Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TAFSIR IBN ABBAS


Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat melengkapi tugas mata kuliah
Madzahibuttafsir
Dosen Pengampu: Siti Hajar S. T.hi M. Ag

Disusun Oleh:

A. Nurul Karima Bahar (200921054)


R. Najla Nabilah (200921026)
Silviyanti (200921018)
Silvi Afifatuzzahra (200921063)

Kelas: 20-G1B-R1 (Akhwat)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR
Assalamua’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan karunia,
rahmat, hidayat serta taufik-Nya kami semua masih diberikan kesehatan yang begitu berharga.
Shalawat serta salam, semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
kepada keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya semoga mendapat syafa’at dari Nabi Muhammad
SAW di hari akhir nanti.
Dalam penyususnan makalah ini, tentunya halangan dan rintangan selalu saja menghadang.
Akan tetapi, berkat bantuan, bimbingan serta do’a dari orang tua, dosen pembimbing, serta teman-
teman yang tentunya tak mampu kami sebutkan satu persatu. Pada akhirnya, makalah dari Mata
Kuliah Madzahibuttafsir ini selesai tepat pada waktunya.
Tak lain dari tujuan makalah ini kami susun ialah antara lain sebagai pemikiran dan ilmu
pengetahuan. Semoga dapat menambah wawasan baru bagi kita semua, khususnya bagi penulis,
dan umumnya untuk kita semua. Serta untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah
Madzahibuttafsir yang dibimbing oleh Siti Hajar S.T.hi M. Ag
Sangat kami sadari sepenuhnya bahwasanya dalam penyusunan makalah ini kami masih sangat
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat kami butuhkan terutama dari dosen
pembimbing, untuk perbaikan kami dikemudian hari agar lebih baik lagi.

Cirebon, Juni 2022

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu khazanah keilmuan Islam adalah literatur tafsir yang begitu banyak dengan
keragaman metode, pendekatan, corak, visi dan paradigmanya mulai dari masa
Rasulullah Saw. Hidup, masa sahabat, tabi‘in, tabi‘ al-tabi‘in hingga era modern saat
ini. Urgensi tafsir al-Qur’an mulai tumbuh sejak masa Nabi Saw. sebagai salah satu
kebutuhan hidup ummat dalam memahami pedoman hidupnya. Namun al-Qur’an
yang sarat akan rahmatan li al-‘alamin tersebut tidak sepenuhnya dapat secara
langsung dipahami oleh umat. Melalui otoritas Nabi Saw. sebagai mubayyin, maka
segala persoalan yang muncul pada saat itu (berkaitan dengan al-Qur’an) dapat segera
terselesaikan.
Thameem Ushama mengutip pendapat al-Suyuthi yang menyebutkan bahwa ada
sekitar sepuluh orang sahabat terkemuka yang memiliki kredibilitas dalam bidang
tafsir semasa Rasulullah Saw. hidup dan sepeninggalnya beliau. Di antaranya adalah
empat khulafa’ alrashidin (Abu Bakar al-Siddiq, ‘Umar bin al-Khattab, ‘Usman bin
‘Affan, ‘Ali bin Abi Talib), kemudian Ibn ‘Abbas, Ibn Mas‘ud, Ubay bin Ka‘ab, Zaid
bin Sabit, Abu Musa alAsh‘ari dan ‘Abd Allah bin Zubair.
Salah seorang tokoh tafsir di kalangan sahabat ini adalah Ibn ‘Abbas yang diakui oleh
banyakkalangan sebagai the leader of mufassir (ra’is al-mufassirin) sebagaimana
ditulis Manna` alQattan, juga the father of tafsir (abu al-tafsir). Demikian pentingnya
sosok Ibn `Abbas dalam konstelasi sejarah tafsir di dunia Islam, hingga terasa kurang
absah seandainya ada tafsir yang tidak melibatkan penafsiran Ibn `Abbas ini di
dalamnya. Oleh karenanya, menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana metode
penafsirannya. Salah satu himpunan tafsir dari karya Ibn ‘Abbas ini adalah kitab
Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn ‘Abbas karya al-Fairuzabadi yang akan dibahas
secara khusus dalam bahasan berikut ini mulai dari biografi ‘Ibn ‘Abbas sebagai
penafsir dan al-Fairuzabadi sebagai penghimpun tafsirnya, dan untuk selanjutnya
analisis terhadap kitab Tanwir al-Miqbas Min Tafsir Ibn ‘Abbas itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Ibn Abbas itu?
2. Bagaimana analisis terhadap kitab Tanwir al-Miqbas min Ibn Abbas karya al-
Fairuzabadi?

