Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB SEORANG MUSLIM

Kelompok 5
1. Muhammad Ricky Arzaaq [4301180049]
2. Rajib ‘Ain Fattah [4301180183]
3. Diana Putri Utami [4301180512]
4. Dinda Putri Suita [4301180215]
5. Erika Merliana Dewi [4301180505]
6. Fazlina Uzlifatul Jannah [4301180563]

DIII KEBENDAHARAAN NEGARA 1-07


MANAJEMEN KEUANGAN
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN 2018
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim Daftar Isi

Daftar Isi

Pengertian Tanggung Jawab ............................................................................................... 1


Tanggung Jawab Manusia Menurut Al-Qur’an.............................................................. 1
Macam-macam Tanggung Jawab ................................................................................. 2
1. Tanggung Jawab Terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala ........................................ 2
- Tauhid ...................................................................................................................... 2
- Ibadah ..................................................................................................................... 3
- Tidak Berbuat Syirik ................................................................................................ 3
2. Tanggung Jawab Terhadap Pribadi....................................................................... 4
- Jasmani ................................................................................................................... 4
- Akal ......................................................................................................................... 6
- Jiwa ......................................................................................................................... 7
3. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga .................................................................... 7
- Tanggung Jawab Terhadap Keluarga ...................................................................... 7
- Contoh-contoh Tanggung Jawab Terhadap Keluarga ............................................. 9
4. Tanggung Jawab Terhadap Akademik ................................................................ 11
- Tanggung Jawab Terhadap Akademik................................................................... 11
5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat ............................................................. 13
- Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat dan Manusia .......................................... 14
6. Tanggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara .................................................. 17
- Tangggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara ................................................. 17
7. Tanggung Jawab Terhadap Alam ....................................................................... 18
- Tanggung Jawab Terhadap Alam, Hewan, dan Tumbuhan .................................. 18
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 1

A. Pengertian tanggung jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah ‘keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). ‘Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya (Shabri Sholeh Anwar, 2014: 13).

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia bertanggung


jawab karena menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya. Ia menyadari pula
bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Apabila ditelaah
lebih lanjut, tanggung jawab merupakan kewajiban atau beban yang harus dipikul
atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan kita kepada orang lain, atau sebagai akibat
dari perbuatan pihak lain kepada kita.

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat
dan dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan (Shabri Sholeh Anwar, 2014: 14). Oleh karena
itu tanggung jawab dapat diartikan pemenuhan hak dan penunaian kewajiban
terhadap pihak lain.

B. Tanggung Jawab Manusia Menurut Al-Qur’an


Manusia adalah makhluk fungsional dan bertanggungjawab. Penciptaan manusia
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bukanlah tanpa maksud atau sia-sia semata. Allah
Ta’ala berfirman

َ ُ َ َ َ ُ َّ َ ً ُ َ ْ َ َ َّ َ ُ ََ
‫أف َح ِس ْبت ْم أن َما خلقناك ْم َع َبثا َوأنك ْم ِإل ْينا َل ت ْر َج ُعون‬
Artinya : “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115).

Manusia memiliki tanggung jawab di dunia ini, sebab kelak manusia akan
dikembalikan kepada Rabbnya, dan mempertanggungjawabkan apa yang telah
mereka lakukan. Tanggung jawab manusia tersebut kami rangkum menjadi
beberapa bagian.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 2

C. Macam-macam Tanggung Jawab

1. Tanggung Jawab Terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala

Sebagaimana kita tahu, bahwa akhlak yang paling utama adalah akhlak kepada
Allah, maka tanggung jawab yang paling utama yaitu tanggung jawab kepada Allah
Azza wa Jalla, dan kemudian tanggung jawab kepada makhluk ciptaan-Nya.

Tanggung jawab kepada Allah yaitu menunaikan hak-hak Nya, yaitu :

• Tauhid (Mengesakan Allah)


Marilah kita simak penuturan orang yang paling mengetahui hak-hak
Allah,yang paling sempurna penghambaan dirinya kepada Allah, serta
paling semangat dalam memberi kebaikan kepada makhluk, yaitu
Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang
dikeluarkan oleh Iman Bukhari dan Imam Muslim rahimahumallahu ta’ala
dalam kedua kitab shahihnya dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu dia berkata:

‫ أ تدرى ما حق هللا عىل عباد‬,‫ ) يا معاذ‬: ‫قال رسول هللا صىل هللا عليه و سلم‬
(…,‫يشكو به شيأ‬‫ ) أن يعبدوه وال ر‬: ‫ قال‬,‫ هللا و رسوله أعلم‬: ‫قال‬

Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda : “wahai Mu’adz, tahukah


engkau apa hak Allah atas para hamba-Nya ?” Mu’adz berkata : Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui, Beliau bersabda : (yaitu)“hendaknya mereka
beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun,… (Fathul bari 13/7373 cet Darul fikr hlm 347)

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin berkata : “tauhid adalah perintah


Allah yang paling agung, karena dia merupakan pondasi pokok yang seluruh
perkara agama ini dibangun diatasnya, oleh sebab itu Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam memulai dakwah Beliau dengan tauhid dan memerintahkan para
dai yang beliau utus untuk memulai dakwah mereka dengannya.”

Maka sepatutnya kita bertanggung jawab untuk menunaikan hak Allah


Subhanahu wa Ta’ala dengan mentauhidkanya secara keseluruhan, yang
para ulama merincikan lagi dengan ; Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah,
dan Tauhid Asma wa Shifat.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 3

• Ibadah
Seperti yang telah kita tahu diatas, bahwa Allah tidak menciptakan manusia
dengan sia-sia. Ibadah adalah tanggung jawab besar manusia kepada Allah
Azza wa Jalla. Bahkan ibadah merupakan tujuan diciptakan manusia.

Allah Azza wa Jalla berfirman :


ُ ُ ْ َ َّ َ ْ ْ َ َّ ْ ُ ْ َ َ َ َ
‫ون‬
ِ ‫وما خلقت ال ِجن و ِاْلنس ِإَّل ِليعب‬
‫د‬

Artinya : tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu” (Q.S. Adz Dzariyat : 56).

Ibadah adalah perkara yang agung, yang hanya Allah sajalah yang berhak
mendapatkan hak ini. Tanggung jawab seorang manusia kepada Rabb nya
ialah tidak mempersembahkan ibadah ini kepada siapapun kecuali kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang manusia harus bertanggung jawab
merealisasikan firman Allah, dalam Surah Al-Fatihah :

َ َّ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
ُ ‫اك َن ْس َتع‬
‫ي‬ ِ ‫ِإياك نعبد و ِإي‬

Artinya : “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada


Engkaulah kami mohon pertolongan” (QS. Al Fatihah: 5)

Allah Ta’ala berfirman,

َ ‫ُق ْل إ َّن َص ََلت َو ُن ُسك َو َم ْح َي‬


َ ‫اي َو َم َمات هَلِل َر ِّب ْال َع َالم‬
‫ي‬ ِ ِ ‫ِي‬ِ ‫ِي‬ ‫ِي‬ ِ
Artinya : “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” (QS. Al An’am: 162).

• Tidak Berbuat Syirik (Menyekutukan Allah)

Kesyirikan adalah kezhaliman yang besar, pengingkaran yang besar


terhadap tanggung jawab manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

ٌ ‫الش َك َل ُظ ْل ٌم َعظ‬ ‫َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ َ َّ َ ُ رْ ْ ه‬
ْ ‫اَّلل إ َّن رر‬
‫يم‬ ِ ِِ ‫شك ِب‬
ِ ‫و ِإذ قال لقمان ِالب ِن ِه وهو ي ِعظه يا ب ين َّل ت‬
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar” (Q.S. Luqman 13).
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 4

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ٰ َ َ ْ َّ َ ُُۗ َ َ ْ ُّ رْ ْ ه‬ َ َ ْ‫َّ ه َ َ َ ْ ُ َ ْ ُّ ر‬
‫اَّلل‬
ِ ‫شك ِب‬
ِ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬‫و‬ ‫اء‬ ‫ش‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ل‬ِ ‫ك‬ ‫ل‬ِ ‫ذ‬ ‫ن‬‫و‬ ‫د‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ف‬ِ ‫غ‬‫ي‬‫و‬ ‫ه‬
ٖ ‫ب‬
ِ ‫ِإَن اَّلل َّل يغ ِ ٰف ار أن يش‬
‫ك‬
ً َ َ ْ َ
‫فقد ض َّل ضلًل َب ِع ْيدا‬

Artinya : “Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan


Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang
Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.” (Q.S. An-Nisa : 116)

Bahkan syirik kecil lebih dikhawatirkan oleh Rasul Shalallahu’alaihi wa


Sallam dibanding fitnah dajjal.

