Anda di halaman 1dari 60

PROPOSAL

PENERAPAN PENCEGAHAN PERILAKU KEKERASAN


PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUH KLOPO

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
Putri Dila Nur Auliya
7121011

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2024

1
PROPOSAL

PENERAPAN PENCEGAHAN PERILAKU KEKERASAN


PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUKUH KLOPO

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai persyaratan untuk


memperoleh gelar ahli madya keperawatan (A. Md. Kep)

Oleh :
Putri Dila Nur Auliya
7121011

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2024

ii
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa proposal karya tulis ilmiah adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang Pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Jombang, 9 Januari 2024

Yang Menyatakan

Putri Dila Nur Auliya


NIM : 7121011

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Melalui proses responsi dan pemantuan pembimbing dalam sekian waktu

maka dinyatakan :

Nama : Putri Dila Nur Auliya

NIM : 7121011

Program studi : D-III Keperawatan FIK UNIPDU Jombang

Judul KTI : Penerapan pencegahan perilaku kekerasan pada pasien risiko

perilaku kekerasan di wilayah kerja Puskesmas dukuh klopo

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji

Proposal Karya Tulis Ilmiah

Tanggal :

Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Abdul Ghofar, S.kep., Ns., M.Kep., M.Pdi Dr.Hj. Masruroh, S.Kep., Ns., M.Kes.

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan didepan tim penguji

proposal di program studi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang

Tanggal,

TIM PENGUJI :

Tanda tangan

Ketua : Ana Farida Ulfa, S.Kep., Ns., M.Kep. (…………….)

Anggota : 1. Abdul Ghofar,S.kep.,Ns.,M.Kep.,M.Pdi

(…………….)

2. Dr. Hj. Masruroh, S.Kep., Ns., M.Kes (…………….)

Ketua Program Studi


Diploma III Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang

H. Andi Yulianto S.Kep., Ns.,M.Kep


NIPY : 110 10901 020

v
vi
MOTTO

“Kegagalan adalah guru terbaik untuk memulai proses yang lebih baik”

“ My life is a beauty”

vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan ridho-Nya,

sehingga dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Pencegahan perilaku kekerasan pada pasien risiko perilaku kekerasan di

wilayah kerja puskesmas dukuh klopo”

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam bentuk laporan studi kasus

sebagai salah satu persayaratan dalam menyelasaikan Ahli Madya Keperawatan.

Mengingat dalam membuat proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat lepas dari

berbagai pihak yang membantu dalam memberi dorongan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih yang

sebesar - besarnya kepada :

1. Dr.,dr H Zulfikar As’ad, MMR., Rektor Universitas Pesantren Tinggi Darul

‘Ulum Jombang.

2. Dr. Hj.Masruroh, S.Kep., Ns., M.Kes., Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.

3. H. Andi Yulianto S.Kep., Ns.,M.Kep., Ka. Prodi D-III Keperawatan Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang

4. Abdul Ghofar,S.kep.,Ns.,M.Kep.,M.Pdi., pembimbing saya yang juga telah

memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan proposal Karya Tulis

Ilmiah.

5. Dr. Hj.Masruroh, S.Kep., Ns., M.Kes., pembimbing saya yang juga telah

memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan proposal Karya Tulis

Ilmiah

vii
6. Kepada responden yang telah bersedia membantu memberikan informasi dan

memberikan waktu luangnya.

7. Kedua orang tua saya, Bapak Budiono dan Ibu Ida Sulastri dan adik saya Bayu

Pramana Putra yang selalu memberikan motivasi, semangat dan meteriil

maupun spiritual kepada saya agar saya dapat menyelesaikan proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dengan maksimal.

8. Semua temanku sekaligus seluruh keluarga besar prodi D-III Keperawatan

FIK Unipdu Jombang dan seluruh pihak yang membantu dalam rangka

penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu

persatu

Saya menyadari adanya keterbatasan wawasan mengenai keperawatan dalam

penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini, semoga proposal Karya Tulis Ilmiah

ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Oleh

karena itu saya dengan segala kerendahan hati mengharapkan adanya saran dan

kritikan yang membangun untuk kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata saya mengharapkan ridho Allah SWT semoga Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya serta almamater tercinta

dan bagi pembaca pada umumnya

Jombang, 9 Januari 2024

Penulis

viii
ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR...............................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM..........................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
MOTTO.................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN......................................................................................xii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................4
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah..................................................................5
1.5 Metode Penulisan....................................................................................5
1.6 Sistematika Penulisan.............................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 Konsep Perilaku Kekerasan...................................................................6
2.1.1 Pengertian...........................................................................................6
2.1.2 Rentang Respon Marah......................................................................7
2.1.3 Etiologi...............................................................................................8
2.1.4 Tanda dan Gejala.............................................................................10
2.1.5 Sumber Koping................................................................................11
2.1.6 Mekanisme Koping..........................................................................11
2.1.7 Pohon Masalah.................................................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan...............................................................................13
2.1.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
merawat pasien dengan gangguan jiwa.........................................................14
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan..............................................................17
2.2.1 Pengkajian........................................................................................17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul..............................25
2.2.3 Intervensi..........................................................................................25
2.2.4 Implementasi....................................................................................30

x
xi

2.2.5 Evaluasi............................................................................................35
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...........................................................30
3.1 Desain penelitian....................................................................................30
3.2 Subyek studi Kasus...............................................................................30
3.3 Fokus studi.............................................................................................30
3.4 Definisi operasional...............................................................................30
3.5 Lokasi dan waktu..................................................................................31
3.6 Pengumpulan data.................................................................................31
3.7 Analisa data............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel. 2.1.2 rentang respon marah


Gambar: 2.1.7 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

xii
DAFTAR SINGKATAN

ODGJ : Orang dengan gangguan jiwa


OMK : Orang dengan masalah kejiwaan
SP: Strategi pelaksanaan
NAPZA : Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
GCS : Glasgow Coma Scale

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada Era Globalisasi ini kecenderungan terhadap peningkatan

gangguan jiwa semakin besar disebabkan oleh peristiwa kehidupan yang

penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan

sosial, modern, industri, dan termasuk Indonesia. Jumlah gangguan jiwa

setiap tahunnya di dunia sampai saat ini mengalami peningkatan yang

sangat signifikan dan terus bertambah. Gangguan jiwa dapat dibedakan

menjadi dua yaitu gangguan mental emosional dan gangguan jiwa berat.

