Anda di halaman 1dari 16

AIR DALAM PERSPEKTIF ISLAM1

Sukarni
Majelis Tarjih dan Tajdid PWM Kalimantan Selatan

Pendahuluan
Untuk menjamin keberlangsungan kehidupan di alam semesta, air
menempati posisi yang sangat penting. Baik dalam tinjauan normatif maupun
ilmu fisika, air adalah salah satu sub sturktur inti dalam susunan semesta alam.
Oleh karena itu, sumber-sumber ajaran Islam yang termaktub dalam al-Quran
dan Hadis Nabi serta hasil-hasil ijtihad ulama telah membahas tema air dalam
berbagai perspektif.
Fikih sebagai produk pikiran hukum Islam tidak lain kecuali sebagai hasil-
hasil kreativitas kerja intelektual ulama tentang ketentuan hukum prilaku setelah
mereka mencermati sumber-sumber ajaran Islam. Fikih dapat dihasilkan melalui
berpikir deduksi (penalaran dari tek nash) dan atau melalui berpikir induksi (analisis
terhadap fakta untuk kemudian ditetapkan hukum fikihnya melalui teori fikih).
Dalam fikih Islam klasik, pembahasan tentang air pada umumnya hanya dalam
perspektif alat bersuci. Air hanya dianggap sebagai instrument aharah dari hada dan
najis. Dengan demikian, dalam kitab-kitab fikih klasik itu, upaya-upaya perlindungan

1.Makalah Seminar Fikih Air Air dan Masa Depan Umat Manusia yang dilaksanakan
oleh Majelis Tarjid dan Tajdid PP Muhammadiyah, Sabtu 18 Jumadil Awal 1434 H / 30 Maret
2013 M, bertempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jl. Lingkar Selatan Tamantiro
Kasihan Bantul.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
116 Sukarni

air (konservasi dan restorasi) belum tentang air dalam perspektif normatif
terbahas secara memadai. Pembahasan (al-Quran dan Hadis). Kemudian untuk
tentang konservasi dan restorasi air memberikan landasan metodologis
baru tampak pembahasannya dalam tentang fikih air, dibahas pula secara
kitab-kitab fikih kontemporer. ringkas tentang metode ijtihad. Setelah
Dengan mempertimbangkan itu, akan diuraikan konsep fikih air.
posisi dan fungsi air yang sangat
penting dalam kehidupan, maka Air dalam Tinjauan Al-Quran
tulisan ini kiranya dapat memberikan Al-Quran menyebut air dengan
sumbangan tentang konsep-konsep istilah m atau al-m yang berarti
air dalam tinjauan fikih Islam. Fikih cairan yang berwarna bening dan
sebagai rumusan kepastian hukum tembus pandang. Al-Quran menyebut
yang berdimensi logis dan religius dua kata tersebut sebanyak 60 kali
kiranya dapat menjadi acuan prilaku dalam berbagai konteks. Di samping
setiap muslim, khususnya tentang tata itu, kata-kata lain yang disebutkan al-
hubungan manusia dengan air.2 Quran terkait dengan makna air adalah
Untuk memberikan landasan al-maar, al-anhr, dan al-uyun. Tiga
normatif, pembahasan fikih air dalam suku kata tersebut disebutkan oleh al-
tulisan ini dimulai dengan pembahasan Quran sebanyak 214 kali. Banyaknya
penyebutan al-Quran terhadap air
2.Bahasan tentang air dalam fikih sebanding dengan makna air yang sangat
kontemporer termasuk dalam bagian fikih
lingkungan hidup. Dalam perkembangan yang
penting bagi kehidupan, selain sebagai
sangat awal, fikih Islam sudah merumuskan isyarat keharusan memerhatikan,
beberapa tema pokok tentang fikih lingkungan, meneliti, dan mengkajinya.
seperti konsep aharah (bersuci), iy al-mawt Dari berbagai kontek penyebutan
(pembukaan lahan tidur), iq (privatisasi air dalam al-Quran dapat dikelompokkan
tambang), im (kawasan lindung), arm (ka-
wasan terlarang), irm, etika perang, kewajiban
menjadi tiga bagian: fungsi, sumber dan
memberi nafkah kepada binatang piaraan, dan sirkulasi, serta pengelompokannya.
anjuran untuk menanam penghijauan. Lihat Di antara ayat al-Quran yang
Asy-Syaukni, Nail al-Aur Juz V (Beirut: menjelaskan fungsi sentral air bagi
Dr al-Kutub al-Ilmiyyah, t.t.), hlm. 332; Abi kehidupan adalah ayat 30 surah
al-asan Ali bin Muammad al-Mward,
Al-Akm as-Sulniyyah wa al-Wilyat ad-
al-Anbiya:
Dnyyah (Beirut: Dr al-Fikr, 1960), hlm.
190; Al-Bujairmi, syiyah al-Bujairmi al Syar