Dari Abu Sa’id Al Khudri di mana ia berkata,

َ ‫ال َف َق‬ َّ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ َ
َ ‫الد َّج‬ ‫َ َ ََ َ َ ُ ُ ه‬
‫ال‬ ‫ ونحن نتذاكر الم ِسيح‬-‫صىل هللا عليه وسلم‬- ‫اَلِل‬ ِ ‫خ َرج عل ْينا رسول‬
َ ُْ َ َ
.‫ال قل َنا َبىل‬ َّ
َّ ‫الد‬ َ ‫ف َع َل ْي ُك ْم ع ْندى م َن ْال‬ ُ َ ْ َ َ ُ َ ُُْ ْ ُ َ َ
‫ ق‬.» ‫ال‬ِ ‫ج‬ ‫يح‬ِ ‫س‬ِ ‫م‬ ِ ِ ِ ‫« أال أخ ِبكم ِبما هو أخو‬
َ َ ُ َ َ
‫بي ُن َصالته ِل َما َي َرى ِم ْن نظ ِر َر ُج ٍل‬
َ َ ‫ى‬
ِّ ُ ‫الر ُج ُل ُي َصىل ف‬
َّ ‫وم‬َ ‫ف َأ ْن َيق‬
ُ ُّ ِ ‫الِش ُك ْال َخ‬ َ ‫َف َق‬
ْ ِّّ « ‫ال‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui kami dan


kami sedang mengingatkan akan (bahaya) Al Masih Ad Dajjal. Lantas beliau
bersabda, “Maukah kukabarkan pada kalian apa yang lebih samar bagi
kalian menurutku dibanding dari fitnah Al Masih Ad Dajjal?” “Iya”, para
sahabat berujar demikian kata Abu Sa’id Al Khudri. Beliau pun bersabda,
“Syirik khofi (syirik yang samar) di mana seseorang shalat lalu ia perbagus
shalatnya agar dilihat orang lain.” (HR. Ibnu Majah no. 4204. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa haditsnya hasan).

2. Tanggung Jawab Terhadap Pribadi

Manusia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur
jiwa, unsur akal dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan seimbang dan saling
terkait antara satu unsur dengan unsur yang lain. Jika jiwa terpisah dari raga, maka
sebutan manusia tidak dapat dipakai dalam arti manusia hidup. Jika manusia
berbuat, bukan hanya raganya saja yang berbuat atau jiwanya saja melainkan
keduanya sekaligus. Secara lahiriyah memang raganya yang berbuat yang tampak
melakukan perbuatan, tetapi perbuatan itu didorong dan dikendalikan oleh jiwa.

• Tanggung jawab manusia terhadap diri pribadi yaitu memenuhi kebutuhan


jasmani dan rohani secara menyeluruh, agar keutuhan pribadi tetap terjaga.
Jasmani yang memerlukan makan-minum, pakaian, tempat tinggal, kesehatan
dan sebagainya dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Allah Subhanahu wa Ta’ala
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 5

telah mengkaruniakan kita fisik ini, dan Allah menitipkannya pada kita, maka
tanggung jawab kita lah untuk menjaganya sebaik-baiknya. Beberapa contoh
tanggung jawab terhadap diri pribadi, yaitu:

❖ Makan makanan yang halal dan thayyib

ُ َّ َ ْ َّ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ ً ‫َ َ ا َ ر‬ ْ َْ َّ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ َ
‫ات الشيط ِان ۚ ِإنه‬ِ ‫ض حًلَّل طيبا وَّل تت ِبعوا خطو‬
ِ ‫َيا ُ أيها الناس كلوا ِمما ِ يف اْلر‬
‫ي‬ ٌ ‫لك ْم َع ُدو ُمب‬
ِ
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah : 168)

❖ Menjaga kebersihan dan kesucian

َ َ َ
‫َو ِث َي َابك فط ِّهر‬
Artinya : “dan pakaianmu bersihkanlah” (Q.S. Al-Muddatstsir : 4)

“Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bersihkanlah jasad-jasad ini semoga
Allah membersihkan kalian,… ((HR. Ath Thabrani dan dihasankan oleh Al
Albani di dalam kitab shahih Al Jami’, no. 3936).

❖ Menyikat gigi dan membersihkan mulut

‫َ َ ْ َ َ َ ُ ُ ه‬ َ َ َ ْ َ
‫صىل هللا عليه وسلم‬- ‫اَّلل‬
ِ ‫رض هللا عنها قالت قال رسول‬ ‫ي‬ ‫ة‬ ‫عن ع ِائش‬-
ٌ َ ْ
َ ٌ ْ ُ ‫ر‬
«‫الس َواك َمط َه َرة ِللف ِم َم ْرضاة ِل َّلر رب‬».

“Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wasallam bersabda: “Siwak membesihkan mulut dan mendatangkan
keridhaan untuk Rabb.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di
dalam kitab Shahih Al Jami’, 3695).

‫َ َّ َ ُ َ ه‬
َ ‫اَّلل – صىل هللا عليه وسلم – َق‬ َ ََْ ُ ََ ْ َ
‫ال‬ ِ ‫ول‬‫س‬‫ر‬ ‫ن‬ ‫أ‬ – ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رض‬ – ‫ة‬‫عن أ يب هرير‬
ُ َ ُ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ
«‫ل ْوال أن أشق عىل أ َّم ِ ِن ْل َم ْرت ُه ْم كل صالة بوضوء ومع كل وضوء‬
‫اك‬ َ ‫ر‬
ِ ‫»بسو‬ ِ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau tidak memberatkan atas
umatku maka aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali akan
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 6

shalat dengan wudhu dan setiap kali wudhu.” (HR Ahmad dan dishahihkan
oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 200).

❖ Menghilangkan kotoran, bakteri dan kuman dengan memotong kuku,


mencukur bulu ketiak, bulu kemaluan, berkhitan, menipiskan kumis

ُ ْ ْ َ َ َّ َ َََُْ َ ْ َ
‫ال » ال ِفط َرة‬ ‫ ق‬-‫صىل هللا عليه وسلم‬- ‫ن‬ ‫الن ر‬
ِْ ِ‫ن‬‫ع‬ ‫عنه‬ ‫هللا‬ ‫رض‬
‫ي‬ ‫ة‬ ‫عن أ ِب هرير‬
‫ف‬
َ َ ْ َ
ُ ‫يم اْلظفار َون ْت‬
ِ
ْ َ َ
ِ ِ
ُ ْ
ُ ‫س م َن الف ْط َرة – الخ َتان َواال ْست ْحد ُاد َوتقل‬
ِ ِ ِ ٌ ‫س – َأ ْو خ ْم‬
َ ٌ ‫َخ ْم‬
ِ ِ
َّ ُّ َ َ ْ
‫ص الش ِار ِب‬ ‫»اْلب ِط وق‬
ِ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Fitrah ada lima atau lima perkara
dari fitrah; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak dan menipiskan kumis.” (HR. Bukhari dan Muslim).

❖ Berpenampilan dan merawat diri dengan baik

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ََ ََ َْ َ ‫إ َّن ه‬
‫اَلِل ُي ِح َّب أن ُي َرى أث ُر ِن ْع َم ِت ِه عىل ع ْب ِد ِه‬ ِ
“Sesungguhnya Allah suka melihat tampaknya bekas nikmat Allah kepada
hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi no. 2819 dan An Nasai no. 3605. Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

• Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir.
Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan
yang berguna bagi hidup manusia. (Basyir, 1984: 4-8).
Akal secara bahasa menurut Imam Ibnu Faris berarti mencegah dari perkataan
dan perbuatan yang tercela. Menurut Imam Khalil bin Ahmad, akal berarti
berarti lawan dari kebodohan. Akal secara istilah menurut Imam Al-Asma'i
yaitu sesuatu yang menahan diri kita dari keburukan dan menurunkan nafsu
kita, lalu mencegah nafsu agar selalu berada diatas kebaikan. Akal yang sejati
adalah perpaduan antara ilmu dan amal.