Gangguan jiwa berat dikenal juga dengan sebutan psikosis dan salah satu

contoh psikosis adalah skizofrenia.

Prevalensi resiko perilaku kekerasan di Indonesia semakin

mengalami peningkatan. Pada tahun 2018 kejadian resiko perilaku

kekerasan sebesar 9 % (Kemenkes (2018). Angka Prevalensi gangguan

jiwa di Jawa Timur menduduki nomor 12 di Indonesia. Gangguan jiwa

terbagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan jiwa berat dan Orang Dengan

Masalah Kejiwaan (OMK). Menurut Riskesdas tahun 2018 disebutkan

bahwa estimasi angka gangguan jiwa berat di Jawa Timur mencapai

0.19% dari jumlah total penduduk Jawa Timur 39.872.395 (Proyeksi

Penduduk Indonesia 2010-2035, Sedangkan menurut (DINKES, 2020) Di

Jawa Timur jumlah gangguan jiwa mencapai 75.427 jiwa atau sekitar

1
2

0,19% dari total jumlah penduduk. Di Kabupaten Jombang menurut data

dari Dinas Kesehatan tahun 2022 terdapat 100% dari 1.318.062 penduduk.

Menurut Hardianto (2020) skizofrenia merupakan salah satu jenis

gangguan kejiwaan yang umum di Indonesia (Hardianto et al., 2020).

Gejala skizofrenia meliputi gangguan bicara, gangguan perilaku, gangguan

mood, gangguan kognitif, dan gangguan berpikir. Gejala kognitif sering

mendahului timbulnya psikosis. Gejala positif skizofrenia terdiri dari

waham atau delusi, halusinasi, kebingungan, gaduh, kecemasan,

ketidakmampuan berdiam diri, merasa seperti orang besar, pikiran tidak

percaya dan bermusuhan, sedangkan gejala negatif terdiri dari emosi,

isolasi, kontak emosional, pasif dan acuh tak acuh, kesulitan dalam

berpikir abstrak, pola pikir kaku, dan hilangnya atau berkurangnya

dorongan kehendak (Sutinah, et al., 2019).

Skizofrenia dalam keperawatan jiwa meliputi masalah keperawatan

seperti harga diri rendah, isolasi sosial, halusinasi, risiko perilaku

kekerasan, dan defisit perawatan diri. Perilaku kekerasan adalah kondisi

mengekspresikan kemarahan, ketakutan, atau ketidakberdayaan dalam

suatu situasi. Gejala kognitif perilaku kekerasan termasuk kebingungan,

pikiran tertekan, ketidakmampuan untuk memecahkan masalah, dan

gangguan penilaian. Gejala perilaku (behavior) seperti suara keras,

mengepalkan tangan, dan kekerasan fisik terhadap orang lain dan

lingkungan. Gejala afektif seperti ketidaknyamanan, kemarahan, mudah

tersinggung dan bermusuhan, sedangkan gejala fisik seperti respons tubuh

terhadap kemarahan bermanifestasi sebagai ketegangan fisik, kemerahan,


3

mata tajam, berkeringat, dan tekanan darah tinggi. Dampak dari perilaku

kekerasan, dapat merugikan diri sendiri atau orang lain karena emosi yang

tidak terkendali (Sutinah, et al., 2019).

Perilaku kekerasan salah satunya bisa ditangani dengan cara teknik

relaksasi nafas dalam, yang mana teknik relaksasi nafas dalam dapat

mengontrol dan menjaga keseimbangan emosi, sehingga emosi marah

tidak berlebihan (Zelianti, et al., 2012). Pemberian teknik relaksasi napas

dalam menunjukkan peningkatan terhadap kemampuan pasien

mengendalikan perilaku kekerasan (Sumirta, et al., 2014). Penelitian yang

dilakukan Kinandika (2014) didapatkan hasil terapi relaksasi nafas dalam

efektif berpengaruh dalam pengontrolan marah pada pasien perilaku

kekerasan. Sudia (2021) menyatakan adanya respon positif yang

menunjukkan pasien mampu mengikuti terapi relaksasi nafas dalam sesuai

program dan hasilnya efektif untuk mengontrol marah pada pasien risiko

perilaku kekerasan (Sudia et al., 2021). Berdasarkan beberapa hasil

penelitian di atas, bahwa dengan melakukan teknik relaksasi napas dalam

terhadap pasien risiko perilaku kekerasan dapat meningkatkan kemampuan

pasien dalam pengendalian marah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

mengambil studi kasus dengan judul “Penerapan Teknik Pengontrolan

Marah Pada Pasien Risiko Perilaku Kekerasan Di Puskesmas Dukuh

Klopo ”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Penerapan Pencegahan


4

Perilaku Kekerasan pada pasien Risiko perilaku Kekerasan di Wilayah

Kerja Puskesmas Dukuh Klopo ?”

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

Melakukan asuhan keeprawatan pada pasien risiko perilaku

kekerasan di Wilayah Kerja Puskesmas Dukuh Klopo

2. Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien Risiko Perilaku

Kekerasan dengan penerapan tehnik pencegahan perilaku

kekerasan.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Risiko

Perilaku kekerasan.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

risiko perilaku kekerasan.

d. Mengimplementasikan tindakan keperawatan pada pasien

dengan risiko perilaku kekerasan.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien risiko

perilaku kekerasan.

f. Melakukan analisa pada pasien risiko perilaku kekerasan

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

a. Bagi penulis

Diharapkan dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan masalah risiko perilaku kekerasan.


5

b. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga dapat memperoleh pengetahuan

dan keterampilan teknik relaksasi napas dalam untuk mengontrol

risiko perilaku kekerasan

c. Bagi institusi pendidikan

Memberikan informasi dan literatur tambahan untuk

pengembangan Ilmu Keperawatan khususnya pada Keperawatan

Jiwa mengenai gambaran penerapan teknik relaksasi nafas dalam

pada pasien risiko perilaku kekerasan.

d. Bagi Puskesmas Dukuh Klopo

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik dan

petugas kesehatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan.

