Anda di halaman 1dari 161

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKSESUAIAN SOP (STANDAR OPERASIONAL


PROSEDUR) PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)
PERAWAT PADA MASA PANDEMI COVID 19
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD TEMANGGUNG
TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

IKA WIDYASARI
19.0603.0038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KETIDAKSESUAIAN SOP (STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR) PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI)
PERAWAT PADA MASA PANDEMI COVID 19
DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD TEMANGGUNG
TAHUN 2021

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang

Magelang, 19 Agustus 2021


Pembimbing I

Ns.Sodik Kamal, M.Sc


NIDN. 108006063

Pembimbing II

Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M.Kep


NIDN. 0601108801

i
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Ika Widyasari
NPM : 19.0603.0038
Program Studi : Ilmu Keperawatan (SI)
Judul Skripsi : FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIDAKSESUAIAN SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)
PENGGUNAAN APD (ALAT PELINDUNG DIRI) PERAWAT PADA MASA
PANDEMI COVID 19 DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD
TEMANGGUNG TAHUN 2021
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperolah gelar Sarjana Keperawatan
pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Ns. Puguh Widiyanto, S. Kep, M. Kep ( )


NIDN. 0621027203
Penguji II : Ns. Sodiq Kamal, M. Sc ( )
NIDN. 108006063
Penguji III : Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M. Kep ( )
NIDN. 0601108801

Mengetahui Dekan

Dr. Heni Setyowati E.R. S. Kep. M. Kes


NIDN. 0625127002
Ditetapkan : Di Magelang

ii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Tanggal : 19 Agustus 2021

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan
bukan merupakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini maka saya siap menanggung
segala risiko atau sanksi yang berlaku.

Nama : Ika Widyasari


NPM : 19.0603.0038
Tanggal : 19 Agustus 2021

Ika Widyasari
19.0603.0038

iii
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Magelang, saya yang


bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Ika Widyasari
NPM : 19.0603.0038
Program Studi : Ilmu Keperawatan (S1)
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Muhammadiyah Magelang Hak Bebas Royalti Non-eksklusif (Non-
Exsclusive- Royalty- Fee Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian SOP Penggunaan APD Pada Masa
Pandemi COVID-19 Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung Tahun 2021.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non
Eksklusive ini Universitas Muhammadiyah Magelang berhak menyimpan,
mengalih-media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Magelang
Pada tanggal : 19 Agustus 2021

Yang Menyatakan

iv
Universitas Muhammadiyah Magelang
Ika Widyasari
19.0603.0038

HALAMAN PERSEMBAHAN

"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga."- Imam Malik

Syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang-Nya telah memberikanku kekuatan
serta membekaliku dengan ilmu dan atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi ini dapat terselasaikan. Shalawat dan salam selalu
terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.

Suami Tercinta Sidik


Terimakasih untuk semua dukungan baik moril maupun materi, pengertian, ridho
dan doa yang tiada henti yang selalu dicurahkan untukku. Semoga Allah
membalas semua kesabaran dan kebaikan yang telah engkau berikan, aamiin.

Ibu, Ayah dan Ibu Mertua Tercinta


Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan ini kepada Ibu (Surami), Ayah (Sarwito) dan Ibu Mertua
(Supiyah) yang telah memberikan kasih sayang, secara dukungan dan ridho yang
tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata
persembahan.

Anak- anak ku tersayang


Kakak Naufal Zaky Prataya Ramadhanis dan Adek Muhammad Sidqi Al Faathir
akhirnya ibu bisa mneyelasaikan skripsi ini, terimakasih sudah manjadi anak-anak
sholih yang hebat. Terimakasih atas kedewasaan kalian dalam mendukung dan
mengerti kesibukan ibu selama ini.

v
Universitas Muhammadiyah Magelang
vi
Universitas Muhammadiyah Magelang
Dosen pembimbing
Ns. Sodik Kamal, M.Sc dan Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M.Kep terimakasih
yang tidak terhingga atas waktu, pemikiran dan masukan-masukan luar biasa yang
diberikan selama membimbing saya dalam menyelesaikan skirpsi ini sehingga
bisa selesai tepat waktu.

Teman-teman seperjuangan
Buat teman-teman seperjuangan di FIKES UNIMMA kelas pararel ang IV tahun
2019 yang selalu mengingatkan ku, memberikan motivasi dan nasihat sehingga
selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semangat bersama
pasti bisa.

Teman Sejawat Di Instalasi Bedah Sentral


Terimakasih atas segala pengertian dan kemudahan yang diberikan selama saya
menjalani pendidikan ini. Sehingga saya bisa belajar dan menyelesaikan program
pendidikan saya dengan tepat waktu, jangan berhenti di saya yaa kalian juga harus
lanjuuuutt….

Tanpa Mereka Karya Ini Tidak Akan pernah Tercipta

vii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama : Ika Widyasari
Program Studi : Ilmu Keperawatan S1
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian SOP
(Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Perawat
pada Masa Pandemi Covid 19 di Instalasi Bedah Sentral Rsud Temanggung
Tahun 2021.

Abstrak

Latar Belakang: COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


virus SARS-COV 2 atau virus corona. Penyebaran Corona Virus Desease 2019
(COVID-19) telah mengancam aktifitas manusia. Ancaman virus membuat
negara-negara berkembang mewaspadai penyebaranya khusus Indonesia. Negara-
negara global berjuang keras untuk mencegah penularan virus Corona ini dengan
berbagai macam upaya pencegahan. Upaya pencegahan penularan virus ini salah
satunya dengan melindungi diri dengan alat pelindung diri (APD). Namun
penanganan virus ini perlu memberikan pencegahan diri bagi tenaga medis yang
bertugas di pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) maupun Rumah Sakit (RS).
Standarisasi APD penting untuk menjaga keamanan terhadap penularan virus
dengan material APD yang terjamin. Fungsi APD ini adalah menjamin
keterlindungan kontak fisik serta jarak jangkauan penyebaran virus melalui media
udara dari penderita ke tenaga kesehatan yang menanganinya. Akan tetapi
penggunaan APD juga perlu adanya kontrol dan monitoring agar tidak
menimbulkan bahaya tambahan. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidaksesuaian penggunaan APD perawat pada masa pandemi di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung. Metode: Jenis penelitian
ini adalah diskriptif korelasi yang pengambilan datanya dengan metode cross
sectional dengan jumlah sampel 20 responden. Data diolah dengan menggunakan
uji spearman dan uji chi squere. Hasil: Uji speraman tentang kepatuhan perawat
dalam menggunakan APD didapatkan nilai signifikasi tehadap pendidikan sebesar
0,001. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan
tingkat pendidikan perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung. Terdapatnya hubungan antara kepatuhan dengan tingkat pendidikan
dikarenakan pendidikan formal melalui proses belajar dalam pendidikan inilah
kemampuan kognitif seseorang menjadi meningkat serta jadi memiliki sebuah
ilmu yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan
dalam berperilaku. Kata Kunci: COVID-19, APD, kepatuhan, Instalasi Bedah
Sentral.

viii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Name : Ika Widyasari
Program : Bachelor in Nursery Program
Title : Factors that influence the non-conformance of standard operating
procedures for the use of Personal Protective Equipment (PPE) for nurses during
the Covid-19 pandemics in central surgery installation of Temanggung Regional
Public Hospital.

Abstract

Background: COVID-19 is an infectious disease caused by SARS-COV 2 or


corona virus. The spread of corona virus has threatened human life activities. The
threat of the corona virus has made developing countries cautious of its spread,
including Indonesia. Global countries are struggling to prevent the transmission of
this corona virus with various efforts. One of the efforts to prevent this virus is to
protect our self with Personal Protective Equipment (PPE). However, to handle
this virus, it is necessary to provide a prevention for medical personnel who are on
duty at public health center nor hospital. Standardization of personal protective
equipment (PPE) is important to maintain security against virus transmission with
guaranteed personal protective equipment (PPE). The function of the Personal
Protective Equipment (PPE) is to ensure the protection for medical personnel
from physical contact and the distance of the spread of the airborne COVID-19
patients who handle these patients. However, the use of personal protective
equipment also requires controls and monitors so that the use of personal
protective equipment does not cause other hazards. Aim: to determine the factors
that influence the non-conformance use of Personal Protective Equipment (PPE)
for nurses at Temanggung Regional Public Hospital. Methods: this study used a
descriptive correlative method with cross sectional data collection with 20
respondents. The data are processed by using spearman test and chi square test.
Result: Spearman's test on nurse compliance in using personal protective
equipment shows significant value towards education that is 0,001. Conclusion:
there is a significant connection between the compliance and the level of

ix
Universitas Muhammadiyah Magelang
education of nurses in central surgery installation at Temanggung Regional Public
Hospital. There is a relation between compliance and education level because
formal education increases personal cognitive abilities and knowledge through the
learning processes that could be used as a basis for making a decision making
behavior. Keywords : COVID-19, Personal Protective Equipment, compliance,
central surgery installation.

x
Universitas Muhammadiyah Magelang
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul
“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian SOP Penggunaan APD Pada
Masa Pandemi COVID-19 Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung Tahun
2021”

Skripsi ini disusun dan dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun
dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan
Penulis.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. Heni Setyowati E. R., S.Kp, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Ns. Sodiq Kamal, S.Kep, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Magelang dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II yang
selalu memotivasi, membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.

xi
Universitas Muhammadiyah Magelang
5. Kepada keluarga kecil saya, Suami dan anak-anak yang telah memberikan
perhatian, kesempatan dan motivasi yang luar biasa kepada saya untuk meraih
cita-cita.
6. Keluarga besar saya yang telah memberikan motivasi dan do’a selama
penyusunan skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan IV tahun 2019 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang yang sudah
memberikan dukungan sehingga kita bisa bersama-sama menyelesaikan
skripsi dan wisuda bersama.
8. Teman-teman Instalasi Bedah Sentral yang luar bisa memberikan kemudahan
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan lancar.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan
apabila ada yang tidak tersebutkan penulis mohon maaf, dengan besar harapan
semoga skripsi yang ditulis dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang
berlimpah dari Tuhan YME, Aamiin.

Magelang,

Penulis

xii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
Abstrak...................................................................................................................vii
Abstract.................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA................................................................................................xiv
BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.3 Tujuan.............................................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................9
1.4.1 Bagi Rumah Sakit....................................................................................9
1.4.2 Bagi Perawat..........................................................................................10
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................................10
1.5 Lingkup Masalah..........................................................................................10
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................10
1.5.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu.......................................................10
1.6 Keaslian Penelitian.......................................................................................10
BAB II....................................................................................................................14
2.1 COVID-19....................................................................................................14
2.1 Pengertian.................................................................................................14

xiii
Universitas Muhammadiyah Magelang
2.1.2 Etiologi...................................................................................................14
2.1.3 Manifestasi Klinis..................................................................................15
2.1.4 Penularan................................................................................................17
2.1.5 Kriteria Diagnostik Kasus COVID-19...................................................18
2.1.6 Patofisiologi...........................................................................................20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................21
2.1.8 Penatalaksanaan.....................................................................................22
2.1.9 Pencegahan COVID-19.........................................................................24
2.2 APD (Alat Pelindung Diri)...........................................................................24
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri..............................................................24
2.2.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri pada masa pandemi..............................25
2.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)................................................35
2.3 Teori Perilaku...............................................................................................45
2.3.1 Pengertian Perilaku................................................................................45
2.3.2 Jenis Respon...........................................................................................45
2.3.3 Jenis-jenis Perilaku................................................................................47
2.3.4 Faktor-faktor yang menentukan perilaku...............................................48
2.3.5 Domain Perilaku....................................................................................49
2.3.6 Teori Perubahan Perilaku.......................................................................51
2.3.7 Bentuk-bentuk Perubahan perilaku........................................................52
2.3.8 Strategi Perubahan Perilaku...................................................................53
2.3.9 Kerangka Teori......................................................................................54
2.3.10 Hipotesis Penelitian.............................................................................55
BAB III..................................................................................................................57
3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................57
3.2 Kerangka Konsep.........................................................................................58
3.3 Definisi Operasional Penelitian....................................................................58
3.4 Populasi dan Sampel....................................................................................62
3.4.1 Populasi.....................................................................................................62
3.4.2 Sampel....................................................................................................62
3.4.3 Kriteria Sampel......................................................................................63
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................63

xiv
Universitas Muhammadiyah Magelang
3.5.1 Tempat Penelitian..................................................................................63
3.5.2 Waktu Penelitian....................................................................................63
3.6 Alat dan Metode Pengumpulan Data............................................................64
3.6.1 Alat Pengumpul Data.............................................................................64
3.6.2 Uji Validitas dan Uji releabilitas............................................................65
3.6.3 Langkah-langkah Pengambilan Data.....................................................66
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data.........................................................66
3.7.1 Tehnik pengolahan data terdiri dari beberapa proses, antara lain:.........66
3.7.2 Analisa Data...........................................................................................67
3.8 Etika Penelitian.............................................................................................68
BAB IV..................................................................................................................69
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................69
4.1.1Analisis Univariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian
SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat pelindung Diri)
Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahu 2021................................................................69
4.1.2 Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian
SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat pelindung Diri)
Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahu 2021................................................................75
4.2 Pembahasan..................................................................................................84
4.2.1 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Usia Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................84
4.2.2 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Jenis Kelamin Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................86
4.2.3 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Status Kepegawaian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021..............................................................87
4.2.4 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pendidikan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................88
4.2.5 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Lama Kerja Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................89

xv
Universitas Muhammadiyah Magelang
4.2.6 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pengetahuan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................90
4.2.7 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Sikap Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................92
4.2.8 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Permintaan APD (Alat Diri Perawat) Perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021......................................94
4.2.9 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pengawasan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................95
4.2.10 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.......................................................................................................97
4.2.11 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Kepribadian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................99
4.3 Keterbatasan Penelitian..............................................................................101
BAB V..................................................................................................................104
5.1 Simpulan.....................................................................................................104
5.2 Saran...........................................................................................................104
5.2.1 Bagi Rumah Sakit................................................................................104
5.2.2 Bagi Perawat........................................................................................104
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.....................................................................105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................106

xvi
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian.............................................................................10Y


Tabel 3. 1 Definisi Operasional.............................................................................59
Tabel 3. 2 Waktu Penelitian.....................................................................................6
Tabel 4. 1Distribusi Frekuensi Ressponden...........................................................69
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................70
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................70
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................70
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................71
Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................71
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................72
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................72
Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Responden...........................................................73
Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Responden.........................................................73
Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Responden.........................................................74
Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Responden.........................................................74
Tabel 4. 13 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Usia.........................................75
Tabel 4. 14 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Jenis Kelamin.........................76
Tabel 4. 15 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Status Kepegawaian................77
Tabel 4. 16 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pendidikan..............................77
Tabel 4. 17 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Lama Kerja.............................78
Tabel 4. 18 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pengetahuan............................79
Tabel 4. 19 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Sikap Perawat.........................80
Tabel 4. 20 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Permintaan APD.....................81
Tabel 4. 21 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pengawasan............................81
Tabel 4. 22 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pelatihan.................................82
Tabel 4. 23 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Kepribadian Perawat..............83

xvii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Masker Bedah....................................................................................26


Gambar 2. 2 Masker N95.......................................................................................27
Gambar 2. 3 Googles.............................................................................................28
Gambar 2. 4 FaceShield.........................................................................................29
Gambar 2. 5 Sarung Tangan Pemeriksaan.............................................................30
Gambar 2. 6 Sarung Tangan Bedah (Surgical Gloves)..........................................30
Gambar 2. 7 Gaun/ Gown......................................................................................31
Gambar 2. 8 Coverall Medis..................................................................................32
Gambar 2. 9 Apron.................................................................................................33
Gambar 2. 10 Sepatu Boot Anti air (Waterproof Boots)........................................33
Gambar 2. 11 Penutup Sepatu (Cover Shoe)..........................................................34
Gambar 2. 12 Penutup Kepala...............................................................................34

xviii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori.....................................................................................54


Skema 3.1 Rancangan Penelitian Cross Sectional.................................................56
Skema 3.2 Kerangka Konsep.................................................................................57

xix
Universitas Muhammadiyah Magelang
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SARS-COV 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome) merupakan virus corona


varian baru. Virus ini muncul di seluruh dunia pada akhir tahun 2019. Pada awal
kemunculannya virus tersebut dikenal dengan sebutan 2019 novel coronavirus
atau disingkat 2019-nCoV. Pada bulan Desember 2019, WHO (World Health
Organization) China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada akhir Januari
2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru COVID-19 (coronavirus disease). Pada awal tahun 2020 WHO
(World Health Organization) menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/ PHEIC) karena penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung
cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara (Kementrian Kesehatan
RI, 2020).

Prevalensi COVID-19 di dunia terus meningkat seiring waktu sehingga


memerlukan perhatian lebih. Data dari WHO (World Health Organization) pada
awal penemuan kasus bulan maret terdapat 90.870 kasus konfimasi di 72 negara
dengan 3.112 kematian Case Fatality Rate (CFR) 3,4% (Hayyah, 2020). Thailand
adalah negara pertama yang terkonfirmasi COVID-19 diluar negara China.
Thailand terkonfirmasi positif COVID-19 sebanyak 3.135 kasus dan 58 kematian
sejak tanggal Januari 2020 hingga Juni 2020 (Levani & Prastya, 2021).

Universitas Muhammadiyah Magelang


2

Pada bulan Maret 2020 pertama kali ditemukan COVID-19 di Indonesia terdapat
2 kasus, saat ini sudah berkembang menjadi 629.429 kasus konfirmasi
(Kawalcovid19.id, 2020). Warga negara Indonesia yang positif COVID-19
tersebut mengadakan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke
Indonesia. Pada Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia
meninggal akibat COVID-19. Sejauh ini, angka kasus COVID-19 di Indonesia
terus meningkat. Dua bulan lebih sejak dinyatakan resmi, jumlah kasus pengidap
COVID-19 di Indonesia tercatat pada Mei 2020 mencapai 12.438 kasus (Hayyah,
2020).

Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga nasional kasus positif COVID-19.
Angka kasus COVID-19 tercatat sudah mencapai 10.611 kasus konfirmasi positif.
Jumlah ini menyumbang 8,5 % dari angka kasus terkonfirmasi nasional. Di Jawa
Tengah sendiri muncul konsep Jogo Tonggo yang telah digalakan oleh Bapak
Gubernur Jawa Tengah sejak awal ditetapkanya COVID-19 sebagai bencana
nasional. Sehingga seluruh lapisan masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi
dalam mencegah berkembangnya COVID-19 di masyarakat (Caesar, Nafi’ah, &
Sugiarti, 2020). Update terbaru pada 11 Desember 2020 kasus Terkonfirmasi di
Jawa Tengah: kasus aktif 10.175 pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di
RS atau isolasi mandiri. Terkonfirmasi: Sembuh 54.656 pasien terkonfirmasi
COVID-19 yang sembuh atau selesai isolasi mandiri. Pasien terkonfirmasi
COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 4.290 yang. Total terkonfirmasi
69.121didapat dari hasil penjumlahan angka pasien dirawat, sembuh, dan
meninggal. Suspek 8.664 orang dengan riwayat dari negara/ wilayah transmisi
lokal, dengan atau tanpa gejala/ menyerupai COVID-19 dan perlu perawatan di
Rumah Sakit (belum dinyatakan terkonfirmasi dengan SWAB test)
(corona.jatengprov.go.id, 2020).

Universitas Muhammadiyah Magelang


3

Di Kabupaten Temanggung angka penderita setiap hari semakin bertambah. Baik


yang menjalani isolasi mandiri maupun yang dirawat di Rumah Sakit. Pada
tanggal 9 Desember 2020 di dapatkan data sebagai berikut: 871 menunggu hasil
Polymerase Chain Reaction (PCR), 64 konfirmasi dirawat di Rumah Sakit yang
tersebar di 3 Rumah Sakit, 470 kasus konfirmasi tanpa gejala dan melakukan
isolasi mandiri dirumah dan tercatat 87 orang konfirmasi positif meninggal dunia
(corona.temanggungkab.go.id, 2020).

Kesembuhan pertama pengidap COVID-19 di Indonesia resmi diumumkan pada


tanggal 13 Maret 2020 mereka adalah pasien yang pertama terkonfirmasi positif.
Dua bulan lebih sesudah masuknya COVID-19 ke Indonesia, untuk pertama
kalinya tercatat angka kesembuhan pengidap COVID-19 lebih besar dari jumlah
penduduk yang meninggal karena virus tersebut. Tanggal 07 Mei 2020, dari data
yang diperoleh dari gugus tugas percepatan penanganan COVID-19 menunjukkan
2.317 pasien yang sembuh, sedangkan jumlah pasien meninggal 895 orang.
Namun, data kesembuhan pasien COVID-19 yang melampaui angka pasien
meninggal tidak menjadi tanda bahwa wabah virus ini akan segera teratasi di
Indonesia (Hayyah, 2020).

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-COV


2 atau virus corona (Saputra & Putra, 2020). Coronavirus adalah keluarga besar
virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada
setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus corona adalah
zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Dalam sebuah kajian literatur
Yuliana, (2020) di sebutkan coronavirus ditransmisikan dari kucing luwak (civet
cats) ke manusia dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dari unta ke
manusia. Di Wuhan, dari 66% pasien yang terpajan dengan pasar seafood atau

Universitas Muhammadiyah Magelang


4

live market yang diperiksa sampel isolate menunjukkan hasil adanya infeksi
coronavirus.

Manifestasi klinis infeksi COVID-19 mulai dari asimptomatik, gejala sangat


ringan, hingga kondisi klinis yang dikarakteristikkan dengan kegagalan respirasi
akut yang mengharuskan penggunaan ventilasi mekanik dan support di Intensive
Care Unit (ICU). Namun, gejala yang sering muncul antara lain gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-
6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat
dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian (Saputra & Putra, 2020). Gejala klinis pada pasien COVID-19
bervariasi tergantung derajat penyakit tetapi gejala yang utama adalah demam,
batuk, myalgia (nyeri otot), sesak, sakit kepala, diare, mual dan nyeri perut. Gejala
yang paling sering ditemui hingga saat ini adalah demam (98%), batuk dan
myalgia (nyeri otot) (Handayani, 2020).

Menurut WHO (World Health Organization) COVID-19 ditransmisikan melalui


kontak erat dan droplet (cairan atau cipratan liur), serta jika ada tindakan medis
yang memicu terjadinya aerosol (partikel padat atau cair yang sangat kecil dan
ringan) seperti bronkoskopi (pemeriksaan bronkus), nebulisasi (memasukkan obat
dalam bentuk uap ke saluran nafas) dimana dapat memicu terjadinya risiko
penularan melalui airborne (penyebaran melalui udara). Penyebaran COVID-19
juga melalui permukaan benda (transmisi fomit) yang sudah terkontaminasi oleh
penderita dan penyebaran melalui fecal-oral atau limbah manusia (WHO, 2020).

Pada bulan Juni 2020 terdapat lebih dari 30.000 kasus terkonfirmasi positif
COVID-19 di Indonesia dengan 1000 lebih jumlah kematian. Dari kasus-kasus

Universitas Muhammadiyah Magelang


5

tersebut, terdapat beberapa tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif COVID-


19. Individu yang paling berisiko terinfeksi adalah orang yang memiliki kontak
erat dengan pasien COVID-19 atau petugas kesehatan yang merawat pasien
COVID-19. Petugas kesehatan dapat melindungi diri ketika merawat pasien
dengan mematuhi praktik pencegahan dan pengendalian infeksi, yang mencakup
pengendalian administratif, lingkungan dan engineering serta penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) yang tepat yaitu tepat. Pada saat menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) harus diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : indikasi, cara
pemakaian, cara pelepasan dan cara pembuangan atau pencucian (Tursina, 2020).