Dan manusia dikaruniakan akal untuk manusia bisa berfikir dan


mengembangkan sesuatu yang bermanfaat. Oleh karenanya dalam banyak
ayat Al-Qur’an, Allah mendorong manusia untuk berfikir. Dan karenanya Allah
Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang berakal (Ulul Albab), yaitu
mereka adalah orang yang menggunakan akalnya dan akal adalah yang
menjadi pengikat bagi manusia agar dia tidak melakukan tindakan yang
melanggar aturan atau tindakan memalukan.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 7

• Adapun jiwa, maka seseorang hendaknya membersihkan hatinya dari segala


macam penyakit-penyakitnya. Seperti ria, ujub, sombong, hasad, malas, suka
mengeluh, kurang bersyukur, dan dari keyakinan-keyakinan yang keliru.

3. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga


Menurut Ramayulis keluarga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam
masyarakat dimana hubungan-hubungan yang terdapat di dalamnya sebagian
besar sifatnya hubungan langsung. Disitulah perkembangan individu dan disitulah
terbentuknya tahap-tahap awal perkembangan dan mulai interaksi dengannya, ia
memperoleh pengetahuan, keterampilan, minat dan sikap dalam hidup
(Ramayulis, 1987: 10-11)

Keluarga diibaratkan seperti batu bata pertama dalam sebuah bangunan


masyarakat. Apabila keluarga baik, maka masyarakat pun akan ikut menjadi baik
dan sebaliknya jika keluarga rusak, maka masyarakat akan menjadi rusak pula.
Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian kepada urusan keluarga dengan
perhatian yang sangat besar, sebagaimana Islam juga mengatur hal-hal yang dapat
menjamin keselamatan dan kebahagiaan keluarga tersebut.

Secara garis besar, tanggung jawab manusia terhadap keluarganya, Allah


terangkan dalam ayat berikut :
َ ٌ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ُ َّ َ ُ ُ َ ً َ ْ ُ ْ َ َ ْ ُ َ ُ َ ُ ُ َ َ ‫َ ُّ َ ه‬
‫ا أيها ال ِذين آمنوا قوا أنفسكم وأه ِليكم نارا وقودها الناس وال ِحجارة عليها مًل ِئكة ِغًلظ‬
َ ْ َ ُ ْ ُ َ َ َ ُ ْ َ َّ ٌ َ
‫هللا َما أ َم َره ْم َو َيف َعلون َما ُيؤ َم ُرون‬ ‫ِشداد َّل يعصون‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (At-Tahriim: 6)

Fakhrur Razi dalam tafsrinya mengatakan, “Peliharalah dirimu,” yaitu dengan cara
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah untuk kamu kerjakan.” Sedangkan
Muqatil mengatakan, “Maksudnya, setiap muslim harus mendidik diri dan
keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan
dan melarang mereka berbuat kejahatan.” Sementara itu Imam Zamakhsyari
dalam tafsir Al-Kassyaaf menafsirkan, “Periharalah dirimu,” yaitu dengan cara
meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan;
“dan keluargamu,” adalah dengan cara memperlakukan mereka sebagaimana
kalian memperlakukan dirimu sendiri.”

Pada bab ini, kami lebih menekankan akan tanggung jawab kedua orangtua kepada
anaknya, karena inilah tanggung jawab yang besar dalam keluarga.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 8

Sebagian ulama mengatakan, Allah akan meminta pertanggung jawaban setiap


orang tua tentang anaknya pada hari kiamat, sebelum si anak itu sendiri meminta
pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah mempunyai hak
atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya. Begitu pula setiap
pihak dalam keluarga tersebut mempunyai tanggung jawabnya masing-masing.

Diriwayatkan dari Ibnu Umar radhiyaallaahu ‘anhu bahwa dia berkata,

ٌ‫الر ُج ُل َراع َع َىل َأ ْهله َو ُه َو َم ْس ُئول‬ ٌ ‫ول َف ْاْل َم ُام َراع َو ُه َو َم ْس ُئ‬
َّ ‫ول َو‬ ٌ ‫ُك ُّل ُك ْم َراع َو ُك ُّل ُك ْم َم ْس ُئ‬
ِِ ٍ َ ُ ْ َ َ ٍ َ َ ِ ْ َ ْ َ َ َ ٌ َ ٍَ ُ َ ْ َ ْ َ
ٌ‫ول ٌة َو ْال َع ْب ُد َراع َع َىل َمال َس ريده َو ُه َو َم ْس ُئول‬
ِِ ِ ٍ ‫ه مس ئ‬ ‫ىل بي ِت زو ِجها و ِ ي‬ ‫والمرأة ر ِاعية ع‬
ٌ ‫َأ ََّل َف ُك ُّل ُك ْم َراع َوكلك ْم َم ْس ُئ‬
‫ول‬
ُ ُّ ُ
ٍ
“Aku mendengar Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Seorang imam
adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas
keluarga yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya,
dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah
pemimpin terhadap harta milik tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan akan bertanggung
jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)

Sampai-sampai Rasulullah shallallaahu’alaihi ‘alaihi wa sallam meletakkkan kaidah


mendasar yang kesimpulannya adalah seorang anak itu tumbuh dan berkembang
mengikuti agama kedua orang tuanya. Keduanyalah yang memberikan pengaruh
yang kuat terhadapnya.

Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah radhiyaallaahu ‘anhu berkata,


Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ َُْ َ َ َ ‫َ ْ َ ْ ُ َّ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ر َ َ ْ ُ َ ر‬
‫ِّص ِان ِه أ ْو ُي َم رج َس ِان ِه ك َما تنتج‬ ‫ود ِإَّل يولد عىل ال ِفطرِة فأبواه يهود ِان ِه أو ين‬ ٍ ‫ما ِمن مول‬
َ ْ َ ُ َ ‫ا‬ َ ‫يم ُة َبه‬
َ ‫ْال َبه‬
‫يمة َج ْم َع َاء ه ْل ت ِح ُّسون ِف َيها ِم ْن َجدع َاء‬ ِ ِ
“Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan dia dilahirkan di atas fitrah. Lalu
kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi atau Nasrani;

Anak, adalah tujuan dari pernikahan yang telah Islam syariatkan. Seorang anak lah
yang akan melanjutkan generasi terdahulunya. Dan keluarga lah yang mempunyai
peran besar. Ibnul Qoyyim selanjutnya menjelaskan, “Siapa saja yang mengabaikan
pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan
begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan besar. Mayoritas penyebab
kerusakan anak adalah adalah akibat orang tua yang mengabaikan mereka, serta
tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah agama. Lalu menyia-
nyiakan anak ketika kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 9

diri mereka, dan mereka pun tidak bisa memberikan manfaat kepada ayah mereka
ketika mereka dewasa.

Adapun beberapa contoh tanggung jawab terhadap keluarga, sebagai berikut :

1. Wanita yang cerdas dan berilmu akan mengagungkan apa yang telah
diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menghormati suaminya dengan
sebenar-benarnya, ia bersungguh-sungguh untuk selalu taat kepada suami,
karena ketaatan kepada suami termasuk salah satu di antara syarat masuk
Surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ْ َ ََ َ ْ َ َ َ ْ َ َُ ْ ‫َ ه‬
‫ ِق ْي َل‬،‫ َوأطاعت ز ْو َج َها‬،‫ َو َح ِفظت ف ْر َج َها‬،‫ َو َص َامت ش ْه َرها‬،‫ِإذا َصل ِت ا َلم ْرأة خ ْم َس َها‬
ْ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ
‫ل َها ادخ ِ يىل ال َجنة ِم ْن أ ري أ ْب َو ِاب َها ِشئ ِت‬.

“Apabila seorang wanita mau menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di


bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat terhadap suaminya, maka
akan dikatakan kepadanya (di akhirat), ‘Masuklah ke Surga dari pintu mana
saja yang engkau kehendaki.’” [Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir (no. 660)], Ahmad
(XVI/228, no. 250).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


‫َّ َ َ ه‬ ََ ََْ َ ُ ََ ُ ْ ْ ِ ‫َو هال ِذ ْي َن ْف‬
‫س ِب َي ِد ِه َما ِم ْن َر ُج ٍل َيدعو ْام َرأته ِإَل ِف َر ِاش ِه فتأ َب عل ْي ِه ِإال كان ال ِذ ْي‬‫ي‬
َ‫الس َماء َساخ ًطا َع َل ْي َها َح َِّن َي ْر َض َع ْنها‬َّ ‫ف‬.
ِ ِ ‫ِي‬
“Dan Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidaklah seorang suami
mengajak isterinya ke tempat tidur, lalu ia menolaknya kecuali Yang ada di
langit murka kepadanya hingga suaminya ridha kepadanya.” [Shahiih al-
Jaami’ish Shaghiir (no. 7080)], Shahiih Muslim (II/ 1060, no. 1436 (121)).

2. Seorang isteri harus menjaga kehormatan dan memelihara kemuliaannya serta


mengurusi harta, anak-anak dan segala hal yang berhubungan dengan
pekerjaan rumah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ُ ‫ات ِّل ْل َغ ْيب ب َما َحف َظ ه‬


‫اَّلل‬
ٌ َ َ ٌ َ َ ُ َ َّ َ
‫فالص ِالحات ق ِانتات ح ِافظ‬
ِ ِ ِ
Artinya : “Sebab itu, maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka).”[An-Nisaa’: 34]

3. Suami harus memperlakukan isteri dengan cara yang ma’ruf, karena Allah
Ta’ala telah berfirman :
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 10

ْ َ ْ َّ ُ ُ ‫َو َع ر‬
ِ ‫اشوهن ِبالمع ُر‬
‫وف‬ ِ
Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” [An-Nisaa’: 19]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ْ‫ َوخ َي ُارُك ْم خ َي ُارُك ْم لن َسائهم‬،‫ي إ ْي َم ًانا َأ ْح َس ُن ُه ْم ُخ ُل ًقا‬


َ ْ ‫ َأ ْك َم ُل ْال ُم ْؤمن‬.
ِِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling bagus
akhlaknya dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap
isterinya.”(Muttafaqun ‘alaih)

4. Suami berkewajiban untuk menjaga dan memeliharanya dengan sepenuh hati.


Ia tidak boleh membiarkan akhlak dan agama isteri rusak. Ia tidak boleh
memberi kesempatan baginya untuk meninggalkan perintah-perintah Allah
ataupun bermaksiat kepada-Nya, karena ia adalah seorang pemimpin (dalam
keluarga) yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang isterinya. Ia adalah
orang yang diberi kepercayaan untuk menjaga dan memeliharanya.
Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

‫َ ََ ر‬ َ ُ َ ‫ر‬
‫ال ق َّو ُامون عىل الن َس ِاء‬ ‫الرج‬

Artinya : “Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita.” [An-Nisaa’: 34]

5. Seorang anak wajib berbakti kepada orangtuanya, dan berperilaku yang baik
terhadap orangtuanya, sebagaimanapun keadaan orangtuanya.

ُ ُ َ ْ َ َْ َُ ً َ ْ َّ ُ َ َّ َ َ َ
ٰ َ ‫َوق‬
‫ض َرُّبك أَّل ت ْع ُبدوا ِإَّل ِإ َّي ُاه َو ِبال َو ِالد ْي ِن ِإ ْح َسانا ۚ ِإ َّما َي ْبلغ َّن ِعندك ال ِك َ َب أ َحده َما‬
ً ‫ف َو ََّل َت ْن َه ْر ُه َما َو ُق ْل َل ُه َما َق ْو اَّل َكر‬
‫يما‬ ٍّ ‫َأ ْو ك ًَل ُه َما َف ًَل َت ُق ْل َل ُه َما ُأ‬
ِ ِ
Artinya : “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia
beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada
kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya
atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan
kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”
[Al-Isra : 23]

Berbakti dan taat kepada orang tua terbatas pada perkara yang ma’ruf.
Adapun apabila orang tua menyuruh kepada kekafiran, maka tidak boleh taat
kepada keduanya.
َ ‫س َل َك به ع ۡلم ۙ َف ََل ُتط ۡع ُه َما َو‬ ۡ ‫ت َما َل‬ َ ۡ ّ ُ ۡ َ ‫َ ۡ َ َ ٰ َ َ ٓى‬
‫اح ۡب ُه َما ِف‬
ِ ‫ص‬ ِ ِ ِٖ َ ‫ي‬ ۡ
ِ ‫ِش‬
‫ك‬ ِ ‫وِان جاهد ك عىل ان ت‬
َ ُ َ ُۡ ُ َ
ُ ُ َُ ُ َ ُ َ َ ‫الد ۡن َيا َم ۡع ُر ۡو ًفا َّو َّاتب ۡع َسب ۡي َل َم ۡن َا َن‬
ُّ
‫اب ِا ََّل ۚ ث َّم ِا ََّل َم ۡر ِج ُعك ۡم فان ِّبئك ۡم ِب َما كنت ۡم ت ۡع َمل ۡون‬ ِ ِ
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 11

Artinya : “Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan


Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu
mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik
dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-
Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan”
[Luqman : 15]

4. Tanggung Jawab Terhadap Akademik


Islam sangat menjunjung tinggi ilmu dan akademik. Betapa banyak dalil yang
menunjukkan agungnya ilmu, dan nampaknya terlalu panjang untuk dibahas disini.
Adapun kebanyakan dalil adalah menunjukkan keutamaan terhadap ilmu syar’i
atau ilmu agama ini. Maka disini kami ingin menjelaskan tanggung jawab manusia
terhadap akademik atas ilmu pengetahuan dan teknologi (sains).

Mempelajari ilmu-ilmu dunia, teknologi, sains dan sebagainya hukumnya fardhu


kifayah karena dibutuhkan untuk kemaslahatan kaum muslimin. Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin -rahimahullahu Ta’ala- pernah ditanya,

”Apakah (mempelajari) ilmu seperti ilmu kedokteran dan industri termasuk


tafaqquh fid diin (mempelajari agama Allah Ta’ala, pen.)?”

Beliau rahimahullahu Ta’ala menjawab,

“Ilmu-ilmu tersebut tidaklah termasuk dalam ilmu agama (tafaqquh fid diin).
Karena dalam ilmu-ilmu tersebut tidaklah dipelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Akan tetapi, ilmu tersebut termasuk dalam ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam.

Oleh karena itu, sebagian ulama berkata,’Sesungguhnya mempelajari ilmu industri


(teknologi), kedokteran, teknik, geologi, dan semisal itu, termasuk dalam fardhu
kifayah. Bukan karena ilmu-ilmu tersebut termasuk dalam ilmu syar’i (ilmu agama
yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, pen.), akan tetapi karena tidaklah
maslahat bagi umat (Islam) ini bisa terwujud kecuali dengan mempelajari ilmu-ilmu
tersebut.

Oleh karena itu, aku ingatkan kepada saudara-saudaraku yang sedang mempelajari
ilmu-ilmu tersebut agar mereka niatkan untuk dapat memberikan manfaat bagi
kaum muslimin dan meningkatkan (derajat) umat Islam.” (Kitaabul ‘Ilmi, 1/125
(Maktabah Syamilah).

Di tempat yang lain, beliau -rahimahullahu Ta’ala- menekankan lagi akan


keharusan mempelajari ilmu teknologi;

“Dan sunguh banyak ulama telah menyebutkan bahwa mempelajari ilmu industri
(teknologi) termasuk fardhu kifayah. Hal ini karena manusia harus (tidak boleh
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 12

tidak) memiliki ilmu tersebut untuk dapat memasak (menyiapkan makanan, pen.),
minum, atau perkara-perkara lainnya yang dibutuhkan. Jika tidak ditemukan orang
yang menekuni ilmu tersebut, maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu
kifayah.”

Kesimpulannya, hukum mempelajari ilmu duniawi (sains) sangat tergantung pada


tujuan, apakah untuk tujuan kebaikan atau tujuan yang buruk. (Kitaabul ‘Ilmi, 1/2
(Maktabah Syamilah).

Oleh karena itu, ketika ilmu duniawi menjadi sarana untuk menegakkan kewajiban
dalam agama, maka hukum mempelajari ilmu tersebut juga wajib. Dan ketika
menjadi sarana untuk menegakkan perkara yang hukumnya sunnah dalam agama,
maka hukum mempelajarinya juga sunnah.

Ketika menjelaskan kaidah fiqhiyyah,

‫الوسائل لها أحكام المقاصد‬

“Hukum sarana itu sebagaimana hukum tujuan.”

Syaikh ‘Abdurrahman bin Naashir As-Sa’di -rahimahullahu Ta’ala- berkata,

“Tercakup dalam kaidah pokok ini adalah wajibnya mempelajari ilmu industri
(teknologi) yang dibutuhkan oleh manusia dalam perkara agama dan dunia
mereka, baik perkara yang kecil maupun yang besar.” (Al-Qawaa’id wal Ushuul Al-
Jaami’ah, hal. 38)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hambanya yang berusaha berfikir atas
penciptaan langit dan bumi, dan seluruh tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di
alam sebagai ulil albab.
َّ ‫ف َخ ۡلق‬
‫الس ٰم ٰو ِت‬ َ ‫هالذ ۡي َن َي ۡذ ُك ُر ۡو َن ه‬
ۡ ‫اَلِل ِق َي ًاما َّو ُق ُع ۡو ًدا َّو َع ٓىل ُج ُن ۡوب ه ۡم َو َي َت َف هك ُر ۡو َن‬
ِ ِ ِِ ِ
َّ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ۡ ُ ۚ ً َ َ ٰ َ ۡ َ َ َ َ َّ َ َۡ ۡ َ
‫اطَل ۙ سبحنك ف ِقنا عذاب الن ِار‬ ِ ‫ضۚ ربنا ما خلقت هذا ب‬ ِ ‫واالر‬

Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Ali-Imran : 191)
Dan dengan mempelajari ilmu dan mengikuti perkembangan akademik, akan
menjadikan kita semakin kuat, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih menyukai
mukmin yang kuat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa
Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 13

sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah


pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali
engkau merasa lemah….. (Hadits shahîh diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664);
Ahmad (II/366, 370) dan lainnya)
Dan Rasul Shalallahu ‘alaihi wa sallam mempersilahkan dan memotivasi para
sahabat radhiallahu’anhum untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan
pada urusan duniawi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ َْ
‫أنت ْم أعل ُم ِبأ ْم ِر دن َياك ْم‬

“Kamu lebih mengetahui urusan duniamu.” (HR. Muslim, no. 2363)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan derajat orang yang berilmu, dengan
orang yang tidak berilmu

َ ۡ ُ ُ ُ ‫ه ۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ ه ۡ َ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َّ َ َ َ َ ه‬
َ ‫اال ۡل‬ َ َ ُ
‫اب‬
ِ ‫ب‬ ‫ ق ۡل ه ۡل َي ۡست ِوى ال ِذين يعلمون وال ِذين َل يعلمون ِانما يتذكر اولوا‬..ۙ
Artinya : “ Katakanlah (wahai Muhammad) adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar : 9)

Allah Ta’ala berfirman:

َ ََ
َ ْ ْ ُ ُ َ ‫ْ ُْ َ ه‬ َُ َ ‫ََْ هُ ه‬
…‫ات‬
ٍ ‫أوتوا ال ِعلم درج‬ ‫آمنوا ِمنكم وال ِذين‬ ‫يرف ِع اَّلل ال ِذين‬..

Artinya : “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di


antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…”
(QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Maka tanggung jawab seorang manusia terhadap akademik, yaitu selalu belajar
dan menuntut ilmu, untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata “Barangsiapa yang menginginkan dunia


maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka
hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka
hendaklah dengan ilmu.”

5. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat


Tanggung jawab manusia terhadap masyarakat ditegakkan atas dasar bahwa umat
manusia merupakan keluarga besar, berasal dari satu keturunan yakni Adam dan
Hawa. Selanjutnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar saling interaksi dan mengenal, serta tolong
menolong dalam berbuat kebaikan dan bertakwa. Antara sesama manusia tidak
terdapat perbedaan dalam hal tinggi dan rendah martabat kemanusiaannya.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 14

Perbedaan manusia hanyalah terletak pada aktivitas amal perbuatannya dan rasa
ketakwaan kepada Allah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

َۡ ُ ۡ َ َّ ُ َ ‫َ ى‬ ُ ُ ٰۡ ُٰۡ َ َ ُ ٰ ۡ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٰۤ
‫اس ِانا خلقنك ۡم ِّم ۡن ذك ٍر َّوان ٰث َو َج َعلنك ۡم ش ُع ۡو ًبا َّوق َبا ِٕٮ َل ِلت َع َارف ۡوا ِان اك َر َمك ۡم ِعند‬ ‫يايها الن‬
َ َ َ ‫ه‬ َّ ُ ٰۡ َ ‫ه‬
‫اَلِل ع ِل ۡيم خ ِب ۡب‬ ‫اَلِل ا تقٮك ۡم ِان‬
ِ

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al-Hujurat : 14)
Dan Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menjunjung tinggi hak asasi manusia,
dimana tidak adanya perbedaan/kasta diantara manusia. Sebelum Rasulullah
wafat, beliau memberikan khutbah di saat haji wada’. Pesan ini sangat penting
karena isinya universal. Saya kutip sebagian teksnya dari Musnad Ahmad (Hadts
Nomor 22391):

‫النن صىل هللا عليه وسلم يف وسط أيام‬


‫حدثن من سمع خطبة ي‬ ‫ي‬ » :‫أب نِّصة قال‬ ‫وعن ي‬
‫لعرب عىل‬ ‫ر‬
‫ أال ال فضل‬،‫ إن ربكم واحد وأباكم واحد‬،‫ ” يا أيها الناس‬:‫التشيق فقال‬
‫ي‬
‫ وال أحمر عىل أسود إال بالتقوى‬،‫ وال أسود عىل أحمر‬،‫عرب‬
‫لعجم عىل ي‬ ‫ي‬ ‫ وال‬،‫عجم‬
‫ي‬ ،
‫ بلغ رسول هللا صىل هللا عليه وسلم‬:‫ قالوا‬.“ ‫أبلغت؟‬.

Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar
khutbah Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau
bersabda: “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu
(maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang
Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi
orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas
orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?”
mereka menjawab: Iya, benar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah
menyampaikan.”

Meskipun pada awalnya manusia itu merupakan makhluk individual tapi karena
adanya dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya, maka
kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat (Bimo Walgito, 1987: 41).
Selanjutnya tanggung jawab manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar
sifat sosial yang dimiliki manusia itu sendiri, yaitu adanya kesedian untuk selalu
melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur’an bahwa
manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan
hubungan dengan sesama manusia.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 15

Dan tanggung jawab seorang manusia di masyarakat, ialah saling tolong menolong
dan bermanafaat bagi orang lain.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫لناس‬ ‫ل‬ ْ ‫َخ ْ ُب الناس َأ ْن َف ُع ُه‬


‫م‬
ِ ِ ِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR.
Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini dihasankan oleh al-Albani di dalam
Shahihul Jami’ no:3289).

Dan kita seharusnya menjaga ukhuwwah (persaudaraan) sesama Mukminin, dan


peduli juga membantu saudara kita yang kesulitan, seolah mereka itu seperti satu
tubuh, bila yang satu sakit, maka yang lainnya pun ikut merasakan sakit juga.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ً ُ ُ ُّ ُ ْ ْ َ ْ ْ ْ َْ
‫ال ُمؤ ِم ُن ِلل ُمؤ ِم ِن كال ُبن َي ِان َيشد َب ْعضه َب ْعضا‬.

“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun
rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau merekatkan jari-
jemarinya. [ HR. Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026), Muslim (no. 2585) dan at-
Tirmidzi (no. 1928), dari Sahabat Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu.]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah bersabda:

ْ ُ ُْ َ َ ْ َ ْ َ ُ َ ُ ‫ي ف َت َو راده ْم َو َت َر‬ َ ‫َم َث ُل ْال ُم ْؤمن‬


‫ َمث ُل ال َج َس ِد ِإذا اشتَك ِمنه عض ٌو‬،‫اح ِم ِه ْم َوت َعاط ِف ِه ْم‬ ِ ‫َ ِ ِ ِي‬
ْ ْ
َّ ‫ َت َد َاَع ل ُه َسائ ُر ال َج َسد ب‬.
‫الس َه ِر َوال ُح َّم‬ ِ ِ ِ
“Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan
bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka
seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa
tidur dan demam.” [HR. Al-Bukhari (no. 6011), Muslim (no. 2586) dan Ahmad
(IV/270), dari Sahabat an-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma, lafazh ini milik
Muslim.]

Bahkan Rasul ‘alaihi shalattu wasallam bersabda bahwa, cabang paling ringan dari
keimanan adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.

ْ ُ َ ْ : َ‫َ ه هُ ََْ َ َ ه‬
‫يمان ِبض ٌع‬ ‫هللا صىل اَّلل علي ِه وسلم ِاْل‬ ُ ْ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ ‫َع ْن َأب ُه َر ْي َر َة َر َ ه‬
ِ ‫ض اَّلل عنه قال قال رسول‬ ِ
ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ ‫َ َ ْ ُِ ي َ َ ْ ْ ٌ ي َ ُّ َ ُ ْ َ ا َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ ه‬
‫ وأدناها ِإماطة‬،‫ َّل ِإله ِإَّل اَّلل‬: ‫ فأفضلها قول‬،‫ أو ِبضع و ِستون شعبة‬،‫وسبعون‬
َ ‫ َو ْال َح َي ُاء ُش ْع َب ٌة م َن ْاْل‬،‫الطريق‬
َّ َ ََْ
‫يم ِان‬ ِ ِ ِ ِ ‫ن‬
ِ ‫اْلذى‬
‫ع‬

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 16

lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan
yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
(Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9)

Maka seharusnya kita bersemangat dan berusaha dalam membantu sesama kita.
Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan keutamaan-keutamaan tentang
ini.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


َ َ
َ ‫ان هللا ف َح‬ َ َ َ َ َ ْ َ
‫اج ِت ِه‬ ‫ِي‬ ‫ك‬ ‫يه‬
ِ ‫خ‬ِ ‫أ‬ ‫ة‬
ِ ‫اج‬ ‫ح‬ ‫ف‬
‫من ك ِ ي‬
‫ان‬

“Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah akan membantu


keperluannya.” (Muttafaq ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:


ُ ‫َْ ُ ُ ا‬ َ ‫الد ْن َيا َن َّف‬
ُّ ُ ‫ُ ا‬ ْ َ َ َّ َ ْ َ
‫س هللا عنه ك ْر َبة ِم ْن ك َر ِب َي ْو ِم‬ ‫س ع ْن ُمؤ ِم ٍن ك ْر َبة ِم ْن ك َر ِب‬ ‫من نف‬
ْ َ ْ ُّ َ َ َ ُ
َ َّ ‫ش عىل م ْع ِش ي‬َ َ َ َّ ‫ ِة ومن ي‬,‫ْال ِق َي َام ِة‬
َ ْ َ َ
‫ش هللا عل ْي ِه ِ يف الدن َيا واْل ِخ َر ِة‬ ٍ
“Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-
kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari
kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang dalam kesulitan
niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim).

Dan kepada orang-orang kafir pun hendaknya kita berperilaku baik kepada mereka.
Tetapi jangan sampai kita berperilaku seakan meridhai kekufuran mereka, dan
memberikan wala’ yang berlebihan, yang dilarang oleh syariat.

Seorang muslim seharusnya bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama
orang kafir tersebut bukan kafir muhârib (orang kafir yang memerangi kaum
Muslimin). Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla :

ُ َ َ ُ ُ ْ َ ‫ر‬ ُ ُ َ ُ ْ َ َ ‫َّ َ ْ َ ُ ُ ه ُ َ ه‬
‫ين َول ْم ُيخ ِر ُجوكم رمن ِد َي ِارك ْم أن ت َ ُّبوه ْم‬
ِ ‫الد‬ ‫ف‬ ْ ‫وك‬
‫اَّلل ع ِن ال ِذين لم يق ِات ْل ْ ي‬
ِ ‫م‬ ‫َّل ينهاكم‬
َ
َ ‫َو ُت ْقس ُطوا إل ْيه ْم ۚ إ َّن ه‬
َ ‫اَّلل ُيح ُّب ال ُمقسط‬
‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” (Al-Mumtahanah : 8)

Termasuk adab seorang muslim yaitu tidak apa mengasihi orang kafir dengan kasih
sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar; memberi
minum jika haus; mengobatinya jika sakit; menyelamatkannya dari kebinasaan;
dan tidak mengganggunya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 17

َْ
َّ ‫اْل ْرض َي ْر َح ْم ُك ْم َم ْن ف‬ ْ ‫ْار َح ُموا َم‬
‫الس َم ِاء‬ ِ‫ي‬ ِ ‫ف‬‫ي‬ ِ ‫ن‬

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di
atas langit akan mengasihi kamu. [HR. at-Tirmidzi, no. 1924]

Dan termasuk sebab utama orang kafir masuk Islam, ialah akhlak yang mulia.
Karenanya sebagai seorang muslim, kita hendaknya menjaga citra baik Islam,
dengan Akhlak yang mulia, dan hendaknya jika kita tidak bisa mendakawahkan
agama Allah ini, maka hendaknya kita berdakwah dengan akhlak yang mulia. Dan
seharusnya kita ingat dengan hadits dibawah ini.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َ َْ ْ َ َُ ُ ْ َّ
‫ ِإن َما ُب ِعثت ِْلت رم َم َص ِالح اْلخال ِق‬.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-
Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273)

6. Tanggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara


Negara adalah wilayah yang didiami oleh suatu penduduk secara tetap dan
mempunyai sistem pemerintahan. Negara juga merupakan suatu wilayah yang
memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah
tersebut, dan berdiri secara independent
Maka seorang manusia bertanggung jawab untuk menjaga kedaulatan bangsa dan
negara. Dan mentaati pemerintah (selama bukan maksiat), agar tercipta
ketertiban, keamanan dan kemakmuran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


ُ ْ َ ْ ُ َ ُ َّ ُ ‫وااَّلل َو َأط‬
َ ‫يع ه‬ ُ ‫آم ُنوا َأط‬ َ ‫َي َاأ ُّي َها هالذ‬
‫ول َوأ ِولياْل ْم ِر ِمنك ْم‬ ‫يعوا الرس‬ ِ ِ
َ ‫ين‬
ِ
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan taatlah
kalian kepada rasul dan ulil amri kalian.” (An-Nisa : 59)

Adapun kesalahan pemimpin maka sebaiknya menasihati dengan baik, sesuai


dengan adab-adab yang diajarkan oleh Islam. Dan Polri menghimbau untuk
menjauhi majelis yang berbau provokasi, dan menjatuhkan pemerintah, karena
dikhawatirkan mengancam kedaulatan negara dan adanya terorisme.

Dan seharusnya yang lebih tepat adalah kita mendoakan pemimpin-pemimpin kita.
Adapun dengan mencela pemimpin maka tidak memberi pahala kepada kita,
sedangkan mendoakannya sebaliknya. Dan dengan mencela pemimpin tidak
merubahnya, adapun mendoakannya, jika Allah berkata jadi, maka jadilah.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 18

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jika aku mempunyai do’a yang baik
yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.” ia
ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?” Beliau berkata:
“Apabila do’a itu hanya aku tujukan untuk diriku sendiri, tidak lebih hanya
bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan para
pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan
manfaat dan kebaikannya.”

Kita memohon ampunan kepada Allah Ta’ala untuk seluruh kaum muslimin dan
menjadikan kita rakyat yang selalu bertakwa kepada-Nya dan taat kepada
pemimpin. Kita juga memohon kepada Allah Ta’ala agar menjadikan para
pemimpin kaum muslimin senantiasa berada dalam ketakwaan dan diberi
kekuatan untuk memimpin negara dengan adil. Dan kita memohon kepada Allah
supaya negara kita bertambah makmur dan sejahtera.