e. Manfaat teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu

sumber informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan ilmu

kesehatan, serta teori-teori kesehatan, khususnya dalam asuhan

keperawatan dengan pencegahan perilaku kekerasan pada pasien

yang mengalami risiko perilaku kekerasan

f. Manfaat praktis

Menambah pengetahuan dan wawasan perawat dan pasien tentang

gangguan risiko perilaku kekerasan serta memberikan wawasan

dan menambah ilmu bagi pasien dan keluarga dalam menangani

masalah keperawatan pada pasien atau anggota keluarganya yang


6

sedang mengalami gangguan risiko perilaku kekerasan agar bisa

memberikan asuhan keperawatan mandiri dirumah. Menambah

pengetahuan, wawasan, dan pengalaman keperawatan pada pasien

risiko perilaku kekerasan dengan pencegahan perilaku kekerasan.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan untuk menyusun proposal Karya Tulis

Ilmiah ini dengan menggunakan metode deskriptif. Metode desktiptif

adalah metode yang sifatnya menggunakan peristiwa atau gejala yang

terjadi pada waktu sekarang meliputi studi kepustakaan yang mempelajari,

mengumpulkan, membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, pelaksanaan,

dan evaluasi.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar akan diuraikan sebagai

berikut:

1. BAB 1: PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai lata belakang pemilihan tema, ruang

linkup permasalahan, tujuan dan manfaat, metodologi yang

digunakan, dan sistematika penulisan.

2. BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas teori-teori dan permasalahan yang menjadi

acuan dalam penulisan skripsi, yaitu mengenai pembangunan alat

bantu penulisan karya ilmiah yang diperoleh dari studi pustaka,

wawancara, dan internet.


7

3. BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas teori-teori dan permasalahan yang menjadi

acuan dalam penulisan skripsi, yaitu mengenai pembangunan alat

bantu penulisan karya ilmiah yang diperoleh dari studi pustaka,

wawancara, dan internet.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku Kekerasan

2.1.1 Pengertian

Risiko perilaku kekerasan adalah perilaku seseorang yang

menunjukkan bahwa dapat membahayakan diri sendiri atau orang

lain dan lingkungan, baik fisik, emosional, seksual dan verbal.

Risiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu risiko

perilaku kekrasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed

violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk

for other directed violence). Risiko perilaku kekerasan terhadap

diri sendiri merupakan perilaku yang rentan dimana seorang

individu bisa menunjukkan atau mendemonstrasikan tindakan yang

membahayakan diri sendiri, baik secara fisik, emosional, maupun

seksual. Hal yang sama juga berlaku untuk risiko perilaku

kekerasan terhadap orang lain, hanya saja ditunjukkan langsung

kepada orang lain (Hasannah & Solikhah, 2019).

Perilaku kekerasan dilakukan karena ketidakmampuan

individu melakukan koping terhadap stress, tidak mampu

mengidentifikasi stimulus yang dihadapi dan tidak mampu

mengontrol dorongan untuk melakukan perilaku kekerasan.

Masalah pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan jika

6
7

tidak dilakukan penanganan dengan baik akan membawa dampak

buruk misalnya mencederai ataupun bisa menimbulkan kematian

(Hasannah & Solikhah, 2019).

Pasien dengan perilaku kekerasan mengalami perubahan

respon kognitif berupa gangguan proses pikir yaitu gangguan

dalam mempersepsikan sesuatu serta tidak mampu membuat alasan

(Boyd & Nihart, 1996). Respon kognitif merupakan hasil penilaian

terhadap kejadian yang menekan, pilihan koping yang digunakan,

reaksi emosional, fisiologis, perilaku dan sosial individu (Stuart &

Laraia, 2005). Setelah terjadi penilaian kognitif terhadap situasi ,

individu akan menampilkan respon afektif yang dimunculkan

dengan emosi berupa marah, gembira, sedih, menerima, antisipasi

atau respon emosi lainnya (Stuart & Laraia, 2005). Pernyataan-

pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada klien dengan

perilaku kekerasan mengalami perubahan pada respon kognitif

yang nantinya akan berpengaruh terhadap respon afektif yang

dimunculkan dalam bentuk emosi seperti kemarahan. Hal ini

menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan pada klien dengan

perilaku kekerasan juga perlu mengacu kepada emosi selain

kognitif dan perilaku.

2.1.2 Rentang Respon Marah

Menurut Yosep (2010) rentang respon marah adalah :


8

Tabel.2.1.2 rentang respon marah

Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Pasien Pasien gagal Pasien merasa Pasien Perasaan

mampu mencapai tidak dapat mengekspresi marah dan

mengungkap tujuan mengungkapk kan secara bermusuhan

kan rasa kepuasan saat an perasaanya, fisik, tapi yang kuat

marah tanpa marah dan tidak berdaya masih dan hilang

menyalahkan tidak dapat dan menyerah terkontrol, control

orang lain menemukan mendorong disertai

dan alternatifnya orang lain amuk,

memberikan dengan merusak

kelegaan. ancaman lingkungan

2.1.3 Etiologi

Menurut (Madhani & Kartina, 2020), ada beberapa faktor

penyebab risiko perilaku kekerasan yaitu :

1. Faktor predisposisi

a. Psikologis, menjadi salah satu faktor penyebab karena

kegagalan yang dialami dapat menimbulkan seseorang

menjadi frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau

perilaku kekerasan.
9

b. Perilaku, mempengaruhi salah satunya adalah perilaku

kekerasan, kekerasan yang didapat pada saat setiap

melakukan sesuatu maka perilaku tersebut diterima

sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi

dan dijadikan perilaku yang wajar.

c. Sosial budaya, dapat mempengaruhi karena budaya yang

pasif agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap

pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan

adalah hal yang wajar.

d. Bioneurologis, beberapa pendapat bahwa kerusakan pada

sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal, dan

ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang

terjadi perilaku kekerasan.

2. Faktor presipitasi

a. Ekspresi diri, dimana ingin menunjukan eksistensi diri

atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah konser,

penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan

sebagainya.

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan

kondisi social ekonomi.

c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam

keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk

memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan

dalam menyelesaikan konflik.


10

d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi

penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu

mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

f. Kematian anggota keluaraga yang terpenting, kehilangan

pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau

perubahan tahap perkembangan keluarga.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Menurut (Vahurina & Rahayu, 2021), tanda dan gejala yang

ditemui pada pasien melalui observasi atau wawancara tentang

risiko perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

1. Muka merah dan tegang

2. Pandangan tajam

3. Mengatupkan rahang dengan kuat

4. Mengepalkan tangan

5. Jalan mondar-mandir

6. Bicara kasar

7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak

8. Mengancam secara verbal atau fisik

9. Melempar atau memukul benda/orang lain

10. Merusak benda atau barang

11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan

perilaku kekerasan
11

Menurut Stuart (2009), perilaku yang ditunjukkan pasien seperti

mondar-mandir, tidak mampu untuk duduk tenang, tangan

mengepal, menghentikan aktivitas secara tiba-tiba, kata- kata

menekan, suara tinggi dan tinggi, memukul dan melukai, serta

ancaman secara fisik kepada dirinya dan orang lain.

