Kelompok 5
1. Muhammad Ricky Arzaaq [4301180049]
2. Rajib ‘Ain Fattah [4301180183]
3. Diana Putri Utami [4301180512]
4. Dinda Putri Suita [4301180215]
5. Erika Merliana Dewi [4301180505]
6. Fazlina Uzlifatul Jannah [4301180563]
Daftar Isi
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah ‘keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). ‘Tanggung jawab adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajibannya (Shabri Sholeh Anwar, 2014: 13).
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat
dan dari sisi yang memiliki kepentingan dari pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus
menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus
memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain apabila si pembuat tidak mau
bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual
maupun dengan cara kemasyarakatan (Shabri Sholeh Anwar, 2014: 14). Oleh karena
itu tanggung jawab dapat diartikan pemenuhan hak dan penunaian kewajiban
terhadap pihak lain.
َ ُ َ َ َ ُ َّ َ ً ُ َ ْ َ َ َّ َ ُ ََ
أف َح ِس ْبت ْم أن َما خلقناك ْم َع َبثا َوأنك ْم ِإل ْينا َل ت ْر َج ُعون
Artinya : “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115).
Manusia memiliki tanggung jawab di dunia ini, sebab kelak manusia akan
dikembalikan kepada Rabbnya, dan mempertanggungjawabkan apa yang telah
mereka lakukan. Tanggung jawab manusia tersebut kami rangkum menjadi
beberapa bagian.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 2
Sebagaimana kita tahu, bahwa akhlak yang paling utama adalah akhlak kepada
Allah, maka tanggung jawab yang paling utama yaitu tanggung jawab kepada Allah
Azza wa Jalla, dan kemudian tanggung jawab kepada makhluk ciptaan-Nya.
أ تدرى ما حق هللا عىل عباد, ) يا معاذ: قال رسول هللا صىل هللا عليه و سلم
(…,يشكو به شيأ ) أن يعبدوه وال ر: قال, هللا و رسوله أعلم: قال
• Ibadah
Seperti yang telah kita tahu diatas, bahwa Allah tidak menciptakan manusia
dengan sia-sia. Ibadah adalah tanggung jawab besar manusia kepada Allah
Azza wa Jalla. Bahkan ibadah merupakan tujuan diciptakan manusia.
Artinya : tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah
kepadaKu” (Q.S. Adz Dzariyat : 56).
Ibadah adalah perkara yang agung, yang hanya Allah sajalah yang berhak
mendapatkan hak ini. Tanggung jawab seorang manusia kepada Rabb nya
ialah tidak mempersembahkan ibadah ini kepada siapapun kecuali kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seorang manusia harus bertanggung jawab
merealisasikan firman Allah, dalam Surah Al-Fatihah :
َ َّ َ ُ ُ ْ َ َ َّ
ُ اك َن ْس َتع
ي ِ ِإياك نعبد و ِإي
ٌ الش َك َل ُظ ْل ٌم َعظ َ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ ُ َ ُ َ َّ َ ُ رْ ْ ه
ْ اَّلل إ َّن رر
يم ِ ِِ شك ِب
ِ و ِإذ قال لقمان ِالب ِن ِه وهو ي ِعظه يا ب ين َّل ت
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar” (Q.S. Luqman 13).
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 4
َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ٰ َ َ ْ َّ َ ُُۗ َ َ ْ ُّ رْ ْ ه َ َ َّْ ه َ َ َ ْ ُ َ ْ ُّ ر
اَّلل
ِ شك ِب
ِ ي ن مو اء ش ي ن ملِ ك لِ ذ نو د ا م ر فِ غيو ه
ٖ ب
ِ ِإَن اَّلل َّل يغ ِ ٰف ار أن يش
ك
ً َ َ ْ َ
فقد ض َّل ضلًل َب ِع ْيدا
َ ال َف َق َّ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ َ
َ الد َّج َ َ ََ َ َ ُ ُ ه
ال ونحن نتذاكر الم ِسيح-صىل هللا عليه وسلم- اَلِل ِ خ َرج عل ْينا رسول
َ ُْ َ َ
.ال قل َنا َبىل َّ
َّ الد َ ف َع َل ْي ُك ْم ع ْندى م َن ْال ُ َ ْ َ َ ُ َ ُُْ ْ ُ َ َ
ق.» الِ ج يحِ سِ م ِ ِ ِ « أال أخ ِبكم ِبما هو أخو
َ َ ُ َ َ
بي ُن َصالته ِل َما َي َرى ِم ْن نظ ِر َر ُج ٍل
َ َ ى
ِّ ُ الر ُج ُل ُي َصىل ف
َّ ومَ ف َأ ْن َيق
ُ ُّ ِ الِش ُك ْال َخ َ َف َق
ْ ِّّ « ال
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki tiga unsur padanya, yaitu unsur
jiwa, unsur akal dan unsur jasmani. Ketiga unsur ini berjalan seimbang dan saling
terkait antara satu unsur dengan unsur yang lain. Jika jiwa terpisah dari raga, maka
sebutan manusia tidak dapat dipakai dalam arti manusia hidup. Jika manusia
berbuat, bukan hanya raganya saja yang berbuat atau jiwanya saja melainkan
keduanya sekaligus. Secara lahiriyah memang raganya yang berbuat yang tampak
melakukan perbuatan, tetapi perbuatan itu didorong dan dikendalikan oleh jiwa.
