Anda di halaman 1dari 122

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DM TIPE II

DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN


PERIFER DI UPT PUSKESMAS REJOSARI TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:
FERI ANDIKA
NIM. 144012018121

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWULAMPUNG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DM TIPE II
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI UPT PUSKESMAS REJOSARI TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
(A.Md.Kep) Pada Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

Oleh:
FERI ANDIKA
NIM. 144012018121

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWULAMPUNG
2021

2
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai civitas akademik Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Feri Andika
NIM : 144012018121
Program studi : DIII Keperawatan
Jenis : Karya Tulis Ilmiah
Judul KTI : Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe II
Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di
UPT Puskesmas Rejosari Tahun 2021

Guna pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan, menyetujui memberikan


kepada Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
tanpa menuntut ganti rugi berupa materi atas Karya Tulis Ilmiah saya yang
berjudul :

“Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe II Dengan Masalah


Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari Tahun
2021 ”.

Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan


adanya pernyataan ini berhak menyimpan, mengalih mediakan dalam bentuk
format yang lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik hak atas karya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat Di : Pringsewu
Pada Tanggal : Juni 2020
Yang Menyatakan

Feri Andika

3
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan
sebagai mana mestinya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
junjungan kita nabi Muhammad SAW, dan juga kepada keluarganya, para
sahabatnya, para umatnya termasuk kita semua didalamnya, Aamiin.

Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua Warko dan Ibu Fauziati yang selalu mendoakan
keberhasilan anaknya, selalu mencurahkan kasih dan sayangnya dan
menjadi motivator dalam menjalankan kehidupan sampai saat ini.
2. Dosen pembimbing ibu Ns.Rani Ardina,M.Kep dan ibu Nur Fadhilah M.Kes
serta penguji bapak Ns. Gunawan Irianto, M.Kes., Sp.Kom yang tidak
lelahnya membimbimbing dan memberikan ilmu dalam pembuatan KTI,
selalu memberikan semangat, memberikan motivasi, dan mengingatkan untuk
optimis maupun dalam doa untuk menyelesaikan studi dengan baik.
3. Bapak Ator Riyadi dan Bapak Safarotul Qoyim selaku pengasuhku serta Azji
Pangestu dan Gigih Restu Pamungkas sebagai Adikku, yang mendukung,
mendo’akan ku selama ini.
4. Sahabat-sahabatku Putut, Riche, Lelly dan Marcelia yang telah
memberikanku semangat dan selalu membantuku dalam kesulitan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan 23 DIII Keperawatan yang telah
menemani perjuanganku dari awal hingga akhir.
6. Almamater FKes Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang saya cintai.
7. Serta seluruh pihak yang sangat mendukung untuk penyelesaian tugas akhir
ini.

4
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
MOTTO

Kegagalan yang kamu lakukan hari ini merupakan langkah awal menuju

kesuksesanmu, Belajarlah dari kegagalan yang ada,karena pengalaman adalah

Guru terbaik bagi dirimu sendiri.

( Penulis )

5
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya Tulis Ilmiah


Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal .......................

Judul KTI :“Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami

DM tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan

Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas

Rejosari Tahun 2021”

Nama Mahasiswa : FeriAndika

NIM : 144012018121

MENYETUJUI

Pembimbing I Pembimbing II

Ns.Rani Ardina,M.Kep Nur Fadhilah M.Kes


NBM. 1156365 NBM. 927023

6
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DM TIPE II
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI UPT PUSKESMAS REJOSARI TAHUN 2021

Karya Tulis Ilmiah oleh Feri Andika ini telah diperiksa dan dipertahankan
dihadapan TIM penguji Karya Tulis Ilmiah dan dinyatakan Lulus
pada tanggal...............................

MENGESEHKAN

Tim Penguji : Ns. Gunawan Irianto, M.Kes., Sp.Kom (.....................)


Penguji Utama NBM : 1194199

Penguji Anggota I : Ns. Rani Ardina,M.Kep (.....................)


NBM : 1156365

Penguji Anggota II : Nur Fadhilah,M.Kes (.....................)


NBM : 927023

Ketua Program Studi


D III Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Nur Fadhilah,M.Kes
NBM : 927023

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati,M.Epid
NBM : 927024

7
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting pada tanggal 23 maret 1999. Penulis merupakan

anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Warko dan Ibu Fauziati.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis sebagaiberikut :

1. Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Pringsewu Selatan Tahun 2012

2. SMP Muhammadiyah 1 PringsewuTahun 2015

3. SMK Muhammadiyah 1 PringsewuTahun 2018

4. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang sudah berubah menjadi Universitas

Muhammadiyah Pringsewu Lampung dengan Program Studi Diploma III

Keperawatan Sampai Sekarang.

Semasa menjalani pendidikan dibangku sekolah dan perkuliahan penulis aktif

diberbagai kegiatan, antara lain sebagai Anggota Tapak Suci Umpri, sebagai

anggota UKM Futsal UMPRI dan sebagai Bendahara Umum di Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah (IMM) pada tahun 2019 – 2020.

8
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwarohmattullohi wabarokattuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul "Asuhan Keperawatan
Lansia Yang Mengalami DM tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari Tahun 2021.
Oleh karena itu rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kami
ucapkan kepada :
1. Drs. Wanawir AM., MM.,M.Pd, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung
2. Elmi Nuryati, M.Epid., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
3. Nur Fadhilah, M.Kes., selaku Ketua Prodi D III Keperawatan dan
Pembimbing II.
4. Ns. Rani Ardina, M.Kep, selaku Pembimbing I.
5. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
6. Bapak Warko dan Ibu Fauziati, selaku kedua orang tuaku yang selalu
mendukung pembuatan karya tulis ilmiah sampai ketahap ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan dan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini belum sempurna.Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya dan profesi
keperawatan khususnya.
Wassallamu’alaikum warohmattullohi wabarokattuh
Pringsewu, Juni 2021

Feri Andika

9
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PESETUJUAN PUBLIKASI................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... iv
MOTTO........................................................................................................... v
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... viii
KATA PENGANTAR.................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN/GAMBAR....................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xii
ABSTRAK....................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Lansia.......................................................................................
1. Definisi............................................................................................ 8
2. Batasan Usia Lanjut........................................................................ 9
3. Teori Sosialogis Dalam Proses Penuaan......................................... 9
4. Masalah Kesehatan Pada Lansia..................................................... 10
B. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus Pada Lansia..................................
1. Definisi............................................................................................ 13
2. Etiologi............................................................................................ 14
3. Manifestasi Klinis........................................................................... 14
4. Klasifikasi diabetes mellitus............................................................ 14
5. Patofisiologi.................................................................................... 15
6. Pemeriksan Penunjang.................................................................... 16
7. Penatalaksanaan.............................................................................. 18
8. Pathway........................................................................................... 19
C. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia...................................................
1. Pengertian........................................................................................ 20
2. Tujuan Pemberian Asuhan.............................................................. 20
3. Sasaran............................................................................................ 21
4. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam memberikan
asuhan keperwatan.......................................................................... 21
5. Hal yang perlu di perhatikan dalam menjalin hubungan dengan

10
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
lansia............................................................................................... 22
6. Proses Keperawatan Lansia............................................................. 24

D. Konsep Asuhan Keperawatan dengan penyakit DM pada Lansia........


1. Pengkajian....................................................................................... 28
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................... 32
3. Rencana Tindakan Keperawatan..................................................... 33
4. Implementasi Keperawatan............................................................. 43
5. Evaluasi Keperawatan..................................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian.................................................................................. 44
B. Batasan Istilah....................................................................................... 44
C. Partisipan.............................................................................................. 45
D. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 45
E. Instrumen Penelitian............................................................................. 46
F. Pengumpulan Data................................................................................ 46
G. Analisis data.......................................................................................... 47
H. Etik penelitian....................................................................................... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Lokasi Penelitian................................................................. 51
B. Hasil Penelitian..................................................................................... 52
C. Pembahasan.......................................................................................... 72

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 82
B. Saran..................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

11
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes.......................................................................... 15


Tabel 2.2 Kadar GDS Dan GDP dengan metode Enzimatik............................ 16
Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Pada Diabetes Mellitus................................ 33
Tabel 3.1 Batasan Istilah................................................................................... 44
Tabel 4.1 Pemeriksaan Fisik dan Observasi..................................................... 60
Tabel 4.2 Analisa Data..................................................................................... 63
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan.................................................................... 64
Tabel 4.4 Implementasi dan Evaluasi............................................................... 67

12
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR BAGAN/GAMBAR

Halaman

Bagan 2.1 Pathway DM.................................................................................... 19


Bagan 4.1 Genogram........................................................................................ 53

13
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pengajuan Judul


Lampiran 2 Surat Izin Pra Survey
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Pra Survey
Lampiran 4 Surat Izin Survey
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Survey
Lampiran 6 Lembar Konsul
Lampiran 7 Informed Consent
Lampiran 8 Format pengkajian Mini Nutrition Assessment (MNA)
Lampiran 9 Format pengkajian Berg Balance Scale (BBS)
Lampiran 10 Format pengkajian Morse Fall Scale (MFS)
Lampiran 11 Format pengkajian Mini mental state exam (MMSE)
Lampiran 12 Format pengkajian Geriatric Depression Scale (GDS)
Lampiran 13 Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Barthel Indeks
Lampiran 14 Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Kats Indeks
Lampiran 15 SOP Pengukuran ABI (Ancle Brachial Index)
Lampiran 16 SOP Senam Kaki Diabetik

14
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA YANG MENGALAMI DM TIPE II
DENGAN MASALAH KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI JARINGAN
PERIFER DI UPT PUSKESMAS REJOSARI TAHUN 2021

FERI ANDIKA
xvi + 84 Halaman + 8 Tabel +2 Bagan + 16 Lampiran

ABSTRAK

Diabetes mellitus termasuk kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemia, yang di akibatkan oleh terjadinya penurunan reaksi insulin oleh sel
beta pankreasm peningkatan produksi glukosa oleh otot yang menurun sehingga
glukosa banyak beredar dalam darah atau hiperglikemi.Keadaan tersebut dapat
menyebabkan terjadinya ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada lansia yang
mengalami diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini adalah peneliti dapat
menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan lansia yang mengalami dm tipe
ii dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang menggunakan 1 partisipan


lansia dengan usia lebih dari 60 tahun dengan diagnosa medis diabetes mellitus
tipe II yang mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Partisipan
diberikan intervensi yang sama yaitu perawatan sirkulasi dan edukasi latihan fisik
(senam kaki diabetic).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama 4 hari diberikan


tindakan keperawatan perawatan sirkulasi dan edukasi latiahn fisik berupa senam
kaki diabetik pada lansia dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan perfusi
jaringan perifer yang di tunjukkan dengan sirkulasi darah menjadi lancar nilai
ABI meningkat,akral sudah mulai membaik pada partisipan yang mengalami
diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Dan
partisipan mulai mengerti bahwa dengan jadwal aktivitas sehari-hari berupa
senam kaki diabetic dapat menurunkan kadar gula dalam darah dan meningkatkan
perfusi jaringan perifer.
Kesimpulan dalam penelitian ini, ada peningkatan perfusi jaringan perifer dari
pemberian perawatan sirkulasi dan edukasi latihan aktivitas fisik (senam kaki
diabetic) yang diberikan selama 4 hari terhadap peningkatan nilai ABI, akan tetapi
harus dilakukan secara rutin dalam pelaksanaannya agar mendapatkan hasil yang
signifikan.

Kata Kunci : diabetes mellitus, lansia, latihan aktivitas fisik


Reference : 2010-2020 (30)

15
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
NURSING CARE FOR THE ELDERLY WHO EXPERIENCED TYPE II DM
WITH THE PROBLEM OF INEFFECTIVE PERFUSSION OF
PERIPHERAL NETWORKS AT UPT PUSKESMAS REJOSARI IN 2021

FERI ANDIKA
xvi + 84 Pages + 8 Tables + 2 Chart + 16 Attachment

ABSTRACT

Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by


hyperglycemia, which is caused by a decrease in insulin reaction by beta
pancreasm cells, an increase in glucose production by muscle which decreases so
that glucose circulates in the blood or hyperglycemia. This situation can lead to
ineffective peripheral tissue perfusion in the elderly with diabetes mellitus. The
purpose of this study is that researchers can describe the implementation of
nursing care for the elderly who have type II diabetes with ineffective peripheral
tissue perfusion problems.

This research is a case study study using 1 elderly participant aged more than 60
years with a medical diagnosis of type II diabetes mellitus who experienced
ineffective peripheral tissue perfusion. Participants were given the same
intervention, namely circulation care and physical exercise education (diabetic
foot exercise).

Based on the results of research that has been carried out for 4 days given
circulation care nursing actions and physical exercise education in the form of
diabetic foot gymnastics in the elderly, it can be concluded that there is an
increase in peripheral tissue perfusion which is indicated by smooth blood
circulation, the ABI value increases, the acral has started to improve in the
participants. who have diabetes mellitus with ineffective peripheral tissue
perfusion problems. And participants began to understand that with a daily
activity schedule in the form of diabetic foot exercises, it could reduce blood
sugar levels and increase peripheral tissue perfusion.

The conclusion in this study, there is an increase in peripheral tissue perfusion


from the provision of circulation care and education of physical activity exercises
(diabetic foot exercises) given for 4 days to increase the ABI value, but it must be
done routinely in its implementation in order to get significant results.

Keywords :Diabetes mellitus, elderly, physical activity exercise


Reference : 2010-2020 (30)

16
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era globalisai dan bertambahnya kemajuan teknologi berdampak

terhadap seluruh aspek kehidupan, diantaranya adalah meningkatkan sistem

pelayanan kesehatan sehingga mempengaruhi peningkatan Usia Harapan

Hidup (UHH). Saat ini jumlah lansia mencapai lebih dari 629 juta jiwa, dan

diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Peningkatan UHH

menunjukkan tingkat keberhasilan bidang kesehatan, namun di sisi lain

menimbulkan permasalahan yaitu semakin bertambhanya lansia dengan

penyakit degeneratif salah satunya adalah Diabetes mellitus (DM).

DM termasuk kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia. Proses fisiologis penuaan menyebabkan terjadinya penurunan

reaksi insulin oleh sel beta pankreas peningkatan produksi glukosa oleh otot

yang menurun sehingga glukosa banyak beredar dalam darah atau hiperglikemi

(Badriah.et al, 2014). DM juga merupakan penyakit kronis yang umum terjadi

pada orang dewasa yang membutuhkan supervise medis berkelanjutan dan

edukasi perawatan mandiri pada pasien. (Priscilla et al., (2016))

Data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2020 melaporkan 463 juta

orang dewasa di dunia menyandang DM dengan prevalensi global mencapai

9,3 persen. Namun, kondisi yang membahayakan adalah 50,1 persen

1
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
penyandang diabetes mellitus tidak terdiagnosis. Ini menjadikan status diabetes

mellitus sebagai silent killer masih menghantui dunia. Jumlah penderita

diabetes mellitus diperkirakan meningkat 45 persen dan Pada tahun 2045

mendatang.

Sementara Indonesia pada tahun 2018 menempati peringkat ke 4 tertinggi di

Dunia setelah India, China dan Amerika Serikat dengan perkiraan penderita

DM mencapi angka 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Kemenkes, 2018).

Riskesdas 2018 mencatat prevalensi diabetes menurut konsensus Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia (Perkeni) mencapai 10,9 persen. Angka ini terus

meningkat dari 5,7 persen pada 2007 lalu menjadi 6,9 persen pada 2013

menjadi 8,5 persen pada 2015. Dan prevalensi diabetes mellitus di provinsi

Lampung memiliki nilai sebesar 0,4% (kisaran 0,1-0,9%) tertinggi dikota

Bandar Lampung sebesar 0,9% dan terendah berada di Lampung Utara sebesar

0,1% (Kemenkes, 2018)

Adapun dampak dari DM menyebabkan Masalah Kesehatan/Komplikasi pada

pasien penyandang DM diantara nya, : Inkontinensia urine, Penurunan rasa

haus, Penurunan rasa lapar dan Penurunan berat badan, Keletihan dan Depresi,

Hipoglikemia, Neuropati diabetik, Hipertensi, Nyeri persisten, Penyakit

Parkinson, Polifarmasi, Kerusakan Kognitif (LeMone, Priscilla dkk 2016).