Minhj a-ullb, Juz III (Beirut: Dr al-Fikr,

t.t.), hlm., 190; Qalybi-Umairah, Hsyiyatni
Juz II (Beirut: Dr al-Fikr, t.t.), hlm. 97; Ibnu
Qudamah, Al-Mugn Juz VIII (Qhirah: ijr, Apakah orang-orang yang kafir tidak
tt), hlm. 171; Ab Ysuf, Kitb al-Kharj (Beirut: mengetahui bahwa langit dan bumi itu
Dr al-Marifah, 1979), hlm. 100-104. keduanya dahulu adalah suatu yang padu,

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 117

kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Tentang sumber dan sirkulasi air,
dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang dalam beberapa ayat al-Quran, Allah
hidup, maka mengapa mereka tidak beriman? menegaskan, salah satunya dalam ayat
Al-Baiw dalam tafsirnya 21 surah Az-Zumar:
mengomentari ujung dari ayat tersebut:
} {
{


Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa
3
. sesungguhnya Allah menurunkan air dari
langit, kemudian diatur-Nya menjadi sumber-
Al-Mawardi menjelaskan makna sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-
ayat tersebut dalam tafsirnya: Nya dengan air itu tanam-tanaman yang
bermacam-macam warnanya, lalu menjadi
: }
{ kering lalu kamu melihatnya kekuning-
. : kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur
. : berderai-derai. Sesungguhnya pada yang
: demikian itu benar-benar terdapat pelajaran
bagi orang-orang yang mempunyai akal.
{ } .
4
. A z - Z a m a k h s y r m em b er i
komentar tentang ayat tersebut:
Dari penafsiran ayat tersebut
dapat diketahui bahwa air adalah sumber : .{ }
dari semua kehidupan yang diciptakan
Allah. Dengan demikian, air menjadi { } {
unsur yang sangat penting, bahkan }
paling penting dalam kehidupan. Hal ini
memberi konsekuensi bahwa manusia
{ }
harus bersikap positif dan bertanggung
jawab untuk keberlanjutan ketersediaan } {
dan kebersihan air bersama sumber-
sumbernya yang disediakan Allah di {} {
alam semesta ini. }

3.Nasr ad-Dn al-Baiw, Anwr at-
Tanzl wa Asrr at-Tawl, I (Maktabah Syamilah), .
hlm. 91. ]24 : { } [:
4.Ab al-asan Al bin Muammad
al-Mward, An-Nukt wa al-Uyn 3, (Maktabah .]45 :{ } [
Syamilah), hlm. 444.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
118 Sukarni

5
. : dari bumi ke udara, kemudian turun ke
bumi, kemudian kembali ke atas, dan
Berdasar komentar az-Zamakh-
dari atas kembali ke bumi lagi. Begitulah
syr, ayat tersebut menegaskan bahwa
seterusnya.
sumber air yang ada dibumi berawal
Dari penafsiran ayat-ayat tersebut
dari hujan. Air hujan itu kemudian
dapat diketahui bahwa air sebagai
mengisi bebatuan-bebatuan dan relung-
komponen penting dalam kehidupan
relung bumi di pegunungan kemudian
memerankan dirinya sebagai benda
mengalir ke berbagai arah sesuai
yang senantiasa bergerak mengikuti
keperluan makhluk-Nya, seperti urat
alur sirkulasi yang sangat cermat.
nadi yang ada di dalam tubuh menjadi
Dalam perjalanan sirkulasi tersebut,
jalan aliran darah bagi kehidupan.
air menempuh perjalanan yang panjang
Pada ayat yang lain, Allah
dan sangat rumit dan menuntut manusia
menjelaskan tentang sirkulasi air hujan
untuk terlibat dalam memanfaatkan dan
yang pada mulanya berawal dari air
memeliharanya sebaik mungkin.
yang ada di bumi, kemudian menguap
Pembagian air dalam al-Quran
menjadi awan, lalu turun menjadi
dapat dilihat dalam ayat 12 surah Fir:
hujan. Dalam surah Fir ayat 9, Allah
berfirman:





Dialah Allah yang mengirimkan angin; lalu Tiada sama antara dua laut; yang ini tawar,
angin itu menggerakkan awan, maka Kami segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi
halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu pahit. Dari masing-masing laut itu kamu
Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan dapat memakan daging yang segar dan kamu
hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat
kamu pakai, dan pada masing-masingnya
Dalam surah a-riq ayat 11, kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah
Allah berfirman: laut supaya kamu dapat mencari karunia-
Nya dan supaya kamu bersyukur.


Dari ayat tersebut dapat dipa
demi langit yang mengandung hujan
hami bahwa air secara fitrah berada
Raji berarti kembali. Hujan dalam dua kategori, tawar (furt)
dinamakan raji dalam ayat ini, karena dan asin/pahit (ujj). Pembagian ini
hujan itu berasal dari uap yang naik menunjukkan kemahakuasaan Allah
dalam menciptakan air yang kedua-
5.Ab al-Qasim Mamd bin Amr
az-Zamakhsyr, Al-Kasysyf IV(Maktabah duanya diperlukan makhluk hidup.
Syamilah Ver. 2), hlm. 122. Dalam air tawar terdapat kandungan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 119