telah mengkaruniakan kita fisik ini, dan Allah menitipkannya pada kita, maka
tanggung jawab kita lah untuk menjaganya sebaik-baiknya. Beberapa contoh
tanggung jawab terhadap diri pribadi, yaitu:
ُ َّ َ ْ َّ َ ُ ُ ُ َّ َ َ َ ً َ َ ا َ ر ْ َْ َّ ُ ُ ُ َّ َ ُّ َ َ
ات الشيط ِان ۚ ِإنهِ ض حًلَّل طيبا وَّل تت ِبعوا خطو
ِ َيا ُ أيها الناس كلوا ِمما ِ يف اْلر
ي ٌ لك ْم َع ُدو ُمب
ِ
Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.” (Q.S. Al-Baqarah : 168)
َ َ َ
َو ِث َي َابك فط ِّهر
Artinya : “dan pakaianmu bersihkanlah” (Q.S. Al-Muddatstsir : 4)
َ َ ْ َ َ َ ُ ُ ه َ َ َ ْ َ
صىل هللا عليه وسلم- اَّلل
ِ رض هللا عنها قالت قال رسول ي ة عن ع ِائش-
ٌ َ ْ
َ ٌ ْ ُ ر
«الس َواك َمط َه َرة ِللف ِم َم ْرضاة ِل َّلر رب».
َ َّ َ ُ َ ه
َ اَّلل – صىل هللا عليه وسلم – َق َ ََْ ُ ََ ْ َ
ال ِ ولسر ن أ – عنه هللا رض – ةعن أ يب هرير
ُ َ ُ َ َ َّ ُ َ ْ َ َ َ
«ل ْوال أن أشق عىل أ َّم ِ ِن ْل َم ْرت ُه ْم كل صالة بوضوء ومع كل وضوء
اك َ ر
ِ »بسو ِ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jikalau tidak memberatkan atas
umatku maka aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali akan
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 6
shalat dengan wudhu dan setiap kali wudhu.” (HR Ahmad dan dishahihkan
oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 200).
ُ ْ ْ َ َ َّ َ َََُْ َ ْ َ
ال » ال ِفط َرة ق-صىل هللا عليه وسلم- ن الن ر
ِْ ِنع عنه هللا رض
ي ة عن أ ِب هرير
ف
َ َ ْ َ
ُ يم اْلظفار َون ْت
ِ
ْ َ َ
ِ ِ
ُ ْ
ُ س م َن الف ْط َرة – الخ َتان َواال ْست ْحد ُاد َوتقل
ِ ِ ِ ٌ س – َأ ْو خ ْم
َ ٌ َخ ْم
ِ ِ
َّ ُّ َ َ ْ
ص الش ِار ِب »اْلب ِط وق
ِ
“Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Fitrah ada lima atau lima perkara
dari fitrah; berkhitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kuku,
mencabut bulu ketiak dan menipiskan kumis.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ََ ََ َْ َ إ َّن ه
اَلِل ُي ِح َّب أن ُي َرى أث ُر ِن ْع َم ِت ِه عىل ع ْب ِد ِه ِ
“Sesungguhnya Allah suka melihat tampaknya bekas nikmat Allah kepada
hamba-Nya.” (HR. Tirmidzi no. 2819 dan An Nasai no. 3605. Al Hafizh Abu
Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
• Akal yang merupakan salah satu segi unsur rohani kita bertabiat suka berpikir.
Tabiat suka berpikir akan dipenuhi dengan berbagai macam ilmu pengetahuan
yang berguna bagi hidup manusia. (Basyir, 1984: 4-8).