APD (Alat Pelindung Diri) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
Apabila digunakan dengan benar, APD (Alat Pelindung Diri) bertindak sebagai
penghalang antara bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan kulit, mulut,
hidung, atau mata (selaput lendir) antara tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang
memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah, cairan
tubuh, atau sekresi pernapasan. Pada pemilihan APD (Alat Pelindung Diri) yang
tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan penularan yang ditimbulkan serta
memahami dasar kerja setiap jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang akan
digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada
petugas kesehatan di Rumah Sakit (Kementrian Kesehatan RI, 2020).

Pada saat akan menggunaan APD (Alat pelindung Diri) memerlukan 4 unsur yang
harus dipatuhi yaitu indikasi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), Cara “
memakai “dengan benar, Cara “melepas” dengan benar dan Cara mengumpulkan
limbah (disposal) setelah di pakai. Hal-Hal yang harus dipenuhi dalam pemilihan
APD (Alat Pelindung Diri) yaitu harus dapat memberikan perlindungan terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak

Universitas Muhammadiyah Magelang


6

langsung maupun tidak langsung), berat APD (Alat Pelindung Diri) hendaknya
seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan, dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable),
tidak mudah rusak, memenuhi ketentuan dari standar yang ada dan tidak
membatasi gerak pemakainya (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2020).

Jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan pada kasus COVID-19,
berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi dan aktivitas petugas dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu untuk ruang perawatan pasien, IGD, kamar operasi
petugas kesehatan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) level 2 yang terdiri
dari Masker N95, gaun, sarung tangan, googles atau face shield, pelindung kepala,
celemek/ apron dan sepatu. Ruang konsultasi petugas kesehatan menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) level 1 yaitu Masker bedah, gaun/ gown, sarung
tangan, pelindung mata (googles) dan atau pelindung wajah (face shield),
pelindung kepala dan sepatu. Untuk petugas laboratorium yang mengerjakan
sampel saluran nafas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) level 2 terdiri dari:
masker N95, gaun/ gown, sarung tangan, pelindung mata (googles) atau pelindung
wajah (face shield), pelindung kepala dan sepatu. Cleaning service yang masuk
ke ruang rawat pasien COVID-19 menggunakan sarung tangan tebal, masker
bedah, gaun/ gown, pelindung mata (googles) pelindung kepala, sepatu pelindung.
Area lain yang digunakan untuk transit pasien (misal koridor, bangsal). Semua
staf, termasuk petugas kesehatan dimana semua kegiatan dimana tidak terjadi
kontak langsung dengan pasien COVID-19 petugas menggunakan masker bedah
(Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2020).

Tingginya resiko tenaga kesehatan terpapar atau terinfeksi COVOD 19


disebabkan oleh lamanya terpapar virus dan jumlah virus yang banyak. Studi
literatur menunjukkan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dan pelatihan
terkait pencegahan infeksi berkaitan dengan penurunan risiko terinfeksi COVID-

Universitas Muhammadiyah Magelang


7

19. Hal ini sangatlah penting karena COVID-19 adalah penyakit jenis baru, maka
pengetahuan dan pemahaman tenaga kesehatan masih terbatas. Lebih rinci
dijelaskan Resiko Penularan COVID-19 bagi tenaga kesehatan yang diakibatkan
karena adanya tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan rendah tentang
Protokol Penanggulangan COVID19 dan penularan virus jenis baru ini. Selain itu
hal tersebut juga dikarenakan tatacara tenaga kesehatan dalam memakai APD
(Alat Pelindung Diri) yang salah atau tidak sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur). Faktor tersebut diperparah dengan kelangkaan (Alat
Pelindung Diri), kurangnya pengetahuan terkait penggunaan APD (Saputra &
Putra, 2020).

Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO (World Health Organization)


definisi infeksi COVID-19 ini diklasifikasikan sebagai berikut : kasus terduga
(suspect case) adalah pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya
satu tanda/ gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas) dan riwayat
perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan penularan di komunitas dari
penyakit COVID-19 selama 14 hari sebelum onset gejala atau pasien dengan
gangguan napas akut dan mempunyai kontak dengan kasus terkonfirmasi atau
probable COVID-19 dalam 14 hari terakhir. Kasus probable (probable case)
adalah kasus suspect dengan ISPA (Infeksi Saluran Nafas Atas) Berat/ARDS
(Acute Respiratory Distress Syndrome)/ meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 dan belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR
(Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction) (Kementerian Kesehatan,
2020). Kasus terkonfirmasi (confirm) yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
laboratorium infeksi COVID-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya gejala dan
tanda klinis (Handayani, 2020).

Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuan tenaga kesehatan


sudah banyak dilakukan sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang dilakukan
oleh peneliti belum ada penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti
lakukan. Pada penelitian terdahulu menguraikan tentang hubungan motivasi

Universitas Muhammadiyah Magelang


8

perawat dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) (Ditha,
Pertiwiwati, & Rizany, 2019). Penelitian ini membahas prosentase perawat yang
patuh menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan yang tidak patuh. Prosentase
sebesar 88,1% perawat patuh dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dan
11,9% perawat tidak patuh dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Dalam penelitian lain yang meneliti kepatuhan tenaga kesehatan dam
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) Sudarmo, Helmi, & Marlinae, (2017)
menyatakan berdasarkan uji simultan yang dilakukan didapatkan hasil 84,1%,
sangat kuat bahwa kepatuhan perawat bedah benar-benar nyata/ signifikan
dipengaruhi faktor perilaku yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu:
sikap, lama kerja, pengawasan, ketersediaan APD (Alat Pelindung Diri), teman
sejawat serta persepsi dan hanya 15,9% saja faktor lain di luar variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yang bisa mempengaruhi kepatuhan perawat
dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).

Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dari sekian banyak pasien
yang dirawat di RSUD kabupaten Temanggung beberapa pasien membutuhkan
tindakan pembedahan. Pihak Rumah Sakit telah menyiapkan kamar operasi
infeksius khusus digunakan untuk kasus pembedahan dengan pasien probable
maupun confirm COVID-19. Hingga pertengan bulan Desember 2020 ini Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung sudah melakukan operasi sebanyak 30
kali operasi Sectio Caesaria. Saat peneliti melakukan observasi juga ditemukan
perilaku perawat yang menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) cenderung
berlebihan dari yang seharusnya digunakan.

Rumah Sakit sudah menetapkan SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk


tindakan pembedahan pada pasien dengan kasus probable atau confirm COVID-
19 adalah menggunakan APD level 3. Selama dilakukan observasi di Instalasi
Bedah Sentral banyak ditemukan petugas kesehatan yang menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) tidak sesuai dengan yang sudah ditetapkan oleh Rumah
Sakit yang telah dituangkan dalam SOP (Standar Operasional Prosedur). Kondisi
seperti ini jika dilihat dari sisi ekonomi maka akan menambah real cost untuk

Universitas Muhammadiyah Magelang


9

perawatan pasien. Apabila hal-hal yang demikian dibiarkan terus menerus maka
akan menambah beban pembiayaan Rumah Sakit untuk pengadaan APD (Alat
Pelindung Diri).

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor -
faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian SPO (Standar Operasional Prosedur)
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada masa pandemi COVID-19 di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung.

1. 2 Rumusan Masalah

Munculnya kasus COVID-19 di Temanggung ini cukup tinggi dan pasien yang
membutuhkan perawatan dengan kasus COVID-19 juga semakin hari semakin
meningkat. Sehingga kondisi ini mengharuskan perawat menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri). APD (Alat pelindung Diri) yang digunakan oleh perawat sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang di tetapkan oleh Rumah Sakit. Namun ada beberapa
perawat yang menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) diatas standart yang
ditetapkan oleh Rumah sakit. Dengan perilaku perawat yang menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) diatas standar tersebut menyebabkan biaya untuk
pembiayaan pembelian APD (Alat Pelindung Diri) menjadi meningkat. Jika
dibandingkan biaya untuk penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pasien non
infeksius menghabiskan biaya Rp. 67.260,00 sedangkan untuk pasien yang
menggunakan APD infeksius menghabiskan biaya Rp. 832.949,00.

Beberapa kejadian yang ditemukan pada saat peneliti melakukan observasi di


Instalasi Bedah Sentral adalah para petugas kesehatan mempunyai kekhawatiran
yang amat tinggi tertular COVID-19 sehingga menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) secara berlebihan. Baik ketika merawat pasien dengan probable
atau confirm COVID-19 maupun pasien non infeksius. Dari uraian fenomena
yang terjadi diatas maka pertanyaan peneliti yang muncul adalah: Faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku ketidaksesuaian penggunaaan APD (Alat

Universitas Muhammadiyah Magelang


10

Pelindung Diri) dalam melakukan prosedur pembedahan pasien dengan kasus non
infeksius, probable atau confirm COVID-19.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui “faktor-faktor yang


mempengaruhi ketidaksesuaian SOP (Standar Operasional Prosedur) penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri) di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung”.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui karakteristik responden


2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
ketidaksesuaian penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) perawat.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Dari Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi institusi terkait dalam
membuat, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kebijakan yang ditetapkan.
Sehingga semua yang sudah menjadi SOP (Standar Operasional Prosedur)
mempunyai kekuatan untuk mengatur petugas dan bisa digunakan sebagai rujukan
serta mempunyai kekuatan hukum.

1.4.2 Bagi Perawat

Dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang pentingnya SOP (Standart


Operasional Prosedur) dalam setiap tindakan medis maupun keperawatan yang
dilakukan. Mengetahui manfaat dan dampak yang bisa terjadi apabila ada
ketidaksesuaian prosedur dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah
dibuat.

Universitas Muhammadiyah Magelang


11

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memotivasi untuk melakukan


penelitian-penelitian lainnya dan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
referensi bagi penelitian lain dengan tema yang sama.

1.5 Lingkup Masalah

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup masalah dari penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi


ketidaksesuaian SOP (Standar Operasional Prosedur) penggunaan APD (Alat
Pelindung Diri) pada tenaga kesehatan.

1.5.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung


tahun 2021.

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1. 1 Keaslian penelitianTabel

No Nama, Judul Metode Hasil Perbedaan


tahun
1. Egeria Tingkat Desain Tingkat Variabel bebas
Dorina kepatuhan penelitian kepatuhan yang pada
Sitorus, perawat perawat di penelitian ini
yang
Asnah mengenai dapat 2 adalah tingkat
digunakan
Sunengsi SOP dalam responden kepatuhan
penelitian
h, penggunaan yang tidak penggunaan
deskriptif
APD (Alat patuh di APD perawat
(2016) dan
Pelindung karenakan sedangkan
pendekatan
Diri) di kurangnya variabel bebas
cross
Ruang APD (Alat pada penelitian
sectional
Rawat Pelindung yang akan
Bedah Diri) dan dilakukan
RSUD Koja tidak adanya adalah faktor-
Jakarta SOP faktor yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


12

Utara (Standar menyebabkan


Operasional ketidasesuaian
Prosedur) di perawat
terhadap SOP
ruangan
(Standar
Operasional
Prosedur)
dalam
menggunakan
APD pada
masa pandemi
COVID-19

2. Vinalisa Motivasi Desain Terdapat Variabel bebas


Ditha, perawat penelitian hubungan pada penelitian
Endang dengan ini antara ini adalah
Pertiwiw kepatuhan menggunaka motivasi dan motivasi
ati, menggunaka n kepatuhan perawat dalam
Ichsan n Alat perawat mengunakan
rancangan
Rizany, Pelindung dalam APD (Alat
observasion
(2019) Diri (APD) menggunaka Pelindung
al analitik
n Diri),
dengan
penelitian ini
alat
pendekatan mencari
pelindung
cross seberapa tinggi
diri di
sectional tingkat
RSUD
motivasi
Jaraga
perawat yang
Sasameh
patuh dalam
Buntok
penggunaan
APD (Alat
Pelindung
Diri), pada
penelitian yang
akan dilakukan
adalah
membahas
faktor-faktor
yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


13

menyebabkan
perilaku tidak
sesuai perawat
dalam
menggunakan
APD (Alat
Pelindung
Diri) pada
masa pandemi
COVID-19

3. Sudarmo Faktor yang Desain Terdapat Variabel


, Zairin mempengaru penelitian pengaruh terikat didalam
Noor hi perilaku ini yang tidak peenlitian ini
Helmi terhadap menggunaka signifikan adalah
dan kepatuhan n dari variabelkepatuhan
Lenie penggunaan pendekatan pengetahuan penggunaan
Marlinae Alat , sikap, lamaAPD (Alat
kuantitatif
Pelindung bekerja, Pelindung
(2017) dngan survei
Diri (APD) kebijakan,te Diri) yang
analitik
untuk man sejawat, cenderung
dengan
pencegahan media massa dibawah
desain cross
penyakit persepsi standar
sectional
akibat kerja terhadap sedangkan
kepatuhan yang akan
dilakukan
penggunaan
penelitian
APD (Alat
variabel
Pelindung
terikatnya
Diri) di IBS
adalah perilaku
RSUD Ulin
yang tidak
Banjarmasin
sesuai/
berlebihan
dalam
penggunaan
APD (Alat
Pelindung
Diri)

Universitas Muhammadiyah Magelang


14

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 COVID-19
2.1.1 sPengertian
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
(Hayyah, 2020).

COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan


akut coronavirus 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau SARS-
CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang
hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit
infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS, dan SARS (Setiawan, 2020). COVID-
19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh coronavirus yang paling baru
ditemukan. Jadi COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh tipe baru
coronavirus yang berasal dari hewan dengan gejala umum demam, kelemahan,
batuk, kejang, nyeri otot dan diare.

2.1.2 Etiologi
Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama yang menyebabkan Middle
East Respiratory Syndrome-associated Coronavirus (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome-associated Coronavirus (Levani & Prastya, 2021). Para
peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan analisis metagenomics
(analisa berdasarkan genom/ genetik) untuk mengidentifikasi coronavirus baru ini
sebagai etiologi potensial. Mereka menyebutnya novel coronavirus 2019 (nCoV-
2019) (Parwanto, 2020).

14

Universitas Muhammadiyah Magelang


15

2.1.3 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa
sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk
kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat,
pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan
pembauan atau ruam kulit (Kementerian Kesehatan, 2020).
Pada beberapa pasien, gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan
demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis (prediksi perkembangan suatu
penyakit) baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal.
Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi:
a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises defisit imun) presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam
dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala
komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau kesulitan bernafas

c. Pneumonia berat
a) Pada pasien dewasa: Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/ menit), distress pernafasan berat atau saturasi oksigen pasien <90%
udara luar (Yuliana, 2020).

Universitas Muhammadiyah Magelang


16

b) Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah setidaknya satu
dari berikut ini:
(1) Sianosis (warna kebiruan pada jaringan karena kekurangan oksigen)
atau SpO2 <90%
(2) Distres (kesulitan) pernafasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat)
(3) Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang, tarikan dinding dada,
takipnea (peningkatan frekuensi nafas): < 2 bulan: ≥ 60 x/ menit, 2-11
bulan: ≥ 50 x/ menit, 1-5tahun: ≥ 40 x/menit, > 5 tahun: ≥ 30 x/ menit.

d. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)


Onset (serangan): baru terjadi atau perburukan dalam waktu satu minggu.
Pencitraan dada (CT scan toraks, atau ultrasonografi paru): opasitas bilateral,
efusi pleura (adanya cairan dirongga pleura) yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya, kolaps (mengempis) paru.
Penyebab edema: gagal napas yang bukan akibat gagal jantung atau kelebihan
cairan.

e. Sepsis
a) Pasien dewasa: disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh
disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi. Tanda
disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/ kesadaran, sesak napas,
saturasi oksigen rendah, urin output (keluaran) menurun, denyut jantung
cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah, petekie
(bintik kerah dibawah kulit tanda perdaahan)/ purpura (peradangan
pembuluh darah)/ mottled skin (ruam), atau hasil laboratorium yang
menunjukkan koagulopati (gangguan pembekuan darah), trombositopenia
(jumlah keeping darah menurun), asidosis (kondisi asam dalam tubuh lebih
tinggi), laktat yang tinggi, hyperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah
meningkat).

Universitas Muhammadiyah Magelang


17

b) Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriteria Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) ≥ 2, dan disertai salah satu dari:
suhu tubuh abnormal (tidak normal) atau jumlah sel darah putih abnormal
(tidak normal).

f. Syok Septik
a) Pasien dewasa: hipotensi (tekanan darah dibawah normal) yang menetap
meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor
(obat untuk menaikkan tekanan darah) untuk mempertahankan Mean
Arterial Pressure (MAP) ≥ 65 mmHg dan kadar laktat serum > 2 mmol/L.
b) Pasien anak: hipotensi (tekanan darah dibawah normal) (TDS < persentil 5
atau > 2 SD di bawah normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda
berikut: perubahan status mental/ kesadaran, takikardia (detak jantung
diatas normal) atau bradikardia (detak jantung dibawah normal) (HR < 90
x/ menit atau >160 x/ menit pada bayi dan HR < 70 x/ menit atau >150 x/
menit pada anak), waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2
detik), takipnea (peningkatan frekuensi nafas), mottled skin (ruam), petekie
(bintik kerah dibawah kulit tanda perdarahan) atau purpura (peradangan
pembuluh darah), peningkatan laktat, oliguria, hipertermia (peningkatan
suhu tubuh) atau hipotermia (penurunan suhu tubuh) (Morfi, 2020).

2.1.4 Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan hewan ke
manusia), sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan
ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui dengan pasti proses penularan dari
hewan ke manusia, tetapi data filogenetik (sejarah evolusi) memungkinkan COVID-
19 juga merupakan zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan hewan ke manusia).
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia (human to
human), yaitu diprediksi melalui droplet (percikan)dan kontak dengan virus yang
dikeluarkan dalam droplet (percikan), kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa
(selaput lender) yang terbuka (Handayani, 2020).

Universitas Muhammadiyah Magelang


18

Penelitian yang dilakukan oleh Parwanto (2020) menyebutkan penularan COVID-19


bisa melalui 4 cara yaitu :
a) Droplet (percikan) atau aerosol (partikel padat atau cair yang sangat kecil dan
ringan)
Ketika orang yang terinfeksi COVID-19 batuk, bersin, atau berbicara, tetesan
atau partikel kecil yang disebut aerosol (partikel padat atau cair yang sangat
kecil dan ringan) membawa virus ke udara dari hidung atau mulut mereka.
Kemudian aerosol (partikel padat atau cair yang sangat kecil dan ringan)
tersebut akan dihirup oleh orang yang berada di dekat dirinya.
b) Transmisi (penyebaran) udara
Virus dapat hidup di udara hingga 3 jam. Cara penyebaran virus dapat terjadi
melalui udara yaitu ketika seseorang menghirup udara dari orang yang terinfeksi
COVID-19. Kemudian virus akan masuk ke paru-paru.
c) Transmisi (penyebaran) permukaan
Penularan coronavirus dapat terjadi saat seseorang menyentuh permukaan
tempat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin seperti menyentuh
permukaan meja atau gagang pintu yang terkontaminasi virus lalu menyentuh
hidung, mulut, atau mata. Virus dapat hidup di permukaan seperti plastik dan
baja tahan karat selama 2 hingga 3 hari.
d) Fecal-oral (kotoran-mulut) atau limbah manusia
Cara penyebaran virus dapat terjadi pada fecal-oral (kotoran-mulut) atau kotoran
manusia. Di China dan AS yang dicurigai terjadinya infeksi akibat penularan
dari air yang terkontaminasi tinja pasien positif COVID-19. Potensi penyebaran
melalui mulut (enteric) relatif besar bagi pekerja yang menangani limbah dan air
limbah manusia. Transmisi melalui tinja-mulut tetap mungkin terjadi dan
berkontak dengan air limbah yang mengandung virus berpeluang meningkatkan
resiko terhadap kesehatan. Resiko ini makin tinggi bagi negara, daerah atau kota
yang tidak memiliki sanitasi yang baik (Setiadi, 2020).

2.1.5 Kriteria Diagnostik Kasus COVID-19


Kriteria diagnostik menurut Kementerian Kesehatan (2020) adalah sebagai
berikut:

Universitas Muhammadiyah Magelang


19

a. Kasus Suspect dulu diberikan istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP)


Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a) Orang dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal
dinegara/ wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi (penyebaran) lokal.
b) Orang dengan salah satu gejala/ tanda ISPA dan pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/
probable COVID-19.
c) Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) berat/ pneumonia
berat yang membutuhkan perawatan di Rumah Sakit dan tidak ada penyebab
lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.

b. Kasus Probable
Kasus probable adalah kasus suspek dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Berat/ Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)/ meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction
(RT-PCR).

c. Kasus Konfirmasi
Adalah Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium Reverse-Transcriptase
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik).
b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).

d. Kontak Erat
Adalah Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau
lebih.

Universitas Muhammadiyah Magelang


20

b) Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti


bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain).
c) Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau
konfirmasi tanpa menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai
standar.
d) Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian
risiko lokal yang ditetapkan oleh penyelidikan epidemiologi setempat.

Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk


menemukan kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga 14 hari setelah kasus timbul gejala. Pada kasus
konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat
periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal
pengambilan spesimen kasus konfirmasi.

2.1.6 Patofisiologi

Setelah terjadi transmisi (penularan), virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran nafas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran nafas dan virus dapat berlanjut meluruh selama beberapa waktu di sel
gastrointestinal (saluran cerna) setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai
muncul penyakit sekitar 3-7 hari. COVID-19 pada manusia menyerang saluran
pernapasan khususnya pada sel yang melapisi alveoli (bagian dari paru tempar
pertukaran oksigen) (Yuliana, 2020).

Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi COVID-19 ini.
Efek sitopatik (perubahan struktur karena infeksi virus) virus dan kemampuannya
dalam mengalahkan respon imun merupakan faktor keparahan infeksi virus. Sistem
imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi juga menentukan tingkat
keparahan, di sisi lain respon imun yang berlebihan juga ikut andil dalam kerusakan
jaringan. Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus dipresentasikan ke
APC (Antigen Presentation Cell). Presentasi sel ke APC (Antigen Presentation Cell)

Universitas Muhammadiyah Magelang


21

merespon sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B. Ig M
(antigen M) dan Ig G (antigen G) terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-
CoV Ig M (antigen M) akan hilang pada hari ke 12 dan Ig G (antigen G) akan
bertahan lebih lama (Levani & Prastya, 2021).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnose menurut
Yuliana (2020) adalah sebagai berikut:

a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan torak, USG toraks. Pada pencitraan
dapat menunjukkan: pneumonia, opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental,
lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran nafas atas dengan uji usap (swab test) tenggorok: nasofaring dan
orofaring.
b) Saluran nafas bawah: sputum, bilasan bronkus, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal.
c. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah suatu tindakan invasif semi operatif dengan meggunakan
bronkoskopi serat optik lentur untuk memeriksa, menilai dan mengobati
kelainan saluran nafas.
d. Pungsi pleura
Pungsi pleura merupakan tindakan invasif dengan menginsersi jarum melalui
dinding toraks untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura.
e. Pemeriksaan kimia darah
f. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan,
idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik
dengan menunggu hasil kultur darah)
g. Pemeriksaan feses (untuk investasigasi kemungkinan penularan).
Coronavirus jenis baru dapat bertahan di usus manusia. Virus penyebab
COVID-19 itu masih mampu hidup di usus bahkan saat saluran pernapasan yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


22

paling umum diserang sudah bersih. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
medis GUT mengatakan, coronavirus dapat menginfeksi saluran pencernaan
meskipun pasien tidak menderita gejala gastrointestinal, temuan tersebut
menunjukkan pengujian sampel tinja menjadi cara lebih baik untuk mendeteksi
virus corona jenis baru (Setiadi, 2020).

2.1.8 Penatalaksanaan
Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik dan vaksin untuk pasien COVID-19.
Penanganan yang dapat dilakukan menurut Levani & Prastya (2021) adalah :
a. Isolasi pada semua kasus sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan
maupun sedang.
b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
d. Suplementasi oksigen.
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas,
hipoksemia atau syok.
e. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok pasien, tetapi harus
diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif
dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Pemberian antibiotik
g. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika
memang diperlukan.
h. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain (Yuliana, 2020).
i. Saat ini, World Health Organization (WHO) dan beberapa negara sedang
melaksanakan uji klinis untuk menemukan obat yang cocok pada COVID-19.
Uji ini terdapat 4 kelompok, yaitu kelompok LPV/r dan Interferon-beta (IFN-

Universitas Muhammadiyah Magelang


23

beta), remdesivir, serta CLQ dan HCQ. Di bawah ini adalah beberapa obat yang
dianggap mampu menangani COVID-19 :

a. Remdesivir (RDV)
Remdesivir adalah antivirus spektrum luas yang akhir-akhir ini telah efektif
digunakan pada virus RNA seperti SARS-CoV dan MERS. Pada kasus
pertama novel coronavirus disease 2019 di Amerika Serikat yang
memberikan remdesivir untuk penggunaan antivirus pada hari ke 11,
mengakibatkan penurunan viral load pada nasofaring dan orofaring, serta
kondisi klinis pasien membaik. Remdesivir adalah obat terbaik untuk saat
ini.
b. Klorokuin (CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)
Klorokuin adalah obat autoimun dan obat antimalaria. Obat ini dapat
menghambat infeksi virus dengan cara meningkatkan pH endosomal serta
mengganggu glikosilasi seluler reseptor SARS-CoV. Selain itu, klorokuin
mempunyai aktivitas permodulasi yang dapat meningkatkan efek antivirus in
vivo. Klorokuin sendiri didistribusikan di seluruh tubuh termasuk paru-paru.
Sementara itu, Yao dkk tahun (2020) memberikan pilihan hidroksiklorokuin
sebagai pengganti klorokuin. Dalam penelitian in vitro tersebut,
menunjukkan hasil klorokuin dan hidroksiklorokuin sama-sama memberikan
hasil efektivitas yang baik. Namun nilai EC50 klorokuin yaitu (23, 90 dan
5,47 μM) lebih besar daripada nilai EC50 hidroksiklorokuin yaitu (6,14 dan
0,72 μM) pada 24 dan 48 jam. Dari hasil tersebut, hidroksiklorokuin
menunjukkan anti SARS- CoV-2 lebih baik daripada klorokuin dibuktikan
dengan nilai EC50 hidroksiklorokuin lebih rendah dari nilai EC50 klorokuin.
Dosis anjuran diberikannya hidroksiklorokuin yaitu 400 mg dua kali sehari
dosis awal dan dilanjutkan dengan dosis lanjutan 200 mg dua kali sehari
selama 4 hari.
c. Ritonavir dan Lopinavir ( LPV/r)

Universitas Muhammadiyah Magelang


24

Lopinavir dan ritonavir tidak begitu berefek pada COVID-19 ini Lopinavir
dan ritonavir memiliki kemampuan inhibisi replikasi, bukan mensupresi
jumlah virusnya. Namun Cao B dkk tahun (2020) melakukan penelitian
pada 199 kasus mengenai kelompok dengan pemberian ritonavir dan
lopinavir dengan kelompok perawatan yang standar. Didapatkan hasil
bahwa angka kematian kelompok pemberian ritonavir dan lopinavir setelah
28 hari lebih rendah dibanding perlakuan kelompok perawatan standar.
d. Interferon- α (IFN- α)
SARS-CoV dan MERS-CoV dapat mengganggu jalur persinyalan interferon.
Misal, protein Orf6 SARS-CoV mengganggu transportasi karyopherin
sehingga akan menghambat pada inti transkripsi. Begitu pula Protein Orf3b
pada SARS-CoV menghambat fosforilasi IRF3 yang mengaktivasi
interferon. Namun, protein Orf6 dan protein Orf3 dalam SARS-CoV-2 telah
terpotong dan telah hilang fungsi anti- interferonnya. Maka dari itu, SARS-
CoV- 2 sensitif terhadap interferon α. Dengan begitu, pengobatan interferon
α lebih aman dan efisien.

2.1.9 Pencegahan COVID-19


COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet, bukan melalui transmisi
udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka yang berhubungan
dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan
pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat menurut
Kementerian Kesehatan (2020) meliputi :
a) Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak
terlihat kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor.
b) Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut.
c) Terapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan
lengan atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah.
d) Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan
kebersihan tangan setelah membuang masker.

Universitas Muhammadiyah Magelang


25

e) Menjaga jarak (minimal 1m) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernafasan.

2.2 APD (Alat Pelindung Diri)


2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit
(Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2020). Dalam jurnal kesehatan Rohman,
Widakdo, & Wahid (2020) mendefinisikan Alat Pelindung Diri adalah adalah
pakaian khusus atau peralatan yang dipakai tenaga medis untuk melindungi diri
dari bahaya physical (fisik), chemical (kimia), biological (biologi) atau bahan
infeksius. Alat pelindung diri (APD) merupakan suatu alat yang di pakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja (perawat),
dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja
yang terjadi pada perawat atau pasien (Sitorus, 2016). Jadi Alat Pelindung Diri
adalah seperangkat alat yang digunakan untuk melindungi diri perawat agar
terhindar dari kecelakaan akibat kerja.

2.2.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri pada masa pandemi


Adapun jenis APD untuk di pakai dalam menangani wabah COVID-19 yang
sesuai rekomendasi Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan (2020) adalah sebagai
berikut:

a. Masker Bedah (Medical/ Surgical Mask)


a) Kegunaan: Melindungi pengguna dari partikel yang dibawa melalui
udara (airborne particle), droplet, cairan, virus atau bakteri.
b) Material: Non woven spunbond meltblown spunbond (sms) dan spunbond
meltblown meltblown spunbond (smms).
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Masker dapat menahan dengan baik terhadap penetrasi cairan, darah dan
droplet.

Universitas Muhammadiyah Magelang


26

e) Bagian dalam dan luar masker harus dapat terindentifikasi dengan mudah
dan jelas.
f) Penempatan masker pada wajah longgar (loose fit)
g) Masker dirancang agar tidak rusak dengan mulut (misalnya berbentuk
mangkok atau duckbill)
h) Memiliki Efisiensi Penyaringan Bakteri (bacterial filtration efficiency)
98%.
i) Dengan masker ini pengguna dapat bernafas dengan baik saat
memakainya (Differential Pressure < 5.0 mmHO/ cm²).
j) Lulus uji Bacteria Filtration Efficiency in vitro (BFE), Particle
Filtration Efficiency, Breathing Resistance, Splash Resistance, dan
Flammability.

Gambar 2. 1 Masker Bedah

b. Respirator N95
a) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dengan
menyaring atau menahan cairan, darah, aerosol (partikel padat atau cair di
udara), bakteri atau virus.
b) Material: Terbuat dari 4-5 lapisan (lapisan luar polypropilen, lapisan
tengah electrete (charged polypropylene).
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use)
d) Respirator yang dapat digunakan: N95 atau Filtering Face Piece (FFP2).
e) Penempatan pada wajah ketat (tight fit).

Universitas Muhammadiyah Magelang


27

f) Masker dirancang untuk tidak dapat rusak dengan mulut (misalnya


berbentuk mangkok atau duckbill) dan memiliki bentuk yang tidak mudah
rusak.
g) Memiliki efisiensi filtrasi yang baik dan mampu menyaring sedikitnya
95% partikel kecil (0, 3 micron).
h) Kemampuan filtrasi lebih baik dari masker bedah.
i) Direkomendasikan dalam penanganan langsung pasien terkonfirmasi
COVID-19.
j) Dengan masker ini pengguna dapat bernafas dengan baik saat
memakainya (Differential Pressure < 5.0 mmH2O/ cm²).
k) Lulus uji Bacteria Filtration Efficiency in vitro (BFE), Particle Filtration
Efficiency, Breathing Resistance, Splash Resistance, dan Flammability.

Gambar 2. 2 Masker N95

c. Pelindung Mata (Goggles)


a) Kegunaan: Melindungi mata dan area di sekitar mata pengguna atau
tenaga medis dari percikan cairan atau darah atau droplet.
b) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan
kembali setelah dilakukan desinfeksi/ dekontaminasi.
c) Material: Plastik/Arcylic bening.
d) Tahan terhadap air dan goresan.
e) Frame goggles bersifat fleksibel untuk menyesuaikan dengan kontur
wajah tanpa tekanan yang berlebihan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


28

f) Ikatan goggles dapat disesuaikan dengan kuat sehingga tidak longgar saat
melakukan aktivitas klinis.
g) Tersedia celah angin/ udara yang berfungsi untuk mengurangi uap air.
h) Goggles tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada bagian
yang rusak.

Gambar 2. 3 Googles

d. Pelindung Wajah (Face Shield)


a) Kegunaan: Melindungi mata dan wajah pengguna/ tenaga medis (termasuk
bagian tepi wajah) dari percikan cairan atau darah atau droplet.
b) Material: Plastik bening yang dapat memberikan visibilitas yang baik bagi
pemakainya maupun pasien.
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan
kebali setelah dilakukan desinfeksi/ dekontaminasi.
d) Face shield tahan terhadap uap air (disarankan).
e) Ikatan face shield dapat disesuaikan untuk melekat dengan kuat di
sekeliling kepala dan pas pada dahi.
f) Face shield tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada
bagian yang rusak.

Universitas Muhammadiyah Magelang


29

Gambar 2. 4 FaceShield

e. Sarung Tangan Pemeriksaan (Examination Gloves)


a) Kegunaan: Melindungi tangan pengguna atau tenaga medis dari
penyebaran infeksi atau penyakit selama pelaksanaan pemeriksaan atau
prosedur medis.
b) Material: Nitrile, latex, isoprene.
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Non steril
e) Bebas dari tepung (powder free).
f) Memiliki cuff yang panjang melewati pergelangan tangan (minimum 230
mm, ukuran S, M, L).
g) Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa
kerutan.
h) Sarung tangan tidak boleh menggulung atau mengkerut selama
penggunaan.
i) Sarung tangan tidak boleh mengiritasi kulit.

Universitas Muhammadiyah Magelang


30

Gambar 2. 5 Sarung Tangan Pemeriksaan

f. Sarung Tangan Bedah (Surgical Gloves)


a) Kegunaan: Melindungi tangan pengguna atau tenaga kesehatan dari
penyebaran infeksi atau penyakit dalam pelaksanaan tindakan bedah.
b) Material: Nitrile, latex, isoprene.
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Steril.
e) Bebas dari tepung (powder free).
f) Memiliki cuff yang panjang, melewati pergelangan tangan, dengan
ukuran antara 5-9.
g) Desain bagian pergelangan tangan harus dapat menutup rapat tanpa
kerutan.
h) Sarung tangan tidak boleh menggulung atau mengkerut selama
penggunaan.
i) Sarung tangan tidak boleh mengiritasi kulit.

Gambar 2. 6 Sarung Tangan Bedah (Surgical Gloves)

Universitas Muhammadiyah Magelang


31

g. Gaun/ Gown
a) Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui kontak atau droplet
dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi lengan dan
area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien.
b) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari penyebaran
infeksi atau penyakit, hanya melindungi bagian depan, lengan dan
setengah kaki.
c) Material: Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester, polyetilen,
dupont tyvex).
d) Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2 yaitu gaun sekali pakai
(disposable) dan gaun dipakai berulang (reuseable).
e) Berwarna terang/ cerah agar jika terdapat kontaminan dapat terdeteksi
dengan mudah.
f) Tahan terhadap penetrasi cairan darah dan cairan tubuh lainnya, virus.
g) Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.
h) Panjang gaun setengah betis untuk menutupi bagian atas sepatu boots.
i) Terdapat lingkaran (cuff) yang elastis pada pergelangan tangan.
j) Lulus uji fluid penetration resistant atau blood borne pathogens
penetration resistant dan partial body protection.

Gambar 2. 7 Gaun/ Gown

Universitas Muhammadiyah Magelang


32

h. Coverall Medis
a) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari penyebaran
infeksi atau penyakit secara menyeluruh dimana seluruh tubuh termasuk
kepala, punggung, dan tungkai bawah tertutup.
b) Material: Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester, polyetilen,
dupont tyvex) dengan pori-pori 0,2-0,54 micron (microphorous).
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Berwarna terang/ cerah agar jika terdapat kontaminan dapat terdeteksi/
terlihat dengan mudah.
e) Tahan terhadap penetrasi cairan, darah, virus.
f) Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.

Gambar 2. 8 Coverall Medis

i. Heavy Duty Apron


a) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan terhadap
penyebaran infeksi atau penyakit.
b) Material: 100% polyester dengan lapisan PVC, atau 100% PVC, atau
100% karet, atau bahan tahan air lainnya.
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat dipergunakan
kembali setelah dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi (Reuse).
d) Apron lurus dengan kain penutup dada.
e) Kain: tahan air, dengan jahitan tali pengikat leher dan punggung.
f) Berat minimal: 300g/m2.

Universitas Muhammadiyah Magelang


33

g) Covering size: lebar 70-90 cm x tinggi 120-150 cm.

Gambar 2. 9 Apron

j. Sepatu Boot Anti Air (Waterproof Boots)


a) Kegunaan: Melindungi kaki pengguna/tenaga kesehatan dari percikan
cairan atau darah.
b) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use) atau dapat
dipergunakan kembali setelah dilakukan desinfeksi atau dekontaminasi
(Reuse).
c) Material: Latex dan PVC.
d) Bersifat non-slip, dengan sol PVC yang tertutup sempurna.
e) Memiliki tinggi selutut supaya lebih tinggi daripada bagian bawah gaun.
f) Berwarna terang agar kontaminasi dapat terdeteksi dengan mudah.
g) Sepatu boot tidak boleh dipergunakan kembali jika ada bagian yang
rusak.

Universitas Muhammadiyah Magelang


34

Gambar 2. 10 Sepatu Boot Anti air (Waterproof Boots)

k. Penutup Sepatu (Shoe Cover)


a) Kegunaan: Melindungi sepatu pengguna/tenaga kesehatan dari percikan
cairan/darah.
b) Material: Non Woven Spun Bond.
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Tidak boleh mudah bergerak saat telah terpasang.
e) Tahan air (Waterproof).

Gambar 2. 11 Penutup Sepatu (Cover Shoe)


l. Penutup Kepala
Penutup kepala merupakan pelindung kepala dan rambut tenaga kesehatan
dari percikan cairan infeksius pasien selama melakukan perawatan. Penutup
kepala terbuat dari bahan tahan cairan, tidak mudah robek dan ukuran nya pas
di kepala tenaga kesehatan. Penutup kepala ini digunakan sekali pakai (Single
Use).

Gambar 2. 12 Penutup Kepala

Universitas Muhammadiyah Magelang


35

2.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Jenis Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada kasus COVID-19,
berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi dan aktivitas petugas menurut
World Health Organization (WHO):

Tabel 2. 1 Pembagian Zona Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)

Lokasi Target petugas Jenis aktivitas Jenis Alat Pelindung


atau pasien Diri (APD)
Merawat secara  Masker bedah
langsung pasien  Gaun/ Gown
COVID-19  Sarung tangan
Pelindung mata
(goggles) dan atau
pelindung wajah
(face shield)
 Pelindung kepala
 Sepatu pelindung
Tindakan yang  Masker N95
menghasilkan  Coverall
aerosol (seperti  Gaun/ gown
intubasi trakea,  Sarung tangan
ventilasi non
Ruang Petugas  Pelindung mata
invasive,
perawatan kesehatan (goggles)
trakeostomi,
pasien, IGD,  Pelindung wajah
resusitasi jantung
Kamar (face shield)
operasi, paru, ventilasi  Pelindung kepala
manual nebulasi,  Celemek (apron)
bronskopi, dan atau  Sepatu pelindung
pengambilan swab
test,

Universitas Muhammadiyah Magelang


36

pemeriksaan gigi
seperti scaler pada
pasien COVID-19
Cleaning Masuk ke ruang  Masker bedah
service rawat pasien  Gaun/ gown
COVID-19.  Sarung tangan
tebal
 Pelindung mata
(goggles)
 Pelindung kepala
 Sepatu pelindung
Area lain yang Semua staf, Semua kegiatan
digunakan termasuk dimana tidak
untuk transit petugas terjadi kontak Masker bedah
pasien (misal kesehatan langsung dengan
koridor, pasien COVID-19
bangsal)
Petugas Skrining awal dan  Menjaga jarak
kesehatan tidak terjadi kontak dengan pasien
langsung (minimal 1 m)
 Menggunakan
masker bedah
Pasien dengan Semua jenis  Menjaga jarak
gejala infeksi kegiatan dengan pasien
(minimal 1 m)
saluran nafas
Triase  Menggunakan
masker bedah
Pasien tanpa Semua jenis
gejala infeksi kegiatan Masker bedah
saluran nafas

Universitas Muhammadiyah Magelang


37

Laboratorium Analis Lab Mengerjakan  Masker N95


sampel saluran  Gaun/ Gown
nafas  Sarung tangan
 Pelindung mata
(googles) dan atau
pelindung wajah
(face shield)
 Pelindung kepala
 Sepatu pelindung
CSSD Petugas di Petugas yang ruang  Masker bedah
dekontaminasi melakukan  Gaun/ gown
pencucian  Sarung tangan

alat instrumen panjang

bedah  Pelindung mata


(goggles) dan atau
pelindung wajah
(face shield)
 Pelindung kepala
 Celemek (apron)
 Sepatu pelindung
Laundry Di ruang Menangani linen  Masker bedah
penerimaan infeksius  Gaun/ gown

linen infeksius  Sarung tangan


panjang
dan mesin
 Pelindung mata
infeksius
(goggles) dan
atau pelindung
wajah (face
shield)

Universitas Muhammadiyah Magelang


38

 Pelindung kepala
 Celemek (apron)
 Sepatu
pelindung
Bagian admisi Bagian  Masker bedah
pendaftaran,  Menjaga jarak
petugas kasir dengan pasien 1
meter
Area Seluruh staf, Tugas yang bersifat
administrasi termasuk administratif dan
petugas tidak ada kontak Masker bedah
kesehatan langsung dengan
pasien COVID-19
Petugas Pemeriksaan fisik  Masker bedah
kesehatan pada pasien dengan  Gaun/ Gown
gejala infeksi  Sarung tangan
saluran nafas  Pelindung mata
dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
 Pelindung kepala
 Sepatu pelindung
Petugas Pemeriksaan fisik  Masker N 95
kesehatan pada pasien tanpa  Gaun/ Gown
gejala infeksi  Sarung tangan
saluran nafas,  Pelindung mata
tetapi melakukan dan atau
pemeriksaan pelindung wajah
bronskopi, (face shield)
pengambilan swab

Universitas Muhammadiyah Magelang


39

test, pemeriksaan  Pelindung kepala


gigi seperti scaler  Celemek (apron)
ultrasonic dan  Sepatu pelindung
high- speed air
driven,
pemeriksaan
Ruang
hidung dan
konsultasi
tenggorokan dan
pemeriksaan mata.
Pasien dengan Segala jenis  Mengenakan
gejala infeksi kegiatan masker bedah
 Jaga jarak minimal
saluran nafas
1 meter
Pasien tanpa Segala jenis  Menggunakan
gejala infeksi kegiatan masker bedah
saluran nafas  Jaga jarak minimal
1 meter
Cleaning Setelah dan di  Masker bedah
service antara kegiatan  Gaun/ gown
konsultasi pasien  Sarung tangan
dengan infeksi tebal
saluran nafas oleh  Pelindung mata
petugas kesehatan (goggles)
 Pelindung kepala
 Sepatu pelindung
Pasien dengan Segala jenis  Kenakan masker
gejala infeksi kegiatan bedah pada
Ruang tunggu
pasien. Segera
saluran nafas
pindahkan pasien
ke ruang isolasi

Universitas Muhammadiyah Magelang


40

atau ke ruangan
lain yang terpisah
dengan pasien
lainnya. Jika
tidak
memungkinkan
tempatkan pasien
dengan jarak
minimal 1 m
dengan pasien
lainnya.
Pasien tanpa Segala jenis
gejala infeksi kegiatan Masker bedah
saluran nafas
Petugas Transport pasien  Masker bedah
kesehatan  Sarung tangan
curiga COVID-19
ke RS rujukan  Pelindung mata
(googles)
 Pelindung wajah
(face shield)
 Gaun / Gown
 Sepatu pelindung

Supir Hanya bertugas


sebagai sopir pada  Menjaga jarak
proses transport minimal 1 m
pasien curiga  Menggunakan
COVID-19 dan masker bedah
Ambulan
area sopir terpisah
dengan area pasien

Universitas Muhammadiyah Magelang


41

Membantu  Masker bedah


mengangkat pasien  Gaun/ Gown
dengan probable  Sarung tangan
COVID-19  Pelindung mata
(googles)
 Pelindung kepala
(face shield)
 Sepatu pelindung
Tidak ada kontak
langsung dengan
pasien curiga
COVID-19 namun Masker bedah
area sopir tidak
terpisah dengan
area pasien

Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi :


a. Tetapkan indikasi penggunaan APD dengan mempertimbangkan:
a) Resiko Terpapar
Alat pelindung diri digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan
pasien atau material infeksius seperti tenaga kesehatan, petugas
kebersihan, petugas instalasi sterilisasi, petugas laundri dan petugas
ambulans di Fasyankes.
b) Dinamika Transmisi
1. Transmisi penularan COVID-19 ini adalah droplet dan kontak. Alat
Pelindung Diri (APD) yang digunakan antara lain : Gaun/ gown,
sarung tangan, masker bedah, pelindung kepala, pelindung mata
(goggles), pelindung wajah (face shield).

Universitas Muhammadiyah Magelang


42

2. Transmisi airborne bisa terjadi pada tindakan yang memicu


terjadinya aerosol seperti intubasi trakea, ventilasi non invasive,
trakeostomi, resusitasi jantung paru, ventilasi manual sebelum
intubasi, nebulasi dan bronskopi, pemeriksaan gigi seperti scale
rultrasonic, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pengambilan
swab. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan antara lain:
Coverall, sarung tangan, masker N95, pelindung kepala, pelindung
mata (goggles), pelindung wajah (face shield), sepatu pelindung,
apron.

b. Cara “ memakai “dengan benar


a) Petugas kesehatan masuk ke antero room, setelah memakai scrub suit di
ruang ganti.
b) Cek Alat Pelindung Diri (APD) untuk memastikan Alat Pelindung Diri
(APD) dalam keadaan baik dan tidak rusak.
c) Lakukan kebersihan tangan dengan sabun atau menggunakan hand
sanitizer dengan menggunakan 6 langkah.
d) Kenakan sepatu pelindung (boots). Jika petugas menggunakan sepatu
kets atau sepatu lainnya yang tertutup maka petugas menggunakan
pelindung sepatu (shoe covers) dengan cara pelindung sepatu dipakai di
luar sepatu petugas atau jika coverall tertutup sampai sepatu petugas
maka tidak perlu menggunakan pelindung sepatu.
e) Pakai Coverall bersih dengan zipper (resleting) yang dilapisi kain berada
di bagian depan tubuh. Coverall menutupi area kaki sampai leher dengan
baik dengan cara memasukkan bagian kaki terlebih dahulu, pasang
bagian lengan dan rapatkan coverall di bagian tubuh dengan menaikkan
zipper (resleting) sampai ke bagian leher.
f) Pasang masker bedah dengan cara letakkan masker bedah didepan hidung
dan mulut dengan memegang ke dua sisi tali kemudian tali diikat ke
belakang.

