Anda di halaman 1dari 9

Syifa Al-Qulub 1, 2 (Januari 2017): 113-121

Website: journal.uinsgd.ac.id/index.php/syifa-al-qulub
ISSN-2540-8453 (online) dan ISSN-2540-8445 (cetak) 

KONSEP MAHABBAH IMAM AL-TUSTARI (200-283 H)

Yayan Mulyana
(UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Kontak: Babakan Limbangan RT/RW 01/02 Desa/Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi, HP. 081573242633
_______________________________________

ABSTRACT

Cinta (mahabbah) merupakan tujuan paling agung seorang ‘abid, dan, maksud yang paling mulia seorang yang ta’at
kepada Allah. Banyak orang yang mengaku sebagai pecinta tetapi sungguh mereka bukan pecinta sejati. Allah
menjelaskan siapa pecinta sejati (Q.S. Ali- Imran [3]:31), cinta bagi, untuk dan dari Allah senantiasa bertambah
seiring bertambahnya iman (Q.S. Al-Baqarah [2]:165), cinta menyelamatkan orang mukmin dari ‘adzab Allah di
dunia dan akhirat (Q.S. Al-Maidah [5]:18), merupakan anugerah dan pemberian Allah, dan pecinta sejati adalah
mujāhid fῑ sabῑlillah Q.S. Al-Maidah [5]:54), dan pecinta selalu bersama kekasihnya (H.R. Bukhori Muslim).
Alquran dan Hadis merupakan sumber ajaran tasawuf dan di tangan para sufi konsep mahabbah dikembangkan
melalui proses internalisasi dan penajaman spiritual. Sudah banyak pembahasan tentang mahabbah dari para tokoh
sufi ternama, namun untuk tokoh yang satu ini luput dari perhatian, padahal ia merupakan tokoh sufi generasi awal
yang ajarannya banyak dibicarakan, dikutip dan mempengaruhi para ulama tasawuf sesudahnya. Sudah barang tentu
banyak terdapat persamaan dan perbedaan antara dia dengan tokoh sufi lainnya. Tokoh sufi yang dimaksud penulis
adalah Sahl bin Abdillah al-Tustarῑ. Selain sebagai ulama tasawuf beliau juga seorang mufasir, Tafsῑr al-Qur’ān
al-‘Aẓῑm merupakan karya tafsirnya yang diakui oleh para mufasir sebagai icon tafsir sufi isyari. Diantara karyanya
di bidang tasawuf yaitu Daqāiq al-Muhibbῑn, Mawā’iẓ al-‘Arifῑn, Jawābāt Ahl al-Yaqῑn, dan Al-Ghāyah li Ahl al-
Nihāyah. Baginya mahabbah merupakan anugerah, pemberian dan karunia dari Allah dan bukan hasil amaliah dan
usaha (kasb), ia merupakan pancaran atau limpahan dari Allah tanpa menunggu (intiẓār) atau permintaan dari
seorang hamba.

KEY WORDS

Mahabbah, karāmah, muraqabah, kasb, intiẓār, ḥauf dan rajā


_______________________________________________

DOI: https://doi.org/10.15575/saq.v1i2.1427

A. PENDAHULUAN Hijriah. Pada masa ini, tasawuf berkembang


Berbicara tentang seorang tokoh sufi sudah pesat dan
cukup banyak tokoh yang populer dibicarakan
atau diteliti, demikian juga halnya konsep mencapai puncak kejayaannya. Pada masa ini
tasawuf mereka. Sebut saja umpamanya Hasan pula tasawuf dianggap oleh sebagian para
al-Basrῑ, al-Junaidῑ, al-Muḥāsibῑ, Dzū Nun al- ulama sebagai masa kemurnian ajaran tasawuf
Mishrῑ, Ibn ‘Arabῑ, al-Halāj, al-Qushairῑ, yang belum terkontaminasi oleh pemikiran-
Rabi’ah al-Adawiyah, al-Ghazālῑ, Syeikh pemikiran yang dianggap menyimpang (ilḥād
Abdul Qadir al-Jailanῑ, Abu Yazῑd al-Busṭamῑ, dan inḥirāf) yang terjadi setelahnya. Tokoh
Jalāluddin al-Rūmi dan sejumlah nama lain yang dimaksud penulis yaitu Sahl bin
yang sangat akrab di telinga dan banyak Abdillah al-Tustarῑ, seorang ulama sufi yang
dibahas pemikirannya. Hal tersebut bukan sekaligus ulama tafsir atau mufassir sufi.
berarti bahwa tokoh ulama tasawuf sudah Dengan predikat ini sesungguhnya bukan
habis dan pemikiran mereka sudah ludes. berarti bahwa al-Tustarῑ tidak populer pada
Tulisan ini bertujuan untuk mengangkat masanya dan pada generasi sesudahnya.
sekaligus “mempopulerkan” kembali seorang Bahkan popularitasnya di dunia tasawuf dan
ulama tasawuf generasi awal pada abad ke-3 tafsir seyogyanya dapat menempatkan beliau
Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

dalam deretan nama-nama tokoh tersebut di


atas. Sebagai bukti ketokohannya penulis
dapat sebutkan di sini sebagian kecil saja
contohnya

