SKRIPSI
IKA WIDYASARI
19.0603.0038
Skripsi
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang
Pembimbing II
i
Universitas Muhammadiyah Magelang
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Mengetahui Dekan
ii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Tanggal : 19 Agustus 2021
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan
bukan merupakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya. Apabila ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini maka saya siap menanggung
segala risiko atau sanksi yang berlaku.
Ika Widyasari
19.0603.0038
iii
Universitas Muhammadiyah Magelang
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non
Eksklusive ini Universitas Muhammadiyah Magelang berhak menyimpan,
mengalih-media/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai
pemilik hak cipta.
Dibuat di : Magelang
Pada tanggal : 19 Agustus 2021
Yang Menyatakan
iv
Universitas Muhammadiyah Magelang
Ika Widyasari
19.0603.0038
HALAMAN PERSEMBAHAN
"Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
baginya jalan menuju surga."- Imam Malik
Syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang-Nya telah memberikanku kekuatan
serta membekaliku dengan ilmu dan atas karunia serta kemudahan yang Engkau
berikan akhirnya skripsi ini dapat terselasaikan. Shalawat dan salam selalu
terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan
kusayangi.
v
Universitas Muhammadiyah Magelang
vi
Universitas Muhammadiyah Magelang
Dosen pembimbing
Ns. Sodik Kamal, M.Sc dan Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M.Kep terimakasih
yang tidak terhingga atas waktu, pemikiran dan masukan-masukan luar biasa yang
diberikan selama membimbing saya dalam menyelesaikan skirpsi ini sehingga
bisa selesai tepat waktu.
Teman-teman seperjuangan
Buat teman-teman seperjuangan di FIKES UNIMMA kelas pararel ang IV tahun
2019 yang selalu mengingatkan ku, memberikan motivasi dan nasihat sehingga
selalu membuatku semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semangat bersama
pasti bisa.
vii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Nama : Ika Widyasari
Program Studi : Ilmu Keperawatan S1
Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian SOP
(Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) Perawat
pada Masa Pandemi Covid 19 di Instalasi Bedah Sentral Rsud Temanggung
Tahun 2021.
Abstrak
viii
Universitas Muhammadiyah Magelang
Name : Ika Widyasari
Program : Bachelor in Nursery Program
Title : Factors that influence the non-conformance of standard operating
procedures for the use of Personal Protective Equipment (PPE) for nurses during
the Covid-19 pandemics in central surgery installation of Temanggung Regional
Public Hospital.
Abstract
ix
Universitas Muhammadiyah Magelang
education of nurses in central surgery installation at Temanggung Regional Public
Hospital. There is a relation between compliance and education level because
formal education increases personal cognitive abilities and knowledge through the
learning processes that could be used as a basis for making a decision making
behavior. Keywords : COVID-19, Personal Protective Equipment, compliance,
central surgery installation.
x
Universitas Muhammadiyah Magelang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang mengambil judul
“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian SOP Penggunaan APD Pada
Masa Pandemi COVID-19 Di Instalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung Tahun
2021”
Skripsi ini disusun dan dibuat sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari sempurna, dan banyak kekurangan baik dalam metode penulisan maupun
dalam pembahasan materi. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan
Penulis.
Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, sehingga
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Dr. Heni Setyowati E. R., S.Kp, M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Ns. Sodiq Kamal, S.Kep, M.Sc. selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Magelang dan Dosen Pembimbing I yang telah memberikan arahan dan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ns. Eka Sakti Wahyuningtyas, M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II yang
selalu memotivasi, membimbing dan memberikan arahan dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.
xi
Universitas Muhammadiyah Magelang
5. Kepada keluarga kecil saya, Suami dan anak-anak yang telah memberikan
perhatian, kesempatan dan motivasi yang luar biasa kepada saya untuk meraih
cita-cita.
6. Keluarga besar saya yang telah memberikan motivasi dan do’a selama
penyusunan skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan IV tahun 2019 Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang yang sudah
memberikan dukungan sehingga kita bisa bersama-sama menyelesaikan
skripsi dan wisuda bersama.
8. Teman-teman Instalasi Bedah Sentral yang luar bisa memberikan kemudahan
sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan lancar.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan
apabila ada yang tidak tersebutkan penulis mohon maaf, dengan besar harapan
semoga skripsi yang ditulis dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapatkan balasan yang
berlimpah dari Tuhan YME, Aamiin.
Magelang,
Penulis
xii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
Abstrak...................................................................................................................vii
Abstract.................................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR SKEMA................................................................................................xiv
BAB 1......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................8
1.3 Tujuan.............................................................................................................9
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................9
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................................9
1.4.1 Bagi Rumah Sakit....................................................................................9
1.4.2 Bagi Perawat..........................................................................................10
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................................10
1.5 Lingkup Masalah..........................................................................................10
1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian......................................................................10
1.5.2 Ruang Lingkup Tempat dan Waktu.......................................................10
1.6 Keaslian Penelitian.......................................................................................10
BAB II....................................................................................................................14
2.1 COVID-19....................................................................................................14
2.1 Pengertian.................................................................................................14
xiii
Universitas Muhammadiyah Magelang
2.1.2 Etiologi...................................................................................................14
2.1.3 Manifestasi Klinis..................................................................................15
2.1.4 Penularan................................................................................................17
2.1.5 Kriteria Diagnostik Kasus COVID-19...................................................18
2.1.6 Patofisiologi...........................................................................................20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................21
2.1.8 Penatalaksanaan.....................................................................................22
2.1.9 Pencegahan COVID-19.........................................................................24
2.2 APD (Alat Pelindung Diri)...........................................................................24
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri..............................................................24
2.2.2 Jenis-jenis Alat Pelindung Diri pada masa pandemi..............................25
2.2.3 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)................................................35
2.3 Teori Perilaku...............................................................................................45
2.3.1 Pengertian Perilaku................................................................................45
2.3.2 Jenis Respon...........................................................................................45
2.3.3 Jenis-jenis Perilaku................................................................................47
2.3.4 Faktor-faktor yang menentukan perilaku...............................................48
2.3.5 Domain Perilaku....................................................................................49
2.3.6 Teori Perubahan Perilaku.......................................................................51
2.3.7 Bentuk-bentuk Perubahan perilaku........................................................52
2.3.8 Strategi Perubahan Perilaku...................................................................53
2.3.9 Kerangka Teori......................................................................................54
2.3.10 Hipotesis Penelitian.............................................................................55
BAB III..................................................................................................................57
3.1 Rancangan Penelitian...................................................................................57
3.2 Kerangka Konsep.........................................................................................58
3.3 Definisi Operasional Penelitian....................................................................58
3.4 Populasi dan Sampel....................................................................................62
3.4.1 Populasi.....................................................................................................62
3.4.2 Sampel....................................................................................................62
3.4.3 Kriteria Sampel......................................................................................63
3.5 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................63
xiv
Universitas Muhammadiyah Magelang
3.5.1 Tempat Penelitian..................................................................................63
3.5.2 Waktu Penelitian....................................................................................63
3.6 Alat dan Metode Pengumpulan Data............................................................64
3.6.1 Alat Pengumpul Data.............................................................................64
3.6.2 Uji Validitas dan Uji releabilitas............................................................65
3.6.3 Langkah-langkah Pengambilan Data.....................................................66
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data.........................................................66
3.7.1 Tehnik pengolahan data terdiri dari beberapa proses, antara lain:.........66
3.7.2 Analisa Data...........................................................................................67
3.8 Etika Penelitian.............................................................................................68
BAB IV..................................................................................................................69
4.1 Hasil Penelitian.............................................................................................69
4.1.1Analisis Univariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian
SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat pelindung Diri)
Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahu 2021................................................................69
4.1.2 Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaksesuaian
SOP (Standar Operasional Prosedur) Penggunaan APD (Alat pelindung Diri)
Perawat Pada Masa Pandemi COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahu 2021................................................................75
4.2 Pembahasan..................................................................................................84
4.2.1 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Usia Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................84
4.2.2 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Jenis Kelamin Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................86
4.2.3 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Status Kepegawaian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung tahun 2021..............................................................87
4.2.4 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pendidikan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................88
4.2.5 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Lama Kerja Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................89
xv
Universitas Muhammadiyah Magelang
4.2.6 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pengetahuan Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................90
4.2.7 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Sikap Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................92
4.2.8 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Permintaan APD (Alat Diri Perawat) Perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021......................................94
4.2.9 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pengawasan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................95
4.2.10 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Pelatihan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.......................................................................................................97
4.2.11 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Kepribadian Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten
Temanggung tahun 2021.................................................................................99
4.3 Keterbatasan Penelitian..............................................................................101
BAB V..................................................................................................................104
5.1 Simpulan.....................................................................................................104
5.2 Saran...........................................................................................................104
5.2.1 Bagi Rumah Sakit................................................................................104
5.2.2 Bagi Perawat........................................................................................104
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya.....................................................................105
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................106
xvi
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR TABEL
xvii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR GAMBAR
xviii
Universitas Muhammadiyah Magelang
DAFTAR SKEMA
xix
Universitas Muhammadiyah Magelang
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada bulan Maret 2020 pertama kali ditemukan COVID-19 di Indonesia terdapat
2 kasus, saat ini sudah berkembang menjadi 629.429 kasus konfirmasi
(Kawalcovid19.id, 2020). Warga negara Indonesia yang positif COVID-19
tersebut mengadakan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke
Indonesia. Pada Maret 2020, untuk pertama kalinya warga negara Indonesia
meninggal akibat COVID-19. Sejauh ini, angka kasus COVID-19 di Indonesia
terus meningkat. Dua bulan lebih sejak dinyatakan resmi, jumlah kasus pengidap
COVID-19 di Indonesia tercatat pada Mei 2020 mencapai 12.438 kasus (Hayyah,
2020).
Provinsi Jawa Tengah menempati posisi ketiga nasional kasus positif COVID-19.
Angka kasus COVID-19 tercatat sudah mencapai 10.611 kasus konfirmasi positif.
