisi yang berbeda-beda, tidak semuanya dapat dengan
mudah berbicara di satu bidang apabila ia tidak menguasainya bahkan
tidak memiliki keterampilan di dalamnya. Sebuah keharusan mereguk
ilmu keislaman bagi setiap akademisi atau pun non akademisi muslim,
sebagai usaha menjadi hamba yang mengavaluasi dirinya setiap hari.
Kami telah menguraikan mengenai tafsir dari surat al-
Zalzalah, dengan mengacu pada pemikiran mufassir kontemporer.
Setiap ayat kami sisipkan beberapa pendapat dari Ulama’ lain agar
saling menguatkan antara pendapat satu dengan yang lainnya.
Surat al-Zalzalah telah banyak mengingatkan kita untuk
mengingat kualitas keadaan diri kita, sebagaimana yang telah di
jelaskan oleh para Ulama’, jika ingin selamat di dunia dan akhirat
maka merujuklah kepada al-Quran. Di dalam surat al-Zalzalah allah
swt memberikan kita keadaan yang pasti akan terjadi sebelum hari
kiamat, kejadian dimana bumi membuka aib setiap manusia, kejadian
terlontarkannya keluar segala perbendaharaan bumi, dan kejadian
diperhitungkannya amal baik dan buruk setiap makhluk, baik kafir
maupun mukmin.
Dari penjelasan yang telah penyusun uraikan dari beberapa
bab pembahasan, penulis mendapatkan dua poin besar sebagai upaya
penerapan subtansi ayat tersebut di dalam kehidupan kita sebagai
muslim. Semoga apa pembaca mendapatkan manfaat dari hasil karya
kami. Wallahu a’lam
3.2 Saran
Sebagai muslim yang menggeluti bidang akademisi, sangat
perlu belajar dengan ketelitian agar berhati-hati, karena agama
bukanlah hasil dari perspektif spontanitas melainkan hasil
pertimbangan dari pendapat para pendapat Ulama’ yang ‘alim dan
sholeh. Tidak cukup mempelajari al-Quran dan hadits secara tekstual,
untuk memahami al-Quran dan hadits haruslah kontekstual dan
kondisional, untuk mendaptkan kedua hal tersebut maka dibutuhkan
ilmu yang mumpuni dan juga bimbingan dari para guru yang telah
mantap di bidang tersebut, maka teruslah untuk menambah refrensi
baca dan mengupgrade ilmu yang telah dipelajari.
Sebagai akademisi, kita harus terbuka dengan berbagai
kemungkinan, terutama kritik dari para akademisi lain, agar setiap
kegiatan penelitian termonitor dengan baik oleh si peneliti sehingga
menciptakan karya yang kongkrit dan faktual.
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, B. A. (n.d.). Tafsir jalalain . Bandung: Sinar Baru


Algesindo.
Ahmad Aburraziq al-bakri, D. (2007). Tafsir Ath-thabari Juz 'Amma.
Jakarta: Pustaka Azzam.
al-Sheikh, A. b. (2004). Imam Ibnu Katsir: tafsir Ibnu katsir. Bogor:
Pustaka Imam as-Syafi'i.
Andi Muhammad Syahril, d. (2014). Imam as-Syutuhi Asbabun
Annuzul; sebab-sebab turunnya ayat al-Quran. Jakarta:
Pustaka al-Kautsar.
Anggara, D. (20, Oktober). 6 Partikel Terkecil yang Ada di Alam
Semesta. From IDN TiMES.com:
https://www.idntimes.com/science/discovery/dahli-
anggara/partikel-terkecil-alam-semesta-c1c2?page=all).
Hamka. (2019). Tafsir al-Azhar, Jilid 9. Yogyakarta: Gema Insani
Press.
shihab, M. Q. (2005). Tafsir al-misbah, pesan, kesan, dan keserasian
al-Qur'an. Ciputat, Jakarta: Lentera Hati.
Suratno. (2021, Agustus). Mengenang letusan Krakatau 26 Agustus
1883, Terkuat sepanjang sejarah. From Kompas.com:
https://www.kompas.com/tren/read/2021/08/26/083200865/
mengenang-letusan-krakatau-26-agustus-1883-terkuat-
sepanjang-sejarah?page=all
Yasin, M. (2018). Muhammad 'ali as-shabuni; Shafwatut tafassir.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai