Terkandung di dalamnya
A. Pendahuluan
Para ahli tafsir sepakat berpendapat bahwa bahwa surat ath-Thâriq diturunkan
pada periode Makkah. Yaitu setelah surat al-Balad. 1Surat ini dinamakan dengan
ath-Thâriq sebagai-mana tertera dalam mushaf al-Imam (usmany) serta di berbagai
buku tafsir.
Secara etimologi “ath-Thâriq” berarti mengetuk dengan suara yang terdengar
keras. Bisa juga dipakai untuk menyebut orang yang berjalan dengan kaki. Dan
secara khusus digunakan pada waktu malam, karena umumnya pada malam hari
pintu-pintu rumah kebanyakan ditutup. Kemudian makna ini diperluas menjadi apa
saja yang terlihat pada waktu malam. Adapun yang dimaksud dalam surat ini
sebagian besar pakar tafsir mengartikannya dengan bintang yang muncul di malam
hari.2
1
[ )
] ٢٧ : الروم
المني: ) يعني (: وقوله
فيتولَّد منهما الولد بإذن ه,يخرج دفقًا من الرجل و من المرأة
ّللا ه
( : ولهذا قال,عز وج هل
وهو, وترائب المرأة, صلب الرجل: ) يعني
3
.صدرها
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id
Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Mis'ar, bahwa ia
pernah mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
(Ath-Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan
3
Abu Fida Isma’il ibn Umar ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzim, (Beirut:Resalah
Publishers, 2012), h. 753
2
tangannya ke dadanya. Ad-Dahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama
dikatakan oleh Ikrimah dan Sa'id ibnu Jubair.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib
artinya di antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah
antara'kedua pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib
berada di bawah kerongkongan. Diriwayatkan dari Ad-Dahhak bahwa tara-ib
terletak di antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata.
Al-Lais ibnu Sa'd telah meriwayatkan dari Ma'mar ibnu Abu Habibah Al-
Madani, bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna
firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq:
7) Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya
anak. Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya:
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di
antara tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.
4
Al-Imam Al-jalil Al-Alamah Abi al-Barakat Abdullah bin Ahmad bin Mahud An-
Nasafi, Tafsir Al-Qur’an Al-Jalil ; jilid 3 (Amiriah: al-Hai’ah al-‘ammah lisyuun al-Mathabi’i al-
Amiriah, 1996), h. 693
3
Seperti disebutkan sebelumnya -bahwasanya setiap jiwa punya
penjaganya (penjaga sistem yang segala yang terjadi pada dirinya)- adalah
sebagai pengingat bahwa yang menciptakannya (manusia) mampu untuk
mengembalikan ke muasalnya. Pun juga memberikan balasan baginya, maka
beramallah seorang hamba untuk hari pembalasan (kiamat) dan tidak akan
sampai kepada penjaganya kecuali amalan perbuatan yang mempermudah
jalannya menuju kesana. Dan kalimat (mimma khuliq) adalah bentuk istifham
yang menyiratkan pertanyaan dari apakah dia diciptakan. Datang setelahnya
kalimat jawab (khuliqa mimma in dafiq) dan “ad-dafqu “ bermakna tekanan
yang didalamnya bersifat mendorong, dan kata “ad-dafqu” pada hakikatnya
bukan menerangkan perbuatannya melainkan pekerjanya, dan penyandaran pada
kata (air) merupakan majaz. Sebagian ahli bahasa ketika dikatakan air itu
berbenturan dengan dirinya sendiri adalah bercampurnya air. Dan tidak
dikatakan dari dua mata air (diciptakannya manusia) karena keduanya (sperma
dan ovum) telah larut di dalam rahim. Dan telah menyatu pada saat awal
penciptaan atau proses terbentuknya janin.