Akal secara bahasa menurut Imam Ibnu Faris berarti mencegah dari perkataan
dan perbuatan yang tercela. Menurut Imam Khalil bin Ahmad, akal berarti
berarti lawan dari kebodohan. Akal secara istilah menurut Imam Al-Asma'i
yaitu sesuatu yang menahan diri kita dari keburukan dan menurunkan nafsu
kita, lalu mencegah nafsu agar selalu berada diatas kebaikan. Akal yang sejati
adalah perpaduan antara ilmu dan amal.
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (At-Tahriim: 6)
Fakhrur Razi dalam tafsrinya mengatakan, “Peliharalah dirimu,” yaitu dengan cara
menjauhi segala yang dilarang oleh Allah untuk kamu kerjakan.” Sedangkan
Muqatil mengatakan, “Maksudnya, setiap muslim harus mendidik diri dan
keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakan kebaikan
dan melarang mereka berbuat kejahatan.” Sementara itu Imam Zamakhsyari
dalam tafsir Al-Kassyaaf menafsirkan, “Periharalah dirimu,” yaitu dengan cara
meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan;
“dan keluargamu,” adalah dengan cara memperlakukan mereka sebagaimana
kalian memperlakukan dirimu sendiri.”
Pada bab ini, kami lebih menekankan akan tanggung jawab kedua orangtua kepada
anaknya, karena inilah tanggung jawab yang besar dalam keluarga.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 8
ٌالر ُج ُل َراع َع َىل َأ ْهله َو ُه َو َم ْس ُئول ٌ ول َف ْاْل َم ُام َراع َو ُه َو َم ْس ُئ
َّ ول َو ٌ ُك ُّل ُك ْم َراع َو ُك ُّل ُك ْم َم ْس ُئ
ِِ ٍ َ ُ ْ َ َ ٍ َ َ ِ ْ َ ْ َ َ َ ٌ َ ٍَ ُ َ ْ َ ْ َ
ٌول ٌة َو ْال َع ْب ُد َراع َع َىل َمال َس ريده َو ُه َو َم ْس ُئول
ِِ ِ ٍ ه مس ئ ىل بي ِت زو ِجها و ِ ي والمرأة ر ِاعية ع
ٌ َأ ََّل َف ُك ُّل ُك ْم َراع َوكلك ْم َم ْس ُئ
ول
ُ ُّ ُ
ٍ
“Aku mendengar Rasulullah shallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Seorang imam
adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya.
Seorang laki-laki adalah pemimpin di keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas
keluarga yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya,
dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah
pemimpin terhadap harta milik tuannya dan ia bertanggung jawab atas apa yang
dipimpinnya. Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan akan bertanggung
jawab atas rakyat yang dipimpinnya.” (Muttafaq ‘alaih)
ُ َُْ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َّ ُ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ر َ َ ْ ُ َ ر
ِّص ِان ِه أ ْو ُي َم رج َس ِان ِه ك َما تنتج ود ِإَّل يولد عىل ال ِفطرِة فأبواه يهود ِان ِه أو ين ٍ ما ِمن مول
َ ْ َ ُ َ ا َ يم ُة َبه
َ ْال َبه
يمة َج ْم َع َاء ه ْل ت ِح ُّسون ِف َيها ِم ْن َجدع َاء ِ ِ
“Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan dia dilahirkan di atas fitrah. Lalu
kedua orang tuanya lah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi atau Nasrani;
Anak, adalah tujuan dari pernikahan yang telah Islam syariatkan. Seorang anak lah
yang akan melanjutkan generasi terdahulunya. Dan keluarga lah yang mempunyai
peran besar. Ibnul Qoyyim selanjutnya menjelaskan, “Siapa saja yang mengabaikan
pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan
begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan besar. Mayoritas penyebab
kerusakan anak adalah adalah akibat orang tua yang mengabaikan mereka, serta
tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan sunnah-sunnah agama. Lalu menyia-
nyiakan anak ketika kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 9
diri mereka, dan mereka pun tidak bisa memberikan manfaat kepada ayah mereka
ketika mereka dewasa.
1. Wanita yang cerdas dan berilmu akan mengagungkan apa yang telah
diagungkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan menghormati suaminya dengan
sebenar-benarnya, ia bersungguh-sungguh untuk selalu taat kepada suami,
karena ketaatan kepada suami termasuk salah satu di antara syarat masuk
Surga. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ْ َ ََ َ ْ َ َ َ ْ َ َُ ْ َ ه
ِق ْي َل، َوأطاعت ز ْو َج َها، َو َح ِفظت ف ْر َج َها، َو َص َامت ش ْه َرها،ِإذا َصل ِت ا َلم ْرأة خ ْم َس َها
ْ َ َ َ َّ ْ ُ ْ َ
ل َها ادخ ِ يىل ال َجنة ِم ْن أ ري أ ْب َو ِاب َها ِشئ ِت.
