Anda di halaman 1dari 155

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA


INDIKASI PRE EKLAMSIA BERAT DI RUANG DRUPADI II RSUD
JOMBANG

KARYA ILMIAH AKHIR


STUDI KASUS

Oleh :

ELFIRA MAULIDIA RAHMAWATI


NIM : 7422026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
20
KARYA ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA


INDIKASI PRE EKLAMSIA BERAT DI RUANG DRUPADI II RSUD
JOMBANG

KARYA ILMIAH AKHIR


STUDI KASUS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Profesi Ners (Ns.)


Pada Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu Jombang

Oleh :

ELFIRA MAULIDIA RAHMAWATI


NIM : 7422026

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM
JOMBANG
2023

i
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Karya Ilmiah Akhir ini adalah hasil karya sendiri dan

belum pernah dikumpulkan orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun

Jombang, 09 Juli 2023

Yang menyatakan

Elfira Maulidia Rahmawati


NIM : 7422026

i
LEMBAR

Karya Ilmiah Akhir Oleh : Elfira Maulidia Rahmawati

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


POST SECTIO CAESAREA INDIKASI PRE
EKLAMSIA BERAT DI RUANG DRUPADI II
RSUD JOMBANG

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Ilmiah Akhir

Disetujui Oleh:

Pembimbing

Mukhoirotin, S.Kep.Ns., M.Kep.


(NIPY : 11010901083)

i
LEMBAR

Karya Ilmiah Akhir ini telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada

Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum

Pada tanggal : Juli 2023

Mengesahkan :

Tim Penguji

Ketua : Diah Ayu Fatmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. ( )

Anggota I : Alik Fatmawati, S.Kep., Ns. ( )

Anggota II : Mukhoirotin S.Kep., Ns., M.Kep. ( )

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan

Mukhamad Rajin, S.Kep., Ns., M.Kes


NIPY : 11 010901 031

v
MOTT

"Ijhad walaa taksal wa laa takun ghoofilan fa nadaamatu al 'uqbaa liman

yatakaasal"

(Bersungguh- sungguhlah dan jangan bermalas-malasan dan jangan pula

lengah, karena penyesalan itu bagi orang yang bermalas-malasan)

v
LEMBAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Sholawat serta Salam

kepada Rasullullah SAW, dengan segala kerendahan hati Karya Ilmiah Akhir

ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat serta hidayah-Nya

sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.

2. Kepada seluruh keluarga besar saya khususnya kedua orang tua saya yang

selalu memberikan motivasi dan dukungannya sehingga Karya Ilmiah

Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Kepada saudari saya yang juga memberikan motivasi dan dukungannya.

4. Kepada dosen khususnya kepada Ibu Mukhoirotin, S.Kep.,Ns.,M.Kep

yang telah sabar dalam membimbing saya mengerjakan Karya Ilmiah

Akhir ini sampai akhir, saya mengucapkan terimakasih banyak.

5. Kepada bapak ibu dosen Fakultas Ilmu Kesehatan yang tidak bisa saya

sebut satu persatu, terimakasih atas ilmu dan motivasi yang telah di

berikan, semoga barokah dan bermanfaat, saya mengucapkan terimakasih

banyak.

6. Kepada teman-teman profesi Ners, terimakasih atas kebersamaannya,

kekompakannya, semoga kesuksesan selalu mengiringi kita. Aamiin.

v
KATA

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini dengan judul : “Asuhan keperawatan pada

pasien Post Sectio Caesarea Indikasi Pre Eklamsia Berat di Ruang Drupadi II

RSUD Jombang”. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi

Darul ‘Ulum Jombang.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW, yang telah membawa ajaran islam kepada kita sekalian,

sehinga penulis termotivasi dalam menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir ini.

Mengingat dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini telah disusun dengan

semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga

dapat memperlancar pembuatan Karya Ilmiah Akhir. Untuk itu Penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini, terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. DR. dr. HM. Zulfikar As’ad, MMR., selaku Rektor Universitas Pesantren

Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.

2. Pujiani, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang.

vi
3. Mukhamad Rajin, S.Kep., Ns., M.Kes. selaku Kaprodi Profesi Ners

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum

Jombang.

4. Mukhoirotin, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Ilmiah Akhir

ini.

5. Dr. dr. Ma’murotus Sa’diyah, M. Kes. selaku Direktur RSUD Jombang

6. Annisah, A. Md. Keb. Selaku Kepala Ruangan Drupadi II

7. Seluruh responden yang telah bersedia untuk diteliti

8. Semua keluarga saya yang telah memotivasi dan memberikan kasih

sayang baik moril, materil dan do’a.

9. Semua teman-teman, Profesi Ners yang memberikan semangat dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Karya

Ilmiah Akhir ini. Kami menyadari adanya keterbatasan wawasan dalam

penyusunan Karya Ilmiah Akhir ini, semoga Karya Ilmiah Akhir ini dapat

bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua. Oleh

karena itu kami dengan segala kerendahan hati mengharapkan adanya saran

dan kritikkan yang membangun untuk kesempurnaan Karya Ilmiah Akhir ini.

Jombang, Juli 2023

Penulis,

ix
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI PRE EKLAMSIA BERAT DI RUANG DRUPADI II RSUD
JOMBANG

Elfira Maulidia Rahmawati, Mukhoirotin


Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu
Dosen Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Unipdu

Email : rahmawatifira15@gmail.com
mukhoirotinkhoir@yahoo.co.id

ABSTRAK

PEB (Pre Eklampsia berat) merupakan salah satu penyebab operasi sectio
caesarea. Diperkirakan masih banyak ibu hamil kurang mengetahui tanda-tanda
pre eklampsia berat, tanpa ada penanganan khusus untuk menjaga kehamilannya,
seperti memeriksakan kehamilannya ke pelayanan kesehatan. Jika tidak segera
diobati, pre eklampsia berat dapat menyebabkan kematian ibu dan anak, lemak
tubuh tinggi dan aliran darah ke rahim tidak mencukupi, dan dapat menyebabkan
masalah serius bagi ibu dan bahkan kematian. Desain penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang mencakup
pengkajian, perumusan diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi keperawatan.
Partisipan dalam studi kasus ini sebanyak 3 orang pasien post sectio caesarea
dengan indikasi pre eklamsia berat. Pada ketiga klien masalah keperawatan yang
muncul diantaranya adalah nyeri akut, risiko infeksi, defisit perawatan diri
personal hygiene, dan defisit pengetahuan tentang perawatan payudara. Intervensi
yang diberikan untuk mengatasi nyeri akut adalah dengan mengajarkan mobilisasi
dini setelah post op, untuk mengatasi risiko infeksi adalah menerapkan strategi
untuk mencegah infeksi, untuk mengatasi defisit perawatan diri personal hygiene
adalah dengan upaya membersihkan diri sehingga menurukan kontaminasi
intrauterus oleh bakteri penyebab infeksi, dan untuk defisit pengetahuan adalah
dengan pemberian edukasi perawatan payudara. Mobilisasi dini mampu
menurunkan tingkat intensitas nyeri yang dialami klien dan klien mampu
melakukan aktivitas secara mandiri. Dengan diberikannya edukasi perawatan
payudara, klien dapat mempermudah proses feeding atau pemberian ASI.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Post Sectio Caesarea, Pre Eklamsia
Berat

x
NURSING CARE OF POST SECTIO CAESAREA PATIENTS
INDICATIONS OF SEVERE PRE-ECLAMSIA IN DRUPADI II ROOM
RSUD JOMBANG

Elfira Maulidia Rahmawati, Mukhoirotin


Nursing Profession Student, Faculty of Health Sciences Unipdu Jombang
Lecturer in the Nursing Professional Study Program, Faculty of Health
Sciences, Unipdu

Email : rahmawatifira15@gmail.com
mukhoirotinkhoir@yahoo.co.id

ABSTRACT

PEB (Severe Pre-Eclampsia) is one of the causes of sectio caesarea


surgery. It is estimated that there are still many pregnant women who do not know
the signs of severe pre-eclampsia, without special treatment to maintain their
pregnancy, such as having their pregnancy checked by a health service. If not
treated immediately, severe pre-eclampsia can cause death of the mother and
child, high body fat and insufficient blood flow to the uterus, and can cause
serious problems for the mother and even death. The research design uses
descriptive research methods with a case study approach which includes
assessment, diagnosis formulation, intervention, implementation, and evaluation
of nursing. Participants in this case study were 3 post-cesarean section patients
with severe pre-eclampsia indications. For the three clients, nursing problems that
arise include acute pain, infection risk, personal hygiene self-care deficits, and
knowledge deficits about breast care. Interventions given to treat acute pain are to
teach early mobilization after post op, to overcome the risk of infection is to
implement strategies to prevent infection, to overcome personal hygiene self-care
deficits are to clean oneself so as to reduce intrauterine contamination by bacteria
that cause infection, and to knowledge deficit is by providing breast care
education. Early mobilization is able to reduce the level of pain intensity
experienced by clients and clients are able to carry out activities independently.
By providing breast care education, clients can facilitate the process of feeding or
breastfeeding.
Keywords: Nursing Care, Post Sectio Caesarea, Severe Pre Eclampsia

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
MOTTO.................................................................................................................vi
LEMBAR PERSEMBAHAN..............................................................................vii
KATA PENGANTAR........................................................................................viii
ABSTRAK..............................................................................................................x
ABSTRACT...........................................................................................................xi
DAFTAR ISI........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH.....................xviii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Karya Ilmiah Akhir.............................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................ 5
1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir............................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................6
1.4.2 Manfaat Praktis....................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Konsep Sectio Caesarea...................................................................7
2.1.1 Pengertian Sectio Caesarea.....................................................7
2.1.2 Jenis-jenis Sectio Caesarea.....................................................7
2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea................................................. 8

2.1.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tindakan Sectio


Caesarea................................................................................. 9
2.1.5 Indikasi Sectio Caesarea.......................................................10
x
2.1.6 Komplikasi Sectio Caesarea................................................. 10
2.1.7 Perawatan Post Sectio Caesarea...........................................11
2.1.8 Penatalaksanaan Post Sectio Caesarea................................. 15
2.1.9 Dampak Masalah...................................................................17
2.2 Konsep Pre Eklampsia Berat..........................................................17
2.2.1 Pengertian..............................................................................17
2.2.2 Etiologi..................................................................................18
2.2.3 Klasifikasi..............................................................................18
2.2.4 Manifestasi Klinik.................................................................19
2.2.5 Patofisiologi.......................................................................... 20
2.2.6 Pathway.................................................................................23
2.2.7 Komplikasi............................................................................ 24
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang.........................................................24
2.2.9 Pencegahan............................................................................25
2.2.10 Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat................................ 25
2.2.11 Dampak Masalah................................................................ 27
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklamsia Berat......................... 28
2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................28
2.3.2 Pemeriksaan fisik.................................................................. 30
2.3.3 Pemeriksaan Penunjang.........................................................32
2.3.4 Diagnosis Keperawatan.........................................................34
2.3.5 Intervensi Keperawatan.........................................................34
2.3.6 Implementasi Keperawatan...................................................38
2.3.7 Evaluasi Keperawatan...........................................................42
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................43
3.1 Desain Penelitian............................................................................ 43
3.2 Subyek Karya Ilmiah Akhir............................................................43
3.3 Lokasi dan Waktu Studi................................................................. 44
3.4 Fokus Studi Kasus.......................................................................... 44

3.5 Definisi Operasional....................................................................... 44


3.6 Instrumen Studi Kasus....................................................................44
3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data..................................45
3.7.1 Observasi...............................................................................45
3.7.2 Wawancara............................................................................45
x
3.7.3 Dokumentasi..........................................................................46
3.7.4 Pemeriksaan Fisik................................................................. 46
3.7.5 Pemeriksaan Penunjang.........................................................46
3.7.6 Pengumpulan data................................................................. 47
3.8 Analisa dan Penyajian Data............................................................48
3.9 Etika Karya Ilmiah Akhir............................................................... 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.....................................52
4.1 Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan........................................52
4.1.1 Profil Pelayanan Kesehatan...................................................52
4.2 Pembahasan.................................................................................. 100
4.2.1 Pengkajian........................................................................... 100
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................123
5.1 Kesimpulan................................................................................... 123
5.2 Saran............................................................................................. 125
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................126

x
DAFTAR

Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan........................................................................34


Tabel 4. 1 Data penyakit Ruang Drupadi II RSUD Jombang bulan Oktober,
November, Desember 2022...................................................................54
Tabel 4. 2 BOR Ruang Drupadi II RSUD Jombang Bulan November 2022........54
Tabel 4. 3 Data Pasien............................................................................................55
Tabel 4. 4 Status Kesehatan Pasien........................................................................56
Tabel 4. 5 Riwayat Keperawatan Pasien................................................................57
Tabel 4. 6 Pemeriksaan Fisik Pasien......................................................................63
Tabel 4. 7 Pemeriksaan Penunjang Pasien.............................................................65
Tabel 4. 8 Terapi Medis.........................................................................................69
Tabel 4. 9 Analis Data............................................................................................71
Tabel 4. 10 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas.........................73
Tabel 4. 11 Intervensi.............................................................................................74
Tabel 4. 12 Implementasi Klien 1..........................................................................77
Tabel 4. 13 Implementasi Klien 2..........................................................................82
Tabel 4. 14 Implemtasi Klien 3..............................................................................86
Tabel 4. 15 Evaluasi Klien 1..................................................................................90
Tabel 4. 16 Evaluasi Klien 2..................................................................................94
Tabel 4. 17 Evaluasi Klien 3..................................................................................97

x
DAFTAR

x
DAFTAR

Lampiran 1 SOP Perawatan Luka Post Op Sectio Caesarea...............................130


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.........................................133
Lampiran 3 Lembar Konsultasi............................................................................134
Lampiran 4 Jadwal Kegiatan................................................................................136
Lampiran 5 Hasil Uji Plagiarism.........................................................................137

xv
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN

AKI : Angka Kematian Ibu

SC : Sectio Caesarea

PEB : Pre Eklampsia Berat

RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

SDKI : Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia

SLKI : Standart Luaran Keperawatan Indonesia

SIKI : Standart Intervensi Keperawatan Indonesia

SOP : Standar Operasional Prosedur

WHO : World Health Organization

xvi
BAB
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin

dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janian diatas 500 gram

(Mitayani, 2021). PEB merupakan salah satu faktor dilakukannya

persalianan dengan Sectio Caesarea. PEB (Pre Eklampsia Berat) adalah

suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi

160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada kehamilan

20 minggu atau lebih (Hidayat, 2019). Bila tidak segera ditindak lanjuti

Pre Eklampsia Berat akan menyebabkan kematian pada ibu dan janin.

Diagnosis ditetapkan dengan tiga dari triase Pre Eklampsia yaitu

kenaikan berat badan edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat

proteinuria (Manuaba, 2021). Diperkirakan masih banyak ibu hamil

kurang mengetahui tanda-tanda Pre Eklampsia Berat, ketika kaki ibu hamil

bengkak hanya di rendam pada air hangat tanpa ada penanganan khusus

untuk menjaga kehamilannya, seperti memeriksakan kehamilannya ke

pelayanan kesehatan. Apabila tidak ditangani dengan cepat dapat

menimbulkan dampak bagi ibu seperti plasenta tidak berfungsi dengan

baik yang bisa disebabkan oleh kelainan plasenta, selain itu gizi buruk,

kadar lemak tubuh yang tinggi ketidak cukupan aliran darah ke rahim dan

dapat menyebabkan masalah yang serius bagi ibu bahkan bisa

mengakibatkan kematian. Dan menimbulkan juga dampak bagi bayi bisa

1
2

mengakibatkan kekurangan nutrisi karena tidak memadainya aliran darah

rahim ke plasenta, bisa menyebabkan keterlambatan pertumbuhan bayi

dalam kandungan, kelahiran prematur, dan bayi lahir mati (stillbirth).

Karena itu semua kebanyakan ibu hamil kurang menyadari dan memahami

tanda-tanda dari Pre Eklampsia Berat. Jadi seharusnya ibu hamil sering

melakukan pemeriksaan antenatal yang teratur untuk mencegah terjadinya

Pre Eklampsia Berat (Benson, 2018).

Resiko persalinan pada ibu dengan Pre Eklampsia Berat (PEB)

sangatlah tinggi, angka kejadiannya menurut WHO, 0,51% - 38,4%, maka

perlu dilakukan dengan tindakan Sectio Caesarea (SC) jika dalam 24 jam

tidak dapat diselesaikan dengan persalinan pervagina. Di negara maju

angka kejadian Pre Eklampsia berkisar 6 – 7 % dan Eklampsia 0,1 – 0,7

%. Sedangkan angka kematian ibu yang diakibatkan Pre Eklampsia dan

Eklampsia di negara berkembang masih tinggi (Amelda, 2018).

Berdasrkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia, AKI di Indonesia,

mempunyai angka kejadian Pre Eklampsia sekitar 7 – 10 % dari seluruh

kehamilan (Birawa, dkk., 2019). Penyebab AKI diantaranya pendarahan

(28%), Eklampsi (24%), infeksi (11%) , komplikasi msa puerperium (8%),

abortus (5%), partus lama (5%), emboli obstetri (3%), dan lain-lain (11%)

(Depkes RI, 2022). Jawa Timur tahun 2022 keadaannya berada 5 point di

bawah dari target MDGs tahun 2021 sebesar 102 per 100.000 kelahiran

hidup. (Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2022). Di RSUD Jombang dari

oktober-desember 2022 sebanyak 6.2 % yaitu 45 kasus ibu dengan


3

persalinan Sectio Caesarea Pre Eklampsia Berat. (Rekam Medik RSUD

Jombang, 2022).

Penyebab pasti Pre Eklampsia Berat belum diketahui, sehingga

masih sulit untuk dicegah kemunculannya. Para ahli percaya bahwa

masalah kelainan plasenta merupakan faktor utama yang menyebabkan Pre

Eklampsia. Namun secara umum gejala yang ditunjukkan Pre Eklampsia

Berat meliputi tekanan darah 160/110 mmHg, proteinuria. Pusing,

perubahan status mental, output urine berkurang atau tidak ada output

urine, sakit kepala, mual dan muntah, nyeri di bagian atas kanan perut.

Dampak dari Pre Eklampsia ini dapat merusak organ-organ dalam tubuh,

seperti hati, ginjal dan otak. Pre Eklampsia Berat dapat menyebabkan

pembulu darah menyempit, sehingga tekanan darah menjadi tinggi.

Masalah keperawatan yang kemungkinan timbul jika tidak segera

ditangani pada Pre Eklampsia Berat yaitu resiko tinggi terjadinya kejang

akibat penurunan fungsi organ dan peningkatan tekanan darah. Komplikasi

berupa gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru, gagal jantung, hingga

syok dan kematian (Mansjoer, 2020). Apabila tidak ditangani dengan cara

yang tepat dan cepat akan dapat menimbulkan kematian, maka salah satu

cara yang dpat dilakukan dengan operasi Sectio Caesarea. Solusi yang

perlu di terapkan untuk mengurangi dampak yang disebabkan oleh Pre

Eklampsia Berat pada ibu hamil yaitu dengan pemeriksaan antenatal yang

teratur dan secara rutin, mencari tanda-tanda Pre Eklampsia

(Prawirohardjo, 2019).
4

Peran perawat dalam pencegahan Pre Eklampsia Berat dengan

mengajurkan pola makan ibu yang beryodium rendah dan olah raga yang

teratur saat kehamilan (Pernol, 2020). Selain itu solusi dilakukannya ibu

Post Op Sectio Caesarea dengan Pre Eklampsia Berat dianjurkan minum

air putih sedikit demi sedikit 6-10 jam Post Op Sectio Caesarea berupa air

putih dan ajarkan ibu untuk mobilisasi (Syaifuddin, 2020). Ibu Post Op

Sectio Caesarea merasakan sesuatu yang tidak nyaman, merasa nyeri,

takut, cemas. Pengajaran ibu relaksasi pernafasan yang teratur dapat

membantu untuk melawan keletihan, ketegangan otot yang terjadi akibat

nyeri Post Op Sectio Caesarea serta berikan Health Education tentang

rawat luka Section Caesarea. Berdasarkan latar belakang di atas maka

penulis tertarik untuk mengangkat masalah Kesehatan tersebut dalam

sebuah Karya Ilmiah Akhir yaitu, “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada

pasien post sectio caesarea dengan indikasi Pre Eklampsia Berat di Ruang

Nifas Drupadi II RSUD Jombang?”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah diuraikan oleh

penulis maka rumusan masalah dalam Karya Ilmiah Akhir yaitu

“Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada ibu Post Sectio Caesarea

dengan indikasi Pre Eklamsi Berat di ruang nifas Drupadi II RSUD

Jombang ?”
5

1.3 Tujuan Karya Ilmiah Akhir

1.3.1 Tujuan Umum

Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Post

Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsi Berat di ruang nifas Drupadi II

RSUD Jombang.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Post Sectio Caesarea

indikasi Pre Eklamsia Berat di ruang nifas Drupadi II RSUD Jombang.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Post Sectio

Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat di ruang nifas Drupadi II RSUD

Jombang.

c. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Post

Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat di ruang nifas Drupadi II

RSUD Jombang.

d. Melaksanakan implementasi tindakan keperawatan pada pasien dengan

Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat di ruang nifas

Drupadi II RSUD Jombang.

e. Melaksanakan evaluasi Tindakan keperawatan pada pasien dengan

Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsi Berat di ruang nifas

Drupadi II RSUD Jombang.


6

1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini dapat menambah data atau berguna bagi

pengembangan ilmu keperwatan maternitas dan sebagai referensi yang

dapat digunakan sebagai acuan, perbandingan, masukan, dan bahan kajian

dalam ilmu Kesehatan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Penulis

Sebagai pedoman dan acuhan dalam memberikan Asuhan

Keperwatan pada pasien dengan Post Sectio Caesarea indikasi Pre

Eklampsia Berat maupun dengan masalah kesehatan lainnya.

2. Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat mengetahui penyakitnya dan

mencapai manajemen diri dan bayi yang efektif dalam proses

pemulihan

3. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di

RS agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat dengan baik.

4. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan

memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan

pada pasien dengan Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian Sectio Caesarea

Sectio Caesarea berasal dari perkataan latin Caedere yang artinya

memotong. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin melalui

sayatan pada dinding rahim melalui dinding anterior abdomen atau vagina

(Nurjannah et al., 2013). Sedangkan menurut Solehati & Cecep (2015)

definisi sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, yaitu persalinan bayi

melalui insisi pada dinding perut dan rahim, dengan syarat rahim dalam

keadaan utuh serta berat bayi konstan ada lebih dari 500 gram.

2.1.2 Jenis-jenis Sectio Caesarea

Jenis-jenis Sectio Caesarea, yaitu :

a. Sectio Caesarea transperitonealis:

1) Sectio caesarea klasik: insisi dibuat di korpus uteri.

2) Sectio caesarea profundal insisi melintang konkaf pada segmen

bawah rahim

b. Sectio Caesarea vaginalis:

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan

sebagai berikut:

1) Sayatan memanjang (longitudinal)

2) Sayatan melintang (transversal)

3) Sayatan huruf T (T-Incision) (Winkjosastro, 2007 dalam Nurjannah

et al., 2013)

7
8

2.1.3 Patofisiologi Sectio Caesarea

Adanya beberapa kelainan/gangguan dalam proses persalinan yang

mengakibatkan bayi tidak mampu keluar secara normal/spontan, yang

diakibatkan oleh ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dan panggul ibu,

preeklampsia, preeklampsia berat, eklamsia berat, dan kelainan lainnya.

Pada kondisi posisi bayi seperti obstruksi dan lintang, saat serviks terhalang

oleh plasenta atau yang lebih dikenal dengan plasenta previa, bayi kembar,

kehamilan pada ibu dengan usia lebih tua pada usia normalnya, plasenta

lahir prematur, pecah ketuban dini dan bayi tidak keluar dalam waktu 24

jam, kontraksi lemah dan sebagainya. Kondisi ini memerlukan adanya

intervensi bedah, yaitu Operasi Sectio Caesarea (Ramadanty, 2018).

Operasi Sectio Caesarea adalah metode melahirkan bayi dengan

berat lebih dari 500 gram dengan membuat sayatan dan membuka dinding

rahim. Anastesi diberikan selama operasi, sehingga pasien tidak dapat

bergerak. Efek anastesi juga dapat menyebabkan relaksasi otot dan

menyebabkan konstipasi. Minimnya pengetahuan tentang proses

pembedahan, penyembuhan dan perawatan pasca operasi menyebabkan

masalah kecemasan pada pasien. Sayatan dibuat selama operasi pada

dinding abdomen sehinggga menyebabkan terputusnya inkontiunitas

jaringan, pembuluh darah, dan saraf-saraf disekitar daerah insisi. Hal ini

akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan

menimbulkan rangsangan pada area sensorik sehingga menyebabkan adanya

rasa nyeri sehingga timbullah masalah keperawatan nyeri (Nanda Nic Noc,

2015).
9

2.1.4 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tindakan Sectio Caesarea

a. Usia

Usia pada wanita turut mempengaruhi kesehatan ibu dan berkaitan

erat dengan keadaan pada saat kehamilan, melahirkan, nifas dan kondisi

bayinya. Umur wanita hamil yang terlalu muda (20 tahun) dan terlalu

tua (35 tahun) termasuk faktor permasalahan dalam menghadapi proses

kehamilan. Karena kehamilan pada usia yang masih dini atau terlalu

muda, kondisi tubuh belum siap saat menghadapi kehamilan, melahirkan

dan masa nifas, dan perawatan kepada bayinya. Di sisi lain, wanita pada

kehamilan usia tua (35 tahun atau lebih) akan lebih beresiko seperti

cacat lahir dan timbulnya kelainan pada saat persalinan, karena jaringan

otot rahim tidak cukup kuat untuk menampung kehamilan. Komplikasi

kehamilan dan persalinan jarang terjadi, sehingga proses reproduksi

harus dilakukan pada ibu berusia antara 20 sampai 34 tahun (Ningsih,

2017).

b. Paritas

Paritas menunjukan jumlah kehamilan terdahulu yang telah

mencapai batas viabilitas dan tidak melihat janinnya hidup atau mati

saat dilahirkan serta tanpa mengingat jumlah anaknya. Artinya kelahiran

kembar tiga hanya dihitung satu paritas. Paritas tinggi yaitu jumlah anak

lebih dari empat berpotensi untuk timbulnya kelainan ginekologis dan

non obsterik serta mempunyai angka kematian maternal tinggi (Ningsih,

2017).
1

2.1.5 Indikasi Sectio Caesarea

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan

pertimbangaan proses persalinan lama/kegagalan proses persalinan normal.

Indikasi dilakukan sectio caesarea yaitu: Fetal distress, HIS lemah/melemah,

janin dalam posisi sungsang atau melintang, janin besar (BBL > 4,2 kg),

plasenta previa, kelainan letak, disproporsi cevalo- pelvik

(ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan panggul), ruptur uteri

mengancam, hydrocephalus, primi muda atau tua, partus dengan

komplikasi, panggul sempit (Padila, 2015).

2.1.6 Komplikasi Sectio Caesarea

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:

a. Infeksi puerperal (Nifas)

1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan

perut sedikit kembung

3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Perdarahan pada plasenta bed

3) Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi

4) Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

(Padila, 2015).
1

2.1.7 Perawatan Post Sectio Caesarea

Perawatan pada ibu post section caesarea yaitu dari perawatan luka,

pemenuhan nutrisi, ambulasi dini, perawatan payudara, miksi dan defekasi.

a. Perawatan Luka

Luka merupakan suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan

tubuh, yang bisa menyebabkan tergangguanya fungsi fisik yang

mengganggu kehidupan sehari-hari. Menurut (Primadina et al., 2019)

fase-fase penyembuhan luka dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1) Fase inflamasi

Fase inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma

sampai hari ke 3 pasca trauma. Pada fase ini tubuh akan berusaha

mengehentikan perdarahan dengan mengaktifkan faktor koagulasi.

Tujuan utama dari tahapan ini adalah menghilangkan jaringan mati,

dan mencegah kolonisasi dan infeksi. Pada fase inflamasi akan

muncul respon peradangan yang ditandai dengan cardinal symptoms

yaitu tumor, kalor, rubor, dolor dan function lesa.

2) Fase proliferasi

Fase proliferasi berlangsung dari 4 hari sampai 14 hari

setelah trauma terjadi. Tujuan dari fase ini adalah untuk membangun

keseimbangan antara pembentukan dan regenerasi jaringan parut.

Fase ini ditandai dengan penggantian matriks sementara yang

didominasi oleh trombosit dan makrofag, yang secara bertahap

digantikan oleh migrasi sel fibroblast dan pengendapan sintesis

matriks ekstraseluler.
1

3) Fase Maturasi

Fase maturasi berlangsung mulai hari ke 21 sampai dengan

luka sembuh sempurna (kurang lebih 1 tahun) yang bertujuan agar

menambah kekuatan dan mempercepat integritas structural jaringan

baru penyembuhan luka, mempercepat pertumbuhan epitel dan

pembentukan jaringan parut.

Perawatan luka dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi. Luka

pasca operasi termasuk luka bersih, jadi begitu mudah dalam

perawatannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan luka

post sectio caesarea yaitu:

a) Dalam satu minggu sekali balutan wajib dibuka dan diganti.

b) Membersihkannya, jika terdapat darah yang keluar dan mengganti

kasa dengan yang baru dan steril.

c) Menjaga agar luka agar kering atau tidak lembab.

d) Menjaga kebersihan.

e) Menggunakan dari bahan plastic atau pembalut yang kedap air

(Opset).

b. Nutrisi Masa Nifas

Kebutuhan gizi masa nifas meningkat 25% dari kebutuhan biasa

karena berguna untuk proses penyembuhan setelah melahirkan dan

untuk memproduksi air susu yang cukup. Makanan yang dikonsumsi

harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein, banyak cairan

serta banyak buah-buahan dan sayuran. Ibu pasca operasi sectio caesarea

wajib menjauhi makanan dan minuman yang mengandung bahan kimia,


1

mengiritasi lambung seperti makanan pedas dan menyebabkan gas. Jika

ada gas dalam perut, ibu akan merasakan nyeri yang menusuk

(Nurjannah et al., 2013).

c. Ambulasi Dini

Pada hari pertama dapat dilakukan miring ke kanan dan kiri yang

dimulai sejak 6-10 jam setelah ibu sadar. Latihan pernapasan dapat

dilakukan ibu sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar. Hari

kedua ibu dapat dibantu duduk. Posisi tidur telentang diubah menjadi

setengah duduk. Belajar berjalan dapat dilakukan dihari ke-3 sampai ke-

5 post operasi. Mobilisasi teratur dan bertahap diikuti dengan istirahat

mampu mempercepat pemulihan ibu (Nurjannah et al., 2013).

d. Defekasi

Bising usus biasanya tidak ada pada hari pertama setelah operasi,

mulai terdengar pada hari kedua, dan menjadi aktif pada hari ketiga.

Pada hari ke 2 dan ke 3 setelah operasi, biasanya ibu mungkin

mengalami gejala akibat buang air besar yang tidak teratur. Dengan

usaha buang air besar secara teratur, tetap terhidrasi, makan cukup serat,

olahraga dan jalan-jalan kecil atau ambulasi dini (Nurjannah et al.,

2013).

e. Perawatan Payudara

Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat

payudara tertama setelah melahirkan (masa laktasi) dan untuk

mempercepat produksi ASI. Perawatan payudara pasca melahirkan

merupakan kelanjutan dari perawatan payudara selama kehamilan.


1

Perawatan pasca persalinan harus dimulai sedini mungkin, seperti 1

sampai 2 hari setelah bayi lahir. Perawatan payudara dapat diberikan 2

kali dalam sehari. Perawatan payudara dapat dilakukan dengan cara:

1) Jaga agar payudara ibu tetap bersih dan kering

2) Gunakan bra yang nyaman untuk menopang payudara ibu

3) Mengaplikasikan kolostrum

4) Jika terdapat iritasi berlanjut selama 24 jam, istirahatkan payudara

5) Minum 1 tablet paracetamol dalam jangka waktu 4-6 jam untuk

meredakan nyeri

6) Jika payudara bengkak, karena ASI stasis, segera kompres dengan

kain lembab dan hangat selama 5 menit, dan berikan pijatan yang

lembut pada payudara dari pangkal payudara ke arah puting susu

atau memijat payudara dibagian area atas Z payudara kea rah

putting. Air susu ibu dikeluarkan sebagian dari bagian depan

payudara agar dapat melembutkan puting susu, pemberian ASI pada

bayi sebaiknya setiap 2-3 jam dan jika bayi tidak dapat menghisap

semua sisa ASI, ASI dikeluarkan dengan tangan dan kemudian

meletakan kain dingin dibagian payudara setelah menyusui

(Nurjannah et al., 2013).

f. Miksi

Buang air kecil harus dilakukan ibu postpartum sendiri dengan

sesegera mungkin. Distensi kandung kemih adalah komlikasi yang

umum terjadi dari masa nifas karena efek analgesia spinal yang dapat

menghentikan proses filtrasi dalam kandung kemih, dan dapat


1

mengganggu dalam pengosongan kandung kemih selama ber jam-jam

setelah melahirkan, yang dapat berakibat adanya retensi urine. Dalam

intervensi pembedahan, membutuhkan pemasangan kateter. Semakin

cepat kateter dilepas, semakin besar kemungkinan infeksi ibu dapat

dicegah dan semakin mudah dimobilisasi (Nurjannah et al., 2013).

g. Kebersihan Diri

Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan

meninggalkan perasaan kesejahteraan ibu. Mandi di tempat tidur

dilakukan sampai ibu dapat mandi sendiri di kamar mandi, yang

terutama di bersihkan adalah putting susu dan mamae dilanjutkan

perawatan payudara. Pada hari ke 3 setelah operasi ibu sudah dapat

mandi tanpa membahayakan luka operasi. Payudara harus di perhatikan

pada saat mandi. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh

muka yang disediakan secara khusus (Nurjannah et al., 2013).

2.1.8 Penatalaksanaan Post Sectio Caesarea

Cuningham, F Garry (2022) mengatakan bahwa penatalaksanaan

setelah dilakukan sectio caesarea.

a. Perawatan Awal

1) Letakkan pasien dalam posisi pemulihan

2) Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam

pertama, kemudian tiap 30 menit jam berikutnya. Periksa tingkat

kesadaran tiap 15 menit sampai sadar.

3) Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi

4) Transfusi jika diperlukan


1

b. Diet

Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita

flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.

Pemberian minuman dengan jumah yang sedikit sudah boleh dilakukan

pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air the.

c. Mobilisasi

Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :

1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah operasi.

2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur terlentang

sedini mungkin setelah sadar.

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5menit

dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.

4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi

setengah duduk (semifowler).

d. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan

belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan

sendidri pada hari ke-3 sampai hari ke-5 pasca operasi.

e. Pemberian cairan

Karena selama 24 jam pertama klien diharuskan untuk puasa pasca

operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertermi,

dehidrasi dan komplikasi pada oergan-organ tubuh lainnya. Cairan yang

diberikan biasanya dektrosa 5-10 gram fisiologi dan ringer laktat secara

bergantian jumlah tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan.


1

Biasanya kira-kira 20 tetes permenit. Bila kadar hemoglobin darah

rendah, berikan transfusi darah atau packed-cell sesuai dengan

kebutuhan.

f. Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik, kemotrapi dan anti inflamasi

2) Obat-obatan pencegah perut kembung

Untuk mencegah perut kembung dan untuk memperlancar

kerja saluran pencernaan dapat diberikan obat-obatan secara

suntikan dan peroral, diantaranya : plasil, primperan, prostigmin dan

sebagainya. Apabila terjadi distensi abdomen yang ditandai dengan

perut kembung dan meteorismus, dllakukan dekompresi dengan

pemasangan pipa rectal dan pipa nasal. Boleh juga diberikan

supositoria.

2.1.9 Dampak Masalah

Wiknjosastro (2021) mengemukakan dampak jika tidak dilakukan

sectio caesarea adalah dapat menimbulkan infeksi, dapat menimbulkan

perdarahan, kurang kuatnya uterus.

2.2 Konsep Pre Eklampsia Berat

2.2.1 Pengertian

Pre Eklampsi Berat adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,

edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Hanifa Wiknjosastri,

2021).
1

PEB (Pre Elampsia Berat) adalah suatu komplikasi yang ditandai

dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria

dan edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih (Hidayat,2019).

2.2.2 Etiologi

Menurut Maryunani (2021) Pre Eklampsia Berat umumnya terjadi

pada kehamilan pertama, kehamilan pada usia remaja, dan kehamlan diatas

umur 40 tahun. Namun ada beberapa resiko yang dapat menyebabkan

terjadinya preeklampsia berat yaitu :

a. Riwayat kencing manis atau diabetes miletus, kelainan pada ginjal

(oliguria), lupus, atau rematoid atritis

b. Riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan

c. Riwayat mengalami Pre Eklampsia sebelumnya

d. Pada otak (sakit kepala, kejang)

e. Pada plasenta (solusio plasenta, plasenta previa)

f. Pada hati (ikterius)

g. Hipertensi

h. Kegemukan

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Purwaningsih (2018), dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

a. Pre Eklampsia ringan, disertai keadaan sebagai berikut

1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi

berbaring telentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau

kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran


1

sekurangkurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 jam,

sebaiknya 6 jam.

2) Edema umum, kaki jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat badan

>1 kg per minggu.

3) Proteinuria kwantitatif >0,3 gr per liter, kwantitatif 1+ atau 2+ pada

urin kateter atau midstream.

b. Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :

1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

2) Proteinuria >5 gr per liter.

3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di

epigastrium

5) Terdapat edema paru dan sianosis.

2.2.4 Manifestasi Klinik

Dalam bukunya, Maryunani (2016) menerangkan bahwa

kemungkinan tanda dan gejala sebagai berikut :

a. Penambahan berat badab yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg

seminggu beberapa kali.

b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan

dan muka.

c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)

d. Proteinuria

1) Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau

pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2
2

2) Kadar protein > 1 g/l dalam urine yang di keluarkan dengan kateter

atau urine porsi tengah, di ambil 2 kali dalam waktu 6 jam.

2.2.5 Patofisiologi

Menurut Ardhiyanti, 2014. Pada preeklampsia berat terjadi spasme

pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal

ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen

arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel

darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme,

maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan

tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan

kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang

berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin

karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme

arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

Perubahan pada organ-organ ibu hamil dengan preeklampsi berat

(PEB) adalah sebagai berikut :

a. Otak

Pada Pre Eklampsia, aliran darah dan pemakaian oksigen tetap

dalam batas-batas normal. Pada eklampsi, retensi pembuluh darah

meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema yang

terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan

visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.

b. Plasenta dan Rahim


2

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan

plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dank arena

kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsi – eklampsia

sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap

rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.

c. Ginjal

Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun.

Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerolus menurun,

sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerolus

dapat turun sampai 50 % dari normal sehingga pada keadaan lanjut

dapat terjadi oliguria dan anuria.

d. Paru-paru

Kematian ibu pada preeklampsi – eklampsia biasanya disebabkan

oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula

karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.

e. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah.

Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya Pre

Eklampsia berat. Pada Pre Eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang

diisebabkan edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk

melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan

tanda Pre Eklampsia berat yang mengarah pada Eklampsia adalah

adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh


2

adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks

serebri atau di dalam retina.

f. Keseimbangan air dan elektrolit

Pada Pre Eklampsia Ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang

nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi

tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit, gula darah, kadar

natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada Pre

Eklampsia Berat dan Eklampsia, kadar gula darah naik sementara, asam

laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan

turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah

konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang

lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat.

Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih normal.


2

2.2.6 Pathway
Faktor Resiko :
Faktor Imonologi
Tekanan Darah ↑ Riwayat keluarga dengan pre eklampsia atau eklampsia

Kehamilan Dengan PEB Riwayat tekanan darah tinggi

Riwayat mengalami pre eklampsia sebelumnya

Perfusi Jaringan ↓
Wanita dengan gangguan fungsi organ

Obesitas

Aliran Darah Berkurang Terjadi Mikro Emboli Pada Hati (Kerusakan Liver) Edema
Kerusakan Glomerulus
Kebutuhan Nutrisi Janin Tidak Terpenuhi

Adanya Lesi Pada Arteri Uteri Plasenta


Kemampuan Filtrasi ↓
Nyeri Epigastrium
Sirkulasi Darah ↓ Edema Paru Edema Serebral

Resiko Gawat Janin


Nyeri Dispnea Spasme Arteriolar Retina
Sel-sel tubuh kekurangan oksigen dan nutrisi
Proteinuria Retensi Urin

Ketidakefektifan Pola Nafas

Protein Plasma Dalam Tubuh ↓ Pandangan Kabur


Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan Perfusi Jaringan

Gangguan Persepsi Sensori Penglihatan


Kekurangan Volume Cairan

Rencana dilakukan Sectio Caesarea

Dilakukan Pembedahan

Kurangnya Informasi Post Sectio Caesarea


Pre Sectio Caesarea

Kurangnya Pengetahuan Efek Anastesi Luka Operasi


Koping Individu Inefektif

Kelemahan Otot Jaringan Kontinuitas Terputus


Gangguan Pola Tidur Cemas
Nyeri Akut

Defisit Perawatan Diri Mobilitas Fisik ↓

Aktivitas Fisik ↓
Jaringan Terbuka

Payudara Kotor
Invasi Bakteri
Ketidakefektifan
Peristaltik Usus ↓
Pemberian
Asi Keluar Sedikit
Ganggu
Resiko Tinggi Infeksi an
Mobilit
Konstipasi
as Fisik
2

2.2.7 Komplikasi

Purwaningsih (2018) menjelaskan, komplikasi yang dapat tewrjadi

antara lain : atonia uteri, sindrom HELLP, ablasio retina, KID (Koagulasi

Intravaskuler Diseminata), gagal ginjal, pendarahan otak, edema paru, gagal

jantung, hingga syok dan kematian.

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Asmadi (2018) pemeriksaan penunjang antara lain :

a. Pemeriksaan darah lengkap

1) Penurunan hemoglobin (nilai normal untuk wanita hamil dengan

hasil 12-14 gr %

2) Hematokrit meningkat (nilai normal 37-43 vol %)

3) Trombosit menurun (nilai normal 150-450 ribu?mm3)

b. Urinalis : ditemukan protein dalam urin

c. Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=<1mg/dl)

2) LDH (Lactic Dehydrogenase) meningkat

3) SGPT meningkat (normal 15-45 u/ml)

4) SGOT meningkat (N=<31 u/l)

5) Total protein serum menurun (N=6,7-8,7g/dl)

d. Tes kimia darah : asam urat meningkat (N=2,4-2,7mg/dl)

e. Radilogi

1) Ultrasonografi
2

Ditemukan retardasi pertembuhan intra uterin pernafasan

janin lambat, aktifitas janin lambat, volume cairan ketuban sedikit

terlihat kehamilan kembar.

2) Kardiografi

Diketahui denyut jantung janin lemah

2.2.9 Pencegahan

Wiknjasastro (2021) menjelaskan, untuk mencegah dengan

dilakukan pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu secara teliti,

mengenali tanda-tanda sedini mungkin (Pre Eklampsia Ringan), lalu

diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih

berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya Pre

Eklampsia kalau ada faktor-faktor predisposisi. Berikan penerangan tentang

manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diet

rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga

kenaikan berat badan yang berlebihan.

2.2.10 Penatalaksanaan Pre Eklampsia Berat

Manuaba (2021) menerangkan, dapat ditangani secara aktif atau

konservatif, aktif berarti kehamilan di akhiri/diterminasi dengan

pengobatan medis. Konservatif berarti kehamilan dipertahankan bersama

dengan pengobatan medis. Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG,

kardiografi.

a. Penanganan aktif

1) Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruangan

khusus di kamar bersalin. Penderita di tangani aktif apabila :


2

 Ada tanda-tanda inpending eklampsia

 Ada hellp syndrom

 Ada kegagalan penanganan konservatif

 Ada tanda-tanda gawat janin atau usia kehamilan lebih 35

tahun atau lebih

2) Pengobatan medis

 Diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5%

sebanyak 500cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis

awal 2 gram intravena diberikan dalam 10 menit dilanjutkan

dengan dosisi pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus

(80 ml/jam atau 15-20 tetes/menit)

 Obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik lebih

dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg

 Obat nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2

jam belum turun dapat diberi tambahan 10 mg lagi

b. Penanganan konservatif

1) Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda

impending eklampsi dengan keadaan janin baik, dikakukan

penanganan konservatif. Sama dengan pengobatan medis MgSO4

dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsi

ringan. Selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam

tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan

pengobatan dan segera dilakukan terminasi. Jangan lupa : oksigen


2

dengan nasal kanul 4-6 lpm, obstetrik : pemantauan ketat keadaan

ibu dan janin. Bila ada indikasi langsung terminasi.

2) Menjelaskan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam

pencegahan. Istirahat tidak selalu berbaring di tempat tidur namun

pekerjaan sehari-hari perlu di kurangi dan dianjurkan lebih banyak

duduk dan berbaring. Diet tinggi protein dan rendah lemak,

karbohidrat, garam, dan penambahan berat badan yang tidak

berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklamapsia

dan segera merawat penderita tanpa memberikan deuretik dan obat

antihipertensi dan segera merawat penderita tanpa memeberikan

deuretik dan obat antihipertensi, memang merupakan kemajuan

yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik.

2.2.11 Dampak Masalah

Menurut Prawirohardjo (2019), dampak Pre Eklampsia Berat yaitu :

a. Dampak dari Pre Eklampsia Berat pada ibu

1) Otak

Dapat terjadi pembengkakan pada otak sehingga timbul kejang

dengan penurunan kesadaran yang biasa disebut Eklampsia. Dapat

juga terjadi pecahnya pembuluh dara di otak akibat hipertensi.

2) Paru-Paru

Bengkak yang terjadi di paru paru dapat menyebabkan sesak nafas

hebat dan bisa berakibat fatal.

3) Jantung

Terdapat payah jantung, penurunan curah jantung.


2

4) Ginjal

Ditemukan gagal ginjal

5) Mata

Bisa terjadi kebutaan akibat penekanan syaraf mata yang

disebabkan bengkak maupun lepasnya selaput retina mata.

Kebanyakan bersifat sementara dan pemulihannya membutuhkan

waktu yang lama.

6) Sistem darah

Terjadi pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat

pembekuan darah.

b. Akibat pada janin

Janin yang dikandung ibu hamil mengidap Pre Eklampsia Berat

akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen dibawah normal.

Keadaan ini bisa terjadi karena pembulu darah yang menyalurkan

darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi perkembangan

janin akan terhambat.

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Pre Eklamsia Berat

Asuhan keperawatan adalah suatu proses keperawatan yang

meliputi tahapan pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi,

implementasi, dan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan klien.

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian pada pasien dengan kasus Pre Eklamsia Berat meliputi:


2

1) Identitas umum ibu, seperti: tempat tanggal lahir/nama, umur,

pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku bangsa, alamat,

nomer rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit, (MRS).

2) Data Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang :

Biasanya ibu akan mengalami: sakit kepala di daerah

frontal, terasa sakit di ulu hati/ nyeri epigastrium, bisa terjadi

gangguan visus, mual dan muntah, tidak nafsu makan, bisa terjadi

gangguan serebral, bisa terjadi edema pada wajah dan ekstermitas,

tengkuk terasa berat, dan terjadi kenaikan berat badan 1 kg/

minggu.

b) Riwayat kesehatan Dahulu:

Biasanya akan ditemukan riwayat: kemungkinan ibu

menderita penyakit hipertensi pada kehamilan sebelumnya,

kemungkinan ibu mempunyai riwayat Pre Eklampsia dan

Eklampsia pada kehamilan terdahulu, biasanya mudah terjadi pada

ibu dengan obesitas, ibu mungkin pernah menderita gagal ginjal

kronis.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya,

apakah pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti

hipertensi, atau dibetes melitus (DM) serta kemungkinan memiliki

riwayat Pre Eklamsia serta Eklamsia dalam keluarga.


3

3) Riwayat Perkawinan

Biasanya terjadi pada wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun

atau di atas 35 tahun.

4) Riwayat Obstetri dan ginekologi

Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat

menstruasi, riwayat pernikahan, riwayat kehamilan, persalinan, nifas

yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga

berencana (Prawirohardjo, 2020).

5) Pola kebutuhan sehari-hari

Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien

seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum),

eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur,

berpakaian. Kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau

hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,

kebutuhan belajar

2.3.2 Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum : Biasanya pasien mengalami kelemahan.

 TD : Pada pasien akan ditemukan tekanan darah darah sistol diatas 140

mmHg dan diastol diatas 90 mmHg.

 Nadi : Biasanya pada pasien akan ditemukan denyut nadi yang

meningkat, bahkan pada ibu yang mengalami eklampsia akan

ditemukan nadi yang semakin cepat.

 Nafas : Biasanya pada pasien akan ditemuksn nafas pendek, dan akan

terdengar bunyi nafas yang berisik dan ngorok.


3

 Suhu : Biasanya ada gangguan pada suhunya, karena tindakan

pembedahan operasi sectio caesarea, maka akan terjadi peningkatan

suhu.

 BB : Biasanya akan terjadi peningkatan berat badan lebih dari 1

kg/minggu atau sebanyak 3 kg dalam 1 bulan

 Kepala : Biasanya pasien ditemukan kepala yang berketombe dan

kurang bersih dan terkadang mengalami sakit kepala.

 Wajah : Biasanya wajah pasien tampak edema.

 Mata : Biasanya pada pasien akan ditemukan konjungtiva sedikit

anemis, bisa juga ditemukan edema pada palvebra, dan biasanya

terjadi gangguan penglihat yaitu penglihatan kabur.

 Hidung : Biasanya pada pasien tidak ditemukan gangguan

 Bibir : Biasanya akan ditemukan mukosa bibir kering

 Mulut : Biasanya pada pasien tidak ditemukan gangguan.

 Leher : Biasanya tidak ditemukan pembesaran pada kelenjar tyroid

 Thorax :

1) Paru-paru : Biasanya akan terjadi peningkatan respirasi, edema

paru dan napas pendek

2) jantung : Pada pasien biasanya akan terjadi palpitasi jantung, dan

terjadi dekompensasi jantung.

 Payudara : Biasanya akan ditemukan payudara membesar, lebih padat

dan lebih keras, puting menonjol dan areola menghitam dan membesar

dari 3 cm menjadi 5 cm sampai 6 cm, permukaan pembuluh darah

menjadi lebih terlihat.


3

 Abdomen :Pada pasien akan ditemukan umbilicus menonjol keluar,

dan membentuk suatu area berwarna gelap di dinding abdomen, serta

akan ditemukan linea alba dan linea nigra, terkadang pasien

mengalami anoreksia, mual dan muntah.

 Ekstermitas : Pada pasien ditemukan edema pada kaki dan tangan juga

pada jari-jari. Kekuatan otot pada ekstermitas bawah terbatas.

 Sistem persarafan : Biasanya pasien ditemukan hiper refleksia, klonus

pada kaki

 Genitourinaria : Biasanya pasien didapatkan oliguria dan proteinuria.

pada pasien setelah sectio caesarea akan mengalami distensi kandung

kemih menyebabkan urine tidak teratur, ada penggunaan alat bantu

kateter untuk memudahkan pasien untuk membatasi aktifitas pasien ke

toilet berhubungan untuk mengurangi rasa nyeri setelah operasi sectio

caesarea (Prawirohardjo, 2018)).

2.3.3 Pemeriksaan Penunjang

Mitayani (2021), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang Pre

Eklamsia Berat yang dapat dilakukan adalah :

1. Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan darah lengkap

1) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal untuk

wanita adalah 12-14 gr%)

2) Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)

3) Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3

b) Urinalisis
3

Untuk menentukan apakah ibu dengan hipertensi tersebut

mengalami proteinuria atau tidak. Biasanya pada ibu hipertensi

ringan tidak ditemukan protein dalam urin.

c) Pemeriksaan fungsi hati

1) Bilirubin meningkat (N=< 1 mg/ dl)

2) LDH (Laktat dehidrogenase) meningkat

3) Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul.

4) Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N: 15-

45 u/ml).

5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N:

< 31 u/l).

6) Total protein serum normal (N: 6,7-8,7 g/dl).

d) Tes kimia darah

Asam urat meningkat (N: 2,4-2,7 mg/ dl).

2. Data sosial ekonomi

Pre Eklamsia pada ibu hamil biasanya lebih banyak terjadi pada wanita

dengan golongan ekonomi rendah, karena mereka kurang mengonsumsi

makanan yang mengandung protein dan juga melakukan perawatan

antenatal yang teratur.

3. Data Psikologis

Biasanya ibu berada dalam kondisi yang labil dan mudah marah, ibu

merasa khawatir akan keadaan dirinya dan keadaan bayinya

(Prawihardjo, 2020).
3

2.3.4 Diagnosis Keperawatan

Beberapa diagnosa yang muncul pada ibu hamil dengan Pre Eklamsia

diantaranya adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan

dengan mengeluh nyeri (D.0077).

2) Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (D.0142).

3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan peningkatan kapasitas

kandung kemih dibuktikan dengan tidak bisa BAK (D.0040).

4) Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan

ditandai luka post operasi (D.0129).

5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek agen

farmakologis dibuktikan dengan rentang gerak (ROM) menurun

(D.0054).

2.3.5 Intervensi Keperawatan

Intervensi atau rencana keperawatan adalah sebagai suatu dokumen

tulisan yang berisi tentang cara menyelesaikan masalah, tujuan, intervensi

(SLKI 2019 dan SIKI 2018, edisi 1).

Tabel 2. 1 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Akut (D. Luaran Utama Intervensi Utama
0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24
Definisi : 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan ekspektasi
Pengalaman karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri
sensorik atau frekuensi, kualitas,
menurun dengan
emosional yang kriteria hasil : intensitas nyeri
berkaitan dengan 2. Identifikasi skala nyeri
a. Keluhan nyeri
kerusakan menurun (5) 3. Identifikasi respon
jaringan aktual b. Meringis menurun nyeri non verbal
atau fungsional, 4. Identifikasi faktor yang
3

dengan onset (5) memperberat nyeri


mendadak atau c. Sikap protektif 5. Monitor keberhasilan
lambat dan menurun (5) terapi komplementer
berintensitas d. Gelisah menurun yang sudah diberikan
ringan hingga (5) 6. Monitor efek samping
berat yang e. Kesulitan tidur penggunaan analgetik
berlangsung menurun (5) Terapeutik
kurang dari dari 3 f. Berfokus pada diri
bulan sendiri menurun 1. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
(5)
mengurangi rasa nyeri
g. Frekuensi nadi
(mis. TENS, hipnosis,
membaik (5)
akrupesur, terapi musik,
h. Pola napas
aromaterapi, kompres
membaik (5)
hangat/dingin)
i. Tekanan darah
2. Kontrol lingkungan
membaik (5)
yang memperberat
j. Pola tidur
nyeri (mis. Suhu
membaik (5)
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
mengguanakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Resiko Infeksi Luaran Utama Intervensi Utama


(D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24
3

Definisi diharapkan ekspektasi 1. Monitor tanda dan


: Tingkat Infeksi gejala infeksi lokal dan
Beresiko menurun dengan sistemik
mengalami kriteria hasil :
peningkatan Terapeutik
terserang a. Demam menurun
1. Batasi jumlah
organisme (5)
pengunjung
patogenik b. Kemerahan
2. Berikan perawatan kulit
menurun (5)
pada area edema
c. Bengkak menurun
3. Cuci tangan sebelum dan
(5)
sesudah kontak dengan
d. Nyeri menuurn (5)
pasien dan lingkungan
e. Kadar sel darah
pasien
putih membaik (5)
4. Pertahankan teknik
f. Kultur area luka
aseptik pada pasien
membaik (5)
beresiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu

3. Gangguan Luaran Utama Intervensi Utama


eliminasi urine Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi
(D.0040) tindakan keperawatan Urine
selama 3x24 Observasi
diharapkan ekspektasi
Definisi 1. Identifikasi tanda dan
Eliminasi Urine
: gejala retensi urine
membaik dengan
Disfungsi kriteria hasil : 2. Monitor eliminasi urine
eliminasi urin (Frekuensi, konsistensi,
a. Sensasi berkemih volume dan warna).
meningkat (5)
b. Berkemih tidak Terapeutik
3

tuntas menurun (5) 1. Catat waktu-waktu dan


c. Distensi kandung haluaran berkemih
kemih menurun (5)
d. Frekuensi BAK Edukasi
membaik (5) 1. Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih.
2. Ajarkan mengukur
asupan cairan dan
haluaran urine
3. Anjurkan minum yang
cukup

4. Gangguan Luaran Utama Intervensi Utama


Integritas Kulit Setelah dilakukan Perawatan Luka
(D.0129) tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 1. Monitor karakteristik
diharapkan ekspektasi luka (mis. Warna,
Definisi Integritas Kulit dan ukuran, bau)
: Jaringan meningkat 2. Monitor tanda-tanda
kerusakan kulit dengan kriteria hasil : infeksi
(dermis dan/atau a. Elastisitas Terapeutik
epidermis) atau meningkat (5) 1. Lepaskan balutan dan
jaringan b. Kerusakan plester secara perlahan
(membran jaringan menurun 2. Bersihkan dengan
mukosa, kornea, (5) cairan NaCl atau
fasia, otot, tendon, c. Kerusakan lapisan pembersih nontoksik,
tulang, kartilago, kulit menurun (5) sesuai kebutuhan
kapsul sendi d. Nyeri menurun (5) 3. Berikan salep yang
dan/atau ligamen) e. Kemerahan sesuai kulit/lesi, jika
menurun (5) perlu
f. Perdarahan 4. Pasang balutan sesuai
menurun (5) jenis luka
g. Suhu kulit 5. Pertahankan teknik
membaik (5) steril saat melakukan
perawatan luka
6. Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
7. Jadwalkan perubahan
posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien
8. Berikan suplemen
vitamin dan mineral
(mis. Vit. A, C, Zinc)
sesuai indikasi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
3

gejala infeksi
2. Anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
3. Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antibiotik, jika perlu

5. Gangguan Luaran Utama Intervensi Utama


mobilitas fisik Setelah dilakukan Dukungan Mobilisasi
(D.0054) tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 1. Identifikasi adanya
diharapkan ekspektasi nyeri atau keluhan fisik
Definsi Mobilitas Fisik mem lainnya
: dengan kriteria hasil : 2. Monitor frekuensi
Keterbatasan meningkat dengan jantung dan tekanan
dalam gerakan kriteria hasil : darah sebelum
memulai mobilisasi
fisik dari satu atau a. Pergerakan
3. Monitor kondisi umum
lebih ekstremitas ekstremitas
selama melakukan
secara mandiri meningkat (5)
mobilisasi
b. Kekuatan otot
Terapeutik
meningkat (5)
1. Fasilitasi mobilisasi
c. Rentang gerak
dengan alat bantu (mis.
(ROM)
Pagar tempat tidur)
meningkat (5)
2. Fasilitasi melakukan
d. Kelemahan fisik
pergerakan
menurun (5)
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk
di tempat tidur)

2.3.6 Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien
3

dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang

dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan

(Nursallam, 2011) dalam (Varena, 2019).

a. Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis dibuktikan dengan mengeluh nyeri (D.0077). Setelah

dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan

ekspektasi tingkat nyeri menurun.

Intervensi : 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas, intensitas nyeri, 2) Identifikasi skala nyeri, 3) Identifikasi

respon nyeri nonverbal, 4) Identifikasi faktor yang memperberat

nyeri, 5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan, 6) Monitor efek samping penggunaan analgetic, 7)

Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis.

TENS, hipnosis, akrupesur, terapi musik, aromaterapi, kompres

hangat/dingin), 8) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri

(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan), 9) Fasilitasi

istirahat dan tidur, 10) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

dalam pemilihan strategi meredakan nyeri, 11) Jelaskan penyebab,

periode, dan pemicu nyeri, 12) Jelaskan strategi meredakan nyeri,

13) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri, 14) Anjurkan

mengguanakan analgetik secara tepat, 15) Ajarkan teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, 16) Kolaborasi

pemberian analgetik, jika perlu.


4

b. Diagnosa : Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

(D.0142). Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24

jam diharapkan ekspektasi tingkat infeksi menurun

Intervensi : 1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik,

2) Batasi jumlah pengunjung, 3) Berikan perawatan kulit pada area

edema, 4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien

dan lingkungan pasien, 5) Pertahankan teknik aseptik pada pasien

beresiko tinggi, 6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi, 7) Ajarkan

cara mencuci tangan dengan benar, 8) Ajarkan etika batuk, 9)

Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, 10)

Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi, 11)

Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, 12) Anjurkan

meningkatkan asupan cairan.

c. Diagnosa : Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan

peningkatan kapasitas kandung kemih dibuktikan dengan tidak bisa

BAK (D.0040). Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

3x24 jam diharapkan ekspektasi eliminasi urine meningkat.

Intervensi : 1) Monitor eliminasi urine (Frekuensi, konsistensi,

volume dan warna), 2) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih,

3) Identifikasi tanda dan gejala retensi urine, 4) Identifikasi tanda

dan gejala infeksi saluran kemih, 5) Ajarkan mengukur asupan

cairan dan haluaran urine, 6) Anjurkan minum yang cukup.

d. Diagnosa : Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan

kerusakan jaringan ditandai luka post operasi (D.0129). Setelah


4

dilakukan tindakan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan

ekspektasi integritas kulit dan jaringan meningkat.

Intervensi : 1) Monitor karakteristik luka (mis. Warna, ukuran,

bau), 2) Monitor tanda-tanda infeksi, 3) Lepaskan balutan dan

plester secara perlahan, 4) Berikan suplemen vitamin dan mineral

(mis. Vit. A, C, Zinc) sesuai indikasi, 5) Bersihkan dengan cairan

NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan, 6) Berikan salep

yang sesuai kulit/lesi, jika perlu, 7) Pasang balutan sesuai jenis

luka, 8) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka,

9) Ganti balutan luka, 10) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam

atau sesuai kondisi pasien, 11) Jelaskan tanda dan gejala infeksi,

12) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein,

13) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri, 14)

Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu.

e. Diagnosa : 5) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan efek

agen farmakologis dibuktikan dengan rentang gerak (ROM)

menurun (D.0054). Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan

diharapkan ekspektasi mobilitas fisik meningkat.

Intervensi : 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya,

2) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai

mobilisasi, 3) Monitor kondisi umum selama melakukan

mobilisasi, 4) Fasilitasi mobilisasi dengan alat bantu (mis. Pagar

tempat tidur), 5) Fasilitasi melakukan pergerakan, 6) Libatkan

keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan,


4

7) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, 8) Ajarkan mobilisasi

sederhana yang harus dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)

2.3.7 Evaluasi Keperawatan

Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan

rencana/intervensi dan implementasi, tahapan terakhir adalah melakukan

evaluasi atas rencana yang sudah dilaksanakan. Evaluasi dalam bentuk

catatan perkembangan yang terdiri dari: subyektif yaitu keluhan yang

dirasakan oleh pasien, obyektif yaitu data yang diperoleh melalui

observasi langsung, assessment dan planning adalah merupakan tindak

lanjut yang akan dilakukan bila masalah belum teratasi (Maryunani, 2021).

Evaluasi keperawatan yaitu membandingkan data subyektif dan

obyektif yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk

meningkatkan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang

diharapkan ditetapkan selama perencanaan.

1) Tingkat Nyeri menurun

2) Tingkat Infeksi menurun

3) Eliminasi Urine meningkat

4) Integritas Kulit dan Jaringan meningkat

5) Mobilitas fisik meningkat


BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan

penelitian yang menggali secara mendalam sebuah sistem dengan cara

mengkolektif data secara luas (Fitrah & Luthfiyah, 2020).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi tahapan pengkajian, diagnosis keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

3.2 Subyek Karya Ilmiah Akhir

Subjek penelitian merupakan seseorang yang dipakai sebagai

acuan memberikan informasi mengani situasi dan kondisi latar penelitian

(Mubarak, 2021). Kriteria untuk sampel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Subyek terdiri dari 3 orang klien dewasa perempuan dengan kasus

penyakit Pre Eklamsia Berat, dirawat di ruangan Drupadi II RSUD

Jombang

2. Klien terdiagnosa Pre Eklamsia Berat dengan atau tanpa diagnosa

penyerta

43
4

3.3 Lokasi dan Waktu Studi

Lokasi penelitian pada kasus ini yaitu di ruang Drupadi II RSUD

Jombang. Waktu penelitian ini dilaksanakan tanggal 04-24 November

2023. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 hari perawatan.

3.4 Fokus Studi Kasus

Asuhan keperawatan pada Pre Eklamsia Berat dengan fokus studi

penatalaksanaan ketidakstabilan tekanan darah dan penatalaksanaan post

sectio caesarea.

3.5 Definisi Operasional

Asuhan keperawatan pada Post Sectio Caesarea indikasi Pre

Eklamsia Berat dengan suatu komplikasi yang ditandai dengan timbulnya

hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan edema pada

kehamilan 20 minggu atau lebih dengan fokus studi penatalaksanaan

ketidakstabilan tekanan darah dan penatalaksanaan post sectio caesarea

merupakan serangkaian proses keperawatan untuk mengatasi nyeri akut

dan risiko infeksi pada pasien Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia

berat dengan memberikan terapi farmakologi, non farmakologi.

3.6 Instrumen Studi Kasus

1. Lembar Pengkajian

2. Alat Kesehatan (tensimeter, stetoskop, oksimetri, termometer)

3. SOP Rawat Luka Post Operasi Sectio Ceasarea


4

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data

3.7.1 Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan dasar dari ilmu

pengetahuan karena melalui pengamatan didapatkan fakta yang kemudian

diolah menjadi sebuah data. Observasi dikelompokkan menjadi observasi

partisipatif, observasi terang- terangan, observasi samar dan observasi

tidak terstruktur (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini peneliti

menggunakan metode observasi terang- terangan yaitu partisipan mengerti

apabila sedang diamati, namun pada waktu tertentu peneliti melakukan

observasi tersamar untuk mencari data yang bersifat rahasia atau sensitif.

Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat

penelitian, dilanjutkan dengan membuat pemetaan sehingga diperoleh

gambaran umum sasaran penelitian. Kemudian peneliti mengidentifikasi

siapa yang akan diobservasi, kapan, berapa lama, dan bagaimana.

Selanjutnya peneliti mendesign cara mencatat wawancara.

3.7.2 Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan komunikasi 2 arah, yaitu percakapan antara 2 pihak yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan. Dalam Sugiyono (2018) dijelaskan terdapat 3 jenis

wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak

terstruktur. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara semi


4

terstruktur yaitu wawancara yang dilakukan secara lebih bebas

dibandingkan wawancara terstruktur.

Penulis melakukan wawancara secara langsung kepada klien dan

keluarga klien mengenai pengetahuan tentang penyakit Pre Eklamsia

Berat seperti pengertian Pre Eklamsia Berat, penyebab Pre Eklamsia

Berat, gejala Pre Eklamsia Berat, pengetahuan klien mengenai tindakan

pencegahan Pre Eklamsia Berat seperti pengecekan tekanan darah berkala,

pemantauan mandiri tekanan darah, perawatan luka pada post sectio

caesarea, dan pencegahan risiko infeksi pada luka post sectio caesarea.

3.7.3 Dokumentasi

Menurut (Sugiyono, 2018) Dokumentasi merupakan catatan

peristiwa lampau yang berbentuk tulisan, gambar, maupun karya

monumental seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan berupa catatan

harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen dalam

bentuk gambar berupa foto, gambar hidup, sketsa.

3.7.4 Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda–tanda vital dan

pemeriksaan fisik head to toe dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

3.7.5 Pemeriksaan Penunjang

Data yang diambil dari pemeriksaan laboratorium dapat digunakan

untuk menunjang, menegakkan diagnosa serta penanganan selanjutnya.

Kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala serta


4

menginterpretasi hasil pemeriksaan darah lengkap, urinalisa, dan

pemeriksaan penunjang lainnya di sumber catatan medis yang sudah ada.

3.7.6 Pengumpulan data

Pengumpulan data pada karya ilmiah akhir ini menggunakan format

pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, perencanaan

keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, dan alat

pemeriksaan fisik yang terdiri dari stetoskop, termometer, tensi meter, dan

lain-lain. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, pemerikaan

fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.

a. Format pengkajian terdiri dari : Identitas pasien, status kesehatan saat

ini, Riwayat keperawatan (riwayat obstetric), Riwayat persalinan,

Riwayat kesehatan, Riwayat penyakit keluarga, Riwayat lingkungan,

Aspek psikososial, Kebutuhan dasar khusus, Pola personal hygiene,

Pemeriksaan fisik : keadaan umum, monitor tanda-tanda vital,

pengkajian head to toe, hasil data penunjang.

b. Format analisa data terdiri dari : nama pasien, nomor rekam medik,

nama ruangan, diagnosa medis, data masalah, dan etiologi.

c. Format diagnosis keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam

medik, nomor ruangan, diagnosa medis, pengkajian dan paraf

ditemukan nya masalah, serta tanggal dan paraf dipecahkan nya

masalah.

d. Format perencanaan asuhan keperawatan terdiri dari : nama pasien,

nomor rekam medik, nama ruangan, diagnosa medis, diagnosa

keperawatan, intervensi SDKI & SLKI.


4

e. Format implementasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor

rekam medik, nama ruangan, diagnosa medis, diagnosis keperawatan,

implementasi keperawatan, dan paraf yang melakukan implementasi

keperawatan.

f. Format evaluasi keperawatan terdiri dari : nama pasien, nomor rekam

medik, nama ruangan, diagnosa medis, hari tanggal, diangnosis

keperawatan, evaluasi keperawatan, dan paraf yang melakukan evaluasi

tindakan keperawatan.

3.8 Analisa dan Penyajian Data

Analisa data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan antara

respon klien dengan klien yang lain ketika diberikan tindakan yang sama

pada klien dengan masalah ketidakstabilan tekanan darah dan nyeri akut

pada pasien Post Sectio Caesarea indikasi Pre Eklamsia Berat. Analisa

data di mulai dengan mengumpulkan data dari responden dengan cara

wawancara atau anamnesa dan observasi secara langsung yakni dengan

pemeriksaan fisk dan pemeriksaan diagnostik. Kemudian menentukan

prioritas masalah keperawatan dan menentukan diagnosa keperawatan

hingga menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi masalah

ketidakstabilan tekanan darah dan nyeri akut post operasi sectio caesarea,

kemudian melakukan tindakan yang telah di rencanakan sebelumnya.

Mengevaluasi keadaan klien setelah dilakukan tindakan

1. Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumen)
4

Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam catatan terstruktur

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dikelompokkan menjadi subjektif dan data objektif. Data

subjektif adalah data yang didapatkan dari klien berupa suatu pendapat

terhadap suatu situasi atau kejadian. Sedangkan data objektif adalah

data yang dapat diobservasi dan diukur, yang diperoleh menggunakan

panca indera (melihat, mendengar, mencium, dan meraba) selama

pemeriksaan fisik. Kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif, kerahasiaan dari klien dijamin jalan menguburkan

identitas dari klien

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi data, intervensi atau perencanaan keperawatan, melakukan

implementasi atau penatalaksanaan serta mengevaluasi asuhan

keperawatan yang telah diberikan kepada klien.


5

3.9 Etika Karya Ilmiah Akhir

Etika keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam

penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai

berikut : Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek , tidak

bertentangan dengan etika yang meliputi :

a. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti.

Tujuannya agar subyek mengetahui maksud dan tujuan penelitian.

Untuk itu peneliti akan memberikan lembar persetujuan kepada

responden yang bersedia di teliti. Tetapi jika tidak bersedia menjadi

subjek penelitian, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam lembar persetujuan tersebut

antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data

yang diibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah

dihubungi dan lain-lain.

b. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian, peneliti

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur tersebut. Cukup dengan memberikan inisial nama/kode atau

inisial pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.
5

c. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti. Baik informasi maupun msaalah-masalah lainnya. Semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerasahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

4.1.1 Profil Pelayanan Kesehatan

1. Visi Misi

1) Visi

Menjadi rumah sakit rujukan terdepan pilihan utama masyarakat

dengan layanan paripurna melalui sistem pendidikan kesehatan

yang terintegrasi.

2) Misi

a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang paripurna serta

tesjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

b. Meningkatkan sarana prasarana dan sumber daya manusia

sesuai standar menyelengarakan pendidikan kedokteran,

kesehatan lainya, dan penunjang sistem layanan kesehatan serta

melaksanakan penelitian secara terintegrasi.

c. Menyelenggarakan tata kelola organisasi yang profesional dan

motto akuntabel kepuasan pasien kebahagiaan kami.

3) Kredo RSUD Jombang

"cintaku" pelayanan yang diberikan rumah sakit umum daerah

kabupaten jombang adalah pelayanan prima yaitu pelayanan yang

cepat, sigap, dan berhasil guna dilayani dalam kondisi lingkungan

yang indah dan suasana nyaman serta tarif yang terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat. tak kalah pentingnya adalah

52
53

memberikan jaminan rasa aman baik secara fisik maupun

psikologis serta tetap menjaga kepercayaan pengguna jasa

pelayanan dengan tekad kepuasan pelanggan sebagai yang pertama

yang berlaku pada seluruh masyarakat umum tanpa membedakan

status sosial

2. Gambaran Ruangan atau Wilayah

Pengambilan data untuk studi kasus ini adalah di Ruang Drupadi II

RSUD Jombang. Ruang Drupadi II merupakan salah ruang perawatan

untuk pasien nifas/pasca melahirkan. Lokasi Ruang Drupadi II yaitu di

lantai 2, disamping gedung rehabilitasi medik. Ruang Drupadi II terdiri

dari 1 ruang HCU tedapat 5 TT, ruang kelas 1 terdapat 3 TT, ruang B

terdapat 5 TT, ruang A terdapat 6 TT, ruang C terdapat 6 TT, ruang D

terdapat 6 TT, ruang E terdapat 5 TT, ruang F terdapat 1 TT, ruang G

terdapat 4 TT, ruang ruang isolasi terdapat 6 TT. Terdapat ruang

bayi/neonates, ruang obat, ruang premedika, ruang steril. pantry,

tempat cuci tangan, ruang alat, ruang edukasi.

3. Gambaran Tenaga Ruangan

Data jumlah pegawai bulan November 2022 diruang Drupadi II

jumlah pegawai dengan kualifikasi Diploma Kebidanan. Jumlah tenaga

kebidanan di ruang Drupadi II sebanyak 26 orang, terdiri dari tenaga

kebidanan 23 orang (D3 Keb 20 orang, D4 Keb 3 orang), S1

Manajemen 1 orang, Asisten Perawat 1 orang, SMA 1 orang.


5

4. Gambaran Kasus dan BOR Ruangan

Data penyakit Ruang Drupadi II RSUD Jombang bulan Oktober,

November, Desember 2022.

Tabel 4. 1 Data penyakit Ruang Drupadi II RSUD Jombang


bulan Oktober, November, Desember 2022.

No Nama Penyakit Oktober November Desember


1. Persalinan tunggal 87 82 84
spontan
2. Penyulit kehamilan 36 32 29
dan persalinan
3. Abortus in compleks 3 6 9
4. Perawatan ibu yang 40 39 25
berkaitan dengan
janin dan ketuban
5. Neoplasma ganas 34 31 41
serviks uterus
6. Amenore 28 35 29
7. Endometriosis 0 3 7
8. Perdarahan pasca 4 6 8
persalinan
9. Edema, proteinuria, 36 27 19
hipertensi dalam
kehamilan,
persalinan, dan masa
nifas
10 Anemia 7 9 11

BOR Ruang Drupadi II RSUD Jombang Bulan November 2022.

Tabel 4. 2 BOR Ruang Drupadi II RSUD Jombang


Bulan November 2022.

No Hari, Tanggal Jumlah Pasien BOR


1. Selasa, 08 18 18
x 100 % = 38,2%
47
November 2022
2. Rabu, 09 16 16
x 100 % = 34%
47
November 2022
3. Kamis, 10 19 19
x 100 % = 40,4%
47
November 2022
4. Sabtu, 12 21 21
x 100 % = 44,6%
November 2022 47
5

24
5. Ahad, 13 24 x 100 % = 51%
47
November 2022
27
6. Senin, 14 27 x 100 % = 57,4%
47
November 2022
25
7. Selasa, 15 25 x 100 % = 53,1%
47
November 2022
25
8. Rabu, 16 25 x 100 % = 53,1%
47
November 2022
23
9. Kamis, 17 23 x 100 % = 48,9%
47
November 2022
22
10. Jumat, 18 22 x 100 % = 46,8%
47
November 2022
24
11. Ahad, 20 24 x 100 % = 51%
47
November 2022
26
12. Senin, 21 26 x 100 % = 55,3%
47
November 2022
24
13. Selasa, 22 24 x 100 % = 51%
47
November 2022
23
14. Rabu, 23 23 x 100 % = 48,9%
47
November 202
22
15. Kamis, 24 22 x 100 % = 46,8 %
47
November 2022
26
16. Sabtu, 26 26 x 100 % = 55,3%
47
November 2022
27
17. Minggu, 27 27 x 100 % = 57,4 %
47
November 2022

4.1.2 Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan

4.1.2.1 Ringkasan Pengkajian

1. Identitas Pasien

Tabel 4. 3 Data Pasien

Identitas Klien 1 Klien 2 Klien 3


Klien
Nama Ny. L Ny. N Ny. K
Tanggal 21-09-2003 31-10-1997 11-11-2000
Lahir
Usia 19 tahun 25 tahun 22 tahun
Agama Islam Islam Islam
5

Pendidikan SMA SMA SMA


Pekerjaan IRT IRT IRT
Status Kawin Kawin Kawin
perkawinan
Lama 1 Tahun 2 Tahun 1 Tahun
menikah
Alamat Catak Gayam, Grogol, Diwek, Jakung, Jogoroto
Mojowarno Jombang Jombang
Jombang
Suku/Bangsa Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Tanggal 10 November 2022 19 November 15 November
MRS 2022 2022
Tanggal 10 November 2022 19 November 15 November
Pengkajian 2022 2022
Jam Masuk 13.25 WIB 11.05 WIB 12.57 WIB
No. RM 55-95-62 55-38-02 55-57-39
Diagnosa G1 P0000 + UK G1 P0000 + UK G1 P0000 + UK
Masuk 38/39 + PEB 36/37 + PEB 37/38 + PEB

2. Status Kesehatan

Tabel 4. 4 Status Kesehatan Pasien

Riwayat Klien 1 Klien 2 Klien 3


Kesehatan
Keluhan Px mengatakan Px mengatakan Px mengatakan
Utama keluar air dalam pusing terasa kenceng-
lubang vagina kenceng
Alasan Pasien datang ke Pasien datang ke Pasien datang ke
kunjungan IGD RSUD Poli Kandungan IGD RSUD
ke rumah Jombang pada RSUD Jombang Jombang pada
sakit tanggal 09 pada tanggal 18 tanggal 14
November 2022 November 2022 November 2022
jam 21.35 WIB jam 08.43 WIB jam 23.57 WIB
Keluhan Keluhan
Ibu hamil Keluhan Ibu hamil
mengeluh keluar air Ibu hamil mengeluh kenceng-
dalam mengeluh sering kenceng
lubang vagina pusing, saat di cek Pemeriksaan
Pemeriksaan tekanan darah Antigen hasilnya
Antigen hasilnya didapatkan negatif,
negatif, 190/110 mg Laboratorium
Laboratorium Protein Urin, DJJ,
Protein Urin, DJJ, Pemeriksaan USG.
USG. TTV
Antigen hasilnya
TTV TD: 170/110
negatif,
TD: 180/120 mmHg, Nadi: 98
Laboratorium
mmHg, Nadi: 112 x/menit, Suhu 36,8
Protein Urin, DJJ,
x/menit, Suhu 36,5 C, RR: 20 x/menit.
USG.
C, RR: 20 x/menit.
5

TTV
TD: 175/115
mmHg, Nadi: 109
x/menit, Suhu
37,1 C, RR: 20
x/menit
.

3. Riwayat Keperawatan

Tabel 4. 5 Riwayat Keperawatan Pasien

1. Riwayat Klien 1 Klien 2 Klien 3


Obstetri
2. Riwayat
menstruasi
Menarche 12 tahun 13 tahun 12 tahun
Siklus Teratur Tidak teratur Teratur
Banyaknya 3-4 kali ganti 3-4 kali ganti 3-4 kali ganti
pembalut pembalut pembalut
Lamanya 7 hari 3-4 hari 6 hari
HPHT 2 Februari 2022 23 Maret 2022 16 Februari
2022
Keluhan Tidak ada Sering Tidak ada
keluhan disminorea keluhan
3. Riwayat
kehamilan,
persalinan,
nifas yang lalu
Anak ke Hamil ini Hamil ini Hamil ini
Tahun - - -
 Kehamilan
Umur 38/39 mg 34/35 mg 37/38 mg
kehamilan
5

Penyulit Tidak ada Tidak ada Tidak ada


 Persalinan
Jenis SC SC SC
Penolong Dokter Dokter Dokter
Penyulit Tidak ada Tidak ada Tidak ada
 Komplikasi
nisfas
Laserasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Infeksi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pendarahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
 Anak
Jenis kelamin L P L
BB 3,3 Kg 2,4 Kg 3,1 Kg
PJ 52 Cm 40 Cm 50 Cm
4. Riwayat
persalinan
sekarang
Tipe persalinan BSC BSC BSC
sekarang
Lama persalinan 11 Jam Jam 13 Jam

Kala I
Klien memasuki Klien tidak Klien memasuki
fase laten, memasuki fase fase laten,
pembukaan laten, karena pembukaan
serviks dilakukan serviks
berlangsung persalinan sectio berlangsung
lambat sampai caesarea lambat sampai
pembukaan 3 pembukaan 4
cm dalam 7-8 cm dalam 8-9
jam jam
Kala II
Klien tidak
mengalami kala
11, karena Klien tidak
dilakukan mengalami kala
Klien tidak 11, karena
persalinan
mengalami kala dilakukan
sectio caesarea 11, karena persalinan
Kala III dilakukan
persalinan sectio caesarea
Klien tidak
5

mengalami kala sectio caesarea


III, karena di
lakukan operasi Klien tidak
mengalami kala
sectio caesarea Klien tidak III, karena di
Kala IV mengalami kala lakukan operasi
III, karena di
lakukan operasi sectio caesarea
Lochea : lochea
rubra sectio caesarea
TFU : 2 jari Lochea : lochea
diatas pusat rubra
Lochea : lochea
Kontraksi rubra TFU : 2 jari
uterus : Baik diatas pusat
TFU : 2 jari
Pendarahan : Ya diatas pusat Kontraksi uterus
Jumlah : ± 300 : Baik
cc Kontraksi uterus
: Baik Pendarahan : Ya
Perineum : Jumlah : ± 300
tidak ada luka Pendarahan : Ya cc
pada perineum Jumlah : ± 300
cc Perineum : tidak
ada luka pada
Perineum : tidak perineum
ada luka pada
perineum
5 . Rencana Sendiri, dibantu Sendiri, dibantu Sendiri, dibantu
perawatan bayi orang tua orang tua orang tua
6 . Kesanggupan
dan
pengetahuan
ibu tentang :
Breast care Ibu kurang Ibu kurang Ibu kurang
mengetahui mengetahui mengetahui
tentang tentang tentang
perawatan perawatan perawatan
payudara payudara payudara
Perineal care Ibu kurang Ibu kurang Ibu kurang
mengetahui mengetahui mengetahui
tentang tentang tentang
perawatan perawatan perawatan
setelah setelah setelah
melahirkan melahirkan melahirkan
Nutrisi Ibu sedikit Ibu sedikit Ibu sedikit
mengetahui mengetahui mengetahui
tentang nutrisi tentang nutrisi tentang nutrisi
setelah setelah setelah
melahirkan melahirkan melahirkan
Senam nifas Ibu kurang Ibu kurang Ibu kurang
menegtahui menegtahui menegtahui
tentang senam tentang senam tentang senam
6

nifas nifas nifas


KB Ibu mengetahui Ibu mengetahui Ibu mengetahui
alat kontrasepsi alat kontrasepsi alat kontrasepsi
yang digunakan yang digunakan yang digunakan
setelah setelah setelah
melahirkan melahirkan yang melahirkan yang
yang dijelaskan dijelaskan oleh dijelaskan oleh
oleh perawat perawat ruangan perawat ruangan
ruangan
Menyususi Ibu mengetahui Ibu mengetahui Ibu mengetahui
pengetahuan pengetahuan pengetahuan
tentang tentang tentang
menyususi dari menyususi dari menyususi dari
orang tua orang tua orang tua
7 . Riwayat
Keluarga
Berencana
Melaksanakan Tidak Tidak Tidak
KB
Kontrasepsi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
yang digunakan
Sejak kapan Tidak Tidak Tidak
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
Masalah yang Tidak ada Tidak ada Tidak ada
terjadi masalah masalah masalah
8 . Riwayat
kesehatan
Penyakit yang Hipertensi sejak Hipertensi sejak Hipertensi sejak
pernah dialami hamil trimester hamil trimester hamil trimester
ibu 1 2 2
Pengobatan Mengonsumsi Mengonsumsi Mengonsumsi
yang didapat obat oral obat oral obat oral
Nifedipine Nifedipine Nifedipine
9 . Riwayat Ibu pasien Ayah pasien Ibu pasien
penyakit memiliki memiliki memiliki
keluarga riwayat riwayat riwayat penyakit
hipertensi, dan hipertensi diabetes militus
ayah pasien
mengalami
diabetes militus
1 0.Riwayat
lingkungan
Kebersihan Baik, Baik, Baik,
lingkungan lingkungan lingkungan
bersih dan rapi bersih dan rapi bersih dan rapi
Bahaya Tidak ada Tidak ada Tidak ada
bahaya dalam bahaya dalam bahaya dalam
lingkungan lingkungan lingkungan
6

11. Aspek
psikososial
Kehamilan dan Iya Iya Iya
persalinan ini
direncanakan
Harapan ibu
setelah Ibu berharap Ibu berharap Ibu berharap
persalinan agar ibu dan agar ibu dan agar ibu dan
anak sehat, anak sehat anak sehat
Dukungan
pasangan saat Mensupport Mensupport saat Mensupport saat
ini saat kehamilan kehamilan kehamilan
sampai sampai sampai
Sikap anggota melahirkan melahirkan melahirkan
keluarga saat ini Memeberikan Memeberikan Memeberikan
dukungan dukungan dukungan
supaya ibu dan supaya ibu dan supaya ibu dan
12. Kebutuhan bayi sehat bayi sehat bayi sehat
dasar
khusus
 Pola Lama tidur : 9 Lama tidur : 8 Lama tidur : 9
Tidur/Istirah jam jam jam
at Siang : 1-2 jam Siang : 1-2 jam Siang : 1-2 jam
Malam : 7-8 Malam : 6-7 jam Malam :7-8 jam
jam
Kebiasaan Kebiasaan
Kebiasaan sebelum tidur : sebelum tidur :
sebelum tidur : Bermain HP mengobrol
mengobrol Bersama
dengan suami Keluhan : tidak keluarga
ada
Keluhan : tidak Keluhan : tidak
ada ada

 Pola BAK BAK BAK


Eliminasi Terpasang DK Terpasang DK Terpasang DK
Volume urine : Volume urine : Volume urine :
450 CC 350 CC 250 CC
Warna : kuning Warna : kuning Warna : kuning
jernih. jernih. jernih.
Keluhan saat Keluhan saat Keluhan saat
BAK : tidak ada BAK : tidak ada BAK : tidak ada
BAB BAB BAB
Frekensi : 0 kali Frekensi : 0 kali Frekensi : 0 kali
sehari. sehari. sehari.
Warna : - Warna : - Warna : -
6

Bau : - Bau : - Bau : -


Konsistensi : - Konsistensi : - Konsistensi : -
Keluhan : Keluhan : belum Keluhan : -
belum BAB BAB sejak post belum BAB
sejak post op op sejak post op
 Pola Nutrisi Frekuensi Frekuensi Frekuensi
makan : puasa makan : puasa makan : puasa
12 jam post op, 12 jam post op, 12 jam post op,
diet halus diet halus diet halus
Nafsu makan : Nafsu makan : Nafsu makan :
baik baik baik
Jenis makanan Jenis makanan Jenis makanan
dirumah : dirumah : dirumah :
mendapatkan mendapatkan mendapatkan
dari ahli gizi dari ahli gizi dari ahli gizi
rumah sakit rumah sakit rumah sakit
berupa bubur berupa bubur berupa bubur
dan susu dan susu dan susu
Makanan Makanan Makanan
pantangan : pantangan : pantangan :
makanan makanan dengan makanan dengan
dengan tinggi tinggi natrium tinggi natrium
natrium
 Pola Mandi frekuensi Mandi frekuensi Mandi frekuensi
Personal : 0 kali sehari : 0 kali sehari : 0 kali sehari
Hygiene Sabun : Ya Sabun : Ya
Sabun : Ya Oral hygiene Oral hygiene
Oral hygiene frekuensi : 0 kali frekuensi : 0 kali
frekuensi : 0 sehari sehari
kali sehari Cuci rambut Cuci rambut
frekuensi : 0 kali frekuensi : 0 kali
Cuci rambut sehari sehari
frekuensi : 0 Sampo : Ya Sampo : Ya
kali sehari
Sampo : Ya
 Pola Pasien hanya Pasien hanya Pasien hanya
Aktivitas bedrest. bedrest. bedrest.

 Pola Merokok : Merokok : Merokok :


kebiasaan pasien tidak pasien tidak pasien tidak
yang merokok merokok merokok
mempengaru
Minuman keras Minuman keras Minuman keras
hi kesehatan
: pasien tidak : pasien tidak : pasien tidak
minum minum minum
minuman keras minuman keras minuman keras
Ketergantungan Ketergantungan Ketergantungan
6

obat : pasien obat : pasien obat : pasien


tidak tidak tidak
ketergantungan ketergantungan ketergantungan
obat obat obat

4. Pemeriksaan Fisik

Tabel 4. 6 Pemeriksaan Fisik Pasien

Pemeriksaan Klien 1 Klien 2 Klien 3

Fisik

Keadaan Umum Lemah Lemah Lemah


Kesadaran 456 456 456
(Composmentis) (Composmentis) (Composmentis)
Tanda – Tanda TD : 180/120 TD : 160/110 TD : 170/110
Vital mmHg mmHg mmHg
Nadi : 96 x/menit Nadi : 92 x/menit Nadi : 94 x/menit
Suhu : 37,9 C Suhu : 38,1 C Suhu : 37,8C
SpO2 : 99 % SpO2 : 99 % SpO2 : 99 %
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
BB : 75 Kg BB : 95 Kg BB : 73 Kg
TB : 163 Cm TB : 158 Cm TB : 155 Cm
Pemeriksaan Bentuk kepala : Bentuk kepala : Bentuk kepala :
Kepala mesochepal. mesochepal mesochepal.
Keluhan : tidak Keluhan : tidak Keluhan : tidak
ada keluhan. ada keluhan. ada keluhan.
Bentuk wajah Bentuk wajah Bentuk wajah
simetris simetris simetris
Rambut berwarna Rambut berwarna Rambut berwarna
hitam, maudah hitam, mudah hitam, mudah
rontok, berminyak, rontok, berminyak, rontok, berminyak,
ada ketombe tidak ada ketombe ada ketombe

Mata Bentuk mata Bentuk mata Bentuk mata


simetris simetris simetris
Warna pupil coklat Warna pupil coklat Warna pupil coklat
Pupil : Isokhor Pupil : Isokhor Pupil : Isokhor
Sklera tidak ikterik Sklera tidak ikterik Sklera tidak ikterik
Konjungtiva tidak Konjungtiva Konjungtiva tidak
anemis, tidak ada sedikit anemis, anemis, tidak ada
pembengkakan tidak ada pembengkakan
kelopak mata, pembengkakan kelopak mata,
tidak memakai alat kelopak mata, tidak memakai alat
bantu penglihatan tidak memakai alat bantu penglihatan
Akomodasi : 20 bantu penglihatan Akomodasi : 20
Cm Akomodasi : 20 Cm
6

Cm
Hidung Hidung simetris, Hidung simetris, Hidung simetris,
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
terdapat benjolan, terdapat benjolan, terdapat benjolan,
tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
sekret/polip, sekret/polip, tidak sekret/polip, tidak
terdapat terdapat terdapat
pernapasan cuping pernapasan cuping pernapasan cuping
hidung hidung hidung
Reaksi alergi : ada Reaksi alergi : ada Reaksi alergi : ada
Telinga Bentuk telinga Bentuk telinga Bentuk telinga
simetris, bersih, simetris, bersih, simetris, bersih,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
cairan yang keluar cairan yang keluar cairan yang keluar
dari telinga, tidak dari telinga, tidak dari telinga, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat lesi, tidak terdapat lesi, tidak
terdapat benjolan, terdapat benjolan, terdapat benjolan,
tidak tidak tidak
menggunakan alat menggunakan alat menggunakan alat
bantu pendengaran bantu pendengaran bantu pendengaran
Mulut dan Gigi geligi : rapi, Gigi geligi : rapi, Gigi geligi : rapi,
Tenggorokan sedikit kotor sedikit kotor sedikit kotor
Kesulitan menelan Kesulitan menelan Kesulitan menelan
: tidak ada : tidak ada : tidak ada
Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
peradangan peradangan peradangan
maupun sariawan, maupun sariawan, maupun sariawan,
mukosa mulut mukosa mulut mukosa mulut
kering, tidak kering, tidak kering, tidak
terdapat karies terdapat karies terdapat karies
gigi, bibir kering gigi, bibir kering gigi, bibir kering
Dada dan Axilla Mammae : Mammae : Mammae :
memebesar memebesar memebesar
Areola mammae : Areola mammae :
Areola mammae : berwarna gelap berwarna gelap
berwarna gelap Papilla mammae : Papilla mammae :
Papilla mammae : menonjol keluar menonjol keluar
menonjol keluar Colostrum : ada -/- Colostrum : ada -
Pernafasan : /+
Colostrum : ada normal/vesikuler Pernafasan :
+/+ Jalan nafas : tidak normal/vesikuler
ada Jalan nafas : tidak
Pernafasan :
gangguan/hambata ada
normal/vesikuler
n gangguan/hambata
Jalan nafas : tidak Suara nafas : tidak n
ada ada suara nafas Suara nafas : tidak
gangguan/hambata tambahan ada suara nafas
n Penggunaan otot- tambahan
otot bantu nafas : Penggunaan otot-
Suara nafas : tidak tidak ada otot bantu nafas :
ada suara nafas Irama : vesikuler tidak ada
Kelainan bunyi Irama : vesikuler
6

tambahan jantung : tidak ada Kelainan bunyi


jantung : tidak ada
Penggunaan otot-
otot bantu nafas :
tidak ada
Irama : vesikuler
Kelainan bunyi
jantung : tidak ada
Abdomen Mengecil : iya Mengecil : iya Mengecil : iya
Linea & Striae : Linea & Striae : Linea & Striae :
linea alba dan linea alba dan linea alba dan
striae albiea striae albiea striae albiea
Luka bekas operasi Luka bekas operasi Luka bekas operasi
: ada, bersih, : ada, bersih, : ada, bersih,
diameter ±10 cm diameter ±10 cm diameter ±10 cm
TFU : 2 jari bawah TFU : 2 jari bawah TFU : 2 jari bawah
pusat pusat pusat
Kontraksi : Kontraksi : Kontraksi :
Genitourinary Perineum : bersih Perineum : bersih Perineum : bersih
Lokhea : rubra ± Lokhea : rubra ± Lokhea : rubra ±
100 cc 100 cc 100 cc
Vesika urinaria : Vesika urinaria : Vesika urinaria :
normal, Terpasang normal, Terpasang normal, Terpasang
dower kateter dower kateter dower kateter
ukuran 16 ukuran 16 ukuran 16
Ekstremitas Tugor kulit : ≤ 2 Tugor kulit : ≤ 2 Tugor kulit : ≤ 2
(Integumen dan detik detik detik
muskoloskeletal Warna kulit : sawo
) Warna kulit : sawo matang Warna kulit : sawo
matang Kesulitan dalam matang
Kesulitan dalam pergerakan : ibu Kesulitan dalam
pergerakan : ibu merasa kesemutan pergerakan : ibu
merasa kesemutan pada kaki, ibu merasa kesemutan
pada kaki, ibu terbatas dalam pada kaki, ibu
terbatas dalam pergerakan karna terbatas dalam
pergerakan karna takut, dan ibu pergerakan karna
takut, dan ibu merasa nyeri saat takut, dan ibu
merasa nyeri saat bergerak sedikit merasa nyeri saat
bergerak sedikit bergerak sedikit

5. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4. 7 Pemeriksaan Penunjang Pasien

7. Laboratorium
Parameter Klien 1 Klien 2 Klien 3
Darah Lengkap
6

Hemoglobin 6,4 12,1 (19/11/2022 11,4


(10/11/2022 Jam Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 12,66 Jam 06.40)
22,22 (19/11/2022 Jam 9,97
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
Leokosit 05.00) 38,5 Jam 06.40)
18,9 (19/11/29022 34,2
(10/11/2022 Jam Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 4,75 Jam 06.40)
2,21 (19/11/2022 Jam 3,80
Hematokrit (10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 81,1 Jam 06.40)
85,5 (19/11/2022 Jam 90,0
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 25,5 Jam 06.40)
Eritrosit 29,0 (19/11/2022 Jam 30,0
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 13,2 Jam 06.40)
15,2 (19/11/2022 Jam 33,3
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
MCV 05.00) 31,4 Jam 06.40)
33,9 (19/11/2022 Jam 12,9
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) 477 Jam 06.40)
164 (19/11/2022 Jam 203
MCH
(10/11/2022 Jam 11.10) (15/11/2022
05.00) Jam 06.40)

RDW-CV

MCHC

Trombosit
Hitung Jenis
Eosinofil 0 1 2
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
0 0 0
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
Basofil 05.00) 11.10) Jam 06.40)
- - -
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
84 68 71
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
6

Batang 05.00) 11.10) Jam 06.40)


7 27 18
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
9 4 9
Segmen (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
2,5 0,4 0,4
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Limfosit 18,75 8,67 7,09
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)

1,6 3,4 1,8


Monosit (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
11,72 2,55 3,94
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Immature 3,28 0,98 2,19
Granulocyte (IG) (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
32,1 22,4 33,3
Neutrophil (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
Absolute (ANC) 05.00) 11.10) Jam 06.40)
0,00 0,00 0,00
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
0,03 0,01 0,01
Limfosit Absolute (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
(ALC) 05.00) 11.10) Jam 06.40)
2,3 1,6 1,9
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
NLR 05.00) 11.10) Jam 06.40)

Retikulosit

Ret-He

Normodas NRBC
6

I/T Ratio

Immature Platelet
(IPF)
Koagulasi
PPT 10 11 12
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
30 32 34
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
APPT 05.00) 11.10) Jam 06.40)
Kimia Darah
GDS 90 88 92
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
3,62 3,56 3,60
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
Albumin 05.00) 11.10) Jam 06.40)
Urin Lengkap
Berat jenis 1,020 1,016 1,018
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
6,0 6,3 6,0
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
PH 05.00) 11.10) Jam 06.40)
(+)1 (+)1 (+)1
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.0) 11.10) Jam 06.40)
Negativ Negativ Negativ
Protein (10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Negativ Negativ Negativ
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Glukosa Normal Normal Normal
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Negativ Negativ Negativ
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
Bilirubin 05.00) 11.10) Jam 06.40)
Negativ Negativ Negativ
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
1-2 1-2 2-3
Hemoglobin
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
2-3 2-3 5-8
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
6

Keton 05.00) 11.10) Jam 06.40)

Nitrit

Leokosit

Eritrosit
Setimen
Silinder Negativ Negativ Negativ
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Epitel 1-2 1-2 0-1
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Kristal Negativ Negativ Negativ
(10/11/2022 Jam (19/11/2022 Jam (15/11/2022
05.00) 11.10) Jam 06.40)
Radiologi - - -
EKG - - -
USG Janin tunggal Janin tunggal Janin tunggal

6. Terapi Medis

Tabel 4. 8 Terapi Medis

Terapi Klien 1 Klien 2 Klien 3

Infus Inf RL 20 tpm Inf RL 20 tpm Inf RL 20 tpm

1000 cc/24 jam 1000 cc/24 jam 1000 cc/24 jam


Inf D5 20 tpm Inf D5 20 tpm
Inf D5 20 tpm
500 cc/24 jam 500 cc/24 jam
500 cc/24 jam
Pamol 3x19 mg
Pamol 3x19 mg

Obat Intravena Inj metergin 2x1 Inj metergin 2x1 Inj metergin
2x1
Inj ketorolac 3x1 Inj ketorolac 3x1
7

mg mg Inj ketorolac
3x1 mg
Inj feros sulfate Inj feros sulfate
2x1 mg 2x1 mg Inj feros sulfate
2x1 mg
Inj methyldopa Inj methyldopa
3x250 mg 3x250 mg Inj methyldopa
3x250 mg
Inj transamin Inj transamin
3x500 mg 3x500 mg Inj transamin
3x500 mg
Inj dopamet Inj dopamet
3x250 mg 3x250 mg Inj dopamet
3x250 mg
Inj cefazolin

Obat Oral Nifedipine 3X10 Nifedipine 3X10 Nifedipine


mg mg 3X10 mg
Vit A 1x1 Cefixime 2x100
Vit A 1x1
mg
Vit A 1x1
Rawat Luka Rawat luka setiap Rawat luka setiap Rawat luka

pagi pagi setiap pagi


7

4.1.2.2 Analisa Data

Tabel 4. 9 Analis Data

Kelompok Data Klien 1 Klien 2 Klien 3


1. Data Px mengatakan Px mengatakan Px mengatakan
Subyektif nyeri pada bagian nyeri pada bagian nyeri pada bagian
perut bekas operasi, perut bekas operasi, perut bekas operasi,
Nyeri seperti Nyeri seperti Nyeri seperti
disayat-sayat, disayat-sayat, disayat-sayat,
Berada di skala 6, Berada di skala 5, Berada di skala 6,
Nyeri timbul saat Nyeri timbul saat Nyeri timbul saat
bergerak bergerak bergerak
berlangsung ± 3-4 berlangsung ± 4-5 berlangsung ± 2-3
menit menit menit

Data Obyektif - KU lemah - KU lemah - KU lemah


- Tampak lemah - Tampak lemah - Tampak lemah
- Tampak sedikit - Tampak sedikit - Tampak sedikit
meringis meringis meringis
- Tanda-Tanda - Tanda-Tanda - Tanda-Tanda
Vital Vital Vital
TD : 170/120 TD : 160/110 TD : 170/110
mmHg mmHg mmHg
Nadi : 96 x/menit Nadi : 92 x/menit Nadi : 94 x/menit
Suhu : 37,9 C Suhu : 38,1 C Suhu : 37,8 C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
Kemungkinan
Penyebab Nyeri Akut Nyeri Akut Nyeri Akut
Masalah
2. Data Px mengatakan Px mengatakan Px mengatakan
Subyektif nyeri pada luka nyeri pada luka nyeri pada luka
bekas operasi bekas operasi bekas operasi
Data Obyektif - KU lemah - KU lemah - KU lemah
- Kerusakan - Kerusakan - Kerusakan
jaringan dan jaringan dan jaringan dan
lapisan kulit lapisan kulit lapisan kulit
akibat luka post akibat luka post akibat luka post
op berdiameter op berdiameter op berdiameter
10 cm 10 cm 10 cm
- Kondisi luka - Kondisi luka - Kondisi luka
tertutup balutan tertutup balutan tertutup balutan
- Tanda-Tanda - Tanda-Tanda - Tanda-Tanda
Vital Vital Vital
TD : 170/120 TD : 160/110 TD : 170/110
mmHg mmHg mmHg
Nadi : 96 x/menit Nadi : 92 x/menit Nadi : 94 x/menit
Suhu : 37,9 C Suhu : 38,1 C Suhu : 37,8 C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
7

Risiko Infeksi Risiko Infeksi


Kemungkinan
Penyebab Risiko Infeksi
Masalah
3. Data Px mengatakan Px mengatakan Px mengatakan
Subyektif tidak dapat mandi tidak dapat mandi tidak dapat mandi
dan mengenakan dan mengenakan dan mengenakan
pakaian secara pakaian secara pakaian secara
mandiri, hanya mandiri, hanya mandiri, hanya
berbaring di tempat berbaring di tempat berbaring di tempat
Data Obyektif tidur tidur tidur

- KU lemah - KU lemah - KU lemah


- Tidak mampu - Tidak mampu - Tidak mampu
mandi mandi mandi
- Mengganti - Mengganti - Mengganti
pakaian dibantu pakaian dibantu pakaian dibantu
keluarga keluarga keluarga
- Aktivitas - Aktivitas - Aktivitas
dibantu dibantu dibantu
keluarga keluarga keluarga

Defisit Perawatan Defisit Perawatan


Kemungkinan Defisit Perawatan diri personal diri personal
Penyebab diri personal hygiene hygiene
Masalah hygiene
4. Data DS : klien
Subyektif mengatakan
belum tau cara
perawatan
payudara yang
benar
Data Obyektif
- Payudara keras
tegang
- ASI belum
lancar
- Aerolla dan
papilla
mammae kotor
- Klien bertanya
bagaimana
perawatan
payudara

Defisit pengetahuan
Kemungkinan tentang perawatan
Penyebab payudara
Masalah
7

4.1.2.3 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

Tabel 4. 10 Daftar Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas

Klien 1 Klien 2 Klien 3


Diagnosa Diagnosa Diagnosa
Tanggal Tanggal
Tanggal Keperawatan Keperawatan Keperawatan
10 Nyeri Akut 19 Nyeri Akut 15 Nyeri Akut
Novemb berhubungan Novemb berhubungan Novemb berhubungan
er 2022 dengan agen er 2022 dengan agen er 2022 dengan agen
pencedera fisik pencedera fisik pencedera fisik
(prosedur (prosedur (prosedur
pembedahan pembedahan pembedahan
sectio caerasea) sectio caerasea) sectio caerasea)
dibuktikan dibuktikan dibuktikan
dengan bersikap dengan bersikap dengan bersikap
waspada waspada waspada
menghindari menghindari menghindari
nyeri dan nyeri dan nyeri dan
tampak meringis tampak meringis tampak meringis
(D.0077). (D.0077). (D.0077).
10 Risiko Infeksi 19 Risiko Infeksi 15 Risiko Infeksi
Novemb dibuktikan Novemb dibuktikan Novemb dibuktikan
er 2022 dengan luka er 2022 dengan luka er 2022 dengan luka
post sectio post sectio post sectio
caesarea caesarea caesarea
berdiameter ±10 berdiameter ±10 berdiameter ±10
cm (D.0142) cm (D.0142) cm (D.0142)
10 Defisit 19 Defisit 15 Defisit
Novemb Perawatan Diri Novemb Perawatan Diri Novemb Perawatan Diri
er 2022 Personal er 2022 Personal er 2022 Personal
Hygiene Hygiene Hygiene
dibuktikan dibuktikan dibuktikan
dengan pasien dengan pasien dengan pasien
tidak mampu tidak mampu tidak mampu
melakukan melakukan melakukan
personal personal personal
hygiene secara hygiene secara hygiene secara
mandiri mandiri mandiri
(D.0109) (D.0109) (D.0109)
10 Defisit
Novemb pengetahuan
er 2022
perawatan
payudara
dibuktikan
dengan ketidak
7

tahuan tentang
perawatan
payudara
(D.0111)

4.1.2.4 Intervensi

Tabel 4. 11 Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Nyeri Akut (D. Luaran Utama Intervensi Utama
0077) Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 diharapkan
Definisi : 1. Identifikasi lokasi,
ekspektasi Tingkat Nyeri
Pengalaman karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria
sensorik atau frekuensi, kualitas,
hasil :
emosional yang intensitas nyeri
berkaitan dengan a. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan menurun (5) 3. Identifikasi respon
jaringan aktual b. Meringis menurun (5) nyeri non verbal
atau fungsional, c. Sikap protektif 4. Identifikasi factor
dengan onset menurun (5) yang memperberat
mendadak atau d. Gelisah menurun (5) nyeri
lambat dan e. Kesulitan tidur 5. Monitor efek samping
berintensitas penggunaan analgetik
menurun (5)
ringan hingga
f. Berfokus pada diri Terapeutik
berat yang
sendiri menurun (5)
berlangsung 6. Berikan teknik
kurang dari dari 3 g. Frekuensi nadi
nonfarmakologi untuk
bulan membaik (5)
mengurangi rasa nyeri
h. Pola napas membaik yaitu mobilasasi dini
(5) 7. Fasilitasi istirahat dan
i. Tekanan darah tidur
membaik (5)
j. Pola tidur membaik Edukasi
(5) 8. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
9. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
10. Anjurkan
mengguanakan
analgetik secara tepat
11. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
7

Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Resiko Infeksi Luaran Utama Intervensi Utama
(D.0142) Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 diharapkan
1. Monitor tanda dan
Definisi : ekspektasi Tingkat
gejala infeksi lokal
Beresiko Infeksi menurun dengan
dan sistemik
mengalami kriteria hasil :
peningkatan Terapeutik
a. Kemerahan menurun
terserang
(5) 2. Batasi jumlah
organisme
b. Bengkak menurun (5) pengunjung
patogenik
c. Nyeri menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum
d. Kadar sel darah putih dan sesudah kontak
membaik (5) dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
7. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka atau luka operasi
8. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
9. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
3. Defisit Perawatan Luaran Utama Intervensi Utama
Diri Personal Setelah dilakukan Dukungan Perawatan
Hygiene (D.0109) tindakan keperawatan Diri
selama 3x24 diharapkan Observasi
ekspektasi Perawatan 1. Identifikasi kebiasaan
Definsi : Tidak Diri meningkat dengan aktivitas perawatan
mampu atau kriteria hasil : diri
menyelesaikan 2. Monitor tingkat
a. Kemampuan mandi
aktivitas kemandirian
meningkat (5) 3. Identifikasi kebutuhan
perawatan diri
b. Kemampuan alat bantu kebersihan
7

mengenakan pakaian diri, berpakaian,


meningkat (5) berhias, dan makan
c. Kemampuan ke toilet Terapeutik
meningkat (5)
d. Verbalisasi keinginan 4. Sediakan lingkungan
yang terapeautik
melakukan perawatan
5. Siapkan keperluan
diri meningkat (5) pribadi
e. Minat melakukan 6. Damping dalam
perawatan diri melakukan perawatan
meningkat (5) diri sampai mandiri
7. Fasilitasi kemandirian,
bantu jika tidak
mampu melakukan
perawatan diri
Edukasi
8. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
4. Defisit Luaran Utama Intervensi Utama
Pengetahua Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
n (D.0111) tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
ekspektasi Tingkat dan kemampuan
Pengetahuan menerima informasi
memeningkat dengan 2. Identifiakasi
kriteria hasil : kebutuhan
a. Perilaku sesuai Terapeautik
anjuran meningkat (5)
3. Sediakan materi dan
b. verbalisasi minat
media pendidikan
dalam belajar kesehatan
meningkat (5) 4. Berikan kesempatan
c. Perilaku sesuai dengan untuk bertanya
pengetahuan
meningkat (5) Edukasi
5. Jelaskan factor risiko
yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
6. Ajarkan perilaku
hidup sehat
7. Ajarkan strategi yang
dapat mempengaruhi
perilaku sehat.
7

4.1.2.5 Implementasi

- Klien 1

Tabel 4. 12 Implementasi Klien 1

NO. Waktu Tindakan Keperawatan Respon Klien


DX Pelaksanaan
1 Hari 1
(10/11/2022)
16.00 a. Mengidentifikasi lokasi, Lokasi luka pada
karakteristik, durasi, abdomen,
frekuensi, kualitas, karakkteristik
intensitas nyeri seperti di sayat-
16.02 sayat, frekuensi
b. Mengidentifikasi skala
16.05 nyeri ± 3-4 menit
nyeri Skala nyeri 6
16.06 c. Mengidentifikasi respon Klien tampak
nyeri non verbal meringis
16.07 d. Mengidentifikasi faktor
yang memperberat nyeri Klien jika
16.08 e. Memonitor efek samping bergerak akan
penggunaan analgetik nyeri
f. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk Klien kadang
16.10 mengurangi rasa nyeri merasa agak mual
16.15 yaitu mobilisasi dini Klien kooperatif
g. Memfasilitasi istirahat dan
16.20 Klien kooperatif
tidur
16.35 h. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri Klien kooperatif
16.40 i. Menganjurkan memonitor Klien kooperatif
nyeri secara mandiri
j. Menganjurkan Klien kooperatif
16.45 menggunakan analgetik
secara tepat Klien kooperatif
k. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk Klien kooperatif
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
2 Hari
1
(10/11/2022) a. Memonitor Luka tertutup
17.00 karakteristik kassa streril
luka Nyeri, tidak ada
17.02 b. Memonitor panas, tidak ada
tanda-tanda bengkak, tidak
17.05 infeksi ada kemerahan
7

c. Melepaskan pada luka


17.06 balutan dan Klien kooperatif
plester secara Klien kooperatif
perlahan
17.07 d. Membersihkan Klien kooperatif
dengan cairan
NaCl dan kilbac
17.10 e. Memberikan Klien kooperatif
salep cutimed
17.15 gel Klien kooperatif
f. Memasang
balutan kassa Klien kooperatif
pada luka
g. Mempertahanka
17.20 n teknik steril
saat melakukan Klien kooperatif
17.30 perawatan luka
h. Menjelaskan Klien mengerti
tanda dan gejala
infeksi yaitu
dolor (nyeri),
17.31 kalor (panas),
tumor
(bengkak), rubor Klien kooperatif
(kemerahan)
i. Berkolaborasi
pemberian
antibiotik
3 Hari 1
(10/11/2022)
17.32 a. Mengidentifikasi Klien belum
kebiasaan aktivitas mampu untuk
17.33 perawatan diri melakukan
b. Memonitor tingkat pearawatan diri
17.33 kemandirian secara mandiri
c. Mengidentifikasi Tingkat
kebutuhan alat bantu kemandirian II
17.34 kebersihan diri, Sabun mandi,
berpakaian, berhias, dan sikat gigi, pasta
17.35 makan gigi
d. Menyediakan lingkungan
17.35 yang terapeautik Lingkungan
e. Menyiapkan keperluan nyaman
17.37 pribadi
f. Mendamping dalam Keluarga
melakukan perawatan diri kooperatif
sampai mandiri membantu
17.45 g. Memfasilitasi menyiapkan
kemandirian, bantu jika Klien dan
tidak mampu melakukan keluarga
perawatan diri kooperatif
h. Menganjurkan melakukan
7

perawatan diri secara Klienkooperatif


konsisten sesuai
kemampuan
Klien kooperatif
4 Hari 1
(10/11/2022)
18.15
a. Mengidentifikasi kesiapan Klien kooperatif
18.16 dan kemampuan
18.17 menerima informasi
b. Mengidentifiakasi Klien kooperatif
18.20 kebutuhan Klien kooperatif
c. Menyediakan materi dan
media pendidikan Klien kooperatif
18.30 kesehatan
d. Memberikan kesempatan Klien kooperatif
18.35 untuk bertanya
e. menjelaskan factor risiko
18.36 yang dapat mempengaruhi Klien kooperatif
18.37 kesehatan
f. Mengajarkan perilaku Klien kooperatif
18.38 hidup sehat
g. Mengajarkan strategi yang
dapat mempengaruhi
perilaku sehat
1 Hari 2
(11/11/2022)
08.00 a. Mengidentifikasi lokasi, Lokasi luka pada
karakteristik, durasi, abdomen,
frekuensi, kualitas, karakkteristik
08.02 intensitas nyeri seperti di sayat-
08.05 sayat, frekuensi
b. Mengidentifikasi skala
nyeri ± 2-3 menit
nyeri
Skala nyeri 5
08.06 c. Mengidentifikasi respon Klien tampak
nyeri non verbal meringis
08.07 d. Mengidentifikasi faktor
yang memperberat nyeri Klien jika
08.08 e. Memonitor efek samping bergerak akan
penggunaan analgetik nyeri
f. Memberikan teknik Klien kooperatif
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri Klien kadang
yaitu mobilisasi dini merasa agak mual
g. Memfasilitasi istirahat
08.10
dan tidur
08.15 Klien kooperatif
h. Menjelaskan strategi
Klien kooperatif
meredakan nyeri
08.20 i. Menganjurkan memonitor Klien kooperatif
nyeri secara mandiri
08.35 j. Menganjurkan Klien kooperatif
8

menggunakan analgetik
08.40 secara tepat Klien kooperatif
k. Mengajarkan teknik
08.45 nonfarmakologi untuk Klien kooperatif
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
2 Hari 2
(11/11/2022)
09.00 a. Memonitor karakteristik Kulit tertutup
09.02 luka kassa steril
b. Memonitor tanda-tanda Nyeri, tidak ada
infeksi panas, tidak ada
09.05 c. Melepaskan balutan dan bengkak, tidak
plester secara perlahan ada kemerahan
09.06 d. Membersihkan dengan pada luka
cairan NaCl dan kilbac Klien kooperatif
e. Memberikan salep
09.07 cutimed gel Klien kooperatif
f. Memasang balutan kassa Klien kooperatif
09.10 pada luka
g. Mempertahankan teknik Klien kooperatif
steril saat melakukan
09.15 perawatan luka
09.20 h. Menjelaskan tanda dan Klien kooperatif
gejala infeksi yaitu dolor
(nyeri), kalor (panas), Klien mengerti
tumor (bengkak), rubor
(kemerahan)
09.30 i. Berkolaborasi Klien kooperatif
pemberian antibiotic
3 Hari 2
(11/11/2022)
10.32 a. Mengidentifikasi
kebiasaan aktivitas Klien belum
10.33 perawatan diri mampu untuk
10.33 b. Memonitor tingkat melakukan
kemandirian pearawatan diri
c. Mengidentifikasi secara mandiri
kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, Tingkat
10.34 berpakaian, berhias, dan kemandirian II
makan
Sabun mandi,
10.35 d. Menyediakan
sikat gigi, pasta
10.35 lingkungan yang
gigi
terapeautik
10.37 e. Menyiapkan keperluan
pribadi
f. Mendampingi dalam Lingkungan
melakukan perawatan
8

10.45 diri sampai mandiri nyaman


g. Memfasilitasi
kemandirian, bantu jika
tidak mampu melakukan Keluarga
perawatan diri kooperatif
h. Menganjurkan membantu
melakukan perawatan menyiapkan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan Klien dan
keluarga
kooperatif

Klien kooperatif

Klien kooperatif
4 Hari 2
(11/11/2022)
11.15 Klien kooperatif
a. Mengidentifikasi
kesiapan dan
11.16 kemampuan menerima Klien kooperatif
11.17 informasi Klien kooperatif
b. Mengidentifikasi
11.20 kebutuhan Klien kooperatif
c. Menyediakan materi dan
11.30 media pendidikan Klien kooperatif
kesehatan
d. Memberikan kesempatan
11.36 untuk bertanya Klien kooperatif
e. Menjelaskan factor
risiko yang dapat
11.37 mempengaruhi Klien mengerti
kesehatan Klien kooperatif
11.38 f. Mengajarkan perilaku
hidup sehat Klien kooperatif
g. Mengajarkan strategi
yang dapat
mempengaruhi perilaku
sehat
8

- Klien 2

Tabel 4. 13 Implementasi Klien 2

NO. Waktu Tindakan Keperawatan Respon Klien


DX Pelaksanaan
1 Hari 1
(19/11/2022)
14.00 a. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, Lokasi luka pada
frekuensi, kualitas, abdomen,
14.02 intensitas nyeri karakkteristik seperti
14.05 b. Mengidentifikasi skala di syat-sayat,
nyeri frekuensi nyeri ± 4-5
c. Mengidentifikasi respon menit
14.06 nyeri non verbal
d. Mengidentifikasi faktor Skala nyeri 5
14.07 yang memperberat nyeri
Klien tampak
e. Memonitor efek samping
meringis
14.08 penggunaan analgetik
f. Memberikan teknik Klien jika bergerak
nonfarmakologi untuk akan nyeri
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
g. Memfasilitasi istirahat Klien kadang merasa
dan tidur agak mual
14.10 h. Menjelaskan strategi
14.15 meredakan nyeri Klien kooperatif
i. Menganjurkan
14.20 memonitor nyeri secara
mandiri
j. Menganjurkan
14.35 menggunakan analgetik Klien kooperatif
secara tepat
14.40 k. Mengajarkan Klien kooperatif
teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini Klien kooperatif
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
Klien kooperatif

Klien kooperatif

Klien kooperatif
8

2 Hari 1
(19/11/2022)
15.15 a. Memonitor
15.16 karakteristik luka Luka tertutup kassa
b. Memonitor tanda-tanda steril
infeksi
15.17 c. Melepaskan balutan Nyeri, tidak ada
dan plester secara panas, bengkak,
15.20 perlahan kemerahan pada luka
d. Membersihkan dengan
Klien kooperatif
cairan NaCl dan kilbac
15.30 e. Memberikan salep
Klien kooperatif
cutimed gel
15.35 f. Memasang balutan
Klien kooperatif
kassa pada luka
15.36 g. Mempertahankan
Klien kooperatif
teknik steril saat
melakukan perawatan
Klien kooperatif
luka
15.37 h. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi yaitu
15.38 dolor (nyeri), kalor
Klien kooperatif
(panas), tumor
15.45 (bengkak), rubor
Klien mengerti
(kemerahan)
i. Berkolaborasi
pemberian antibiotik
3 Hari 1
(19/11/2022)
16.05 a. Mengidentifikasi Klien belum mampu
16.07 kebiasaan aktivitas untuk melakukan
perawatan diri perawatan diri secara
16.08 b. Memonitor tingkat mandiri
kemandirian Tingkat kemandirian
16.10 c. Mengidentifikasi II
kebutuhan alat bantu Sabun mandi, sikat
16.13 kebersihan diri, gigi, pasta gigi
berpakaian, berhias, dan
makan Lingkungan nyaman
16.17 d. Menyediakan
16.20 lingkungan yang Keluarga kooperatif
16.30 terapeautik membantu
e. Menyiapkan keperluan menyiapkan
pribadi Klien dan keluarga
f. Mendampingi dalam kooperatif
melakukan perawatan
diri sampai mandiri Klien kooperatif
g. Memfasilitasi
kemandirian, bantu jika
tidak mampu Klien kooperatif
melakukan perawatan
diri
h. Menganjurkan
8

melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan

1 Hari 2
(20/11/2022)
09.00 a. Mengidentifikasi lokasi, Lokasi luka pada
karakteristik, durasi, abdomen,
frekuensi, kualitas, karakkteristik seperti
intensitas nyeri di syat-sayat,
b. Mengidentifikasi skala frekuensi nyeri ± 2-3
09.02 nyeri menit
09.05 c. Mengidentifikasi respon Skala nyeri 4
nyeri non verbal Klien tampak
09.06 d. Mengidentifikasi faktor meringis
yang memperberat
09.07 nyeri Klien jika bergerak
e. Memonitor efek akan nyeri
09.15 samping penggunaan
analgetik Klien kadang merasa
f. Memberikan teknik agak mual
nonfarmakologi untuk Klien kooperatif
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini Klien kooperatif
g. Memfasilitasi istirahat
09.20 dan tidur Klien kooperatif
09.25 h. Menjelaskan strategi Klien kooperatif
meredakan nyeri
09.30 i. Menganjurkan Klien kooperatif
memonitor nyeri secara
mandiri Klien kooperatif
09.35 j. Menganjurkan
menggunakan analgetik Klien kooperatif
09.40 secara tepat
k. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
2 Hari 2
(20/11/2022)
10.15 a. Memonitor
10.16 karakteristik luka Luka tertutup kassa
b. Memonitor tanda-tanda steril
infeksi
10.17 c. Melepaskan balutan Nyeri, tidak ada
dan plester secara panas, kemerahan,
10.20 perlahan dan bengkak pada
d. Membersihkan dengan luka
10.30 cairan NaCl dan kilbac
8

e. Memberikan salep Klien kooperatif


10.35 cutimed gel Klien kooperatif
f. Memasang balutan
10.36 kassa pada luka Klien kooperatif
g. Mempertahankan
teknik steril saat Klien kooperatif
melakukan perawatan
luka Klien kooperatif
h. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor
(panas), tumor
(bengkak), rubor
(kemerahan)
i. Berkolaborasi
pemberian antibiotik
3 Hari 2
(20/11/2022)
11.00 Klien belum mampu
a. Mengidentifikasi untuk melakukan
11.02 kebiasaan aktivitas pearawatan diri
11.05 perawatan diri secara mandiri
b. Memonitor tingkat Tingkat kemandirian
kemandirian II
c. Mengidentifikasi Sabun mandi, sikat
kebutuhan alat bantu gigi, pasta gigi
11.06 kebersihan diri,
11.07 berpakaian, berhias, dan Lingkungan nyaman
makan
11.15 d. Menyediakan Keluarga kooperatif
11.20 lingkungan yang membantu
terapeautik menyiapkan
11.25 e. Menyiapkan keperluan Klien dan keluarga
pribadi kooperatif
f. Mendampingi dalam
11.30 melakukan perawatan Klien kooperatif
diri sampai mandiri
g. Memfasilitasi
kemandirian, bantu jika Klien kooperatif
tidak mampu
melakukan perawatan
diri
h. Menganjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
8

- Klien 3

Tabel 4. 14 Implemtasi Klien 3

NO. Waktu Tindakan Keperawatan Respon Klien


DX Pelaksanaan
1 Hari 1
(15/11/2022)
15.10 a. Mengidentifikasi
15.12 lokasi, karakteristik, Lokasi luka pada
durasi, frekuensi, abdomen, karakkteristik
kualitas, intensitas seperti di syat-sayat,
nyeri frekuensi nyeri ± 3-4
15.18 b. Mengidentifikasi skala menit
15.20 nyeri
c. Mengidentifikasi Skala nyeri 6
15.22 respon nyeri non verbal
d. Mengidentifikasi faktor Klien tampak meringis
15.23 yang memperberat
nyeri
15.27 e. Memonitor efek Klien jika bergerak akan
samping penggunaan nyeri
analgetik
f. Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk Klien kadang merasa
mengurangi rasa nyeri agak mual
yaitu mobilisasi dini
g. Memfasilitasi istirahat Klien kooperatif
15.33 dan tidur
15.43 h. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri Klien kooperatif
15.55 i. Menganjurkan
memonitor nyeri secara
16.00 mandiri
j. Menganjurkan
16.05 menggunakan
analgetik secara tepat
k. Mengajarkan teknik Klien kooperatif
16.10 nonfarmakologi untuk Klien kooperatif
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
Klien kooperatif

Klien kooperatif

Klien kooperatif
8

2 Hari 1
(15/11/2022)
16.15 a. Memonitor
16.16 karakteristik luka Luka tertutup kassa steril
b. Memonitor tanda-tanda
infeksi Nyeri, tidak ada panas,
16.17 c. Melepaskan balutan tidak ada bengkak, tidak
dan plester secara ada kemerahan pada
16.20 perlahan luka
d. Membersihkan dengan
Klien kooperatif
16.30 cairan NaCl dan kilbac
Klien kooperatif
e. Memberikan salep
16.35 cutimed gel
Klien kooperatif
f. Memasang balutan
kassa pada luka
Klien kooperatif
g. Mempertahankan
teknik steril saat
Klien kooperatif
16.36 melakukan perawatan
luka
h. Menjelaskan tanda dan
Klien kooperatif
16.37 gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor
Klien mengerti
(panas), tumor
(bengkak), rubor
(kemerahan)
16.48 i. berkolaborasi
pemberian antibiotik
Klien kooperatif
3 Hari 1
(15/11/2022)
17.00 a. Mengidentifikasi Klien belum mampu
kebiasaan aktivitas untuk melakukan
17.02 perawatan diri pearawatan diri secara
17.05 b. Memonitor tingkat mandiri
kemandirian Tingkat kemandirian II
c. Mengidentifikasi Sabun mandi, sikat gigi,
kebutuhan alat bantu pasta gigi
kebersihan diri,
17.06 berpakaian, berhias, Lingkungan nyaman
dan makan
17.07 d. Menyediakan Keluarga kooperatif
17.15 lingkungan yang membantu menyiapkan
terapeautik Klien dan keluarga
e. Menyiapkan keperluan kooperatif
17.20 pribadi
f. Mendampingi dalam Klien kooperatif
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
17.25 g. Memfasilitasi Klien kooperatif
kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
8

h. Menganjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
1 Hari 2
(16/11/2022)
09.15 a. Mengidentifikasi Lokasi luka pada
lokasi, karakteristik, abdomen, karakkteristik
durasi, frekuensi, seperti di syat-sayat,
kualitas, intensitas frekuensi nyeri ± 2-3
09.16 nyeri menit
09.17 b. Mengidentifikasi skala Skala nyeri 5
nyeri Klien tampak meringis
c. Mengidentifikasi
09.20 respon nyeri non Klien jika bergerak akan
verbal nyeri
09.30 d. Mengidentifikasi Klien kadang merasa
faktor yang agak mual
09.35 memperberat nyeri Klien kooperatif
e. Memonitor efek
samping penggunaan
analgetik
f. Memberikan teknik Klien kooperatif
nonfarmakologi untuk Klien kooperatif
mengurangi rasa nyeri
09.47 yaitu mobilisasi dini Klien kooperatif
09.55 g. Memfasilitasi istirahat
dan tidur Klien kooperatif
10.00 h. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri Klien kooperatif
10.10 i. Menganjurkan
memonitor nyeri secara
10.15 mandiri Klien kooperatif
j. Menganjurkan
menggunakan
10.20 analgetik secara tepat
k. Mengajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
yaitu mobilisasi dini
l. Mengkolaborasi
pemberian analgetic
2 Hari 2
(16/11/2022)
10.00 a. Memonitor Luka tertutup kassa steril
10.02 karakteristik luka Nyeri, tidak ada panas,
b. Memonitor tanda-tanda kemerahan, dan bengkak
infeksi pada luka
10.05 c. Melepaskan balutan Klien kooperatif
dan plester secara Klien kooperatif
10.06 perlahan
8

d. Membersihkan dengan Klien kooperatif


10.07 cairan NaCl dan kilbac
e. Memberikan salep Klien kooperatif
10.15 cutimed gel
f. Memasang balutan Klien kooperatif
10.20 kassa pada luka
g. Mempertahankan
teknik steril saat Klien kooperatif
10.25 melakukan perawatan
luka Klien mengerti
h. Menjelaskan tanda dan
10.30 gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor
(panas), tumor
(bengkak), rubor Klien kooperatif
(kemerahan)
10.35 i. Berkolaborasi
pemberian antibiotic
3 Hari 2
(16/11/2022)
11.15 a. Mengidentifikasi
kebiasaan aktivitas Klien belum mampu
11.16 perawatan diri untuk melakukan
11.17 b. Memonitor tingkat pearawatan diri secara
kemandirian mandiri
c. Mengidentifikasi
kebutuhan alat bantu Tingkat kemandirian II
kebersihan diri,
Sabun mandi, sikat gigi,
11.20 berpakaian, berhias,
pasta gigi
dan makan
11.30 d. Menyediakan
11.35 lingkungan yang
terapeautik Lingkungan nyaman
e. Menyiapkan keperluan
pribadi
11.47 f. Mendampingi dalam Keluarga kooperatif
melakukan perawatan membantu menyiapkan
diri sampai mandiri
11.55 g. memfasilitasi
kemandirian, bantu Klien dan keluarga
jika tidak mampu kooperatif
melakukan perawatan
diri Klien kooperatif
h. Menganjurkan
melakukan perawatan
diri secara konsisten
sesuai kemampuan
Klien kooperatif
9

4.1.2.6 Evaluasi

- Klien 1

Tabel 4. 15 Evaluasi Klien 1

No Hari Ke/Jam Evaluasi (SOAP)


Dx
1 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
(11/11/2022)/07. bekas operasi, Nyeri seperti disayat-sayat,
30 Berada di skala 5

O:
- KU lemah
- Tampak lemah
- Tampak sedikit meringis
- Tanda-Tanda Vital
TD : 160/110 mmHg
Nadi : 93 x/menit
Suhu : 37,6 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri
 Monitor keberhasilan mobilisasi dini yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu mobilisasi
dini

2 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


(11/11/2022)/07. operasi, Nyeri seperti disayat-sayat, Berada di
40 skala 5

O:
9

- KU lemah
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 160/110 mmHg
Nadi : 93 x/menit
Suhu : 37,6 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor karakteristik luka
 Memonitor tanda-tanda infeksi
 Membersihkan dengan cairan NaCl dan
kilbac
 Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Mengganti balutan setiap hari
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor (panas), tumor
(bengkak), rubor (kemerahan)
 Berkolaborasi pemberian antibiotik

3 1 S : Px mengatakan tidak dapat mandi dan


(11/11/2022)/07. mengenakan pakaian secara mandiri, hanya
50 berbaring di tempat tidur

O:
- KU lemah
- Tidak mampu mandi
- Mengganti pakaian dibantu keluarga
- Aktivitas dibantu keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri
 Monitor tingkat kemandirian
 Sediakan lingkungan yang terapeautik
 Damping dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
 Anjurkan melakukan perawatan diri
9

secara konsisten sesuai kemampuan

4 1 S : Pasien mengatakan belum tau cara perawatan


(11/11/2022)/08. payudara yang benar
00
O:
- Payudara keras tegang
- ASI belum lancar
- Aerolla dan papilla mammae kotor
- Klien bertanya bagaimana perawatan
payudara

A : Masalah Defisit pengetahuan perawatan


payudara teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
 Identifiakasi kebutuhan
 Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
 Jadwalkan pendidikian kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya

1 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut


(12/11/2022)/13. bekas operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit
00 yang tebal, Berada di skala 3

O:
- KU cukup
- Tampak memegangi perut saat bergerak
- Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,3 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang

2 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


(12/11/2022)/13. operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit yang
20 tebal, Berada di skala 3
9

O:
- KU cukup
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 37,3 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang

3 2 S : Px mengatakan mandi diseka dan sudah


(12/11/2022)/13. dapat mengenakan pakaian secara mandiri,
40 sudah dapat berjalan pelan-pelan

O:
- KU cukup
- Mandi diseka
- Mengganti pakaian dibantu keluarga
- Aktivitas berjalan pelan-pelan dibantu
keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dihentikan, Pasien Pulang

4 2 S : Pasien mengatakan sudah tau cara perawatan


(12/11/2022)/14. payudara
30
O:
- Payudara masih sedikit keras dan tegang
- ASI sedikit lancar
- Aerolla dan papilla mammae sudah
bersih
- Klien sudah mengerti bagaimana
perawatan payudara
9

A : Masalah Defisit pengetahuan perawatan


payudara teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang

- Klien 2

Tabel 4. 16 Evaluasi Klien 2

No Hari Ke/Jam Evaluasi (SOAP)


Dx
1 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
(20/11/2022)/08. bekas operasi, Nyeri seperti disayat-sayat,
00 Berada di skala 4

O:
- KU lemah
- Tampak lemah
- Tampak sedikit meringis
- Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,8 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat
nyeri
 Monitor keberhasilan mobilisasi dini yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu mobilisasi
dini

2 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


9

(20/11/2022)/08. operasi, Nyeri seperti disayat-sayat, Berada di


10 skala 4

O:
- KU lemah
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 37,8 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor karakteristik luka
 Memonitor tanda-tanda infeksi
 Membersihkan dengan cairan NaCl dan
kilbac
 Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Mengganti balutan setiap hari
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor (panas), tumor
(bengkak), rubor (kemerahan)
 Berkolaborasi pemberian antibiotik

3 1 S : Px mengatakan tidak dapat mandi dan


(20/11/2022)/08. mengenakan pakaian secara mandiri, hanya
20 berbaring di tempat tidur

O:
- KU lemah
- Tidak mampu mandi
- Mengganti pakaian dibantu keluarga
- Aktivitas dibantu keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri
 Monitor tingkat kemandirian
 Sediakan lingkungan yang terapeautik
9

 Damping dalam melakukan perawatan diri


sampai mandiri
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
 Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

1 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut


(21/11/2022)/12. bekas operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit
00 tebal, Berada di skala 2

O:
- KU cukup
- Tampak memegangi perut saat bergerak
- Tanda-Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang

2 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


(21/11/2022)/12. operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit tebal,
20 Berada di skala 2

O:
- KU cukup
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang


9

3 2 S : Px mengatakan mandi diseka dan sudah


(21/11/2022)/12. dapat mengenakan pakaian secara mandiri,
40 sudah dapat berjalan pelan-pelan

O:
- KU cukup
- Mandi diseka
- Mengganti pakaian mandiri
- Berjalan pelan-pelan dibantu keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dihentikan, Pasien Pulang

- Klien 3

Tabel 4. 17 Evaluasi Klien 3

No Hari Ke/Jam Evaluasi (SOAP)


Dx
1 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut
(16/11/2022)/08. bekas operasi, Nyeri seperti disayat-sayat,
30 Berada di skala 5

O:
- KU lemah
- Tampak lemah
- Tampak sedikit meringis
- Tanda-Tanda Vital
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
9

 Identifikasi faktor yang memperberat


nyeri
 Monitor keberhasilan mobilisasi dini
yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik
 Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu mobilisasi
dini

2 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


(16/11/2022)/08. operasi, Nyeri seperti disayat-sayat, Berada di
40 skala 5

O:
- KU lemah
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 37,5 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
 Memonitor karakteristik luka
 Memonitor tanda-tanda infeksi
 Membersihkan dengan cairan NaCl dan
kilbac
 Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
 Mengganti balutan setiap hari
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi yaitu
dolor (nyeri), kalor (panas), tumor
(bengkak), rubor (kemerahan)
 Berkolaborasi pemberian antibiotik

3 1 S : Px mengatakan tidak dapat mandi dan


(16/11/2022)/08. mengenakan pakaian secara mandiri, hanya
50 berbaring di tempat tidur

O:
- KU lemah
- Tidak mampu mandi
- Mengganti pakaian dibantu keluarga
9

- Aktivitas dibantu keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
 Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
diri
 Monitor tingkat kemandirian
 Sediakan lingkungan yang terapeautik
 Damping dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
 Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

1 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut


(17/11/2022)/14. bekas operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit
00 tebal, Berada di skala 3

O:
- KU cukup
- Tampak memegangi perut saat bergerak
- Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,2 C
RR : 20 x/menit

A : Masalah Nyeri Akut teratasi

P : Intervensi dihentikan. Pasien pulang

2 2 S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas


(17/11/2022)/14. operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit tebal,
20 Berada di skala 3

O:
- KU cukup
- Kerusakan jaringan dan lapisan kulit
akibat luka post op berdiameter 10 cm
- Kondisi luka tertutup balutan
- Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,2 C
RR : 20 x/menit
10

A : Masalah Risiko Infeksi teratasi

P : intervensi dihentikan

3 2 S : Px mengatakan mandi diseka dan sudah


(17/11/2022)/14. dapat mengenakan pakaian secara mandiri,
40 sudah dapat berjalan pelan-pelan

O:
- KU cukup
- Mandi diseka
- Mengganti pakaian mandiri
- Berjalan pelan-pelan dibantu keluarga

A : Masalah Defisit Perawatan Diri Personal


Hygiene teratasi

P : Intervensi dihentikan, Pasien Pulang

4.2 Pembahasan

Berisi tentang pembahasan asuhan keperawatan melalui dari

pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan

maksud memperjelas karena tidak semua yang ada pada teori dapat

diterapkan dengan mudah pada kasus nyata. Berisi tentang perbandingan

klien 1, 2 dan 3 antara kasus nyata dengan teori.

4.2.1 Pengkajian

1. Identitas

Berdasarkan hasil studi kasus pada tiga klien post sectio caesarea

indikasi Pre Eklamsia Berat, klien 1 Ny. L berusia 19 tahun, klien 2

Ny. N berusia 25 tahun dan klien 3 Ny. K berusia 22 tahun. Klien 1, 2

dan 3 berjenis kelamin perempuan.


10

Ibu yang berisiko mengalami Pre Eklamsia Berat yaitu di usia < 20

tahun dan > 35 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan (Yulianti &

Fikawati, 2015) bahwa usia yang baik untuk hamil atau melahirkan

berkisar antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita

telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada

wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun kurang baik

untuk hamil maupun melahirkan, karena kehamilan pada usia ini

memiliki resiko tinggi seperti terjadinya keguguran, atau kegagalan

persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian.

Menurut (Norma, 2019) perkembangan kejadian Pre Eklamsia

Berat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti grandemultigravida, dan

obesitas. Hal ini juga dinyatakan dalam penelitian (Sumarni, 2018)

yang menyatakan bahwa usia ibu yang terlalu muda saat hamil akan

memicu resiko kegawatan perinatal karena ketidaksiapan anatomi,

fisiologi, dan status mental ibu dalam menerima kehamilan sedangkan

usia ibu yang terlalu tua saat hamil mengakibatkan gangguan fungsi

organ general karena proses degenerasi salah satunya organ

reproduksi. Proses degenerasi organ reproduksi karena usia akan

berdampak langsung pada kondisi ibu saat menjalani proses kehamilan

dan persalinan yang salah satunya adalah Pre Eklamsia Berat.

Menurut penulis dari faktor usia klien 1, 2 dan 3 tidak ada

kesenjangan dengan teori yaitu bahwa usia ibu yang tidak beresiko dan

mengalami Pre Eklamsia Berat dipengaruhi oleh respon tubuh setiap

ibu yang berbeda-beda. Meskipun memiliki faktor resiko terjadinya


10

Pre Eklamsia Berat namun saat kondisi tubuh ibu baik dan mampu

menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi selama masa kehamilan,

ibu dapat menjalani kehamilannya dengan baik tanpa adanya

komplikasi kehamilan.

2. Status Kesehatan Saat Ini

Pada pengkajian didapatkan keluhan utama klien 1, 2 dan 3

mengatakan nyeri pada abdomen bekas post operasi. Hasil pengkajian

menunjukan bahwa nyeri merupakan keluhan utama pada saat

dilakukan pengkajian, ibu mengatakan nyeri pada luka post op sectio

caesarea di bagian bawah abdomen, skala 5-6 (nyeri sedang), nyeri

bertambah jika banyak bergerak.

Menurut (Wijayanti, 2020) bahwa nyeri paskabedah merupakan

masalah pada penderita yang mengalami pembedahan. Nyeri yang

tidak tertangani dengan baik dapat menimbulkan gangguan pada sistem

pernafasan, kardiovaskuler, muskuloskeletal dan mobilitas pasien.

Nyeri dapat dikurangi dengan manajemen nyeri farmakologi dan atau

nonfarmakologi. EFT atau tapping dapat menjadi salah satu

pengobatan non farmakologis sebagai terapi komplementer untuk

mengurangi nyeri pasca operasi SC (Latifah, 2018).

Menurut penulis dari keluhan utama klien 1,2 dan 3 tidak ada

kesenjangan teori yaitu pada klien post sectio caesarea indikasi pre

eklamsia berat masalah yang muncul pada keluhan utama yaitu nyeri

akut. Tidak ada kesenjangan antara diagnosa keperawatan nyeri akut


10

dengan teori yaitu pada pengkajian keluhan subjektif klien 1,2 dan 3

yaitu mengeluh nyeri pada abdomen bekas post op.

3. Riwayat Kesehatan

Pada pengkajian didapatkan klien 1, 2 dan 3 tidak memiliki riwayat

penyakit hipertensi sebelum kehamilan. Hipertensi muncul pada saat

kehamilan.

Menurut Yulianti (2018) riwayat penyakit berhubungan bermakna

dengan kejadian Pre Eklamsia Berat. Wanita dengan riwayat hipertensi

sebelum kehamilan berisiko lebih besar untuk mengalami Pre

Eklampsia Berat. Ibu hamil dengan riwayat pre eklampsia sebelumnya

berisiko mengalami pre-eklampsia berat/eklampsia 20% lebih tinggi

pada kehamilan berikutnya. Ibu hamil dengan riwayat kehamilan

kembar berisiko dua kali lebih besar mengalami pre eklampsia.

Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dan bersalin dipengaruhi oleh

status kesehatan sebelum masa kehamilan maupun pada saat

kehamilan. Dengan demikian, setiap wanita harus dapat menjaga

Kesehatan reproduksinya di sepanjang daur kehidupan karena akan

berpengaruh terhadap kondisi ketika ia hamil dan melahirkan.

Menurut penulis dari riwayat kesehatan klien 1,2 dan 3 tidak

terdapat kesenjangan dengan teori yaitu pada klien post sectio

caesarea indikasi pre eklamsia berat tidak memiliki riwayat penyakit

hipertensi sebelum kehamilan. Hipertensi muncul pada saat kehamilan.

4. Pemeriksaan Fisik
10

Pada pengkajian didapatkan tekanan darah 180/120 mmHg, RR

20x/menit dan suhu 37,9 C pada klien 1. Pada pengkajian didapatkan

tekanan darah 160/110 mmHg, RR 20x/menit dan suhu 38,1 C pada

klien 2. Pada pengkajian didapatkan tekanan darah 170/110 mmHg,

RR 20x/menit dan suhu 37,8 C pada klien 3. Pada pemeriksaan dada

ditemukan Mammae : memebesar, Areola mammae : berwarna gelap,

Papilla mammae : menonjol keluar, Colostrum : ada +/+ pada klien 1,

Colostrum : ada -/- pada klien 2, Colostrum : ada -/+ pada klien 3. Pada

pemeriksaan abdomen ditemukan Linea & Striae : linea alba dan striae

albiea, Luka bekas operasi : ada, bersih, diameter ±10 cm, TFU : 2 jari

bawah pusat pada ketiga klien.

(Sardeva, 2017) menjelaskan Pre eklamsia berat adalah pre

eklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan tekanan darah

diastolic ≥110 mmHg disertai dengan proteinuria 5g/24jam. Riwayat

hipertensi pada kehamilan yang menyebabkan terjadinya pre eklamsia

berat. Faktor risiko tersebut merupakan suatu mata rantai dalam proses

yang merugikan, sehingga dapat mengakibatkan kematian, kesakitan,

kecacatan, ketidaknyamanan, dan ketidakpuasan pada ibu dan janin.

Dan pekerjaan berkaitan dengan sosial ekonomi yang rendah, akibat

sosial ekonomi yang rendah dapat menyebabkan penurunan kualitas

fisik dan penurunan kemampuan melakukan akses ke fasilitas

kesehatan sehingga dapat mempengaruhi status kesehatan pada ibu.

Hipertensi bisa dijumpai pada wanita hamil. Penyakit tersebut hingga

kini masih menjadi penyebab tingginya angka kesakitan dan angka


10

kematian baik pada ibu, janin, maupun bayi yang dilahirkan. Wanita

hamil dengan hipertensi menunjukkan peninggian resiko terjadinya

komplikasi, sedangkan janin yang dikandung bereisiko tinggi terkena

hambatan pertumbuhan.bila sejak awal kehamilan tekanan darah ibu

hamil sudah tinggi, berarti ibu hamil harus berhati-hati dengan pola

makannya. Garam menyebabkan retesi dan tertahannya air secara

berlebihan di dalam tubuh. Hal ini berlaku pula jika pada masa

kehamilannya tiba-tiba tekanan darah meningkat. Umumnya, kondisi

ini diawali dengan pembengkakan pada pergelangan kaki dan tangan

akibat peningkatan cairan tubuh.

5. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik (prosedur pembedahan sectio caerasea) dibuktikan

dengan bersikap waspada menghindari nyeri dan tampak meringis.

Diagnosa ini muncul karena klien 1 melahirkan dengan tidakan sectio

caesarea dengan skala nyeri 6, klien 2 melahirkan dengan tidakan

sectio caesarea dengan skala nyeri 5, dan klien 3 melahirkan dengan

tidakan sectio caesarea dengan skala nyeri 6.

Berdasarkan penelitian Hidayat (2019) pasien post section

caesarea biasanya akan merasakan nyeri luka operasi setelah beberapa

jam pasca operasi sejalan dengan mulai pulihnya efek anestesi dari

tubuh pasien. Hal ini banyak dikeluhkan oleh pasien post sectio

caesarea. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak

menyenangkan, bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri


10

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan

hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

rasa nyeri yang dialaminya.

Diagnosa kedua yaitu risiko infeksi dibuktikan dengan luka post

sectio caesarea berdiameter ±10 cm. Diagnosa ini muncul karena klien

1 pada abdomen didapatkan luka berdiameter ±10 cm, klien 2 pada

abdomen didapatkan luka berdiameter ±10 cm, klien 3 pada abdomen

didapatkan luka berdiameter ±10 cm.

Hasil penelitian Nurani (2015) mengatkan bahwa risiko infeksi

luka post operasi merupakan bagian dari masalah utama dalam praktik

kebidanan. Risiko infeksi yang terjadi akan menghambat penyembuhan

luka yang dapat meningkatkan baik angka morbiditas maupun

mortalitas. Selain itu risiko infeksi luka operasi berdampak pada

penambahan waktu dan biaya perawatan. Dengan begitu jika terjadi

infeksi pada luka operasi, akan menjadi penyebab utama kematian ibu

yang berhubungan langsung dengan kehamilan dan tiga persen

kematian ibu dikaitkan dengan infeksi luka

Diagnosa ketiga yaitu defisit perawatan diri personal hygiene

dibuktikan dengan pasien tidak mampu melakukan personal hygiene

secara mandiri. Diagnosa ini muncul karena klien 1 tidak dapat mandi

dan mengenakan pakaian secara mandiri, hanya berbaring di tempat

tidur dan kesulitan dalam melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan perawatan diri akibat nyeri, klien 2 tidak dapat mandi dan

mengenakan pakaian secara mandiri, hanya berbaring di tempat tidur


10

dan kesulitan dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan

perawatan diri akibat nyeri, klien 3 tidak dapat mandi dan mengenakan

pakaian secara mandiri, hanya berbaring di tempat tidur dan kesulitan

dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri

akibat nyeri.

Berdasarkan penelitian Afifah (2018) mengatakan bahwa Ibu pasca

sectio caesarea kebanyakan mengalami ketidakmampuan merawat

diri, kurangnya perawatan diri pada pasien dengan Sectio Caesarea

menjadi akibat nyeri pasca operasi sehingga kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri

pada ibu post Sectio Caesarea jika tidak ditangani akan sangat rentan

terhadap infeksi. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses

penyebaran yang salah satunya melalui sentuhan kulit, kulit menjadi

jalan masuknya mikroorganisme. Kontak langsung dari kulit ibu dan

bayi dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh. Sistem

imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan

neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Oleh karena itu,

pencegahan terhadap mikroba seperti memenuhi kebutuhan dasar

kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Diagnosa keempat yaitu Defisit pengetahuan perawatan payudara

ditandai dengan ketidak tahuan klien tentang perawatan payudara.

Diagnosa ini muncul pada klien 1, karena klien 1 bertanya tentang

perawatan payudara.
10

Berdasarkan penelitian Fabona (2017) mengatkan bahwa

pengetahuan merupakan hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi melalui pancaindra manusia yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan keyakinan

suatu objek yang telah dibuktikan kebenarannya. Pengetahuan

merupakan kemampuan seseorang untuk fakta, simbol, prosedur teknik

dan teori. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Makin

tinggi pendidikan dan pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi

kesadaran untuk berperan serta.

Diagnosis keperawatan secara teori yang tidak muncul pada kasus

adalah gangguan eliminasi urine berhubungan dengan peningkatan

kapasitas kandung kemih karena tidak ada rasa sensasi saat ingin

berkemih, dan BAK melalui dower kateter.

Menurut penelitian Maryunani, (2019) anatomi dan fisiologi yang

berubah pada ibu nifas salah satunya adalah pada sistem perkemihan

dimana secara normal saluran kencing kembali normal dalam waktu 2

sampai 8 minggu tergantung pada keadaan status sebelum persalinan.

Dimana terjadi distensi (peregangan) berlebihan pada vesika urinaria

adalah hal yang umum karena peningkatan kapasitas vesika urinaria,

pembengkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilangnya sensasi

terhadap tekanan yang meninggi, distensi vesika urinaria dapat


10

disebabkan oleh retensi urin. Pengosongan vesika urinaria yang

adekuat umumnya kembali dalam 5-7 hari setelah terjadi pemulihan

jaringan yang bengkak. Laju filtarasi glomelurus (GFR) tetap meninggi

selama kurang lebih 7 hari.

6. Intervensi

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas pada ketiga klien

memiliki kesamaan yaitu :

a. Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(prosedur operasi) dibuktikan dengan bersikap waspada

menghindari nyeri dan menunjukkan wajah yang sedikit meringis.

Pada intervensi teori (Manajemen nyeri) didapatkan sebanyak 16

rencana tindakan keperawatan, namun pada kasus nyata hanya 12

intervensi saja yang dapat di rencanakan meliputi :

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, rekuensi, kualitas dan

intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

5) Monitor efek samping pemberian analgesic

6) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

7) Fasilitasi istirahat dan tidur

8) Jelaskan strategi meredakan nyeri

9) Ajarkan menggunakan analgetic secara tepat

10) Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri


11

11) Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.

12) Kolaborasi pemberian analgetik

Intervensi keperawatan secara teori terdapat 4 yang tidak

terlaksana, diantaranya :

1) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri

2) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri

3) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

4) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

Pada ketiga klien, ada 4 intervensi tidak dilakukan karena

menyesuaikan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada di

rumah sakit. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien 1,

2 dan 3 adalah berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan tingkat nyeri

menurun dan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Keluhan nyeri

menurun, Meringis menurun, Frekuensi nadi membaik, Tekanan

darah membaik.

Berdasarkan penelitian Pujiarto (2018) menjelaskan bahwa

penatalaksanaan menurunkan nyeri yaitu dengan cara terapi

farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis

menggunakan obat-obatan analgetik dengan cara berkolaborasi

dengan tenaga medis yang lain. Sedangkan terapi non farmakologis

yaitu dengan mobilisasi dini yang merupakan upaya untuk


1

memandiri pasien secara bertahap mengingat besarnya tanggung

jawab yang harus dilakukan oleh ibu untuk pemulihannya dan

merawat bayinya. Mobilisasi dini adalah bagian dari terapi non

farmakologis yang dapat diberikan perawat secara mandiri dan

terapi ini mampu menurunkan intensitas nyeri pasien paska

operasi. Mobilisasi dini juga memiliki efek terapeutik, yaitu

dengan cara menurunkan diameter konduksi saraf yang akhirnya

akan menurunkan persepsi nyeri, mengurangi respon peradangan

pada jaringan, mengurangi aliran darah dan edema. Secara tidak

langsung mobilisasi dini mengurangi mediator-mediator inflamasi

yang mengaktivasi dan mensensitisasi ujung-ujung saraf nyeri

sehingga nyeri yang di persepsikan berkurang. Didukung penelitian

Aini & Reskita (2017) menjelaskan bahwa penanganan nyeri

dengan melakukan mobilisasi dini merupakan tindakan

keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Beberapa

penelitian telah menunjukkan bahwa mobilisasi dini sangat efektif

dalam menurunkan nyeri pasca operasi sectio caesarea.

b. Pada diagnosa risiko infeksi ditandai dengan luka post op sectio

caesarea ±10 cm. Pada intervensi teori didapatkan sebanyak 12

rencana tindakan keperawatan, namun pada kasus nyata hanya 9

intervensi saja yang dapat di rencanakan meliputi :

1) Monitor tanda dan gejala infeksi

2) Batasi jumlah pengunjung


11

3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien

4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

5) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

6) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

7) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

8) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

9) Anjurkan meningkatkan asupan cairan.

Intervensi keperawatan secara teori terdapat 3 yang tidak

terlaksana, diantaranya :

1) Ajarkan etika batuk

2) Kolaborasi pemberian imunisasi

3) Berikan perawatan kulit pada area edema

Pada ketiga klien, ada 3 intervensi tidak dilakukan karena

menyesuaikan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada di

rumah sakit. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien 1,

2 dan 3 adalah berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 3X24 jam diharapkan tingkat infeksi

menurun dan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Kemerahan

menurun, Nyeri menurun.

Berdasarkan penelitian Rahayu (2017) menjelaskan bahwa

penatalaksanaan risiko infeksi yaitu dengan cara pemberian

antibiotic. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh

mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh fungi) secara sintetik


11

yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri

dan organisme lain. Antibiotik merupakan obat yang paling banyak

pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Selain itu, perawatan

luka merupakan salah satu teknik yang harus dikuasai oleh

perawat. Prinsip utama adalah manajemen perawatan luka adalah

pengendalian infeksi karena infeksi menghambat proses

penyermbuhan luka sehingga menyebabkan angka mordibilitas dan

mortalitas bertambah besar.

c. Pada diagnosa defisit perawatan diri personal hygiene dibuktikan

dengan pasien tidak mampu melakukan personal hygiene secara

mandiri. Pada intervensi teori tidak didapatkan rencana tindakan

keperawatan, namun pada kasus nyata ada 8 intervensi yang dapat

di rencanakan meliputi :

1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri

2) Monitor tingkat kemandirian

3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,

berhias, dan makan

4) Sediakan lingkungan yang terapeautik

5) Siapkan keperluan pribadi

6) Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri

7) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan

perawatan diri

8) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai

kemampuan
11

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien 1, 2 dan 3

adalah berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3X24 jam diharapkan perawatan diri dapat

meningkat dan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Kemampuan

mandi meningkat, Kemampuan ke toilet meningkat, Minat

melakukan perawatan diri meningkat.

Berdasarkan penelitian Wilkinson (2019) menjelaskan

bahwa pasien Post Sectio Caesarea sering mengalami

ketidakmampuan merawat diri, kurangnya perawatan diri pada

pasien Post Sectio Caesarea terjadi akibat nyeri dan keletihan

pasca operasi sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas

perawatan diri menurun. Perawatan diri atau kebersihan diri

(personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang

dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik

maupun psikologis. Pada masa post partum, seorang ibu sangat

rentan terhadap infeksi. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui

proses penyebaran yang salah satunya melalui sentuhan kulit, kulit

menjadi jalan masuknya mikroorganisme penampungan dari

berbagai kuman. Kontak langsung dari kulit antara ibu dan bayi

dapat menyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh. Sistem

imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi,

artinya bayi baru lahir belum mampu melokalisasi dan memerangi

infeksi secara efisien.


11

d. Pada diagnosa defisit pengetahuan perawatan payudara ditandai

dengan ketidak tahuan tentang perawatan payudara. Pada intervensi

teori tidak didapatkan rencana tindakan keperawatan, namun pada

kasus nyata ada 7 intervensi yang dapat di rencanakan meliputi :

1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menrima informasi

2) Identifikasi kebutuhan

3) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

4) Berikan kesempatan untuk bertanya

5) Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

6) Ajarkan perilaku hidup sehat

7) Ajarkan strategi yang dapat mempengaruhi perlaku sehat.

Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada klien 1 adalah

berdasarkan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3X24 jam diharapkan tingkat pengetahuan

meningkat dan dapat teratasi dengan kriteria hasil: Perilaku sesuai

anjuran meningkat, Verbalisasi minat dalam belajar meningkat,

Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat.

7. Implementasi keperawatan

Diagnosa 1 : tindakan keperawatan dimulai dari melakukan

pengkajian nyeri secara komperhensif 1) mengidentifikasi lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, 2)

mengidentifikasi skala nyeri, 3) mengidentifikasi respon nyeri

nonverbal, 4) mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri, 5)

memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan, 6)


11

melakukan observasi pemberian efek analgesik, 7) memberikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, 8) memberikan fasilitas

istirahat dan tidur, 9) menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri, 10) mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri, 11)

mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri, 12)

mengontrol lingkungan yang memperberat nyeri, 13)

mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri, 14) menjelaskan strategi meredakan nyeri, 15)

mengajurkan mengguanakan analgetik secara tepat, 16)

mengkolaborasi pemberian analgetic.

Rencana tindak lanjut pada diagnosa keperawatan nyeri akut

adalah 1) mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, rekuensi,

kualitas dan intensitas nyeri, 2) mengidentifikasi skala nyeri, 3)

mengidentifikasi respon nyeri nonverbal, 4) memberikan teknik

nonfarmakologis untuk mengurangi rasa 5) memberikan fasilitas

istirahat dan tidur, 6) menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri, 7) mengajarkan memonitor nyeri secara mandiri, 8)

berkolaborasi pemberian analgesic, 9) mengidentifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, 10) melakukan monitor efek

samping penggunaan analgesic, 11) menjelaskan strategi meredakan

nyeri, 12) melakukan kolaborasi pemberian analgesik

Implementasi keperawatan secara teori terdapat 4 yang tidak

terlaksana, diantaranya adalah 1) mengontrol lingkungan yang

memperberat nyeri, 2) mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri


11

dalam pemilihan strategi meredakan nyeri, 3) mengontrol lingkungan

yang memperberat rasa nyeri, 4) menjelaskan penyebab, periode, dan

pemicu nyeri. Pada ketiga klien empat intervensi tidak dilakukan

karena menyesuaikan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada di

rumah sakit.

Diagnosa 2 : tindakan keperawatan dimulai dari 1) memonitor

tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, 2) membatasi jumlah

pengunjung, 3) memberikan perawatan kulit pada area edema, 4)

mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan

lingkungan pasien, 5) mempertahankan teknik aseptik pada pasien

beresiko tinggi, 6) menjelaskan tanda dan gejala infeksi, 7)

mengajarkan cara mencuci tangan dengan benar, 8) mengajarkan etika

batuk, 9) mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi,

10) menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi, 11) Anjurkan

meningkatkan asupan cairan, 12) mengkolaborasi pemberian

imunisasi, jika perlu

Rencana tindak lanjut pada diagnosa keperawatan risiko infeksi

adalah 1) memonitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik, 2)

membatasi jumlah pengunjung, 3) mencuci tangan sebelum dan

sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien, 4)

mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi, 5)

menjelaskan tanda dan gejala infeksi, 6) Ajarkan cara mencuci tangan

dengan benar, 7) mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka


11

operasi, 8) menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi, 9)

menganjurkan meningkatkan asupan cairan.