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (2017): 1-20 2


Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

karena keterbatasan ruang. Dalam bidang dengan karyanya Tafsῑr al-Qur’ān al-Karῑm
tasawuf, diantara literatur klasik pertengahan dan Fuṣūṣ al-Hikam. Sebagai seorang sufi, al-
yang banyak menyebutkan dan mengutip Tustarῑ tentu memiliki faham atau konsep
ucapan-ucapan al-Tustarῑ yaitu, Imam al- ajaran tasawufnya. Sepengetahuan penulis
Qushairῑ dalam al-Risālah al-Qushairiyah fῑ banyak ajaran tasawuf yang beliau ajarkan dan
‘ilm al-Taṣawwuf,1Al-Ṭūsῑ dalam al-Luma’ fῑ sangat menarik untuk dibahas seperti zuhud,
Tārῑkh al-Taṣawwuf al-Islāmῑ2, Al-Sulamῑ wara’, faqr, taubat, dan mahabbah. Namun,
dalam Ṭabaqāt al-Ṣūfiah,3 Al-Sha’rānῑ dalam karena keterbatasan ruang maka pada bagian
Ṭabaqāt al-Kubrā,4 Ibn al-Mulqin dalam ini hanya akan dibahas konsep mahabbahnya
Ṭabaqāt al-Auliā’,5 dll. Ulama modern yang saja, sudah barang tentu pembahasan tema ini
secara spesifik membicarakan al-Tustarῑ dan pun hanya berkisar pada pokok-pokok
faham tasawufnya adalah ‘Abdul Ḥalῑm pikirannya saja. Untuk pembahasan konsep
Maḥmūd dalam al-‘Ārif billāh Sahl bin ajaran tasawuf yang lainnya dari al-Tustarῑ
‘Abdillāh al-Tustarῑ, dan Kamāl Ja’far dapat dibahas pada kesempatan yang lain.
(pentahqiq) dalam min al-Turāts al-Ṣūfῑ li Dari paparan singkat di atas, ada dua
Sahl bin ‘Abdillāh al-Tustarῑ . Dalam bidang permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu: 1)
tafsir, beliau menjadi icon dalam tafsir ittijah Siapa dan bagaimana al-Tustarῑ? 2)
ṣūfῑ atau lebih populer dengan istilah tafsῑr Bagaimana konsep mahabbahnya? Dengan
ishārῑ. Kitab tafsirnya yang berjudul Tafsῑr al- demikian tulisan singkat ini bertujuan untuk
Qur’ān al-‘Aẓῑm menjadi salah satu model mendeskripsikan sosok al-Tustari dan
tafsir isyari yang dipandang dapat diterima kedudukannya sebagai seorang ulama sufi
oleh sebagian besar para ulama mufasir dan serta mendeskripsikan konsep mahabbahnya.
kritikus tafsir. Dalam kaitan ini, menarik
sekali fenomena jumlah ulama sufi yang B. PEMBAHASAN
termasuk mufasir sangat sedikit. Sebagian 1. Biografi dan Karya-karya Al-Tustarῑ
besar ulama sufi atau tokoh sufi populer Nama lengkapnya adalah Abu Muhammad
seperti tersebut di atas tidak termasuk mufasir Sahl bin ‘Abdillah bin Yunus bin ‘Isha bin
sufi. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki ‘Abdillah bin Rāfi’ al-Tutarῑ, lahir pada tahun
karya di bidang tafsir atau kitab tafsir. 200 H. di kota Tustar dekat kota Ahwaz
Diantara ulama sufi yang termasuk mufasir Propinsi Khuzistan Iran. Dalam perjalanan
adalah Sahl bin Abdillah al-Tustari dengan hidupnya beliau pindah ke Bashrah dan wafat
karyanya Tafsῑr al-Qur’ān al-‘Aẓῑm, Abu di sana pada tahun 283 H. pada usia 83 tahun.
‘Abdurrahman al-Sulāmῑ dengan karyanya Beliau adalah seorang tokoh dan ulama
Ḥaqāiq al-Tafsῑr, Imam al-Qushairῑ dengan kaumnya yang banyak mengajarkan ilmu
karyanya Laṭāif al-Isharāt, Ibn al-‘Arābῑ riyaḍah, ilmu ikhlas dan akhlak.
Al-Sulamῑ pengarang kitab Ḥaqāiq al-
1
Tafsῑr dalam kitabnya Ṭabaqāt al-Ṣūfiah,
. Lihat Abu al-Qāsim al-Qushairῑ, al-Risālah al- memasukannya ke dalam generasi kedua
Qushairiyah fῑ ‘ilm al-Taṣawwuf. (t.t.t.: al-Haramain,
t.t.)
ulama sufi.6 Sedangakan Imam Shamsuddin
400. al-Dhahabῑ memasukkannya ke dalam
2 generasi keenam, ia mengatakan bahwa al-
. Lihat Abu Naṡr al-Ṭūsῑ, al-Luma’ fῑ Tārῑkh al- Tustarῑ memiliki ungkapan-ungkapan yang
Taṣawwuf al-Islāmῑ. (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, bermanfaat, nasihat yang baik dan ilmu yang
2008) 68. sangat mendalam. Beliau adalah seorang guru
3
para sufi (Shaikh al-‘arifin) dan seorang sufi
. Lihat Abu Abdurrahman Al-Sulamῑ, Ṭabaqāt al-
Ṣūfiah. (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1998) 166.
yang sangat zuhud.7 Imam al-Qushairῑ
4
6
. Abdul Wahāb Al-Sha’rānῑ, Ṭabaqāt al-Kubrā.
(Mesir: Dār al-Ṭibā’ah al-‘Āmirah, 1299 H.) 101. . Al-Sulamῑ, Ṭabaqāt al-Ṣūfiah...167.
5 7

. Ibn al-Mulqin, Ṭabaqāt al-Auliā’ (Kairo: Maktabah . Shamsuddin al-Dhahabῑ, Sῑra A’lām al-Nubalā,
al-Ḥanjῑ, 1994) 222. vol.13. (Beirut: Muassasah Al-Risālah, 1983) 330.

3Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

berkata: al-Tustarῑ adalah salah seorang tahap berikutnya yang lebih utama. Dalam
pemimpin kaumnya, yang tidak ada proses tersebut terdapat sebuah metode
bandingannya pada masanya dalam pengajaran yang sangat efektif melalui dikir
mu’amalah, dan wara’, pemilik karomah dan bertahap dan berkelanjutan bagi seorang
telah bertemu (liqa) dengan Dhu Nūn al-Miṣri murid untuk belajar muraqabah. Pertama,
di Makkah ketika menunaikan ibadah haji.8 ajaran dikir dengan lisan disertai kehadiran
Beliau mendapatkan pengajaran pertama hati, jika dengan berdikir dalam hati saja tanpa
tentang tasawuf dari pamannya yang sekaligus dibarengi dikir dengan lisan dapat
menjadi guru pertamanya bernama mengingatkan hati, maka dikir disertai lisan
Muhammad bin Siwār ketika masih berusia 3 merupakan keutamaan. Ketika pamannya
tahun dan hafal Alquran ketika usia 6 tahun. melihat hal itu maka ia menyuruh Sahl al-
Sahl al-Tustarῑ berkata: ketika usiaku 3 tahun Tustarῑ untuk berdikir dengan hati tanpa
suatu malam aku bangun dan melihat pamanku menggerakan lidahnya. Dalam ajaran tarekat
yang sedang salat malam, lalu ia berkata: naqsabandiah ini disebut dikir ḥafi, namun
“wahai Sahl tidurlah kembali hatiku sedang tentu terdapat perbedaan diantara keduanya.
sibuk”. Pada suatu hari pamanku Adapun hitungan bilangan ganjil
berkata:”mengapa kamu tidak berdzikir menunjukkan sebuah rahasia bahwasanya
kepada Allah yang telah menciptakanmu?”. Allah itu ganjil dan menyukai yang ganjil.
Aku menjawab:”bagaimana caranya?”. Ia Sedangkan jumlah bilangan 3, 7 dan 11
berkata:”katakanlah dalam hatimu dengan masing-masing mengisaratkan pada sesuatu
tidak menggerakan lidahmu sebanyak 3 kali, tertentu. Bilangan 3 mengisaratkan pada
“Allah bersamaku, Allah melihatku, dan Allah batasan paling sedikit untuk jamak (aqal al-
memperhatikanku”. Kemudian aku jam’i), bilangan 7 mengisaratkan jumlah
melakukannya selama 3 malam lalu aku langit, bumi dan jumlah hari dalam seminggu,
beritahukan kepadanya, kemudian ia berkata: dan bilangan 11 mengisaratkan jumlah rakaat
katakanlah tiap malam sebanyak 7 kali, dan paling banyak dalam salat witir.
akupun melakukannya kemudian Kemudian Muhammad bin Siwār berkata
memberitahukan lagi kepadanya, lalu ia kepada Sahl al-Tustarῑ kecil: “Hai sahl!
berkata: katakanlah tiap malam sebanyak 11 Barang siapa yang merasa Allah selalu
kali dan akupun melakukannya dan terasalah bersamanya, selalu melihatnya, dan selalu
dalam hatiku manisnya ibadah. memperhatikannya, apakah dia akan sanggup
Setelah satu tahun berlalu, pamanku untuk berbuat maksiat kepada-Nya? Maka
berkata:”jagalah apa yang telah aku ajarkan jauhilah maksiat”. Kemudian al-Tustarῑ
kepadamu dan amalkan dengan konsiten menimba ilmu dengan menemui beberapa
sampai kamu masuk liang kubur, karena itu orang guru tetapi dia tadak bertahan lama pada
akan bernanfaat bagimu di dunia dan akhirat. satu orang guru. Ia telah hafal Alquran dalam
Setelah beberapa tahun aku konsisten usia 6 tahun, selalu berpuasa dahr (puasa
mengamalkannya, sirku merasakan manisnya dengan satu kali berbuka yaitu pada waktu
ibadah.9 sahur) dengan hanya memakan roti gandum
Terdapat pelajaran yang menarik dari cara sampai usia 12 tahun. Kemudian ia meminta
Muhammad bin Siwār mengajarkan dikir keluarganya untuk mengirimnya menuntut
kepada Sahl al-Tustarῑ. Perintah untuk berdikir ilmu ke Bashrah, ia pun banyak menayakan
dari mulai hitungan yang paling rendah 3,7 masalah kepada para ulama di sana, namun
sampai 11 kali dalam semalam secara bertahap tidak ada satupun jawaban mereka yang dapat
untuk memudahkan proses transformasi dari memuaskannya. Selanjutnya ia pergi ke
satu pembiasan yang paling ringan menuju ‘Ubadan untuk menemui seorang ulama yang
bernama Abi Hamzah bin ‘Abdullah
8 al-‘Ubadānῑ, lalu ia bertanya kepadanya
. al-Qushairῑ, al-Risālah al-Qushairiyah…. 400. tentang beberapa masalah dan ia mendapatkan
9 jawaban yang memuaskan darinya sehingga ia
. Sahl bin Abdillah al-Tustarῑ, Tafsῑr al-Qur’ān tinggal beberapa lama di sana untuk menimba
al-‘Aẓῑm. (Kairo: Dār al-Ḥaram Litturāth,2004) 67.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (2017): 1-20 4


Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

darinya. Kemudian ia kembali ke Tustar dan ada seorang Yahudi di rumahnya berusia 70
terus berpuasa dengan satu kali buka puasa tahun lebih, ia mendengar kegaduhan lalu
pada waktu sahur. Dengan jatah uang satu keluar rumah untuk meliahat apa yang
11
dirham, ia belikan gandum dan dibuatkan roti terjadi. Ketika ia melihat jenazah Sahl,
untuk sahur sekaligus buka puasa tanpa garam langsung berteriak “apakah kalian melihat
dan lauk pauk, sehingga uang satu dirham itu seperti yang aku lihat?” Orang-orang yang ada
cukup untuk satu tahun. Kemudian ia bertekad disana balik bertanya kepadanya, “apa yang
dan mencoba untuk berpuasa selama tiga hari kamu lihat?”, lalu Yahudi tua itupun berkata
tiga malam, lalu lima hari lima malam, lalu “aku melihat sekelompok kaum turun dari
tujuh hari tujuh malam dan dua puluh lima langit mengusap jenazah Sahl. Kemudian
hari dua puluh lima malam selama 20 tahun. Yahudi tua itupun mengucapkan syahadat dan
Kemudian ia berkelana beberapa tahun dan masuk Islam.
kembali ke Tustar dan saat itu ia sudah biasa Suatu hari (jauh sebelum hari wafatnya)
melakukan salat malam semalam suntuk.10 Sahl al-Tustarῑ berkunjung kepada salah
Beliau memiliki banyak karya ilmiah, seorang dari ulama Baṣrah, disana ia melihat
walaupun menurut sebagian ulama ia tidak seekor burung balbalah di dalam sangkar, lalu
menulis langsung dengan tangannya sendiri ia bertanya “siapa pemilik burung itu?”, “ini,
tetapi oleh murid-muridnya. Sebagian besar anakku” jawabnya, kemudian Sahl
karyanya masih berupa manuskrip dan mengeluarkan uang dinar dari saku bajunya
sebagian lagi hilang ditelan zaman. Diantara seraya berkata kepada anak itu, “wahai nak,
karya ilmiah beliau adalah: mana yang lebih kau sukai uang dinar atau
a. Tafsῑr al-Qur’ān al-‘Aẓῑm burung?”, anak itu menjawab “uang” lalu Sahl
b. Daqāiq al-Muhibbῑn memberikan uang pada anak itu dan burung
c. Mawā’iẓ al-‘Arifῑn balbalah pun dilepaskannya. Setelah
d. Jawābāt Ahl al-Yaqῑn dilepaskan oleh Sahl dan ia masuk ke rumah
e. Al-Ghāyah li Ahl al-Nihāyah temannya, burung itupun tetap diam di pagar
f. Qaṣaṣ al-Anbiā halaman rumah sampai Sahl keluar dan pulang
g. Al-Mu’āraḍah wa al-Radd ‘ala Ahl al- ke rumahnya burung itupun terbang di atas
Farq wa Ahl al-Da’āwā kepalanya. Ketika Sahl masuk rumahnya,
h. Fahm al-Qur’ān al-Karῑm burung itu tinggal di sana sampai ia wafat.
i. Risālah fi al-Hurūf. Ketika Sahl wafat burung itupun terbang di
Beliau wafat pada bulan Rajab tahun 283 atas jenazahnya mengiringinya disertai
H. di Baṣrah, malam Jum’at ketika muadzin tangisan orang-orang sampai ke pemakaman.
mengumandangkan adzan subuh dengan Ketika para pengantar jenazah sudah kembali
kalimat “Allāhu Akbar” beliau menjawab pulang, burung itu menepuk-nepuk kuburan
dengan kalimat “labbaika Allāhumma Sahl sampai ia mati lalu dikuburkan
labbaika” setelah itu beliau tidak bergerak disamping kuburan Sahl.
lagi. Ia pindah dari Tustar ke Baṣrah karena 2. Karomah al-Tustarῑ
berbagai isue yang dialamatkan kepadanya Imam al-Qushairῑ berkata: “saya
sehubungan dengan faham dan sikapnya. Ada mendengar Abu Hātim as-Sijistānῑ berkata:
peristiwa menarik ketika beliau wafat, an- ‘saya mendengar Abu Nashr as-Sirāj
Nabhānῑ dan Munῑ’ ‘Abdul Ḥalῑm Maḥmūd berkata:’kami datang ke Tustar dan kami
menyebutnya termasuk sebagian dari melihat di rumah kediaman Sahal bin Abdillah
karomahnya. Abu al-Ḥaṣin al-Ḥimṣῑ dalam ada satu bangunan yang oleh masyarakat di
kitab Bahjatul Asrār menyebutkan bahwa sana dinamakan rumah hewan buas, kemudian
ketika Sahl al-Tustarῑ wafat banyak orang kami menanyakan kepada mereka mengapa
berebut untuk membawa jenazahnya di atas dinamakan demikian, mereka menjawab
pundak mereka menuju pemakaman sehingga
jalan pun penuh sesak dengan manusia. Konon 11