Selain itu ada beberapa masalah keperawatan yang lazim muncul ada pasien

DM diantaranya adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh, risiko Syok , Kerusakan Intergritas jaringan, Resiko infeksi, Retensi

2
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
urine, Resiko Ketidakseimbangan elektrolit, Keletihan, dan Ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer (Nurarif,A & Kusuma,H 2015). Ketidakefektifan

Perfusi jaringan perifer dapat diartikan sebagai penurunan sirkulasi darah

keperifer yang dapat mengganggu kesehatan, penurunan oksigen yang

mengakibatkan kegagalan pengantaran nutrisi kejaringan pada tingkat

kapiler (Wilkinson, 2016). Nutriso dan oksigen kejaringan diakibatkan

kerusakan pada saraf perifer sehingga menimbulkan gejala kesemutan, mati

rasa, atau kelemahan, pada kaki dan tangan, yang menjangkit sampai dengan

50% dari penderita DM tipe 2 (American Diabetes Association, 2013 )

Beberapa intervensi yang dapat dilakuakan untuk mengatasi masalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer adalah : Memonitor daerah yang peka

terhadap panas, Memonitor adanya paretese,Menginstrusikan keluarga untuk

mengobservasi kulit jika ada isi atau adanya laserasi,Menggunakan sarung

tangan untuk proteksi diri,Membatasi gerakan pada bagian kepala, leher dan

punggung, Memonitor kemampuan BAB pasien,Melakukan kolaborasi dengan

tenaga medis lainnya dalam pemberian analgetik,Memonitor adanya

tromboplebitis,Mendiskusikan adanya penyebab perubahan sensasi.( Tim Pokja

SIKI DPP PPNI,2018)

Sejalan dengan penelitian Haris dan Askar (2018) di Puskesmas Mangasa

Makasar terhadap 21 pasien DM yang mengalami gangguan perfusi perifer,

setelah dilakukan senam kaki diabetik dapat meningkatkan sensitivitas

3
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
neuropati perifer.Sehingga masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer dapat teratasi.

Senada dengan penelitian Nurul (2017) di RSUD dr Haryoto Lumajang,

menginformasikan bahwa untuk mengatasi masalah keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dapat dilakukan dengan berbagi

tindakan dianataranya : pemberian intervensi berupa perawatan sirkulasi,

pencegahan sirkulasi, pemantauan ekstremitas bawah, manajemen cairan dan

elektrolit, manajemen cairan, promosi latihan fisik, manajemen sensasi perifer,

manajemen tekanan, dan penyuluhan prosedur pengobatan.

Tidak berbeda dengan Penelitian Erlina (2018) di ruang Melati RSUD

BANGIL, telah melakukan tindakan : Respiratory Monitoring (Meliputi :

monitor tekanan darah, nadi, suhu, monitor sianosis sentral dan perifer,

monitor warna kulit, suhu dan kelembaban) selama 3 hari untuk mengatasi

mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer .

Survey yang peneliti lakukan di puskesmas Rejosari didapatkan informasi

bahwa jumlah kunjungan lansia dengan DM mencapai 131 orang tahun 2018.

Meningkat 253 orang pada tahun 2019. Dari seluruh kasus yang ada, sebagian

besar pasien mengeluhkan adanya keluhan pada telapak kaki tepi, terasa

kesemutan, baal/hilang rasa. Mereka menyatakan sangat terganngu dan

mempengaruhi dalam menjalankan aktivitas sehari hari. Dalam proses

manajemen pasien DM, pihak puskesmas rejosari melakukan kegiatan Pos

Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU-PTM) yaitu kegiatan

4
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM terintegras. Namun belum

secara spesifik dilakukan kegiatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer .

Sehubungan dengan fenomena tersebut penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM

Tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT

Puskesmas Rejosari Tahun 2021”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah

“Bagaimanakah pelaksanaan Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami

DM Tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di

UPT Puskesmas Rejosari Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan Lansia Yang

Mengalami DM Tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi

Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari Tahun 2021?

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah, penulis mampu

melakukan :

5
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
a. Pengkajian Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe II Dengan

Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas

Rejosari Tahun 2021?

b. Penetapan diagnosis Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe II

Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT

Puskesmas Rejosari Tahun 2021?

c. Perencanaan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe II Dengan

Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas

Rejosari Tahun 2021?

d. Pelaksanaan tindakan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe

II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT

Puskesmas Rejosari Tahun 2021?

e. Pelaksanaan evaluasi Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM Tipe

II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT

Puskesmas Rejosari Tahun 2021?

D. Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Manfaat Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai pengembangan ilmu

keperawatan dalam memberikan asuhan Keperawatan Lansia Yang

Mengalami DM Tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan

Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari Tahun 2021.

6
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2.Manfaat Praktis

a. Perawat

Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

intervensi keperawatan khususnya pada pasien DM dan dapat

diaplikasikan pada tatanan pelayanan keperawatan baik di rumah sakit

maupun di komunitas sebagai salah satu intervensi keperawatan mandiri

perawat.

b. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi puskesmas sebagai

pelaksanaan asuhankeperawatan pada lansia yang mengalami DM tipe II

Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dan gambaran pada

mahasiswa untuk melaksanakan keperawatan pada lansia yang

mengalami DM tipe II Dengan Masalah Ketidakefektifan Perfusi

Jaringan Perifer .

d. Bagi Masyarakat/Klien

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat dan

kelurga yang mempunyai lansia yang mengalami DMtipe II Dengan

Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer.

7
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Menurut UU RI No. 4 tahun 1965 usia lanjut adalah mereka yang berusia

55 tahun keatas. Menurut dokumen yang dicanangkan pada tanggal 29

mei 1996 oleh Presiden RI, batas usia lanjut adalah 60 tahun.

Penggolongan lansia:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) : 60-74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) : 75-90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

(Wahyunita VD, Fitrah.2010 )

UU No 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia Bab 1 Pasal 1 Ayat 2

bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukan lah suatu

penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan

perubahan yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan

tubuh dalam menghadapi rangangan dari dalam dan luar tubuh yang

berakhir dengan kematian (Untari I, 2018)

Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Pada tahap ini

manusia akan mengalami penurunan kemampuan kerja tubuh akibat

penurunan dan fungsi organ tubuh. Proses menua adalah perubahan ynag

8
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
terkait waktu bersifat universal, progresif dan detrimental. Kemudian

menyebabkan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan dan

kemampuan bertahan hidup berkurang (Kurnianto D, 2015)

2. Batasan Usia Lanjut

a. Pra usia lanjut (prasenilis): 45-59 tahun

b. Usia lanjut: 60 tahun keatas

c. Usia lanjut risiko tinggi: 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Usia lanjut potensial: usia lanjut yang masih mampu melakukan

pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa

e. Usia lanjut tidak potensial: usia lanjut yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada orang lain.

(Maryam RS, DKK., 2010)

3. Teori Sosialogis Dalam Proses Penuaan

a. Teori interaksi sosial: kemampuan untuk terus menjalin interaksi sosial

merupakan kunci mempertahan kan status sosialnya berdasarkan

kemampuan bersosialisasi.

b. Teori aktivitas atau kegiatan:

1) lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut serta

dalam kegiatan sosial

2) Lansia akan merasa puas jika beraktivitas selama mungkin

3) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup lansia


4) Mempertahankan hubugan antara usia pertengahan dengan lansia
(Untari I, 2018)

9
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
4. Masalah Kesehatan Pada Lansia

a. Aktivitas Yang Berkurang

Masalah yang muncul pada lansia disebabkan oleh faktor internal atau

dalam tubuh individu itu sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari

lingkungan. Kemudian mengakibatkan aktivitas tidak berjalan

maksimal dan dipengaruhi oleh gangguan tulang karena osteoposis,

sendi dan otot tubuh, penyakit kardiovaskuler, dan pembuluh darah

(Fatimah, 2010)

b. Ketidakseimbangan Tubuh

Keluhan pada lansia muncul karena menurunnya fungsi organ tubuh

didalam dirinya maupun karena faktor dari luar tubuh, seperti faktor

lingkungan, sehingga menyebabkan lansia akan mudah jatuh

(Fatimah, 2010)

c. Inkontinence Urin dan Inkontinence Alvi

Inkontinence urin adalah masalah umum yang sering muncul pada

lansia yaitu ketidakmampuan menahan air kencing atau sering disebut

dengan beser. Menimbulkan terjadinya masalah kesehatan yaitu berupa

batu ginjal. Dan untuk mencegahnya biasanya meminimalisir asupan

cairan, tanpa disadari itu akan membuat tubuh mereka menjadi

dhidrasi dan berkurangnya kemempuan kandung kemih. Selain itu

masalah yang sering muncul adalah bak disertai dengan buang air

besar atau sering disebut inkontinence alvi yaitu suatu keadaan feses

10
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
yang keluar tidak disadari karena ketidakmampuan mengendalikan

fungsi eksketoriknya (Fatimah, 2010)

d. Gangguan Saraf Dan Otot

Ganguan saraf dan otot pada lansia akan menyebabkan gangguan

dalam berkomunikasi secara verbal, gangguan kulit berupa

berkurangnya elastisitas kulit maupun berurangnya hormon kolagen

yang menyebabkan kulot kering, rapuh dan rusak (Fatimah, 2010)

e. Sulit Buang Air Besar (Konstipasi)

Disebabkan karena menurunnya motilitas usus dan disebabkan karen

pengaruh makanan, kurangnya aktivitas, dehidrasi atau karena

pengaruh obat (Fatimah, 2010)

f. Penurunan Imunitas Tubuh (Kekebalan Tubuh)

Terjadi karena penurunan fungsi organ tubuh, kekurangan gizi yang

seimbang, penyakit yang menahun, ataupun penggunaan obat

(Fatimah, 2010)

g. Impoten

Terjadi karena kurangnya aliran darah kedalam alat kelamin karena

kekakuan dinding pembuluh darah serta berkurangnya kepekaan

terhadap rangsangan dari luar (Fatimah, 2010)

h. Penuaan Kulit

Terjadi karena makin tipisnya kulit disertai makin meningkatnya

jumlah umur serta semakin longgarnya lapisan lemak dibawah kulit

(Fatimah, 2010)

11
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
i. Mudah Lelah

Disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan, atau

depresi), gangguan organis misalnya anemia, kurang vitamin,

perubahan tulang (osteomalasia), ganguuan pencernaan, kelainan

metbolisme (DM, Hipertiroid), uremia, gangguan hati, darah dan

jantung, dan pengaruh dari obat-obatan (Untari I, 2018)

j. Gangguan Kardiovaskuler

Terjadi seperti nyeri dada, sesak nafas, palpitasi / berdebar-debar.

(Untari I, 2018)

k. Nyeri atau Ketidaknyamanan

Biasanya terjadi nyeri pada pinggang dan punggung akibat gangguan

sendi pinggul, kelainan tulang sendi, kelainan pada saraf punggung.

(Untari I, 2018)

l. Kesemutan Pada Anggota Badan

Disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan

umum (gangguan pada kontrol), gangguan persarafan lokal pada

anggota badan (Untari I, 2018)

12
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
B. Konsep Penyakit Diabetes Mellitus

1. Definisi

a. Diabetes mellitus adalah penyakit gangguan metabolisme kronis yang

ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan

karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin

dibutuhkan dalam tubuh untuk metabolisme dan pertumbuhan sel

(Tarwoto, 2016)

b. Diabetes mellitus adalah keadaan ketika tubuh tidak mampu

menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawa

glukosa ke sel-sel dan meyimpannya sebagai glikogen). Ditandai

berbagai kelainan metabolik yaitu kelianan metabok akibat gangguan

hormonal (Aini N, 2016)

c. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang memerlukan menejemen

diri yang baik berupa lima pilar menejement diabetes yaitu melalui

edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, intervensi farmakologis,

dan kontrol glukosa darah (Setyoadi Dkk, 2018)

d. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidra lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin ata penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan

menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan

neuropati. (Yuliana elin, 2009)

13
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2. Etiologi

Diabetes mellitus disebabkan oleh berbagai faktor yaitu :

a. Keturunan

b. Imunologi

c. Lingkungan

d. Obesitas

e. Usia

(Nurarif , 2015)

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik diabetes mellitus adalah :

a. Kadar glukosa puasa tidak normal

b. Hiperglikemi berat berakibat glukosaria yang akan menjadi dieresis

osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuria) dan timbul

rasa haus (polidipsia)

c. Polifagia( rasa lapar yang terus menerus), BB berkurang

d. Lelah dan ngantuk

e. Kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.

(Nurarif , 2015)

4. Klasifikasi diabetes mellitus

Menurut WHO (World Health Organization) diabetes mellitus dibagi

menjadi dua type yaitu Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)

14
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
disebut diabetes mellitus tipe 1 dan Non-Insulin-Dependent Diabetes

Mellitus (NIDDM) disebut dengan diabetes tipe 2.

Tabel 2.1 Klasifikasi diabetes

Klasifikasi klinis Klasifikasi resiko statistic

Tipe I: IDDM : Destruksi sel beta pulau langerhans Sebelumnya pernah memiliki
akibat proses autoimun kelainan toleransi glukosa

Tipe II: NIDDM: kegagalan reaktif sel beta dan Berpotensi kelainan glukosa
resistensi urin. Retensi urin: menurunnya (memiliki riwayat keluarga
kemampuan urin untuk merangsang pengambilan yang menderita diabetes
glukosa oleh jaringan perifer atau untuk mellitus)
menghambat produksi glukosa dihati

(Nurarif, 2015)

5. Patofisiologi

a. Hiperglikemia

Keadaan patologi diabetes mellitus akan menyebabkan kelemahan

sehingga akan terjadi keletihan akibat penumpukan glukosa dalam

darah (hiperglikemia) yang ditimbulkan karena kadar insulin dalam

tubuh menurun atau tidak dapat mengolah glukosa menjadi bahan

energi (glikogen), yang apabila masih ada sisa maka akan di simpan di

dalam sel hati dan sel otot sebagai massa sel otot, untuk dipergunakan

saat tubuh membutuhkan lebih banyak energy (Aini N, 2016)

b. Hiperosmolaritas

Suatu keadaan dengan kelebihan tekanan osmotik pada plasma darah

karena adanya peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah, yang

akan mengakibatkan menurunnya kemampuan ginjal untuk memfiltrasi

dan reabsorbsi urin hingga menyebabkan glukosa banyak keluar

15
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
melalui urin (glukosaria). Dan menyebabkan partisipan dengan

diabetes mellitus berkeinginan BAK terus menerus, dan menimbulkan

kelelahan akibat tidak adanya glukosa yang tersaring melalui darah

untuk menjadi bahan energi didlm tubuh (Aini N, 2016)

c. Starvasi seluler

Kondisi kelaparan karena glukosa sulit masuk kedalam sel walau ada

banyak glukosa di sekeliling sel. Sehingga akan menyebabkan

terjadinya kompensasi seluler agar dapat mempertahankan fungsi sel,

serta mengakibatkan terjadinya penurunan kemampuan sel otot untuk

memetabolisme cadangan glikogen jika tidak dapat memecah glukosa,

mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton) dan akan

berdampak pada penurunan massa otot, dan perasan mudah lelah.

(Aini N, 2016)

6. Pemeriksan Penunjang

a. Kadar glukosa darah

Tabel 2.2
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Dan Puasa Dengan Metode
Enzimatik

Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)


Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti DM
Sewaktu

Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >140 80-100

16
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah DM Belum pasti DM
puasa

Plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

(Nurarif,2015)

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus aadalah:

1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)

2) Glikosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil dua jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial(pp >

200 mg/dl)

c. Tes laboratorium dm : berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan

terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.

d. Tes saring:

1) Gdp, gds

2) Tes glukosa urin: tes konvensional (metode reduksi/benedict) dan

tes carik celup (metode glukos oxidase/hexomkinase)

e. Tes diagnostik: GDP,GDS, GD2PP dan glukosa jam ke-2 TTGO

f. Tes monitoring terapi

1) GDP: plasma vena, darah kapiler

2) GD2 PP: plasma vena

3) A1c : darah vena, darah kapiler

17
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi

1) Mikroalbinuria: urin

2) Ureum, kreatinin, asam urat

3) Kolesterol total: plasma vena (puasa)

4) Kolesterol LDL: plasma vena (puasa)

5) Trigliserida: plasma vena (puasa)

(Aini N, 2016)

7. Penatalaksanaan

Insulin pada DM diperlukan dalam keadaan:

a. Penurunan berat badan yang cepat

b. Hiperglikemia yang disertai ketosis

c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau hiperglikemia hipersomolar non

ketotik (HONK)

d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat

e. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

f. Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

g. Kehamilan dengan DM gestasional yang tidak terkendali dengan

perancanaan makan

h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

i. Kontra indikasi dan atau alergi terhadap OHO

(Aini N, 2016)

18
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
8. Pathway

Faktor Genetik,
Inveksi virus,
Pengrusakan imunologik Gula dalam darah
Kerusakan Keseimbangan
tidak dapat dibawa
sel Beta produksi insulin masuk dalam sel

Hiperglikemia Anabolisme protein menurun

Kerusakan pada antibodi

Syok hiperglikemik
Vikositas darah meningkat

Kekebalan tubuh turun


Koma diabetik
Aliran darah lambat

Resiko Infeksi Neuropati sensori perifer


Iskemik jaringan

Klien tidak merasa sakit


Ketidakefektifan
Perfusi jaringan perifer
Kerusakan integritas
jaringan

(Nurarif ,2015)

19
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
C. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Lansia

A. Pengertian

Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan keperawatan yang

profesional dengan menggunakan ilmu dan kiat keperawatan gerontik,

mencakup biopsikososial dan spiritual, di mana klien adalah orang yang

berusia lebih dari 60 tahun, baik yang kondisinya sehat maupun sakit

(Maryam dkk, 2008).

Asuhan keperawatan lanjut usia (lansia) adalah suatu rangkaian kegiatan

dari proses keperawatan yang ditujukan kepada usia lanjut. Kegiatan

tersebut meliputi pengkajian dengan memerhatikan kebutuhan

biologis/fisik, psikologis, kultur, dan spiritual; menganalisa suatu masalah

kesehatan/keperawatan dan membuat diagnosis keperawatan; membuat

perencanaan; melaksanakan perencanaan dan terakhir melakukan evaluasi.

(Maryam dkk, 2010).

B. Tujuan Pemberian Asuhan

1. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan melalui jalan perawatan

dan pencegahan.

2. Membantu mempertahankan serta memperbesar semangat hidup klien

usila.

3. Menolong dan merawat klien lansia yang menderita penyakit.

4. Meningkatkan kemampuan perawat dalam melakukan proses

keperawatan

20
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
5. Melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan upaya promotif,

preventif dan rehabilitatif.

C. Sasaran

Sasaran asuhan keperawatan pada lansia adalah klien usia lanjut yang

berada di keluarga, panti (sebagai individu atau kelompok), maupun

kelompok masyarakat (Posyandu Lansia/ Posbindu/ Karang Werdha).

D. Faktor-faktor Yang Harus Dipertimbangkan Dalam Memberikan

Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada lansia merupakan proses yang kompleks dan

menantang. Oleh karena itu, ada faktor-faktor yang harus dipertimbangkan

1. Hubungan timbal balik antara aspek fisik dan psikososial dari lansia.

Aspek dan psikososial saling berhubungan dan mempengaruhi.

2. Efek dari penyakit dan disability (ketidakmampuan/keterbatasan) pada

status fungsional.

3. Menurunnya efisiensi dari mekanisme homeostatis. Contoh Respon

terhadap stress menurun sehingga mudah terinfeksi, dan sulit

menghadapi kematian pasangan.

4. Kurang/belum adanya standar keadaan sehat atau sakit dari klien.

5. Perubahan respon terhadap penyakit dimana tanda dan ge jalanya

tidak spesifik.

6. Kerusakan fungsi kognitif. Contoh : Memory Loss (pelupa), bingung.

21
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
E. Hal-hal Yang Perlu Mendapat Perhatian Dalam Menjalin Hubungan

Dengan Lansia

1. Lingkungan (Fisik Dan Psikologis)

a. Siapkan space (area) yang adekuat. Contoh: klien di kursi roda. Suasana

tenang, tidak ribut/bising. Contoh: suara TV dan radio dikecilkan.

b. Nyaman, tidak panas.

c. Gunakan cahaya yang agak redup, hindari cahaya langsung

d. Tempatkan pada posisi yang nyaman bila berganti posisi atau tanyakan

apakah ingin di tempat tidur

e. Sediakan waktu yang cukup dan air minum.

f. Privacy harus dijaga.

g. Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien.

h. Sabar, rileks dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab

pertanyaan.

i. Perhatikan tanda-tanda kelelahan ( mengeluh, respon menjadi lambat,

mengerut, tersinggung) Rencanakan apa yang akan dikaji.

j. Melakukan pengkajian pada saat energi klien meningkat. Contoh:

sehabis makan.

2. Interviewer (Sikap Perawat : Perasaan, Nilai, Kepercayaan)

a. Mitos-mitos seputar lansia harus disadari

b. Menjelaskan tujuan wawancara

c. Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebu tuhan

pengumpulan data dengan kepentingan klien

22
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
d. Mencatat data harus seizin klien

e. Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara

yang paling efektif dan nyaman. Menggunakan sentuhan

f. Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara.

3. Klien

Beberapa kultur yang mempengaruhi kemampuan klien untuk

berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan:

a. Hereditas.

b. Nutrisi.

c. Status Kesehatan.

d. Pengalaman hidup.

e. Lingkungan.

f. Stress.

Perawat harus menyadari faktor-faktor ini karena kemampuan lansia untuk

mengkomunikasikan semua informasi penting sangat ditentukan oleh

kelengkapan dan kesesuaian wawancara.

F. Proses Keperawatan Lanjut Usia

1. Pengkajian

23
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Status kesehatan pada usia lanjut dikaji secara komprehensif, akurat dan

sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama peng kajian harus dapat

dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien dan

pemberi pelayanan interdisipliner.

Tujuan dari melakukan pengkajian adalah untuk menentukan ke

mampuan klien dalam memelihara diri sendiri, melengkapi data dasar

untuk membuat rencana perawatan, memberi waktu pada klien untuk

berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial dan

spiritual dengan melakukan kegiatan pengum pulan data melalui

wawancara, observasi dan pemeriksaan.

Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan

melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang

masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia

di Panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan melibatkan

penanggungjawab kelompok lansia, kadem kesehatan, tokoh masyarakat

serta petugas kesehatan.Format pengkajian yang digunakan adalah

format pengkajian pada lansia yang dikembangkan sesuai dengan

keberadaan lansia. Format pengkajian yang dikembangkan minimal

terdiri dari data dasar (Identitas, alamat, usia, pendidikan, pekerjaan,

agama, suku bangsa), data bio, psiko, sosial, spiritual, kultural,

lingkungan, status fungsional, fasilitas penunjang kesehatan yang ada

serta pemeriksaan fisik

2. Diagnosis Keperawatan

24
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis

keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis

keperawatan individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia,

ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.

Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain Gangguan nutrisi

kurang/lebih; Gangguan persepsi sensorik pendengaran, penglihatan,

Kurangnya perawatan diri, Intoleransi aktivitas, Gangguan pola tidur,

Perubahan pola eliminasi, Gangguan mobilitas fisik, Risiko injury,

Isolasi sosial menarik diri; Harga diri rendah, Cemas, Reaksi berduka,

Marah, Penolakan terhadap proses penuaan.

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan

mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi.

kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga halnya

untuk menghadapi kematian secara damai. Rencana dibuat untuk

keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai

dengan respon atau kebutuhan klien Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam menyusun rencana keperawatan adalah :

a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik dimana diarahkan pada

pemenuhan kebutuhan dasar.

b. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan

c. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.

25
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
d. Tentukan prioritas. Klien mungkin sudah puas dengan kon disinya,

bangkitkan perubahan tetapi jangan dipaksakan, rasa aman dan

nyaman adalah yang utama.

e. Sediakan cukup waktu untuk klien.

f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah dibuat.

4. Tindakan Keperawatan

Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana

perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan

untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah

komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia antara lain:

a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya misalmnya

dengan memanggil nama klien.

b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya matahari, ventilasi

rumah, hindarkan dari cahaya yang silau, penerangan di kamar mandi,

dapur dan ruangan lain sepanjang waktu.

c. Meningkatkan rangsangan panca indera melalui buku-buku yang

dicetak besar, berikan warna yang dapat dilihat.

d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realitas melalui kalender,

jam, foto-foto, banyaknya jumlah kunjungan.

e. Memberikan perawatan sirkulasi dengan cara hindarkan pakaian yang

sempit; mengikat/menekan, merubah posisi, dorong untuk melakukan

aktifitas, melakukan penggosokkan pelan-pelan waktu mandi.

26
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
f. Memberikan perawatan pernafasan dengan cara bersihkan hidung,

lindungi dari angin, tingkatkan aktivitas pernafasan dengan latihan

nafas dalam, (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi oksigen,

perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat berlebihan, gangguan

penglihatan, kejang otot, dan hipotensi

g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan dengan cara beri

makan porsi kecil tapi sering, beri makan yang menarik dan dalam

keadaan hangat, sediakan makanan yang disukai, makanan yang

cukup cairan, banyak makan sayur dan buah, berikan makanan yang

tidak membentuk gas, sikap fowler waktu makan

h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan cara cegah

inkontinensia dengan menjelaskan dan dorong klien untuk BAK tiap 2

jam, observasi jumlah urine pada waktu mau tidur. Untuk seksualitas,

sediakan waktu untuk konsultasi.

i. Memberikan perawatan kulit dengan cara untuk mandi gunakan sabun

yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit dengan keras,

potong kuku tangan dan kaki, hindari menggaruk dengan keras,

berikan pelembab (lotion) untuk kulit. Memberikan perawatan

muskuloskeletal melalui cara ber gerak dengan keterbatasan, rubah

posisi tiap 2 jam, cegah osteoporosis dengan latihan, lakukan latihan

aktif/pasif, anjurkan/dorong keluarga untuk membuat klien mandiri.

j. Memberikan perawatan psikososial dengan cara jelaskan dan dorong

untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan mengikuti aktivitas,

27
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
fasilitasi pembicaraan, sentuhan pada tangan untuk memelihara rasa

percaya, berikan penghargaan, empati.

k. Memelihara keselamatan dengan cara usahakan agar pagar tempat

tidur (pengaman) tetap dipasang, posisi tempat tidur yang rendah,

kamar dan lantai tidak berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu

untuk berdiri, berikan penyangga pada waktu berdiri bila diperlukan.

D. Konsep Asuhan Keperawatan dengan penyakit DM Pada Lansia

1. Pengkajian

Menurut Nursalam (2013) pengkajian adalah pengumpulan data tentang

perilaku klien sebagai suatu sisitem adaptif yang berhubungan dengan

masing-masing model adaptasi : fisiologis, konsep diri, fugsi peran, dan

ketergantungan. Serta stimulus fokal, kontekstual, dan residual yang

berdampak terhadap klien. Pengkajian meliputi:

a. Pengumpulan Data

1) Identitas

Indentitas partisipan yang dapat dikaji pada penyakit DM salah

satunya adalah usia, karena dm banyak terjadi pada partisipan

yang berusia diatas 60 tahun.

2) Keluhan utama

Keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang gangguan

terpenting yang dirasakan partisipan sampai perlu pertolongan

3) Riwayat penyakit sekarang

28
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara

yang dilakukan perawat untuk menggali permasalahan partisipan

dari timbulnya keluhan utama pada gangguan sistem

kardiovaskuler sampai pada saat pengkajian

4) Riwayat penyakit dahulu

Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah

dialami sebelumnya. Tentang pengobatan lalu dan riwayat alergi,

riwayat keluarga, riwayat pekerjaan dan kebiasaaan, serta status

perkawinan dan kondisi kehidupan

5) Pola kebiasaan sehari-hari

Yang perlu dikaji adalah aktivitas apa yang bisa dilakukan

diantaranya: pola nutrisi dan cairan, pola eliminasi, kebutuhan rasa

aman, pola personal hygiene, pola istirahat tidur, pola aktivitas dan

latihan, dan pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

b. Pemeriksaan Fisik

1) pemeriksaan umum yang meliputi pemeriksaan kesadaran, dan

vital sign

2) pemeriksaan fisik per sistem meliputi periksaan sistem penglihatan,

sistem pendengaran, sistem wicara, sistem pernafasan, sistem

kardiovaskuler, dan sistem neurologi

c. Pengkajian khusus apgar gerontik

1) Masalah Kesehatan Kronis

29
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2) Mini Nutrition Assessment (MNA)

Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat

ukur yang digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui apakah seorang lansia mempunyai

resiko mengalami malnutrisi akibat penyakit yang diderita dan atau

perawatan di rumah sakit

3) Berg Balance Scale (BBS)

Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur kemampuan

keseimbangan statis dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14

perintah yang dinilai dengan menggunakan skala ordinal Tujuan

Untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun dinamis

pada lansia dan menentukan risiko jatuh pada lansia (rendah,

sedang, atau tinggi)

4) Morse Fall Scale (MFS)

Morse fall scale (MFS) merupakan salah satu instrument yang

dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang beresiko

jatuh.

5) Mini mental state exam (MMSE)

Dalam pemeriksaan neuropsikologi pasien, penilaian penurunan

derajat kognitif harus menggunakan test MMSE (Mini Mental State

Exam), dimana test itu memberikan penilaian mental dan perilaku

30
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
pasien yang meliputi lima bagian pokok yaitu: 1. Atensi 2. Bahasa

3. Memori 4. Visual ruang 5. Fungsi eksekutif

Nilai MMSE dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor sosio demografi,

behavior dan lingkungan. MMSE menilai fungsi-fungsi kognitif

secara kuantitatif dengan skor maksimal adalah 30.

6) Geriatric Depression Scale (GDS)

Geriatric Depression Scale (GDS) merupakan salah satu instrumen

yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis depresi pada

usia lanjut.

7) Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Barthel

Indeks

Index Brthel adalah suatu index untuk mengukur kualitas hidup

seseorang dilihat dari kemampuan melakukan aktivitas ehidupan

sehari-hari (Activity of Daily Living, ADL) secara mandiri. Index

Barthel berfungsi untuk mengukur kemandirian fungsional dalam

perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai

kriteria dalam menilai kemampuan fungsional pasien gangguan

keseimbangan (Dewi F, 2020).

8) Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Kats

Indeks

Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk

aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi

31
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal 1) makan, 2)

BAB atau BAK, 3) berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan

berpakaian

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah hasil pengkajian untuk menentukan masalah

keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan

individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia, ataupun diagnosis

keperawatan kelompok lansia (Tarwoto, 2016)

Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada DM diantaranya :

a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan

keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani

b. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes

mellitus)

c. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat

dan poliuri

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah

keperifer, proses penyakit (DM)

e. Resiko Ketidakseimbangan elektrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana keperawatan adalah rancangan tindakan yang disususn perawat

bersama lansia untuk memcahkan masalah kesehatan dan keperawatan

yang telah terdiagnosa. Rencana keperawatan membantu partisipan

memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling

32
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai, demikian juga

halnya untuk menghadapi kematian secara damai. Recana dibuat untuk

keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak terbatas, sesuai dengan

respon atau kebutuhan partisipan (Nursalam, 2013)

Tabel 2.3

Rencana Keperawatan Pada Diabetes Melitus

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Katidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan Manajemen nutrisi:
Definisi: asupan nutrisi tidak Setelah dilakukan
cukup untuk memenuhi tindakan keperawatan 1. Kaji adanya alergi
kebutuhan metabolik. diharapkan kebutuhan makanan
Batasan karakteristik: nutrisi adekuat (status 2. Kolaborasi dengan
nutrisi: asupan makanan, ahli gizi untuk
1. Kram abdomen cairan dan zat gizi) mennetukan jumlah
2. Nyeri abdomen adekuat dengan kriteria: kalori dan nutrisi
3. Menghindari makanan 1. Adanya peningkatan yang dibutuhkan
4. Berat badan 20% atau berat badan sesuai pasien
lebih dibawah berat dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
badan ideal 2. Berat badan ideal untuk meningkatkan
5. Kerapuhan kapiler sesuai dengan tinggi intake Fe
6. Diare badan 4. Anjurkan pasien
7. Kehilangan rambut 3. Mampu untuk meningkatkan
berlebihan mengidentifikasi protein dan vitamin
8. Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi C
9. Kurang makanan 4. Tidak ada tanda tanda 5. Beri substansi gula
10. Kurang informasi malnutrisi 6. Yakinkan diet yang
11. Kurang minat pada 5. Menunjukan dimakan
makanan peningkatan fungsi mengandung tinggi
12. Penurunan berat badan pengecapan dari serat untuk mencegah
dengan asypan makanan menelan konstipasi
adekuat 6. Tidak terjadi 7. Berikan makanan
13. Kesalahan konsepsi penurunan berat badan yang terpilih (sudah
14. Kesalahan informasi yang berarti dikonsultasikan
15. Membrane mukosa pucat dengan ahli gizi)
16. Ketidakmampuan makan 8. Ajarkan pasien
makanan bagaimana membuat
17. Tonus otot menurun catatan makanan
18. Mengeluh gangguan harian
sensasi rasa 9. Monitor jumlah
19. Mengeluh asupan nutrisi dan
makanan kurang dari kandungan kalori

33
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
RDA (recommended 10. Berikan informasi
daily allowance) tentang kebutuhan
20. Cepat kenyang setelah nutrisi
makan 11. Kaji kemampuan
21. Sariawan rongga mulut pasien untuk
22. Steatorea mendapatkan nutrisi
23. Kelemahan otot yang dibutuhkan
pengunyah Monitor Nutrisi:
24. Kelemahan otot untuk 1. BB pasien dalam
menelan batas normal
Faktor- faktor yang 2. Monitor adanya
berhubungan: penurunan berat
1. Faktor biologis badan
2. Faktor ekonomi 3. Monitor tipe dan
3. Ketidakmampuan jumlah aktivitas yang
mengabsorbsi nutrient biasa dilakukan
4. Ketidakmampuan untuk 4. Monitor interaksi
mencerna makanan anak atau orangtua
5. Ketidakmampuan menelan selama makan
makanan 5. Monitor lingkungan
6. Faktor psikologis selama makan
6. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
7. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb dan
kadar Ht
12. Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat,
kemerahan dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
14. Monitor kalori dan
intake nutrisi
15. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
16. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
2 Resiko Infeksi NOC NIC