C. Tujuan
1. Mengetahui profil dari Ibn Abbas
2. Dapat menganalisa kesahihan daripada kitab Tanwir al-Miqbas min Ibn Abbas
karya al-Fairuzabadi
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Profil Ibn Abbas


Nama ‘Abdullah ibn ‘Abbas tidak dapat ditinggalkan ketika seseorang membicarakan
tafsir al-Qur’an, karena dialah yang secara terangterangan mendapatkan doa khusus
dari Nabi Saw. (kalau boleh penulis nyatakan ia telah mendapat legitimasi langsung
dari Nabi Saw.) menjadi salah seorang yang mampu memahami dan menafsirkan
alQur’an (allahumma faqqihhu fi al-din wa ‘allimhu al-ta’wil). Nama lengkap Ibn
‘Abbas adalah ‘Abd Allah bin ‘Abbas bin ‘Abd alMutalib bin Hashim bin ‘Abd
alManaf al-Quraishi al-Hashimi. Ibunya bernama Umm al-Fadl Lubanah binti al-
Haris al-Hilaliyyah. Ia dilahirkan ketika Bani Hashim berada di Shi’b, kurang lebih
tiga atau lima tahun sebelum hijrah (pendapat pertama) atau lahir tahun 3 sebelum
Hijriyah, yang dianggap oleh sebagian besar ulama, lebih kuat. Ia pernah diangkat
menjadi gubernur Basrah pada masa Usman dan pada masa ‘Ali. Kemudian setelah
masa terbunuhnya ‘Ali, Ibn ‘Abbas mengangkat ‘Abd Allah bin al-Haris sebagai
penggantinya. Dalam perjalanan hidupnya, Ibn ‘Abbas banyak berdialog dengan
Rasulullah Saw. sekalipun ia masih muda, bahkan saat ia berumur sekitar 13-15 tahun
ia ditinggal Nabi Saw. berpulang ke rahmatullah, artinya semasa hidup Nabi Saw. ia
masih sangat muda sekali. Kemudian ia sendiri wafat pada tahun 68 H. dengan umur
71 tahun, di kota Taif dan dikuburkan di sana pula.
Ketenaran Ibn ‘Abbas di bidang tafsir bahkan keilmuannya secara umum menjadikan
ia banyak dikenal dengan beberapa gelar antara lain: bahr al-‘Ilm (lautan ilmu), habr
al-ummah (ulama’ umat), turjuman al-Qur’an (juru tafsir al-Qur’an), rais al-
mufassirin (pemimpin para mufassir), al-bahr (lautan), dan juga habr al-Qur’an
(ulama’ al-Qur’an). Julukan-julukan di atas sebagai pengakuan umat atas ilmunya
yang banyak, ijtihadnya yang agung, dan ma‘rifatnya terhadap maknamakna al-
Qur’an di samping akhlaknya yang mulia, hingga ia banyak dijadikan sandaran
sahabat dalam tafsir maupun fatwa. Di antara sahabat yang mengakui kemampuan dan
juga bersandar kepada Ibn ‘Abbas dalam bidang tafsir ini adalah ‘Umar bin alKhattab.
Dua karakter khas dari pengutipan Ibn ‘Abbas dalam menafsirkan al-Qur’an: pertama,
menggunakan syair-syair Arab kuno sebagai unsur pembuktian dan membantu
pemahaman makna lafadz yang gharib dari al-Qur’an, dan untuk menguatkan alasan
ini ia mengatakan: “Bila dalam alQur’an terdapat sesuatu yang sulit dimengerti
maknanya, carilah keterangannya dari syair-syair kuno”. Kedua, merujuk kepada
orang-orang Ahl al-Kitab yang telah memeluk agama Islam seperti Ka‘ab al-Akhbar
al-Yahudi, ‘Abd Allah bin Salam, dan ahl al-Kitab, dengan dasar apa yang dikutipnya
tersebut memiliki kesesuaian dengan ajaran al-Qur’an dan pengutipan inipun dalam
wilayah yang sangat terbatas

B. Kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas


Kitab Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas, sebagaimana sering kita jumpai di
perpustakaan menurut al-Ustaz Amin al-Khauli merupakan kitab yang ditulis oleh
Majd al-Din al-Fairuzabadi yang juga penyusun kamus al-Muhit, sehingga kitab
tersebut bukanlah susunan Ibn `Abbas sendiri melainkan riwayat beliau yang dikutip
oleh serangkaian jalur periwayatan yang sampai kepada al-Fairuzabadi.
Nama kitab tafsir karya alFairuzabadi tersebut adalah Tanwir al-Miqbas min tafsir Ibn
‘Abbas, ada juga yang menyebutnya dengan Tanwir al-Miqbas fi tafsir Ibn ‘Abbas
(dengan kata “fi” bukan “min”. Penamaan awal (menggunakan “min”) dapat
disaksikan pada halaman judul kitab tafsir ini yang diterbitan Dar al-Fikir juga
terdapat dalam beberapa kitab seperti altafsir wa al-mufassirun karya alZahabi serta
umumnya jumhur ulama. Sementara penamaan yang kedua dapat dijumpai dalam
kitab Sazrat al-Zahab karya Abu al-Falah dan al-Dawudi dalam kitabnya thabaqat al-
Mufassirin.
Dalam menafsirkan ayat, Ibn ‘Abbas merujuk kepada Rasulullah Saw., nalar ijtihad-
nya, syair-syair kuno serta beberapa keterangan ahl al-Kitab yang telah memeluk
agama Islam. Namun setelah ditelaah secara mendalam terhadap kitab Tanwir al-
Miqbas –yang disandarkan muallifnya kepada tafsir Ibn ‘Abbas- ternyata di dalamnya
memuat beberapa riwayat yang disandarkan kepada selain Ibn ‘Abbas, seperti riwayat
Abu Hurairah dan Ibn ‘Umar, bahkan ada yang tidak memiliki sandaran riwayat sama
sekali, sehingga dimung-kinkan dalam kitab tafsir ini (Tanwir al-Miqbas) memuat
ijtihad al-Fairuzabadi sendiri dengan pendekatan kebahasaan semata.
Kitab tafsir ini secara global menggunakan pendekatan riwayah. Dalam hal manhaj al-
tafsir, al-Fairuzabadi menggunakan manhaj ijmali yaitu penafsiran ayat secara utuh
sesuai urutan mushaf secara global. Mengingat penafsiran yang dituangkan dari
keinginan awal al-Fairuzabadi ini berdasarkan riwayah, maka tidak nampak corak
khusus dalam tafsirnya, apakah corak bahasa, hukum, kalam, tasawwuf dan lainnya.
Selain sisi kelebihan yang ada pada kitab tafsir ini, ada beberapa kekurangan yang
cukup jelas. Salah satu kekurangan tersebut adalah tidak digunakannya jalur yang
dipegangi jumhur ulama dan sahib alsunan, sehingga sering kali penafsiran Ibn
‘Abbas yang dituangkan dalam Tanwir alMiqbas berbeda dengan riwayat Ibn ‘Abbas
yang terhimpun di dalam kitab hadis mu‘tabar.
Di dalam bagian awal kitab ini dikemukakan jalur sanad yang dijadikan sandaran al-
Fairuzabadi mengutip tafsiran Ibn ‘Abbas yaitu:
Al-Fairuzzabadi berkata: Abd Allah al-Siqah bin al-Ma’mun al-Harawi telah
menyampaikan riwayat kepada kami; ia (Abdullah) berkata: Ayahku telah
menyampaikan riwayat kepada kami, ia (ayahku) berkata: Abu Abd Allah telah
menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Abu Abdullah) berkata: Abu ‘Ubaid Allah
Mahmud bin Muhammad al-Razi menyampaikan riwayat kepada kami; Ia (Abu
Ubaid) berkata: Ammar bin Abdullah almajid al-Harawi telah menyampaikan riwayat
kepada kami; Ia (Ammar) berkata: Ali bin Ishaq alSammarqandi telah menyampaikan
riwayat kepada kami dari Muhammad bin Marwan dari al-Kalby dari Abi Salih dari
Ibn Abbas ia berkata:
Jalur sanad di atas merupakan salah satu di antara jalur sanad yang meriwayatkan
secara khusus tafsir Ibn ‘Abbas di samping jalur lain yang banyak jumlahnya. Dari
beberapa jalur tersebut ada yang menyatakan bahwa sanad yang paling baik adalah
yang melalui ‘Ali bin Abi Talhah al-Hashimi dari Ibn Abbas sebagaimana jalur ini
dipedomani Imam al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya. Sedangkan sanad yang dinilai
cukup baik (jayyid) adalah sanad yang melalui Qais bin Muslim al-Kufi dari ‘Atha’
bin alSa’ib.
Namun menurut penilaian beberapa peneliti, riwayat ‘Ali bin Abi Talhah tersebut
tidak didengar langsung dari Ibn ‘Abbas, sebagaimana pernyataan al-Zahabi mengutip
penuturan Imam al-Syafi‘i: “Tidak dapat dipastikan tafsir tersebut berasal dari Ibn
‘Abbas kecuali beberapa hadis yang jumlahnya kurang lebih 100 buah”.
Adapun jalur al-Fairuzabadi di atas, dinilai termasuk sanad yang rancu bahkan jalur
yang melalui alKalbi dari Abi Salih dianggap paling rancu oleh sebagian ulama,
bahkan bila jalur ini digabung dengan riwayat Muhammad bin Marwan al-Sadi al-
Saghir dianggap sebagai silsilat al-kazib (mata rantai kebohongan). Sanad lain yang
juga lemah adalah sanad Muqatil bin Sulaiman bin Bishr al-Azdi, bahkan
dibandingkan dengan al-Kalbi, lebih lemah lagi, karena Muqatil dinilai umumnya
ulama da’if (lemah). Menurut beberapa penilaian ulama di atas yaitu jalurnya lemah,
karena di dalam mengutip riwayat Ibn ‘Abbas disandarkan pada al-Kalbi dari Abi
Shalih yang dinilai ulama lemah.
Padahal masih ada jalur lain yang lebih baik dan dipegangi jumhur ulama khususnya
sahib al-sunan, yaitu jalur Qais bin Muslim al-Kufi dari ‘Atha’ bin al-Sa’ib dari Sa’id
Ibn Jubair dari Ibn ‘Abbas, di mana jalur ini memenuhi syarat shahihain.
Beberapa catatan jalur periwayatan di atas tidak lain untuk membuka wacana tentang
tafsir yang disandarkan kepada Ibn ‘Abbas dengan sikap kritis dan terbuka, tanpa ada
maksud menjatuhkan kitab tafsir khususnya kitab susunan al-Fairuzabadi ini, akan
tetapi diharapkan ada upaya membandingkan dengan tafsir yang memiliki jalur yang
lebih baik seperti yang dihimpun al-Bukhari atau minimal dibandingkan dengan kitab
tafsir lainnya yang menguti pendapat dari Ibn ‘Abbas.
.