. Munῑ’ ‘Abdul Ḥalῑm Maḥmūd, Al-‘Ārif Billah


10
Sahl bin ‘Ābdillah al-Tustarῑ, (Kairo: Dār al-Ma’ārif,
. Ibid.68. 1994) 32.

5Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

bahwa hewan buas (dari gunung) tiap hari seorang laki-laki yang mengaku telah bertemu
datang ke rumah itu dan Sahal menjamunya dengan Sahl ketika beribadah haji di Makkah
dengan memberinya makan daging lalu setelah pada suatu tahun, ketika lelaki itu pulang dari
merasa kenyang hewan buas itu pergi. Abu Makkah ia berkata kepada saudaranya bahwa
Naṣr berkata: saya melihat semua penduduk ia melihat Sahl bin Abdillah sedang wukuf di
Tustar mengakui dan tidak ada seorangpun ‘Arafah. Lalu saudaranya berkata
yang mengingkari adanya fenomena ini. (mengingkari pengakuannya berdasarkan
Imam al-Qushairῑ berkata: “saya mendengar bukti dirinya bersama Sahl):” Kami berasama
Muhammad bin Ahmad at-Tamῑmῑ berkata: Sahl di rumahnya pada hari tarwiyah”. Lalu
saya mendengar Abdullah bin ‘Ali berkata: lelaki itu bersumpah untuk menceraikan
saya mendengar Ṭalḥah al-Qaṣāirῑ berkata: istrinya kalau dia berbohong (bahwa ia benar-
saya mendengar al-Miftaḥ seorang teman benar melihat Sahl di ‘Arafah). Saudaranya
Sahal bin Abdillah berkata: Sahal dapat berkata lagi, “ayo kita buktikan dengan
bertahan tidak memakan makanan selama menanyakan langsung kepada Sahl”, lalu
tujuh puluh hari, jika makan maka badannya mereka berdua pergi ke rumahnya. Setelah
menjadi lemah dan jika lapar maka badannya sampai ke rumah Sahl mereka langsung
menjadi kuat. menceriterakan perdebatannya dan
Imam al-Qushairῑ berkata: telah menanyakan hukum sumpahnya. Kemudian
menceritakan kepada kami Muhammad bin Sahl berkata:”perdebatan kalian ini sama
Abdillah al-Ṣūfῑ ia berkata: telah menceritakan sekali tidak berguna, lebih baik sibukanlah
kepada kami Abu al-Ḥasan seorang pembantu dirimu dengan Allah, dan kamu yang berhaji
Sya’wanah ia berkata: saya mendengar ‘Ali dan merasa melihatku di sana, jangan ceraikan
bin Sālim berkata: Sahl bin Abdillah terkena istrimu dan jangan ceriterakan kejadian ini
penyakit kaku anggota tubuh menjelang akhir kepada siapapun.12
usianya, ketika datang waktu salat tangan dan
kedua kakinya terbuka, dan ketika selesai salat 3. Mahabbah Perspektif Sahl al-Tustari
tangan dan kedua kakinya kembali kepada a. Hakikat dan Definisi mahabbah
keadaan semula. Menurut al-Tustarῑ mahabbah adalah
Imam al-Qushairῑ berkata: saya mendengar keselarasan hati dengan Allah, konsisten
Shaikh Abu ‘Abadurrahman as-Sulamῑ dalam keadaannya, mengikuti Nabi-Nya,
berkata: saya mendengar Muhammad bin senantiasa berdzikir dan merasakan manisnya
Ḥasan al-Bagdadῑ berkata: saya mendengar munajat bersama-Nya. Dalam ungkapanya
Abu ‘Ali binWasῑf al-Muaddib berkata: suata yang lain, ia mengatakan bahwa mahabbah
hari Sahl berbicara mengenai masalah żikir, ia adalah kerekatan dalam ketaatan dan
mengatakan bahwa sesungguhnya bagi orang keengganan dalam perbedaan. Makna yang
yang berżikir secara hakikat jika ia ingin sangat dalam tentang mahabbah ketika ia
menghidupkan orang yang mati maka dapat ia mengatakan bahwa mahabbah yaitu engkau
lakukan lalu beliau mengusapkan tangannya mencintai segala sesuatu yang dicintai
kepada orang yang sedang sakit parah kekasihmu dan membenci segala sesuatu yang
dihadapannya dan seketika itupun sembuh dan dibenci kekasihmu. Mahabbah bagaikan api
dapat berdiri. yang dapat membakar segala sesuatu. Al-
Imam al-Yāfi’ῑ mengutip dari sebagian Tustarῑ mengatakan bahwa ada empat macam
sahabat Sahl, ia berkata: saya telah melayani api yaitu: nār al-Shahwah, nār shaqāwah, nār
Sahl selama tiga puluh tahun, saya tidak al-qaṭῑ’ah dan nār al-mahabbah. Nār al-
pernah melihat beliau berbaring di atas tempat Shahwah membakar kekuatan atau
tidur baik siang maupun malam, beliau salat kemampuan ketaatan kepada Allah, nār
shubuh dengan wudlu ‘isya. Kemudian pada shaqāwah membakar tauhid, nār al-qaṭῑ’ah
suatu hari beliau pergi meninggalkan
masyarakat ke suatu tempat antara ‘Ubādān
dan Baṣrah (untuk menghindari fitnah). 12