Jumlah ini menyumbang 8,5 % dari angka kasus terkonfirmasi nasional. Di Jawa
Tengah sendiri muncul konsep Jogo Tonggo yang telah digalakan oleh Bapak
Gubernur Jawa Tengah sejak awal ditetapkanya COVID-19 sebagai bencana
nasional. Sehingga seluruh lapisan masyarakat diharapkan ikut berpartisipasi
dalam mencegah berkembangnya COVID-19 di masyarakat (Caesar, Nafi’ah, &
Sugiarti, 2020). Update terbaru pada 11 Desember 2020 kasus Terkonfirmasi di
Jawa Tengah: kasus aktif 10.175 pasien terkonfirmasi COVID-19 yang dirawat di
RS atau isolasi mandiri. Terkonfirmasi: Sembuh 54.656 pasien terkonfirmasi
COVID-19 yang sembuh atau selesai isolasi mandiri. Pasien terkonfirmasi
COVID-19 yang meninggal dunia sebanyak 4.290 yang. Total terkonfirmasi
69.121didapat dari hasil penjumlahan angka pasien dirawat, sembuh, dan
meninggal. Suspek 8.664 orang dengan riwayat dari negara/ wilayah transmisi
lokal, dengan atau tanpa gejala/ menyerupai COVID-19 dan perlu perawatan di
Rumah Sakit (belum dinyatakan terkonfirmasi dengan SWAB test)
(corona.jatengprov.go.id, 2020).
live market yang diperiksa sampel isolate menunjukkan hasil adanya infeksi
coronavirus.
Pada bulan Juni 2020 terdapat lebih dari 30.000 kasus terkonfirmasi positif
COVID-19 di Indonesia dengan 1000 lebih jumlah kematian. Dari kasus-kasus
APD (Alat Pelindung Diri) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau penyebaran infeksi atau penyakit.
Apabila digunakan dengan benar, APD (Alat Pelindung Diri) bertindak sebagai
penghalang antara bahan infeksius (misalnya virus dan bakteri) dan kulit, mulut,
hidung, atau mata (selaput lendir) antara tenaga kesehatan dan pasien. Penghalang
memiliki potensi untuk memblokir penularan kontaminan dari darah, cairan
tubuh, atau sekresi pernapasan. Pada pemilihan APD (Alat Pelindung Diri) yang
tepat, perlu mengidentifikasi potensial paparan penularan yang ditimbulkan serta
memahami dasar kerja setiap jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang akan
digunakan di tempat kerja dimana potensial bahaya tersebut mengancam pada
petugas kesehatan di Rumah Sakit (Kementrian Kesehatan RI, 2020).
Pada saat akan menggunaan APD (Alat pelindung Diri) memerlukan 4 unsur yang
harus dipatuhi yaitu indikasi penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), Cara “
memakai “dengan benar, Cara “melepas” dengan benar dan Cara mengumpulkan
limbah (disposal) setelah di pakai. Hal-Hal yang harus dipenuhi dalam pemilihan
APD (Alat Pelindung Diri) yaitu harus dapat memberikan perlindungan terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi (Percikan, kontak
langsung maupun tidak langsung), berat APD (Alat Pelindung Diri) hendaknya
seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan
yang berlebihan, dapat dipakai secara fleksibel (reuseable maupun disposable),
tidak mudah rusak, memenuhi ketentuan dari standar yang ada dan tidak
membatasi gerak pemakainya (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2020).
Jenis APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan pada kasus COVID-19,
berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi dan aktivitas petugas dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu untuk ruang perawatan pasien, IGD, kamar operasi
petugas kesehatan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) level 2 yang terdiri
dari Masker N95, gaun, sarung tangan, googles atau face shield, pelindung kepala,
celemek/ apron dan sepatu. Ruang konsultasi petugas kesehatan menggunakan
APD (Alat Pelindung Diri) level 1 yaitu Masker bedah, gaun/ gown, sarung
tangan, pelindung mata (googles) dan atau pelindung wajah (face shield),
pelindung kepala dan sepatu. Untuk petugas laboratorium yang mengerjakan
sampel saluran nafas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) level 2 terdiri dari:
masker N95, gaun/ gown, sarung tangan, pelindung mata (googles) atau pelindung
wajah (face shield), pelindung kepala dan sepatu. Cleaning service yang masuk
ke ruang rawat pasien COVID-19 menggunakan sarung tangan tebal, masker
bedah, gaun/ gown, pelindung mata (googles) pelindung kepala, sepatu pelindung.
Area lain yang digunakan untuk transit pasien (misal koridor, bangsal). Semua
staf, termasuk petugas kesehatan dimana semua kegiatan dimana tidak terjadi
kontak langsung dengan pasien COVID-19 petugas menggunakan masker bedah
(Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, 2020).
19. Hal ini sangatlah penting karena COVID-19 adalah penyakit jenis baru, maka
pengetahuan dan pemahaman tenaga kesehatan masih terbatas. Lebih rinci
dijelaskan Resiko Penularan COVID-19 bagi tenaga kesehatan yang diakibatkan
karena adanya tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan rendah tentang
Protokol Penanggulangan COVID19 dan penularan virus jenis baru ini. Selain itu
hal tersebut juga dikarenakan tatacara tenaga kesehatan dalam memakai APD
(Alat Pelindung Diri) yang salah atau tidak sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur). Faktor tersebut diperparah dengan kelangkaan (Alat
Pelindung Diri), kurangnya pengetahuan terkait penggunaan APD (Saputra &
Putra, 2020).
perawat dengan tingkat kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) (Ditha,
Pertiwiwati, & Rizany, 2019). Penelitian ini membahas prosentase perawat yang
patuh menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) dan yang tidak patuh. Prosentase
sebesar 88,1% perawat patuh dalam penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dan
11,9% perawat tidak patuh dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Dalam penelitian lain yang meneliti kepatuhan tenaga kesehatan dam
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) Sudarmo, Helmi, & Marlinae, (2017)
menyatakan berdasarkan uji simultan yang dilakukan didapatkan hasil 84,1%,
sangat kuat bahwa kepatuhan perawat bedah benar-benar nyata/ signifikan
dipengaruhi faktor perilaku yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu:
sikap, lama kerja, pengawasan, ketersediaan APD (Alat Pelindung Diri), teman
sejawat serta persepsi dan hanya 15,9% saja faktor lain di luar variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yang bisa mempengaruhi kepatuhan perawat
dalam menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dari sekian banyak pasien
yang dirawat di RSUD kabupaten Temanggung beberapa pasien membutuhkan
tindakan pembedahan. Pihak Rumah Sakit telah menyiapkan kamar operasi
infeksius khusus digunakan untuk kasus pembedahan dengan pasien probable
maupun confirm COVID-19. Hingga pertengan bulan Desember 2020 ini Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung sudah melakukan operasi sebanyak 30
kali operasi Sectio Caesaria. Saat peneliti melakukan observasi juga ditemukan
perilaku perawat yang menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) cenderung
berlebihan dari yang seharusnya digunakan.
perawatan pasien. Apabila hal-hal yang demikian dibiarkan terus menerus maka
akan menambah beban pembiayaan Rumah Sakit untuk pengadaan APD (Alat
Pelindung Diri).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas peneliti tertarik untuk meneliti Faktor -
faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian SPO (Standar Operasional Prosedur)
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pada masa pandemi COVID-19 di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kab. Temanggung.
1. 2 Rumusan Masalah
Munculnya kasus COVID-19 di Temanggung ini cukup tinggi dan pasien yang
membutuhkan perawatan dengan kasus COVID-19 juga semakin hari semakin
meningkat. Sehingga kondisi ini mengharuskan perawat menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri). APD (Alat pelindung Diri) yang digunakan oleh perawat sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang di tetapkan oleh Rumah Sakit. Namun ada beberapa
perawat yang menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) diatas standart yang
ditetapkan oleh Rumah sakit. Dengan perilaku perawat yang menggunakan APD
(Alat Pelindung Diri) diatas standar tersebut menyebabkan biaya untuk
pembiayaan pembelian APD (Alat Pelindung Diri) menjadi meningkat. Jika
dibandingkan biaya untuk penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) pasien non
infeksius menghabiskan biaya Rp. 67.260,00 sedangkan untuk pasien yang
menggunakan APD infeksius menghabiskan biaya Rp. 832.949,00.
Pelindung Diri) dalam melakukan prosedur pembedahan pasien dengan kasus non
infeksius, probable atau confirm COVID-19.
1.3 Tujuan
Dari Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi institusi terkait dalam
membuat, melaksanakan dan mengevaluasi setiap kebijakan yang ditetapkan.
Sehingga semua yang sudah menjadi SOP (Standar Operasional Prosedur)
mempunyai kekuatan untuk mengatur petugas dan bisa digunakan sebagai rujukan
serta mempunyai kekuatan hukum.
menyebabkan
perilaku tidak
sesuai perawat
dalam
menggunakan
APD (Alat
Pelindung
Diri) pada
masa pandemi
COVID-19
2.1 COVID-19
2.1.1 sPengertian
Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari
gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
(Hayyah, 2020).
2.1.2 Etiologi
Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama yang menyebabkan Middle
East Respiratory Syndrome-associated Coronavirus (MERS-CoV) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome-associated Coronavirus (Levani & Prastya, 2021). Para
peneliti di Institute of Virology di Wuhan telah melakukan analisis metagenomics
(analisa berdasarkan genom/ genetik) untuk mengidentifikasi coronavirus baru ini
sebagai etiologi potensial. Mereka menyebutnya novel coronavirus 2019 (nCoV-
2019) (Parwanto, 2020).