Implementasi keperawatan secara teori terdapat 3 yang tidak

terlaksana, diantaranya adalah 1) mengajarkan teknik batuk 2)

memberikan perawatan kulit pada area edema, 3) mengkolaborasi

pemberian imunisasi. Pada ketiga klien tiga intervensi tidak dilakukan

karena menyesuaikan kondisi klien dan sarana prasarana yang ada di

rumah sakit.

Diagnosa 3 : tindakan keperawatan dimulai dari 1)

mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri, 2) memonitor

tingkat kemandirian, 3) mengidentifikasi kebutuhan alat bantu

kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan, 4) menyediakan

lingkungan yang terapeautik, 5) menyiapkan keperluan pribadi, 6)

mendamping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri, 7)

memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan

perawatan diri, 8) menganjurkan melakukan perawatan diri secara

konsisten sesuai kemampuan.

Rencana tindak lanjut pada diagnosa keperawatan defisit

perawatan diri personal hygiene adalah 1) mengidentifikasi kebiasaan

aktivitas perawatan diri, 2) memonitor tingkat kemandirian, 3)

menyediakan lingkungan yang terapeautik, 4) menganjurkan

melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan.

Diagnosa 4 : tindakan keperawatan dimulai dari 1)

mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menrima informasi 2)


11

mengidentifiakasi kebutuhan 3) menyediakan materi dan media

pendidikan kesehatan 4) memberikan kesempatan untuk bertanya 6)

menjelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 7)

mengajarkan perilaku hidup sehat 8) mengajarkan strategi yang dapat

mempengaruhi perilaku sehat.

Rencana tindak lanjut pada diagnosa keperawatan defisit

pengetahuan adalah 1) mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi 2) mengidentifiakasi kebutuhan 3) menyediakan

materi dan media pendidikan kesehatan 4) memberikan kesempatan

untuk bertanya.

8. Evaluasi keperawatan

Diagnosa 1 : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(prosedur pembedahan sectio caerasea) dibuktikan dengan bersikap

waspada menghindari nyeri dan tampak meringis. Diagnosa ini muncul

karena klien pertama Ny. L mengalami tindakan pembedahan sectio

caesarea indikasi pre eklamsia berat dengan skala nyeri 6, klien kedua

Ny. N mengalami tindakan pembedahan sectio caesarea indikasi pre

eklamsia berat dengan skala nyeri 6, klien ketiga Ny.K mengalami

mengalami tindakan pembedahan sectio caesarea indikasi pre

eklamsia berat dengan skala nyeri 5, ketiga klien menunjukkan wajah

tampak sedikit meringis dan menghindari nyeri dengan memegang area

nyeri saat bergerak. Evaluasi : setelah dilakukan asuhan keperawatan

3X24 jam masalah nyeri akut teratasi sebagian dengan data subyektif

pada klien pertama: Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas
12

operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit yang tebal, Berada di skala

3. Pada klien kedua: Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas

operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit yang tebal, Berada di skala

2. Pada klien ketiga : Pasien mengatakan nyeri pada bagian perut bekas

operasi menurun, Nyeri terasa seperti kulit yang tebal, Berada di skala

3. Data obyektif pada klien pertama : keadaan umum cukup, tekanan

darah 140/90 mmHg, nadi 90 x/menit, Respiratory rate 20x/menit.

Pada klien kedua keadaan umum cukup, tekanan darah 120/70 mmHg,

nadi 86x/menit, Respiratory rate 20 x/menit. Pada klien ketiga keadaan

umum cukup, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 x/menit,

Respiratory rate 20 x/menit.

Diagnosa 2 : risiko infeksi dibuktikan dengan luka post sectio

caesarea berdiameter ±10 cm. Diagnosa ini muncul karena klien

pertama Ny. L mengalami tindakan pembedahan sectio caesarea

indikasi pre eklamsia berat, ada luka tertutup balutan kassa di

abdomen. Klien kedua Ny. N mengalami tindakan pembedahan sectio

caesarea indikasi pre eklamsia berat, ada luka tertutup balutan kassa di

abdomen. Klien ketiga Ny. K mengalami mengalami tindakan

pembedahan sectio caesarea indikasi pre eklamsia berat, ada luka

tertutup balutan kassa di abdomen. Klien tampak menghindari nyeri.

Evaluasi : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3X24 jam masalah

risiko infeksi teratasi dengan data subyektif pada klien pertama pasien

sudah tidak ada demam, luka dibersihkan dengan baik dan ditutup

kassa steril. Pada klien kedua pasien sudah tidak ada demam, luka
12

dibersihkan dengan baik dan ditutup kassa steril. Pada klien ketiga

pasien sudah tidak ada demam, luka dibersihkan dengan baik dan

ditutup kassa steril. Data obyektif pada klien pertama : keadaan umum

cukup, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 90 x/menit, Respiratory rate

20x/menit. Pada klien kedua keadaan umum cukup, tekanan darah

1200/70 mmHg, nadi 86x/menit, Respiratory rate 20 x/menit. Pada

klien ketiga keadaan umum cukup, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi

88 x/menit, Respiratory rate 20 x/menit.

Diagnosa 3 : defisit perawatan diri personal hygiene dibuktikan

dengan pasien tidak mampu melakukan personal hygiene secara

mandiri. Diagnosa ini muncul karena klien pertama Ny. L tidak dapat

mandi dan mengenakan pakaian secara mandiri, hanya berbaring di

tempat tidur dan kesulitan dalam melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan perawatan diri akibat nyeri. Klien kedua Ny. N

tidak dapat mandi dan mengenakan pakaian secara mandiri, hanya

berbaring di tempat tidur dan kesulitan dalam melakukan aktivitas

yang berhubungan dengan perawatan diri akibat nyeri. Klien ketiga

Ny. K tidak dapat mandi dan mengenakan pakaian secara mandiri,

hanya berbaring di tempat tidur dan kesulitan dalam melakukan

aktivitas yang berhubungan dengan perawatan diri akibat nyeri.

Evaluasi : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3X24 jam masalah

defisit perawatan diri personal hygiene teratasi sebagian dengan data

subyektif klien pertama, kedua dan ketiga sudah bisa melakukan

personal hygiene, berjalan pelan-pelan dan diperbolehkan pulang. Data


12

obyektif klien pertama : keadaan umum cukup, mandi diseka,

mengganti pakaian mandiri, berjalan pelan-pelan dibantu keluarga.

Klien kedua keadaan umum cukup, mandi diseka, mengganti pakaian

mandiri, berjalan pelan-pelan dibantu keluarga. Klien ketiga keadaan

umum cukup, mandi diseka, mengganti pakaian mandiri, berjalan

pelan-pelan dibantu keluarga.

Diagnosa 4 : defisit pengetahuan dibuktikan dengan ketidak tahuan

tentang perawatan payudara. Diagnosa ini muncul karena klien

pertama Ny. L mengatakan tidak tau tentang perawatan payudara.

Evaluasi : setelah dilakukan asuhan keperawatan 3X24 jam masalah

defisit pengetahuan teratasi sebagian dengan data subyektif klien

pertama pasien sudah mengetahui tentang perawatan payudara dengan

baik dan benar. Data obyektif klien mampu mempraktekkan apa yang

telah diajarkan perawat. Pada kasus tersebut didapatkan bahwa

dukungan serta informasi yang jelas dapat menambah pengetahuan

pada klien dari tidak tau menjadi tau.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab 4 tentang

perbandingan antara teori dengan kasus pada Ny. L, Ny. N, dan Ny. K

dengan post sectio caesarea indikasi pre eklamsia berat di ruang Drupadi

II RSUD Jombang, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien post op sectio caesarea dengan indikasi pre

eklampsia berat didapatkan klien mengatakan nyeri pada bagian perut

bekas operasi, Nyeri seperti disayat-sayat, Nyeri timbul saat bergerak,

pada klien pertama dan ketiga didapatkan skala nyeri 6, pada klien

kedua didapatkan skala nyeri 5. Pada ketiga klien tampak lemah dan

bersikap waspada menghindari nyeri tampak sedikit meringis. Pada

pemeriksaan fisik ketiga klien post op sectio caesarea dengan indikasi

pre eklampsia berat ditemukan pada abdomen terdapat luka

berdiameter ± 10 cm tertutup kassa steril.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan pada klien post op sectio caesarea dengan

indikasi pre eklamsia berat akan mengalami beberapa masalah

keperawatan yang ditemukan pada tinjauan kasus adalah nyeri akut,

risiko infeksi, defisit perawatan diri personal hygiene, dan defisit

123
12

perawatan payudara. Keempat diagnosa tersebut muncul karena

didapat data-data dari keadaan klien itu sendiri.

3. Intervensi keperawatan

Rencana tindakan keperawatan antara teori dan kasus nyata tidak ada

perbedaan yang mendasar, semua rencana yang ada disetiap diagnosa

keperawatan telah sesuai dengan keadaan dan perawatan serta sarana

dan prasarana yang ada di rumah sakit.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan tidak semua sesuai dengan

perencanaan sebelumnya, karena menyesuaikan kondisi klien dan

sarana prasarana yang ada di rumah, dan keberhasilan dari pengobatan

tergantung dari kerjasama antara keluarga, klien dan perawat.

5. Evaluasi keperawatan

Masalah yang dialami klien 1, 2 dan 3 tidak semua berhasil dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah disusun, karena tergantung dengan

kondisi klien, dan dukungan keluarga.

6. Discharge planning yang disarankan pada klien anatara lain :

menganjurkan klien utuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah

diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit, menganjurkan istirahat

yang cukup, istirahat akan membantu percepat proses penyembuhan

karena akan meminimalkan inflamasi, bengkak dan nyeri,

menganjurkan klien untuk tidak melakukan aktifitas yang berat,

menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan bergizi sayuran

dan buah untuk melancarkan pengeluaran ASI dan untuk proses


12

penyembuhan luka, minum obat sesui advice dokter dan segera periksa

jika ada keluhan, kontrol sesui advice dokter.

5.2 Saran

1. Bagi Klien Dan Keluarga

Ketertiban klien, keluarga dan tim kesehatan yang terjalin dengan

baik perlu ditingkatkan sehingga timbul rasa saling percaya, serta

untuk mencapai hasil keperawatan yang diharapkan.

2. Bagi institusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit

Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan, memberikan

pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja yang baik antara tim

kesehatan dan pasien yang ditujukan untuk meningkatkan mutu asuhan

keperawatan yang optimal. Perawat sebagai petugas pelayanan

kesehatan hendaknya lebih berpotensi dengan memiliki pengetahuan

dan keterampilan yang cukup serta dapat bekerja sama dengan tim

kesehatan lain dalam pemberian asuhan keperawatan. Pemahaman dan

pengembangan konsep kesehatan perlu ditingkatkan secara

komperhensif sehingga mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan

dengan baik.

3. Bagi Penulis Selanjutnya

Diharapkan hasil studi kasus ini dapat dijadikan sebagai referensi

yang berkaitan dengan asuhan keperawatan klien Pre Eklamsia Berat

untuk studi kasus selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Afifah, 2018 Pengantar kebutuhan dasar manusia buku 2. Jakarta salemba medika
Aini, Reskita, 2017, Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pasien
post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES Kesuma Husada.
Surakarta.
Amelda, 2018. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Salemba Medika : Jakarta
Selatan
Analisis faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen
dalam konteks asuhan keperawatan. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(1), 1–14.
Artha, I. P. (2017).
Angka, P., Preeklampsia, K., Ibu, U., Ali, M. F., Hadisubroto, Y., & Firdaus, J.
(n.d.). Difference in The Incidence Severe Preeclampsia and Eclampsia
between Maternal Age 20-34 Years and > 34 Years in dr . Soebandi Hospital
Jember. 3(2), 18–22.
Ardhiyanti, Yulrina., Dkk. 2014. Panduan Lengkap Keterampilan Dasar
Kebidanan I Cetakan 1 (Ed. 1). Yogyakarta.
Asmadi. 2018. Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC
Atoilah, Elang Muhammad. & Engkus Kusnadi. 2013. Askep Pada Klien dengan
Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: In Media
Bahagia, D., & Alasiry, E. (2015). Keterampilan Teknik Menyusui. Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudin.
Birawa, dkk., 2019. Hubungan Mobilisasi Dini pada Post Partum dengan SC
terhadap Proses Percepatan Pemulihan Post Partum di Ruang Kebidanan
RSUDZA Banda Aceh
Cuningham, F Garry. 2022. Ilmu Kebidanan: Patologis Dan Fisiologi Persalinan;
2022.
Fabona, 2017, Perawatan Maternitas.Jakarta: EGC
Fitrah, Luthfiyah, 2020. Klinik Keperawatan & Kebidanan. Yogyakarta: Bhafana
Hanifa Wiknjosastri, 2021 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta:
EGC;
Hidayat, Jurnal Keperawatan, F. I., & Bandung, U. P. (2019). Hubungan
pengetahuan, nyeri pembedahan. 3(2), 54–60.
Johnson. 2014. Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Rapha Publishing
Juwita, D. R., Faradani, N., & Wibowo, M. I. N. A. (2019). Studi Penggunaan
Obat Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Sectio Caesarea di
RSU Bunda Purwokerto. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia
(Pharmaceutical Journal of Indonesia), 16(2), 265.

126
12

Latifah, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Nyeri Post Operasi


Sectio Caesarea Di Rs. Raflessia Bengkulu. Journal of Nursing and Public
Health, 6(1), 1–7.
Mansjoer, 2020. Hubungan Tingkat Nyeri Luka Operasi dengan Tingkat Nyeri
pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea di Ruang Melati RSUD Gunung
Jati Kota Cirebon tahun 2020. Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5), 58–74
Manuaba, Chandranita.dkk. 2021. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi & Obstetri
Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan . Jakarta : EGC
Maryunani, A. (2021). Manajemen Kebidanan. Jakarta.
Mitayani. 2021.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, 2021 Buku Ajar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Mulyawati, I., Azam, M., & Ningrum, D. N. (2011). Faktor tindakan persalinan
operasi sectio caesarea. Kemas, 7(1), 14–21.
Murdiani. (2018). Frekuensi Penggunaan Obat Analgesik Pada Pasien Pasca
Bedah Sesar Di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura Kabupaten Langkat
Periode Januari Sampai Juni 2018. 2(June), 72–81.
Ningsih, S. W. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEJADIAN TINDAKAN MEDIS SECTIO CAESAREA ( SC ) The Factors
Affecting Scene The Act of Medical Sectio of Cæsarea. 1(2), 127–137.
Norma, 2019. Hubungan Mobilisasi Dini dengan Pemulihan Luka Post SC di
Rumah Sakit Penembahan Senopa Bantul tahun 2022
Nurani, 2015 . Infeksi Luka Operasi (ILO) di Bangsal Kebidanan dan Kandungan
RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Nurjannah, S. N., Maemunah, A. S., & Badriah, D. L. (2013). Asuhan Kebidanan
Post Partum. PT Refika Aditama
Nursallam, 2017 Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (4th ed.). Salemba
Medika.Melati, A. R., Kuntjoro, C. T., Sumarni, S., Hidayati, K., &
Pujiastuti, R. S. E. (2017). Effect of Solus Per Aqua (Spa) on Infant Weight.
Belitung Nursing Journal, 3(4), 438–442. https://doi.org/10.33546/bnj.154
Penelitian, A. (2013). Artikel Penelitian Hubungan Usia dan Paritas dengan
Kejadian Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun. 5(3), 640–646.
Wijaya, I. P. A. (2016). Analisis faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri
pasien pasca bedah abdomen dalam konteks asuhan keperawatan. Jurnal
Dunia Kesehatan, 5(1), 1–14. Wijaya, I. P. A. (2016). Analisis faktor yang
mempengaruhi intensitas nyeri pasien pasca bedah abdomen dalam konteks
asuhan keperawatan. Jurnal Dunia Kesehatan, 5(1), 1–14. Artha, I. P. (2017).
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasien Pas
Yulianti, L., & Fikawati, S. (2005). Pre-Eklampsia Berat di RSUD Bayu Asih
12

Purwakarta. 16424(254), 39–44.


Pokja Tim, SDKI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Pokja tim, SLKI. 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Pokja tim, SIKI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Prawirohardjo, Sarwono. 2019. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Primadina et al., 2019. Efektivitas Mobilisasi Dini pada Ibu Post Partum terhadap
Percepatan Proses Penyembuhan Luka Sectio Caesarea Fase Inflamasi di
RSUD Sanggau Tahun 2019. Skripsi Mahasiswa Prodi Keperawatan,
Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Pujiarto, 2018. Pengaruh Mobilisasi Dini terhadap waktu pemulihan peristaltik
pada pasien pasca operasi abdomen di Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji
Makassar. Artikel. Kupang. Jurnal Kesehatan (Health Journal). Volume 1 no.
1
Purwaningsih, Wahyu dan Fatmawati, Siti. 2018. Asuhan Keperawatan
Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahayu, 2017. Proses Penyembuhan Luka Ditinjau Dari Aspek Mekanisme
Seluler dan Molekuler. Qanum Medika, 3(1), 31–43.
Ramadanty, 2018. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Penyembuhan Luka
Post Sectio Caesarea. Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 175.
https://doi.org/10.33366/cr.v6i2.926
Sardeva. (2017). Karakteristik Pasien Preeklampsia dan Eklampsia di RSUD dr.
T.C. Hillers Maumere Periode Januari–Juni 2016. Warmaderma Medical
Journal, 2(1), 26–32.
Solehati & Cecep, 2015. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta; Yayasan Essentia Medica
Sugiyono, 2018. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Rineka Cipta : Jakarta
Sumarni, 2018. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis Dan
Tatalaksana Pre-Eklampsia. 1st ed. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia Himpunan Kedokteran Feto Maternal; 2016
Syaifuddin, 2020. Konsep & Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: Graha
Ilmu
Trestyawaty, R., Carolin Syafrullah, S., Lisiswanti, R., Kedokteran, F., Lampung,
U., Bedah, B., Sakit Abdoel Moeloek Lampung, R., Kebidanan dan
Kandungan, B., & Sakit Yani Metro, R. A. (2016). Preeklamsia Berat dengan
Parsial HELLP Sindrom. Jurnal Medula, 6(1), 160–164.
12

Varena, 2019. Karakteristik Pasien Dengan Preeklampsia di RSUP Prof. Dr. R. D.


Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl); 4(1); 31-5
WHO. (2013). World Health Statistics 2013. Switzerland: Department of
Reproductive Health and Research
Wijayanti, I. P. A. (2020). Analisis faktor yang mempengaruhi intensitas nyeri
pasien pasca bedah abdomen dalam konteks asuhan keperawatan. Jurnal
Dunia Kesehatan, 5(1), 1–14.
Wiknjosastro, 2021. Buku Acuan Nasional Pelayanan. Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina
Wilkinson, 2019. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Post
Operasi Sectio Caesarea (SC). Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 7(1), 1–
10.
Yulianti, L., & Fikawati, S. (2018). Pre-Eklampsia Berat di RSUD Bayu Asih
Purwakarta. 16424(254), 39–44.
13

Lampiran 1 SOP Perawatan Luka Post Op Sectio Caesarea

SOP PERAWATAN LUKA POST OP SECTIO CAESAREA

RSUD KAB. PERAWATAN LUKA POST OP SECTIO CAESAREA

JOMBANG

SPO Tanggal Terbit Ditetapkan

09 Maret 2021 Direktur RSUD Kabupaten Jombang

Dr. dr. Ma’murotus Sa’diyah, M. Kes

Pengertian Suatu tindakan pembersihan dan penggantian balutan luka

karena prosedur pembedahan kondisi ketika jaringan tubuh

terbuka dan kurangnya mendapat aliran darah dengan baik.

Dengan memperhatikan, kenyamanan dan keamanan

pasien

Kebijakan Sesuai dengan Keputusan Direktur RSUD Kabupaten

Jombang Nomor : 188.3.1/05/415.47/2020 tentang

Kebijakan Pelayanan Pasien

Prosedur Persiapan alat

1. Set rawat luka (bak instrumen, pinset anatomi, pinset

cirugi, gunting jaringan, gunting angkat jaringan,

cucing)

2. Cairan PHMB (Polyhexamethyle Biguanide)

3. Cairan NaCl 0,9%


13

4. Kassa steril

5. Verband

6. Plester

7. Hydrogel/obat topikal

8. DACC (Dialkycarbomoycloride)

9. Sarung tangan steril

10. Sarung tangan disposable

11. Bengkok/piala ginjal

Cara kerja 1. Petugas melakukan kebersihan tangan dengan 6

langkah

2. Petugas mengucapkan salam

3. Petugas mencocokkan identitas dengan gelang identitas

pasien

4. Petugas memperkenalkan diri dan menyapa dengan

menyebut nama pasien

5. Petugas menginformasikan tindakan perawatan luka

operasi yang akan dilakukan dan tujuannya

6. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman serta

menjaga privasi pasien

7. Memakai sarung tangan disposable

8. Menyiapkan posisi pasien sesuai dengan posisi luka

9. Membuka verband atau plester penutup luka dengan

lembut

10. Lepas sarung tangan disposable, lakukan kebersihan


13

tangan dan pakai sarung tangan steril

11. Ambil kasa steril basahi dengan PHMB untuk

membersihka dengan di kompres sebentar, kemudian

di sapukan searah. Kemudian bilas dengan NaCl 0,9%

dan keringkan dengan kasa steril

12. Kaji luka apakah ada tanda-tanda infeksi meluas atau

adanya tunel

13. Bila ada tanda-tanda infeksi meluas, dokumentasikan

untuk pelaporan kepada DPJP. Kemudian luka di olesi

obat topikal, DACC dan tutup dengan foam dressing

kemudian plester yang rapat

14. Bila ditemukan adanya infeksi meluas primary dresing

menggunakan silver dresing baru di verband

15. Membersihkan peralatan dan membuang limbah medis

ke tempat limbah medis

16. Melepas sarung tangan

17. Petugas melakukan kebersihan tangan

18. Catat hasil tindakan dalam rekam medis

Unit terkait a. Komite Keperawatan

b. Instalasi Rawat Inap

c. Instalasi Rawat Intensif

d. Instalasi Rawat Eksekutif


13

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang, yang bernama Elfira Maulidia

Rahmawati dengan judul “asuhan keperawatan pada pasien post sectio

caesarea indikasi pre eklamsia berat di ruang Drupadi II RSUD Jombang”.

Saya memahami dan mengerti bahwa penelitian ini tidak berdampak buruk

terhadap saya, maka dari itu saya bersedia menjadi responden peneliti.

Jombang, November 2022

Peneliti Responden

( Elfira Maulidia R ) ( )
13

Lampiran 3 Lembar Konsultasi


13
13

Lampiran 4 Jadwal
Kegiatan
JADWAL KEGIATAN

November 2022

Keterangan 4 5 6 7 8 9 10 12 13 14 15 16 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 29 30

Orientasi
ruangan

Pembagian
kasus

Pengakajian
kasus klien 1

Konsul
askep klien 1

Pengakajian
kasus klien 2

Konsul
askep klien 2

Pengakajian
kasus klien 3

Konsul
askep klien 3

Konsultasi
Karya Imiah
Akhir
13

Lampiran 5 Hasil Uji Plagiarism

HASIL UJI PLAGIARISM

Anda mungkin juga menyukai