3. Suami harus memperlakukan isteri dengan cara yang ma’ruf, karena Allah
Ta’ala telah berfirman :
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 10
ْ َ ْ َّ ُ ُ َو َع ر
ِ اشوهن ِبالمع ُر
وف ِ
Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” [An-Nisaa’: 19]
َ ََ ر َ ُ َ ر
ال ق َّو ُامون عىل الن َس ِاء الرج
Artinya : “Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita.” [An-Nisaa’: 34]
5. Seorang anak wajib berbakti kepada orangtuanya, dan berperilaku yang baik
terhadap orangtuanya, sebagaimanapun keadaan orangtuanya.
ُ ُ َ ْ َ َْ َُ ً َ ْ َّ ُ َ َّ َ َ َ
ٰ َ َوق
ض َرُّبك أَّل ت ْع ُبدوا ِإَّل ِإ َّي ُاه َو ِبال َو ِالد ْي ِن ِإ ْح َسانا ۚ ِإ َّما َي ْبلغ َّن ِعندك ال ِك َ َب أ َحده َما
ً ف َو ََّل َت ْن َه ْر ُه َما َو ُق ْل َل ُه َما َق ْو اَّل َكر
يما ٍّ َأ ْو ك ًَل ُه َما َف ًَل َت ُق ْل َل ُه َما ُأ
ِ ِ
Artinya : “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia
beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada
kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya
atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan
kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”
[Al-Isra : 23]
Berbakti dan taat kepada orang tua terbatas pada perkara yang ma’ruf.
Adapun apabila orang tua menyuruh kepada kekafiran, maka tidak boleh taat
kepada keduanya.
َ س َل َك به ع ۡلم ۙ َف ََل ُتط ۡع ُه َما َو ۡ ت َما َل َ ۡ ّ ُ ۡ َ َ ۡ َ َ ٰ َ َ ٓى
اح ۡب ُه َما ِف
ِ ص ِ ِ ِٖ َ ي ۡ
ِ ِش
ك ِ وِان جاهد ك عىل ان ت
َ ُ َ ُۡ ُ َ
ُ ُ َُ ُ َ ُ َ َ الد ۡن َيا َم ۡع ُر ۡو ًفا َّو َّاتب ۡع َسب ۡي َل َم ۡن َا َن
ُّ
اب ِا ََّل ۚ ث َّم ِا ََّل َم ۡر ِج ُعك ۡم فان ِّبئك ۡم ِب َما كنت ۡم ت ۡع َمل ۡون ِ ِ
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 11
“Ilmu-ilmu tersebut tidaklah termasuk dalam ilmu agama (tafaqquh fid diin).
Karena dalam ilmu-ilmu tersebut tidaklah dipelajari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Akan tetapi, ilmu tersebut termasuk dalam ilmu yang dibutuhkan oleh umat Islam.
Oleh karena itu, aku ingatkan kepada saudara-saudaraku yang sedang mempelajari
ilmu-ilmu tersebut agar mereka niatkan untuk dapat memberikan manfaat bagi
kaum muslimin dan meningkatkan (derajat) umat Islam.” (Kitaabul ‘Ilmi, 1/125
(Maktabah Syamilah).
“Dan sunguh banyak ulama telah menyebutkan bahwa mempelajari ilmu industri
(teknologi) termasuk fardhu kifayah. Hal ini karena manusia harus (tidak boleh
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 12
tidak) memiliki ilmu tersebut untuk dapat memasak (menyiapkan makanan, pen.),
minum, atau perkara-perkara lainnya yang dibutuhkan. Jika tidak ditemukan orang
yang menekuni ilmu tersebut, maka hukum mempelajarinya menjadi fardhu
kifayah.”
Oleh karena itu, ketika ilmu duniawi menjadi sarana untuk menegakkan kewajiban
dalam agama, maka hukum mempelajari ilmu tersebut juga wajib. Dan ketika
menjadi sarana untuk menegakkan perkara yang hukumnya sunnah dalam agama,
maka hukum mempelajarinya juga sunnah.