7. Tanggung Jawab Terhadap Alam

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang harus


dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di
muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah
Subhanahu wa Ta’ala di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam.
َ ُ َ ْ ََ ُ َ ً َ َ ْ َْ َ ‫ال َر ُّب َك ل ْل َم ََل ئ َك ة إ ِّت‬
َ ‫َو إ ْذ َق‬
‫ض خ ِل يف ة ۖ ق ال وا أ ت ج ع ل ِف يه ا‬ ِ ‫ر‬ ‫اْل‬ ‫ف‬
‫ِي‬ ‫ل‬ ‫اع‬
ِ ‫ج‬ ‫ِ ي‬ ِ ِ ِ
َ‫س َل َك ۖ َق ال‬ ُ ‫اء َو َن ْح ُن ُن َس ِّب ُح ب َح ْم ِد َك َو ُن َق ِّد‬ ِّ ُ ْ َ َ َ
َ ‫الد َم‬ ُ ْ ُ ِْ َ
ِ ‫م ن ي ف ِس د ِف يه ا و ي س ِف ك‬
َ َ َ َ َ ْ َ ِّ
‫ِإ يت أ ع ل ُم َم ا َل ت ْع ل ُم ون‬
Artinya : Dan (ingatlah) tatkala Rabbmu berkata kepada malaikat ,
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah’. Berkata
mereka, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di
dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji
Engkau dan memuliakan Engkau?’. Dia berkata, ‘Sesungguhnya Aku lebih
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah : 30)

Kewenangan manusia untuk mempergunakan alam bukanlah hak mutlaknya tapi


merupakan hak yang telah direkomendasikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala Dan
suatu saat akan diminta pertanggungjawaban oleh pemilik sejatinya. Oleh
karenanya manusia berkewajiban memelihara keseimbangan dan keselarasan
alam agar tidak rusak seperti pertama kali Allah Subhanahu wa Ta’ala
meminjamkan pada manusia. Sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an :
ُّ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ َ َ ٰ ۡ َ َّ ُ ‫َ ۡ َ ۡ َ ۤ ٓ ٰ َ ه‬
ُ ‫الد ۡن َيا َو َا ۡحس ۡن َك َم ۤا َا ۡح َس َن ه‬
‫اَلِل‬ ِ ‫وابت ِغ ِفيما اتٮك اَلِل الدار اال ِخرة وَل تنس ن ِصيبك ِمن‬
ۡ ۡ َ َ ‫َّ ه‬ َۡ َ َ َۡ َۡ ََ َ َۡ
‫اَلِل َل ُي ِح ُّب ال ُمف ِس ِد ۡي َن‬ ‫ض ِان‬
ِ ‫ر‬ۡ ‫اال‬ ‫ف‬ِ ‫ِاليك وَل تب ِغ ال فس‬
‫اد‬
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 19

Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S. Al-Qhashash : 77)

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia


menjadi khalifah berarti manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan
kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat
kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya dengan baik,
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala
ciptaan Allah Azza wa Jalla melalui pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-
hukum yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-
konsep serta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam
kebudayaan.

Tanggung jawab manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia


memanfaatkan potensi alam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Banyak ayat
al-Qur’an yang menegaskan bahwa segala sesuatu baik di langit maupun di bumi,
ditundukkan Allah Subhanahu wa Ta’ala bagi manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka :

َ ‫ََ ه‬ َ‫َ َٰ ى‬ َۡ
ۡ ‫اال ۡرض َج ِم ۡي ًعا ِّم ۡن ُه ِا َّن‬ َّ ‫َو َس َّخ َر َل ُك ۡم َّما ف‬
‫ف ذ ٰ ِلك ال ٰي ٍت لق ۡو ٍم َّيتفك ُر ۡون‬ ِ ِ ‫الس ٰم ٰو ِت َو َما ِف‬ ِ
Artinya : “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.” (Q.S. al-Jasiyah: 13)

Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana
kemakmuran hidup manusia (Q.S. Ibrahim: 32-34):

ُ‫ًۡ ه‬ َّ ۡ َ َ ‫َ ه ُ ه ۡ َ َ َ َّ ٰ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ َّ ى ى‬
ۚ ‫الس َما ِء َما ًء فاخ َر َج ِب ٖه ِم َن الث َمر ِٰت ِرزقا ل ك ۡم‬ ‫اَلِل ال ِذى خلق السمو ِت واالرض وانزل ِمن‬
ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َ َّ
‫َو َسخ َر ل ك ُم ال فلك ِلت ۡج ِر َى ِف ال َب ۡح ِر ِبا ۡم ِرٖهۚ َو َسخ َر ل ك ُم االن ٰه َ ۚر‬
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 20

َّ ‫َّ َ ُ ه‬ ۡ ‫س َو ۡال َق َم َر َد ىاٮ َب‬ َّ ُ ُ َ َ َّ َ َ


ۚ َ ‫يۚ َو َسخ َر ل ك ُم ال ۡي َل َوالن َه‬
‫ار‬ ِ ِٕ َ ‫الش ۡم‬ ‫وسخر ل كم‬
33. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus
menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan
siang.
َّ َ ُ َ َ َ ۡ ۡ َّ َ ُ َ ‫َ ٓ ٰ ُ ۡ ِّ ۡ ُ ِّ َ َ َ ۡ ُ ُ ۡ ُ َ ۡ َ ُ ُّ ۡ ۡ َ َ ه‬
‫اَلِل َل ت ۡح ُص ۡوها ِان ِاَلن َسان ل ظل ۡوم كفار‬
ِ ‫واتٮكم من كل ما سال تموه وِان تعدوا ِنعمت‬
34. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang
kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah).

Dan juga binatang ternak diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia :
َ َُُۡ ۡ َ ۡ َُ ََ َ َۡ ۡ
‫َواالن َع َام خلق َها ۚ ل ك ۡم ِف ۡي َها ِدف ٴ َّو َمن ِاف ُع َو ِمن َها تاكل ۡون‬
Artinya : “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada
(bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfa'at, dan sebahagiannya
kamu makan.” (Q.S. an-Nahl: 5)

Dan laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali
serta dimanfaatkan kekayaannya.

َ ُۡۡ َ َ َۡ ً ۡ ُ ۡ ۡ َ َ َ َ ُ ۡ َُُۡ ۡ َّ ‫ُ ه‬
‫َوه َو ال ِذ ۡى َسخ َر ال َب ۡح َر ِلتاكل ۡوا ِمنه ل ۡح ًما ط ِر ًّيا َّوت ۡستخ ِر ُج ۡوا ِمنه ِحل َية تل َب ُس ۡون َه ۚا َوت َرى ال فلك‬
َ ُ ۡ َ ُ‫َ ه‬ ۡ َ َُ َ
‫َم َو ِاخ َر ِف ۡي ِه َو ِلت ۡبتغ ۡوا ِم ۡن فض ِل ٖه َول َعلك ۡم تشك ُر ۡون‬
Artinya : “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 14)
Manusia berkewajiban mengolah dan menjaga potensi alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mengolah potensi alam yang diberikan Allah Azza wa Jalla
kepada manusia merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusia
mempunyai kemampuan untuk menggali potensi alam yang diberikan tersebut.
Untuk itu apabila manusia menyia-nyiakan potensi alam artinya tidak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia berarti mengabaikan
fungsi manusia terhadap alamnya. Dalam memenuhi tanggung jawab manusia
terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak
terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar
generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas
(Basyir, 1984: 16).
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 21

Apabila berlebihan, tamak dan rakus dalam memanfaatkan potensi alam akan
berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan manusia bahwa, Allah Ta’ala berfirman,

ْ‫ض هالذي َعم ُلوا َل َع هل ُهم‬ ْ‫الناس ل ُيذ َيق ُه ْم َبع‬


َّ َ ْ َ َ َ َ ْ َ ْ َ ِّ َ ْ ُ َْ َ
ِ ِ َ ِ ِ ِ ‫ظ َه َر الف َساد ِ يف ال ِب والبح ِر ِبما كسبت أي ِدي‬
ْ
َ
‫َي ْر ِج ُعون‬

Artinya : “Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena


perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)” (QS Ar Ruum:41).

Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia
sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan
berusaha menjaga dan melestarikan potensi alam tersebut.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Melakukan maksiat di muka bumi


(dinamakan) “berbuat kerusakan” karena perbuatan tersebut menyebabkan
rusaknya apa yang ada di muka bumi, seperti biji-bijian, buah-buahan,
pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, karena terkena penyakit yang disebabkan
perbuatan maksiat. Demikian juga karena melakukan perbaikan di muka bumi
adalah dengan memakmurkan bumi dengan ketaatan dan keimanan kepada
Allah, yang untuk tujuan inilah Allah menciptakan manusia dan menempatkan
mereka di bumi, serta melimpahkan rezeki kepada mereka, agar mereka
menjadikan (nikmat tersebut) sebagai penolong mereka untuk melaksanakan
ketaatan dan ibadah kepada Allah, maka jika mereka melakukan perbuatan yang
bertentangan dengan ketaatan kepada Allah (maksiat) berarti mereka telah
mengusahakan (sesuatu yang menyebabkan) kerusakan dan kehancuran di muka
bumi. (Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 42)).

Dien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengerusakan terhadap
alam sekitar, baik pengerusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum
Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam
sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan
pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan
tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni
bumi Allâh Azza wa Jalla ini.

Syariat Islam sangat memperhatikan kelestarian alam, meskipun dalam jihâd fi


sabîlillah. Kaum Muslimin tidak diperbolehkan membakar dan menebangi pohon
tanpa alasan dan keperluan yang jelas.

Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar
adalah perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 22

dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan. Dan juga
perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat.

Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau
bersabda :
ٌَ َ َ ُ َ َ َ َّ ٌ َّ َ ْ َ ٌ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ً ْ َ َ َ َ
‫َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم غرس غرسا فأ كل ِمنه ِإنسان أو دابة ِإَّل كان له ِب ِه صدقة‬

Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang
memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala
sedekah. [ HR Bukhâri : 6012]

Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan
terus mengalirkan pahala baginya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

َ‫ َم ْن َع هل َم ِع ْل ًما َأ ْو َأ ْج َرى َن ْه ًرا َأ ْو َح َفر‬: ‫لع ْب ِد َأ ْج ُر ُه َّن َو ُه َو ف َق ْبه َب ْع َد َم ْوت ِه‬


َ ‫َس ْب ٌع َي ْجري ل‬
ِ ِ
ِ ِ ِ ‫ي‬ ِ
َ ْ َ ُ َ َ ُ ْ َ ْ َ ً َ َ َ َ َ ْ َ ً َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ً ْ َ َ َ ْ َ ‫ْْ ً َ ْ َ َ َ َ ْ ا‬
‫ِببا أو غرس نخال أو بن مس ِجدا أو ورث مصحفا أو ترك ولدا يستغ ِفر لَه بعد‬
‫ َم ْو ِت ِه‬.

Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah
ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan
ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun
masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan
ampunan untuknya sesudah ia mati. [Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-
Jâmi’ (3602) dari Anas]

Dan sungguh kami prihatin akan banyak kejadian saat ini, ketika banyak manusia
menyiksa hewan-hewan. Dan sungguh Islam melarang hal demikian, dan
menyuruh untuk berbuat baik pula walau kepada hewan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati seekor unta yang


punggungnya menempel dengan perutnya (artinya: kelihatan begitu kurus karena
tidak terurus). Beliau bersabda,
ً َ ُُ ً َ َ َ ْ ْ َ َ ‫َّات ُقوا ه‬
‫اَلِل ِف ه ِذ ِه ال َب َه ِائ ِم ال ُم ْع َج َم ِة ف ْارك ُبوها َص ِال َحة َوكلوها َص ِال َحة‬

“Bertakwalah kalian kepada Allah pada binatang-binatang ternak yang tak bisa
berbicara ini. Tunggangilah ia dengan baik-baik, makanlah pula dengan cara yang
baik.” (HR. Abu Daud no. 2548. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad
hadits ini hasan. Imam Nawawi mengatakan dalam Riyadhus Sholihin bahwa hadits
ini shahih)
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 23

Dari Anas bin Malik, ia berkata,

ِّ ‫ُك َّنا إ َذا َن َ ْزل َنا َم ْب ًال َال ُن َس ِّب ُح َح َّث َن ُح َّل‬
َ ‫الر َح‬
‫ال‬ ِ ِ
“Kami pernah ketika singgah di suatu tempat, kami tidak bertasbih -yaitu tidak
melaksanakan shalat sunnah terlebih dulu- sehingga kami menurunkan beban-
beban dari punggung binatang tunggangan.” (HR. Abu Daud no. 2551 dan Ahmad
3: 29. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).

Imam Nawawi menjelaskan hadits ini dalam Riyadhus Sholihin bahwa meskipun
para sahabat begitu semangat untuk melaksanakan shalat sunnah, mereka tetap
mendahulukan barang dari punggung hewan tunggangan dan mengistirahatkan
hewan tersebut.

Bahkan Islam mengajarkan tentang berbuat baik kepada hewan yang hendak
disembelih. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu,
maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan,
dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan,
dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah
ia mempertajam mata pisaunya” [HR Muslim : 1955]

Dan juga tidak boleh menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan
membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia
tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda :

“Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga
mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak
memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya,
dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi”
[HR Al-Bukhari : 3482]

Sekali lagi, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kita mempunyai kewajiban untuk
melestarikan alam semesta.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :


َ َ َْ ُ ُْ ََ
‫ض َب ْعد ِإ ْصًل ِح َها‬
ِ ‫ر‬ْ ‫اْل‬ ‫ف‬‫ي‬ ِ ‫وا‬ ‫د‬ ‫وَّل تف ِس‬

Artinya : “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah


(Allah) memperbaikinya.”[Al-A’râf : 56]
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 24

Referensi :

▪ BUKU AJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Projek Penyelarasan Materi Ajar


Kepribadian Mahasiswa 2018 STAN
▪ Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jamajah : Ahlus Sunnah Taat Kepada
Pemimpin Kaum Muslimin,hal-573-576.
▪ www.alquran-indonesia.com/
▪ https://muslimah.or.id/9194-arti-sebuah-tanggung-jawab.html
▪ https://rumaysho.com/7064-berpakaian-yang-bagus-dan-sederhana.html
▪ https://muslim.or.id/2757-jangan-berbuat-kerusakan-di-muka-bumi.html#_ftn1
▪ https://muslimah.or.id/2543-wajibkah-taat-kepada-pemerintah.html
▪ https://muslim.or.id/36774-kedudukan-mempelajari-ilmu-duniawi-sains-dalam-
timbangan-syariat.html
▪ https://rumaysho.com/13101-ilmu-dunia-engkau-lebih-paham.html
▪ https://rumaysho.com/8160-sikap-baik-pada-pemerintah.html
▪ https://ikhwahmedia.wordpress.com/2017/10/20/hadits-mendapatkan-dunia-
dan-akhirat-dengan-ilmu/
▪ https://almanhaj.or.id/5756-hak-allah-subhanahu-wa-taala-yang-wajib-dipenuhi-
oleh-hamba.html
▪ https://almanhaj.or.id/1190-hak-hak-isteri-atas-suami.html
▪ https://almanhaj.or.id/1086-hak-hak-suami-atas-isteri.html
▪ https://almanhaj.or.id/358-wajibnya-berbakti-dan-haramnya-durhaka-kepada-
kedua-orang-tua.html
▪ https://muslimah.or.id/6435-pribadi-yang-bermanfaat.html
▪ https://almanhaj.or.id/3456-islam-dan-lingkungan-hidup.html
▪ https://almanhaj.or.id/6055-cabangcabang-iman.html
▪ https://almanhaj.or.id/1324-ahlus-sunnah-wal-jamaah-menjaga-ukhuwwah-
persaudaraan-sesama-mukminin.html
▪ https://almanhaj.or.id/1299-ahlus-sunnah-wal-jamaah-mengajak-manusia-
kepada-akhlak-yang-mulia-dan-amal-amal-yang-baik.html
▪ https://almanhaj.or.id/370-adab-terhadap-hewan.html

Anda mungkin juga menyukai