34
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Definisi: Mengalami Setelah dilakukan Kontrol infeksi
peningkatan resiko terserang tindakan keperawatan 1. Bersihkan
organisme patogenik diharapkan status imun lingkungan setelah
Faktor-faktor resiko: dan resiko kontrol dapat dipakai pasien lain
Penyakit kronis Diabetes diatasi dengan kriteria 2. Pertahankan teknik
melitus hasil: isolasi
Obesitas 3. Batasi pengunjung
Pengetahuan yang tidak cukup 1. Klien bebas dari tanda bila perlu
untuk menghindari pemanjanan dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada
patogen 2. Mendeskripsikan pengunjung untuk
Pertahanan tubuh primer yang proses penularan mencuci tangan saat
tidak adekuat penyakit, factor yang berkunjung dan
- Gangguan peritalsis mempengaruhi setelah berkunjung
- Kerusakan integritas kulit penularan serta meninggalkan pasien
(pemasangan kateter penatalaksanaannya Gunakan sabun
intravena, prosedur invasif) 3. Menunjukkan antimikrobia untuk
- Perubahan sekresi pH kemampuan untuk cuci tangan
- Penurunan kerja siliaris mencegah timbulnya 5. Cuci tangan setiap
- Pecah ketuban dini infeksi sebelum dan sesudah
- Pecah ketuban lama 4. Jumlah leukosit dalam tindakan
- Merokok batas normal keperawatan
- Stasis cairan tubuh Trauma 5. Menunjukkan perilaku Gunakan baju,
jaringan (mis.,trauma hidup sehat sarung tangan
destruksi jaringan) sebagai alat
Ketidak adekuatan pertahanan pelindung
sekunder 6. Pertahankan
- Penurunan hemoglobin lingkungan aseptik
- Imunosupresi (mis.,imunitas selama pemasangan
didapat tidak adekuat, agen alat
farmaseutikal termasuk 7. Ganti letak IV perifer
monoklonal, dan line central dan
imunomudulator) dressing sesuai
- imunosupresan, steroid, dengan petunjuk
antibodi umum
- Supresi respon inflamasi 8. Gunakan kateter
Vaksinasi tidak adekuat intermiten untuk
Pemajanan terhadap patogen menurunkan infeksi
lingkungan meningkat kandung kencing
Wabah 9. Tingktkan intake
Prosedur invasif nutrisi
Malnutris 10. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
11. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
12. Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
13. Batasi pengunjung
14. Sering pengunjung
terhadap penyakit

35
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
menular
15. Partahankan teknik
aspesis pada
pasienyang beresiko
16. Pertahankan teknik
isolasi k/p
17. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
18. inspeksi kulit
danmembran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
19. Inspeksi kondisi luka
/ insisi bedah
20. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
21. Dorong istirahat
22. instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai
resep
23. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda gejala
infeksi
24. Ajarkan cara
menghindari infeksi
25. Laporkan kecurigaan
infeksi
26. Laporkan kultur
positif
3 Retensi urine NOC NIC
Definisi: Pengosongan Setelah dilakukan Perawatan Retensi Urin
kandung kemih tidak komplit tindakan keperawatan
Batasan karakteristik diharapkan eliminasi urin 1. Monitor intake dan
 Tidak ada haluaran urine dapat normal dengan output
 Distensi kandung kemuh kriteria hasil : 2. Monitor penggunaan
 Disuria obat antikolionergik
 Sering berkemih 1. Kandung kemih 3. Monitor derajat
kosong secara penuh distensi bladder
 Inkontinensia aliran
2. Tidak ada residu urin 4. Instruksikan pada
berlebih
>100-200 cc pasien dan keluarga
 Residu urine
3. Bebas dari ISK untuk mencatat
 Sensasi kandung kemih
4. Tidak ada spasme output urine
penuh
bladder 5. Sediakan privacy
 Berkemih sedikit 5. Balance cairan untuk eliminasi
seimbang 6. Stimulasi refleks
Factor yang berhubungan
bladder dengan
 Sumbatan
kompres dingin pada
 Tekanan ureter tinggi. abdomen
 Inhibisi arkus reflex 7. Katerisasi jika perlu
 Sfingter kuat Monitor tanda dan
gejala ISK (panas,

36
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
8. hematuria, perubahan
bau dankonsistensi
urine)
Manajemen eliminasi
urin
4 Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer Setelah dilakukan Manajemen sensasi
Definisi Penurunan sirkulasi tindakan keperawatan perifer
darah ke perifer yang dapat diharapkan status sirkulasi
mengganggu kesehatan dapat normal dengan 1. Monitor adanya
kriteria hasil : daerah tertentu yang
Batasan Karakteristik: Mendemonstrasikan hanya peka terhadap
 Tidak ada nadi status sirkulasi yang panas/dingin/tajam/tu
 Perubahan fungsi motorik ditandai dengan : mpul
2. Monitor adanya
 Perubahan karakteristik
 Tekanan systole dan paretese
kulit (warna, elastisitas,
diastole dalam 3. Instruksikan keluarga
rambut, kelembapan,
rentang yang untuk mengobservasi
 kuku, sensasi, suhu) •
diharapkan Tidak ada kulit jika ada Isi atau
Indek ankle-brakhial <0,90
ortostatik hipertensi laserasi
 Perubahan tekanan darah
 Tidak ada tanda 4. Gunakan sarung
diekstremita
tanda peningkatan tangan untuk proteksi
 Waktu pengisian kapiler >3
tekanan intrakranial 5. Batasi gerakan pada
detik
(tidak lebih dari 15 kepala, leher dan
 Klaudikasi mmHg) punggung
 Warna tidak kembali Mendemonstrasikan 6. Monitor kemampuan
ketungkai saat tungkai kemampuan kognitif BAB
diturunkan yang ditandai dengan: 7. Kolaborasi
 Kelambatan penyembuhan pemberian analgetik
luka perifer  Berkomunikasi 8. Monitor adanya
 Penurunan nadi dengan jelas dan tromboplebitis
 Edema sesuai dengan 9. Diskusikan mengenai
 Nyeri ekstremitas kemampuan penyebab perubahan
 Bruit femoral  Menunjukkan sensasi
 Pemendekan jarak total perhatian,
yang ditempuh dalam uji konsentrasi dan
berjalan 6 menit orientasi
 Pemendekan jarak bebas  Memproses
nyeri yang ditempuh dalam informasi
uji berjalan 6 menit •  Membuat keputusan
Perestesia dengan benar
Menunjukkan fungsi
 Warna kulit pucat saat
sensori motori cranial
elevasi
yang utuh: tingkat
Faktor yang Berhubungan: kesadaran membaik,
 Kurang pengetahuan tidak ada gerakan
tentang faktor pemberat gerakan involunter
(mis.,merokok, gaya hidup
monoton, trauma, obesitas,

37
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
asupan garam, imobilitas)
 Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(mis.,diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes melitus
 Hipertensi
 Gaya hidup monoton
 Merokok

4 Perfusi perifer tidak efektif SLKI SIKI


b.d. kurang terpapar informasi Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi
tentang faktor pemberat/ tindakan keperawatan Observasi
Kurang aktivitas fisik d.d. diharapkan perfusi perifer 1. Periksa sirkulasi
Pengisian kapiler >3 detik,Nadi meningkat dengan kriteria perifer (mis. Nadi
perifer menurun atau tidak hasil : perifer, edema,
teraba, Akral teraba dingin, pengisian kapiler,
Warna kulit pucat, Turgor kulit 1. Denyut nadi perifer warna, suhu, ankle-
menurun, Parastesia, Nyeri meningkat.(dari brachialindex).
ekstremitas 3(sedang) ke 4 (cukup 2. Identifikasi faktor
(klaudikasiintermiten), Edema, meningkat )) risiko gangguan
Penyembuhan luka lambat, 2. Kecepatan sirkulasi (mis.
Indeks ankle-brachial<0,90, penyembuhan luka Diabetes Melitus Tipe
Bruit femoral meningkat. .(dari II, perokok, orang tua,
3(sedang) ke 4 (cukup hipertensi dan kadar
meningkat )) kolesterol tinggi).
3. Warna kulit pucat 3. Monitor panas,
menurun. .(dari kemerahan, nyeri/
3(sedang) ke 4 (cukup kesemutan, atau
menurun)) bengkak pada
4. Edema perifer ekstremitas.
menurun. (dari Terapeutik
3(sedang) ke 4 (cukup 1. Hindari pengukuran
menurun)) tekanan darah pada
5. Nyeri ekstremitas ekstremitas dengan
menurun. (dari keterbatasan perfusi.
3(sedang) ke 4 (cukup 2. Hindari penekanan
menurun)) dan pemasangan
6. Parastesia menurun. tourniquet pada area
(dari 3(sedang) ke 4 yang cedera.
(cukup menurun)) 3. Lakukan perawatan
7. Kelemahan otot kaki dan kuku.
menurun. (dari 4. Lakukan hidrasi.
3(sedang) ke 4 (cukup Edukasi
menurun)) 1. Anjurkan berhenti
8. Bruit femoralis merokok.
menurun. (dari 2. Anjurkan olahraga

38
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3(sedang) ke 4 (cukup rutin.
menurun)) 3. Anjurkan
9. Pengisian kapiler mengecek air mandi
membaik. (dari untuk menghindari
3(sedang) ke 4 (cukup kulit terbakar.
membaik)) 4. Anjurkan
10. Turgor kulit melakukan perawatan
membaik. (dari kulit yang tepat (mis.
3(sedang) ke 4 (cukup Melembabkan kulit
membaik)) kering pada kaki).
5. Informasikan tanda
Mobilitas fisik dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
1.Pergerakan ekstremitas (mis. Rasa sakit yang
meningkat. (dari tidak hilang saat
3(sedang) ke 4 (cukup istirahat, luka tidak
meningkat )) sembuh, hilangnya
2.Nyeri ekstremitas
menurun. (dari 3(sedang) Edukasi Latihan
ke 4 (cukup menurun )) Fisik
Observasi
1. Identifikasi
kesiapan dan
kemampuan
menerima informasi.
Terapeutik
1. Sediakan materi
dan media pendidikan
kesehatan.
2. Jadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya.
Edukasi
1. Jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga.
2.Jelaskan jenis
latihan yang sesuai
dengan kondisi
kesehatan.
3. Jelaskan berapa kali
dilakukan senam kaki,
berapa lama waktunya
dan berapa kali
latihan yang

39
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
dilakukan dalam
program pelatihan
senam kaki yang
diinginkan.
4. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat.
5. Ajarkan teknik
pernapasan yang tepat
untuk
memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik.

5 Resiko ketidakseimbangan NOC NIC


elektrolit Setelah dilakukan Manajemen Cairan
Definisi: Berisiko mengalami tindakan keperawatan
perubahan kadar elektrolit diharapkan cairan tubuh 1. Timbang
serum yang dapat mengganggu dalam batas normal popok/pembalut jika
kesehatan dengan kriteria hasil : diperlukan
2. Pertahankan catatan
Faktor risiko  Mempertahankan intake dan output
- Defisiensi volume cairan urine output sesuai yang akurat
- Diare dengan usia dan BB, 3. Monitor status
- Disfungsi endokrin BJ urine normal, HT hidrasi ( kelembaban
- Klebihan volume cairan normal membran mukosa,
- Gangguan mekanisme  Tekanan darah, nadi, nadi adekuat, tekana
regulasi (mis.,diabetes, suhu tubuh dalam darah ortostatik), jika
isipidus, sindrom batas normal diperlukan
ketidaktepatan sekresi  Tidak ada tanda 4. Monitor vital sign
hormon antidiuretik) tanda dehidrasi, 5. Monitor masukan
- Disfungsi ginjal Elastisitas turgor makanan / cairan dan
- Efek samping obat (mis., kulit baik, membran hitung intake kalori
medikasi,drain) mukosa lembab, harian
- Muntah tidak ada rasa haus 6. Kolaborasikan
yang berlebihan pemberian cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai
output
11. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
12. Tawarkan snack (jus

40
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
buah, buah segar)
13. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
meburuk
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk
tranfusi
Manajemen
Hipovolemia

1. Monitor status cairan


termasuk intake dan
ourput cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor
responpasien
terhadap
penambahan cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake
oral
8. Pemberian cairan Iv
monitor adanya tanda
dan gejala
kelebihanvolume
cairan
9. Monitor adanya
tanda gagal ginjal
Sumber : 1 .Nurarif 2015

2. Tim pogja SDKI PPNI, SLKI dan SIKI (2018)

4. Implementasi/Tindakan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana tindakan

keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi masalah

41
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
pasien. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

sudah disetujui, dengan teknik yang cermat dan efisien pada situasi yang tepat

dan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai

implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intrevensi yang sudah

dilakukan dan bagaimana respon dari pasien (Bararah & Jauhar, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan.

Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil yang telah dicapai

setelah proses implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan

dalam perencanaan dan kritetia hasil evaluasi yang telah diharapkan dapat

tercapai. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan di dokumentasikan

dalam SOAP (subyektif, obyektif, assessment, planning).

(Bararah & Jauhar, 2013).

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

42
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Studi kasus merupakan rancangan yang mencakup pengkajian suatu unit

penelitan secara intensif misalnya satu partisipan, keluarga, kelompok,

komunitas atau institusi. Maskipun jumlah subjek cenderung sedikit namun

jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu, sangat penting untuk

mengetahui semua variabel yang berhubungan dengan masalah penelitian

(Nursalam, 2013)

Desain yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan Asuhan keperawatan

gerontik Pada Lansia Yang Mengalami Diabetes Mellitus Dengan Masalah

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer di UPT Puskesmas Rejosari Tahun

2021

B. Batasan Istilah

Definisi operasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang akan

digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna pemelitian.

(Setiadi, 2013)

Tabel 3.1 Batasan istilah

Variabel Definisi operasional Cara ukur

Diabetes Suatu keadaan dimana tubuh tidak Pemeriksaan


mellitus mampu menghasilkan atau menggunakan fisik,wawancara,
hormon insulin sebagai pembawa pengecekan gula darah
glukosa ke sel-sel dan menyimpannya (untuk memastikan bahwa
sebagai glikogen. pasien tersebut adalah benar
mengalami diabetes mellitus
diperlukanstudi dokumentasi
pada rekam medis agar
didapatkan data sekunder
yang menunjang hal
tersebut).

Ketidak Penurunan sirkulasi darah pada level Wawancara dan

43
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
efektifan perfusi kapiler yang dapat mengganggu Pemeriksaan fisik
jaringan perifer metabolisme tubuh.
(SDKI PPNI Gejala dan tanda mayor : nadi perifer
2016) menurun, akral teraba dingin, warna kulit
pucat dan tugor kulit menurun
Gejala dan tanda minor : parastesia,
edena, penyembuhan luka lambat dan
indeks angkle brachial <0,90

C. Partisipan

Partisipan yang digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah 1 klien

dengan diagnosa medis diabetes mellitus dengan masalah keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

Kriteria Partisipan :

a. Partisipan bersedia menjadi responden

b. Partisipan dengan usia diatas 60 tahun

c. Partisipan yang mengalami diabetes mellitus

d. Partisipan diabetes mellitus tipe II dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Rejosari Pada Tahun 2021

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan format pengkajian gerontik, lembar

SOP pemeriksaan gula darah dan SOP senam Kaki Diabetik

F. Pengumpulan Data

44
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara dengan

Klien (lansia ), dalam metode pengumpulan data ini peneliti menggali

segala informasi terkait masalah kesehatan yang klien rasakan seperti

tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,

riwayat penyakit dahulu.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik

Pada metode ini peneliti melakukan observasi tekait data data yang

mendukung seperti kondisi rumah dan lingkungan. Pemeriksaaan

fisik dilakukan pada seluruh anggota keluarga dengan pendekatan

head to toe : pemeriksaan secara menyeluruh mulai dari kepala hingga

ujung kaki dalam rangka memvalidasi data keluhan yang muncul pada

pasien.

3. Studi dokumentasi dan angket

Pada metode ini peneliti melakukan studi dokumentasi melalui

catatan/ riwayat pengobatan sebelumnya yang ada di puskesmas, serta

melakukan studi dari berbagai referensi yang berkaitan dengan

masalah.

G. Analisis data

45
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fisik, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada kemudian dituangkan dengan opini

pembahasan.