“Tercakup dalam kaidah pokok ini adalah wajibnya mempelajari ilmu industri
(teknologi) yang dibutuhkan oleh manusia dalam perkara agama dan dunia
mereka, baik perkara yang kecil maupun yang besar.” (Al-Qawaa’id wal Ushuul Al-
Jaami’ah, hal. 38)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hambanya yang berusaha berfikir atas
penciptaan langit dan bumi, dan seluruh tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di
alam sebagai ulil albab.
َّ ف َخ ۡلق
الس ٰم ٰو ِت َ هالذ ۡي َن َي ۡذ ُك ُر ۡو َن ه
ۡ اَلِل ِق َي ًاما َّو ُق ُع ۡو ًدا َّو َع ٓىل ُج ُن ۡوب ه ۡم َو َي َت َف هك ُر ۡو َن
ِ ِ ِِ ِ
َّ َ َ َ َ َ َ َ ٰ ۡ ُ ۚ ً َ َ ٰ َ ۡ َ َ َ َ َّ َ َۡ ۡ َ
اطَل ۙ سبحنك ف ِقنا عذاب الن ِار ِ ضۚ ربنا ما خلقت هذا ب ِ واالر
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Ali-Imran : 191)
Dan dengan mempelajari ilmu dan mengikuti perkembangan akademik, akan
menjadikan kita semakin kuat, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala lebih menyukai
mukmin yang kuat.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa
Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 13
ُ ْ ُ َ َ ْ َ ُ َْ
أنت ْم أعل ُم ِبأ ْم ِر دن َياك ْم
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan derajat orang yang berilmu, dengan
orang yang tidak berilmu
َ ۡ ُ ُ ُ ه ۡ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َ ه ۡ َ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ َّ َ َ َ َ ه
َ اال ۡل َ َ ُ
اب
ِ ب ق ۡل ه ۡل َي ۡست ِوى ال ِذين يعلمون وال ِذين َل يعلمون ِانما يتذكر اولوا..ۙ
Artinya : “ Katakanlah (wahai Muhammad) adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Q.S. Az-Zumar : 9)
َ ََ
َ ْ ْ ُ ُ َ ْ ُْ َ ه َُ َ ََْ هُ ه
…ات
ٍ أوتوا ال ِعلم درج آمنوا ِمنكم وال ِذين يرف ِع اَّلل ال ِذين..
Maka tanggung jawab seorang manusia terhadap akademik, yaitu selalu belajar
dan menuntut ilmu, untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.
Perbedaan manusia hanyalah terletak pada aktivitas amal perbuatannya dan rasa
ketakwaan kepada Allah. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
َۡ ُ ۡ َ َّ ُ َ َ ى ُ ُ ٰۡ ُٰۡ َ َ ُ ٰ ۡ َ َ َّ ُ َّ َ ُّ َ ٰٰۤ
اس ِانا خلقنك ۡم ِّم ۡن ذك ٍر َّوان ٰث َو َج َعلنك ۡم ش ُع ۡو ًبا َّوق َبا ِٕٮ َل ِلت َع َارف ۡوا ِان اك َر َمك ۡم ِعند يايها الن
َ َ َ ه َّ ُ ٰۡ َ ه
اَلِل ع ِل ۡيم خ ِب ۡب اَلِل ا تقٮك ۡم ِان
ِ
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(Q.S. Al-Hujurat : 14)
Dan Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menjunjung tinggi hak asasi manusia,
dimana tidak adanya perbedaan/kasta diantara manusia. Sebelum Rasulullah
wafat, beliau memberikan khutbah di saat haji wada’. Pesan ini sangat penting
karena isinya universal. Saya kutip sebagian teksnya dari Musnad Ahmad (Hadts
Nomor 22391):
Dari Abu Nadhrah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar
khutbah Rasulullah Shalallahu ‘alahi wasallam ditengah-tengah hari tasyriq, beliau
bersabda: “Wahai sekalian manusia! Rabb kalian satu, dan ayah kalian satu
(maksudnya Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang
Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi
orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas
orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apa aku sudah menyampaikan?”
mereka menjawab: Iya, benar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah
menyampaikan.”
Meskipun pada awalnya manusia itu merupakan makhluk individual tapi karena
adanya dorongan untuk berhubungan dengan manusia yang lainnya, maka
kemudian terbentuklah kelompok-kelompok masyarakat (Bimo Walgito, 1987: 41).
Selanjutnya tanggung jawab manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar
sifat sosial yang dimiliki manusia itu sendiri, yaitu adanya kesedian untuk selalu
melakukan interaksi dengan sesamanya. Ditegaskan dalam al-Qur’an bahwa
manusia selalu mengadakan hubungan dengan Tuhannya dan juga mengadakan
hubungan dengan sesama manusia.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 15
Dan tanggung jawab seorang manusia di masyarakat, ialah saling tolong menolong
dan bermanafaat bagi orang lain.