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibn ‘Abbas dalam sejarah tafsir dikenal sebagai pemimpin para mufassir dan telah
mendapatkan restu Nabi Saw. di bidang ini. Penafsiran Ibn ‘Abbas ini banyak dikutip
oleh mufassir, demikian pula ulama yang menghimpun secara khusus tafsirnya
melalui beberapa jalur sanad. Masingmasing jalur periwayatan yang disandarkan
kepada Ibn ‘Abbas ini memiliki kekuatan dan kelemahan, sehingga ada yang benar-
benar otentik dari Ibn ‘Abbas, ada pula yang tidak otentik lagi. Salah satu kitab
himpunan Tafsir Ibn ‘Abbas adalah Tanwir alMiqbas min Tafsir Ibn ‘Abbas karya al-
Fairuzabadi yang hidup sekitar 6 abad setelah Ibn ‘Abbas wafat sehingga terdapat
tenggang waktu yang cukup panjang dan tidak mustahil terjadi perubahan-perubahan
dalam periwayatannya.

Daftar Pustaka

Abu Tahir bin Ya‘qub al-Fairuzabadi, Tanwir al-Miqbas min Tafsir Ibn ‘Abbs, Beirut: Dar
al-Fikr,

Thameem Ushama, Methodologies of the Qur’anic Exegesis, A.S. Noordien, Kuala Lumpur,
1995

Manna‘ al-Qattan, Mabahis fi ‘ulum al-Qur’an, Beirut: Muassasah al-Risalah,1994)

Anda mungkin juga menyukai