1.Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara subjektif dengan

melaksanakan wawancara dengan klien dan melakukan pendekatan

objektif dengan melakukan pemeriksaan langsung dari ujung kepala

hingga ujung kaki.

2.Mereduksi data

Setelah data berhasil dikumpulkan baik data subjekif atau objektif

peneliti melaksanakan analisis terhadap data tersebut, sehingga dapat

disimpulkan permasalahan yang muncul dalam pengkajian tersebut.

3.Penyajian data

Setelah melakukan analisis masalah yang mungkin muncul, peneliti

kemudian melakukan pelaporan hasil dari analisis tersebut penyajian

data menggunakan table dan teks naratif. Dalam hal ini kerahasiaan

klien dijaga dengan membuat inisial dalam identitas klien.

4. Kesimpulan

Setelah dilakukan penyajian data serta pembahasan terkait masalah

yang dialami kemudian dibandingkan pada hasil penelitian terlebih

dahulu secara teori dengan hasil yang didapatkan saat memberikan

asuhan keperawatan. Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan

dengan metode induksi yang dikumpulkan dalam proses keperawatan

46
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan dan

evaluasi.

H. Etik Penelitian

Etika yang mendasari penelitian menurut Notoatmodjo (2013):

1. Informed consent

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan dengan lembar

informed consent. Pada informed consent tercantum bahwa data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu

keperawatan. Partisipan diberikan lembar informed consent sebelum

dilakukan intervensi untuk membebaskan partisipan menolak atau

menerima.

2. Anonymity (tanpa nama)

Dalam penelitian ini peneliti menulis nama responden cukup dengan

inisial dan memberikan nomor atau kode pada masing-masing lembar

tersebut, hal tersebut dilakukan untuk menjaga privasi klien.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti menjaga semua kerahasian dan segala informasi terkait

keadaan pasien dan pasien itu sendiri. Adapun beberapa kelompok data

yang diperlukan akan dilaporkan dalam hasil penelitian namun tetap

dengan kerahasiaan yang mutlak.

4. Non maleficience (tidak merugikan)

47
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Penelitian mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera,

stress maupun kematian subyek. Sehingga dalam penelitian ini peneliti

berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Dalam

prinsip ini peneliti memberikan tindakan asuhan keperawatan mulai

dari pengkajian hingga evaluasi dengan mempertimbangkan situasi

dan kondisi yang pada lansia. Peneliti selalu mengkomunikasikan

seluruh tindakan yang akan dilakukan sehingga dapat memberikan

manfaat kepada lansia (khususnya) dan keluarga (umumnya).

5. Justice (keadilan)

Dalam penelitian ini, peneliti menjujung tinggi harkat dan martabat

setiap individu untuk mendapatkan pelayanan yang sama tanpa

membedakan latar belakang setiap klien, sehingga tidak ada

diskriminasi antara klien satu dengan lainnya.

6. Beneficence (berbuat baik)

Dalam penelitian ini, peneliti berupaya melakukan hal yang baik,

terutama dalam memberikan asuhan keperawatan, hal ini bertujuan

agar dapat mencegah kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.

Pelayanan pada lansia selalu didasarkan pada keharusan untuk

mengerjakan yang baik dan harus menghindari tindakan yang

menambah penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya pemberian

posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri, pemberian

analgesik (kalau perludengan derivate morfina) yang cukup,

48
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
pengucapan kata-kata hiburan merupakan contoh berbagai hal yang

mungkin mudah dan praktis untuk dikerjakan.

7. Veracity (kejujuran)

Dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan kebenaran kepada klien

tentang segala informasi yang di tanyakan oleh klien atau yang tidak

klien ketahui demi membina hubungan saling percaya serta

memberikan hak otonomi sehingga klien berhak mendapatkan

informasi yang ia ingin tahu.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

49
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
A. Gambaran Lokasi Penelitian

Sebagai salah satu pusat kesehatan masyarakat yang berada di Kecamatan

Pringsewu, UPT Puskesmas Rejosari bertekad menjadi salah satu pusat

layanan kesehatan terbaik di Bumi Jejama Secancanan. Puskesmas

Rejosari memiliki keunggulan yakni tersedianya fasilitas poli gigi dengan

peralatan yang terbaru.Selain itu, puskesmas memiliki wilayah layanan

meliputi Pekon Rejosari, Pekon Podosari, Pekon Podomoro, Pekon

Bumiarum, Pekon Bumiayu, Kelurahan Pringsewu Barat dan Kelurahan

Pringsewu Utara. Puskesmas Rejosari dilengkapi sejumlah fasilitas atau

layanan lainnya seperti Poli Umum, KIA/KB, MTBS, Imunisasi,

laboratorium, konsultasi dan ruang tindakan.

Motto UPT Puskesmas Rejosari ‘Kesehatan anda tujuan kami’ Visi

yang ingin diwujudkan oleh UPT Puskesmas Rejosari adalah “Menjadi

Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kesehatan dasar

bermutu, berkualitas, merata dan berkeadilan “ Misi UPT Puskesmas

Rejosari : 1) memberikan pelayanan kesehatan dasar yang prima dan

berkualitas, 2) Pemerataan upaya pelayanan kesehatan, meningkatkan

profesionalitas SDM yang berakhlak mulia, 3) Mengembangkan sistem

keuangan, dan 4) Informasi dan pemasaran UPT Puskesmas Rejosari

B. Hasil Penelitian

50
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Penelitian ini telah dilakukan pada Tn.S wilayah kerja Puskesmas Rejosari

kabupaten Pringsewu. Kunjungan rumah dilakukan selama 6 kali dengan

tahapan pengkajian, penetapan diagnosa, intervensi keperawatan,

implementasi, dan evaluasi. Adapaun hasil penelitian ini diuraikan di

bawah ini :

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 27 juni 2021

A. PENGKAJIAN
1. A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : Sarjana Pendidikan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Jl.Sumber waras no.412 Rejosari
Pringsewu

B. RIWAYAT KELUARGA

51
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Keterangan :

: Laki-Laki
: Perempuan
: Laki-Laki Meniggal
: Perempuan Meninggal
: Garis Keturunan
: Garis Perkawinan
: Garis Tinggl Serumah
: Pasien

2. RIWAYAT PEKERJAAN DAN STATUS EKONOMI


Saat ini partisipan beraktivitas sebagai pensiunan guru, sebelumnya

partisipan bekerja sebagai guru SD di SD N 1 Rejosari kabupaten

Pringsewu.Sumber pendapatan partissipan saat ini adalah dari hasil

pensiunan dan partisipan merasa cukup untuk memenuhi kebutuhn

sehari-harrinya.

3. KEADAAN LINGKUNGAN/TEMPAT TINGGAL


Tipe rumah partisipan milik sendiri, rumah partisipan terdiri dari

beberapa ruangan yaitu 4 ruang kamar tidur, 1 ruang keluarga,, 1

ruang tamu, 1 ruang makan, 1 ruang dapur, 2 kamar mandi berada di

52
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
dalam rumah, kedaan kamar mandi tidak licin dan tidak berlumut,

keadaan kamar mandi baik dan bersih.

Keadaan rumah bersih, lantai tidak berdebu di pel setiap minggu 2

kali, penerangaan cukup baik, ventilasi dari setiap ruangan berbentuk

jendela selain dari jendela di setiap ruangan diberi lampu.

Pembuangan limbah yang telah di gunakana partisipan di buang

melalui saluran air yang ada di belakang rumah melalui selokan.

Pembuangan sampah partisipan dibuang pada tempat sampah yang

sudah disiapkan oleh pemerintah desa.

Sumber air partisipan berasal dari sumber air sumur gali milik sendiri

dan air aqua.

Resiko injuri pada partisipan kemungkinan cukup besar karena

partisipan sangat rentan dan mudah lelah.

4. RIWAYAT KESEHATAN
a. Status kesehatan saat ini
Pada saat dilakukkan pengkajian partisipan mengatakan mengeluh
badan kadang terasa lemas, kaki seperti menebal, dingin pada
daerah kaki, serta kesemutan dan keluhan dirasakan berkurang
saat beristirahat, keluhan dirasakan diseluruh tubuh, dan keluhan
dirasakan setelah beraktivitas.upaya mengatasi adalah minum obat
medis dari dokter sp penyakit dalam saat berobat ke RS dan
Puskesmas Rejosari.dan adapun obat tradisional yang digunakan
adalah minuman bunga sri kemuning
b. Riwayat kesehatan yang lalu.
Partisipan mengatakan mengalami diabetes melitus sejak 1 tahun

yang lalu.pasien mengatakan gula darah sewaktu 328 mg/dl dan

53
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
gula darah puasa 180 mg/dl. Adapun penyakit yang pernah di

derita adalah darah tinggi. Pasien mengatakan tensi nya pernah

mencaapai 160/80 mmHg .Partisipan mengatakan tidak memiliki

riwayat alergi obat, maupun alergi makanan. Partisipan

mengatakan pernah mengalami kecelakaan, dan partisipan tidak

pernah dirawat di rumah sakit hanya rawat jalan.

c. POLA KEBIASAAN
1. Makan dan minum/nutrisi
Partisipan makan 3 kali sehari, tidak ada masalah nafsu makan,

partisipan makan dengan jenis makanan 1 centong nasi, sayur

kangkung, sambal terong, dengan lauk pauk ikan laut/mas

goreng, tempe dan tahu goreng. Kebiasaan partisipan sebelum

makan adalah berdoa dan minum, partisipan mengatakan ada

makanan yang tidak disuka seperti tempe oncomi, memiliki

alergi makanan rajungan (seafod), partisipan mengatakan

memiliki pantangan makanan yaitu makanan yang manis.

Partisipan minum 8 gelas air per hari.

BB: 60 kg

TB: 156 cm

IMT: 24,6

d. Eliminasi

1. BAK

Partisipan BAK 5 kali dalam sehari, bau dan warna urin

partisipan khas urin, dan tidak ada gangguan saat BAK.

54
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2. BAB

Partisipan mengatakan BAB 1 kali sehari setiap pagi hari,

konsistensi feses lunak, warna dan bau khas feses, tidak ada

gangguan dalam BAB.

3. Toileting

Partisipan mengatakan mandi 3 kali dalam sehari, setiap pagi,

siang dan sore hari. Partisipan selalu menggosok gigi

menggunakan pasta gigi 2 kali sehari saat mandi. partisipan

mencuci rambut setiap 2 hari sekali. Partisipan memotong kuku

setiap seminggu sekali. Berhias sesuai dengan kebutuhan dan

keadaan

4. Istirahat dan tidur

Parsitisipan mengatakan istirahat malam pukul 21.00 WIB, dan

bagun pukul 03.00 WIB untuk sholat tahajjud. Saat istirahat

malam partisipan mengatakan kerap terbangun karena ingin

BAK. Partisipan mengatakan istirahat siang pukul 13.00 WIB

dan terbangun pukul 14.00 WIB.

5. Aktifitas

Aktivitas partisipan sehari-hari hanya di rumah saja, partisipan

hanya membantu membersihkan rumah,terkadang hanya

berjalan-jalan di sektaran rumah untuk cari keringat.

Kemampuan mobilitas dan berpindah partisipan mampu

55
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
mandiri tanpa bantuan. Partisipan mengatakan kerap mengisi

waktu luang dengan menonton tv dan tiduran.

6. Kebiasaan buruk bagi kesehatan

Kebiasaan buruk partisipan yang mempengaruhi kesehatan

adalah tidak ada kebiasaan mempengaruhi kesehatan partisipan,

partisipan tidak merokok, partisipan mengatakan tidak

meminum-minuman keras dan tidak mempunyai

ketergantungan obat.

7. Pola Kognitif Persepsi

Penglihatan dan pendengaran partisipan norrmal,partisipan

mengatakan bahwa tidak ada gangguan terhadap penglihatan

dan pendengarannya daan tidak memakai alat bantu.

8. Konsep diri

Partisipan mengatakan dirumah sebagai kakek dan ayah dari

anak-anaknya. Partisipan mengatakan puas dengan kehidupan

yang dijalaninya sekarang, partisipan seorang kepala keluarga,

partisipan tidak bekerja, sosialisasi dan interaksi sosial

partisipan dengan lingkungan dan masyarakat sekitar baik.

Partisipan mengatakan tubuhnya sudah tua banyak mengalami

kelemahan fisik, penampilan sudah tidak muda lagi dan merasa

dirinya lemah

56
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Partisipan mengatakan dirinya sebagai laki-laki dan

menjalankan kodratnya sebaga bapak yang mencarikan nafkah

untuk anak-anaknya dari pernikahan yang sah.

Partisipan mengatakan perannya sebagai ayah untuk anak-

anaknya dan sebagai kakek untuk cucunya.

Partisipan mengatakan ideal dirinya berkurang karena factor

usia dan penurunan fisik yang dulu bisa apa-apa sendiri

sekarang sudah mudah lelah.

Partisipan merasa dihargai oleh anak dan anggota keluarga

lainnya. Partisipan merasa dihargai dilingkungan sekitar,

partisipan sangat senang berada di lingkungan sekitarnya.

9. Nilai dan keyakinan spiritual

Partisipan menilai bahwa penyakit ini merupakan ujian dari

Allah swt dan Allah juga yang akan memberikan

kesembuhan .kita tidak perlu khawatir dan cemas.yang perlu

kita lakukan adalah ikhtiar .Partisipan mengatakan melakukan

sholat 5 waktu dan membaca al-qur’an serta menjalankan

ibadah puasa saat bulan ramadhan.

10. Seksualitas

57
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Partisipan mengatakan hasrat seksualnya sudah menurun,

namun menurut pengakuan partisipan masih melakukan

hubungan suami istri 2 minggu sekali atau sebulan sekali.

11. Masalah psikososial

Partisipan mendapatkan dukungan yang sangat baik dari anak

selalu mengingatkan tentang kesehatan bila sakit bila sakit

segera dibawa ke puskesmas atau rumah sakit. Partisipan selalu

mendapat dukungan kelompok yang selalu dingingatkan untuk

mengikuti pengajian dan posyandu lansia setiap bulannya.

Patisipan selalu berkumpul saat pengajian dan posyandu lansia

Partisipan berharap agar pelayanan puskesmas atau posyandu

lebih sering melakukan kegiatan untuk lansia.

e. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda vital

a) Suhu : 36,2 c

b) Nadi : 78 x/m

c) Respirasi : 20 x/m

d) Tekanan darah: 130/80 mmHg

e) ABI : 115/130 = 0,88 (Iskemi)

2. Pemeriksaan head to toe

58
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Table 4.1
Pemeriksaan Fisik dan Observasi

Pemeriksaan fisik dan partisipan 1


observasi
Keadaan umum Composmentis
Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 78 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,2 0C
GDP 328 mg/dl
BB 60 kg
TB 156 cm
IMT 24.6
Kepala Bentuk kepala mesochepal, tidak
ada lesi, warna rambut berwarna
kelabu, rambut mudah rontok.

Mata Pergerakan bola mata simetris,


sclera an ikterik, konjungtiva an
anemis, kelopak mata bersih, iris
berwarna kelabu, ketajaman mata
kabur/rabun.

Telinga Letak telinga simetris, fungsi


pendengaran belum mengalami
penurunan pendengaran, tidak ada
cairan yang keluar dari telinga,
telinga tampak ada sedikit serumen.

Tengkuk Partisipan merasakan berat pada


tengkuk akibat dari kenaikan kadar
gula darah yang dialami.

Mulut, gigi dan lidah Keadaan mulut bersih, gusi gigi


berwarna kemerahan, jumlah gigi
ada 28 gigi, tidak ada gigi palsu,
mukosa bibir lembab dan tidak
kering.

Dada Pergerakkan dinding dada simetris,


bentuk dada normal, tidak ada
benjolan, bunyi ketuk dada kanan
dan kiri sonor, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada suara nafas
tambahan, bunyi nafas vesikular.

Abdomen Tidak ada edema, tidak ada


benjolan, tidak ada nyeri tekan,
bising usus 5 x/menit, bunyi ketuk
timpani.

Kulit Kulit bersih berwarna cokelat sawo


matang, turgor kulit tidak elastis

59
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
dan kering.

Punggung Tidak ada edema, bentuk punggung


kanan dan kiri simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan.

Ekstremits atas Tidak ada edema, akral hangat,


partisipan mengatakan lemas pada
ekstremitas atas setelah melakukan
aktivitas sehari-hari.

Ekstremitaas bawah Tidak ada edema, partisipan


mengatakan lemas dan seperti
kesemutan pada ekstremitas bawah
setelah melakukan aktivitasnya dan
tidak menggunakan alat bantu
berjalan.akral dingin.