logam dan dalam air asin terdapat Dari Ibnu Abbas, dia berkata; telah
kandungan garam. Kedua kandungan bersabda Rasulullah SAW: orang-orang
ini, dalam batas-batas tertentu sangat muslim bersekutu dalam kepemilikan tiga
diperlukan makhluk hidup. hal; air, padang rumput, dan api. Harga
dari benda tersebut diharamkan. Abu Said
menjelaskan bahwa yang dimaksud adalah
Air dalam Tinjauan Hadis
air yang mengalir.
Sebagaimana al-Quran surah
al-Anbiya ayat 30, Rasulullah juga
menegaskan bahwa air adalah unsur Metode Ijtihad dalam
dasar yang penting dalam penciptaan Merumuskan Fikih Air
setiap makhluk. Dalam hadis Abu Metode ijtihad6 ialah prosedur
Hurairah yang diriwayatkan Ahmad, berpikir logis dan sistematis dalam
Rasulullah bersabda: merumuskan hukum fikih. Prosedur
berpikir itu telah dirumuskan sejak
perkembangan awal hukum fikih,

yaitu sejak para sahabat hidup bersama
Nabi hingga sekarang. Metode ijtihad
. menjadi penting agar setiap keputusan
hukum fikih tidak dihasilkan secara
Dari Yazid dari Hammam dari Qatadah
bebas (liberal).
dari Abi Maimunah dari Abi Hurairah,
dia berkata kepada Rasulullah, wahai Metode ijtihad memberi arah
Rasulallah, sesungguhnya aku apabila kepada setiap orang untuk melahirkan
melihatmu menjadi tenang jiwaku dan sejuk hukum fikih, baik berdasar nas ar
mataku, beritahukanlah kepadaku tentang (terdapat dalil yang jelas penunjukannya
segala sesuatu. Rasulullah menjawab: segala terhadap hukum) yang dilakukan melalui
sesuatu diciptakan dari air.. pendekatan deduksi (istinby), maupun
Tingginya nilai air dalam kehidup berdasar substansi nas untuk masalah-
an dapat dilihat pula dalam sabda masalah yang gair man/maskt anh
Rasulullah yang menegaskan bahwa atau masalah-masalah kontemporer,
air, di samping padang rumput dan yang dilakukan melalui pendekatan
api, adalah benda yang kepemilikannya induksi (istiqriy). Dengan demikian,
secara bersama bagi seluruh manusia, metode ijtihad untuk menemukan
air menjadi benda sosial milik umum. 6.Term lain dari ijtihad adalah istinb
al-akam. Term ini pada mulanya sebuah isti-
Dalam riwayat Ibnu Majah, Rasulullah
lah netral yang dapat bermakna deduktif juga
mengatakan: induktif, tetapi dalam praktiknya term tersebut
terseret menuju pengertian deduktif saja. Lihat
Ahmad Minhaji, Reorientasi Kajian Ushul
Fiqh, dalam Amin Abdullah dkk., Re-strukrtu
risasi Metodologi Islamic Studies Mazhab Yogyakarta
(Yogyakarta: SUKA Press, 2007), hlm. 124.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
120 Sukarni

hukum fikih, termasuk fikih air, dapat sama dengan merusak kehidupan itu
dilakukan melalui dua cara ini, deduksi sendiri. Pada sisi lain, instrumen bersuci
(istinby) dan induksi (istiqriy). Ketika dalam Islam menggunakan media air.
dalil-dalil hukum dapat dipahami Membersihkan najis dan hadas mesti
dengan semata-mata memahami arti menggunkan air.
teks, maka pendekatan pertama dapat Untuk mengamankan potensi
dilakukan, namun ketika dalil-dalil sakral yang tersimpan dalam air
yang memberi petunjuk terhadap bersih, Nabi Muhammad dalam
fakta hukum tidak ditemukan secara hadis riwayat Abu Daud, Nasai dan
jelas, maka pendekatan kedua dapat Ibnu Majah menegaskan bahwa ada
dilakukan. Dengan dua pendekatan kewajiban kolektif/bersama antar
tersebut, kiranya tidak ada problema manusia untuk menjaga dan sekaligus
kehidupan yang dihadapi umat Islam, memanfaatkannya secara berimbang,
melainkan selalu dapat dijelaskan sebagaimana hadis yang telah
hokum fikihnya. disebutkan di depan. Dalam hadis
tersebut juga ditegaskan bahwa air, di
Air dalam Tinjauan Fikih Islam samping api dan padang rumput tidak
boleh dikomersialkan, karena termasuk
Hukum Fikih tentang Perlindungan sesuatu yang dimiliki bersama/milik
terhadap Air dan Sumber-sumbernya publik (al-milkiyyah al-jamaiyyah).
Kewajiban menjaga sumber- Sumber-sumber air, seperti sungai
sumber air bersih berdasarkan posisinya dan sumur diwajibkan dalam fikih Islam
yang sangat vital dalam kehidupan untuk memeliharanya agar tetap bersih
setiap makhluk di bumi. Hal itu dapat dan tidak tercemar dengan hal-hal yang
ditelusuri dari sumber-sumber normatif mengotorinya sehingga membahayakan
maupun fakta kehidupan. Dalam al- bagi peng gunanya. Dalam fikih,
Quran ditegaskan bahwa air adalah pencemaran itu terjadi karena berbagai
sumber sumber kehidupan.7 Al-Quran sebab, seperti najis atau kotoran
juga menegaskan bahwa bumi yang manusia yang menyebabkan perubahan
semula kering/mati akan hijau/hidup kemurniannya (kemutlakannya). Dalam
bila disiram dengan air hujan. 8 Air fikih klasik, identifikasi perubahan
membungkus permukaan planet bumi menggunakan indikator yang sangat
sekitar 71% sehingga bumi terlihat dari sederhana dan bersifat indrawi, yaitu
kejauhan sebagai planet biru.9 Dengan bau, warna, dan rasa. Akan tetapi dalam
demikian, merusak kemurnian air analisis kemurnian air zaman modern,
jasa-jasa ilmu kimia sangat diperlukan.
7.QS 21: 30. Dengan demikian, perubahan yang
8.QS 22: 5.
9.Agus S. Jamil, Al-Quran dan Lautan
tidak terdeteksi oleh indra, tetapi dapat
(Bandung: Mizan, 2004), hlm. 2. dikenali melalui analisis kimiawi dan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 121