4
ومن اإلرادة، ردة من الشكل والعقل وتشي بأن هنالﻚ حافظا من أمر اﷲ يرعى هذه النطفة
وهي ﱃوي من العجائب أضعاف ما يعرﺽ. ﱃ رحلتها الطويلة العجيبة، والقدرة
5
! لْلنسان من العجائب من مولده إﱃ ﱃاته
Jarak yang jauh antara tempat penciptaaan dan tempat kembali, antara air
yang memancar dari sulbi laki-laki dan tulang dada wanita, dengan manusia yang
mengerti dan memikirkan serta merenungkan susunan anggota tubuh, saraf,
pikiran, dan jiwanya, diungkapkan dengan air yang memancar kepada manusia
yang berpikir. Hal ini memberikan kesan bahwa di sana diluar diri manusia,
terdapat tangan yang mendorong benda cair (sperma) yang tidak berarti tidak
punya kehendak, dan tidak memiliki kekuatan apapun, untuk melalui tahapan
yang panjang dan mengaggumkan. Sehingga, sampai menjadi makhluk yang ideal
seperti ini.
Selain itu, juga memberikan isyarat bahwa di sana ada penjaga yang
dengan perintah Allah bertugas menjaga nufthah ‘sperma dan ovum’ yang belum
terbentuk, belum berakan, belum berkehendak dan belum berkemampuan apa-apa,
dalam tahapan perjalanannya yang panjang dan mengaggumkan. Semua ini
5
Sayyd Qutb, Tafsir fi Dzilal al-Qur’an jilid 12, (Beirut: Daarus-Syuruq, 1992) h. 233
5
mengandung keajaiban-keajaiban berkali lipat dari pada keajaiban yang dialami
manusia setelah kelahiran hingga kematiannya
4. Menurut al-Baidhowi
(
) لما ذكر أن كل نفس عليها حا فظ أتبعه توصية االنسان بالنظر فى مبدته ليعلم صحة
إعادته فال يملى على حافظه إال ما يسره فى عاقبته
) جواب االستفهام (
: وهو صب فيه دفع و المراد الممتزج من الماءين فى الرحم لقوله, و (ماء) بمعنى ذي دفق
Begitupula yang mengatur proses ini adalah sumsum tulang belakang yang
dilanjut mengalir ke daerah tara’ib (dada) maka dua daerah itu disebutkan secara
khusus, karena memang merupakan pangkal dari proses peranak-pinakan
manusia. Dan kata solbun adakalanya dibaca as-solabu dengan dua fathah, dan
as-Sulubu dengan dua dhammah, dan ada pula yang lainnya yaitu soolibun.
D. Analisis Tafsir
6
Nashiru ad-Din Abi al-Khair Abdullah bin Umar bin Muhammad as-Syirazi as-Syafi’i
al-Baidhowi, Anwaru at-Tanzil wa asraru at-Ta’wil, (Beirut: Daar Ihya at-Turats al-‘Arabiy), h.
303
6
Surat at-Thariq ayat 5-7 pada intinya memerintahkan manusia untuk
memperhatikan proses penciptaan dengan menunjukkan tentang proses penciptaan
manusia.