14
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises defisit imun) presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam
dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala
komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai
dengan batuk atau kesulitan bernafas
c. Pneumonia berat
a) Pada pasien dewasa: Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga
infeksi saluran napas. Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas:
>30x/ menit), distress pernafasan berat atau saturasi oksigen pasien <90%
udara luar (Yuliana, 2020).
b) Pasien anak dengan batuk atau kesulitan bernafas, ditambah setidaknya satu
dari berikut ini:
(1) Sianosis (warna kebiruan pada jaringan karena kekurangan oksigen)
atau SpO2 <90%
(2) Distres (kesulitan) pernafasan berat (seperti mendengkur, tarikan
dinding dada yang berat)
(3) Tanda pneumonia berat: ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang, tarikan dinding dada,
takipnea (peningkatan frekuensi nafas): < 2 bulan: ≥ 60 x/ menit, 2-11
bulan: ≥ 50 x/ menit, 1-5tahun: ≥ 40 x/menit, > 5 tahun: ≥ 30 x/ menit.
e. Sepsis
a) Pasien dewasa: disfungsi organ yang mengancam nyawa disebabkan oleh
disregulasi respon tubuh terhadap dugaan atau terbukti infeksi. Tanda
disfungsi organ meliputi: perubahan status mental/ kesadaran, sesak napas,
saturasi oksigen rendah, urin output (keluaran) menurun, denyut jantung
cepat, nadi lemah, ekstremitas dingin atau tekanan darah rendah, petekie
(bintik kerah dibawah kulit tanda perdaahan)/ purpura (peradangan
pembuluh darah)/ mottled skin (ruam), atau hasil laboratorium yang
menunjukkan koagulopati (gangguan pembekuan darah), trombositopenia
(jumlah keeping darah menurun), asidosis (kondisi asam dalam tubuh lebih
tinggi), laktat yang tinggi, hyperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah
meningkat).
b) Pasien anak: terhadap dugaan atau terbukti infeksi dan kriteria Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) ≥ 2, dan disertai salah satu dari:
suhu tubuh abnormal (tidak normal) atau jumlah sel darah putih abnormal
(tidak normal).
f. Syok Septik
a) Pasien dewasa: hipotensi (tekanan darah dibawah normal) yang menetap
meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan dan membutuhkan vasopresor
(obat untuk menaikkan tekanan darah) untuk mempertahankan Mean
Arterial Pressure (MAP) ≥ 65 mmHg dan kadar laktat serum > 2 mmol/L.
b) Pasien anak: hipotensi (tekanan darah dibawah normal) (TDS < persentil 5
atau > 2 SD di bawah normal usia) atau terdapat 2-3 gejala dan tanda
berikut: perubahan status mental/ kesadaran, takikardia (detak jantung
diatas normal) atau bradikardia (detak jantung dibawah normal) (HR < 90
x/ menit atau >160 x/ menit pada bayi dan HR < 70 x/ menit atau >150 x/
menit pada anak), waktu pengisian kembali kapiler yang memanjang (>2
detik), takipnea (peningkatan frekuensi nafas), mottled skin (ruam), petekie
(bintik kerah dibawah kulit tanda perdarahan) atau purpura (peradangan
pembuluh darah), peningkatan laktat, oliguria, hipertermia (peningkatan
suhu tubuh) atau hipotermia (penurunan suhu tubuh) (Morfi, 2020).
2.1.4 Penularan
Coronavirus merupakan zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan hewan ke
manusia), sehingga terdapat kemungkinkan virus berasal dari hewan dan ditularkan
ke manusia. Pada COVID-19 belum diketahui dengan pasti proses penularan dari
hewan ke manusia, tetapi data filogenetik (sejarah evolusi) memungkinkan COVID-
19 juga merupakan zoonosis (penyakit yang dapat ditularkan hewan ke manusia).
Perkembangan data selanjutnya menunjukkan penularan antar manusia (human to
human), yaitu diprediksi melalui droplet (percikan)dan kontak dengan virus yang
dikeluarkan dalam droplet (percikan), kemudian virus dapat masuk ke dalam mukosa
(selaput lender) yang terbuka (Handayani, 2020).
b. Kasus Probable
Kasus probable adalah kasus suspek dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Berat/ Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)/ meninggal dengan
gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil
pemeriksaan laboratorium Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction
(RT-PCR).
c. Kasus Konfirmasi
Adalah Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang
dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium Reverse-Transcriptase
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a) Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik).
b) Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik).
d. Kontak Erat
Adalah Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau
konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
a) Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus
konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau
lebih.
2.1.6 Patofisiologi
Setelah terjadi transmisi (penularan), virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran nafas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran nafas dan virus dapat berlanjut meluruh selama beberapa waktu di sel
gastrointestinal (saluran cerna) setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai
muncul penyakit sekitar 3-7 hari. COVID-19 pada manusia menyerang saluran
pernapasan khususnya pada sel yang melapisi alveoli (bagian dari paru tempar
pertukaran oksigen) (Yuliana, 2020).
Faktor virus dengan respon imun menentukan keparahan dari infeksi COVID-19 ini.
Efek sitopatik (perubahan struktur karena infeksi virus) virus dan kemampuannya
dalam mengalahkan respon imun merupakan faktor keparahan infeksi virus. Sistem
imun yang tidak adekuat dalam merespon infeksi juga menentukan tingkat
keparahan, di sisi lain respon imun yang berlebihan juga ikut andil dalam kerusakan
jaringan. Saat virus masuk ke dalam sel selanjutnya antigen virus dipresentasikan ke
APC (Antigen Presentation Cell). Presentasi sel ke APC (Antigen Presentation Cell)
merespon sistem imun humoral dan seluler yang dimediasi oleh sel T dan sel B. Ig M
(antigen M) dan Ig G (antigen G) terbentuk dari sistem imun humoral. Pada SARS-
CoV Ig M (antigen M) akan hilang pada hari ke 12 dan Ig G (antigen G) akan
bertahan lebih lama (Levani & Prastya, 2021).
a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan torak, USG toraks. Pada pencitraan
dapat menunjukkan: pneumonia, opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental,
lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan groundglass.
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a) Saluran nafas atas dengan uji usap (swab test) tenggorok: nasofaring dan
orofaring.
b) Saluran nafas bawah: sputum, bilasan bronkus, bila menggunakan
endotrakeal tube dapat berupa aspirat endotrakeal.
c. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah suatu tindakan invasif semi operatif dengan meggunakan
bronkoskopi serat optik lentur untuk memeriksa, menilai dan mengobati
kelainan saluran nafas.
d. Pungsi pleura
Pungsi pleura merupakan tindakan invasif dengan menginsersi jarum melalui
dinding toraks untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura.
e. Pemeriksaan kimia darah
f. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah. Kultur darah untuk bakteri dilakukan,
idealnya sebelum terapi antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik
dengan menunggu hasil kultur darah)
g. Pemeriksaan feses (untuk investasigasi kemungkinan penularan).
Coronavirus jenis baru dapat bertahan di usus manusia. Virus penyebab
COVID-19 itu masih mampu hidup di usus bahkan saat saluran pernapasan yang
paling umum diserang sudah bersih. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
medis GUT mengatakan, coronavirus dapat menginfeksi saluran pencernaan
meskipun pasien tidak menderita gejala gastrointestinal, temuan tersebut
menunjukkan pengujian sampel tinja menjadi cara lebih baik untuk mendeteksi
virus corona jenis baru (Setiadi, 2020).
2.1.8 Penatalaksanaan
Hingga saat ini, belum ada obat yang spesifik dan vaksin untuk pasien COVID-19.
Penanganan yang dapat dilakukan menurut Levani & Prastya (2021) adalah :
a. Isolasi pada semua kasus sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan
maupun sedang.
b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
c. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
d. Suplementasi oksigen.
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas,
hipoksemia atau syok.
e. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok pasien, tetapi harus
diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif
dapat memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring
keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Pemberian antibiotik
g. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika
memang diperlukan.
h. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana
pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain (Yuliana, 2020).
i. Saat ini, World Health Organization (WHO) dan beberapa negara sedang
melaksanakan uji klinis untuk menemukan obat yang cocok pada COVID-19.
Uji ini terdapat 4 kelompok, yaitu kelompok LPV/r dan Interferon-beta (IFN-
beta), remdesivir, serta CLQ dan HCQ. Di bawah ini adalah beberapa obat yang
dianggap mampu menangani COVID-19 :
a. Remdesivir (RDV)
Remdesivir adalah antivirus spektrum luas yang akhir-akhir ini telah efektif
digunakan pada virus RNA seperti SARS-CoV dan MERS. Pada kasus
pertama novel coronavirus disease 2019 di Amerika Serikat yang
memberikan remdesivir untuk penggunaan antivirus pada hari ke 11,
mengakibatkan penurunan viral load pada nasofaring dan orofaring, serta
kondisi klinis pasien membaik. Remdesivir adalah obat terbaik untuk saat
ini.
b. Klorokuin (CLQ) dan Hidroksiklorokuin (HCQ)
Klorokuin adalah obat autoimun dan obat antimalaria. Obat ini dapat
menghambat infeksi virus dengan cara meningkatkan pH endosomal serta
mengganggu glikosilasi seluler reseptor SARS-CoV. Selain itu, klorokuin
mempunyai aktivitas permodulasi yang dapat meningkatkan efek antivirus in
vivo. Klorokuin sendiri didistribusikan di seluruh tubuh termasuk paru-paru.
Sementara itu, Yao dkk tahun (2020) memberikan pilihan hidroksiklorokuin
sebagai pengganti klorokuin. Dalam penelitian in vitro tersebut,
menunjukkan hasil klorokuin dan hidroksiklorokuin sama-sama memberikan
hasil efektivitas yang baik. Namun nilai EC50 klorokuin yaitu (23, 90 dan
5,47 μM) lebih besar daripada nilai EC50 hidroksiklorokuin yaitu (6,14 dan
0,72 μM) pada 24 dan 48 jam. Dari hasil tersebut, hidroksiklorokuin
menunjukkan anti SARS- CoV-2 lebih baik daripada klorokuin dibuktikan
dengan nilai EC50 hidroksiklorokuin lebih rendah dari nilai EC50 klorokuin.
Dosis anjuran diberikannya hidroksiklorokuin yaitu 400 mg dua kali sehari
dosis awal dan dilanjutkan dengan dosis lanjutan 200 mg dua kali sehari
selama 4 hari.
c. Ritonavir dan Lopinavir ( LPV/r)
Lopinavir dan ritonavir tidak begitu berefek pada COVID-19 ini Lopinavir
dan ritonavir memiliki kemampuan inhibisi replikasi, bukan mensupresi
jumlah virusnya. Namun Cao B dkk tahun (2020) melakukan penelitian
pada 199 kasus mengenai kelompok dengan pemberian ritonavir dan
lopinavir dengan kelompok perawatan yang standar. Didapatkan hasil
bahwa angka kematian kelompok pemberian ritonavir dan lopinavir setelah
28 hari lebih rendah dibanding perlakuan kelompok perawatan standar.
d. Interferon- α (IFN- α)
SARS-CoV dan MERS-CoV dapat mengganggu jalur persinyalan interferon.
Misal, protein Orf6 SARS-CoV mengganggu transportasi karyopherin
sehingga akan menghambat pada inti transkripsi. Begitu pula Protein Orf3b
pada SARS-CoV menghambat fosforilasi IRF3 yang mengaktivasi
interferon. Namun, protein Orf6 dan protein Orf3 dalam SARS-CoV-2 telah
terpotong dan telah hilang fungsi anti- interferonnya. Maka dari itu, SARS-
CoV- 2 sensitif terhadap interferon α. Dengan begitu, pengobatan interferon
α lebih aman dan efisien.
e) Menjaga jarak (minimal 1m) dari orang yang mengalami gejala gangguan
pernafasan.
e) Bagian dalam dan luar masker harus dapat terindentifikasi dengan mudah
dan jelas.
f) Penempatan masker pada wajah longgar (loose fit)
g) Masker dirancang agar tidak rusak dengan mulut (misalnya berbentuk
mangkok atau duckbill)
h) Memiliki Efisiensi Penyaringan Bakteri (bacterial filtration efficiency)
98%.
i) Dengan masker ini pengguna dapat bernafas dengan baik saat
memakainya (Differential Pressure < 5.0 mmHO/ cm²).
j) Lulus uji Bacteria Filtration Efficiency in vitro (BFE), Particle
Filtration Efficiency, Breathing Resistance, Splash Resistance, dan
Flammability.
b. Respirator N95
a) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dengan
menyaring atau menahan cairan, darah, aerosol (partikel padat atau cair di
udara), bakteri atau virus.
b) Material: Terbuat dari 4-5 lapisan (lapisan luar polypropilen, lapisan
tengah electrete (charged polypropylene).
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use)
d) Respirator yang dapat digunakan: N95 atau Filtering Face Piece (FFP2).
e) Penempatan pada wajah ketat (tight fit).
f) Ikatan goggles dapat disesuaikan dengan kuat sehingga tidak longgar saat
melakukan aktivitas klinis.
g) Tersedia celah angin/ udara yang berfungsi untuk mengurangi uap air.
h) Goggles tidak diperbolehkan untuk dipergunakan kembali jika ada bagian
yang rusak.
Gambar 2. 3 Googles
Gambar 2. 4 FaceShield
g. Gaun/ Gown
a) Gaun adalah pelindung tubuh dari pajanan melalui kontak atau droplet
dengan cairan dan zat padat yang infeksius untuk melindungi lengan dan
area tubuh tenaga kesehatan selama prosedur dan kegiatan perawatan
pasien.
b) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari penyebaran
infeksi atau penyakit, hanya melindungi bagian depan, lengan dan
setengah kaki.
c) Material: Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester, polyetilen,
dupont tyvex).
d) Menurut penggunaannya, gaun dibagi menjadi 2 yaitu gaun sekali pakai
(disposable) dan gaun dipakai berulang (reuseable).
e) Berwarna terang/ cerah agar jika terdapat kontaminan dapat terdeteksi
dengan mudah.
f) Tahan terhadap penetrasi cairan darah dan cairan tubuh lainnya, virus.
g) Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.
h) Panjang gaun setengah betis untuk menutupi bagian atas sepatu boots.
i) Terdapat lingkaran (cuff) yang elastis pada pergelangan tangan.
j) Lulus uji fluid penetration resistant atau blood borne pathogens
penetration resistant dan partial body protection.
h. Coverall Medis
a) Kegunaan: Melindungi pengguna atau tenaga kesehatan dari penyebaran
infeksi atau penyakit secara menyeluruh dimana seluruh tubuh termasuk
kepala, punggung, dan tungkai bawah tertutup.
b) Material: Non woven, Serat Sintetik (Polypropilen, polyester, polyetilen,
dupont tyvex) dengan pori-pori 0,2-0,54 micron (microphorous).
c) Frekuensi penggunaan: Sekali pakai (Single Use).
d) Berwarna terang/ cerah agar jika terdapat kontaminan dapat terdeteksi/
terlihat dengan mudah.
e) Tahan terhadap penetrasi cairan, darah, virus.
f) Tahan terhadap aerosol, airborne, partikel padat.
Gambar 2. 9 Apron
pemeriksaan gigi
seperti scaler pada
pasien COVID-19
Cleaning Masuk ke ruang Masker bedah
service rawat pasien Gaun/ gown
COVID-19. Sarung tangan
tebal
Pelindung mata
(goggles)
Pelindung kepala
Sepatu pelindung
Area lain yang Semua staf, Semua kegiatan
digunakan termasuk dimana tidak
untuk transit petugas terjadi kontak Masker bedah
pasien (misal kesehatan langsung dengan
koridor, pasien COVID-19
bangsal)
Petugas Skrining awal dan Menjaga jarak
kesehatan tidak terjadi kontak dengan pasien
langsung (minimal 1 m)
Menggunakan
masker bedah
Pasien dengan Semua jenis Menjaga jarak
gejala infeksi kegiatan dengan pasien
(minimal 1 m)
saluran nafas
Triase Menggunakan
masker bedah
Pasien tanpa Semua jenis
gejala infeksi kegiatan Masker bedah
saluran nafas
Pelindung kepala
Celemek (apron)
Sepatu
pelindung
Bagian admisi Bagian Masker bedah
pendaftaran, Menjaga jarak
petugas kasir dengan pasien 1
meter
Area Seluruh staf, Tugas yang bersifat
administrasi termasuk administratif dan
petugas tidak ada kontak Masker bedah
kesehatan langsung dengan
pasien COVID-19
Petugas Pemeriksaan fisik Masker bedah
kesehatan pada pasien dengan Gaun/ Gown
gejala infeksi Sarung tangan
saluran nafas Pelindung mata
dan atau
Pelindung wajah
(face shield)
Pelindung kepala
Sepatu pelindung
Petugas Pemeriksaan fisik Masker N 95
kesehatan pada pasien tanpa Gaun/ Gown
gejala infeksi Sarung tangan
saluran nafas, Pelindung mata
tetapi melakukan dan atau
pemeriksaan pelindung wajah
bronskopi, (face shield)
pengambilan swab
atau ke ruangan
lain yang terpisah
dengan pasien
lainnya. Jika
tidak
memungkinkan
tempatkan pasien
dengan jarak
minimal 1 m
dengan pasien
lainnya.
Pasien tanpa Segala jenis
gejala infeksi kegiatan Masker bedah
saluran nafas
Petugas Transport pasien Masker bedah
kesehatan Sarung tangan
curiga COVID-19
ke RS rujukan Pelindung mata
(googles)
Pelindung wajah
(face shield)
Gaun / Gown
Sepatu pelindung
Prinsip yang harus dipenuhi dalam pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) COVID-
19:
Adalah respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus
atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation
karena bisa memperkuat respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua yaitu:
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response. Oleh sebab itu
untuk membentuk perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu
yang disebut operant conditioning. Prosedur pembetukan perilaku dalam
operant conditioning ini adalah sebagai berikut:
Pendapat lain tentang jenis perilaku yang dikemukakan oleh Ulfa, (2014):
Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh kesadaran atau otak. Perilaku ini
merupakan perilaku yang dibentuk dan dapat dikendalikan. Oleh karena
itu, perilaku ini dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses
belajar.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk perilaku manusia (Wawan, Dewi, 2011)
b. Sikap
Sikap menurut Azwar Saifudin dalam buku Psikologi Keperawatan (dr. Doli
Tine Donsu, 2019) merupakan keteraturan perasaan, pemikiran perilaku
seseorang dalam interaksi sosial. Sedangkan menurut Baron dan Bryne sikap
merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial.
c. Permintaan APD
Permintaan APD adalah suatu proses dalam meminta sesuatu atau sejumlah
barang yang dibeli atau diminta pada waktu tertentu dalam hal ini adalah
APD (Nur Fatimah, 2015).
d. Pelatihan
Pelatihan adalah proses mengajar keterampilan yang dibutuhkan karyawan
baru untuk melakukan pekerjaannya (Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan,
organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi dan gaya bicara sangat
menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila
stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan
harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme faktor
reinforcement memegang peranan penting.
b. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi selanjutnya dengan pengetahuan-
pengetahuan itu menimbulkan kesadaran mereka, akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama,
tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh
kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
c. Diskusi Partisipasi
Cara ini adalah peningkatan cara yang kedua dalam memberikan informasi
tidak bersifat searah saja tetapi dua arah. Hal ini berarti seseorang tidak hanya
pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif dalam berpartisipasi melalui
diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka
pengetahuan yang diterimanya sebagai dasar perilaku mereka diperoleh
secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku mereka peroleh
akan lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain.
Sudah barang tentu cara ini akan memakan waktu yang lebih lama dari cara
yang kedua tersebut dan jauh lebih baik daripada cara yang pertama. Diskusi
dan partisipasi adalah satu cara yang baik dalam rangka memberikan
informasi-informasi dan pesan-pesan.
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pendukung
STIMULUS Lingkungan PERILAKU
Fasilitas
Pelatihan
Faktor Pendorong
Peraturan
Pengawasan
Pengertian hipotesis yang dibahas oleh Agung & Wulandari Yuliati, (2020)
Hipotesis adalah pernyataan mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya.
Dalam suatu penelitian terdapat 2 jenis hipotesis yaitu yaitu hipotesis nol dan
hipotesis alternatif. Hipotesis nol (Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan
tidak ada hubungan, korelasi dan atau perbedaan antara dua kelompok atau lebih
data di dalam penelitian. Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis
yang menyatakan ada hubungan, korelasi dan atau perbedaan antara dua
kelompok atau lebih data dalam penelitian (Notoatmodjo, 2018).
1. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan usia perawat di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan usia perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
2. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan jenis kelamin perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jenis kelamin perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
3. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan lama kerja perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan lama kerja perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
4. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan pedidikan perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
H0: Tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan pendidikan perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
5. H1: Ada hubungan antara kepatuhan dengan status kepegawaian perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
Rancangan penelitian/ desain penelitian adalah strategi yang dipilih oleh para
peneliti untuk sepenuhnya mengintegrasikan dan mendiskusikan komponen-
komponen penelitian dengan cara yang logis dan sistematis, dan untuk
menganalisis apa yang ada di pusat penelitian (Mastutoh, 2018). Desain
penelitian menurut Notoatmodjo (2018) adalah metode atau taknis dan
operasional penelitian yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kuantitatif, desain untuk penelitian untuk mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaksesuaian Standar Operasional
Prosedur (SOP) penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dimasa pandemi
COVID-19 di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung adalah
deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan alat ukur yang digunakan
kuesioner atau angket. Rancangan survei cross sectional adalah suatu penelitian
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek dengan
cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach) (Notoatmodjo, 2018). Penelitian ini menggambarkan
karakteristik dan perilaku perawat dalam menggunakan APD dimasa pandemi.