perubahan itu dapat mengakibatkan 11


.

pencemaran, maka kemutlakan air itu Takutlah kalian dari dua hal yang
pada hakikatnya sudah berubah. mendatangkan laknat. Para sahabat bertanya:
Kewajiban menjaga sumber- apakah dua hal yang mendatangkan laknat
sumber air dari pencemaran ini tersebut? Rasulullah menjawab: yaitu orang
berdasar naqli dan aqli. Dasar naqli yang membuang hajat di jalan dan di tempat
dapat dikenali melalui hadis-hadis Rasul berteduh.
yang melarang membuang hajat di Dalam riwayat Imam Bukhari,
tempat air, seperti sungai dan kewajiban Rasulullah bersabda:
menjaga kebersihan sepadan sungai
(arim an-nahr). Dasar aqli dapat dinalar
dengan pertimbangan-pertimbangan 12
.
kemaslahatan yang sangat mendesak
Janganlah sekali-kali salah seorang di antara
(arri) agar air dan sumber-sumbernya kalian buang air kencing di air tergenang yang
tetap berada dalam kondisi bersih guna tidak mengalir kemudian mandi di situ.
menopang semua kehidupan.

Larangan Mengotori Sumber Air Kewajiban Menjaga Lingkungan Sumber


Sungai sebagai tempat air bersih Air
wajib dijaga dari pencemaran, terutama Lingkungan sumber air, seperti
dari kotoran manusia. Oleh karena sepadan sungai, keliling telaga dan
itu, diharamkan dalam fikih Islam sumur wajib dijaga kebersihannya agar
membangun wc di atas sungai karena air yang ada di dalamnya tetap terjamin
akan mencemari kebersihan air sungai kebersihannya. Dalam fikih hal itu
tersebut. Dalam riwayat Abi Daud, disebut dengan im dan arim (kawasan
Rasulullah bersabda: lindung/kawasan hijau).
Rasulullah dan diikuti oleh para
sahabatnya telah melakukan dua hal ini
10
dalam upaya menjaga sumber-sumber
Takutlah kalian dari tiga hal yang air untuk kepentingan konsumsi dan
mendatangkan laknat: buang hajat di tempat pemeliharaan binatang ternak.
air mengalir, di tengah jalan, dan di tempat Dalam hadis riwayat Ahmad
berteduh. Rasulullah bersabda:
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah
bersabda: 11.Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj,
a Muslim Juz 1 (Libanon: Dr al-Fikr, 1993),

hlm. 139.
12.Muhammad bin Ismail ibn Ibrahim
10.Abi At-Tayyib Muhammad Syams ibn al-Mugirah bin Bardizbah al-Bukhari, al-
al-Haq al-Azim Abadi, Sunan Abi Dawd Juz 1 Jmi a-a Jilid 1 (Mesir: Dr al-Fikr, t. t.),
(Libanon: Dr al-Fikr, t. t.) hlm. 47. hlm. 69.135.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
122 Sukarni