2.1.5 Sumber Koping

Sumber koping dapat berupa asset ekonomi, kemampuan dan

ketrampilan, tehnik defensive, dukungan sosial, dan motivasi.

Hubungan Antara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

sangat berperan penting pada saat ini. Sumber koping lainnya

termasuk kesehatan dan energy, dukungan spiritual, keyakinan

positif, ketrampilan menyelesaikan masalah dan sosial, sumber

daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.

2.1.6 Mekanisme Koping

Mekanisme koping yang biasa digunakan menurut (Muhith, 2015)

adalah :

1. Sublimasi yaitu menerima suatu sasaran pengganti artinya saat

mengalami suatu dorongan, penyalurannya ke arah lain.

2. Proyeksi yaitu menyalahkan orang lain mengenal kesukaran/

keinginan tidak baik.

3. Represif yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk ke alam sadar.


12

4. Reaksi formasi yaitu mencegah keinginan berbahaya bila

diekspresikan dengan melebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.

5. Displacement yaitu melepaskan perasaan

tertekan,melampiaskan pada obyek yang tidak begitu

berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan

emosi itu.
13

2.1.7 Pohon Masalah

Risiko mencederai (pada diri sendiri, orang lain, lingkungan )

Effect

Risiko perilaku kekerasan


Core problem

Harga diri rendah


Causa
Gambar: 2.1.7 Pohon Masalah Perilaku Kekerasan

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan

yaitu :

1. Medis

a. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol perilakupsikososial

b. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak

diri

c.Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan

menenangkan hiperaktivitas

d. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan

pasien bila mengarah pada keadaan amuk


14

2. Penatalaksanaan keperawatan

a. Terapi TAK (Terapi aktivitas kelompok)

Terapi ini Memotivasi pasien, memberikan perhatian lebih

dari pihak keluarga, dan komsumsi obat secara rutin.

b. Terapi keluarga

Sistem ini yang berpikir dalam pandangan tentang keluarga

unit emosional, tindakan keluarga yang spesifik dan kerangka

kerja yang secara konseptual yang lebih luas, tindakan ini

mencakup perawatan pada keluarga, psikoterapi keluarga dan

pasangan, membangun keterampilan dalam keluarga dan

dukungan keluarga serta kelompok dalam keluarga.

c. Menciptakan lingkungan

Pada pasien gangguan jiwa untuk mengurangi tingkat

kepemikiran, kecemasan, kepanikan, ketakutan pasien

dengan halusinasinya. Pendekatan ini dilakukan secara

individual dengan pendekatan kontak mata, dipegang atau

disentuh. Pendekatan ini dengan cara mendekati pasien,

berbicara dengan pasien untuk membina hubungan saling

percaya, begitu juga bila meninggalnya hendak pasien

dibantu.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien akan diberi untuk kebebasan dan diajak mengaktifkan

diri untuk melakukan kegiatan gerakan fisik, seperti

berolahraga (senam), bermain dan melakukan kegiatan


15

lainnya. Kegiatan tujuanya untuk membantu pasien untuk

mengarahkan kehidupan pasien pada kehidupanya yang lebih

nyata agar dapat bersosialisasi hubungan dengan orang lain.

e. Menggali permasalahan pasien

Untuk mengatasi permasalahan pada pasien setelah pasien

kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah

pada pasien menimbulkan timbulnya halusinasi yang muncul

serta dapat membantu mengatasi masalah ini.

2.1.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan keluarga dalam

merawat pasien dengan gangguan jiwa

Menurut (Yundari. 2018) faktor-faktor yang mempengaruhi

keluarga merawat pasien gangguan jiwa :

1) Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu

penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera

pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (Notoatmodjo, 2014

dalam Yundari 2018). Pengetahuan menjadi faktor yang

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan risiko perilaku

kekerasan dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka


16

semakin tinggi kemampuan menerima dan memahami tentang

informasi perawatan anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa risiko perilaku kekerasan, sebaliknya jika pengetahuan

keluarga rendah maka dapat mengalami kesulitan untuk menerima

dan memahami tentang informasi perawatan anggota keluarga

yang sakit. Berdasarkan hal ini pengetahuan merupakan hal yang

penting agar keluarga dapat mempraktekan cara perawatan anggota

keluarga dengan gangguan jiwa, untuk mencegah kekambuhan.

2) Pekerjaan/Ekonomi

Pekerja di sector informal(swasta) juga mempengaruhi

pengetahuan seseorang karena bekerja di sector informal tidak

harus memiliki pendidikan yang tinggi sehingga mereka hanya

mendapatkan pengetahuan dari lingkungan hidup sehari-hari. Jika

keluarga memiliki pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan

yang tinggi maka keluarga dapat memberikan perawatan yang baik

kepada anggota keluarga nya yang sakit dengan support ekonomi

yang memadai, contohnya dapat membawa pasien ke fasilitas

pelayanan kesehatan seperti Puskesmas yang memiliki pelayanan

kesehatan jiwa atau rumah sakit jiwa, sedangkan jika pendapatan

nya rendah keluarga bisa saja tidak membawa pasien ke fasilitas

pelayanan kesehatan karena support ekonomi yang tidak memadai,

tetapi pendapatan tinggi ataupun rendah tidak sepenuhnya

mempengaruhi pasien dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan,


17

tergantung pada pengetahuan dan stigma yang dimiliki oleh

keluarga.

3) Sikap/budaya

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap ini merupakan

kesiapan atau kesedian untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu.

Salah satu sikap dan budaya yang mempengaruhi kemampuan

keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa ialah

stigma masyarakat dimana orang dengan gangguan jiwa dianggap

berbeda dan dikucilkan, diasingkan dengan cara dipasung dan

dikurung akibat dari stigma tersebut orang dengan gangguan jiwa

menanggung konsekuensi kesehatan dan sosio-kultural, seperti

pemasungan dan penanganan yang tidak maksimal sehingga

memperberat dan memperparah kondisi.