Universitas Muhammadiyah Magelang


43

g) Pasang pelindung kepala yang menutupi seluruh bagian kepala dan


telinga dengan baik.
h) Pasang pelindung mata (goggles) rapat menutupi mata.
i) Pasang sarung tangan dengan menutupi lengan gaun petugas.

c. Cara “melepas” dengan benar


a) Petugas kesehatan berdiri di area kotor.
b) Buka pelindung kepala coverall dengan cara buka pelindung kepala di
mulai dari bagian sisi kepala, depan dan kemudian perlahan menuju ke
bagian belakang kepala sampai terbuka.
c) Buka coverall perlahan dengan cara membuka zipper (resleting) dari atas
ke bawah kemudian tangan memegang sisi dalam bagian depan coverall
sambil berusaha membuka perlahan dari bagian depan tubuh, lengan
dengan perlahan sambil bersamaan membuka sarung tangan kemudian
dilanjutkan ke area yang menutupi bagian kaki dengan melipat bagian
luar ke dalam dan selama membuka coverall selalu usahakan menjauh
dari tubuh petugas kemudian setelah selesai, coverall dimasukkan ke
tempat sampah infeksius.
d) Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer (cairan pembersih
tangan) dengan menggunakan 6 langkah.
e) Buka pelindung mata (goggles) dengan cara menundukkan sedikit kepala
lalu pegang sisi kiri dan kanan pelindung mata (goggles) secara
bersamaan, lalu buka perlahan menjauhi wajah petugas kemudian
goggles dimasukkan ke dalam kotak tertutup.
f) Lepaskan masker bedah dengan cara menarik tali masker bedah secara
perlahan kemudian dimasukkan ke tempat sampah infeksius.
g) Lakukan desinfeksi tangan dengan hand sanitizer (cairan pembersih
tangan) menggunakan 6 langkah.
h) Setelah membuka scrub suit (baju kerja), petugas segera membersihkan
tubuh/ mandi untuk selanjutnya menggunakan kembali baju biasa.

Universitas Muhammadiyah Magelang


44

d. Cara mengumpulkan (disposal) setelah di pakai.


Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai untuk merawat pasien terduga atau
terkonfirmasi COVID-19 harus dikategorikan sebagai material infeksius.
Tidak diperlukan prosedur khusus dan penanganannya sama dengan linen
infeksius yang lain. Semua Alat Pelindung Diri (APD) baik disposable atau
reuseable harus dikemas secara terpisah (dimasukkan ke dalam kantong
plastik infeksius atau tempat tertutup) yang diberi label dan anti bocor.
Hindari melakukan hal-hal di bawah ini :
a) Meletakkan Alat Pelindung Diri (APD) di lantai atau di permukaan benda
lain (misal di atas loker atau di atas meja).
b) Membongkar kembali Alat Pelindung Diri (APD) yang sudah dimasukkan
ke kantong plastik infeksius atau tempat tertutup.
c) Mengisi kantong plastik infeksius atau tempat tertutup berisikan Alat
Pelindung Diri (APD) terlalu penuh.

Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) COVID-
19:

a) Harus dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya yang spesifik atau


bahaya-bahaya yang dihadapi (percikan, kontak langsung maupun tidak
langsung).
b) Berat Alat Pelindung Diri (APD) hendaknya seringan mungkin, dan alat
tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
c) Dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable).
d) Tidak menimbulkan bahaya tambahan.
e) Tidak mudak rusak.
f) Memenuhi ketentuan dari standar yang ada.
g) Pemeliharaan mudah.
h) Tidak membatasi gerak.

Universitas Muhammadiyah Magelang


45

2.3 Teori Perilaku


2.3.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak tampak,
dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (suharyat, 2014). Skiner
(1938) dalam (Notoatmodjo, 2014) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Pengertian
ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-Respon”. Perilaku
merupakan suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik,
durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai
faktor yang saling berinteraksi (Lubis, 2020). Disampaikan oleh Wawan, Dewi,
(2011) dalam bukunya perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus
atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi
dan tujuan baik disadari maupun tidak.

2.3.2 Jenis Respon


Skinner dalam (Notoatmodjo, 2014) membedakan respon menjadi 2 yaitu :

a. Respondent Respon atau Reflexive

Adalah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan stimulus


tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena
menimbulkan respon-respon yang relative tetap. Respondent Respon ini juga
mencakup respon emosional.

Universitas Muhammadiyah Magelang


46

b. Operant Response atau Instrumental Response

Adalah respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus
atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation
karena bisa memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:

a. Bentuk pasif/ Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup


(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada
orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable
behavior.

b. Bentuk aktif/ Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon


terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo,
2014).

Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu
untuk membentuk perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu
yang disebut operant conditioning. Prosedur pembetukan perilaku dalam
operant conditioning ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau


reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang
dibentuk.
2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen-

Universitas Muhammadiyah Magelang


47

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju


kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
3. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuantujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing
komponen tersebut.
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan
komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah
dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini mengakibatkan komponen
perilaku yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama
tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ulang sampai
komponen kedua terbentuk, setelah itu dilanjutkan dengan komponen
selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk (Wawan,
Dewi, 2011)

2.3.3 Jenis-jenis Perilaku


Jenis-jenis perilaku individu menurut Adinda, (2015)

a. Perilaku berdasarkan sudut pandang dinamika

Perilaku pengalaman masa balita, mulai fase oral-genetal.

b. Perilaku berdasarkan perspektif humanistik

Perilaku tercipta karena kurangnya pemenuhan kebutuhan pribadi.

c. Perilaku berdasarkan perspektif biologi

Perilaku adalah berdasarkan fisiologi otak manusia.

d. Perilaku berdasarkan sudut pandang kognitif

Perilaku tercipta karena ketertarikan perasaan dan cara pandang terhadap


dirinya.

e. Perilaku berdasarkan sudut pandang sosial

Perilaku individu tercipta ketika melihat posisi individu dalam hubungannya


dengan individu lain dan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


48

Pendapat lain tentang jenis perilaku yang dikemukakan oleh Ulfa, (2014):

a. Perilaku yang refleksif

Perilaku yang refleksif merupakan perilaku secara spontan yang terjadi


atas reaksi terhadap stimulus yang didapatkan organism tersebut.

b. Perilaku non refleksif

Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh kesadaran atau otak. Perilaku ini
merupakan perilaku yang dibentuk dan dapat dikendalikan. Oleh karena
itu, perilaku ini dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses
belajar.

2.3.4 Faktor-faktor yang menentukan perilaku


Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, (2014) perilaku manusia dari
tingkat kesehatan ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku manusia (Wawan, Dewi, 2011)
b. Sikap
Sikap menurut Azwar Saifudin dalam buku Psikologi Keperawatan (dr. Doli
Tine Donsu, 2019) merupakan keteraturan perasaan, pemikiran perilaku
seseorang dalam interaksi sosial. Sedangkan menurut Baron dan Bryne sikap
merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial.
c. Permintaan APD
Permintaan APD adalah suatu proses dalam meminta sesuatu atau sejumlah
barang yang dibeli atau diminta pada waktu tertentu dalam hal ini adalah
APD (Nur Fatimah, 2015).
d. Pelatihan
Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan
baru untuk melakukan pekerjaannya (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Magelang


49

2020). Sedangkan Menurut Mondy dalam ASMI (2017), Pelatihan dan


pengembangan (Training and Development) adalah jantung dari upaya
berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi karyawan dan kinerja
organisasi.
e. Pengawasan
Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang diterapkan (Notoatmodjo, 2014). Dan
menurut Aditama dalam Sudarmo, Helmi, & Marlinae (2017) bahwa tujuan
dilaksanakan pengawasan adalah agar target unit dapat tercapai dan untuk
meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian APD.
Pengawasan adalah kegiatan kegiatan yang mengusahakan agar pekerjaan-
pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil
yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka harus melakukan
kegiatan-kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pencocokan, inspeksi, serta
tindakan pengendalian (Khairuzzaman, 2016).
f. Kepribadian
Pengertian kepribadian menurut Gordon W Allport dalam dr. Doli Tine
Donsu, (2019) menyatakan bahwa kepribadiaan merupakan suatu organisasi
yang dinamis dari sistem psiko-fisik individu yang menentukan tigkah laku
dan pemikiran individu secara khas. Interkasi psiko-fisik mengarahkan
tingkah laku manusia. Prinsip dari kepribadian seseorang adalah bagaimana
seseorang tersebut merespon terhadap masalah. Apakah akan menyikapi
dengan sifat unik, dinamis yag merupakan hasil interaksi genetic, lingkungan,
emosional, kognitif atau menunjukkan cara individu dalam mengelola
waktunya.

2.3.5 Domain Perilaku


a. Knowledge (pengetahuan)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris
khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan

Universitas Muhammadiyah Magelang


50

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (open


behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan biasanya bersifat kekal.
Menurut Rogers dalam dr. Doli Tine Donsu, (2019) proses adopsi perilaku
yakni sebelum seseorang mengadopsi perilaku, sesungguhnya didalam diri
orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan yaitu :
a) Awareness (kesadaran)
Pada tahap ini individu menyadari bahwa ada rangsangan (stimulus) yang
datang padanya.
b) Interest (ketertarikan)
Individu mulai tertarik terhadap stimulus tersebut.
c) Evaluation (pertimbangan)
Individu mulai menimbang-nimbang dan berpikir tentang baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d) Trial (percobaan)
Individu sudah mencoba perilaku baru.
e) Adaption (pengangkatan)
Individu telah memiliki perilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap
dan kesadarannya terhadap stimulus.
Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahapan EIETA
sehingga umumnya perilaku tersebut tidak langgeng. Sebaliknya perilaku
yang melalui proses EIETA akan bersifat langgeng atau menetap. Hal ini
disebabkan perilaku tanpa tahapan hanya sekedar ikut-ikutan saja tanpa
mengetahui makna dibalik perilaku yang dilakukan. Sehingga begitu ada
stimulus baru yang dirasakan lebih menarik maka akan berubah lagi.
Pengetahuan memiliki beberapa tingkatan yaitu: tahu, memahami, penerapan,
analisis, sintesa dan evaluasi.
b. Attitude (sikap)
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau subyek,
baik yang bersifat internal maupun eksternal sehingga manifestasinya tidak
dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup tersebut. Meskipun demikian sikap secara realistis

Universitas Muhammadiyah Magelang


51

menunjukkan adanya kesesuaian respon terhadap stimulus tertentu. Sikap


sendiri memiliki beberapa tingkatan yaitu: menerima, merespon, menghargai
dan bertanggung jawab.
c. Psychomotor Practice (keterampilan)
Psychomotor Practice merupakan perwujudan dari sikap pada diri individu.
Agar sikap terwujud dalam perilaku nyata diperlukan faktor pendukung dan
fasilitas. Sebagaimana pengetahuan dan sikap praktik juga memiliki beberapa
tingkatan:
a) Persepsi
Yaitu mengenal dan memilih obyek sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan.
b) Respon terpimpin
Yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang
dicontohkan.
c) Mekanisme
Yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sudah menjadi kebiasaan.
d) Adaptasi
Yaitu suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran
Terbentuknya perilaku baru, khususnya pada orang dewasa dapat dijelaskan
sebagai berikut. Diawali dengan Cognitive domain, yaitu individu tahu
terlebih dahulu terhadap stimulus berupa obyek sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada individu. Affective domain, yaitu timbul respon batin
dalam bentuk sikap dari individu terhadap obyek yang diketahuinya. Berakhir
pada psychomotor domain, yaitu obyek yang telah diketahui dan disadari
sepenuhnya yang akhirnya menimbulkan respon berupa tindakan (Adinda,
2015).

2.3.6 Teori Perubahan Perilaku


Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung pada kualitas rangsang (Stimulus) yang berkomunikasi dengan

Universitas Muhammadiyah Magelang


52

organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi dan gaya bicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.

Hosland 1953 dalam Notoatmodjo, (2014) mengatakan bahwa perubahan perilaku


pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku
tersebut menggambarkan proses belajar dalam individu yang terdiri dari:

a. Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau


ditolak. Apabila rangsang tersebut tidak diterima atau ditolak maka rangsang
tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila rangsang diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari
individu dan rangsang tersebut efektif.
b. Apabila rangsang telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima)
maka ia menegrti rangsang ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c. Setelah itu organisme mengolah rangsang tersebut sehingga terjadi kesediaan
untuk bertindak demi rangsang yang telah diterimanya/ bersikap.
d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor
reinforcement memegang peranan penting.

2.3.7 Bentuk-bentuk Perubahan perilaku


Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk-bentuk
perilaku dalam Notoatmodjo, (2014) dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
a. Perubahan Alamiah (Neonatal Chage)

Universitas Muhammadiyah Magelang


53

Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena


kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat
didalamnya yang akan mengalami perubahan.
b. Perubahan Terencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subyek.
c. Kesediaan untuk Berubah (Readines to Change)
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah
perilakunya).Tetapi sebagian orang sangat lambat untuk menerima perubahan
tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk
berubah yang berbeda-beda.

2.3.8 Strategi Perubahan Perilaku


Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan tersebut oleh WHO dalam dr.
Doli Tine Donsu, (2019) dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
a. Menggunakan Kekuatan/ kekuasaan atau Dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat
sehingga mau melakukan perilaku yang diharapkan. Cara yang dapat
ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/ perundang-undangan
yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan
perilaku cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung
lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh
kesadaran sendiri.

b. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi selanjutnya dengan pengetahuan-
pengetahuan itu menimbulkan kesadaran mereka, akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama,

Universitas Muhammadiyah Magelang


54

tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh
kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
c. Diskusi Partisipasi
Cara ini adalah peningkatan cara yang kedua dalam memberikan informasi
tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti seseorang tidak hanya
pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif dalam berpartisipasi melalui
diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka
pengetahuan yang diterimanya sebagai dasar perilaku mereka diperoleh
secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku mereka peroleh
akan lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain.
Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara
yang kedua tersebut dan jauh lebih baik daripada cara yang pertama. Diskusi
dan partisipasi adalah satu cara yang baik dalam rangka memberikan
informasi-informasi dan pesan-pesan.

2.3.9 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
 Sikap

Faktor Pendukung
STIMULUS  Lingkungan PERILAKU
 Fasilitas
 Pelatihan

Faktor Pendorong

 Peraturan
 Pengawasan

Universitas Muhammadiyah Magelang


55

Skema 2.1 Kerangka Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, (2014)

Universitas Muhammadiyah Magelang


56

2.3.10 Hipotesis Penelitian

Pengertian hipotesis yang dibahas oleh Agung & Wulandari Yuliati, (2020)
Hipotesis adalah pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya.
Dalam suatu penelitian terdapat 2 jenis hipotesis yaitu yaitu hipotesis nol dan
hipotesis alternatif. Hipotesis nol (Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan
tidak ada hubungan, korelasi dan atau perbedaan antara dua kelompok atau lebih
data di dalam penelitian. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis
yang menyatakan ada hubungan, korelasi dan atau perbedaan antara dua
kelompok atau lebih data dalam penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Hipotesis pada penelitian ini adalah

1. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan usia perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan usia perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
2. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan jenis kelamin perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jenis kelamin perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
3. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan lama kerja perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan lama kerja perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
4. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan pedidikan perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan pendidikan perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
5. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan status kepegawaian perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung

Universitas Muhammadiyah Magelang


57

H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan status kepegawaian


perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
6. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
7. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan permintaan APD perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan permintaan APD perawat
di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
8. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan sikap perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan sikap perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
9. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan pengawasan penggunaan APD di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan pengawasan penggunaan
APD di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
10. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan pelatihan penggunaan APD
perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan pelatihan penggunaan
APD perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
11. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan kepribadian perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan kepribadian perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian/ desain penelitian adalah strategi yang dipilih oleh para
peneliti untuk sepenuhnya mengintegrasikan dan mendiskusikan komponen-
komponen penelitian dengan cara yang logis dan sistematis, dan untuk
menganalisis apa yang ada di pusat penelitian (Mastutoh, 2018). Desain
penelitian menurut Notoatmodjo (2018) adalah metode atau taknis dan
operasional penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif, desain untuk penelitian untuk mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian Standar Operasional
Prosedur (SOP) penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dimasa pandemi
COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung adalah
deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan alat ukur yang digunakan
kuesioner atau angket. Rancangan survei cross sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach) (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini menggambarkan
karakteristik dan perilaku perawat dalam menggunakan APD dimasa pandemi.

Rancangan Penelitian Cross Sectional

Populasi
(sampel)

Faktor resiko + Faktor Resiko -

Efek + Efek - Efek + Efek -

Skema 3.1 Rancangan Penelitian


104 Cross Sectional

Universitas Muhammadiyah Magelang


58

3.2 Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori yang telah disusun
sebelumnya dalam telaah pustaka. Kerangka konsep merupakan visualisasi
hubungan antara berbagai variabel, yang dirumuskan oleh peneliti setelah
membaca berbagai teori yang ada dan kemudian menyusun teorinya sendiri yang
akan digunakannya sebagai landasan untuk penelitiannya. Pengertian lainnya
tentang kerangka konsep penelitian yaitu kerangka hubungan antara konsep-
konsep yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan.
Diagram dalam kerangka konsep harus menunjukkan hubungan antara variabel-
variabel yang akan diteliti (Mastutoh, 2018).

Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
:
Perilaku
1. Pengetahuan penggunaan
2. Sikap APD
3. Pelatihan
4. Ketersediaan APD
5. Pengawasan

Skema 1.2 Kerangka Konsep

3.3 Definisi Operasional Penelitian


Definisi Operasional adalah ruang lingkup untuk membatasi atau pengertian
variabel-variabel yang akan diamati/ diteliti. Definisi operasional ini bermanfaat
untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-
variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoatmodjo,
2018). Definisi operasional adalah aspek penelitian yang memberikan informasi
kepada kita tentang bagaimana mengukur variabel (Laut, 2020).

Universitas Muhammadiyah Magelang


59

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


Independent Pengukuran Pengukuran

Jenis kelamin Karakteristik Kuesioner 1. Laki-laki Nominal


biologis 2. Perempuan
responden yang
dilihat
dari penampilan luar
Usia Lama hidup Kuesioner Berapa Usia Ordinal
responden Anda saat ini
sejak lahir sampai 1. 18-40 th
saat 2. 40-60 th
penelitian 3. > 60 th
Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Pendidikan Ordinal
formal yang terakhir
diselesaikan 1. SPK
responden 2. Diploma
berdasarkan 3. Ners
ijazah yang dimiliki 4. SP1
5. SP2
Lama bekerja Kurun waktu bekerja Kuesioner < 4 semester Ordinal
di Instalasi bedah 4-9 semester
sentral disesuaikan 9-15 semester
dengan penilaian 15-22 emester
kinerja lebih dai 22
semester
Status Status kepegawaian Kuesioner 1. Magang Ordinal
kepegawaian adalah keadaan yang 2. BLUD
membedakan Kontrak
pegawai yang satu 3. BLUD Tetap
dengan yang lain 4. PNS
dalam perusahaan
atau organisasi
(Hendrajana,
Sintaasih, &
Saroyeni, 2017)
Pengetahuan Segala sesuatu yang Kuesioner 1: Benar Ordinal
diketahui berkenaan 0 : Salah

Universitas Muhammadiyah Magelang


60

dengan COVID 19
dan penggunaan Alat
Pelindung Diri
(APD) dimasa
pandemi
Sikap Suatu cara bereaksi Skala likert 5: Sangat Setuju Ordinal
terhadap suatu (SS)
perangsang 4: Setuju (S)
3: Ragu-ragu
(RR)
2: Tidak Setuju
(TS)
1: Sangat Tidak
Setuju (STS)
Pelatihan Pelatihan merupakan Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
jenis kegiatan yang jawaban “Ya”
direncanakan, Nilai 0: untuk
Sistematis dan jawaban
menghasilkan “Tidak”
tingkat
Peningkatan
keterampilan,
pengetahuan dan
kompetensi yang
diperlukan untuk
melakukan
pekerjaan secara
efektif (Safitri, 2013)
Pengawasan Sebuah proses untuk Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
memastikan bahwa jawaban “Ya”
semua aktifitas yang Nilai 0: untuk
terlaksana telah sesui jawaban tidak
dengan apa yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


61

telah direncanakan
sebelumnya(Yuyun,
2016)
Permintaan Suatu proses dalam Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
APD meminta sesuatu jawaban “Ya”
atau sejumlah barang Nilai 0: untuk
yang dibeli atau jawaban tidak
diminta pada waktu
tertentu dalam hal ini
adalah APD (Alat
Pelindung Diri)
Kepribadian Semua corak Skala likert 5: Sangat Setuju Ordinal
perilaku dan (SS)
kebiasaan individu 4: Setuju (S)
yang terhimpun 3: Ragu-ragu
dalam dirinya dan (RR)
digunakan untuk 2: Tidak Setuju
bereaksi serta (TS)
menyesuaikan diri 1: Sangat Tidak
terhadap segala Setuju (STS)
rangsangan baik dari
luar maupun dari
dalam (dr. Doli Tine
Donsu, 2019)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala


Dependent Pengukuran Pengukuran

Kepatuhan sejauh mana perilaku Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal


seorang perawat
jawaban “Ya”
sesuai dengan
Nilai 0: untuk
ketentuan yang telah
diberikan pimpinan jawaban tidak

Universitas Muhammadiyah Magelang


62

(Sitorus, 2016)

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu
yang dapat berupa orang-orang, institusi-institusi serta benda-benda yang
karakteristiknya hendak diteliti (Laut, 2020). Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Mastutoh, 2018). Menurut (Agung &
Wulandari Yuliati, 2020) populasi adalah keseluruhan unit atau sekelompok unit
atau obyek yang kedepannya akan dilakukan penganalisaan dan penelitian.
Populasi merupakan kumpulan data yang mengindikasikan fenomena (Romie,
2020). Jadi kelompok atau keseluruhan ini berupa unit atau obyek yang berada
pada kesatuan ciri yang sama atau hampir sama. Dalam penelitian ini populasi
target yang diambil adalah perawat yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung.

3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sekumpulan data yang diambil dari populasi (Romie, 2020).
Menurut (Agung & Wulandari Yuliati, 2020) sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki ciri – ciri yang sama atau hamper sama dengan populasinya.
Sampel adalah merupakan bagian yang diambi dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Laut, 2020). Dalam penelitian
ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability
Sampling yaitu dengan total sampling atau sampel jenuh. Total sampling adalah
teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
(Notoatmodjo, 2018). Alasan menggunakan teknik total sampling adalah karena
perawat yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
berjumlah 21 orang sehingga semua diambil menjadi sampel.

Universitas Muhammadiyah Magelang


63

3.4.3 Kriteria Sampel


Ada dua kriteria sampel yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Penentuan
kriteria sampel diperlukan untuk mengurangi hasil penelitian yang bias. Kriteria
inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau yang akan diteliti. Sedangkan kriteria eksklusi adalah
menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari
penelitian karena sebab-sebab tertentu (Drs.Kuntjojo, 2009).

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah:

1. Semua perawat yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab.


Temanggung.
2. Perawat yang melakukan tindakan operasi.

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat yang tidak melakukan
tindakan operasi.

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian


3.5.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah civitas RSUD Kab. Temanggung dengan
menggunakan kuesioner. Selain dengan kuesioner peneliti melakukan observasi
pada perilaku perawat ketika melakukan tindakan operasi.

3.5.2 Waktu Penelitian


Tabel 3. 2 Waktu Penelitian

No Kegiatan Penelitian Bulan


Okt Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep
1. Pengajuan judul
2. Menyelesaikan
administrasi
penelitian
2. Penyusunan proposal
3. Ujian Proposal
4. Observasi lapangan
5. Penyebaran
kuesioner

Universitas Muhammadiyah Magelang


64

6. Analisis dan
pengolahan data
7. Penyusunan laporan

3.6 Alat dan Metode Pengumpulan Data


3.6.1 Alat Pengumpul Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan 3 macam teknik pengumpulan data,
yaitu observasi, kuesioner dan dokumentasi.

a) Kuesioner atau Angket


Kuesioner atau angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum. Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu
daftar pertanyaan-pertanyaan yang berupa formuir-formulir yang diajukan
secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban,
tanggapan dan informasi (Notoatmodjo, 2018). Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada para responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan instrumen pengumpulan data yang efisien apabila peneliti tahu
dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Laut, 2020). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
kuesioner dengan Skala Likert. Skala likert adalah pertanyaan yang
menunjukkan tingkat kesetujuan dan ketidaksetujuan responden (Laut,
2020).
b) Dokumentasi
Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat
penelitian meliputi: buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan
kegiatan, foto-foto, film dokumenter data yang relevan penelitian. Dengan
teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari
narasumber, tetapi mereka memperoleh informasi dari macam-macam
sumber. Studi dokumentasi yaitu mengumpulkan dokumen dan data-data
yang diperlukan dalam permasalahan penelitian kemudian ditelaah secara

Universitas Muhammadiyah Magelang


65

mendalam sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan


pembuktian suatu kejadian (Ghony Djunaidi & Almansur, Fauzan ST, M,
2016). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan foto-foto kegiatan dan
SOP yang ada di RSUD Kab. Temanggung.

3.6.2 Uji Validitas dan Uji releabilitas


a. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa yang diukur. Anshori
& Iswati, (2009) menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk
mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner
dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji
validitas pada penelitian ini menggunakan uji validitas isi dan validitas.

Validitas isi merupakan modal dasar dalam suatu instrumen penelitian,


karena validitas isi akan menyatakan keterwakilan aspek yang diukur dalam
sebuah
instrumen. Validitas isi lebih menekankan pada keabsahan instrumen yang
disusun dengan cara dikaitkan dengan domain yang ingin diukur. Validitas
isi merupakan validasi yang dilakukan melalui pengujian terhadap
kelayakan atau relevansi isi tes kepada yang berkompeten atau expert
judgement. Validitas konstruk lebih menekankan pada seberapa jauh
instrumen yang disusun itu terkait secara teoritis mengukur konsep yang
telah disusun oleh peneliti. Untuk mengetahui validitas konstruk suatu
instrumen penelitian dapat dilakukan dengan mencari korelasi instrumen
dengan instrumen lain yang telah diketahui validitasnya atau meminta
expert judgment untuk menilai instrumen yang disusun oleh peneliti.
b. Uji Releabilitas
Uji reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila pengukuran diulangi dua

Universitas Muhammadiyah Magelang


66

kali atau lebih. Releabilitas juga dapat berarti indeks yang menunjukkan
sejauh mana alat ukur dapat menunjukkan dapat dipercaya atau tidak
(Agung & Wulandari Yuliati, 2020).

3.6.3 Langkah-langkah Pengambilan Data


Pengumpulan data dilakukan RSUD Temanggung dengan prosedur sebagai
berikut :
a. Setelah memperoleh surat ijin penelitian dari Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Magelang, peneliti mengajukan
ijin untuk melakukan penelitian di RSUD Temanggung sebagai lokasi
penelitian.
b. Peneliti mengajukan ijin ke Direktur RSUD Temanggung melalui bagian
Diklat dan permohonan Ethical Clearance kepada Komite Etik Penelitian
Kesehatan RSUD Temanggung.
c. Setelah mendapatkan ijin tersebut, Peneliti memohon ijin langsung pada
Kepala Instalasi dan Kepala Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD
Temanggung.
d. Peneliti menyampaikan maksud dan tujuan penelitian serta tata cara
pengisian kuesioner kepada responden.
e. Pendampingan dalam pengisian kuesioner terhadap responden dilakukan
dengan cara tanya jawab tentang tata cara pengisian kuesioner.
f. Pemberian kuesioner kepada responden untuk dilakukan pengisian
kuesioner, formulir disebarkan langsung kepada masing-masing perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung.
g. Hasil jawaban kuesioner responden langsung tercantum didalam kuesioner.

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data


3.7.1 Tehnik pengolahan data terdiri dari beberapa proses, antara lain:
a. Editing
Proses editing dilakukan setelah kuesioner terisi. Peneliti memastikan setiap
item telah terisi secara lengkap.
b. Coding

Universitas Muhammadiyah Magelang


67

Coding adalah mengubah data dari bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan.
c. Data Entry atau processing
Adalah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang sudah dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam software komputer.
d. Cleaning
Adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan kemudian dilakukan
pembenaran atau koreksi (Notoatmodjo, 2018).

3.7.2 Analisa Data


a. Analisa Univariat
Analisa univariate merupakan analisis yang digunakan pada satu variabel
dengan tujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik dari
variabel penelitian. Bentuk analisis univariate tergantung dari jenis datanya,
untuk data numerik digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar
deviasi. Analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari
setiap variabel. Variabel yang dianalisa dengan analisa univariat dalam
penelitian ini adalah adalah: umur, jenis kelamin dan kepribadian.

b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara 2 variabel. Dalam analisis ini, dua pengukuran dilakukan
untuk masing-masing observasi.

3.8 Etika Penelitian


Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan etika penelitian seperti yang
disebutkan oleh Ghony Djunaidi & Almansur, Fauzan ST, M, (2016) sebagai
berikut:

a. Pemberian Informasi

Universitas Muhammadiyah Magelang


68

Pemberian informasi dilakukan kepada perawat Instalasi Bedah Sentral


RSUD Temanggung. Informasi yang diberikan meliputi tujuan penelitian,
proses pelaksanaan penelitian, keuntungan penelitian dan kerugian
penelitian. Peneliti juga menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian adalah
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Pemberian informasi dilakukan
pada minggu pertama, sebelum pengambilan data dilakukan.
b. Informed concent (persetujuan)
Lembar persetujuan adalah lembar informasi berisi informasi kepada calon
subjek penelitian dan/ atau keluarganya sebelum mereka memutuskan
kesediaan/ ketidaksediaan menjadi subjek penelitian. Lembar persetujuan
dibutuhkan agar responden mengerti maksut, manfaat, dan tujuan dari
penelitian ini. Jika responden bersedia maka responden akan
menandatangani lembar persetujuan ini
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Hasil dari observasi tidak diinformasikan kepada publik, meskipun hasil
dari penelitian akan dipublikasikan.
d. Autonomity (Tanpa nama)
Untuk menjamin kerahasiaan subyek penelitian, maka Peneliti tidak
mencantumkan nama dalam kuesioner untuk menjaga identitas responden.
e. Respect for justice and inclusiveness (Keadilan dan inklusivitas)
Peneliti memperlakukan semua subyek penelitian dengan baik dan membagi
hak dan kewajiban yang sama.
f. Beneficience
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk melaksanakan penelitian sesuai
prosedur guna mendapatkan hasil yang membawa manfaat bagi subjek
penelitian.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian akan dijelaskan dalam dua bagian, yaitu dijelaskan dengan
analisis univariat dan analisis bivariat. Analisa univariat untuk menggambarkan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa bivariate digunakan untuk
mengetahui hubungan atau korelasi antara variabel dependen dan variabel
independen. Analisa univariate pada penelitian ini mencakup: usia, jenis
kelamin, lama kerja, status kepegawaian, pendidikan, pengetahuan, sikap,
kepribadian, permintaan APD, pengawasan, pelatihan dan kepatuhan.
Pengambilan data pada 20 responden menggunakan instrument berupa
kuesioner. Pengambilan data dilakukan pada perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung pada tanggal 15 Juli 2021-18 Juli 2021.

4.1.1 Analisis Univariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ketidaksesuaian SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD
(Alat pelindung Diri) Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahu 2021
4.1.1.1 Gambaran Karekteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4. 1Distribusi Frekuensi Ressponden
Berdasarkan Usia

Usia (tahun) Frekuensi Prosentase %


18-40 tahun 12 60%
40-60 tahun 8 40%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Dari table 4.1.1.1 dapat diketahui bahawa sampel sebanyak 20 responden


dan terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok usia 18-40 tahun
sebanyak 12 orang (60%) dan kelompok usia 40-60 tahun sebanyak 8
orang (40%).

104

Universitas Muhammadiyah Magelang


70

4.1.1.2 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase %


Laki-laki 12 60%
Perempuan 8 40%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.2 datap diketahui bahwa sampel sebanyak 20


responden. Responden laki-laki sebanyak 12 orang (60%) dan responden
perempuan sebanyak 8 orang (40%).

4.1.1.3 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Status


Kepegawaiaan
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Status Kepegawaian

Status Kepegawaian Frekuensi Prosentase %


BLUD Tetap 10 50%
PNS 10 50%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 10 orang (50%) dari total 20


responden berstatus sebagai BLUD tetap dan 10 orang (50%) responden
berstatus sebagai PNS.

4.1.1.4 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Prosentase %


Diploma 19 95%
Ners 1 5%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Universitas Muhammadiyah Magelang


71

Hasil tabel 4.4 memberikan gambaran tingkat pendidikan responden yaitu


19 orang (95%) berpendidikan diploma dan 1 orang (5%) berpendidikan
Ners.

4.1.1.5 Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja


Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Lama Kerja

Lama Kerja Frekuensi Prosentase %


<4 semester 1 5%
4-9 semester 10 50%
9-15 semester 2 10%
15-22 semester 6 30%
>22 semester 1 5%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Tabel 4.5 menunjukkan masa kerja responden. Responden dengan masa


kerja kurang dari 4 semester sebanyak 1 orang (5%), masa kerja 4-9
semester sebanyak 10 orang (50%), masa kerja 9-15 semester sebanyak 2
orang atau 10%, masa kerja 15-22 semester sebanyak 6 orang (30%) dan
masa kerja lebih dari 22 semester sebanyak 1 orang (5%).

4.1.1.6 Gambaran Kepatuhan Penggunaan APD (Alat pelindung Diri)


Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kepatuhan

Kepatuhan Frekuensi Prosentase %


Tidak Sesuai 18 90%
Sesuai 2 10%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diperoleh informasi bahwa tingkat kepatuhan


perawat dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung adalah perawat yang
mengggunakan APD (Alat pelindung Diri) tidak seusuai dengan SOP

Universitas Muhammadiyah Magelang


72

sebanyak 18 orang (90%) lebih banyak daripada yang menggunakan APD


(Alat Pelindung Diri) sesuai dengan SOP sebanyak 2 orang (10%).

4.1.1.7 Gambaran Pengetahuan Perawat


Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan Frekuensi Prosentase %


Kurang 4 20%
Cukup 13 65%
Baik 3 15%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan informasi bahwa sebanyak 3 orang


(15%) perawat mempunyai pengetahuan yang baik, sebanyak 13 orang
(65%) mempunyai pengetahuan yang cukup dan 4 orang (20%)
mempunyai pengetahuan yang kurang.

4.1.1.8 Gambaran Sikap Perawat dalam menggunakan APD (Alat


pelindung Diri)
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi
Responden Berdasarkan Sikap

Sikap Frekuensi Prosentase %


Sikap Positif 3 15%
Sikap Sangat Positif 17 85%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Table 4.8 menggambarkan sikap perawat dalam penggunaan APD (Alat


pelindung Diri) yang bisa dinilai 17 orang perawat (85%) mempunyai
sikap sangat positif, sikap sangat positif perawat lebih banyak dari pada
sikap yang positif sebanyak 3 orang perawat (15%).

Universitas Muhammadiyah Magelang


73

4.1.1.9 Gambaran Permintaan APD (Alat pelindung Diri)


Tabel 4. 9 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Permintaan APD

Permintaan APD Frekuensi Prosentase %


Kurang 16 80%
Baik 4 20%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan informasi bahwa permintaan APD (Alat


Pelindung Diri) perawat kepada penyedia dinilai masih kurang menurut 16
orang (80%) dan dinilai baik menurut 4 orang (20%)

4.1.1.10 Gambaran Pengawasan dalam Menggunakan APD (Alat


pelindung Diri)
Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pengawasan

Pengawasan Frekuensi Prosentase %


Kurang 9 45%
Cukup 8 40%
Baik 3 15%
Jumlah 20% 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.10 didapatkan informasi bahwa pengawasan


penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) di Instalasi Bedah Sentral
responden menyatakan masih kurang sebanyak 9 orang (45%),
pengawasan cukup sebanyak 8 orang (40%) dan pengawasan 3 orang
(15%) menyatakan pengawasan sudah baik .

4.1.1.11 Gambaran Pelatihan dalam Menggunakan APD (Alat Pelindung


Diri)
Tabel 4. 11 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Pelatihan

Pelatihan Frekuensi Prosentase %


Kurang 11 55%

Universitas Muhammadiyah Magelang


74

Baik 9 45%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.11 didapatkan informasi bahwa pelatihan diberikan


kepada perawat adalah sebanyak 11 orang (55%) kurang dan 9 orang
(45%) perawat belum mendapatkan pelatihan.

4.1.1.12 Gambaran Kepribadian Perawat


Tabel 4. 12 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Kepribadian

Kepribadian Frekuensi Prosentase %


Extroversion 8 40%
Openness To Experience 2 10%
Agreeableness 3 15%
Conscientiousness 7 35%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021

Berdasarkan tabel 4.12 dapat didapatkan informasi tentang karakteristik


kepribadian perawat yaitu paling banyak perawat berkepribadian
Extroversion sebanyak 8 orang (40%), kepribadian tipe Openness To
Experience sebanyak 7 orang (35%), kepribadian tipe Agreeableness
sebanyak 3 orang (15%) dan tipe kepribadian Conscientiousness sebanyak
2 orang (10%).

4.1.2 Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Ketidaksesuaian SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD
(Alat pelindung Diri) Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahu 2021
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan, arah hubungan dan
kekuatan hubungan variabel independen yaitu faktor-faktor yang
mempengaruhi dengan variabel dependen yaitu kepatuhan penggunaan APD.

Universitas Muhammadiyah Magelang


75

4.1.2.1 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Usia Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021
Tabel 4. 13 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Usia

Kepatuhan
Usia Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value Korelasi
N % N % N %
18-40 12 100 0 0 12 100
tahun
40-60 6 75 2 25 8 100 0,074 0,408
tahun
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia 18-40 tahun yang
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) tidak sesuai dengan SOP sebanyak
12 orang (100%). Rentang usia kedua yaitu usia 40-60 tahun terdapat 8 orang
perawat yang menggunakan APD tidak sesuai SOP sebanyak 6 orang (75%)
dan menggunakan APD sesuai SOP sebanyak 2 orang (25%). Setelah
dilakukan uji statistik korelasi Spearman didapatkan p value: 0,074. Hal ini
menunjukkan bahwa p value > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan signifikan antara kepatuhan penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri)
dengan usia perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021. Terlihat angka koefisien korelasi 0,408 yang menunjukkan bahwa
hubungan antara 2 variabel bersifat positif atau satu arah dengan kekuatan
hubungan sedang. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara
kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan usia perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.1.2.2 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Jenis Kelamin Perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 14 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Jenis Kelamin

Kepatuhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


76

Jenis Tidak sesuai Sesuai Total P Value


Kelamin N % N % N %
Laki-laki 10 83,3 2 16,7 12 100
Perempuan 8 100 0 0 8 100 0,224
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Koefisien Kontingensi

Berdasarkan tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa perawat dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 12 orang yang menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP
sebanyak 10 orang (80%) dan perawat berjenis kelamin laki-laki yang
menggunakan APD sesuai dengan SOP sebanyak 2 orang (20%). Perawat
berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang, perawat perempuan sebanyak
10 orang (100%) menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP.
Hasil uji statistik dengan Koefisien Kontingensi didapatkan angka p value
sebesar 0,224 artinya p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan jenis kelamin perawat
di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.1.2.3 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Status Kepegawaian Perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 15 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Status Kepegawaian

Kepatuhan
Status Tidak sesuai Sesuai Total P Koefisien
Kepegawaian N % N % N % Value korelasi
BLUD Tetap 10 100 0 0 10 100
PNS 8 80 2 20 10 100 0,151 0,333
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel 4.15 dapat disimpulkan bahwa perawat yang berstatus


BLUD tetap sebanyak 10 orang (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP,
perawatt yang berstatus kepegawaian PNS sebanyak 8 orang (90%)
menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP dan 2 orang perawat berstatus
kepegawaian PNS menggunakan APD sesuai dengan SOP. Hasil uji statistik
korelasi dengan spearman didapatkan angka p value sebesar 0,151 yang artinya

Universitas Muhammadiyah Magelang


77

p>0, 05 sehingga tidak ada hubungan signifikan antara kepatuhan dengan


status kepegawaian perawat. Koefisien korelasi sebesar 0,333 menunjukkan
arah hubungan kedua variabel positif. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat
hubungan antara kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan
status kepegawaian perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

4.1.2.4 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Pendidikan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 16 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pendidikan

Kepatuhan
Pendidikan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Diploma 18 94,7 1 5,3 19 100
Ners 0 0 1 100 1 100 0,001 0,688
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel 4.16 dapat disimpulkan bahwa perawat dengan


pendidikan diploma sebanyak 18 orang (94,7%) menggunakan APD tidak
sesuai SOP, satu orang (5,3%) perawat pendidikan diploma menggunakan
APD sesuai SOP dan satu orang (100%) perawat dengan pendidikan Ners
menggunakan APD sesuai SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman
didapatkan nilai p value sebesar 0,001 atau p value < 0, 05 yang artinya ada
hubungan signifikan antara kepatuhan dengan pendidikan perawat. Koefisien
korelasi didapatkan nilai sebesar 0,688 yang artinya 2 variabel mempunyai
arah hubungan postifit dan kekuatan hubungan kuat. Maka dalam penelitian
ini, terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung
Diri) dengan pendidikan perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Universitas Muhammadiyah Magelang


78

4.1.2.5 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Lama Kerja Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 17 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Lama Kerja

Kepatuhan
Lama Tidak Sesuai Total P Koefisien
Kerja sesuai Value korelasi
N % N % N %
<4 0 0 1 100 1 100
4-9 12 100 0 0 12 100
9-15 2 100 0 0 2 100 0,645 -0,110
15-22 5 83,3 1 16,7 6 100
>22 1 100 0 0 1 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel 4.17 dapat disimpulkan bahwa ada satu orang perawat
(100%) dengan masa kerja kurang dari 4 semester menggunakan APD sesuai
dengan SOP, kelompok ke dua masa kerja 4-9 semester terdapat 12 orang
perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP, kelompok ke tiga masa
kerja 9-15 semester terdapat 2 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak
sesuai SOP. Kelompok masa kerja ke empat terdapat 5 orang perawat (83,3%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 1 orang menggunakan APD sesuai
dengan SOP, kelompok terakhir masa kerja lebih dari 22 semester terdapat 1
orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP.
Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar
0,645 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan lama kerja perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,
110 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif. Maka dalam
penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan lama kerja perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Universitas Muhammadiyah Magelang


79

4.1.2.6 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Pengetahuan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 18 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pengetahuan

Kepatuhan
Pengetahuan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Kurang 3 75 1 25 4 100
Cukup 12 92,3 1 7,7 13 100 0,276 -0,256
Baik 3 100 0 0 3 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel 4.18 dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perawat yang


kurang sebanyak 4 orang, 3 orang (75%) diantaranya menggunakan APD tidak
sesuai SOP dan 1 orang perawat (25%) menggunakan APD sesuai SOP.
Kelompok pengetahuan cukup terdapat 13 orang perawat 12 orang (92,3%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 1 orang perawat (7,7%)
menggunakan APD sesuai SOP. Kelompok pengetahuan perawat baik terdapat
sebanyak 3 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP. Hasil
uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,276
artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai
-0,256 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif. Maka dalam
penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan pengetahuan perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.1.2.7 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Sikap Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 19 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Sikap Perawat

Kepatuhan
Sikap Tidak Sesuai Total P Koefisien

Universitas Muhammadiyah Magelang


80

sesuai Value korelasi


N % N % N %
Positif 3 100 0 0 3 100
Sangat 15 88,2 2 11,8 17 100 0,245 0,299
Positif
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan 4.19 dapat disimpulkan 3 orang perawat (100%) mempunyai sikap


positif tidak menggunakan APD sesuai SOP. Sebanyak 17 orang perawat
mempunyai sikap sangat positif 17 orang, 15 orang perawat (88, 2%)
diantaranya menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 2 orang menggunakan
APD sesuai dengan SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman
didapatkan nilai p value sebesar 0,556 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan sikap perawat. Koefisien
korelasi didapatkan nilai 0,140 artinya kedua variabel mempunyai hubungan
positif. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan sikap perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.1.2.8 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Permintaan APD (Alat Diri Perawat) Perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 20 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Permintaan APD

Kepatuhan
Permintaan Tidak sesuai Sesuai Total P Koefisien
APD Value korelasi
N % N % N %
Kurang 14 87,5 2 12,5 16 100
Baik 4 100 0 0 4 100 0,482 -0,167
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa permintaan APD di Instalasi bedah
sentral kurang. Sebanyak 16 orang perawat 14 (87, 5%) orang diantaranya
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 2 (12, 5%) orang menggunakan APD
sesuai SOP. Permintaan APD yang baik terdapat 4 orang perawat (100%)

Universitas Muhammadiyah Magelang


81

menggunakan APD tidak sesuai SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan
spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,482 artinya p value >0, 05 artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan permintaan APD
perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,167 artinya kedua variabel
mempunyai hubungan negatif. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat
hubungan antara kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan
permintaan APD di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.

4.1.2.9 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Pengawasan di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 21 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pengawasan

Kepatuhan Koefisien
Pengawasan Tidak sesuai Sesuai Total P korelasi
N % N % N % Value
Kurang 9 100 0 0 9 100
Cukup 7 87,5 1 12,5 8 100 0,117 0,362
Baik 2 66,7 1 33,3 3 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan
masih kurang dengan jawaban responden sebanyak 9 orang (45%) seluruhnya
tidak menggunakan APD sesuai SOP, pengawasan cukup sebanyak 8
responden (40%) 1 responden menggunakan APD sesuai SOP dan pengawasan
baik sebanyak 3 orang (15%) dengan 1 orang menggunakan APD sesuai SOP.
Didapatkan nilai p value sebesar 0,117 yang artinya tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kepatuhan dan pengawasan dalam menggunakan APD.
koefisien korelasi antara 2 variabel tersebut sebesar 0,362.

Universitas Muhammadiyah Magelang


82

4.1.2.10 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 22 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Pelatihan

Kepatuhan
Pelatihan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Kurang 9 81,8 2 18,2 11 100
Baik 9 100 0 0 9 100 0,196 -0,302
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasaraakan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa perawat yang kurang pelataihan
penggunaan APD sebanyak 11 orang perawat (81,8%), 9 orang diantaranya
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 2 orang perawat (18,2%)
menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP. Sebanyak 9 orang perawat
(100%) yang mendapatkan pelatihan menggunakan APD tidak sesuai dengan
SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value
sebesar 0,196 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi
didapatkan nilai -0,302 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.
Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan pelatihan perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.1.2.11 Analisa Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat


Pelindung Diri) Dengan Kepribadian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Tabel 4. 23 Hubungan Antara Kepatuhan dengan Kepribadian Perawat

Kepatuhan Total
Kepribadian Tidak Sesuai P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Extroversion 6 75 2 25 8 100
Openness To 2 100 0 0 2 100

Universitas Muhammadiyah Magelang


83

Experience
Agreeableness 3 100 0 0 3 100 0,111 -0,367
Conscientiousness 7 100 0 0 7 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman

Berdasarkan tabel 4.22 dapat disimpulkan bahwa 8 orang perawat mempunyai


tipe kepribadian Extroversion 6 orang (75%) menggunakan APD tidak sesuai
SOP dan 2 orang (24%) menggunakan APD sesuai SOP. Sebanyak 2 orang
perawat (100%) mempunyai tipe kepribadian Openness To Experience
menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP. Terdapat 3 orang perawat dengan
kepribadian Agreeableness menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 7 orang dengan
tipe kepribadian Conscientiousness juga menggunakan APD tidak sesuai SOP. Hasil
uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,111
artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai
-0,367 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif. Maka dalam
penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan kepribadian perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Usia Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 60% responden berada pada
kelompok umur 18-40 tahun atau berada pada usia tahap perkembangan dewasa
muda. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa responden yang tidak
patuh banyak dijumpai pada responden dengan kelompok umur 18-40 tahun tahun
(60%) dibandingkan dengan responden dengan kelompok umur 40-60 tahun atau
usia tahap perkembangan dewasa madya (40%). Usia seseorang tingkat
kematangan dalam bekerja. Usia berhubungan langsung dengan kekuatan fisik,
daya pikir, dan produktifitas seseorang. Pada usia dewasa muda merupakan

Universitas Muhammadiyah Magelang


84

periode pertama pengenalan dengan dunia orang dewasa, seseorang dalam periode
ini akan mulai mencari tempat dunia kerja dan dunia hubungan sosial. Usia
dewasa awal juga dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang
bebas dalam berbuat apa yang diinginkan, seseorang akan “mencoba-coba”
sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok dan memberi kepuasan
permanen. Tenaga muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan
kreatif akan tetapi cenderung lebih cepat bosan dan kurang bertanggung jawab
(Apriluana, Khairiyati, & Setyaningrum, 2016).