QS. At-Thoriq (86) ayat 5-7 dijelaskan bahwa kata دَاف ٌقatau memancar
mengisyaratkan bahwa air itu sendiri yang memiliki sifat memancar. Ia tidak
dipancarkan tetapi memancar dengan sendirinya. Air itu adalah air mani, kemudian
kata ُص ْلب
ُّ اَلberarti tulang belakang/punggung, sedang kata ْ الت َّ َرائبberarti tulang
dada. Sebagian Mufassir memahami ُص ْلب ُّ اَلtulang belakang pria dan ْ الت َّ َرائبtulang
dada wanita, sebagaimana terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir. Sebagian ulama tidak
menyetujui pendapat ini, dengan alas an jika demikian, air itu keluar dari dua
sumber yakni pria dan wanita, kenapa menggunakan yang berbentuk tunggal bukan
dual. Dengan demikian, air itu dilukiskan antara tulang punggung dan dada. Bukan
dikatakan keluar dari masing-masing. Atas dasar itu kita dapat berkata bahwa air
yang dimaksud adalah sperma pria yang keluar diantara tulang punggung dari
dadanya.7
Dalam menafsirkan ayat ini, Muhammad Abduh menafsirkan bahwa ia
merupakan bukti kebenaran dalam ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa
manusia senantiasa dijaga dan diperhatikan oleh Allah. Hal ini mengingat bahwa
"air yang memancar" adalah salah satu benda cair yang tidak ada terlukis atau
terbentuk di dalamnya pelbagai peralatan yang mengandung fungsi kehidupan,
seeperti yang aa dalam berbagai anggota tubuh. Namun, "cairan ini" ternyata dapat
tumbuh menjadi suatu makhluk yang sempurna, yaitu manusia yang penuh dengan
kehidupan, akal dan persepsi, serta memiliki potensi untuk melaksanakan
kekhalifahan di muka bumi. Pembentukan dan penentuan kadar masing-masing
komponen yang ada padanya, serta penciptaaan pelbagai anggota tubuh yang di
dalamnya ditanamkan potensi tertentu, sehingga dengan itu ia mampu melaksanakan
fungsinya, kemudian ditambah lagi dengan akal serta daya persepsi: semua itu tidak
mungkin dibiarkan tanpa ada "penjaga" yang mengawasi serta mengaturnya yaitu
Allah.
7
M. Quraisy Shihab, Tafsi Al Misbah, Pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) Vol. 15 h. 201
7
Atau ayat ini dapat bermakna sebagai penegas ayat sebelumnya: "apabila telah
engkau ketahui bahwa setiap jiwa pasti ada pengawasnya maka wajib atas setiap
manusia untuk tidak menelantarkan dirinya sendiri." Wajiblah ia berpikir tentang
kejadian dirinya serta bagaimana awal mula kejadiannya. Agar ia dapat
menyimpulkan bahwa Allah yang kuasa menciptakannya sejak pertama kali, pasti
kuasa pula untuk membangkitkannya lagi kelak. Kesadaran seperti itu akan
mendorong dirinya untuk melakukan amal-amal saleh dan berperilaku sebaik-
baiknya, serta menjauhkan diri dari pelbagai jalan kejahatan. Sebab mata Sang
Pengawas tak lengah sedikitpun. Kesadaran seperti inilah yang harus dimiliki oleh
setiap individu untuk mengetahui hakikat dirinya agar mampu melakukan tindakan
sesuai apa yang diperintahkan oleh sang penciptanya.
Manusia diciptakan dari air yang memancar. Yang secara kasat mata seolah
tiada kehidupan di sana. Dari air yang kelihatannya tak ada kehidupan itulah
manusia diciptakan. Kemudian dimatikan dan kelak dihidupkan lagi.
Siapakah yang mempertemukan kedua air tersebut. Dan dari air itu kemudian
diubah menjadi sebuah kehidupan dengan ritme yang teratur dan tahapan yang
sangat luar biasa. Siapakah yang sanggup melakukan hal itu?
8
Bahwa manusia secara fitrah adalah berpasangan dan saling melengkapi. Laki-
laki dan perempuan. Ada depan dan belakang. Karena memang seharusnya
demikian. Misi kekhilafahan manusia hanya bisa dikerjakan bersama oleh laki-laki
dan perempuan, sebagaimana ada bulan dan matahari, ada malam dan siang.
E. Nilai-nilai Pendidikan
9
Seorang muslim yang baik itu memang diharuskan berakhlak yang baik
kepada Allah SWT. Karena kita sebagai manusia itu diciptakan atas kehendak-
Nya, sehingga alangkah baiknya kita bersikap santun (berakhlak) kepada sang
Kholliq sebagai rasa syukur kita
10