Jadi berdasarkan uraian di atas keluarga menjadi suatu pijakan

dalam upaya merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa. Pengetahuan sangat mempengaruhi peran keluarga dalam

bertindak, pengetahuan yang baik tentang cara perawatan angota

keluarga dengan gangguan jiwa akan menimbulkan peran yang

baik seperti memberikan dukungan emosional keluarga dalam hal

memotivasi pasien untuk sembuh ataupun menumbuhkan harapan

dan optimisme, pengawasan minum obat serta upaya pencegahan


18

kekambuhan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

(Yundari, 2018)

Faktor-faktor menyebabkan seseorang berperan ada enam alasan,

yaitu pengetahuan, kepercayaan, sikap, orang penting sebagai

refensi, sumber daya dan kebudayaan. Peran keluarga dalam

perawatan pasien gangguan jiwa ini diwujudkan dengan cara

meningkatkan fungsi afektif yang dilakukan dengan memotivasi,

menjadi pendengar yang baik, membuat senang, memberi

tanggung jawab dan kewajiban peran dari keluarga sebagai

pemberi asuhan (Stuart, 2016 dalam Yundari 2018).

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian risiko perilaku kekerasan seperti berikut :

1. Identitas

Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko 1,8 kali lebih

besar menderita skizofrenia dibandingkan umur 17-24 tahun.

Proporsi skizofrenia terbanyak adalah laki- laki (72%) dengan

kemungkinan laki-laki berisiko 2,37 kali lebih besar mengalami

kejadian skizofrenia dibandingkan perempuan. Kaum pria lebih

mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi

penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami

tekanan hidup, sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko

menderita gangguan jiwa dibandingkan laki-laki karena


19

perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan

dengan laki-laki.

2. Alasan masuk

Biasanya pasien masuk dengan alasan sering mengamuk

tanpa sebab, memukul, membanting, mengancam, menyerang

orang lain, melukai diri sendiri, mengganggu lingkungan,

bersifat kasar dan pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

kambuh karena tidak mau minum obat secara teratur.

3. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor pendukung (bio, psiko, sosial)

yang berkontribusi timbulnya gangguan jiwa/kekambuhan

Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi: kapan terjadinya,

keluhan/tanda gejala, penyebab/faktor faktor yang melatar

belakangi, apa yang sudah dilakukan.

a. Biasanya pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa

lalu dan pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami

gangguan jiwa.

b. Trauma, biasanya pasien pernah mengalami atau

menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari

lingkungan.

c. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa, kalau ada hubungan dengan keluarga, gejala,

pengobatan dan perawatan.


20

d. Biasanya pasien pernah mengalami pengalaman masa lalu

yang tidak menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina,

dianiaya, penolakan dari lingkungan

e. Apakah pasien pernah mengalami penyakit fisik (termasuk

gangguan tumbuh kembang ) yang menjadi faktor pendukung

gangguan jiwa

f. Apakah pasien memiliki riwayat penggunaan NAPZA

(Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif)?

4. Pengkajian fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada system/ fungsi organ tubuh

(dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi, dan hasil

pengukuran) dapat digambarkan sebagai berikut :

a. Kesadaran secara kuantitatif GCS (Glasgow Coma Scale)

a) Composmentis (sadar penuh 4, 5, 6 )

b) Apati (tidak mengacuhkan terhadap/lingkungan

sekitarnya, mulai mengantuk)

c) Somnolensia ( mengantuk dan tidak ada perhatian sama

sekali).

d) Bingung, delirium, sedasi (kacau, merasa melayang

antara sadar dan tidak sadar)

e) Sopor ( ingatan, orientasi, pertimbangan hilang, hanya

berespon terhadap rangsangan yang keras atau cubitan)

f) Stupor, subkoma, soporoskomatus (tidak ada lagi reaksi

terhadap rangsangan yang keras, terjadi gangguan


21

motoric seperti kekakuan, gerakan-gerakan yang

berulang dan tidak mengerti semua apa yang terjadi

dilingkungannya).

g) Koma (tidur yang sangat dalam, beberapa reflek hilang

seperti pupil, cahaya, muntah, dan dapat timbul reflek

yang patologis)

b. Lakukan pengukuran dan dituliskan hasilnya tentang:

a) Tanda vital ( tekanan darah dalam mmHg)

b) Nadi berapa kali dalam 1 menit

c) Pernafasan berapa kali dalam 1 menit

d) Suhu badan dalam derajat celcius

e) Berat badan dalam kg

f) Tinggi badan dalam cm

c. Apakah ada keluhan-keluhan fisik yang dirasakan pasien?

5. Psikososial

a. Genogram

Jelaskan pasien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya.

Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi,

pengambilan keputusan, dan pola asuh keluarga terhadap

pasien dan anggota keluarga lainnya.


22

Keterangan :

: Perempuan : Meninggal

: Laki laki :Orang tinggal serumah

: Cerai : Perkawinan

: Pasien : Dekat

45
: Umur

b. Konsep diri

Biasanya ada anggota tubuh pasien yang tidak disukai

pasien yang mempengaruhi keadaan pasien saat

berhubungan dengan orang lain sehingga pasien merasa

terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.


23

c. Identitas

Biasanya pada pasien dengan prilaku kekerasan tidak puas

dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik

disekolah, tempat kerja dan dalam lingkungan tempat

tinggal.

d. Harga diri

Biasanya pasien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan

dengan orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat

penolakan atau pasien merasa tidak berharga, dihina, diejek

dalam lingkungan keluarga maupun diluar lingkungan

keluarga.

1) Peran diri

Biasanya pasien memiliki masalah dengan peranatau

tugas yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau

masyarakat dan biasanya pasien tidak mampu

melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa

tidak berguna.

2) Ideal diri

Biasanya pasien memilki harapan yang tinggi terhadap

tubuh, posisi dan perannya baik dalam keluarga,

sekolah, tempat kerja dan masyarakat.

6. Hubungan sosial

a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara.


24

b. Kegiatan yang diikuti pasien dalam masyarakat dan apakah

pasien berperan aktif dalam kelompok tersebut.

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat

keterlibatan pasien dalam hubungan masyarakat.

7. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

b. Biasanya pasien mengatakan bahwa dia tidak mengalami

gangguan jiwa

c. Kegiatan ibadah

d. Biasaya dalam selama sakit pasien jarang melakukan ibadah

8. Status mental

a. Penampilan

Biasanya penampilan pasien kotor

b. Pembicaraan

Biasanya pada pasien prilaku kekerasan pada saat dilakukan

pengkajian bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah

tersinggung.

c. Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motoric pasien dengan prilaku kekerasan

akan terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah-

ubah, gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat

d. Alam perasaan

Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah

dilakukan
25

e. Afek

Biasanya pasien mudah tersinggung dan sering marah-

marah tanpa sebab

f. Interaksi selama wawancara

Biasanya pasien dengan risiko prilaku kekerasan akan

terlihat bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau

menatap lawan bicara dan mudah tersinggung.

g. Persepsi

Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan masih dapat

menjawab pertanyaan dengan jelas

h. Isi pikir

Biasanya pasien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik

saja

i. Tingkat kesadaran

Biasanya pasien prilaku kekerasan kadang tampak bingung.

j. Memori

Biasanya pasien diwaktu wawancara dapat mengingat

kejadian yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat

jangka panjang.

k. Kemampuan penilaian

Biasanya pasien mengalami kemampuan penilaian ringan

dan sedang dan tidak mampu mengambil keputusan.

l. Daya fikir diri

Biasanya pasien mengingkari penyakit yang dideritanya.


26

9. Mekanisme koping

Biasanya pasien menggunakan respon maldaptif yang ditandai

dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila

keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya

dan merusak alat-alat rumah tangga.

10. Masalah psikologis dan lingkungan

Biasanya pasien merasa ditolak dan mengalami masalah

interaksi dengan lingkungan.

11. Pengetahuan

Biasanya pasien dengan perilaku kekerasan kurang pengetahuan

tentang penyakitnya dan pasien tidak mengetahui akibat dari

putus obat dan fungsi dari obat yang diminumnya.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain

2. Harga diri rendah kronik

3. Harga Diri Rendah situasional

4. Koping Tidak Efektif

5. Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

2.2.3 Intervensi

Perencanaan tindakan menurut buku SIKI sebagai berikut :

1. Diagnosa keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

Intervensi utama :
27

a. Pencegahan perilaku kekerasan (I.145544)

Observasi

1) Monitor adanya benda yang berpotensi membahayakan

(mis: benda tajam, tali)

2) Monitor keamanan barang yang dibawa oleh pengunjung

3) Monitor selama penggunaan barang yang dapat

membahayakan (mis: pisau cukur)

Terapeutik

1) Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin

2) Libatkan keluarga dalam perawatan

Edukasi

1) Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk mendukung

keselamatan pasien

2) Latih cara mengungkapkan perasaan secara asertif

3) Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan nonverbal

(mis: relaksasi, bercerita)

2. Diagnosa keperawatan : Harga diri rendah kronik dan harga

diri rendah situasional

Intervensi utama : Manajemen perilaku (I.12463)

Observasi

1) Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku

Terapeutik

1) Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku

2) Jadwalkan kegiatan terstruktur


28

3) Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan

perawatan konsisten setiap dinas

4) Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan

5) Batasi jumlah pengunjung

6) Bicara dengan nada rendah dan tenang

7) Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi

8) Cegah perilaku pasif dan agresif

9) Beri penguatan positif terhadap keberhasilan

mengendalikan perilaku

10) Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi

11) Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan

pembicaraan

12) Hindari sikap mengancam atau berdebat

13) Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah

ditetapkan

Edukasi

1) Informasikan keluarga bahwa keluarga sebagai dasar

pembentukan kognitif

3. Diagnosa keperawatan : koping tidak efektif

Intervensi utama : Dukungan pengambilan keputusan (I.09265)

Observasi

1) Identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi

yang memicu konflik

Terapeutik
29

1) Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang

membantu membuat pilihan

2) Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi

3) Fasilitasi melihat situasi secara realistic

4) Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang

diharapkan

5) Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif

6) Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak

informasi

7) Fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain, jika

perlu

8) Fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga, dan tenaga

Kesehatan lainnya

Edukasi

1) Jelaskan alternatif solusi secara jelas

2) Berikan informasi yang diminta pasien

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain dalam

memfasilitasi pengambilan keputusan

4. Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori

( halusinasi)

Intervensi utama : Manajemen halusinasi (I.09288)

Observasi
30

1) Monitor perilaku yang mengindikasikan halusinasi

2) Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi

lingkungan

3) Monitor isi halusinasi (mis: kekerasan atau

membahayakan diri)

Terapeutik

1) Pertahankan lingkungan yang aman

2) Lakukan Tindakan keselamatan Ketika tidak dapat

mengontrol perilaku (mis: limit setting, pembatasan

wilayah, pengekangan fisik, seklusi)

3) Diskusikan perasaan dan respons terhadap halusinasi

4) Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi

Edukasi

1) Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi

2) Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk

memberi dukungan dan umpan balik korektif terhadap

halusinasi

3) Anjurkan melakukan distraksi (mis: mendengarkan music,

melakukan aktivitas dan Teknik relaksasi)

4) Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas,

jika perlu
31

2.2.4 Implementasi

Tujuan umum dari implementasi ini adalah pasien mampu

mengontrol perilakunya dan dapat mengungkapkan kemarahannya

secara asertif. Tujuan khusus dari implementasi ini adalah pasien

dapat membina hubungan saling percaya, Pasien dapat

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, Kien dapat

mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, Pasien dapat

mengidentifikasi perilakku kekerasan yang biasa dilakukan, Pasien

dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, Pasien dapat

mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap

kemarahan secara konstruktif, Pasien dapat mengontrol perilaku

kekerasan, Pasien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan, Pasien dapat menggunakan obat dengan benar

(sesuai program pengobatan).

Strategi pelaksanaan untuk pasien antara lain :

1) Diagnosa keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

1. SP 1 :

a. Beri salam dan panggil nama pasien

b. Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan

c. Jelaskan maksud hubungan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e. Beri rasa aman dan sikap empati

f. Latihan nafas dalam

g. Lakukan pukul bantal


32

2. SP 2 :

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya

b. Bantu pasien mengungkap perasaannya.

c. Minum obat secara teratur

3. SP 3 :

a. Anjurkan pasien mengungkapkan yang dialami saat

marah/jengkel

b. Menjelaskan dan melatih mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara verbal/bicara baik baik

4. SP 4

a. Anjurkan pasien untuk melakukan ibadah sesuai

dengan agamanya

b. Lakukan pencegahan perilaku kekerasan dengan

mendekatkan diri kepada tuhan

Strategi pelaksanaan untuk keluarga antara lain :