tersebut untuk keperluan ternak-


.
13 ternak mereka.16 Tradisi itu kemudian
dilanjutkan Rasulullah untuk keperluan
Bahwa Nabi SAW menjadikan Naqi
kaum muslimin dan dimiliki bersama.
sebagai ima untuk ternak kuda. Kemudian
ditanyakan kepada Rasulullah, apakah
Kata al-naq dalam dua hadis
hanya untuk kuda miliknya. Rasulullah tersebut menur ut Asy-Syaukani
menjawab, untuk kuda kaum muslimin. bermakna padang rumput dan sumber/
telaga air. Oleh karena itu lanjutnya,
Dalam riwayat Bukhari, Rasulul konsep iy al-mawt hanya bagi daerah-
lah bersabda: daerah yang tidak ada padang rumput
dan sumber airnya. Wilayah yang berisi
14
. padang rumput dan sumber air tidak
boleh digarap/dibuka oleh seseorang,
Bahwa Nabi SAW menjadikan Naqi sebagai tetapi menjadi hak bersama untuk
im dan Umar menjadikan Saraf dan
keperluan kebutuhan air dan makanan
Rabaah juga sebagai im.
ternak-ternak mereka.17
An-Naq adalah sebuah kawasan Termasuk dalam bagian kewajib
berjarak dua puluh farsakh dari Madinah. an menjaga sumber-sumber air adalah
Saraf adalah sebuah kawasan dekat menjaga wilayah sepadan sungai dan
Mekah, sedangkan Rabaah adalah wilayah keliling sumber air, seperti
sebuah kawasan antara Mekah dan sumur dan telaga yang disebut dengan
Madinah.15 arm. arm ber makna kawasan
Dalam dua hadis tersebut, Rasu terlarang (hijau) yang mengitari sumur
lullah mengajarkan konsep hutan (arm al-bir) dan sumber air (arm
lindung yang disebut im. im dalam al-ain) di samping sebagai kawasan
tradisi masyarakat Arab sebelum memanjang sepadan sungai (arm an-
Rasulullah adalah padang rumput nahr). Di kawasan tersebut tidak boleh
yang subur di tempat yang tinggi ada bangunan kecuali bangunan bagi
yang ditemukan oleh kepala suku tindakan-tindakan yang diperlukan
dan dijaga oleh petugas dari sukunya untuk konservasi sumber air tersebut.
Konsep itu sudah tercantum dalam
13.Imam Ahmad ibn Hanbal, Musnad hadis dan lebih dioperasionalkan
Ahmad Juz II (Libanon: Dar al-Fikr, 1994),
hlm. 541.
oleh ulama kemudian, seperti Ibnu
14.Al-Bukhari, al-Jmi a-a, Juz II, 16.A. Qadir Gassing, Etika Lingkungan
hlm. 53. dalam Islam (Jakarta: Pustaka Mapan, 2007),
15. Lihat Muhammad bin Ali bin Mu- hlm. 142.
hammad asy-Syaukani, Nail al-Auar min Adi 17.Lihat Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad
Sayyid al-Akhyr Syarh Muntaqa al-Akhbr Juz V al-Syaukani Relevansinya bagi Pembaharuan Hukum
(Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), hlm. Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
331-332. 1999), hlm. 196.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 123

Qudamah (541-620 H), al-Bujairmi dan Ahmad berikut ini:


Qalyubi-Umairah.18
Ibnu Qudamah (541-620

H), salah seorang fukaha Hanbali
mengatakan bahwa setiap sungai
23
harus memiliki zona bebas untuk .
kepentingan pemanfaatannya dan
tidak boleh dimiliki oleh siapa pun.19
Qalyubi, ketika berbicara tentang
itikaf, menegaskan tidak sah bila
dilaksanakan di masjid yang dibangun
di bantaran sungai. 20 Sulaiman ibn

24
Umar ibn Muhammad al-Bujairmi .
menegaskan pula bahwa kawasan Dalam hadis tersebut ditegaskan
bantaran sungai, demi kepentingan bahwa wilayah sekeliling sumur adalah
konservasinya, tidak boleh didirikan empat puluh hasta. Wahbah az-Zuhaily
bangunan, sekalipun masjid; setiap menjelaskan bahwa empat mazhab
bangunan di atasnya harus dibongkar.21 dalam fikih (Hanafiyah, Malikiyah,
Penggusuran terhadap semua bangunan Syafiiyah, dan Hanabilah) sepakat
yang ada di bantaran sungai, menurut bahwa sumur sebagai sumber air
al-Haitami adalah hasil kesepakatan wajib dipelihara dan dibebaskan
empat mazhab.22 sekelilingnya dari bangunan apapun.
Yang menjadi dasar dari konsep Hanafiyah menetapkan jarak empat
arm tersebut adalah hadis yang puluh hasta sebagai wilayah konservasi
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan tersebut. Malikiyah dan Syafiiyah
tidak menetapkan jumlah jarak, tetapi
18.Lihat Al-Bujairmi, Hsyiyah al-Bu-
jairmi al Syar Minhj at-ullb, Juz III (Beirut: diserahkan kepada adat yang dapat
Dr al-Fikr, t.t.), hlm. 190; Qalybi-Umairah, memelihara agar air sumur tersebut
Hsyiyatni Juz II (Beirut: Dr al-Fikr, t.t.), hlm. terjamin kebersihannya. Hanabilah
97; Ibnu Qudamah, Al-Mugn Juz VIII (Qhirah: menetapkan jarah lima puluh hasta.25
ijr, t.t.), hlm. 171; Ab Ysuf, Kitb al-Kharj
(Beirut: Dr al-Marifah, 1979), hlm. 100-104.
19.Ibnu Qudamah, Al-Mugni Juz VIII, Larangan Membangun Pemukiman di
hlm. 170-171. Sekitar Sumber Air
20.Qalybi wa Umairah, Hsyiyatni Sebagai konsekuensi dari ajaran
Juz II, hlm. 97. arm dalam rangka menjaga kebersihan
21.Sulaiman ibn Umar ibn Muammad
al-Bujairmi, syiyah al-Bujairmi, Juz III, hlm. 23. Musnad Ahmad, Juz 21 hlm. 52.
190. 24. Sunan Ibnu Majah, Bab arm al-
22.Ibnu ajar al-Haitami, Tufah al- Biri, Juz 7, hlm. 356.
Muhtj al Syar al-Minhj, VI, (Beirut: Dr 25.Wahbah az-Zuaily, Al-Fiqh al-
al-Fikr, t.t.), hlm., 306-307. Islmi, Jilid VI, hlm. 4632-4637.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
124 Sukarni