Tahap usia dewasa madya berdasarkan periode kehidupan, usia ini menjadi
penting karena pada periode ini struktur kehidupan menjadi lebih tetap dan stabil.
Semakin cukup usia seseorang, tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Seseorang yang lebih dewasa
mempunyai kecenderungan akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Sebagian besar kemajuan karir terjadi pada awal
kahidupan orang dewasa sekitar usia 50 tahun hingga 45 tahun dan individu yang
dipromosikan dahulu naik lebih jauh. Kepuasan kerja mengalami peningkatan
secara konsisten (Sertiya Putri, 2018). Sebuah penelitian di Amerika
menunjukkan mereka yang berusia lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab,
lebih teliti dan lebih tertib. Semakin bertambambahnya usia pekerja juga semakin
bertambah juga kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja karena
menyadari pada orang usia dewasa madya adalah tukang punggung keluarga.
Sehingga salah satu cara untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja adalah
dengan melakukan kerja sesuai prosedur sesuai dengan instruksi kerja atau SOP
(Widyawati, 2010).

Pada penelitian ini prosentase ketiakpatuhan penggunaan APD lebih banyak


terjadi pada usia dewasa awal daripada pada usia dewasa madya.pada tahap
dewasa awal kepatuhan didasarkan pada standar internal yang ada pada dirinya
yang dianggap sebagai kebenaran. Pada usia dewasa awal tidak menaati standar
eksternal dalam hal ini adalah SOP. Ketidakpatuhan pada usia dewasa madya
cenderung lebih sedikit karena tenaga kerja yang usianya lebih tua cenderung

Universitas Muhammadiyah Magelang


85

lebih ulet dan mempunyai tanggung jawab yang besar sehingga wujud dari
tanggung kawabnya itu dilakukan dengan perilaku patuh dalam menjalankan SOP.
Teori perkrmbangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg tentang penalaran
pascakonvensional menyebutkan bahwa tahap perkembangan usia dewasa madya
seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-
hak manusia yang universal salah satunya adalah hak untuk mendapatkan
keselamatan kerja (Widyawati, 2010).

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Spearman antara variabel usia
dengan variabel kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD menunjukkan nilai
p value 0,074 > 0,05 yang artinya Ha ditolak H0 diterima. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diri, Di, & Kariadi (2018) yang
menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam
menggunakan APD dibuktikan dengan angka p value sebesar 0,779 > 0,05. Hal
ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faniah (2016)
yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Hasil penelitiannya terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan usia seseorang dengan p value sebesar 0.001 < 0, 05.

4.2.2 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Jenis Kelamin Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Berdasarkan hasil analisa bivariat disimpulkan bahwa perawat dengan jenis


kelamin laki-laki sebanyak 12 orang yang menggunakan APD tidak sesuai dengan
SOP sebanyak 10 orang (80%) dan perawat berjenis kelamin laki-laki yang
menggunakan APD sesuai dengan SOP sebanyak 2 orang (20%). Perawat berjenis
kelamin perempuan sebanyak 8 orang menggunakan APD tidak sesuai dengan
SOP. Uji statistik dengan Koefisen Kontingensi didapatkan angka p value sebesar
0,224 artinya p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhann dengan jenis kelamin perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Universitas Muhammadiyah Magelang


86

Kabupaten Temanggung tahun 2021. Angka koefisien korelasi -0,272 yang


menunjukkan bahwa hubungan antara 2 variabel bersifat negatif. Hasil ini sejalan
dengan penelitian terdahulu pada 24 orang perawat, 8 perawat laki-laki dan 16
perawat perempuan yang dilakukan oleh Wibowo AS, Suryani M, (2013)
didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
kepatuhan menggunakan sarung tangan dengan angka p value sebesar 0,136.

Jumlah perawat laki-laki di Instalasi Bedah Sentral lebih banyak dibandingkan


dengan perawat perempuan, serta jumlah yang patuh dan yang tidak patuh lebih
banyak yang tidak patuh. Untuk perawat perempuan didapatkan tidak ada yang
menggunakan APD sesuai SOP. Ditinjau dari segi emosional dan intelektual laki-
laki cenderung lebih rasional dan obyektif dibandingkan dengan perempuan. Laki-
laki juga lebih suka mencari informasi, agresif aktif dan umumnya selalu tampil
sebagai pemimpin (Rakhmawati, 2019).

Jenis kelamin laki-laki atau perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk
menggunakan atau tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Pada era
globalisasi seperti sekarang ini perawat laki-laki juga sudah mulai
dipertimbangkan keberadaannya walaupun profesi keperawatan ini lebih dekat
dengan masalah-masalah mother instink (Husein, Sidipratomo, Meilia, &
Christianto, 2020). Karakteristik yang terasosiasi terhadap jenis kelamin,
lingkungan sosial, dan akses terhadap pendidikan seseorang. Emansipasi wanita
yang mendorong terbukanya akses wanita kepada pendidikan dan perubahan
gender-role orientation mendorong asimilasi antara laki-laki dan perempuan yang
pada akhirnya menyebabkan adanya persamaan dalam sikap dan pengambilan
keputusan antara laki-laki dan perempuan (Husein et al., 2020).

4.2.3 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Status Kepegawaian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Perawat yang patuh dalam menggunakan APD di Isntalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung adalah perawat dengan status kepegawaian sebagai PNS

Universitas Muhammadiyah Magelang


87

hal ini disebabkan karena mempunyai kode etik yang mengharuskan seorang PNS
untuk bekerja dengan professional, bermoral, bersih, patuh dan beretika. PNS juga
dituntut untuk patuh dan taat terhadap peraturan perundang-udangan yang berlaku
baik menyangkut bidang kepegawaian maupun bidang lainnya, sehingga
kehidupan PNS akan menjadi sorotan dalam bermasyarakat. Untuk itu seorang
PNS harus bisa menjadi contoh/suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat
(Santiarsti, Dengo, & Ruru, 2015).

Dalam suatu lembaga atau perusahaan tidak semua pekerja atau pegawai memiliki
status kepegawaian yang sama. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
perawat yang berstatus BLUD tetap sebanyak 10 orang (100%) menggunakan
APD tidak sesuai SOP, perawatt yang berstatus kepegawaian PNS sebanyak 8
orang (90%) menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP dan 2 orang perawat
berstatus kepegawaian PNS menggunakan APD sesuai dengan SOP. Uji statistik
korelasi dengan spearman didapatkan angka p value sebesar 0,151 yang artinya
p>0, 05 sehingga tidak ada hubungan signifikan antara kepatuhan dengan status
kepegawaian perawat. Koefisien korelasi sebesar 0,333 menunjukkan arah
hubungan kedua variabel positif.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Rakhmawati (2019)


yang menyatakan tidak ada hubungan antara status kepegawaian dengan
kepatuhan penggunaan APD sesuai dengan SOP dengan angka p value sebesar 0,
324. Hasil penelitian berlawanan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hendrajana et al (2017) dengan hasil uji statistik didapatkan hasil p value sebesar
0,001 sehingga ada hubungan antara status kepegawaian dengan kepatuhan.

4.2.4 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Pendidikan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan pendidikan perawat nilai p value sebesar 0,001. Koefisien
korelasi didapatkan nilai sebesar 0,688 yang artinya 2 variabel mempunyai arah

Universitas Muhammadiyah Magelang


88

hubungan positif dan kekuatan hubungan kuat. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Diri et al (2018) yang menyebutkan bahwa penggunaan APD
erat hubungannya dengan kepatuhan dibuktikan dengan nilai p value 0,021 < 0,05,
yang artinya Ha diterima H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat kepatuhan
responden dalam menggunakan APD. Penelitian ini tidak sejalan dengan Iriani,
(2019) yang menyebutkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,365
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat kepatuhan dalam penggunaan APD bagi perawat.

Pendidikan merupakan proses formal dari pelatihan seorang intelek dan suatu
pengembangan seseorang individu meliputi intelektual, spiritual, moral, kreatif,
emosional dan juga kegiatan fisik (Iriani, 2019). Notoatmodjo (2014) mengatakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja
yang akan mempengaruhi perilaku. Pendidikan juga akan mempengaruhi tenaga
kerja dalam upaya mencegah penyakit dan meningkatkan kemampuan memelihara
kesehatan. Patuh menggunakan APD berarti tenaga kerja berupaya memelihara
kesehatannya dan melindungi diri dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Satu hal yang perlu diingat dari proses belajar dalam menempuh pendidikan
adalah, selain kita mendapatkan ilmu, otak kita secara tidak langsung juga akan
terstimulasi dari proses belajar tersebut. Melalui proses belajar dalam pendidikan
inilah kemampuan kognitif kita menjadi meningkat serta kita jadi memiliki sebuah
ilmu yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan
dalam berperilaku (Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2020). Teori psikologi kognitif
menyatakan bahwa pendidikan akan bernilai transfer positif jika ilmu selama
mengenyam pendidikan diterapkan dalam melakukan pekerjaan, sedangkan akan
bernilai transfer negatif jika ilmu yang diperoleh tidak diterapkan secara spesifik
dalam melakukan pekerjaan (Widyawati, 2010).

Universitas Muhammadiyah Magelang


89

4.2.5 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Lama Kerja Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Penilaian lama kerja disini diukur dengan menggunakan standar penilaian kinerja
pegawai yang diberlakukan di RSUD Kabupaten temanggung. Pada penelitian
yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung ini didapatkan
hasil satu orang perawat (100%) dengan masa kerja kurang dari 4 semester
menggunakan APD sesuai dengan SOP, kelompok ke dua masa kerja 4-9 semester
terdapat 12 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP,
kelompok ke tiga masa kerja 9-15 semester terdapat 2 orang perawat (100%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP. Kelompok masa kerja ke empat terdapat 5
orang perawat (83,3%) menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 1 orang
menggunakan APD sesuai dengan SOP, kelompok terakhir masa kerja lebih dari
22 semester terdapat 1 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai
SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar
0,645 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan lama kerja perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0, 110
artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kiswara,
Mifbakhuddin, & Prasetio (2020) yang menunjukkan hasil analisis yang dilakukan
antara variabel masa kerja dengan penggunaan APD diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD pada perawat
rawat jalan dan rawat inap dengan p value sebesar 0,1. Penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian dengan penelitian penggunaan sarung tangan di RSUD Dr.
H. Soewondo Kendal yang menyebutkan hasil uji statistik ada hubungan antara
lama kerja perawat dengan kepatuhan penggunaan sarung tangan pada tindakan
invasif denagn p value sebesar 0,001 (Wibowo AS, Suryani M, 2013).

Prosentase ketidakpatuhan pada penelitian ini lebih banyak terjadi pada perawat
yang mempunyai masa kerja kurang dari 9 semester. Lama kerja adalah salah satu

Universitas Muhammadiyah Magelang


90

faktor predisposisi yang mempengaruhi seseorang berperilaku (Green, 1980)


dalam Notoatmodjo (2014). Lama kerja seseorang dapat dihubungkan dengan
pengalaman yang diperoleh di tempat kerja, semakin lama bekerja semakin mahir.
Teori Anderson dalam Notoatmodjo (2014) bahwa, dimana semakin lama
pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil, dan semakin lama semakin
mudah ia memahami tugas, sehingga memberi peluang untuk meningkatkan
prestasi serta beradaptasi dengan lingkungan seseorang maka pengalaman yang
diperoleh akan semakin baik. Lama kerja juga merupakan karakteristik individu
yang membentuk perilaku sehingga pekerja semakin memahami mengenai kondisi
tempat kerja dan memberikan kesadaran untuk patuh dalam pengguaan APD.

4.2.6 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Pengetahuan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Pengetahuan adalah suatu hasil dari dan didapatkan oleh seseorang melalui sistem
indera terhadap objek tertentu. Sistem indera terdiri dari 5 panca indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan
salah satu faktor penting dalam mempengaruhi seseorang atau kelompok orang
untuk sikap, tindakan, keyakinan , nilai, dan persepsi (suharyat, 2014).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang, bila pekerja mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap potensi
ataupun sumber bahaya yang ada di lingkungan kerjanya, maka individu tersebut
akan cenderung membuat suatu keputusan yang salah. Pengetahuan atau ranah
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam
komponen person pada teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan
(Geller, 2001). Teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan
seharusnya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja
dalam menggunakan APD (Sertiya Putri, 2018).

Universitas Muhammadiyah Magelang


91

Pengukuran tingkat pengetahuan responden mencakup pertanyaan mengenai


pemahaman para perawat tentang pentingnya menggunakan APD yang sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), pemahaman tentang virus covid
derta transmisinya. Menurut Bloom dalam Marlina (2010), bahwa perilaku dibagi
dalam 3 (tiga) ranah yaitu pengetahuan tentang materi, sikap terhadap materi
tersebut serta tindakan sehubungan dengan materi tersebut. Dalam hal ini perilaku
baru dimulai dari perawat tahu dahulu isi pedoman sehingga akan menimbulkan
suatu pengetahuan baru. Setelah itu barulah timbul suatu respon batin yang
merupakan sikap terhadap pedoman tersebut, setelah tahu dan disadari tentang
pentingnya pedoman tersebut, perawat akan melakukan perilaku yang sesuai
dengan prosedur mutu, dalam kenyataannya petugas dapat bertindak/ berperilaku
baru tanpa didasari oleh pengetahuan dan sikap sehingga tidak diperoleh bahwa
sikap berhubungan dengan kepatuhan perawat.

Pada penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis penelitian, dari hasil uji
statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,276 artinya
p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan
dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,256 artinya
kedua negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sertiya Putri (2018) hasil ujinya menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan dengan angaka p
value 0,483. Penelitian ini tidak sejalan dengan Rakhmawati (2019) yang
menyatakan Pada penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan kepatuhan penggunaan APD sesuai dengan SOP dengan p
value sebesar 0,022.

4.2.7 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Sikap Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

Universitas Muhammadiyah Magelang


92

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.


Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberi
dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tersebut
(Notoatmodjo, 2014).

Sikap dalam operasionalnya di lapangan dalam penelitian ini didefenisikan


sebagai reaksi atau respon perawat mengenai cara para perawat menggunakan
APD yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Jawaban
responden tentang kepatuhan menggunakan APD sesuai standar SOP, ditemukan
bahwa sebagian besar responden tidak patuh untuk menggunakan APD sesuai
standar yang sudah ditentukan. Dari 20 perawat hanya 2 orang yang menggunakan
APD sesuai dengan SOP dan 18 orang tidak menggunakan APD sesuai SOP.
Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,556
artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan sikap perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai 0,140 artinya
kedua variabel mempunyai hubungan positif.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Instalasi Bedah Sentral RSUD


Temanggung didapatkan bahwa sikap perawat dikategorikan sikap positif
sebanyak 3 orang (15%) dan sikap sangat positif sebnayak 17 orang (85%) artinya
para perawat yang bekerja di Isntalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung sangat
setuju bahwa penggunakan APD sesuai SOP saat bekerja adalah satu cara
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Namun ketika bekerja
sebagian besar masih banyak yang tidak menggunakan APD sesuai dengan SOP.
Beberapa perawat menggunakan APD kurang dan sebagian besar menggunakan
APD berlebih dari yang sudah ditentukan.

Hubungan dan sikap tidak selalu bernilai positif, artinya sikap yang positif tidak
selalu diikiti oleh perilaku yang mendukung kepatuhan. Sikap merupakan faktor
predisposisi yang mengawali terjadinya perilaku walaupun belum tentu perilaku

Universitas Muhammadiyah Magelang


93

yang dihasilkan adalah perilaku yang positif. Postulat konsistensi menyatakan


bahwa hubungan antara sikpa dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor
situasional tertentu, peraturan, norma kebudayaan dan peranan anggota kelompok
merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan antara sikap
dengan perilaku. Sikap yang positif akan didapatkan dari dari pelatihan dan
pembelajaran yang konsisten (Sudarmo et al., 2017)

Penelitian ini sejalan dengan Sudarmo, Helmi, & Marlinae (2017) yang juga
dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh nilai p
value sebesar 0,117 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
sikap dan kepatuhan penggunaan APD. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
perilaku Bloom dalam Notoatmodjo (2012) yang menjelaskan bahwa perilaku
merupakan fungsidari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri individu
yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden
mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan APD di tempat kerja.
Sikap terhadap perilaku menggunakan APD pada penelitian ini lebih banyak
positif. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tersebut. Akan tetapi penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan di RSUD Banjarbaru yang
menyatakan ada hubungan signifikan antara sikap dengan kepatuhan
menggunakan APD dengan angka p value 0,0001 hal ini dapat dipahami karena
sikap merupakan suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Sikap juga
dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu stimulus dengan
cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon. Suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk
menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan Apriluana et al
(2016).

Universitas Muhammadiyah Magelang


94

4.2.8 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Permintaan APD (Alat Diri Perawat) Perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.

Ketersediaan fasilitas dan proses permintaan APD merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan. Ketersediaan alat pelindung diri di
tempat kerja harus menjadi perhatian pihak manajemen rumah sakit dan perawat
untuk mendorong terjadinya perubahan sikap perawat. Semua fasilitas alat
pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kesehatan harus tersedia sesuai
dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Sarana APD yang lengkap dapat
mendukung pembentukan perilaku yang baik dalam menjalankan prosedur
kewaspadaan universal, dalam penelitian ini adalah penggunaan APD. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pembentukan perilaku terjadi melalui
3 domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan psikomotor. Walaupun pengetahuan dan
sikap yang dimiliki responden sudah cukup baik, tapi tanpa didukung ketersediaan
sarana yang lengkap tidak akan terbentuk psikomotor berupa perilaku kepatuhan.

Dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa


pengurus (perusahaan) diwajibkan untuk mneyediakan secara cuma-cuma semua
APD yang diwajibkn pada pekerjan yang berada di bawah pimpinanya dan
menyediakan bagi setiap orang lain yang memasauki tempat kerja tersebut,
disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahl-ahli keselamatan kerja (Ahli K3). APD harus tersedia sesuai
dengan resiko yang ada di tempat kerja. Akan tetapi harus juga disusun tentang
prosedur permintaan, penggunaan dan pengawasan (Faniah, 2016). Sistem kontrol
manajemen mempengaruhi perilaku manusia dalam mencapai tujuan yang
diharapkan. Keselarasan tujuan dipengaruhi oleh sistem formal dan proses
informal. Beberapa faktor informal adalah hal ekstern dan intern organisasi.
Pengontrolan terdiri dari dua tipe bentuk formal yaitu peraturan yang cukup luas
dan perencanaan serta pengawasan dengan cara yang sistematis. Faktor informal
yang telah kita bahas di atas sangat berpengaruh pada ketidak efektifan sebuah
kontrol manajemen dalam organisasi. Pengaruh yang lain adalah sistem formal

Universitas Muhammadiyah Magelang


95

yang diklasifikasikan atas dua hal : 1. Sistem kontrol manajemen, 2. Peraturan


(yang akan kita bahas berikut ini). Kita gunakan kata "peraturan" untuk segala
instruksi dan kontrol dalam bentuk formal. Itu meliputi instruksi, praktek, job
descriptions, prosedur standar operasional, pedoman, dan kode etik. Petunjuk dan
bimbingan secara implisit dalam anggaran, yang berbeda dan berubah-ubah dari
bulan ke bulan, hal ini menunjukkan bahwa petunjuk tersebut berlaku hingga
mengalami perubahan. Ciri peraturan adalah jarang mengalami perubahan dan
berhubungan dengan hal paling sederhana hingga yang paling kompleks
(DARMASTUTI, 2004).

Dalam penelitian ini didapatkan hasil uji statistik korelasi dengan spearman
didapatkan nilai p value sebesar 0,482 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan permintaan APD perawat.
Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,167 artinya kedua variabel mempunyai
hubungan negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
Bendan Kota Pekalongan menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
permintaan APD dengan kepatuhan penggunaan APD dengan nilai p value 0,062
(Angkasa, 2014). Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian lain yang
menyatakan ada hubungan ysng signifikan antara ketersediaan APD dan
permintaan APD dengan kepatuhan dengan nilai p value 0,000 (Faniah, 2016).

4.2.9 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Pengawasan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.

Pengawasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perawat dalam


menggunakan alat pelindung diri. Bird tahun 1972, dengan tegas mengatakan
bahwa penyebab langsung terjadinya kecelakaan adalah tindakan dan kondisi
yang tidak aman. Penyebab langsung ini timbul karena pengawasan yang jelek
dari pihak manajemen. Pengawasan merupakan tanggung jawab kepala ruang
untuk bimbingan dan pembinaan, pengarahan, motivasi dan evaluasi. Pengawasan
kepala ruang, apabila dijalankan sesuai prosedur maka akan berdampak positif

Universitas Muhammadiyah Magelang


96

baik dari kinerja bawahan maupun pemberian asuhan perawatan yang dilakukan
perawat ( (Angkasa, 2014).

Pengawasan kepala ruang suatu hal yang penting untuk dijalankan karena
pengawasan kepala ruang suatu tindakan menyerukan kebajikan kepada bawahan
maupun staf perawat untuk selalu menaati kewajiban yang telah diamanatkan.
Pengawasan kepala ruang dilakukan bukan hanya pada akhir proses manajemen
tetapi pada setiap tingkatan proses manajemen. Kepala ruang merupakan seorang
tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di suatu ruangan. Kepala ruang
menjalankan tanggung jawabnya mengelola ruangan secara profesional dengan
mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Pengawasan kepala ruang yang
diberikan secara optimal akan memberikan dampak yang optimal seperti
peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja pada tindakan perawat dalam
menggunakan APD (Hanifah hani, 2015).

Hal ini erat kaitannya dengan gaya kepimpinan di Instalasi Bedah Sentral diamana
gaya kepemimpinan santai, dimana pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,
karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan
koordinasi. Staf bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri.
Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
Peranan pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y (Husein et al., 2020).
Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pengawasan dan teguran yang
dilakukan oleh menejemen dalam hal ini yang bertindak sebagai pengawas adalah
kepala ruang masih kurang. Sehingga sangat memungkinkan bagi perawat untuk
tidak patuh terhadap penggunaan APD (Yuyun, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Diri et al., (2018) di RSUP Karyadi Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan
pengawasan yang dilakukan dengan angka p value sebesar 0,642. Akan tetapi

Universitas Muhammadiyah Magelang


97

penelitian ini tidak sejalan dengan Sudarmo et al., (2017) di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Ulin Banjarmasin yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan pengawasan terbutkti
dengan didapatkan p value sebesar 0,016.

4.2.10 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun
2021.

Atmodiwirio (2002) dalam dr. Doli Tine Donsu (2019) menyatakan bahwa
pelatihan merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu tenaga kerja
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan meningkatkan sikap, perilaku yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Hal ini berarti pelatihan
seharusnya membuat tenaga kerja berperilaku sesuai dengan kebijakan
penggunaan APD karena pelatihan merupakan salah satu bentuk pembinaan yang
dapat diupayakan untuk membuat tenaga kerja patuh menggunakan APD.