5. SP 1 Keluarga

a. Mendiskusikan masalah yang dirasakan pasien

b. Menjelaskan cara merawat pasien dengan perilaku

kekerasan

6. SP 2 Keluarga

a. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien

dengan perilaku kekerasan

2) Diagnosa keperawatan harga diri rendah

1. SP 1:
33

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentfikasi tanda gejala

c. Penyebab dan akibat harga diri rendah

d. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

masih dimiliki pasien

e. Melatih kemampuan pertama yang dilatih

2. SP 2:

a. Membantu pasien memilih dan melatih kemampuan

kedua yang dipilih

b. Menganjurkan pasien untuk memilih daftar kegiatan

yang dapat meningkatkan harga dirinya

c. Membantu pasien menyusun jadwal kegiatan latihan

3. SP 3 :

a. Membantu pasien memilih dan melatih kemampuan

ketiga yang dipilih

b. Menganjurkan pasien untuk memilih daftar kegiatan

yang dapat meningkatkan harga dirinya

4. SP 4 :

a. Membantu pasien memilih dan melatih kemampuan

keempat yang dipilih

b. Melakukan latihan yang telah dituliskan sampai semua

kemampuan dapat dilatih dan terjadi perubahan

perilaku yang dapat meningkatkan harga dirinya


34

c. Membantu meningkatkan harga diri dengan aspek

positif dan kemampuan yang dipilih

d. Melatih pasien menerima keterbatasannya

3) Diagnosa keperawatan : Koping tidak efektif

1. SP 1:

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mendorong pasien untuk dapat mengungkapkan pikiran

dan perasaanya

c. Ajarkan pasien untuk relaksasi dan mekanisme koping

4) Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori

(halusinasi)

1. SP 1 :

a. Membantu pasien mengenal halusinasinya

b. Menjelaskan cara mengontrol halusinasinya

c. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara

pertama pertama: menghardik halusinasi.

2. SP 2:

a. Melatih pasien melatih halusinasi dengan cara kedua

yaitu bercakap – cakap dengan orang lain.

3. SP 3:

a. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara

ketiga: melaksanakan aktifitas terjadwal.

4. SP 4:
35

a. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan kegiatan harian

b. Melatih pasien untuk minum obat teratur

2.2.5 Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu

kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses

keperawatan berlangsung atau menilai dari respon pasien disebut

evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target

tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat,

2014).

Evaluasi keperawatan menggunakan SLKI:

1. Diagnosa keperawatan : Risiko perilaku kekerasan

SLKI: Kontrol diri (L.09076)

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa kontrol diri

meningkat adalah:

a. Verbalisasi ancaman kepada orang lain menurun

b. Verbalisasi umpatan menurun

c. Suara keras menurun

d. Bicara ketus menurun

2. Diagnosa keperawatan : harga diri rendah

SLKI :Harga diri meningkat (L.09069)

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa harga diri meningkat

adalah:

a. Penilaian diri positif meningkat


36

b. Perasaan malu menurun

c. Penerimaan penilaian positif terhadap diri sendiri

meningkat

d. Penilaian diri positif meningkat

e. Percaya diri untuk berbicara meningkat

f. Kontak mata meningkat

g. Gairan aktivitas meningkat

h. Berjalan meningkatkan wajah meningkat

i. Postur tubuh menampakkan wajah meningkat

3. Diagnosa keperawatan : koping tidak efektif

SLKI : Status koping (L.09086)

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status koping

membaik adalah:

a. Kemampuan memenuhi peran sesuai usia meningkat

b. Perilaku koping adaptif meningkat

c. Verbalisasi kemampuan mengatasi masalah meningkat

d. Verabalisasi pengakuan masalah meningkat

e. Verbalisasi kelemahan diri meningkat

f. Perilaku asertif meningkat

g. Verbalisasi menyalahkan orang lain menurun

h. Verbalisasi rasionalisasi kegagalan menurun

i. Hipersensitif terhadap kritik menurun

4. Diagnosa keperawatan : gangguan persepsi sensori (halusinasi)

SLKI : Persepsi sensori membaik (L.09083)


37

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa persepsi sensori

membaik adalah:

a. Verbalisasi mendengar bisikan menurun

b. Vernalisasi melihat bayangan menurun

c. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera

perabaan menurun

d. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera

penciuman menurun

e. Verbalisasi merasakan sesuatu melalui indera

pengecapan menurun

f. Distorsi sensori menurun

g. Perilaku halusinasi menurun

h. Respons sesuai stimulus membaik


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode yang digunakan

peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap

jalannya penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kasus ini menggunakan desain dekriptif secara umum yang

mengeksplorasi masalah penerapan terapi relaksasi nafas dalam pada

pasien perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa daerah provinsi lampung

(Dharma, 2015).

3.2 Subyek studi Kasus

Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 partisipan

dengan kasus yang sama yaitu risiko perilaku kekerasan .

3.3 Fokus studi

1. Pencegahan perilaku kekerasan pada pasien risiko perilaku kekerasan

dengan

3.4 Definisi operasional

Defisini operasional adalah karakteristik yang diamati dari sesuatu

yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)

itulah merupakan kunci operasional (Nursalam, 2018).

30
31

1. Pasien risiko perilaku kekerasan adalah perilaku seseorang yang

menunjukkan bahwa dapat membahayakan diri sendiri atau orang

lain dan lingkungan, baik fisik, emosional, seksual dan verbal.

2. Latihan nafas dalam adalah salah satu bentuk relaksasi yang berupaya

untuk mengendurkan ketegangan jasmaniah, yang pada akhirnya

mengendurkan ketegangan jiwa, salah satu cara terapi relaksasi adalah

bersifat respiratoris, yaitu dengan mengatur aktivitas bernafas. Pelatihan

relaksasi pernafasan dilakukan dengan mengatur mekanisme pernafasan

baik tempo atau irama dan intensitas yang lebih lambat dan dalam.

Keteraturan dalam bernafas, menyebabkan sikap mental dan badan yang

relaks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima situasi yang

merangsang luapan emosi tanpa membuat kaku

3.5 Lokasi dan waktu

1. Pelaksanaan studi kasus akan dilakukan di Puskesmas Dukuh Klopo.

2. Waktu penganalisis dilakukan pada Bulan Januari-Maret 2024.

3.6 Pengumpulan data

Penelitian secara umum menggunakan 3 metode pengumpulan data

yaitu: wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

1. Wawancara

Menganalisa tentang Tanya jawab dengan pihak yang bersangkutan

yaitu pasien maupun tim kesehatan mengenai data pasien dengan

masalah risiko perilaku kekerasan, wawancara dilakukan selama

proses keperawatan berlangsung.