ً ُ ُ ُّ ُ ْ ْ َ ْ ْ ْ َْ
ال ُمؤ ِم ُن ِلل ُمؤ ِم ِن كال ُبن َي ِان َيشد َب ْعضه َب ْعضا.
“Seorang Mukmin dengan Mukmin lainnya seperti satu bangunan yang tersusun
rapi, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Dan beliau merekatkan jari-
jemarinya. [ HR. Al-Bukhari (no. 481, 2446, 6026), Muslim (no. 2585) dan at-
Tirmidzi (no. 1928), dari Sahabat Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu.]
Bahkan Rasul ‘alaihi shalattu wasallam bersabda bahwa, cabang paling ringan dari
keimanan adalah menyingkirkan gangguan dari jalan.
ْ ُ َ ْ : ََ ه هُ ََْ َ َ ه
يمان ِبض ٌع هللا صىل اَّلل علي ِه وسلم ِاْل ُ ْ ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َع ْن َأب ُه َر ْي َر َة َر َ ه
ِ ض اَّلل عنه قال قال رسول ِ
ُ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ َ ْ ُِ ي َ َ ْ ْ ٌ ي َ ُّ َ ُ ْ َ ا َ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ َ َّ ه
وأدناها ِإماطة، َّل ِإله ِإَّل اَّلل: فأفضلها قول، أو ِبضع و ِستون شعبة،وسبعون
َ َو ْال َح َي ُاء ُش ْع َب ٌة م َن ْاْل،الطريق
َّ َ ََْ
يم ِان ِ ِ ِ ِ ن
ِ اْلذى
ع
lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan
yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.
(Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9)
Maka seharusnya kita bersemangat dan berusaha dalam membantu sesama kita.
Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan keutamaan-keutamaan tentang
ini.
Dan kepada orang-orang kafir pun hendaknya kita berperilaku baik kepada mereka.
Tetapi jangan sampai kita berperilaku seakan meridhai kekufuran mereka, dan
memberikan wala’ yang berlebihan, yang dilarang oleh syariat.
Seorang muslim seharusnya bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama
orang kafir tersebut bukan kafir muhârib (orang kafir yang memerangi kaum
Muslimin). Berdasarkan firman Allah Azza wa Jalla :
ُ َ َ ُ ُ ْ َ ر ُ ُ َ ُ ْ َ َ َّ َ ْ َ ُ ُ ه ُ َ ه
ين َول ْم ُيخ ِر ُجوكم رمن ِد َي ِارك ْم أن ت َ ُّبوه ْم
ِ الد ف ْ وك
اَّلل ع ِن ال ِذين لم يق ِات ْل ْ ي
ِ م َّل ينهاكم
َ
َ َو ُت ْقس ُطوا إل ْيه ْم ۚ إ َّن ه
َ اَّلل ُيح ُّب ال ُمقسط
ي ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku
adil.” (Al-Mumtahanah : 8)
Termasuk adab seorang muslim yaitu tidak apa mengasihi orang kafir dengan kasih
sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar; memberi
minum jika haus; mengobatinya jika sakit; menyelamatkannya dari kebinasaan;
dan tidak mengganggunya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 17
َْ
َّ اْل ْرض َي ْر َح ْم ُك ْم َم ْن ف ْ ْار َح ُموا َم
الس َم ِاء ِي ِ في ِ ن
Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di
atas langit akan mengasihi kamu. [HR. at-Tirmidzi, no. 1924]
Dan termasuk sebab utama orang kafir masuk Islam, ialah akhlak yang mulia.
Karenanya sebagai seorang muslim, kita hendaknya menjaga citra baik Islam,
dengan Akhlak yang mulia, dan hendaknya jika kita tidak bisa mendakawahkan
agama Allah ini, maka hendaknya kita berdakwah dengan akhlak yang mulia. Dan
seharusnya kita ingat dengan hadits dibawah ini.
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Al-
Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 273)
Dan seharusnya yang lebih tepat adalah kita mendoakan pemimpin-pemimpin kita.