Populasi
(sampel)
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku
:
Perilaku
1. Pengetahuan penggunaan
2. Sikap APD
3. Pelatihan
4. Ketersediaan APD
5. Pengawasan
dengan COVID 19
dan penggunaan Alat
Pelindung Diri
(APD) dimasa
pandemi
Sikap Suatu cara bereaksi Skala likert 5: Sangat Setuju Ordinal
terhadap suatu (SS)
perangsang 4: Setuju (S)
3: Ragu-ragu
(RR)
2: Tidak Setuju
(TS)
1: Sangat Tidak
Setuju (STS)
Pelatihan Pelatihan merupakan Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
jenis kegiatan yang jawaban “Ya”
direncanakan, Nilai 0: untuk
Sistematis dan jawaban
menghasilkan “Tidak”
tingkat
Peningkatan
keterampilan,
pengetahuan dan
kompetensi yang
diperlukan untuk
melakukan
pekerjaan secara
efektif (Safitri, 2013)
Pengawasan Sebuah proses untuk Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
memastikan bahwa jawaban “Ya”
semua aktifitas yang Nilai 0: untuk
terlaksana telah sesui jawaban tidak
dengan apa yang
telah direncanakan
sebelumnya(Yuyun,
2016)
Permintaan Suatu proses dalam Kuesioner Nilai 1: untuk Ordinal
APD meminta sesuatu jawaban “Ya”
atau sejumlah barang Nilai 0: untuk
yang dibeli atau jawaban tidak
diminta pada waktu
tertentu dalam hal ini
adalah APD (Alat
Pelindung Diri)
Kepribadian Semua corak Skala likert 5: Sangat Setuju Ordinal
perilaku dan (SS)
kebiasaan individu 4: Setuju (S)
yang terhimpun 3: Ragu-ragu
dalam dirinya dan (RR)
digunakan untuk 2: Tidak Setuju
bereaksi serta (TS)
menyesuaikan diri 1: Sangat Tidak
terhadap segala Setuju (STS)
rangsangan baik dari
luar maupun dari
dalam (dr. Doli Tine
Donsu, 2019)
(Sitorus, 2016)
3.4.1 Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu
yang dapat berupa orang-orang, institusi-institusi serta benda-benda yang
karakteristiknya hendak diteliti (Laut, 2020). Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Mastutoh, 2018). Menurut (Agung &
Wulandari Yuliati, 2020) populasi adalah keseluruhan unit atau sekelompok unit
atau obyek yang kedepannya akan dilakukan penganalisaan dan penelitian.
Populasi merupakan kumpulan data yang mengindikasikan fenomena (Romie,
2020). Jadi kelompok atau keseluruhan ini berupa unit atau obyek yang berada
pada kesatuan ciri yang sama atau hampir sama. Dalam penelitian ini populasi
target yang diambil adalah perawat yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung.
3.4.2 Sampel
Sampel merupakan sekumpulan data yang diambil dari populasi (Romie, 2020).
Menurut (Agung & Wulandari Yuliati, 2020) sampel adalah bagian dari populasi
yang memiliki ciri – ciri yang sama atau hamper sama dengan populasinya.
Sampel adalah merupakan bagian yang diambi dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Laut, 2020). Dalam penelitian
ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability
Sampling yaitu dengan total sampling atau sampel jenuh. Total sampling adalah
teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi
(Notoatmodjo, 2018). Alasan menggunakan teknik total sampling adalah karena
perawat yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
berjumlah 21 orang sehingga semua diambil menjadi sampel.
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah perawat yang tidak melakukan
tindakan operasi.
6. Analisis dan
pengolahan data
7. Penyusunan laporan
kali atau lebih. Releabilitas juga dapat berarti indeks yang menunjukkan
sejauh mana alat ukur dapat menunjukkan dapat dipercaya atau tidak
(Agung & Wulandari Yuliati, 2020).
Coding adalah mengubah data dari bentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan.
c. Data Entry atau processing
Adalah jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang sudah dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan kedalam software komputer.
d. Cleaning
Adalah apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan kemudian dilakukan
pembenaran atau koreksi (Notoatmodjo, 2018).
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan antara 2 variabel. Dalam analisis ini, dua pengukuran dilakukan
untuk masing-masing observasi.
a. Pemberian Informasi
104
Baik 9 45%
Jumlah 20 100%
Sumber: data primer yang diolah, 2021
Kepatuhan
Usia Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value Korelasi
N % N % N %
18-40 12 100 0 0 12 100
tahun
40-60 6 75 2 25 8 100 0,074 0,408
tahun
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa rentang usia 18-40 tahun yang
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) tidak sesuai dengan SOP sebanyak
12 orang (100%). Rentang usia kedua yaitu usia 40-60 tahun terdapat 8 orang
perawat yang menggunakan APD tidak sesuai SOP sebanyak 6 orang (75%)
dan menggunakan APD sesuai SOP sebanyak 2 orang (25%). Setelah
dilakukan uji statistik korelasi Spearman didapatkan p value: 0,074. Hal ini
menunjukkan bahwa p value > 0,05 maka dapat disimpulkan tidak ada
hubungan signifikan antara kepatuhan penggunaan APD ( Alat Pelindung Diri)
dengan usia perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021. Terlihat angka koefisien korelasi 0,408 yang menunjukkan bahwa
hubungan antara 2 variabel bersifat positif atau satu arah dengan kekuatan
hubungan sedang. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara
kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan usia perawat di
Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Kepatuhan
Berdasarkan tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa perawat dengan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 12 orang yang menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP
sebanyak 10 orang (80%) dan perawat berjenis kelamin laki-laki yang
menggunakan APD sesuai dengan SOP sebanyak 2 orang (20%). Perawat
berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang, perawat perempuan sebanyak
10 orang (100%) menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP.
Hasil uji statistik dengan Koefisien Kontingensi didapatkan angka p value
sebesar 0,224 artinya p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan jenis kelamin perawat
di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Kepatuhan
Status Tidak sesuai Sesuai Total P Koefisien
Kepegawaian N % N % N % Value korelasi
BLUD Tetap 10 100 0 0 10 100
PNS 8 80 2 20 10 100 0,151 0,333
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Kepatuhan
Pendidikan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Diploma 18 94,7 1 5,3 19 100
Ners 0 0 1 100 1 100 0,001 0,688
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Kepatuhan
Lama Tidak Sesuai Total P Koefisien
Kerja sesuai Value korelasi
N % N % N %
<4 0 0 1 100 1 100
4-9 12 100 0 0 12 100
9-15 2 100 0 0 2 100 0,645 -0,110
15-22 5 83,3 1 16,7 6 100
>22 1 100 0 0 1 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel 4.17 dapat disimpulkan bahwa ada satu orang perawat
(100%) dengan masa kerja kurang dari 4 semester menggunakan APD sesuai
dengan SOP, kelompok ke dua masa kerja 4-9 semester terdapat 12 orang
perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP, kelompok ke tiga masa
kerja 9-15 semester terdapat 2 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak
sesuai SOP. Kelompok masa kerja ke empat terdapat 5 orang perawat (83,3%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 1 orang menggunakan APD sesuai
dengan SOP, kelompok terakhir masa kerja lebih dari 22 semester terdapat 1
orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP.
Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar
0,645 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan lama kerja perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,
110 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif. Maka dalam
penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) dengan lama kerja perawat di Instalasi Bedah Sentral
RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Kepatuhan
Pengetahuan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Kurang 3 75 1 25 4 100
Cukup 12 92,3 1 7,7 13 100 0,276 -0,256
Baik 3 100 0 0 3 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Kepatuhan
Sikap Tidak Sesuai Total P Koefisien
Kepatuhan
Permintaan Tidak sesuai Sesuai Total P Koefisien
APD Value korelasi
N % N % N %
Kurang 14 87,5 2 12,5 16 100
Baik 4 100 0 0 4 100 0,482 -0,167
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel 4.20 dapat dilihat bahwa permintaan APD di Instalasi bedah
sentral kurang. Sebanyak 16 orang perawat 14 (87, 5%) orang diantaranya
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 2 (12, 5%) orang menggunakan APD
sesuai SOP. Permintaan APD yang baik terdapat 4 orang perawat (100%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan
spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,482 artinya p value >0, 05 artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan permintaan APD
perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,167 artinya kedua variabel
mempunyai hubungan negatif. Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat
hubungan antara kepatuhan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan
permintaan APD di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.
Kepatuhan Koefisien
Pengawasan Tidak sesuai Sesuai Total P korelasi
N % N % N % Value
Kurang 9 100 0 0 9 100
Cukup 7 87,5 1 12,5 8 100 0,117 0,362
Baik 2 66,7 1 33,3 3 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasarkan tabel 4.21 dapat disimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan
masih kurang dengan jawaban responden sebanyak 9 orang (45%) seluruhnya
tidak menggunakan APD sesuai SOP, pengawasan cukup sebanyak 8
responden (40%) 1 responden menggunakan APD sesuai SOP dan pengawasan
baik sebanyak 3 orang (15%) dengan 1 orang menggunakan APD sesuai SOP.
Didapatkan nilai p value sebesar 0,117 yang artinya tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kepatuhan dan pengawasan dalam menggunakan APD.
koefisien korelasi antara 2 variabel tersebut sebesar 0,362.
Kepatuhan
Pelatihan Tidak Sesuai Total P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Kurang 9 81,8 2 18,2 11 100
Baik 9 100 0 0 9 100 0,196 -0,302
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
Berdasaraakan tabel 4.21 dapat dilihat bahwa perawat yang kurang pelataihan
penggunaan APD sebanyak 11 orang perawat (81,8%), 9 orang diantaranya
menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 2 orang perawat (18,2%)
menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP. Sebanyak 9 orang perawat
(100%) yang mendapatkan pelatihan menggunakan APD tidak sesuai dengan
SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value
sebesar 0,196 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi
didapatkan nilai -0,302 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.
Maka dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara kepatuhan
penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dengan pelatihan perawat di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung tahun 2021.