Genetalia Partisipan mengtakan mengeluh


kadang-kadang sekresi tidak lancar.

f. HASIL PENGKAJIAN KHUSUS


1. Mini Nutrition Assessment (MNA)
TB : 156 cm
BB : 60 KG
IMT : 24,6
Lingkar Lengan Atas : 23 cm
Lingkar Betis : 84 cm
2. Berg Balance Scale (BBS) : 53 (Resiko jatuh rendah dan tidak
memerlukan alat bantu)
3. Morse Fall Scale (MFS) : 40 (Risiko Rendah)
4. Mini mental state exam (MMSE) : 28 (Baik/Normal)
5. Geriatric Depression Scale (GDS) : 22 (Normal)
6. Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Barthel
Indeks : 20 (Mandiri)
7. Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Kats Indeks
: Nilai A

Data Fokus
Data Subjektif :

60
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
- Tn.S mengatakan mengeluh badan kadang terasa lemas, kaki seperti
menebal, dingin pada daerah kaki, serta kesemutan
- Tn.S merasakan berat pada tengkuk akibat dari kenaikan kadar gula darah
yang dialami.
- Tn.S mengatakan mengalami diabetes melitus sejak 1 tahun yang lalu.
- Tn.S mengatakan gula darah sewaktu 328 mg/dl dan gula darah puasa 180
mg/dl.
- Tn.S mengatakan tensi nya pernah mencapai 160/80 mmHg
- Saat istirahat malam Tn.S mengatakan kerap terbangun karena ingin BAK.
- Tn.S mengatakan hasrat seksualnya sudah menurun,
- Tn.S merasakan berat pada tengkuk akibat dari kenaikan kadar gula darah
yang dialami.
- Tn.S mengatakan lemas dan seperti kesemutan pada ekstremitas bawah.
- Tn.S mengeluh kadang-kadang sekresi tidak lancar.

Data Objektif
- Keadaan umum : Composmentis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 78 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,2 0C
- GDP : 328 mg/dl
- BB : 60 kg
- TB : 156 cm
- IMT : 24.6
- ABI : 0,88

B. ANALISA DATA
Tabel 4.2

61
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Analisa Data
No Data Masalah Etiologi
1 DS : Ketidakefektifan kurang terpapar informasi

- Tn.S mengatakan mengalami Perfusi Jaringan tentang proses penyakit/

diabetes melitus sejak 1 tahun Perifer Kurang aktivitas fisik

yang lalu.

- Tn.S mengatakan mengeluh badan

kadang terasa lemas, kaki seperti

menebal, dingin pada daerah kaki,

serta kesemutan

- Tn.S mengatakan gula darah

sewaktu 328 mg/dl dan gula darah

puasa 180 mg/dl.

- Tn.S mengatakan lemas dan

seperti kesemutan pada

ekstremitas bawah.

DO:

- Keadaan umum Composmentis

- Tekanan darah :130/80 mmHg

- Nadi :78 x/menit

- Pernafasan :20 x/menit

- Suhu :36,2 0C

- GDP:328 mg/dl

- BB:60 kg

- TB:156 cm

- IMT:24.6 dan ABI : 0,88

62
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d kurang terpapar informasi tentang proses penyakit/ Kurang aktivitas fisik

D. INTERVENSI
Hari/ Perencanaan
Dx. Kep Tujuan Intervensi
Tgl
1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer b.d. kurang Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
terpapar informasi tentang proses penyakit/ Kurang keperawatan diharapkan Observasi
perfusi perifer meningkat 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
aktivitas fisik d.d. Pengisian kapiler >3 detik,Nadi
dengan kriteria hasil : perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
perifer menurun atau tidak teraba, Akral teraba dingin, suhu, ankle-brachialindex).
Warna kulit pucat, Turgor kulit menurun, Parastesia, 1. Denyut nadi perifer 2. Identifikasi faktor risiko gangguan
meningkat.(dari sirkulasi (mis. Diabetes Melitus Tipe II,
Nyeri ekstremitas (klaudikasiintermiten), Edema,
3(sedang) ke 4 (cukup perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
Penyembuhan luka lambat, Indeks ankle-brachial<0,90 meningkat )) kolesterol tinggi).
2. Kecepatan 3. Monitor panas, kemerahan, nyeri/
penyembuhan luka kesemutan, atau bengkak pada ekstremitas.
meningkat. .(dari Terapeutik
3(sedang) ke 4 (cukup 1. Hindari pengukuran tekanan darah pada
meningkat )) ekstremitas dengan keterbatasan perfusi.
3. Warna kulit pucat 2. Hindari penekanan dan pemasangan
menurun. .(dari tourniquet pada area yang cedera.
3(sedang) ke 4 (cukup 3. Lakukan perawatan kaki dan kuku.
menurun)) 4. Lakukan hidrasi.
4. Edema perifer Edukasi
menurun. (dari 1. Anjurkan berhenti merokok.

64
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
3(sedang) ke 4 (cukup 2. Anjurkan olahraga rutin.
menurun)) 3. Anjurkan mengecek air mandi untuk
5. Nyeri ekstremitas menghindari kulit terbakar.
menurun. (dari 4. Anjurkan melakukan perawatan kulit
3(sedang) ke 4 (cukup yang tepat (mis. Melembabkan kulit kering
menurun)) pada kaki).
6. Parastesia menurun. 5. Informasikan tanda dan gejala darurat
(dari 3(sedang) ke 4 yang harus dilaporkan (mis. Rasa sakit
(cukup menurun)) yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak
7. Kelemahan otot sembuh, hilangnya
menurun. (dari Edukasi Latihan Fisik
3(sedang) ke 4 (cukup Observasi
menurun)) 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
8. Bruit femoralis menerima informasi.
menurun. (dari Terapeutik
3(sedang) ke 4 (cukup 1. Sediakan materi dan media pendidikan
menurun)) kesehatan.
9. Pengisian kapiler 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
membaik. (dari kesepakatan.
3(sedang) ke 4 (cukup 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
membaik)) Edukasi
10. Turgor kulit membaik. 1. Jelaskan manfaat kesehatan dan efek
(dari 3(sedang) ke 4 fisiologis olahraga.
(cukup membaik)) 2.Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan.
Mobilitas fisik 3. Jelaskan berapa kali dilakukan senam
kaki, berapa lama waktunya dan berapa
1.Pergerakan ekstremitas kali latihan yang dilakukan dalam program
meningkat. (dari 3(sedang) pelatihan senam kaki yang diinginkan.
ke 4 (cukup meningkat )) 4. Ajarkan latihan pemanasan dan

65
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2.Nyeri ekstremitas pendinginan yang tepat.
menurun. (dari 3(sedang) 5. Ajarkan teknik pernapasan yang tepat
ke 4 (cukup menurun )) untuk memaksimalkan penyerapan oksigen
selama latihan fisik.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


No Hari/Tanggal No.Dx Keperawatan Implementasi Paraf Evaluasi
1 Minggu, D.0009 1. Membina hubungan S :Tn.S mengatakan menderita Dm
27 Juni 2021 18.30-20.15 WIB saling percaya sudah 1 th. Pernah mengalami
2. Mengukur TTV hipertensi,selama ini untuk masalah DM
N :78 x/m diatasi dengan berobat di puskesmas dan
R : 20 x/m mengikuti program Lansia.Tn.S
TD : 130/80 mmHg mengatakan belum tahu cara mengatasi
S :36,2 c masalah ini.Tn.s mengatakan kaki nya
3. Mengukur tebal,seperti kesemutan,dan rasanya
antropometri dingin.
TB : 156
BB :60 O : Tn.S mampu menjawab pertanyaan
LLA : 23 dengan tepat.Tn.S tertarik dengan
LB : 84 informasi yang diberikan.Tn.S mampu
IMT :24,6 Mengikuti proses pengkajian sampai
4. Memeriksa sirkulasi selesai
perifer (mis. Nadi
perifer, edema, A : Masalah Belum Teratai
pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle- P : Lanjutkan Intervensi
brachialindex Nilai
ABI : 115/130 = 0,88
5. Mengidentifikasi faktor
risiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes

66
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Melitus Tipe II,
perokok, orang tua,
hipertensi dan kadar
kolesterol tinggi).
6. Memonitor panas,
kemerahan, nyeri/
kesemutan, atau
bengkak pada
ekstremitas.
7. Mengkaji pengetahuan
Orang tua tentang DM
yang Yang dialami
pasien
8. Memberikan
kesempatan pasien
untuk
Mengekspresikan
Perasaaanya dan
bertanya.
9. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
2 Senin, D.0009 1. Memeriksa sirkulasi S :Tn.S mengatakan mengatakan kaki
28 Juni 2021 09.00-11.15 WIB perifer (mis. Nadi nya tebal,seperti kesemutan,dan rasanya
perifer, edema, dingin.Tn.S mengatakan paham dengan
pengisian kapiler, materi yang disampaikan.Tn.S
warna, suhu, ankle- mengatakan kegiatan apa yang dapat
brachialindex dilakukanu untuk menurunkan kadar
Nilai ABI : 120/140 = gula dalam darah ?
0,85
N :84 x/m O : Tn.S mampu menjawab pertanyaan
R : 20 x/m dengan tepat.Tn.S tertarik dengan
TD : 140/80 mmHg informasi yang diberikan.Tn.S tampak
S :36,2 c lebih semangat dari hari sebelumnya.

67
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
2. Menyediakan materi
dan media pendidikan A : Masalah Belum Teratai
kesehatan.
3. Memberikan P : Lanjutkan Intervensi
bimbingan dengan
ilustrasi menggunakan
leaflet
4. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya.
5. Memonitor panas,
kemerahan, nyeri/
kesemutan, atau
bengkak pada
ekstremitas.
6. Mengukur GDS
Hasil 274 mg/dl
7. Menjadwalkan
pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
3 Rabu, D.0009 1. Memeriksa sirkulasi S :Tn.S mengatakan mengatakan kaki
30 Juni 2021 08.00-10.15 WIB perifer (mis. Nadi nya tebal,seperti kesemutan sudah
perifer, edema, berkurang,namun masih terasa.Tn.S
pengisian kapiler, mengatakan Sudah menghindari
warna, suhu, ankle- makanan manis.
brachialindex
Nilai ABI : 120/140 = O : Tn.S Mampu menjawab pertanyaan
0,85 terkait materi yang dijelaskan.Tn.S
N :78 x/m tampak ngantuk dan lemas
R : 20 x/m
TD : 140/80 mmHg A : Masalah Teratasi Sebagian
S :36,7 c
2. Memberikan P : Lanjutkan Intervensi
kesempatan untuk

68
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
bertanya.
3. Menjelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga.
4. Menjelaskan jenis
latihan yang sesuai
dengan kondisi
kesehatan.
5. Melakukan perawatan
kaki dan kuku.
4 Jum’at D.0009 1. Memeriksa sirkulasi S :Tn.S mengatakan mengatakan kaki
2 Juli 2021 09.00-11.0 WIB perifer (mis. Nadi nya tebal,seperti kesemutan sudah
perifer, edema, berkurang saat senam. Tn.S mengatakan
pengisian kapiler, Ototnya tertarik saat senam tadi dan
warna, suhu, ankle- sangat terasa efeknya.
brachialindex
Nilai ABI : 115/130 = O : Tn.S Mampu mengikuti senam
0,88 dengan benar dan semangat .Tn.S
N :78 x/m tampak berkeringat.
R : 20 x/m
TD : 130/80 mmHg A : Masalah Teratasi
S :36,5 c
2. Mengukur GDS P : Lanjutkan Intervensi
Hasil 234 mg/dl
sebelum senam dan
227 mmg/dl setelah
senam
3. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya.
4. Menjelaskan berapa
kali dilakukan senam
kaki, berapa lama
waktunya dan berapa

69
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
kali latihan yang
dilakukan dalam
program pelatihan
senam kaki yang
diinginkan.
5. Mengajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat.serta senam kaki
diabetik
6. Mengajarkan teknik
pernapasan yang tepat
untuk memaksimalkan
penyerapan oksigen
selama latihan fisik.
7. Menganjurkan
olahraga rutin setiap
hari

Senin, D.0009 1. Melakukan vital sign S: Tn.S dapat menjelaskan kembali apa
4 5 juli 2021 18.30-20.15 WIB S:36,2 C yang sudah dijelaskan perawat.Tn.S
N: 80x/menit mengatakan sudah mellakukan senam
RR: 20x/menit kaki setiap hari saat waktu senggang.
TD : 130/80 Tn.S engatakan Rasa kesemutan dan
GDS : 168 mg/dl Dingin di kaki sudah berkurang
2. Memberikan sebagian.
kesempatan pasien O: Tn.S terlihat dapat menjawab
untuk mengulangi isi pertanyaan yang diajukan perawat
pendidikan kesehatan seperti pengertian,tanda gejala dan cara
tentang penyakit mencegah terjadinya komplikasi dari
3. Memberikan pujian penyakitnya
pasien karena mampu Tn.S tampak lebih semangat.
Menjawab dengan baik Hasil GDS 168/80 mg/dl

70
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
dan benar Hasil Pengukuran ABI 140/130 :1.07
4. Mengajarkan tentang Tn.S mampu mengulangi cucu tangan 6
PHBS (cuci tangan 6 langkah dengan sabun
langkah dengan sabun)
5. Mengevaluasi Kegiatan A: Masalah teratasi sebagian
dari awal hingga akhir
P:Intervensi dihentikan

71
Universitas Muhammadiyah Pringsewu
C. Pembahasan

Pada BAB ini penulis melakukan pembahasan mengenai kesenjangan yang ada

diantara teori dan kenyataan dalam kasus pada pasien dengan masalah

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer pada penyaki diabetes mellitus tipe II

di UPT Puskesmas Rejosari melalui pendekatan proses keperawatan yang

dimulai dari pengkajian sampai evaluasi yang dilakukan dengan

membandingkan antara Konsep teori pada BAB II dan tinjauan kasus pada

BAB IV.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan untuk mendapatkan

data yang akurat sehingga akan mempengaruhi dalam penegakkan

diagnosa keperawatan. Pada tinjauan kasus dijelaskan bahwa beberapa

metode yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara

wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi.

Berdasarkan hasil pengkajian dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik,

dan observasi diperoleh kesenjangan data yaitu yaitu berat badan 60

kg,tinggi badan 156 cm sehingga IMT 24,6 sedangkan suhu tubuh 36,2

C,beberapa gejala dan tanda seperti kesemutan pada kaki,akral dingin

,Turgor kulit menurun,nadi teraba namun lemah dan nadi 78 x/menit.

Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan terdapat hasil Keadaan

umum Composmentis, Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 78 x/menit,

72
Pernapasan 20 x/menit, Suhu 36,2 0C, GDP 328 mg/dl, BB 60 kg, TB 156

cm, IMT 24.6, Nilai ABI 0,88.

Secara teori bahwa pasien yang mengalami DM Tipe II terdapat tanda dan

gejala yaitu Polifagia (keinginan untuk makan terus- menerus atau cepat

merasa lapar), Poliuria (produksi urine berlebih, yaitu lebih dari 2,5 liter

dalam 24 jam), Polidipsi (rasa haus berlebihan), Penurunan berat badan

tanpa sebab yang jelas, Lemah, Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung jari

kaki atau tangan), Gatal pada kulit, Penglihatan mata kabur (Nurarif,

2015).Pada klien tidak muncul gejala gatal pada kulit dan penglihatan

klien masih dalam keadaan normal.

Menurut Untari (2018) Gatal dan infeksi jamur pada kulit disebabkan oleh

kelebihan gula dalam darah dan urin. Hal in terjadi karena gula dalam

darah dan urin menyediakan makanan untuk jamur sehingga dapat

menyebabkan infeksi. Infeksi jamur cenderung terjadi pada area kulit yang

hangat dan lembap, seperti mulut, area genital, dan ketiak dan menjadi

tanda awal diabetes.Selain itu kelebihan gula dalam darah bisa merusak

pembuluh darah kecil di mata. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan

kabur. Penglihatan kabur ini bisa terjadi di salah satu atau kedua mata serta

datang dan pergi. Jika hal ini didiamkan saja, kerusakan pada pembuluh

darah bisa menjadi lebih parah dan akhirnya kehilangan penglihatan

permanen

73
Pada kasus klien mengalami masalah perfusi jaringan perifer, hal ini

sesuai dengan teori bahwa lansia merupakan kelompok umur pada

manusia yang telah memasuki tahap akhir dan fase kehidupanya,

kelompok yang di kategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang

disebut proses penuaan dan mengalami penurunan kemampuan kerja tubuh

akibat penurunan dari fungsi organ tubuh salah satunya pankreas.Hal ini

menyebabkan terjadi penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat menggangu metabolisme tubuh (T.PPNI,2016). Dan gangguan

sekresi insulin (kondisi dimana tubuh masih memproduksi insulin tapi

tidak berfungsi dengan baik) dapat terjadi karena factor usia,seiring

dengan bertambahnya usia retensi insulin cenderung mengalami

peningkatan (wijaya & putrid,2013).