2. Observasi
32

Menganalisa dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

aktivitas responden atau partisipan yang terencana menggunakan

format pengkajian dan ceklis.

3. Studi dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan di pelajari dari jurnal jurnal dan

keperawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan atau

pengobatan.

3.7 Analisa data

Urutan dalam analisa adalah sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Menganalisa untuk mengumpulkan data hasil dari wawancara,

observasi dan dokumentasi hasil.

2. Mereduksi data

Menganalisa data hasil wawancara yang terkumpul dalam data

pengkajian, peneliti mengelompokkan menjadi data subyektif dan

obyektif dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan dan dilakukan pembahasan.

3. Penyajian data

Peneliti menyajikan data dalam bentuk tabel, gambar, bagan, maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari pasien.

4. Kesimpulan

Menganalisa dari data yang disajikan peneliti, kemudian data dibahas

dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara


33

teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan

dengan metode induksi. Data yang terkumpul terkait dengan data

pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi.


34

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Puspa Aprihayu, S. Kep Mundakir, and Siti Aisyah. 2017 . Asuhan
keperawatan jiwa dengan masalah perilaku kekerasan dengan diagnosa
Medis Skizofrenia di ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya. Diss. Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang. 2020. Jumlah penduduk Kabupaten


Jombang per kecamatan (jiwa).
https://jombangkab.bps.go.id/indicator/12/97/1/-sp2020-jumlah-
penduduk-kabupaten-jombang-per-kecamatan.html

Dewi, Mutiara. 2023. Asuhan keperawatan jiwa pada Tn. M dengan risiko
perilaku kekerasan di RSJD Amino Gondohutomo. Diss. Universitas
Islam Sultan Agung,.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2020 . Profil Dinas Kesehatan Tahun 2020
https://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen/PROFIL
%20KESEHATAN%20JATIM%202022.pdf

Dinas komunikasi dan informatika kabupaten Jombang.2022. Angka kesehatan


orang dengan gangguan jiwa.
https://sambang.jombangkab.go.id/front/data/79-angka-kesehatan-
orang-dengan-gangguan-jiwa-odgj

Fajariyah,dkk. 2023. Analisis Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Resiko Perilaku


Kekerasan melalui Intervensi Latihan Fisik 2: Terapi Pukul Bantal pada
Nn A dan Nn D di Pandeglang Banten. ISSN 2622-6030. Jurnal
Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat
https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kreativitas/article/view/8893

Hanik, N. E., Fitryasari, R., & Yusuf, A. 2015 . Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika. 1–18

Hjg, H. H., & Yundari, H. H. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Peran Keluarga Sebagai Caregiver Pasien Skizofrenia. Journal of
Borneo Holistic Health, 1(1), 27–42.
https://doi.org/10.35334/borticalth.v1i1.377

Hardianto, dkk. 2020. Spiritual Care Dalam Mengurangi Tingkat Kemarahan


Pasien Skizofernia. Penelitian Kesehatan Suara Forikes.
https://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/sf11nk401

Junisca Vahurina, dkk. 2020 . Penurunan Gejala Perilaku Kekerasan Dengan


Menggunakan Terapi Musik Instrumental Piano Pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan. e-ISSN: 2808-2095, Holistic Nursing Care
Approach, Vol 1 No 1.
35

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/HNCA/article/view/8260

Kinandika, R. 2014. Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap


Penurunan Tingkat Emosi Pada Asuhan Keperawatan Tn. F Dengan
Perilaku Kekerasan Di Ruang Puntadewa Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.

Moomina Siauta, Hani Tuasika, Selpina Embuai. 2020. Upaya mengontrol


perilaku agresif pada perilaku kekerasan dengan pemberian rational
emotive behavior therapy. 3-ISSN 2338-2090, p-ISSN 2655-8106,
Jurnal Keperawatan Jiwa Volume 8 No 1, Hal 27 – 32.

https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/478/273/1
445

Madhani, dkk. 2020. “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan.” Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma
Husada Surakarta.

Muhith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: ANDI.

Nainggolan, L.2023. Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Nn. N Dengan


Gangguan Risiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Mawar.
https://doi.org/10.31219/osf.io/e8am4
Pardede, Jek Amidos. 2020. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan. Jurnal Keperawatan Jiwa. 1-10.

Pujiani, dkk. 2023. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah. Program studi D3
Keperawatan, tidak dipublikasikan.

Riska Amimi, dkk. 2020. Analisis tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan pada
pasien skizofrenia., e-ISSN 2621-2978., p-ISSN 2685-9394., Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 1, Hal 65 – 74

https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/478/273/1
445

Stuart,G.W. (2009). Principles and Practice of Psychyatric Nursing. 8 th edition.


Missouri: Mosby.
https://www.researchgate.net/profile/JekAmidos/publication/
346848955_Standar_Asuhan_Keperawatan_Jiwa_Dengan_Masalah_Ke
cemasan/links/5fdd695da6fdccdcb8de2930/Standar-Asuhan-
Keperawatan-Jiwa-Dengan-Masalah-Kecemasan.pdf

Sintia Pertiwi, dkk. 2023. Penerapan relaksasi napas dalam terhadap tanda dan
gejala pasien risiko perilaku kekerasan di rsj daerah provinsi lampung.,
ISSN : 2807-3469., Jurnal Cendikia Muda Volume 3.
36

https://jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/downloa
d/509/342

Supriyadi, dkk. 2020. Hubungan terapi spiritual dengan kemampuan mengontrol


pada pasien perilaku kekerasan di rumah sakit khusus daerah provinsi
sulawesi selatan., eISSN : 2302-2531/., Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis.
https://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/305/303/11
21

Sutinah, dkk. 2019. Teknik Relaksasi Nafas Dalam Berpengaruh Terhadap


Kemampuan Mengontrol Marah Klien Skizofrenia Deep Breathing
Relaxation Techniques Affect The Ability to Control Anger in
Schizophrenic Patients. Journal of Helthcare Technology and
Mediciane, 5(1), 45–55.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v5i1.318

Sumirta, dkk. 2014. Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Pengendalian Marah Klien
Dengan Perilaku Kekerasan : Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Denpasar.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Zelianti. 2012. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi klien
perilaku kekerasan di rumah sakit jiwa daerah Dr. Amino
Gondohutomo. Semarang ; politeknik kesehatan Denpasar

Anda mungkin juga menyukai