sumber air, maka diharamkan mendiri Regulasi Konservasi SumberAir


kan bangunan pemukiman di sepanjang Dalam sebuah kaidah fikih 27
sepadan sungai dan di dekat sumber berbunyi taarruf al-imm manun bil-
air karena akan dapat menyebabkan malaah (aktifitas kebijakan pemimpin
pengotoran terhadap air tersebut, harus berporos pada kemaslahatan
terutama akibat limbah rumah tangga masyarakat). Kaidah ini sebagai
dan manusia. Meski pembangunan elaborasi dari pernyataan Umar ibn al-
pemukiman akan mendatangkan Khattab yang diriwayatkan oleh Said
manfaat bagi masyarakat penghuninya, bin Mansur, dia menjelaskan bahwa
tetapi kemanfaatan itu dapat saja tidak Umar berkata: nisbah saya terhadap
sebanding dengan mudarat yang akan harta Allah seperti pemelihara anak
ditimbulkannya. Dalam kaidah fikih, yatim, aku mengambilnya pada saat
kemudaratan harus dihilangkan lebih memerlukan, kukembalikan ketika
dulu dari menarik kemanfaatan. mudah, dan ketika aku merasa mampu
As-Suy telah menuliskan akan bersikaf iffah terhadapnya.
beberapa kaidah fikih tersebut Menurut As-Suyi, prinsip yang
yang antara lain: a-araru yuzlu terkandung dalam kaidah ini adalah
(kemudaratan harus dihilangkan), a- kewajiban penguasa bersikap adil dalam
araru l yuzlu bi a-arari (kemudaratan distribusi. Dalam istilah As-Suyi,
tidak dihilangkan dengan kemudaratan), dikatakan:
a-araru yuzlu biqadr al-imkn
(kemudaratan dihilangkan sedapat .
mungkin), ia taraa mafsadatni ruiya : .
aamuhuma araran bi irtikb akhaffihima
(apabila ditemukan dua kemudaratan, Kewajiban pemimpin adalah melakukan
maka diambil kemudaratan yang distribusi. Distribusi mesti dilakukan secara
terkecil dampaknya), dan dar al- adil. Adil berarti mendahulukan pihak
mafsid muqaddam al jalb al-malih yang lebih berhajat dan menyamakan antara
(menolak kemudaratan didahulukan pihak-pihak yang sama dalam kebutuhannya.
atas mengambil manfaat).26 Berdasarkan pernyataan
As-Suy (w. 911) tersebut dapat
dikembangkan konsep keadilan ruang
yang mesti menjadi salah satu agenda
pembangunan pemukiman berwawasan
26.Lihat Jalluddin Abd ar-Rahmn bin lingkungan. Keadilan ruang memiliki
Abi Bakr as-Suyi, al-Asybh wan-Nair f al-
arti bahwa aspek-aspek ekologis, seperti
Fur (Mesir: Dr al-Kutub al-Islmiyyah, t.t.),
hlm. 59-60; Yusuf al-Qarwiy, Riyah al-Bah sumber-sumber air dan pengamananya
f Syarah al-Islm (Qhirah: Dr asy-Syurq, 27.Jall ad-Dn As-Suyi, Al-Asybh wa
2001), hlm 39-40. an-Nair, hlm. 158.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 125