Berdasarkan teori dan fakta yang ada dapat disimpulkan bahwa perfusi

jaringan perifer tidak efektif pada klien Diabetes Mellitus akan

mempengaruhi penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat

menggangu metabolism tubuh salah satu faktor yang mempengaruhinya

yaitu faktor usia dan gaya hidup yang kurang baik.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil

wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan

status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah

74
aktual.Adapun diagnosa keperawatan yang ditegakkan dalam kasus adalah

“Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer”. Diagnosa ini muncul didukung

dengan data : Tn.S yang mengatakan merasakan kesemutan pada daerah

ektremitas bawah,akral dingin,turgor kulit dan nadi melemah dan ABI

0,88 dan Tn.S belum begitu tahu mengenai pengertian,tanda dan gejala

serta perawatan DM pada Lansia.

Diagnosa hambatan Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer menjadi

prioritas dikarenakan jika Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer tidak

segera ditangani akan mengganggu metabolism tubuh.. Hal ini sesuai

dengan teori bahwa Perfusi perifer tidak efektif pada Diabetes Melitus

Tipe II merupakan penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat

menganggu metabolisme tubuh (T. PPNI, 2016). Hal ini bisa terjadi

karena peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak, hal

ini menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai

dengan adanya endapan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Endapan

kolesterol pada dinding pembuluh darah ini dapat menurunkan sirkulasi

darah karena pembuluh darah semakin menyempit (Wijaya & Putri, 2013).

Diagnosa yang ditegakkan oleh peneliti telah sesuai dengan teori pada

klien Diabetes mellitus tipe II , di mana diagnosa tersebut telah didukung

dengan untuk penengakan diagnosa tersebut yaitu data Subyektif : Tn.S

mengatakan mengeluh badan kadang terasa lemas, kaki seperti menebal,

75
dingin pada daerah kaki, serta kesemutan lalu Tn.S mengatakan gula darah

sewaktu 328 mg/dl dan gula darah puasa 180 mg/dl dan Tn.S mengatakan

lemas dan seperti kesemutan pada ekstremitas bawah.dan kemudian

didukung dengan data Obyektif : Nadi :78 x/menit, GDP:328 mg/dl, nilai

ABI : 0,88 .Hal ini sesuai denga Tanda dan gejala mayor dan minor dari

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer di buku SDKI 2016.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi sebagai rencana tindakan keperawatan untuk kepentingan klien

dan keluarga. Tujuannya adalah membantu klien dalam menyelesaikan

masalah keperawatan. Intervensi yang dibuat dalam penelitian ini telah

sesuai dengan teori yang ada.

Intervensi keperawatan yang telah dirumuskan berfokus untuk mengatasi

masalah Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Tujuannya adalah untuk

meningkatkan perfusi jaringan perifer meningkat pada Tn.S. Tindakan

keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah :

1.Perawatan Sirkulasi
Observasi
1. Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, ankle-brachialindex).
2. Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi (mis. Diabetes Melitus Tipe
II, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar kolesterol tinggi).
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri/ kesemutan, atau bengkak pada
ekstremitas.

76
Terapeutik
1.Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan keterbatasan
perfusi.
2. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera.
3. Lakukan perawatan kaki dan kuku.
4. Lakukan hidrasi.
Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok.
2. Anjurkan olahraga rutin.
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar.
4. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis. Melembabkan
kulit kering pada kaki).
5. Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan (mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya
2. Edukasi Latihan Fisik
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Edukasi
1.Jelaskan manfaat kesehatan dan efek fisiologis olahraga.
2.Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan.
3.Jelaskan berapa kali dilakukan senam kaki, berapa lama waktunya dan
berapa kali latihan yang dilakukan dalam program pelatihan senam kaki
yang diinginkan.
4.Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat.
5.Ajarkan teknik pernapasan yang tepat untuk memaksimalkan penyerapan
oksigen selama latihan fisik.

77
Sejalan dengan penelitian penelitian Dwi (2019) dengan judul “penerapan

senam kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus dengan perfusi perifer

tidak efektif di rumah sakit aisyah kota lubuklinggau tahun 2019” terhadap

klien lansia yang mengalami DM tipe II dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer terjadi peningkatan sirkulasi darah setelah

diajarkan latihan senam kaki diabetic.

Penyakit diabetes melitus bertahan lama diseluruh rentang kehidupan

penderita, tidak dapat disembuhkan, yang dapat menimbulkan efek

samping pada penderitanya seperti neuropati. Selain menimbulkan efek

pada penderitanya juga mempengaruhi orang-orang terdekat atau keluarga

lansia dalam membantu keperluan lansia sehari-hari sehingga 3 dapat

mempengaruhi kualitas hidup lansia (Cho et al., 2017). Penderita diabetes

melitus dalam kehidupannya harus melakukan berbagai macam terapi

yang dapat mengakibatkan dampak secara fisik dan juga psikologis..

Selain itu penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan hipoglikemia

apabila tidak ditangani dengan baik atau jika tidak diperhatikan dalam

jangka yang lama, akan menimbulkan terjadinya penyakit neuropatik,

makrovaskular, dan mikrovaskular. Komplikasi ini akan berdampak

terhadap kualitas hidup penderita. Selain itu penyakit diabetes melitus ini

erat hubungannya dengan permasalahan kecacatan fisik yang dapat

menimbulkan dampak pada kualitas hidup lansia (Smeltzer, 2010).

78
Perencanaan keperawatan adalah sebuah strategi perawat untuk membantu

mengatasi masalah yang dihadapi klien /klien/keluarga. Peneliti menilai

bahwa intervensi yang dibuat pada kasus telah sesuai dengan tujuan yang

akan dicapai, yaitu perfusi jaringan perifer meningkat dengan indikator

nadi perifer meningkat,akral hangat,turgor kulit meningkat,nyeri

ekstremitas meningkat,kesemutan/baal berkurang dan indeks ankle

brachial > 0,90.

Hal yang penting diperhatikan adalah pada saat menyusun rencana

tindakan adalah harus berorientasi pada pemecahan masalah, dapat

dilakukan mandiri oleh klien dan keluarganya, berdasarkan masalah

kesehatan, rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan secara terus

menerus oleh klien dan keluarga nya. Oleh karena itu pada saat membuat

perencanaan harus dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun

sebelumnya. Pada kasus ini, peneliti telah melakukan tindakan sesuia

dengan rencana yang telah dibuat,yaitu: memberikan edukasi/pendidikan

kesehatan pada lansia yang mengalami DM Tipe II dengan masalah

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer dengan metode ceramah diskusi

,tanya jawab dan menggunakan media leaflet.Dan adapun untuk latihan

79
aktivitas fisik berupa senam kaki diabetik diajarkan dengan leaflet dan

metode demonstrasi kepada pasien.

Leaflet merupakan salah satu media promosi kesehatan yang fungsinya

untuk mempermudah penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat.

Media ini memiliki kunggulan yang berisi kalimat singkat ,padta dan

mudah dimengerti beserta gambar gambar yang dapat menarik minat

untuk membacanya. Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari

adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya

perubahan perilaku tersebut (Notoadmojo,2012).

Metode demonstrasi merupakan tehnik mengajar yang memperagakan

suatu barang atau alat yang menggambarkan suatu proses atau kejadian

berkenaan dengan materi pelajaran yang dipelajari.

Pada kasus yang ada,tahap implementasi dilakukan selama empat

hari,semua tahapan dilakukakan sesuia dengan rencana keperawatan yaitu

dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai DM ,mengajarkan

latihan fisik berupa senam kaki diabetik dan mengajarkan strategi yang

dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

dengan cara 6 langkah cuci tangan dengan baik dan benar.

Implementasi merupakan tahapan yang dilakukan setelah perawat

membuat intervensi.Prinsip yang harus diperhatikan saat melakukan

tindakan adalah implementasi harus mengacu pada rencana keperawatan

80
yang dibuat, dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah,

sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan dan

pendokumentasian implementasi keperawatan janganlah terlupakan

dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk tanggung gugat

dan tanggung jawab profesi.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai

yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan.

Data evaluasi didapatkan pada hari ke 4 setelah diberikan tindakan

keperawatan didapatkan perubahan yaitu Tn.S sudah memahami mengenai

pengertian,tanda gejala dan perawatan dm Tipe II dengan Masalah

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer serta sudah dapat mecuci tangan

dengan baik dan benar. Pada kasus peneliti telah melakukan evaluasi

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam luaran Intervensi.

Berdasarkan fakta dan teori dapat disimpulakn bahawa selama 4 hari

melakukan implementai pendidikan kesehatan dan latihan aktivitas fisik

berupa senam kaki diabetik sehingga dapat meningkatkan pengetahuan

pada lansia yang menglami DM Tipe II dengan masalah keperawatan

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.dan menambah wawasan untuk

mengatasi masalah tersebut dengan terapi senam kaki diabetic..

81
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 27 Juni - 5 Juli 2021 tentang

Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM tipe II Dengan Masalah

Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari Tahun

2021 dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis mendapatkan data yang didapati sesuai teori.

Dalam hal ini penulis melakukan pengkajian dengan menggunakan

beberapa metode diantaranya wawancara, observasi dan pemeriksaan

fisik.Pada saat pengkajian klien mengalami masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer dengan berat badan 60 kg,tinggi badan 156 cm

sehingga IMT 24,6 sedangkan suhu tubuh 36,2 C,beberapa gejala dan

tanda seperti kesemutan pada kaki,akral dingin ,Turgor kulit menurun,nadi

teraba namun lemah dan nadi 78 x/menit. Berdasarkan pemeriksaan fisik

yang dilakukan terdapat hasil Keadaan umum Composmentis, Tekanan

darah 130/80 mmHg, Nadi 78 x/menit, Pernapasan 20 x/menit, Suhu 36,2

0C, GDP 328 mg/dl, Nilai ABI 0,88..

2. Diagnosa Keperawatan

Dari pengkajian yang telah dilakukan maka diagnosa yang muncul pada

klien adalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

82
3. Intervensi Keperawatan

Untuk mengatasi permasalahan pada kedua klien maka peneliti melakukan

tindakan dengan perawatan sirkulasi dan edukasi latiahn fisik berupa

senam kaki diabetik pada lansia selama 4 hari di Jl.Sumber waras no.412

Rejosari Pringsewu. Intervensi dibuat mengacu pada permasalah yang

muncul pada klien dengan menggunakan SIKI DPP PPNI.

4. Implementasi Keperawatan

Dalam implementasi atau tindakan keperawatan dilakukan sesuai rencana

keperawatan yang telah disusun dan dilakukan secara terus menerus

sehingga masalah perfusi jaringan perifer dapat meningkat dengan diulang

minimal 1 kali sehari.

5. Evaluasi

Setelah diberikan intervensi perawatan sirkulasi dan edukasi latiahn fisik

berupa senam kaki diabetik pada lansia selama 4 hari di Jl.Sumber waras

no.412 Rejosari Pringsewu dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan

perfusi jaringan perifer yang di tunjukkan dengan sirkulasi darah menjadi

lancar nilai ABI meningkat,akral sudah mulai membaik pada partisipan

yang mengalami diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer. Dan partisipan mulai mengerti bahwa dengan jadwal

aktivitas sehari-hari berupa senam kaki diabetic dapat menurunkan kadar

gula dalam darah dan meningkatkan perfusi jaringan perifer.

83
B. Saran

1. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat dijadikan pengembangan terapi komplementer bagi

puskesmas sebagai implementasi keperawatan gerontik pada partisipan

yang mengalami diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran pada mahasiswa untuk

melaksanakan penerapan terapi komplementer pada partisipan yang

mengalami diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan masyarakat yang mempunyai

lansia yang mengalami diabetes mellitus dengan masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer agar dapat merawat secara mandiri dirumah.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan berbagai macam terapi komplementer sebagai intervensi

lain untuk mengurangi masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

pada lansia yang mengalami diabetes mellitus.

84
INFORMED CONSENT

85
(Lembar Persetujuan Menjadi Subyek Penelitian)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Tn.S
Umur : 63 Tahun
Alamat : Jl.Sumber waras no.412 Rejosari Pringsewu
Setelah mendapat keterangan serta mengetahui manfaat dan tujuan penelitian yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Yang Mengalami DM tipe II Dengan

Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di UPT Puskesmas Rejosari

Tahun 2021” (*setuju/ tidak setuju) diikutsertakan dalam penelitian dengan

catatan apabila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak

membatalkan persetujuan ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat tanpa ada paksaan atau ancaman dari

pihak manapun.

Pringsewu, 27 Juni 2021

Peneliti Subyek Penelitian

Feri Andika ( Tn S )
144012018121

*)Coret yang tidak perlu

FORMAT PENGKAJIAN KHUSUS

86
1. Mini Nutrition Assessment (MNA)
Mini Nutritional Assessment (MNA) dilakukan dengan pengukuran
Antropometri, meliputi:
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT = Berat badan (kg) / Tinggi badan (m)2
Kategori :
a. Kurang jika IMT < 18,5
b. Normal jika IMT 18,5-25,0
c. Lebih Jika IMT >25,0
4. Lingkar Lengan Atas (LLA) Kategori :
a. Buruk jika LLA < 21
b. Sedang jika LLA 21-22
c. Baik/normal jika LLA >22
5. Lingkar Betis

2. Berg Balance Scale (BBS)

No Indikator Kemampuan Skor


1 Duduk ke berdiri (4) Mampu berdiri tanpa
menggunakan tangan
(3) Mampu untuk berdiri
namun menggunakan bantuan
tangan
(2) Mampu berdiri
menggunakan tangan setelah 4
beberapa kali mencoba
(1) Membutuhkan bantuan
minimal untuk berdiri
(0) Membutuhkan bantuan
sedang atau maksimal untuk
berdiri

2 Berdiri tanpa bantuan (4) Mampu berdiri selama dua


menit
(3) Mampu berdiri selama dua
menit dengan pengawasan
(2) Mampu berdiri selama 30 4
detik tanpa bantuan
(1) Membutuhkan beberapa

87
kali untuk mencoba berdiri
selama 30 detik tanpa bantuan
(0) Tidak mampu berdiri
selama 30 detik tanpa bantuan

3 Duduk tanpa sandaran (4) Mampu duduk dengan


punggung tetapi kaki sebagai aman selama dua menit
tumpuan di lantai (3) Mampu duduk selama dua
menit di bawah pengawasan
(2) Mampu duduk selama 30 4
detik
(1) Mampu duduk selama 10
detik
(0) Tidak mampu duduk tanpa
bantuan selama 10 detik

4 Berdiri ke duduk (4) Duduk dengan aman


dengan pengguanaan minimal
tangan
(3) Duduk menggunakan
bantuan tangan 3
(2) Menggunakan bantuan
bagian belakan kaki untuk
turun
(1) Duduk mandiri tapi tidak
mampu mengontrol pada saat
dari berdiri ke duduk
(0) Membutuhkan bantuan
untuk duduk

5 Berpindah (4) Mampu berpindah dengan


sedikit penggunan tangan
(3) Mampu berpindah dengan
bantuan tangan
(2) Mampu berpindah dengan
isyarat verbal atau pengawasan
(1) Membutuhkan seseorang 4
untuk membantu
(0) Membutuhkan dua orang
untuk membantu atau
mengawas

6 Berdiri tanpa bantuan dengan (4) Mampu berdiri selama 10


mata tertutup detik dengan aman
(3) Mampu berdiri selama 10
detik dengan pengawasan

88
(2) Mampu berdiri selama 3 4
detik (1) Tidak mampu
menahan mata agar tetap
tertutup tetapi tetap berdiri
dengan aman
(0) Membutuhkan bantuan
agar tidak jatuh

7 Berdiri tanpa bantuan dengan (4) Mampu merapatkan kaki


dua kaki rapat dan berdiri satu menit
(3) Mampu merapatkan kaki
dan berdiri satu menit dengan
pengawasan 4
(2) Mampu merapatkan kaki
tetapi tidak dapat bertahan
selama 30 detik
(1) Membutuhkan bantuan
untuk mencapai posisi yang
diperintahkan tetapi mampu
berdiri selama 15 detik
(0) Membutuhkan bantuan
untuk mencapai posisi dan
tidak dapat bertahan selama
15detik

8 Meraih ke depan dengan (4) Mencapai 25 cm (10 inchi)


mengulurkan tangan ketika (3) Mencapai 12 cm (5 inchi)
berdiri (2) Mencapai 5 cm (2 inchi) 1
dapat meraih tapi memerlukan
pengawasan 4
(0) Kehilangan keseimbangan
ketika mencoba/memerlukan
bantuan

9 Mengambil objek dari lantai (4) Mampu mengambil dengan


dari posisi berdiri Instruksi: mudah dan aman
Ambilah sepatu/sandal di (3) Mampu mengambil tetapi
depan kaki Anda membutuhkan pengawasan
(2) Tidak mampu mengambil
tetapi meraih 2-5 cm dari
benda dan dapat menjaga 4
keseimbangan
(1) Tidak mampu mengambil
dan memerlukan pengawasan

89
ketika mencoba
(0) Tidak dapat
mencoba/membutuhkan
bantuan untuk mencegah
hilangnya keseimbangan atau
terjatuh

10 Melihat ke belakang (4) Melihat ke belakang dari


melewati bahu kanan dan kiri kedua sisi
ketika berdiri (3) Melihat ke belakang hanya
dari satu sisi
(2) Hanya mampu melihat ke
samping tetapi dapat menjaga
keseimbangan 4
(1) Membutuhkan pengawasan
ketika menengok
(0) Membutuhkan bantuan
untuk mencegah
ketidakseimbangan atau
terjatuh

11 Berputar 360 derajat (4) Mampu berputar 360


derajat dengan aman selama 4
detik atau kurang
(3) Mampu berputar 360
derajat hanya dari satu sisi
selama empat detik atau
kurang 4
(2) Mampu berputar 360
derajat, tetapi dengan
gerakanyang lambat
(1) Membutuhkan pengawasan
atau isyarat verbal
(0) Membutuhkan bantuan
untuk berputar.