Kepatuhan Total
Kepribadian Tidak Sesuai P Koefisien
sesuai Value korelasi
N % N % N %
Extroversion 6 75 2 25 8 100
Openness To 2 100 0 0 2 100
Experience
Agreeableness 3 100 0 0 3 100 0,111 -0,367
Conscientiousness 7 100 0 0 7 100
Total 18 90 2 10 20 100
*Uji Spearman
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan antara Kepatuhan Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Dengan Usia Perawat di Instalasi Bedah Sentral RSUD Kabupaten Temanggung
tahun 2021.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebesar 60% responden berada pada
kelompok umur 18-40 tahun atau berada pada usia tahap perkembangan dewasa
muda. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diketahui bahwa responden yang tidak
patuh banyak dijumpai pada responden dengan kelompok umur 18-40 tahun tahun
(60%) dibandingkan dengan responden dengan kelompok umur 40-60 tahun atau
usia tahap perkembangan dewasa madya (40%). Usia seseorang tingkat
kematangan dalam bekerja. Usia berhubungan langsung dengan kekuatan fisik,
daya pikir, dan produktifitas seseorang. Pada usia dewasa muda merupakan
periode pertama pengenalan dengan dunia orang dewasa, seseorang dalam periode
ini akan mulai mencari tempat dunia kerja dan dunia hubungan sosial. Usia
dewasa awal juga dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang
bebas dalam berbuat apa yang diinginkan, seseorang akan “mencoba-coba”
sebelum ia menentukan mana yang sesuai, cocok dan memberi kepuasan
permanen. Tenaga muda umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan
kreatif akan tetapi cenderung lebih cepat bosan dan kurang bertanggung jawab
(Apriluana, Khairiyati, & Setyaningrum, 2016).
Tahap usia dewasa madya berdasarkan periode kehidupan, usia ini menjadi
penting karena pada periode ini struktur kehidupan menjadi lebih tetap dan stabil.
Semakin cukup usia seseorang, tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Seseorang yang lebih dewasa
mempunyai kecenderungan akan lebih dipercaya daripada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Sebagian besar kemajuan karir terjadi pada awal
kahidupan orang dewasa sekitar usia 50 tahun hingga 45 tahun dan individu yang
dipromosikan dahulu naik lebih jauh. Kepuasan kerja mengalami peningkatan
secara konsisten (Sertiya Putri, 2018). Sebuah penelitian di Amerika
menunjukkan mereka yang berusia lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab,
lebih teliti dan lebih tertib. Semakin bertambambahnya usia pekerja juga semakin
bertambah juga kesadaran tentang keselamatan dan kesehatan kerja karena
menyadari pada orang usia dewasa madya adalah tukang punggung keluarga.
Sehingga salah satu cara untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja adalah
dengan melakukan kerja sesuai prosedur sesuai dengan instruksi kerja atau SOP
(Widyawati, 2010).
lebih ulet dan mempunyai tanggung jawab yang besar sehingga wujud dari
tanggung kawabnya itu dilakukan dengan perilaku patuh dalam menjalankan SOP.
Teori perkrmbangan moral yang dikemukakan oleh Kohlberg tentang penalaran
pascakonvensional menyebutkan bahwa tahap perkembangan usia dewasa madya
seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-
hak manusia yang universal salah satunya adalah hak untuk mendapatkan
keselamatan kerja (Widyawati, 2010).
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji Spearman antara variabel usia
dengan variabel kepatuhan perawat terhadap penggunaan APD menunjukkan nilai
p value 0,074 > 0,05 yang artinya Ha ditolak H0 diterima. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Diri, Di, & Kariadi (2018) yang
menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam
menggunakan APD dibuktikan dengan angka p value sebesar 0,779 > 0,05. Hal
ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Faniah (2016)
yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik. Hasil penelitiannya terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan usia seseorang dengan p value sebesar 0.001 < 0, 05.
Jenis kelamin laki-laki atau perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk
menggunakan atau tidak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Pada era
globalisasi seperti sekarang ini perawat laki-laki juga sudah mulai
dipertimbangkan keberadaannya walaupun profesi keperawatan ini lebih dekat
dengan masalah-masalah mother instink (Husein, Sidipratomo, Meilia, &
Christianto, 2020). Karakteristik yang terasosiasi terhadap jenis kelamin,
lingkungan sosial, dan akses terhadap pendidikan seseorang. Emansipasi wanita
yang mendorong terbukanya akses wanita kepada pendidikan dan perubahan
gender-role orientation mendorong asimilasi antara laki-laki dan perempuan yang
pada akhirnya menyebabkan adanya persamaan dalam sikap dan pengambilan
keputusan antara laki-laki dan perempuan (Husein et al., 2020).
Perawat yang patuh dalam menggunakan APD di Isntalasi Bedah Sentral RSUD
Kabupaten Temanggung adalah perawat dengan status kepegawaian sebagai PNS
hal ini disebabkan karena mempunyai kode etik yang mengharuskan seorang PNS
untuk bekerja dengan professional, bermoral, bersih, patuh dan beretika. PNS juga
dituntut untuk patuh dan taat terhadap peraturan perundang-udangan yang berlaku
baik menyangkut bidang kepegawaian maupun bidang lainnya, sehingga
kehidupan PNS akan menjadi sorotan dalam bermasyarakat. Untuk itu seorang
PNS harus bisa menjadi contoh/suri tauladan dalam kehidupan bermasyarakat
(Santiarsti, Dengo, & Ruru, 2015).
Dalam suatu lembaga atau perusahaan tidak semua pekerja atau pegawai memiliki
status kepegawaian yang sama. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
perawat yang berstatus BLUD tetap sebanyak 10 orang (100%) menggunakan
APD tidak sesuai SOP, perawatt yang berstatus kepegawaian PNS sebanyak 8
orang (90%) menggunakan APD tidak sesuai dengan SOP dan 2 orang perawat
berstatus kepegawaian PNS menggunakan APD sesuai dengan SOP. Uji statistik
korelasi dengan spearman didapatkan angka p value sebesar 0,151 yang artinya
p>0, 05 sehingga tidak ada hubungan signifikan antara kepatuhan dengan status
kepegawaian perawat. Koefisien korelasi sebesar 0,333 menunjukkan arah
hubungan kedua variabel positif.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan pendidikan perawat nilai p value sebesar 0,001. Koefisien
korelasi didapatkan nilai sebesar 0,688 yang artinya 2 variabel mempunyai arah
hubungan positif dan kekuatan hubungan kuat. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Diri et al (2018) yang menyebutkan bahwa penggunaan APD
erat hubungannya dengan kepatuhan dibuktikan dengan nilai p value 0,021 < 0,05,
yang artinya Ha diterima H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat kepatuhan
responden dalam menggunakan APD. Penelitian ini tidak sejalan dengan Iriani,
(2019) yang menyebutkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,365
maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
tingkat kepatuhan dalam penggunaan APD bagi perawat.
Pendidikan merupakan proses formal dari pelatihan seorang intelek dan suatu
pengembangan seseorang individu meliputi intelektual, spiritual, moral, kreatif,
emosional dan juga kegiatan fisik (Iriani, 2019). Notoatmodjo (2014) mengatakan
bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja
yang akan mempengaruhi perilaku. Pendidikan juga akan mempengaruhi tenaga
kerja dalam upaya mencegah penyakit dan meningkatkan kemampuan memelihara
kesehatan. Patuh menggunakan APD berarti tenaga kerja berupaya memelihara
kesehatannya dan melindungi diri dari bahaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Satu hal yang perlu diingat dari proses belajar dalam menempuh pendidikan
adalah, selain kita mendapatkan ilmu, otak kita secara tidak langsung juga akan
terstimulasi dari proses belajar tersebut. Melalui proses belajar dalam pendidikan
inilah kemampuan kognitif kita menjadi meningkat serta kita jadi memiliki sebuah
ilmu yang bisa dijadikan sebagai landasan untuk mengambil sebuah keputusan
dalam berperilaku (Jurnal Mitra Teknik Sipil, 2020). Teori psikologi kognitif
menyatakan bahwa pendidikan akan bernilai transfer positif jika ilmu selama
mengenyam pendidikan diterapkan dalam melakukan pekerjaan, sedangkan akan
bernilai transfer negatif jika ilmu yang diperoleh tidak diterapkan secara spesifik
dalam melakukan pekerjaan (Widyawati, 2010).
Penilaian lama kerja disini diukur dengan menggunakan standar penilaian kinerja
pegawai yang diberlakukan di RSUD Kabupaten temanggung. Pada penelitian
yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Temanggung ini didapatkan
hasil satu orang perawat (100%) dengan masa kerja kurang dari 4 semester
menggunakan APD sesuai dengan SOP, kelompok ke dua masa kerja 4-9 semester
terdapat 12 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai SOP,
kelompok ke tiga masa kerja 9-15 semester terdapat 2 orang perawat (100%)
menggunakan APD tidak sesuai SOP. Kelompok masa kerja ke empat terdapat 5
orang perawat (83,3%) menggunakan APD tidak sesuai SOP dan 1 orang
menggunakan APD sesuai dengan SOP, kelompok terakhir masa kerja lebih dari
22 semester terdapat 1 orang perawat (100%) menggunakan APD tidak sesuai
SOP. Hasil uji statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar
0,645 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
kepatuhan dengan lama kerja perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0, 110
artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kiswara,
Mifbakhuddin, & Prasetio (2020) yang menunjukkan hasil analisis yang dilakukan
antara variabel masa kerja dengan penggunaan APD diketahui bahwa tidak ada
hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD pada perawat
rawat jalan dan rawat inap dengan p value sebesar 0,1. Penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian dengan penelitian penggunaan sarung tangan di RSUD Dr.
H. Soewondo Kendal yang menyebutkan hasil uji statistik ada hubungan antara
lama kerja perawat dengan kepatuhan penggunaan sarung tangan pada tindakan
invasif denagn p value sebesar 0,001 (Wibowo AS, Suryani M, 2013).
Prosentase ketidakpatuhan pada penelitian ini lebih banyak terjadi pada perawat
yang mempunyai masa kerja kurang dari 9 semester. Lama kerja adalah salah satu
Pengetahuan adalah suatu hasil dari dan didapatkan oleh seseorang melalui sistem
indera terhadap objek tertentu. Sistem indera terdiri dari 5 panca indra yaitu
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan
salah satu faktor penting dalam mempengaruhi seseorang atau kelompok orang
untuk sikap, tindakan, keyakinan , nilai, dan persepsi (suharyat, 2014).