Menurut Bisen dan Priya (2010), pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang
memperdalam pengetahuan, kemampuan, peraturan atau mengubah perilaku untuk
meningkatkan prestasi kerja. Berdasarkan definisi pelatihan tersebut, maka
perusahaan harus memberikan pelatihan yang mampu memperdalam pengetahuan
tentang APD kemampuan cara menggunakan APD, peraturan yang mengatur
tentang APD dan mengubah perilaku tidak patuh menjadi patuh menggunakan
APD (Sertiya Putri, 2018).

Berdasarkan jawaban dari responden dari 20 orang hanya 9 orang yang


mendapatkan pelatihan penggunaan APD khususnya adalah APD untuk
menangani pasien COVID-19. Setelah dilakukan validasi beberapa orang tersebut
adalah perawat yang pernah diperbantukan pada unit lain sehingga diberikan
pembekalan sebelum masuk ke unit IGD dan ruang transit pasien sebelum masuk
kebangsal isolasi. Akan tetapi sesudah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi
tentang SOP penggunaan APD perawat tersebut masih menggunakan APD yang
tidak sesuai.

Universitas Muhammadiyah Magelang


98

Hasil uji statistik korelasi dengan spearman pada penelitian ini didapatkan nilai p
value sebesar 0,196 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi
didapatkan nilai -0,302 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.
Penelitian ini mendukung penelitaian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh
Sertiya Putri (2018) yang berjudul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri di PT. Liku Telaga dimana penelitian ini
mempunyai p value sebesar 0, 559. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian lain yang dilakukan oleh Faniah (2016) yang meneliti kepatuhan pekerja dalam
menggunakan APD Earplug dan sarung tangan di PT KAI penelitian ini mmenyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan pelatihan dibuktikan
dengan angka p value sebesar 0,037.

Menurut Safitri, (2013) cara tepat yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kinerja pegawai yaitu melalui pengembangan pegawai dengan
melakukan pelatihan dan disiplin kerja. Dengan menerapkan sistem tersebut
diharapkan karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggung
jawab atas pekerjaan sehingga mampu meningkatkan kinerja karyawan.
Tercapainya suatu tujuan dalam perusahaan berkaitan erat dengan profesionalitas
kerja karyawan yang mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sehingga
tercapailah tujuan dari perusahaan tersebut. Pelatihan saja tidak cukup, disiplin
kerja juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan
dalam suatu perusahaan. Sikap disiplin dapat meningkatkan kinerja karyawan,
dengan mengeluarkan peraturan yang harus dilakukan oleh tiap karyawan dalam
rangka menjaga agar karyawan tetap berada dalam koridor aturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.

4.2.11 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)


Dengan Kepribadian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.

Kepribadian dianggap sebagai keadaan internal individu, sebagai organisasi


proses dan struktur di dalam diri seseorang. Kepribadian adalah apa yang

Universitas Muhammadiyah Magelang


99

menentukan perilaku di dalam sesuatu yang ditetapkan dan di dalam kesadaran


jiwa yang ditetapkan. Unsur utama dalam definisi deterministik ialah pandangan
bahwa kepribadian terdiri atas kecenderungan yang stabil untuk berperilaku
bahwa kepribadian menyebabkan, atau setidak-tidaknya menerangkan, tetapnya
tanggapan seseorang terhadap berbagai rangsangan. Hal ini akan berpengaruh
terhadapkepatuhan yang dimiliki oleh kedua kepribadian tersebut (Purwati &
Amin, 2016). Menurut Carpenito (2000), adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan diantaranya adalah pemahaman tentang instruksi,
tingkat pendidikan, keyakinan, sikap dan kepribadian, serta dukungan sosial (Ulfa,
2014). Geller (2001) mengemukakan dalam teori safety triad yang membentuk
budaya keselamatan, terdapat komponen yang berkaitan satu sama lain yaitu
komponen person, behavior dan environment. Kepribadian merupakan salah satu
faktor dalam komponen person sehingga akan berkaitan dengan perilaku
kepatuhan menggunakan APD (Sertiya Putri, 2018).

Dalam penelitian ini responden terbagi menjadi 4 kelompok kepribadian yaitu


Extroversion, Openness To Experience, Agreeableness dan Conscientiousness
diamana maisng-masing tipe kepribadian mempunyai ciri khas masing-masing.

Robbins & Judge, 2014 dalam Extraversion dicirikan dengan kecenderungan


untuk menjadi percaya diri, dominan, aktif dan menunjukkan emosi yang positif.
Selain itu extraversion pada umumnya dikaitkan dengan kecenderungan untuk
bersikap optimis. Extraversion secara umum mempunyai sanguine temperament
yang dapat membuatnya fokus pada sesuatu hal yang positif dari pengalamannya.
Selain itu extraversion cenderung dikaitkan dengan cara seseorang menggunakan
rasionalnya, dan cara bagaimana mengatasi permasalahannya. Extraversion
dengan skor tinggi akan mengalami mudah bergaul, aktif, person-oriented,
optimis, menyenangkan, kasih sayang, dan bersahabat dari dirinya sendiri
terhadap lingkungan. Dari gambaran tersebut, individu yang memiliki skor tinggi
pada dimensi kepribadian ini akan meningkatkan perilaku kepatuhan terhadap
aturan.

Universitas Muhammadiyah Magelang


100

Orang dengan conscientiousness yang tinggi adalah seseorang yang bertanggung


jawab, terorganisir, dapat diandalkan dan orang yang gigih. Orang yang
mempunyai skor rendah adalah orang yang mudah bimbang, tidak terorganisir dan
tidak dapat diandalkan. Individu dengan tipe kepribadian ini digambarkan sebagai
individu yang teratur, penuh pengendalian diri, terorganisasikan, ambisius, fokus
pada pencapaian, dan disiplin diri. Pada umumnya orang yang memiliki skor
tinggi dalam conscientiousness adalah pekerja keras, peka terhadap suara hati,
tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, pribadi yang rendah skor cenderung tidak
terorganisasikan, malas, ceroboh, dan tidak berarah-tujuan dan mudah menyerah
jika suatu proyek menjadi sulit. Seseorang dengan sifat conscientiousness akan
berperilaku berorientsi tugas, tujuan dan kontrol implus yang dipersyaratkan
secara sosial, sifat-sifatnya meliputi kompeten, patuh pada kewajiban, penuh
rencana dan disiplin sehingga orang yang nilainya tinggi pada dimensi ini
umumnya cenderung berhati-hati, bisa diandalkan, teratur dan bertanggung jawab.
Hal ini berarti Orang dengan conscientiousness yang tinggi akan meningkatkan
rasa tanggung jawab salah satunya adalah kepatuhan manaati aturan.

Pribadi yang secara konsisten mencari pengalaman-pengalaman yang berbeda dan


beragam akan memperoleh skor tinggi dalam openness to experience. Orang yang
memiliki skor tinggi pada dimensi opennes to experience (keterbukaan dari
pengalaman) akan cenderung memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, ketertarikan
luar, kreatif, original, imajinatif, tidak ketinggalan zaman. Sehingga dia berani
untuk melakukan hal–hal baru seperti menolong sesama tanpa melihat perbedaan
ras. Serta individu yang memiliki dimensi opennes to experience termasuk
individu yang memiliki tingkat asertifitas yang tinggi. Sehingga melakukan
perilaku yang prososial. Karakteristik individu tipe ini akan cenderung imajinatif,
benar-benar sensitif dan memiliki intelektual yang tinggi. Sejalan dengan hal itu,
maka individu dengan tipe kepribadian ini memiliki hubungan terhadap
kepatuhan.

Agreeableness mengacu pada kecendurungan untuk tunduk kepada orang lain.


Orang dengan tingkat agreeableness yang tinggi, adalah orang yang kooperatif,

Universitas Muhammadiyah Magelang


101

hangat dan penuh kepercayaan, sedangkan seseorang yang mendapat skor rendah,
adalah orang yang dingin, tidak mudah patuh dan antagonistik. Altruisme,
nurturance dan kepedulian adalah karakteristik dari Agreeableness. Individu
dengan tipe keramahan menilai kualitas orientasi individu kontinum mulai dari
lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku. Tipe
kepribadian keramahan diasumsikan memiliki hubungan terhadap kepatuhan
terhadap aturan.

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan dari variabel
kepribadian dengan kepatuhan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar
0,111 dan koefisien korelasi sebesar -0,367. Hasil ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sertiya Putri (2018) didapatkan hasil p value
sebesar 0,464. Akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
sebelumnya Hasil penelitian lain dianalisis menggunakan perhitungan stastistik
dengan rumus Uji-t. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil t-antar sebesar
13,339 dengan db = 98 diperoleh t – tabel 5% sebesar 1,980 dan t- tabel 1%
sebesar 2,617. Dengan demikian t-antar > t-tabel 1%, berati dapat dinyatakan
sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis yang dinyatakan ada perbedaan
antara kepatuhan antara kepribadian.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, ada
beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi beberapa faktor yang agar
dapat untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam lebih
menyempurnakan penelitiannya karna penelitian ini sendiri tentu memiliki
kekurangan yang perlu terus diperbaiki dalam penelitian-penelitian kedepannya.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut, antara lain:

1. Jumlah sampel dalam penelitian ini masih kurang atau terlalu sedikit sehingga
kurang representative.
2. Model penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah perilaku individu. Perilaku
individu dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang komplek dan biasanya sulit
untuk dilakukan pengukuran dan membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan

Universitas Muhammadiyah Magelang


102

alasan tersebut penulis membatasi konsep penelitian ini hanya pada faktor-faktor
yang dapat diukur dan diperkirakan mempengaruhi hubungan dengan perilaku
individu.
3. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan intepretasi/
pemahaman responden dalam menangkap maksud dari pertanyaan yang
sebenarnya.
4. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sehingga sangat mungkin
datanya bersifat subjektif, akan lebih baik bila ditambahkan metode wawancara
sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap.
5. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya,
hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman
yang berbeda tiap responden, faktor kejujuran dalam pengisian pendapat
responden dalam kuesionernya serta faktor kekhawatiran responden apabila
jawaban yang berikan akan memebrikan dampak negatif pada pekerjaannya
sehingga sangat memungkinkan sekali terjadi informasi yang bias.
6. Dalam penelitian ini data yang dihasilkan hanya dari instrumen kuesioner yang
didasarkan pada persepsi jawaban responden, sehingga kesimpulan yang diambil
hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen
kuesioner secara tertulis tidak ada metode lain yang digunakan.
7. Penelitian ini merupakan pengembangan sebuah teori, sehingga untuk
melengkapi sebuah data, hendaknya ditambahkan metode wawancara untuk
memvalidasi, dan butir pertanyaan terbuka diberikan kepada para responden,
untuk mendukung data kuesioner, sehingga data yang didapatkan lebih banyak
dan saling mendukung satu sama lainnya.

Universitas Muhammadiyah Magelang


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Karakteristik responden dalam penelitian ini didapatkan sebgaian besar
responden berada pada rentang usia dewasa muda dan berjenis kelamin laki-laki.
Jumlah responden yang berstatus kepegawaian PNS dan BLUD seimbang.
Jumlah responden yang berpendiikan diploma masih sangat banyak
dibandingkan dengan tingkat pendidikan Ners. Masa kerja terbanyak di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Temanggung adalah pada rentang masa kerja 4-9 semester.
Pengetahuan responden dalam sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan
yang baik. Sikap sebagian besar responden sangat positif. Permintaan APD oleh
perawat kepada penyedia APD menurut responden kurang termonitor dengan
baik sehingga perawat cenderung menggunakan APD lebid dari yang
ditentuntukan oleh Rumah Sakit. Responden juga mengatakan pengawasan dan
pelatihan dalam menggunakan APD masih sangat kurang. Dari semua faktor
yang diteliti hanya tingkat pendidikan yang mempunyai hubungan dengan
kepatuhan menggunakan APD dengan arah hubungan psotif dimana dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan seseorang.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
alternatif maupun dasar pertimbangan untuk meningkatkan pendidikan,
pelatihan, pengawasan, kontrol dan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan
APD yang sesuai.

5.2.2 Bagi Perawat


Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi agar bisa mendukung pengembangan karir dan meningkatkan
kualitas kerja.

104

Universitas Muhammadiyah Magelang


105

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-
faktor lain atau dengan teori lain yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).

Universitas Muhammadiyah Magelang


DAFTAR PUSTAKA

Adinda, N. (2015). KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU ORANGTUA DALAM


MENINGKATKAN MULTIPLE INTELLIGENCES (KECERDASAN
MAJEMUK) PADA ANAK. 2015. Retrieved from
http://weekly.cnbnews.com/news/article.html?no=124000
Agung, E. W., & Wulandari Yuliati. (2020). SPSS Dalam Riset Layanan Jasa
dan Kesehatan (I; W. Suryandartiwi, Ed.). Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Angkasa, M. P. (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Perawat Menggunaan Alat Pelindung Diri ( Handscoon ) Di Rsud Bendan
Kota Pekalongan. Journal of Public HealthPublic Health, 12(3), 165–185.
Anshori, M., & Iswati, S. (2009). Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen
Penelitian Kuantitatif. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1), 17–23.
Apriluana, G., Khairiyati, L., & Setyaningrum, R. (2016). Hubungan Antara
Usia, Jenis Kelamin, Lama Kerja, Pengetahuan, Sikap Dan Ketersediaan
Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Perilaku Penggunaan Apd Pada Tenaga
Kesehatan. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, 3(3), 82–87.
ASMI, A. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Perawat Dalam Penggunaan Apd Di Ruang Rawat Inap Rs. Bhayangkara
Makassar. 1–90.
Caesar, D. L., Nafi’ah, R., & Sugiarti, L. (2020). Gerakan Peduli Covid-19 Di
Lingkungan Kampus Stikes Cendekia Utama Kudus. Jurnal Pengabdian
Kesehatan, 3(2), 179–188. https://doi.org/10.31596/jpk.v3i2.91
corona.jatengprov.go.id. (2020). Statistik Kasus COVID-19 Jawa Tengah.
Retrieved from corona.jatengprov.go.id website:
https://corona.jatengprov.go.id/
corona.temanggungkab.go.id. (2020). Sebaran Kasus COVID-19 di Kabupaten
Temanggung. Retrieved from https://corona.temanggungkab.go.id/
DARMASTUTI, I. (2004). Dampak Sistem Kontrol Terhadap Perilaku Dalam
Organisasi. Jurnal Studi Manajemen Dan Organisasi (JSMO), Volume
1(Nomor 1), 28–40.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan. (2020). Petunjuk Teknis Alat
Pelindunng Diri (APD). Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri APD, (April),
1–3.
Diri, P., Di, A. P. D., & Kariadi, R. (2018). Faktor-Fakto Yang Berhubungan

104

Universitas Muhammadiyah Magelang


107

Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung


Diri (Apd) Di Rsup Dr. Kariadi Semarang (Studi Kasus Di Instalasi Rawat
Inap Merak). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 800–808.
dr. Doli Tine Donsu, J. dr. (2019). Psikologi Keperawatan (I). Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru.
Drs.Kuntjojo. (2009). Metode Penelitian.
Faniah, A. M. (2016). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan
Penggunaan APD Earplug dan Sarung Tangan Pada Pekerja Unit Perbaikan
di PT KAI DAOP VI Yogyakarta Dipo Solo Balapan. Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2(April), 130–135.
Ghony Djunaidi, P. D., & Almansur, Fauzan ST, M, S. (2016). Metode
Penelitian Pendekatan Kuantitatif (II). Malang: UIN-Malang Press.
Handayani, D. (2020). Penyakit Virus Corona 2019. Jurnal Respirologi
Indonesia, 40(2), 129.
Hanifah hani. (2015). HUBUNGAN PENGAWASAN KEPALA RUANG
DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENGGUNAAN
GLOVE PADA TINDAKAN INJEKSI DI RSUD WONOSARI. 315–334.
Hayyah, N. (2020). CORONA VIRUS ( COVID 19 ). 1, 7–8.
Hendrajana, I. G. M. R., Sintaasih, D. K., & Saroyeni, P. (2017). Analisis
Hubungan Status Kepegawaian, Komitmen Organisasional dan Kinerja
Karyawan. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 1, 357–
384.
Husein, B., Sidipratomo, P., Meilia, P. D. I., & Christianto, G. M. (2020).
Tinjauan Etik Prioritas Alat Pelindung Diri (APD) untuk Profesional
Pemberi Asuhan (PPA) Kedokteran dan Kesehatan. Jurnal Etika
Kedokteran Indonesia, 4(2), 47. https://doi.org/10.26880/jeki.v4i2.47
Iriani, R. (2019). Hubungan Pendidikan , Pengetahuan , Dan Masa Kerja Dengan
Tingkat Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan APD Di RS Harum Sisma
Medika Tahun 2019. Jurnal Persada Husada Indonesia, 6(20), 21–27.
Jurnal Mitra Teknik Sipil, J. (2020). Standart APD dalam Menejemen
Penanganan Covid 19. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 3(4).
https://doi.org/10.24912/jmts.v3i4.9976
Kawalcovid19.id. (2020). Kawal informasi seputar COVID-19 secara tepat dan
akurat. Retrieved from Kawalcovid19.id website: https://kawalcovid19.id/
Kementerian Kesehatan. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Corona Virus deases (Covid-19). Kementrian Kesehatan, 5, 178. Retrieved
from https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf

Universitas Muhammadiyah Magelang


108

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


COVID 19. Pedoman Kesiapan Menghadapi COVID-19, 0–115.
Khairuzzaman, M. Q. (2016). Kepatuhan Menggunakan APD ditinjau dari
pengetahuan dan perilaku petugas IPSRS. 4(1), 64–75.
Kiswara, R. M., Mifbakhuddin, & Prasetio, D. B. (2020). Penggunaan Alat
Pelindung Diri pada Perawat Rawat Jalan dan Rawat Inap. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), 47–51.
Laut, M. J. I. M. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (I; F.
Husaini, Ed.). Yogyakarta: QUADRANT.
Levani, Y., & Prastya, A. D. (2021). Coronavirus Disease 2019 (COVID-19):
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Pilihan Terapi. Jurnal Kedokteran Dan
…, 2019. Retrieved from
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK/article/view/6340
Lubis, N. A. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Tenaga
Kesehatan Dalam. OSFPREPRINTS, 7.
Mastutoh, I. dan A. N. (2018). Metode Penelitian Kesehatan.
Morfi, C. W. (2020). Kajian Terkini CoronaVirus Disease 2019 (COVID-19).
Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia, 1(1), 1–8.
https://doi.org/10.25077/jikesi.v1i1.13
Notoatmodjo, S. prof D. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. prof D. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan (III). Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Nur Fatimah, E. (2015). Strategi Pintar Menyusun SOP (I; Mona, Ed.).
Yogyakarta: PT. Pustaka Baru Press.
Parwanto, M. (2020). Virus Corona (2019-nCoV) penyebab COVID-19. 3(1),
707–708. https://doi.org/10.1038/nsmb1123
Purwati, N., & Amin, A. (2016). Kepatuhan Ditinjau Dari Kepribadian
Ekstrovert-Introvert. Jurnal Psikologi, 3(2), 88. Retrieved from
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/ILMU-
PSIKOLOGI/user/setLocale/NEW_LOCALE?source=
%2Fv2%2Findex.php%2FILMU-PSIKOLOGI%2Farticle%2Fview%2F844
Rakhmawati, B. F. A. (2019). Analisis Hubungan Faktor Indifidu Terhadap
Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Las. Di Pt.Pal
Indonesia. Jurnal Sangkareang Mataram, 5(3), 80–82.
Rohman, A., Widakdo, D. S., & Wahid, M. A. (2020). PENGGUNAAN BAJU
APD UNTUK PELINDUNG COVID-19 KESEHATAN PRATAMA
Program Studi Teknik Manufaktur Kapal , Politeknik Negeri Banyuwangi ,

Universitas Muhammadiyah Magelang


109

Program Studi Agribisnis Politeknik Negeri Banyuwangi , Program Studi


Teknik Mesin , Politeknik Negeri Banyuwangi , PENDA. Seminar
Nasional Terapan Riset Inovatif (SENTRINOV) Ke-6 ISAS Publishing
Series: Community Service, 6(3), 152–159.
Romie, P. (2020). The Book Of SPSS (I; A. Herman, Ed.). Yogyakarta: Penerbit
START UP.
Safitri, E. (2013). Pengaruh Pelatihan Dan Disiplin Kerja Terhadapkinerja
Karyawan. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 1(4).
Santiarsti, T., Dengo, S., & Ruru, J. (2015). Penerapan Etika Pns Dalam
Pelaksanaan Tugas Aparatur Pelayanan Publik (Suatu Studi Di Kantor
Camat Wanea Kota Manado). Jurnal Administrasi Publik UNSRAT, 2(30),
1341.
Saputra, C., & Putra, I. D. (2020). Pemberdayaan Penanggulangan Covid-19
Bagi Petugas Kesehatan. JCES (Journal of Character Education Society),
3(2), 311–319.
Sertiya Putri, K. D. (2018). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 6(3), 311.
https://doi.org/10.20473/ijosh.v6i3.2017.311-320
Setiadi, T. (2020). COVID-19: Penularan Melalui Air Limbah. Bandung
Institute of Technology, (June).
Setiawan, A. R. (2020). Lembar Kegiatan Literasi Saintifik untuk Pembelajaran
Jarak Jauh Topik Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19). Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 28–37.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v2i1.80
Sitorus, E. D. (2016). Tingkat kepatuhan perawat mengenai SOP dalam
penggunaan APD di Ruang Rawat Bedah Lt. 12 Blok. D RSUD Koja
Jakarta Utara. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, 2(2), 5–7.
Sudarmo, S., Helmi, Z. N., & Marlinae, L. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi
Perilaku Terhadap Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd)
Untuk Pencegahan Penyakit Akibat Kerja. Jurnal Berkala Kesehatan, 1(2),
88. https://doi.org/10.20527/jbk.v1i2.3155
suharyat, yayat dr. (2014). Sikap dan Perilaku. Komunikasi Massa Dan Efek
Media Terhadap Individu, Psikologi Komunikasi.
Tursina, A. dkk. (2020). Penyakit Virus Korona ( COVID-19 ) Editor : Titik
Respati. In Kopidpedia. Retrieved from
http://repository.unisba.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/2674
3/fulltext_bc_16_feriandi_kopidpedia_fk_p2u_unisba_2020.pdf?
sequence=1

Universitas Muhammadiyah Magelang


110

Ulfa, J. &. (2014). Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Standar Prosedur


Operasional Pemasangan Infus di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Gombong. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 14(1), 51–62. Retrieved
from hhtp://journa.umy.ac.id
Wawan, Dewi, D. (2011). Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia (II). Yogyakarta: PT. Nuha Medika.
WHO. (2020). Transmisi SARS-CoV-2 : implikasi terhadap kewaspadaan
pencegahan infeksi. Pernyataan Keilmuan, 1–10. Retrieved from who.int
Wibowo AS, Suryani M, S. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat Dengan
Penggunaan Sarung Tangan Pada Tindakan Ivasif Di Ruang Rawat Inap
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
KebidananKebidanan, 1, 1–9. Retrieved from
file:///C:/Users/User/Downloads/157-335-2-PB.pdf
Widyawati, H. (2010). Hubungan Kareakteristik Individu, pengetahuan dan
sikap operator terhadap kepatuhan iinstruksi kerja di perusahaan tekstil
Semarang. media kesehatan masyrakat indonesia.
Yuliana. (2020). Corona Virus Disease ( Covid 19 ) sebuah kajian literatur.
Wellness and Healthy Megazine, 2(February), 124–137.
https://doi.org/10.2307/j.ctvzxxb18.12
Yuyun, T. A. (2016). Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Karyawan Pada
PT . Pipit Mutiara Indah Di Desa Sekatak Buji Kecamatan Sekatak
Kabupaten Bulungan. EJournal Administrasi Bisnis, 4(2), 386–399.
Retrieved from http://ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-
content/uploads/2016/06/_artikel_ejournal_genap yuyun (06-09-16-03-22-
55).pdf

Universitas Muhammadiyah Magelang


LAMPIRAN

Universitas Muhammadiyah Magelang


Kuesioner Penelitian

Berikut adalah kuesioner yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor


yang mempengaruhi perilaku kepatuhan perawat dalam menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri). Peneliti sangat mengharapkan kerjasama
bapak dan ibu untuk menjawab dan mengisi setiap pertanyaan yang ada
didalam angket sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Atas perhatian
dan kerjasamanya peneliti mengucapkan terimakasih. Semua jawaban
yang diberikan pada kuesioner ini tidak akan mempengaruhi penilaian
prestasi kerja di institusi tempat responden bekerja.