harus menjadi salah satu prioritas Hukum Fikih tentang


pertimbangan. Pemanfaatan Air
Sebelum As-Suy, Ab
Yal Muammad bin al-usain al- Air sebagai Benda Sosial (Milik
Farra (w. 458) dan Ab al-asan Bersama)
Al bin Muammad al-Mward Sebagai benda yang sangat
(w. 450), dua orang ulama Bagdad diperlukan dalam kehidupan, baik
yang memiliki kepedulian terhadap sebag ai alat bersuci, peng airan
pengembangan konsep pemerintahan tanaman, maupun untuk pemenuhan
I s l a m , 28 m e n e g a s k a n b a h w a keperluan konsumsi manusia dan
pemimpin dalam suatu pemerintahan hewan, air menjadi benda milik bersama
berkewajiban mewujudkan kebijakan sebagaimana padang rumput dan api.
untuk kemaslahatan umat. Ab Yal Oleh karena itu, air yang yang berada
mer umuskan sepuluh kewajiban di tempat-tempat umum/tidak dimiliki
pemimpin yang kesemuanya oleh seseorang atau kelompok tertentu,
berorientasi kemaslahatan umat dalam seperti laut, sungai, danau dan lain-lain,
kehidupan.29 Al-Mward merumuskan semua orang memiliki hak yang sama
tujuh persyaratan pemimpin. Pada untuk memanfaatkannya dan kewajiban
urutan kelima dikatakannya wal- yang sama untuk memeliharanya.
khmis: ar-ray al-mufi il siysah ar- Ketetapan hukum fikih ini berdasar
riyyah wa tadbr al-malih (yang hadis riwayat Ibnu Majah dan Abi Daud
kelima adalah kemampuan pikiran tentang air, padang rumput, dan api,
yang dapat membawanya untuk sebagai benda sosial milik bersama.
merumuskan kebijakan untuk mengatur Hak pemanfaatan atas air meliputi
kemaslahatan).30 hak untuk pengairan tanaman (aqq asy-
syirb), hak untuk konsumsi manusia dan
binatang (aqq asy-syurb/aqq asy-syafah),
hak untuk mengalirkan air (aqq al-
majr), dan hak untuk menjadikannya
sebagai jalan transportasi air (aqq
28.Dua orang ulama ini menulis buku
yang judulnya hampir serupa. Ab Yal menulis al-murr).31
buku dengan judul Al-Akm as-Sulniyyah Implikasi dari hadis yang
sedangkan al-Mward menulis buku dengan menyatakan bahwa air, padang rumput,
judul Al-Akm as-Sulniyyah wa al-Wilyat dan api sebagai benda sosial adalah:
ad-Dnyyah.
pertama, bahwa setiap orang memiliki
29.Lihat Ab Yal Muammad bin
al-usain al-Farra, Al-Akm as-Sulniyyah hak akses terhadap tiga sumber alam
(Beirut: Dr al-Fikr, 1994), hlm. 33-34. tersebut untuk memenuhi kebutuhan
30. Lihat Ab al-asan Al bin
Muammad al-Mward, Al-Akm as- 31.Lihat Wahbah az-Zuaily, Al-Fiqh
Sulniyyah, hlm. 6. al-Islmi, jilid VI, hlm. 4660-4677.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
126 Sukarni

hidupnya; kedua, bahwa setiap orang


memiliki kewajiban yang sama untuk
memelihara tiga sumber daya alam

itu agar terus tersedia; ketiga, setiap
orang berkewajiban untuk berhemat
dalam menggunakan tiga sumber daya
alam; keempat, setiap individu memiliki
kewajiban kolektif (faru kifyah)
untuk meluruskan penyelewengan dan
penghamburan terhadap sumber daya

alam.
Dalam praktik yang lebih
operasional yang pernah terjadi zaman {
Rasulullah, aturan-aturan tentang air 32

. }
yang berada di tempat-tempat umum b) Rasulullah memutuskan ag as
adalah sebagai berikut: air sungai dapat dimanfaatkan
a) Air yang terdapat di sungai secara secara bersama untuk kepentingan
mutlak dimiliki oleh semua orang, peng airan, sehing g a wilayah
baik yang berada di hulu maupun yang terjauh dari sungai tersebut
yang berada di hilir. Pada zaman mendapat bagian yang adil untuk
Nabi pernah terjadi sengketa antara diairi. Dalam hadis riwayat Malik dan
Zubair dan laki-laki dari Ansar Ibnu Majah, Rasulullah memutuskan
tentang sungai kecil yang berada di bahwa apabila tanah pertanian
Harrah (suatu kawasan di Madinah seseorang telah terairi sedalam
yang subur dan berbebatuan). dua mata kaki, orang itu wajib
Sungai tersebut menjadi sumber air mengalirkan air tersebut ke tanah
untuk pemeliharaan kebun korma berikutnya.
mereka. Laki-laki Ansar itu meminta
kepada Zubair agar air sungai
tersebut dialirkan ke kebunnya.
Zubair menolaknya. Keduanya
minta penyelesaian kepada Nabi. 33

Rasulullah memutuskan agar Zubair
mengalirkan air tersebut ke kebun c) Rasulullah melarang menahan
laki-laki Ansar. leburan air yang akan mengalir ke
wilayah lahan hijau.


32. a al-Bukhr, no. 2509.
33. Al-Muwaa, No. 1231.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 127

yang mengalir.36

34

d) Hak untuk memenuhi keperluan
konsumsi binatang dan manusia
tetap ada pada setiap air, meski
air itu berada dalam kepemilikan

seseorang atau sekelompok orang,

karena kebutuhan konsumtif itu Dalam riwayat yang lain yang
bersifat darurat. Oleh karena itu, juga berasal dari Ibnu Majah, Rasulullah
bagi pemilik air atau sumber air menegur seorang laki-laki yang sedang
yang melebihi dari kebutuhan berwudu: jangan bersikap boros,
konsumsi mereka wajib memberikan jangan bersikap boros.
kesempatan kepada orang lain yang
memerlukannya secara darurat untuk