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku
seseorang, bila pekerja mempunyai pengetahuan yang kurang terhadap potensi
ataupun sumber bahaya yang ada di lingkungan kerjanya, maka individu tersebut
akan cenderung membuat suatu keputusan yang salah. Pengetahuan atau ranah
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam
komponen person pada teori safety triad yang akan mempengaruhi kepatuhan
(Geller, 2001). Teori safety triad ini berarti menjelaskan bahwa pengetahuan
seharusnya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan tenaga kerja
dalam menggunakan APD (Sertiya Putri, 2018).
Pada penelitian ini tidak dapat membuktikan hipotesis penelitian, dari hasil uji
statistik korelasi dengan spearman didapatkan nilai p value sebesar 0,276 artinya
p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan
dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,256 artinya
kedua negatif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sertiya Putri (2018) hasil ujinya menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan kepatuhan dengan angaka p
value 0,483. Penelitian ini tidak sejalan dengan Rakhmawati (2019) yang
menyatakan Pada penelitian ini didapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan kepatuhan penggunaan APD sesuai dengan SOP dengan p
value sebesar 0,022.
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara
Hubungan dan sikap tidak selalu bernilai positif, artinya sikap yang positif tidak
selalu diikiti oleh perilaku yang mendukung kepatuhan. Sikap merupakan faktor
predisposisi yang mengawali terjadinya perilaku walaupun belum tentu perilaku
Penelitian ini sejalan dengan Sudarmo, Helmi, & Marlinae (2017) yang juga
dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Ulin Banjarmasin diperoleh nilai p
value sebesar 0,117 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel
sikap dan kepatuhan penggunaan APD. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori
perilaku Bloom dalam Notoatmodjo (2012) yang menjelaskan bahwa perilaku
merupakan fungsidari faktor predisposisi yaitu faktor yang ada dalam diri individu
yang ada didalamnya terdapat sikap dari individu. Sikap responden
mempengaruhi tindakan responden dalam menggunakan APD di tempat kerja.
Sikap terhadap perilaku menggunakan APD pada penelitian ini lebih banyak
positif. Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tersebut. Akan tetapi penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan di RSUD Banjarbaru yang
menyatakan ada hubungan signifikan antara sikap dengan kepatuhan
menggunakan APD dengan angka p value 0,0001 hal ini dapat dipahami karena
sikap merupakan suatu konsep paling penting dalam psikologi sosial. Sikap juga
dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu stimulus dengan
cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
respon. Suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk
menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan Apriluana et al
(2016).
Ketersediaan fasilitas dan proses permintaan APD merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi terbentuknya kepatuhan. Ketersediaan alat pelindung diri di
tempat kerja harus menjadi perhatian pihak manajemen rumah sakit dan perawat
untuk mendorong terjadinya perubahan sikap perawat. Semua fasilitas alat
pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kesehatan harus tersedia sesuai
dengan risiko bahaya yang ada di tempat kerja. Sarana APD yang lengkap dapat
mendukung pembentukan perilaku yang baik dalam menjalankan prosedur
kewaspadaan universal, dalam penelitian ini adalah penggunaan APD. Hal ini
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pembentukan perilaku terjadi melalui
3 domain, yaitu pengetahuan, sikap, dan psikomotor. Walaupun pengetahuan dan
sikap yang dimiliki responden sudah cukup baik, tapi tanpa didukung ketersediaan
sarana yang lengkap tidak akan terbentuk psikomotor berupa perilaku kepatuhan.
Dalam penelitian ini didapatkan hasil uji statistik korelasi dengan spearman
didapatkan nilai p value sebesar 0,482 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan permintaan APD perawat.
Koefisien korelasi didapatkan nilai -0,167 artinya kedua variabel mempunyai
hubungan negatif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di RSUD
Bendan Kota Pekalongan menyatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara
permintaan APD dengan kepatuhan penggunaan APD dengan nilai p value 0,062
(Angkasa, 2014). Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian lain yang
menyatakan ada hubungan ysng signifikan antara ketersediaan APD dan
permintaan APD dengan kepatuhan dengan nilai p value 0,000 (Faniah, 2016).
baik dari kinerja bawahan maupun pemberian asuhan perawatan yang dilakukan
perawat ( (Angkasa, 2014).
Pengawasan kepala ruang suatu hal yang penting untuk dijalankan karena
pengawasan kepala ruang suatu tindakan menyerukan kebajikan kepada bawahan
maupun staf perawat untuk selalu menaati kewajiban yang telah diamanatkan.
Pengawasan kepala ruang dilakukan bukan hanya pada akhir proses manajemen
tetapi pada setiap tingkatan proses manajemen. Kepala ruang merupakan seorang
tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam
mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di suatu ruangan. Kepala ruang
menjalankan tanggung jawabnya mengelola ruangan secara profesional dengan
mengacu pada standar yang telah ditetapkan. Pengawasan kepala ruang yang
diberikan secara optimal akan memberikan dampak yang optimal seperti
peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja pada tindakan perawat dalam
menggunakan APD (Hanifah hani, 2015).
Hal ini erat kaitannya dengan gaya kepimpinan di Instalasi Bedah Sentral diamana
gaya kepemimpinan santai, dimana pemimpin melepaskan tanggung jawabnya,
karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan
koordinasi. Staf bawahan mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan caranya sendiri.
Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.
Peranan pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada
bawahan. Gaya kepemimpinan ini sesuai dengan teori Y (Husein et al., 2020).
Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pengawasan dan teguran yang
dilakukan oleh menejemen dalam hal ini yang bertindak sebagai pengawas adalah
kepala ruang masih kurang. Sehingga sangat memungkinkan bagi perawat untuk
tidak patuh terhadap penggunaan APD (Yuyun, 2016).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Diri et al., (2018) di RSUP Karyadi Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan
pengawasan yang dilakukan dengan angka p value sebesar 0,642. Akan tetapi
penelitian ini tidak sejalan dengan Sudarmo et al., (2017) di Instalasi Bedah
Sentral RSUD Ulin Banjarmasin yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan menggunakan APD dengan pengawasan terbutkti
dengan didapatkan p value sebesar 0,016.
Atmodiwirio (2002) dalam dr. Doli Tine Donsu (2019) menyatakan bahwa
pelatihan merupakan kegiatan yang didesain untuk membantu tenaga kerja
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan meningkatkan sikap, perilaku yang
dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik. Hal ini berarti pelatihan
seharusnya membuat tenaga kerja berperilaku sesuai dengan kebijakan
penggunaan APD karena pelatihan merupakan salah satu bentuk pembinaan yang
dapat diupayakan untuk membuat tenaga kerja patuh menggunakan APD.
Menurut Bisen dan Priya (2010), pelatihan adalah suatu proses pembelajaran yang
memperdalam pengetahuan, kemampuan, peraturan atau mengubah perilaku untuk
meningkatkan prestasi kerja. Berdasarkan definisi pelatihan tersebut, maka
perusahaan harus memberikan pelatihan yang mampu memperdalam pengetahuan
tentang APD kemampuan cara menggunakan APD, peraturan yang mengatur
tentang APD dan mengubah perilaku tidak patuh menjadi patuh menggunakan
APD (Sertiya Putri, 2018).
Hasil uji statistik korelasi dengan spearman pada penelitian ini didapatkan nilai p
value sebesar 0,196 artinya p value >0, 05 artinya tidak ada hubungan yang
signifikan antara kepatuhan dengan pengetahuan perawat. Koefisien korelasi
didapatkan nilai -0,302 artinya kedua variabel mempunyai hubungan negatif.
Penelitian ini mendukung penelitaian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh
Sertiya Putri (2018) yang berjudul Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Menggunakan Alat Pelindung Diri di PT. Liku Telaga dimana penelitian ini
mempunyai p value sebesar 0, 559. Akan tetapi penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian lain yang dilakukan oleh Faniah (2016) yang meneliti kepatuhan pekerja dalam
menggunakan APD Earplug dan sarung tangan di PT KAI penelitian ini mmenyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dengan pelatihan dibuktikan
dengan angka p value sebesar 0,037.
Menurut Safitri, (2013) cara tepat yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kinerja pegawai yaitu melalui pengembangan pegawai dengan
melakukan pelatihan dan disiplin kerja. Dengan menerapkan sistem tersebut
diharapkan karyawan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan bertanggung
jawab atas pekerjaan sehingga mampu meningkatkan kinerja karyawan.
Tercapainya suatu tujuan dalam perusahaan berkaitan erat dengan profesionalitas
kerja karyawan yang mampu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya sehingga
tercapailah tujuan dari perusahaan tersebut. Pelatihan saja tidak cukup, disiplin
kerja juga dapat dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja karyawan
dalam suatu perusahaan. Sikap disiplin dapat meningkatkan kinerja karyawan,
dengan mengeluarkan peraturan yang harus dilakukan oleh tiap karyawan dalam
rangka menjaga agar karyawan tetap berada dalam koridor aturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan.
hangat dan penuh kepercayaan, sedangkan seseorang yang mendapat skor rendah,
adalah orang yang dingin, tidak mudah patuh dan antagonistik. Altruisme,
nurturance dan kepedulian adalah karakteristik dari Agreeableness. Individu
dengan tipe keramahan menilai kualitas orientasi individu kontinum mulai dari
lemah lembut sampai antagonis didalam berpikir, perasaan dan perilaku. Tipe
kepribadian keramahan diasumsikan memiliki hubungan terhadap kepatuhan
terhadap aturan.
Berdasarkan hasil penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan dari variabel
kepribadian dengan kepatuhan. Hasil uji statistik didapatkan nilai p value sebesar
0,111 dan koefisien korelasi sebesar -0,367. Hasil ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Sertiya Putri (2018) didapatkan hasil p value
sebesar 0,464. Akan tetapi penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian
sebelumnya Hasil penelitian lain dianalisis menggunakan perhitungan stastistik
dengan rumus Uji-t. Dari perhitungan tersebut diperoleh hasil t-antar sebesar
13,339 dengan db = 98 diperoleh t – tabel 5% sebesar 1,980 dan t- tabel 1%
sebesar 2,617. Dengan demikian t-antar > t-tabel 1%, berati dapat dinyatakan
sangat signifikan. Dengan demikian hipotesis yang dinyatakan ada perbedaan
antara kepatuhan antara kepribadian.