Adapun dengan mencela pemimpin maka tidak memberi pahala kepada kita,
sedangkan mendoakannya sebaliknya. Dan dengan mencela pemimpin tidak
merubahnya, adapun mendoakannya, jika Allah berkata jadi, maka jadilah.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 18
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata: “Jika aku mempunyai do’a yang baik
yang akan dikabulkan, maka semuanya akan aku tujukan bagi para pemimpin.” ia
ditanya: “Wahai Abu ‘Ali jelaskan maksud ucapan tersebut?” Beliau berkata:
“Apabila do’a itu hanya aku tujukan untuk diriku sendiri, tidak lebih hanya
bermanfaat bagi diriku, namun apabila aku tujukan kepada pemimpin dan para
pemimpin berubah menjadi baik, maka semua orang dan negara akan merasakan
manfaat dan kebaikannya.”
Kita memohon ampunan kepada Allah Ta’ala untuk seluruh kaum muslimin dan
menjadikan kita rakyat yang selalu bertakwa kepada-Nya dan taat kepada
pemimpin. Kita juga memohon kepada Allah Ta’ala agar menjadikan para
pemimpin kaum muslimin senantiasa berada dalam ketakwaan dan diberi
kekuatan untuk memimpin negara dengan adil. Dan kita memohon kepada Allah
supaya negara kita bertambah makmur dan sejahtera.
Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(keni'matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(Q.S. Al-Qhashash : 77)
َ ََ ه ََ َٰ ى َۡ
ۡ اال ۡرض َج ِم ۡي ًعا ِّم ۡن ُه ِا َّن َّ َو َس َّخ َر َل ُك ۡم َّما ف
ف ذ ٰ ِلك ال ٰي ٍت لق ۡو ٍم َّيتفك ُر ۡون ِ ِ الس ٰم ٰو ِت َو َما ِف ِ
Artinya : “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang
di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.” (Q.S. al-Jasiyah: 13)
Laut, sungai, matahari, bulan, siang dan malam dijadikan sebagai sarana
kemakmuran hidup manusia (Q.S. Ibrahim: 32-34):
ًُۡ ه َّ ۡ َ َ َ ه ُ ه ۡ َ َ َ َّ ٰ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ َّ ى ى
ۚ الس َما ِء َما ًء فاخ َر َج ِب ٖه ِم َن الث َمر ِٰت ِرزقا ل ك ۡم اَلِل ال ِذى خلق السمو ِت واالرض وانزل ِمن
ۡ َ ۡ ُ َ َّ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ ُ َ َّ
َو َسخ َر ل ك ُم ال فلك ِلت ۡج ِر َى ِف ال َب ۡح ِر ِبا ۡم ِرٖهۚ َو َسخ َر ل ك ُم االن ٰه َ ۚر
32. Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-
buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu
supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 20
Dan juga binatang ternak diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia :
َ َُُۡ ۡ َ ۡ َُ ََ َ َۡ ۡ
َواالن َع َام خلق َها ۚ ل ك ۡم ِف ۡي َها ِدف ٴ َّو َمن ِاف ُع َو ِمن َها تاكل ۡون
Artinya : “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada
(bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfa'at, dan sebahagiannya
kamu makan.” (Q.S. an-Nahl: 5)
Dan laut ditundukkan kepada manusia sebagai sarana komunikasi dan untuk digali
serta dimanfaatkan kekayaannya.
َ ُۡۡ َ َ َۡ ً ۡ ُ ۡ ۡ َ َ َ َ ُ ۡ َُُۡ ۡ َّ ُ ه
َوه َو ال ِذ ۡى َسخ َر ال َب ۡح َر ِلتاكل ۡوا ِمنه ل ۡح ًما ط ِر ًّيا َّوت ۡستخ ِر ُج ۡوا ِمنه ِحل َية تل َب ُس ۡون َه ۚا َوت َرى ال فلك
َ ُ ۡ َ َُ ه ۡ َ َُ َ
َم َو ِاخ َر ِف ۡي ِه َو ِلت ۡبتغ ۡوا ِم ۡن فض ِل ٖه َول َعلك ۡم تشك ُر ۡون
Artinya : “Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu
dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar
padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya
kamu bersyukur.” (Q.S. An-Nahl: 14)
Manusia berkewajiban mengolah dan menjaga potensi alam untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Mengolah potensi alam yang diberikan Allah Azza wa Jalla
kepada manusia merupakan fardhu kifayah, karena tidak semua manusia
mempunyai kemampuan untuk menggali potensi alam yang diberikan tersebut.
Untuk itu apabila manusia menyia-nyiakan potensi alam artinya tidak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia berarti mengabaikan
fungsi manusia terhadap alamnya. Dalam memenuhi tanggung jawab manusia
terhadap alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak
terganggu. Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar
generasi mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas
(Basyir, 1984: 16).