Kepergiannya disebabkan oleh adanya kasus . Yūsuf bin Isma’il al-Nabhānῑ, Jāmi’ Karāmāt al-
Auliā, vol. 2. (Beirut: Dār al-Fikr, 1993) 110.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (2017): 1-20 6


Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

membakar hati dan nār al-mahabbah menjawab : “Allah akan mengilhamkan


membakar semua api. kepadanya istighfar ketika mendapat
Dari paparan tersebut, penulis melihat kekurangan dan memberinya syukur ketika
bahwa ketundukkan hati dan ketaatan seluruh mendapatkan kenikmatan”. Pernyataan Sahl
anggota badan terhadap perintah syara’ dan al-Tustarῑ tersebut sangat tepat, karena
menjauhi larangannya merupakan kedudukan sesungguhnya pertolongan Allah akan
tertinggi dalam konsep mahabbah al-Tustarῑ. diberikan kepada hamba-Nya ketika ia
Didalamnya terdapat ruh ḥauf dan rajā, faham mencintai-Nya dengan mengilhamkan
yang sangat relevan dengan syari’ah, ini kepadanya istighfar dan syukur. Istighfar
berbeda dengan sebagian ulama sufi yang menunjukkan kepada pengaduan jiwa di sisi
mengatakan bahwa “aku beribadah kepada Allah sekaligus kecintaan seorang hamba
Allah bukan karena ingin surga dan bukan kepada Tuhan-Nya. Adapun syukur menuntun
karena takut neraka”, jelas sekali perkataan itu bertambahnya kenikmatan dari Allah kepada
menyalahi firman Allah tentang para kekasih- hamba-Nya dan menunjukkan keterjagaan hati
Nya dalam Q.S. al-Sajdah [32]:16 “yad’ūna yang senantiasa bergumul dengan penciptanya
rabbahum ḥaufan wa ṭama’an”. serta pengakuan atas kefakiran kepada
Berbicara tentang ḥauf dan rajā dalam pemberi nikmat (mun’im) yang akhirnya
kaitannya dengan mahabbah, ḥauf dan rajā mengharuskan bersyukur kepada-Nya.
bagaikan dua sayap bagi orang mukmin dan Kecintaan seorang hamba kepada
mahabbah tumbuh dari rajā yang baik (al- Tuhannya merupakan suatu keadaan yang
rajā al-ḥasan). Menurut al-Tustarῑ, ḥauf didapatkan dan dirasakannya namun sulit
menumbuhkan cinta, orang-orang kafir untuk diungkapkan dalam bentuk kata-kata,
mengaku “mahabbah” (mencintai) Allah sehingga tidak ada kata untuk
tetapi Ia tidak memberikan keimanan mengungkapkannya selain kata mahabbah itu
kapadanya, sedangkan orang-orang mukmin sendiri.
ḥauf (takut) kepada Allah dan Allah b. Ciri-ciri mahabbah
melimpahkan keimanan kepadanya. Sahl al-Tustarῑ mengatakan bahwa ciri
Pernyataan “orang-orang kafir “mahabbah” mahabbah adalah adanya pengaruh cinta pada
(mencintai) Allah”, kiranya bahwa dalam diri, dan tidak setiap orang yang melakukan
pemahaman al-Tustarῑ orang-orang kafir ketaatan kepada Allah menjadi pecinta, karena
mengira dirinya mencintai Allah tetapi mereka pecinta adalah orang yang dapat menjauhi
tidak mengikuti jalan yang dapat larangan-Nya. Selanjutnya beliau mengatakan
menyampaikan kepada-Nya, yaitu “itbā’” bahwa kecintaan seorang hamba kepada Allah
(mengikuti Rasul) sehingga mereka tidak menyebabkan kecintaan Allah kepadanya,
mendapatkan apa yang mereka katakan yakni sebagaimana Allah mengatakan “yuḥibbuhum
mahabbah yang sesungguhnya. Karena itbā’ wa yuḥibbūnahu”. Jika Allah sudah
merupakan syarat dalam mahabbah, mencintainya maka Ia akan memberikan
sebagaimana firman Allah Q.S. Ali perlindungan dan pertolongan-Nya untuk
Imran[3]:31 : melawan musuh-musuhnya, dan musuh-
     musuh itu adalah nafsu dan syahwatnya. Oleh
   karena itu, Allah berfirman Q.S. al-Nisa [4]:45
     :
      
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar)     
mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya  
Allah mengasihi dan mengampuni dosa- Dan Allah lebih mengetahui (dari pada
dosamu." Allah Maha Pengampun lagi kamu) tentang musuh-musuhmu. dan
Maha Penyayang. cukuplah Allah menjadi pelindung
Ketika Sahl al-Tustarῑ ditanya, apa yang (bagimu). dan cukuplah Allah menjadi
akan diperbuat Allah kepada hamba-Nya penolong (bagimu).
ketika ia mencintai-Nya? Sahl al-Tustarῑ

7Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17
Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

Ciri mahabbah kepada Allah ialah maupun perbuatan merupakan amalan orang
mencintai Alquran, ciri cinta kepada Alquran yang mahabbah kepada-Nya.
cinta kepada Nabi Saw, ciri cinta kepada Nabi Madzhabnya tentang konsep mahabbah
cinta kepada sunahnya, ciri cinta kepada sunah mempunyai hubungan yang erat dengan
cinta kepada akhirat, ciri cinta kepada akhirat firman Allah tentang ayat al-mithāq,demikian
membenci dunia, dan ciri membenci dunia juga konsep ma’rifat dan tauhidnya. Ayat al-
ialah tidak mengambilnya kecuali hanya untuk mithāq tersebut adalah Q.S. Al-A’raf [ ]:172 :
bekal akhirat. Perkataan al-Tustarῑ tersebut     
bersumber dari perkataan Ibn Mas’ūd “tidak    
akan ditanya seseorang diantara kamu kecuali   
tentang Alquran, jika ia mencintai Alquran      
maka ia mencintai Allah dan jika tidak     
mencintai Alquran maka ia tidak mencintai     
Allah.  
Selain ciri di atas, al-Tustarῑ mengatakan Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
bahwa orang yang mencintai Allah lisannya mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
tidak akan pernah lupa menyebut nama-Nya dari sulbi mereka dan Allah mengambil
(dzikir), selalu mensyukuri nikmat, senantiasa kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
merasa bersama-Nya dan sibuk melaksanakan berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
perintah-Nya, dan yang paling agung adalah mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban
tidak pernah mengeluhkan kekasihnya. Dalam kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan
suatu riwayat disebutkan, beliau mengobati yang demikian itu) agar di hari kiamat
orang yang sakit padahal dia sendiri terlihat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
(seperti) sedang sakit. Lalu ia ditanya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang
mengapa Tuan tidak mengobati diri tuan yang lengah terhadap ini (keesaan
sendiri?, ia menjawab “pukulan seoraang Tuhan)".
kekasih tidak akan menyakitkan kekasihnya”.
c. Syarat mahabbah Manusia sampai kapanpun butuh kepada
Ma’rifat merupakan sesuatu yang Tuhannya, oleh karenanya ia tidak berhak
mempunyai kaitan erat dengan mahabbah. memutuskan hubungan mahabbah antara dia
Karenanya dalam pandangan al-Tustarῑ dengan Sang Pemberi nikmat. Nampak jelas
mahabbah mengikuti ma’rifat, ia merupakan bahwa madzhab al-Tustarῑ adalah madzhab
syarat dalam mahabbah, dan seseorang tidak Ahlu Sunnah karena ia selalu mengaitkan
akan mencintai sesuatu (mahabbah) kecuali setiap pendapatnya kepada Alquran dan Sunah
setelah ia mengenalnya (ma’rifat). dan dipertegas dengan tujuh prinsip ajarannya.
d. Madzhab mahabbah al-Tustarῑ Ajaran tasawufnya tergolong tasawuf amali
Imam Al-Tustarῑ mendasarkan faham dan karena selalu didasarkan pada amaliah
jalan tasawufnya pada tujuh asas yaitu: perbuatan sufi yaitu riyaḍah dan mujāhadah.
berpegang pada Kitabullāh, mengikuti Sunnah Ungkapan-ungkapannya lebih mendekati
Rasulullah, memakan yang halal, tidak syari’ah dari aspek kejelasan dan tidak adanya
menyakiti (makhluk), menjauhi maksiat, ungkapan simbolik yang rumit untuk difahami
taubat dan menunaikan hak.13 Di atas asas (gumūḍ). Terdapat keterkaitan faham
tersebut semua faham dan ajaran tasawufnya mahabbahnya dengan faham fanā dalam
diletakkan termasuk ajaran dan fahamnya perspektifnya. Fanā dalam pandangan al-
tentang mahabbah. Komitmen dan konsisten Tustarῑ merupakan hasil dari tenggelamnya
mengamalkan perintah Allah dan menjauhi seorang dzākir dalam menyebut dan
larangan-Nya baik dalam bentuk perkataan mengingat kekasihnya. Seorang dzākir bisa
13 sampai pada suatu keadaan dimana tidak
. al-Tustarῑ, Tafsῑr al-Qur’ān al-‘Aẓῑm... 71. Lihat adanya perbedaan baginya sebuah
pula Al-Sulamῑ, Ṭabaqāt al-Ṣūfiah...170. lihat pula Al- pertentangan seperti antara baik dan buruk dan
Sha’rānῑ, Ṭabaqāt al-Kubrā... 103. Lihat pula al-
dekat dan jauh. Tetapi al-Tustarῑ bukan
Dhahabῑ, Sῑra A’lām al-Nubalā, vol.13... 332.

Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 2, 1 (2017): 1-20 8


Henky H Hetharia dan Samuel J Mailoa Peran Institusi Keagamaan di Maluku dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi

penganut faham fanā mutlaq,baginya fanā diminta dan tak ditunggu juga tak bisa
merupakan satu bentuk keterhubungan yang dipaksakan. Ia hadir bersama dzikir yang larut
konstan dengan Allah, ia merupakan buah (fanā) dalam ke-baqā-an. Fanānya orang yang
perasaan yang konstan akibat kebersamaan mahabbah bukan perpaduan atau manunggal
dengan Allah (ma’iyyatullāh), dan bukan tetapi kebersamaan atau kehadiran (ma’iyyah
perpaduan antara hamba dengan Tuhannya. wa al-ḥuḍūr). Kuncinya adalah ma’rifat,
Fanā bersifat temporal karenanya sangat karena dengannya seseorang mulai masuk
bergantung pada keadaan hati dalam untuk mencintai-Nya. Wa allāhu a’lam...
merasakan kehadiran Allah dan senantiasa
dipenuhi oleh dzikir kepada-Nya. D. DAFTAR PUSTAKA
Anugerah cinta merupakan pertolongan Al-Dhahabῑ, Shamsuddin. Sῑra A’lām al-
dari Allah kepada hamba-Nya, karena itu al- Nubalā, 13 vol. Beirut: Muassasah Al-
Tustarῑ melihat bahwa mahabbah bukan hasil Risālah, 1983.
dari amal dan kasb tetapi merupakan Maḥmūd, Munῑ’ ‘Abdul Ḥalῑm. Al-‘Ārif
pemberian dan anugerah serta limpahan dari Billah Sahl bin ‘Ābdillah al-Tustarῑ, Kairo:
Allah kepada hamba-Nya tanpa menunggu dan Dār al-
permintaan. Kebersamaan antara muḥib dan Ma’ārif, 1994
maḥbūb dirasakan ketika sang muḥib Al-Mulqin, Ibn. Ṭabaqāt al-Auliā’. Kairo:
senantiasa menganggap penting menyebut Maktabah al-Ḥanjῑ, 1994.
(dzikr) maḥbūbnya dengan lisan dan hatinya. Al-Nabhānῑ, Yūsuf bin Isma’ῑl. Jāmi’
Tenggelamnya muḥib (kekasih) dalam Karāmāt al-Auliyā’. 2 Vol. Beirut: Dār al-
menyebut maḥbūbnya (kekasihnya) merubah Fikr, 1993.
kata yang diulang-ulang dengan lisannya Al-Qushairῑ, Abu al-Qāsim. al-Risālah al-
menjadi kehadiran hati yang melupakan dzākir Qushairiyah fῑ ‘ilm al-Taṣawwuf. t.t.t.: al-
pada dirinya sendiri dan merasa nyaman Haramain,
dengan kehadiran bersama Tuhannya, Al-Sha’rānῑ, Abdul Wahāb. Ṭabaqāt al-
kemudian dirinya larut (fanā) dalam kekekalan Kubrā. Mesir: Dār al-Ṭibā’ah al-‘Āmirah,
(baqā) bersama-Nya. Keadaan ini merupakan 1299 H.
kedudukan yang paling agung dan tinggi, hal Al-Sulamῑ, Abu Abdurrahman. Ṭabaqāt al-
ini senada dengan ungkapan “hidupnya ruh Ṣūfiah. Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah,
dengan dzikir dan hidupnya dzikir dengan 1998.
orang yang berdzikir, dan hidupnya orang Al-Ṭūsῑ, Abu Naṡr. al-Luma’ fῑ Tārῑkh al-
yang berdzikir dengan madzkūr. Taṣawwuf al-Islāmῑ. Beirut: Dār al-Kutub
al-
‘Ilmiyyah, 2008.
C. SIMPULAN Al-Tustarῑ, Sahal bin ‘abdillah. Tafsῑr al-
Abu Muhammad Sahl bin ‘Abdillah bin Qur’ān al-‘Aẓῑm. Pentahqiq
Yunus bin ‘Isha bin ‘Abdillah bin Rāfi’ al- Ṭaha‘Abdurraūf Sa’ad dan
Tutarῑ yang lebih populer dengan panggilan al- Sa’ad Ḥasan Muḥammad ‘Ali. Kairo: Dār al-
Tutarῑ, adalah sosok ulama sufi sekaligus Ḥaram li at-Turāṡ, 2004.
mufasir Alquran. Kezuhudan, sifat wara’, ______. Tafsῑr al-Qur’ān al-‘Aẓῑm. Pentahqiq
keilmuan dan karomahnya diakui oleh para Muḥammad Bāsil ‘Uyūn al-Sūd. Beirūt:
ulama besar sesudahnya. Banyak konsep Dār al-
ajaran tasawuf dan penafsiran isyari yang Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002.
dapat kita pelajari darinya. Salah satunya ______. Tafsῑr al-Tustarῑ. Translated by
dalam kaitan tulisan ini adalah konsepnya Annabel Keeler and Ali Keeler. Great
tentang mahabbah. Dalam pandangan al- Commentaries on
Tustarῑ mahabbah merupakan suatu keadaan the Holy Qur’an. Louisville: Fons Vitae,
hati yang merasakan keagungan, kemuliaan 2011.
dan kehadiran serta ketenangan bersama
Allah. Ia merupakan anugerah yang agung, tak

9Wawasan: Jurnal Ilmiah Agama dan Sosial Budaya 1, 1 (Januari 2016): 1-17

Anda mungkin juga menyukai