1. Jumlah sampel dalam penelitian ini masih kurang atau terlalu sedikit sehingga
kurang representative.
2. Model penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah perilaku individu. Perilaku
individu dipengaruhi oleh banyak sekali faktor yang komplek dan biasanya sulit
untuk dilakukan pengukuran dan membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan
alasan tersebut penulis membatasi konsep penelitian ini hanya pada faktor-faktor
yang dapat diukur dan diperkirakan mempengaruhi hubungan dengan perilaku
individu.
3. Adanya kemungkinan terjadi bias karena faktor kesalahan intepretasi/
pemahaman responden dalam menangkap maksud dari pertanyaan yang
sebenarnya.
4. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sehingga sangat mungkin
datanya bersifat subjektif, akan lebih baik bila ditambahkan metode wawancara
sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap.
5. Dalam proses pengambilan data, informasi yang diberikan responden melalui
kuesioner terkadang tidak menunjukkan pendapat responden yang sebenarnya,
hal ini terjadi karena kadang perbedaan pemikiran, anggapan dan pemahaman
yang berbeda tiap responden, faktor kejujuran dalam pengisian pendapat
responden dalam kuesionernya serta faktor kekhawatiran responden apabila
jawaban yang berikan akan memebrikan dampak negatif pada pekerjaannya
sehingga sangat memungkinkan sekali terjadi informasi yang bias.
6. Dalam penelitian ini data yang dihasilkan hanya dari instrumen kuesioner yang
didasarkan pada persepsi jawaban responden, sehingga kesimpulan yang diambil
hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui penggunaan instrumen
kuesioner secara tertulis tidak ada metode lain yang digunakan.
7. Penelitian ini merupakan pengembangan sebuah teori, sehingga untuk
melengkapi sebuah data, hendaknya ditambahkan metode wawancara untuk
memvalidasi, dan butir pertanyaan terbuka diberikan kepada para responden,
untuk mendukung data kuesioner, sehingga data yang didapatkan lebih banyak
dan saling mendukung satu sama lainnya.
5.1 Simpulan
Karakteristik responden dalam penelitian ini didapatkan sebgaian besar
responden berada pada rentang usia dewasa muda dan berjenis kelamin laki-laki.
Jumlah responden yang berstatus kepegawaian PNS dan BLUD seimbang.
Jumlah responden yang berpendiikan diploma masih sangat banyak
dibandingkan dengan tingkat pendidikan Ners. Masa kerja terbanyak di Instalasi
Bedah Sentral RSUD Temanggung adalah pada rentang masa kerja 4-9 semester.
Pengetahuan responden dalam sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan
yang baik. Sikap sebagian besar responden sangat positif. Permintaan APD oleh
perawat kepada penyedia APD menurut responden kurang termonitor dengan
baik sehingga perawat cenderung menggunakan APD lebid dari yang
ditentuntukan oleh Rumah Sakit. Responden juga mengatakan pengawasan dan
pelatihan dalam menggunakan APD masih sangat kurang. Dari semua faktor
yang diteliti hanya tingkat pendidikan yang mempunyai hubungan dengan
kepatuhan menggunakan APD dengan arah hubungan psotif dimana dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula tingkat
kepatuhan seseorang.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai
alternatif maupun dasar pertimbangan untuk meningkatkan pendidikan,
pelatihan, pengawasan, kontrol dan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan
APD yang sesuai.
104
104
No Responden :
DATA DEMOGRAFI
PENGETAHUAN
Petunjuk pengisian
Jawaban Ket
Benar Sala
No Pernyataan
h
1. Virus Corona 2019 (COVID-19) adalah virus jenis baru
yang merupakan keluarga dari virus yang sudah kita
kenal sebelumnya.
2. COVID-19 berasal dari kelelawar atau hewan lain dan
bisa menular kepada manusia.
3. Kasus Konfirmasi adalah Seseorang yang dinyatakan
positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan
PERMINTAAN APD
Petunjuk pengisian
SIKAP
Petunjuk Pengisian
5 4 3 2 1
SS S RR TS STS
No Pernyataan
1. Menggunakan apd yang sesuai adalah hal yang
penting pada saat kita melakukan pekerjaan.
2. APD tidak menjamin keselamatan dan kesehatan
kerja.
PENGAWASAN
Petunjuk pengisian
PELATIHAN
Petunjuk pengisian
1. Sebelum menjawab bacalah pertanyaan dengan cermat
2. Berilah tanda V pada jawaban yang anda anggap paling benar
3. Ada 2 pilihan jawaban yaitu “ADA” dan “TIDAK”
4. Nilai jawaban “1” untuk jawaban ada, dan “0” untuk jawaban tidak
KEPRIBADIAN
Petunjuk pengisian
5 4 3 2 1
SS S RR TS STS
No Pernyataan
1. Bersemangat
2. Saya dapat menangani stress dengan
baik
3. Saya mudah bergaul
4. Saya penuh energy
5. Saya suka bekerja sama dengan orang
lain
6. Saya memiliki imajinasi yang tinggi
7. Pemikir yang cerdas
8. Saya memiliki kemampuan untuk
merancang hal-hal baru
9. Berdaya cipta
10. Saya tetap tenang dalam situasi tegang
11. Saya mudah memafkan
12. Saya mudah mempercayai orang lain
13. Saya perhatian dan baik kepada orang
lain
14. Saya orang yang tegas
15. Saya suka membentu orang lain
16. Saya Melakukan pekerjaan hingga
tuntas
17. Gigih mengerjakan tugas hingga
selesai dan tepat waktu
18. Melakukan sesuatu dengan efisien
19. Saya melakukan pekerjaan dengan
teliti
Jawablah pertanyaan sesuai dengan kondisi yang bapak/ ibu dalam bekerja
dimasa pandemi.
a. Tidak pernah
b. Memakain APD kurang dari SOP
c. Memakai sesuai dengan SOP
d. Memakai lebih dari SOP
Cases
Tests of Normalitya
Koding_kepat 40-60th
.455 8 .000 .566 8 .000
uhan
Cases
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Koding_ke Laki-laki
.499 12 .000 .465 12 .000
patuhan
Cases
Tests of Normalitya,b,c,e
Koding_kepatu 4
.492 6 .000 .496 6 .000
han
Cases
Tests of Normalityb
Koding_kep DIPLOMA
.538 19 .000 .244 19 .000
atuhan
Cases
Tests of Normalityb,c,d
Koding_kep 1
.455 8 .000 .566 8 .000
atuhan
Koding_Statu Cases
Koding_kep PNS
.482 10 .000 .509 10 .000
atuhan
Cases
Tests of Normalityb
Cases
Tests of Normalitya
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Cases
Tests of Normalityb
Koding_ke kurang
.492 11 .000 .486 11 .000
patuhan
Cases
Tests of Normalityb
Koding_kep kurang
.518 16 .000 .398 16 .000
atuhan
Koding_Usia
Sesuai spo 0 2 2
Total 12 8 20
Koding_JK
Sesuai spo 2 0 2
Total 12 8 20
Koding_LamaKerja Total
1 2 3 4 5
Koding_ke Tidak sesuai spo 0 10 2 5 1 18
patuhan Sesuai spo 1 0 0 1 0 2
Total 1 10 2 6 1 20
Koding_pendidikan
Sesuai spo 1 1 2
Total 19 1 20
Koding_kepribadian Total
1 2 3 4
Koding_StatusKepegawaian
Sesuai spo 0 2 2
Total 10 10 20
Koding_Pengetaahuan Total
Sesuai spo 1 1 0 2
Total 4 13 3 20
Koding_pengawasan2 Total
Sesuai spo 0 1 1 2
Total 9 8 3 20
Koding_sikap
sikap sangat
sikap positif positif Total
Sesuai spo 0 2 2
Total 7 13 20
Koding_Pelatihan
Sesuai spo 2 0 2
Total 11 9 20
Koding_PermintaanAPD
Sesuai spo 2 0 2
Total 16 4 20
Koding_JK
Sesuai spo 2 0 2
Total 12 8 20
Correlations
Koding_kepatuh
an Koding_Usia
N 20 20
N 20 20
Correlations
Koding_kepatuh Koding_Lama
an Kerja
N 20 20
N 20 20
Correlations
Koding_kepatuh Koding_pendid
an ikan
N 20 20
**
Koding_pendidikan Correlation Coefficient .688 1.000
N 20 20
Koding_kepatuha Koding_kepri
n badian
N 20 20
N 20 20
Correlations
Koding_Stat
Koding_kepatuh usKepegawa
an ian
N 20 20
Koding_StatusKepegawaian Correlation
.333 1.000
Coefficient
N 20 20
Correlations
Koding_kepatuha Koding_Peng
n etaahuan
N 20 20
N 20 20
Correlations
N 20 20
N 20 20
Correlations
Koding_kepat
uhan Koding_sikap
N 20 20
Koding_sikap Correlation
.245 1.000
Coefficient
N 20 20
Correlations
Koding_kepatuh Koding_Pela
an tihan
N 20 20
N 20 20
Correlations
N 20 20
N 20 20
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,80.
b. Computed only for a 2x2 table
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Ika Widyasari
Tempat, tanggal lahir : Temanggung, 19 Mei 1986
Alamat : Aspol Gemoh RT 02/ 05, Butuh, Temanggung
No telepon : 085742816462
Email : meikawidyasari@gmail.com
Pendidikan formal :
1. SDN KEDU II : tahun 1993-1999
2. SMPN 1 KEDU : tahun 1999-2002
3. SMAN 3 TEMANGGUNGA : tahun 2002-2005
4. DIII KEPERAWATAN STIKES KARYA HUSADA SEMARANG: tahun
2005-2008
Riwayat Pekerjaan
1. Perawat IGD RSAL Mintohardjo : 2008-2011
2. Perawat IGD RSUD Temanggung : 20011-2014
3. Perawat IBD RSUD Temanggung : 2014-sekarang
Riwayat Organisasi
1. Osis SMP periode 2003-2004
2. Pramuka SMAN 3 Temanggung 2002-2005
3. MENWA 905/906 STIKES KARYA HUSADA 2005-2008
4. POKJA PAB 2016-sekarang