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 21
Apabila berlebihan, tamak dan rakus dalam memanfaatkan potensi alam akan
berakibat kerusakan pada manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini, Allah
Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan manusia bahwa, Allah Ta’ala berfirman,
Berdasarkan ayat ini, maka pemanfaatan potensi alam untuk kepentingan manusia
sekarang, harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang, dengan
berusaha menjaga dan melestarikan potensi alam tersebut.
Dien Islam yang kaffah ini telah melarang segala bentuk pengerusakan terhadap
alam sekitar, baik pengerusakan secara langsung maupun tidak langsung. Kaum
Muslimin, harus menjadi yang terdepan dalam menjaga dan melestarikan alam
sekitar. Oleh karena itu, seyogyanya setiap Muslim memahami landasan-landasan
pelestarian lingkungan hidup. Karena pelestarian lingkungan hidup merupakan
tanggung jawab semua umat manusia sebagai pemikul amanah untuk menghuni
bumi Allâh Azza wa Jalla ini.
Salah satu bukti bahwa Islam sangat memperhatikan lingkungan alam sekitar
adalah perintah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyingkirkan gangguan
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 22
dari jalan yang beliau jadikan sebagai salah satu cabang keimanan. Dan juga
perintah beliau untuk menanam pohon walaupun esok hari kiamat.
Bahkan untuk memotivasi umat beliau agar gemar menanam pohon beliau
bersabda :
ٌَ َ َ ُ َ َ َ َّ ٌ َّ َ ْ َ ٌ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ ً ْ َ َ َ َ
َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم غرس غرسا فأ كل ِمنه ِإنسان أو دابة ِإَّل كان له ِب ِه صدقة
Muslim mana saja yang menanam sebuah pohon lalu ada orang atau hewan yang
memakan dari pohon tersebut, niscaya akan dituliskan baginya sebagai pahala
sedekah. [ HR Bukhâri : 6012]
Bahkan pohon itu akan menjadi asset pahala baginya sesudah mati yang akan
terus mengalirkan pahala baginya.
Tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir bagi seorang hamba sesudah
ia mati dan berada dalam kuburnya. (Tujuh itu adalah) orang yang mengajarkan
ilmu, mengalirkan air, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun
masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan
ampunan untuknya sesudah ia mati. [Dishahihkan oleh al-Albâni dalam Shahîh al-
Jâmi’ (3602) dari Anas]
Dan sungguh kami prihatin akan banyak kejadian saat ini, ketika banyak manusia
menyiksa hewan-hewan. Dan sungguh Islam melarang hal demikian, dan
menyuruh untuk berbuat baik pula walau kepada hewan.
“Bertakwalah kalian kepada Allah pada binatang-binatang ternak yang tak bisa
berbicara ini. Tunggangilah ia dengan baik-baik, makanlah pula dengan cara yang
baik.” (HR. Abu Daud no. 2548. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad
hadits ini hasan. Imam Nawawi mengatakan dalam Riyadhus Sholihin bahwa hadits
ini shahih)
Tugas dan Tanggung Jawab Seorang Muslim 23
ِّ ُك َّنا إ َذا َن َ ْزل َنا َم ْب ًال َال ُن َس ِّب ُح َح َّث َن ُح َّل
َ الر َح
ال ِ ِ
“Kami pernah ketika singgah di suatu tempat, kami tidak bertasbih -yaitu tidak
melaksanakan shalat sunnah terlebih dulu- sehingga kami menurunkan beban-
beban dari punggung binatang tunggangan.” (HR. Abu Daud no. 2551 dan Ahmad
3: 29. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
Imam Nawawi menjelaskan hadits ini dalam Riyadhus Sholihin bahwa meskipun
para sahabat begitu semangat untuk melaksanakan shalat sunnah, mereka tetap
mendahulukan barang dari punggung hewan tunggangan dan mengistirahatkan
hewan tersebut.
Bahkan Islam mengajarkan tentang berbuat baik kepada hewan yang hendak
disembelih. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu,
maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan,
dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan,
dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah
ia mempertajam mata pisaunya” [HR Muslim : 1955]
Dan juga tidak boleh menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan
membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia
tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda :
“Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga
mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak
memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya,
dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi”
[HR Al-Bukhari : 3482]
Sekali lagi, kita sebagai umat muslim seharusnya memahami arti pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan hidup. Kita mempunyai kewajiban untuk
melestarikan alam semesta.
Referensi :