Nama Responden : (inisial)

No Responden :

DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda V pada jawaban yang anda pilih

1. Berapa Usia Anda saat ini


 18-40 th
 40-60 th
 > 60 th
2. Apa jenis kelamin anda
 Laki-laki
 Perempuan
3. Berapa lama anda berdinas di IBS
 < 4 semester
 4-9 semester
 9-15 semester
 15-22 semester
 lebih dai 22 semester

Universitas Muhammadiyah Magelang


4. Apa pendidikan terakhir anda
 SPK
 Diploma
 Ners
 SP1
 SP2
5. Apa status kepegawaian anda saat ini
 Magang
 BLUD Kontrak
 BLUD Tetap
 PNS

PENGETAHUAN

Petunjuk pengisian

1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan dengan cermat


2. Berilah tanda V pada jawaban yang anda anggap paling benar
3. Ada 2 pilihan jawaban yaitu “BENAR” dan “SALAH”
4. Nilai jawaban “1” untuk jawaban yang benar, dan “0” untuk jawaban
yang salah
5. Jawaban yang anda berikan tidak akan mempengaruhi penilaian kinerja
pada institusi tempat anda bekerja saat ini
6. Berdoa sebelum mulai mengerjakan

Jawaban Ket
Benar Sala
No Pernyataan
h
1. Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus jenis baru
yang merupakan keluarga dari virus yang sudah kita
kenal sebelumnya.
2. COVID-19 berasal dari kelelawar atau hewan lain dan
bisa menular kepada manusia.
3. Kasus Konfirmasi adalah Seseorang yang dinyatakan
positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan

Universitas Muhammadiyah Magelang


dengan pemeriksaan laboratorium Swab Antigen
4. Kasus suspek adalah Orang dengan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) dan pada 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di wilayah yang melaporkan transmisi local.
5. Virus akan bertahan lebih lama pada permukaan benda-
benda keras dari pada diudara.
6. Virus tidak akan dapat bertahan lama pada kondisi suhu
tinggi dan kering.
7. Virus bisa masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung
dan tenggorokan
8. Tanda dan gejala umum pasien demam, rasa lelah,
batuk, hilang pembauan dan perasa, diare dan nyeri.
9. Media penularan virus COVID-19 adalah droplet dan
tindakan medis yang menimbulkan aerosol.
10. Virus masuk kedalam tubuh brikatan dengan ACE 2
reseptor dan tertanam ke inti sel kemudian akan
mereplikasi diri sehingga terbentuk virus-virus baru.
11. Respon tubuh dalam mengenali virus dengan
mengaktifkan MHC 1 untuk mentranslet molekul RNA/
DNA virus.
12. Ketika terjadi infeksi virus tubuh akan mengirimnyan
sinyal kepada NK sel untuk memproduksi sitokinin
yang berguna untuk mengaktifkan sel imun.
13. Sistem imun sangat penting dalam menghadapi virus,
imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi juga
menentukan tingkat keparahan.
14. Pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas
untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/
bahan infeksius disebut dengan APD.
15. Tujuan penggunaan APD adalah untuk memberi
ketenangan pada diri sendiri.
16. Masker yang digunakan untuk tindakan bedah atau
mencegah penularan melalui droplet adalah masker
N95.
17. Faceshield adalah alat pelindung diri ini adalah
melindungi mata dan wajah dari percikan darah/ cairan
tubuh.
18. APD yang digunakan untuk menangani pasien COVID-
19 yang memerlukan tindkaan aerosol adalah APD level
3.
19. APD yang digunakan untuk merawat pasien COVID-19

Universitas Muhammadiyah Magelang


adalah APD level 2.
20. Syarat APD yang baik adalah tidak mudah rusak dan
tidak menimbulkan bahaya tambahan.

PERMINTAAN APD

Petunjuk pengisian

1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan dengan cermat


2. Berilah tanda V pada jawaban yang anda anggap paling benar
3. Ada 2 pilihan jawaban yaitu “ADA” dan “TIDAK”
4. Nilai jawaban “1” untuk jawaban ada, dan “0” untuk jawaban tidak

No Pernyataan Ada Tidak Ket


1. Apakah prosedur permintaan APD dari
perawat kepada penyedia APD?
2. Adakah kontrol dalam permintaan APD

SIKAP

Petunjuk Pengisian

1. Bacalah peryataan yang ada pada kolom dengan teliti


2. Terdapat 5 jawaban dalam kolom pilihlan jawaban yang paling sesuai
3. Kriteria jawaban
 Nilai 5 untuk jawaban “Sangat Setuju” : SS
 Nilai 4 untuk jawaban “Setuju” :S
 Nilai 3 untuk jawaban “Ragu-ragu” : RR
 Nilai 2 untuk jawaban “Tidak Setuju” : TS
 Nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” : STS

5 4 3 2 1
SS S RR TS STS
No Pernyataan
1. Menggunakan apd yang sesuai adalah hal yang
penting pada saat kita melakukan pekerjaan.
2. APD tidak menjamin keselamatan dan kesehatan
kerja.

Universitas Muhammadiyah Magelang


3. Hal penting yang harus diperhatikan dalam
menggunakan dan memilih APD yang tepat
adalah dengan melihat dinamika transmisinya.
4. Rumah Sakit mempunyai kewajiban untuk
menyediakan APD sesuai standart untuk
memberikan perlindungan kepada karyawan.
5. Sebelum melakukan sesuatu hal dalam hal ini
adalah menggunakan APD saya akan mencari
sumber informasi yang tepat dibandingkan hanya
meniru perilaku orang lain.
6. Saya menggunakan APD sesuai kebutuhan dan
ketentuan dari Rumah Sakit

PENGAWASAN

Petunjuk pengisian

1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan dengan cermat


2. Berilah tanda V pada jawaban yang anda anggap paling benar
3. Ada 2 pilihan jawaban yaitu “ADA” dan “TIDAK”
4. Nilai jawaban “1” untuk jawaban ada, dan “0” untuk jawaban tidak

No Pernyataan Ya Tidak Ket


1. Apakah dalam suatu pekerjaan perlu dilakukan
pengawasan
2. Apakah ada pengawasan dalam pengggunaan APD
ditempat anda bekerja?
3. Apakah ada pengawasan dalam kualitas penggunaan
APD?

Universitas Muhammadiyah Magelang


4. Apakah ada pengawasan dalam jumlah penggunaan
APD?
Jika jawaban no 2,3 dan 4 tidak maka tidak berlanjut pada pertanyaan ke 5 dan
6
5. Apakah pengawasan dilakukan secara rutin
6. Apakah pengawas selalu mengingatkan atau menegur
ketika ada kesalahan dalam menggunakan APD

PELATIHAN
Petunjuk pengisian
1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan dengan cermat
2. Berilah tanda V pada jawaban yang anda anggap paling benar
3. Ada 2 pilihan jawaban yaitu “ADA” dan “TIDAK”
4. Nilai jawaban “1” untuk jawaban ada, dan “0” untuk jawaban tidak

No Pernyataan Ya Tidak Ket


1. Rumah Sakit memberikan pelatihan/ training cara
penggunaan APD kepada karyawan
Jika jawaban soal no 1 tidak maka tidak berlanjut pada pertanyaan berikutnya
2. Instruktur/Trainner yang memberikan materi
pelatihan/training memiliki kompetensi dibidangnya
3. Metode pelatihan/training yang diberikan sesuai
dengan bidang pekerjaan yang dilakukan perawat
4. Pelatihan/training yang diberikan perusahaan sudah
sesuai dengan tujuan pekerjaan yang dilakukan
karyawan
Khusus soal no 5 dijawab sesuai pilihan
5. Kapan anda mengikuti pelatihan
a. Kurang dari 1th
b. 1-5th
c. Lebih dari 5th

KEPRIBADIAN

Petunjuk pengisian

Universitas Muhammadiyah Magelang


1. Bacalah peryataan yang ada pada kolom dengan teliti
2. Terdapat 5 jawaban dalam kolom pilihlan jawaban yang paling sesuai
3. Kriteria jawaban
 Nilai 5 untuk jawaban “Sangat Setuju” : SS
 Nilai 4 untuk jawaban “Setuju” :S
 Nilai 3 untuk jawaban “Ragu-ragu” : RR
 Nilai 2 untuk jawaban “Tidak Setuju” : TS
 Nilai 1 untuk jawaban “Sangat Tidak Setuju” : STS

5 4 3 2 1
SS S RR TS STS
No Pernyataan
1. Bersemangat
2. Saya dapat menangani stress dengan
baik
3. Saya mudah bergaul
4. Saya penuh energy
5. Saya suka bekerja sama dengan orang
lain
6. Saya memiliki imajinasi yang tinggi
7. Pemikir yang cerdas
8. Saya memiliki kemampuan untuk
merancang hal-hal baru
9. Berdaya cipta
10. Saya tetap tenang dalam situasi tegang
11. Saya mudah memafkan
12. Saya mudah mempercayai orang lain
13. Saya perhatian dan baik kepada orang
lain
14. Saya orang yang tegas
15. Saya suka membentu orang lain
16. Saya Melakukan pekerjaan hingga
tuntas
17. Gigih mengerjakan tugas hingga
selesai dan tepat waktu
18. Melakukan sesuatu dengan efisien
19. Saya melakukan pekerjaan dengan
teliti

Universitas Muhammadiyah Magelang


20. Saya lebih menyukai pekerjaan yang
rutin
21. Saya mudah terganggu dan tegang
22. Saya cenderung mencari-ceri
kesalahan orang lain
23. Saya sering murung/ sedih
24. Saya sering memulai pertengkaran
dengan orang lain
25. Cenderung pemalas

Universitas Muhammadiyah Magelang


KEPATUHAN

Jawablah pertanyaan sesuai dengan kondisi yang bapak/ ibu dalam bekerja
dimasa pandemi.

Bagaimana cara menggunakan APD selama pandemi COVID-19 di


Instalasi Bedah Sentral

a. Tidak pernah
b. Memakain APD kurang dari SOP
c. Memakai sesuai dengan SOP
d. Memakai lebih dari SOP

Universitas Muhammadiyah Magelang


HASIL OLAH DATA
1. Uji Normalitas

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Koding_Usia N Percent N Percent N Percent

Koding_ke 18-40th 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


patuhan 40-60th 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%

Tests of Normalitya

Koding_ Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Usia Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kepat 40-60th
.455 8 .000 .566 8 .000
uhan

a. Koding_kepatuhan is constant when Koding_Usia = 18-40th. It has been omitted.


b. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Koding_J Valid Missing Total

K N Percent N Percent N Percent

Koding_k Laki-laki 12 100.0% 0 0.0% 12 100.0%


epatuhan perempu
8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%
an

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Koding_JK Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_ke Laki-laki
.499 12 .000 .465 12 .000
patuhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


a. Lilliefors Significance Correction
b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_JK = perempuan. It has been omitted.

Case Processing Summary

Cases

Koding_Lama Valid Missing Total

Kerja N Percent N Percent N Percent

Koding_kep 1 1 100.0% 0 0.0% 1 100.0%


atuhan 2 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

3 2 100.0% 0 0.0% 2 100.0%

4 6 100.0% 0 0.0% 6 100.0%

5 1 100.0% 0 0.0% 1 100.0%

Tests of Normalitya,b,c,e

Koding_Lam Kolmogorov-Smirnovd Shapiro-Wilk

aKerja Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kepatu 4
.492 6 .000 .496 6 .000
han

a. Koding_kepatuhan is constant when Koding_LamaKerja = 1. It has been omitted.


b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_LamaKerja = 2. It has been omitted.
c. Koding_kepatuhan is constant when Koding_LamaKerja = 3. It has been omitted.
d. Lilliefors Significance Correction
e. Koding_kepatuhan is constant when Koding_LamaKerja = 5. It has been omitted.

Universitas Muhammadiyah Magelang


Case Processing Summary

Cases

Koding_pendidi Valid Missing Total

kan N Percent N Percent N Percent

Koding_ke DIPLOMA 19 100.0% 0 0.0% 19 100.0%


patuhan NERS 1 100.0% 0 0.0% 1 100.0%

Tests of Normalityb

Koding_pend Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

idikan Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep DIPLOMA
.538 19 .000 .244 19 .000
atuhan

a. Lilliefors Significance Correction


b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_pendidikan = NERS. It has been omitted.

Universitas Muhammadiyah Magelang


Case Processing Summary

Cases

Koding_kepr Valid Missing Total

ibadian N Percent N Percent N Percent

Koding_kep 1 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%


atuhan 2 2 100.0% 0 0.0% 2 100.0%

3 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

4 7 100.0% 0 0.0% 7 100.0%

Tests of Normalityb,c,d

Koding_ke Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

pribadian Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep 1
.455 8 .000 .566 8 .000
atuhan

a. Lilliefors Significance Correction


b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_kepribadian = 2. It has been omitted.
c. Koding_kepatuhan is constant when Koding_kepribadian = 3. It has been omitted.
d. Koding_kepatuhan is constant when Koding_kepribadian = 4. It has been omitted.

Case Processing Summary

Koding_Statu Cases

sKepegawaia Valid Missing Total

n N Percent N Percent N Percent

Koding_kep BLUD TETAP 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%


atuhan PNS 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%

Universitas Muhammadiyah Magelang


Tests of Normalitya

Koding_StatusK Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

epegawaian Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep PNS
.482 10 .000 .509 10 .000
atuhan

a. Koding_kepatuhan is constant when Koding_StatusKepegawaian = BLUD TETAP. It has been


omitted.
b. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Koding_Pen Valid Missing Total

getaahuan N Percent N Percent N Percent

Koding_kep kurang 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%


atuhan cukup 13 100.0% 0 0.0% 13 100.0%

baik 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

Tests of Normalityb

Koding_Pe Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


ngetaahua
n Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep kurang .441 4 . .630 4 .001


atuhan cukup .532 13 .000 .311 13 .000

a. Lilliefors Significance Correction


b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_Pengetaahuan = baik. It has been omitted.

Universitas Muhammadiyah Magelang


Case Processing Summary

Cases

Koding_penga Valid Missing Total

wasan2 N Percent N Percent N Percent

Koding_ke kurang 9 100.0% 0 0.0% 9 100.0%


patuhan cukup 8 100.0% 0 0.0% 8 100.0%

baik 3 100.0% 0 0.0% 3 100.0%

Tests of Normalitya

Koding_pe Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk


ngawasan
2 Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kepatuha cukup .513 8 .000 .418 8 .000


n baik .385 3 . .750 3 .000

a. Koding_kepatuhan is constant when Koding_pengawasan2 = kurang. It has been omitted.


b. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Universitas Muhammadiyah Magelang


Cases

Valid Missing Total

Koding_sikap N Percent N Percent N Percent

Koding_kepat sikap positif 7 100.0% 0 0.0% 7 100.0%


uhan sikap sangat
13 100.0% 0 0.0% 13 100.0%
positif

Tests of Normalitya

Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk

Koding_sikap Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep sikap sangat positif


.505 13 .000 .446 13 .000
atuhan

a. Koding_kepatuhan is constant when Koding_sikap = sikap positif. It has been omitted.


b. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Koding_Pel Valid Missing Total

atihan N Percent N Percent N Percent

Koding_kep kurang 11 100.0% 0 0.0% 11 100.0%


atuhan baik 9 100.0% 0 0.0% 9 100.0%

Tests of Normalityb

Koding_Pel Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

atihan Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_ke kurang
.492 11 .000 .486 11 .000
patuhan

Universitas Muhammadiyah Magelang


Case Processing Summary

Cases

Koding_Per Valid Missing Total

mintaanAPD N Percent N Percent N Percent

Koding_kep kurang 16 100.0% 0 0.0% 16 100.0%


atuhan baik 4 100.0% 0 0.0% 4 100.0%

Tests of Normalityb

Koding_Per Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

mintaanAPD Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Koding_kep kurang
.518 16 .000 .398 16 .000
atuhan

a. Lilliefors Significance Correction


b. Koding_kepatuhan is constant when Koding_PermintaanAPD = baik. It has been omitted.

2. Distribusi Silang (Crosstab)

Universitas Muhammadiyah Magelang


Koding_kepatuhan * Koding_Usia Crosstabulation
Count

Koding_Usia

18-40th 40-60th Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 12 6 18

Sesuai spo 0 2 2
Total 12 8 20

Koding_kepatuhan * Koding_JK Crosstabulation


Count

Koding_JK

Laki-laki perempuan Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 10 8 18

Sesuai spo 2 0 2
Total 12 8 20

Koding_kepatuhan * Koding_LamaKerja Crosstabulation


Count

Koding_LamaKerja Total

1 2 3 4 5
Koding_ke Tidak sesuai spo 0 10 2 5 1 18
patuhan Sesuai spo 1 0 0 1 0 2
Total 1 10 2 6 1 20

Koding_kepatuhan * Koding_pendidikan Crosstabulation


Count

Koding_pendidikan

DIPLOMA NERS Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 18 0 18

Sesuai spo 1 1 2
Total 19 1 20

Universitas Muhammadiyah Magelang


Koding_kepatuhan * Koding_kepribadian Crosstabulation
Count

Koding_kepribadian Total

1 2 3 4

Koding_kep Tidak sesuai spo 6 2 3 7 18


atuhan Sesuai spo 2 0 0 0 2
Total 8 2 3 7 20

Koding_kepatuhan * Koding_StatusKepegawaian Crosstabulation


Count

Koding_StatusKepegawaian

BLUD TETAP PNS Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 10 8 18

Sesuai spo 0 2 2
Total 10 10 20

Koding_kepatuhan * Koding_Pengetaahuan Crosstabulation


Count

Koding_Pengetaahuan Total

kurang cukup baik

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 3 12 3 18

Sesuai spo 1 1 0 2
Total 4 13 3 20

Koding_kepatuhan * Koding_pengawasan2 Crosstabulation


Count

Koding_pengawasan2 Total

kurang cukup baik

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 9 7 2 18

Sesuai spo 0 1 1 2
Total 9 8 3 20

Universitas Muhammadiyah Magelang


Koding_kepatuhan * Koding_sikap Crosstabulation
Count

Koding_sikap

sikap sangat
sikap positif positif Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 7 11 18

Sesuai spo 0 2 2
Total 7 13 20

Koding_kepatuhan * Koding_Pelatihan Crosstabulation


Count

Koding_Pelatihan

kurang baik Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 9 9 18

Sesuai spo 2 0 2
Total 11 9 20

Koding_kepatuhan * Koding_PermintaanAPD Crosstabulation


Count

Koding_PermintaanAPD

kurang baik Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 14 4 18

Sesuai spo 2 0 2
Total 16 4 20

Koding_kepatuhan * Koding_JK Crosstabulation


Count

Koding_JK

Laki-laki perempuan Total

Koding_kepatuhan Tidak sesuai spo 10 8 18

Sesuai spo 2 0 2
Total 12 8 20

Universitas Muhammadiyah Magelang


3. Uji Korelasi

Correlations

Koding_kepatuh
an Koding_Usia

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 .408

Sig. (2-tailed) . .074

N 20 20

Koding_Usia Correlation Coefficient .408 1.000

Sig. (2-tailed) .074 .

N 20 20

Correlations

Koding_kepatuh Koding_Lama
an Kerja

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 -.110

Sig. (2-tailed) . .645

N 20 20

Koding_LamaKerja Correlation Coefficient -.110 1.000

Sig. (2-tailed) .645 .

N 20 20

Correlations

Koding_kepatuh Koding_pendid
an ikan

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 .688**

Sig. (2-tailed) . .001

N 20 20
**
Koding_pendidikan Correlation Coefficient .688 1.000

Sig. (2-tailed) .001 .

N 20 20

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Universitas Muhammadiyah Magelang


Correlations

Koding_kepatuha Koding_kepri
n badian

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 -.367

Sig. (2-tailed) . .111

N 20 20

Koding_kepribadian Correlation Coefficient -.367 1.000

Sig. (2-tailed) .111 .

N 20 20

Correlations

Koding_Stat
Koding_kepatuh usKepegawa
an ian

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation


1.000 .333
Coefficient

Sig. (2-tailed) . .151

N 20 20

Koding_StatusKepegawaian Correlation
.333 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .151 .

N 20 20

Correlations

Koding_kepatuha Koding_Peng
n etaahuan

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 -.256

Sig. (2-tailed) . .276

N 20 20

Koding_Pengetaahuan Correlation Coefficient -.256 1.000

Sig. (2-tailed) .276 .

N 20 20

Correlations

Universitas Muhammadiyah Magelang


Koding_kepatuha Koding_pengaw
n asan2

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 .362

Sig. (2-tailed) . .117

N 20 20

Koding_pengawasan2 Correlation Coefficient .362 1.000

Sig. (2-tailed) .117 .

N 20 20

Correlations

Koding_kepat
uhan Koding_sikap

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation


1.000 .245
Coefficient

Sig. (2-tailed) . .299

N 20 20

Koding_sikap Correlation
.245 1.000
Coefficient

Sig. (2-tailed) .299 .

N 20 20

Correlations

Koding_kepatuh Koding_Pela
an tihan

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 -.302

Sig. (2-tailed) . .196

N 20 20

Koding_Pelatihan Correlation Coefficient -.302 1.000

Sig. (2-tailed) .196 .

N 20 20

Correlations

Universitas Muhammadiyah Magelang


Koding_kepatu Koding_Permint
han aanAPD

Spearman's rho Koding_kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 -.167

Sig. (2-tailed) . .482

N 20 20

Koding_Permintaa Correlation Coefficient -.167 1.000


nAPD Sig. (2-tailed) .482 .

N 20 20

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df sided) (2-sided) sided)

Pearson Chi-Square 1.481a 1 .224


b
Continuity Correction .208 1 .648
Likelihood Ratio 2.190 1 .139
Fisher's Exact Test .495 .347
Linear-by-Linear
1.407 1 .235
Association
N of Valid Cases 20

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.
b. Computed only for a 2x2 table

Universitas Muhammadiyah Magelang


CURRICULUM VITAE (CV)

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Ika Widyasari
Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 19 Mei 1986
Alamat : Aspol Gemoh RT 02/ 05, Butuh, Temanggung
No telepon : 085742816462
Email : meikawidyasari@gmail.com
Pendidikan formal :
1. SDN KEDU II : tahun 1993-1999
2. SMPN 1 KEDU : tahun 1999-2002
3. SMAN 3 TEMANGGUNGA : tahun 2002-2005
4. DIII KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA SEMARANG: tahun
2005-2008
Riwayat Pekerjaan
1. Perawat IGD RSAL Mintohardjo : 2008-2011
2. Perawat IGD RSUD Temanggung : 20011-2014
3. Perawat IBD RSUD Temanggung : 2014-sekarang
Riwayat Organisasi
1. Osis SMP periode 2003-2004
2. Pramuka SMAN 3 Temanggung 2002-2005
3. MENWA 905/906 STIKES KARYA HUSADA 2005-2008
4. POKJA PAB 2016-sekarang

Universitas Muhammadiyah Magelang


Universitas Muhammadiyah Magelang
Universitas Muhammadiyah Magelang
Universitas Muhammadiyah Magelang
Universitas Muhammadiyah Magelang

Anda mungkin juga menyukai