mengambil air yang dimilikinya itu.
Diriwayatkan bahwa Umar ibn
al-Khattab mengatakan kepada
sekelompok orang yang enggan Dua hadis tersebut sama-sama
memberikan air kepada kelompok menegaskan bahwa sikap boros dapat
yang memerlukannya: Kalau begitu, terjadi dalam penggunaan air, seperti
apakah kalian akan memberikan dalam berwudu. Sikap boros dalam
kepada mereka senjata/pedang.35 berwudu adalah penggunaan air yang
berlebihan dalam membasuh atau
Penggunaan Air Harus Sehemat
melebihi dari batas basuhan yang
Mungkin
disyariatkan. Bahkan dalam hadis
Ibnu Majah meriwayatkan bahwa
kedua, teguran Rasulullah diulangi
Rasulullah SAW suatu ketika melewati
sampai dua kali. Pengulangan dengan
Saad ibnu Abi Waqas yang sedang
kalimat yang sama, dalam tradisi bahasa
berwudu. Rasulullah berkata kepadanya:
Arab menunjukkan penekanan (tawkd
Mengapa bersikap boros. Saad
la).
berkata, apakah dalam berwudu terjadi
Senada dengan dua hadis tersebut,
sikap boros? Rasulullah menjawab,
dalam riwayat Abi Daud, Rasulullah
Ya, sekalipun engkau berada di air
juga menyinggung bahwa suatu ketika
akan terjadi pada umat Islam sikap
melampawi batas dalam bersuci dan
34. a al-Muslim, no. 2927
35.Abu Yusuf, Kitab al-Kharrj (Beirut: 36.Ibnu Majah dalam Sunannya bab
Dr al-Marifah, t.t.), hlm. 97. M j a f isbg al-wu.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
128 Sukarni

berdoa. 37 Sing gungan Rasulullah cukup untuk keperluan minum.38


tersebut berawal dari permohonan
anak Abdullah ibn Mugaffal yang

meminta kepada Allah agar diberikan
istana berwarna putih yang berada di
bagian kanan sorga. Ayahnya (Abdullah

bin Mugaffal) berkata kepada anaknya
tersebut: tidaklah perlu meminta rincian

sorga, mintalah sorga dan berlindunglah
dari neraka. Aku pernah mendengar

Rasulullah bersabda: suatu ketika akan
terjadi pada umatku, mereka melampaui Demikian juga beberapa fukaha,
batas dalam bersuci dan berdoa. seperti Ibnu Qudamah membolehkan
tayammum ketika ketersediaan air

hanya cukup untuk keperluan minum,
baik untuk dirinya, temannya, atau
binatang piaraannya.39
Penentuan skala prioritas
penggunaan air untuk kebutuhan
konsumsi, seperti yang terurai pula dalam
bagian sebelumnya, mengakibatkan

gugurnya kepemilikan air bagi seseorang
atau sekelompok orang ketika ada yang
Skala Prioritas Penggunaan Air memerlukan untuk keperluan konsumsi,
Ketika terjadi keterbatasan karena pemenuhan konsumsi adalah
jumlah air yang tersedia sementara pemenuhan kebutuhan yang sangat
beberapa kebutuhan terhadap air harus mendesak (arr).
dipenuhi, maka dalam fikih Islam
ditentukan skala prioritas. Air sebagai Komoditi
Penggunaan air untuk keperluan Ketika air berada di tempat-
konsumsi mendapat prioritas pertama tempat umum, seperti laut, sungai,
dalam fikih Islam. Dalam hadis telaga, sumur, dan mata air yang
riwayat Abi Daud, Ahmad dan Ibnu tidak dimiliki oleh seseorang atau
Majah, Rasulullah mengiyakan untuk kelompok masyarakat tertentu karena
menggunakan air laut untuk berwudu keberadaannya di wilayah umum,
ketika air tawar yang dimiliki hanya
38.Abi Daud meriwayatkan hadis terse-
but dalam bab al-wu bi m al-bar
37. Abu Daud dalam Sunannya bb 39.Yusuf al-Qardawi, Riyah al-Bah,
f isbg al-wu hlm. 103-104.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Air dalam Perspektif Islam 129

maka status air tersebut tetap menjadi Islam. Dengan pemahaman tersebut
benda sosial milik bersama. Akan diharapkan lahir perilaku umat Islam
tetapi, ketika air berada dalam wilayah yang sesuai dengan ajaran agamanya.
kepemilikan yang dimiliki seseorang Makalah singkat ini adalah bagian dari
atau kelompok masyarakat tertentu, upaya untuk mengetengahkan kekayaan
misalnya sumur yang digali dan berada ajaran Islam yang mengatur semua
di wilayah tanah hak milik atau air yang masalah kehidupan, termasuk masalah
berada dalam wadah air milik seseorang air. Berbagai kekurangan dalam bahasan
atau sekelompok orang, maka air ini diharapkan mendapat saran untuk
tersebut dapat berfungsi sebagai benda disempurnakan.
komoditas yang dapat ditransaksikan
(tasaruf), meski dalam keadaan darurat,
air tersebut tetap berfungsi sebagai
benda sosial milik bersama.
Abu Yusuf membolehkan
menjual air yang berada dalam
kepemilikan seseorang, misalnya
air yang berada dalam wadah yang
dimilikinya atas hasil usahanya dalam
mengumpulkannya. Terhadap larangan
Rasulullah dalam menjual air, Abu
Yusuf menafsirkan hadis tersebut
sebagai larangan menjual air yang bukan
berada dalam kepemilikannya.40
Hadis tersbut diriwayatkan Abi
Daud dalam bab fi bay fal al-m
berbunyi:



.

Penutup
Fikih air sebagai aturan hukum
yang bersumber dari syariat Islam wajib
dipelajari dan dipahami oleh umat
40.Abu Yusuf, Kitab al-Kharrj, hlm.
97.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
130 Sukarni

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M

Anda mungkin juga menyukai