12 Menempatkan kaki secara (4) berputar mampu berdiri


bergantian pada sebuah mandiri dan melakukan 8
pijakan ketika berdiri tanpa pijakan dalam 20 detik
bantuan (3) mampu berdiri mandiri dan
melakukan 8 kali pijakan > 20
detik
(2) mampu melakukan 4 3
pijakan tanpa bantuan
(1) mampu melakukan >2

90
pijakan dengan bantuan
minimal
(0) membutuhkan bantuan
untuk mencegah jatuh/tidak
mampu melakukan

13 Berdiri tanpa bantuan satu (4) mampu menempatkan


kaki di depan kaki lainnya kedua kaki (tandem) dan
menahan selama 30 detik
(3) mampu memajukan kaki
dan menahan selama 30 detik
(2) mampu membuat langkah
kecil dan menahan selama 30 3
detik
(1) membutuhkan bantuan
untuk melangkah dan mampu
menahan selama 15 detik
(0) kehilangan keseimbangan
ketika melangkah atau berdiri

14 Berdiri dengan satu kaki (4) mampu mengangkat kaki


dan menahan >10 detik
(3) mampu mengangkat kaki
dan menahan 5-10 detik
(2) mampu mengangkat kaki 4
dan menahan >3 detik
(1) mencoba untuk
mengangkat kaki, tidak dapat
bertahan selama 3 detik tetapi
dapatberdiri mandiri
(0).tidak mampu mencoba

TOTAL 53

Kriteria Penilaian :
0–20 Resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan berupa
kursi roda.
21–40 Resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat bantu jalan seperti
tongkat, kruk, dan walker
41–56 Resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat bantu
3. Morse Fall Scale (MFS)

91
No Kriteria Penilaian Skor

Riwayat jatuh: baru saja Tidak = 0 Ya


1
atau dalam 3 bulan Ya = 25 25

Diagnosis lain Tidak = 0 Ya


2
Ya = 15 15

Bantuan berjalan Tidak ada, tirah baring, di Tidak ada


kursi roda, bantuan perawat tirah baring
= 0 Tongkat ketiak (crutch), 0
3
tongkat (cane), alat bantu
berjalan (walker) = 15
Furnitur= 30

IV/heparin lock Tidak = 0 Tidak


4
Ya = 20 0

Cara berjalan/berpindah Normal, tirah baring, tidak Normal


bergerak = 0 0
5
Lemah = 10
Terganggu = 20

Status mental Mengetahui kemampuan diri Mengetahui


6 =0 0
Lupa keterbatasan = 15

Total 40

Kriteria Penilaian :
0-24 Tidak Ada Risiko
25-50 Risiko Rendah
≥ 51 Risiko Tinggi

4. Mini mental state exam (MMSE)

Skor penilaian
No Kriteria skor
Maksimal

92
Orientasi, sebutkan,
• tahun berapa sekarang 5 5
• musim apa
1
• tanggal
• bulan
• hari
Sebutkan di mana kita sekarang
• Negara 5 5
2 • Propinsi
• Kota
• rumah sakit
• bagian
Registrasi Pemeriksa menyebutkan
3 nama benda dengan antara 1 detik 3 3
waktu menyebut nama benda
tersebut ( misalnya : buku,
3 mangkok, payung ). Setelah slesai
suruh penderita menyebutnya. Beri
angka 1 untuk tiap jawaban yang
betul. Kemudian, bila salah, suruh
ulang sampai betul semua

Perhatian (atensi) dan kalkulasi


Hitungan kurang 7. Misalnya 100– 5 4
7, pendapatannya ( hasilnya )
dikurang lagi dengan 7, demikian
seterusnya sampai 5 jawaban. Jadi :
4
100 -7 = 93 –7 = 86 –7 = 79; 72;
65. Beri angka 1 bagi tiap jawaban
yang betul. Tes 4 ini dapat di ganti
dengan tes mengeja, yaitu mengeja
mundur kata : kartu (utrak )

Mengingat Kembali (recall)


Tanyakan nama benda yang telah di 3 3
5 sebutkan pada pertanyaan nomor 3.
Beri angka 1 bagi tiap jawaban
yang betul.

Anda tunjuk pada pinsil dan arloji.


6 Suruh pasien menyebutkan nama 2 2
benda yang anda tunjuk

Suruh pasien mengulang kalimat


7 beriukut : “ Tanpa kalau, dan atau 1 0
tetap

93
Suruh pasien melakukan 3 tingkat,
yaitu : Ambil kertas dengan tangan 3 3
8
kananmu Lipat kedua kertas itu
Dan letakkan kertas itu di lantai

Anda tulis kalimat suruhan dan


9 suruh pasien melakukannya : “ 1 1
Tutup matamu

Suruh penderita menulis satu


kalimmat pilihannya sendiri 1 1
(kalimat harus mengandung subyek
10
dan obyek dan harus mempunyai
makna. Salah eja tidak
diperhitungkan bila memberi skor

Perbesarlah gambar dibawah ini


sampai 1,5 cm tiap sisi dan suruh 1 1
pasien mengkopinya, berilah angka
11
1 bila semua sisi digambarnya dan
potongan antara segi lima tersebut
membentuk segi empat

Total 28

Kriteria Penilaian :
25–30 Baik/Normal
21–24 Gangguan Kognitif ringan
10–20 Gangguan Kognitif sedang
< 10 Gangguan Kontifi berat

5. Geriatric Depression Scale (GDS)

No Kriteria Skor

1 Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda ? 0

94
(tidak )

Apakah Anda telah banyak menghentikan aktivitas dan minat – 0


2
minat Anda ? ( ya )

3 Apakah Anda merasa hidup Anda kosong ? ( ya ) 0

4 Apakah Anda sering merasa bosan ? ( ya ) 0

Apakah Anda banyak menaruh harapan pada masa depan ? 0


5
(tidak)

Apakah Anda merasa terganggu dengan adanya pemikiran 1


6
bahwa Anda tidak dapat lepas dari pikiran yang sama ? ( ya)

Apakah Anda cukup bersemangat dalam sebagian besar waktu 0


7
Anda ? ( tidak )

Apakah Anda takut bahwa suatu hal yang buruk akan menimpa 0
8
Anda ? ( ya )

Apakah Anda merasa gembira dalam sebagian besar waku 0


9
Anda ? ( tidak )

10 Apakah Anda merasa tidak mungkin tertolong ? ( ya) 0

Apakah Anda sering menjadi gelisah atau sering / mudah 0


11
terkejut ? ( ya )

Apakah Anda lebih suka tinggal di rumah, daripada keluar dan 0


12
mengerjakan sesuatu hal yang baru ? ( ya )

Apakah Anda sering mengkhawatirkan masa depan ? 1


13
( ya )

Apakah Anda berpikir bahwa Anda memiliki masalah– 0


14 masalah ingatan lebih banyak daripada sebagian besar orang ?
( ya )

Apakah Anda berpikir bahwa tetap hidup saat ini merupakan 0


15
suatu hal yang menyenangkan ? ( tidak )

16 Apakah Anda sering merasa tidak enak hati atau sedih ? ( ya) 0

Apakah Anda berpikir bahwa Anda benar –benar tidak 0


17
berharga saat ini ? ( ya )

Apakah Anda cukup sering khawatir mengenai masa lampau 0


18
(ya)

Apakah Anda merasa bahwa kehidupan itu menyenangkan ? 0


19
(tidak)

20 Apakah sulit bagi Anda untuk memulai suatu ptoyek baru ? 0

95
( ya )

21 Apakah Anda merasa diri Anda penuh energi ? ( tidak ) 0

Apakah Anda merasa bahwa situasi yang ada menggambarkan 0


22
keputusan ? ( ya )

Apakah Anda berpikir bahwa sebagian besar orang lebih baik 0


23
dari diri Anda sendiri ? ( ya)

Apakah Anda sering menjadi kesal, dikarenakan suatu hal kecil 0


24
? ( ya )

25 Apakah Anda sering merasa menangis ? ( ya ) 0

Apakah Anda mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi ? 0


26
( ya )

27 Apakah Anda menikmati bangun pada pagi hari ? ( tidak ) 0

Apakah Anda lebih sukamenghindari perkumpulan sosial ? (ya 0


28
)

Apakah mudah bagi Anda untuk membuat suatu keputusan ? 0


29
(tidak)

Apakah pemikiran atau benak Anda sejernih masa –masa 0


30
lampau ? ( tidak )

Total 2

Kriteria Penilaian :
Responden mendapat skor 1 jika jawaban responden sesuai dengan
jawaban yang ada, hasil akhir:
0-9 Normal
10-19 Depresi ringan
20-30 Depersi berat

6. Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Barthel Indeks

No Jenis ADL Kategori Skor

1 0=Tidak dapat
1=Perlu bantuan untuk

96
Makan (Feeding) memotong dll 2
2=Mandiri

Mandi (Bathing) 0=Tergantung orang lain 2


2
1=Mandiri

0=Perlu bantuan 1
3
Perawatan diri (Grooming) 1 = Mandiri

0=Tergantung 1
4 Berpakaian (Dressing) 1=sebagian dibantu
2=Mandiri

0=Tidak bisa
mengontrol(perlu kateter
Buang air kecil (Bowel) dan tidak dapat mengatur 2
5 1=BAK kadang-
kadang(sekali/24jam)
2=Terkontrol penuh (lebih
dari 7 hari)

0=Inkontinensia (Perlu
Buang air besar (Bladder) enema)
6 1=kadang inkontinensia 2
(sekali seminggu)
2=Terkontrol penuh

0=Tergantung bantuan
Penggunaan toilet orang lain
1=Perlu bantuan tetapi 2
7
dapat melakukan sesuatu
sendiri
2=Mandiri

0=Tidak dapat
1=Butuh Bantuan dengan
Berpindah (Tidur atau Duduk) sedikit 3
8
2=Dapat duduk dengan
sedikit
3=Mandiri

9 0=Tidak bergerak/Tidak
mampu
Mobilitas 1=Mandiri dengan kursi 3
roda
2=Berjalan dengan bantuan

97
3=Mandiri

0=Tidak mampu
10 Naik turun tangga 1=Perlu bantuan 2
2=Mandiri

Total 20

Intepretasi nilai :
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan Ringan
9-11 = Ketergantungan sedang
5-8 = Ketergantungan Berat
0-4 = Ketergantungan

7. Pengukuran Activity of Daily Living (ADL) dengan Kats Indeks

Skor Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ), berpindah,


kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan

E Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar


kecil, dan satu fungsi tambahan.

98
F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi,tetapi tidak dapat di


lain klasifikasikan sebagai C,D,E atau F

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP)


PEMERIKSAAN GULA DARAH

1. PENGERTIAN
Pemeriksaan gula darah adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengatahui
kadar Gula Darah seseorang
2. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai indikator kerja
insulin
No Aspek Yang Dinilai Nilai
Ya Tidak
A. Fase Pra Interaksi
1. Mengecek catatan medis dan perawatan
2. Cuci tangan
3. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan

99
a. Glukometer / alat monitor kadar glukosa darah
b. Kapas alkohol
c. Hand scone bila perlu
d. Stik GDA / strip glukosa darah
e. Lanset / jarum penusuk
f. Bengkok
g. Tempat sampah
B. Fase Interaksi
4. Memberikan salam terpeutik
5. Melakukan evaluasi/validasi
6. Melakukan kontrak (waktu,tempat dan topic)
7. Meneranngkan tujuan prosedur dan tindakan

C. Fase Kerja
8. Berikan kesempatan klien untuk bertanya
9. Pertahankan privsi klien selama tindakan
10. Atur posisi klien senyaman mungkin
11. Dekatkan alat disamping klien
12. Pastikan alat isa digunakan
13. Pasang stik GDA pada alat glucometer
14. Gunakan hand scone
15. Urut jari tangan klien yang akan ditusuk
16. Disinfeksi jari ang akan ditusuk
17. Tusukan lanset/ jarum ke jari tangan klien, dan biarkan darah
secara spontan
18. Tempatkan ujung strip tes glukos darah (bukan diteteskan)
secara otomatis terserap kedalam strip
19. Hidupkan alat glucometer yang sudah di pasang stik GDA
20. Tutup bekas luka tusukan dengan menggunakan alcohol swap
21. Alat glucometer akan berbunyi dan bacalah angka yang tertera
pada monitor
22. Keluarkan alat strip tes dari monitor
23. Matikan alat monitor kadar glukosa darah
24. Bereskan alat
25. Lepaskan hand scone
26. Cuci tangan
27. Rapikan dan atur posisi klien senyaman mungkin
D. Fase Terminasi
28. Evaluasi respon dan perasaan klien
29. Samapaikan hasil dari pemeriksaan kadar glukosa darah
30. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
31. Dokumentasi : catat hasil pemeriksaan kadar glukosa darah di
buku catatan

Keterangan:

Ya: dilakukan
Tidak: tidak dilakukan

100
LEMBAR OBSERVASI TENTANG SENAM KAKI DIABETIK

A. Data Umum

Nama Klien :

Umur :

Alamat :

Tanggal Pengkajian :

B. Data Fokus

1. Tabel Hasil Pengukuran Vaskularisasi Perifer


No Jenis Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
Observasi

1 Nadi
2 Akral
3 ABI

101
4 Sianosis
5 Kesemutan

SOP SENAM KAKI DIABETES


A. Persiapan Alat
Kursi dan Kertas Koran
B. Persiapan Pasien
1. Posisi klien rileks
2. Klien memakai celana yang tidak ketat (longgar)
3. Klien tidak terdapat keluhan nyeri pada kaki yang dapat mengganggu proses
latihan
C. Prosedur
1. Instruksikan klien duduk secara benar diatas kursi, duduk tegak, tidak
bersandar dengan kaki dilantai.
2. Instruksikan klien untuk meletakkan/ bertumpu pada tumit dilantai, jari-
jari kedua belah kaki ditarik keatas dan kebawah sebanyak 10 kali. Pada
saat arah kebawah hindari jari-jari kaki menyentuh lantai.
3. Dengan tumit tetap di lantai, tarik/angkat telapak kaki keatas kemudian
jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat
keatas(diulang 10 kali).
4. Selanjutnya tumit tetap dilantai, bagian depan kaki diangkat keatas dan
buat putara 360o dengan pergerakan pada pergelangan kaki, sebanyak 10
kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai, tumit diangkat dan putaran 3600 dengan
pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.

102
6. Angakat salah satu lutut dan luruskan kaki, gerakan jari-jari kaki kedepan,
turunkan kembali kaki secara bergantian kiri dan kanan. Lakukan
sebanyak 10 kali.
7. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, kmudian angkat kaki tersebut,
gerakkan ujung-ujung jari ke arah muka, turunkan kembali ke lantai.
Lakukan pada kaki selanjutnya, lakukan sebanyak 10 kali.
8. Seperti latihan sebelumnya tapi pada langkah ini dengan kedua kaki
bersamaan. Lakukan sebanyak 10 kali.
9. Angkat kedua kaki, luruskan, dan pertahankan posisi tersebut, gerakkan
kaki pada pergelangan kaki ke depan dan ke belakang. Lakukan sebanyak
10 kali.
10. Luruskan salah satu kaki dan angkat lurus. Putar kaki pada pergelangan
kaki, tuliskan di udara dengan kaki angka 0 – 9. Lakukan pada kaki
satunya.
11. Letakkan sehelai koran dilantai, bentuk koran itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki, kemudian buka bola menjadi lembaran seperti
semula menggunakan kedua belah kaki. Sobek koran menjadi 2, lembar
satunya sobek menjadi kecil-kecil lalu pindahkan pada kertas yang utuh
satu persatu lalu bungkus kembali menjadi bulatan bola. Lakukan sekali
saja.

LEMBAR OBSERVASI
TINDAKAN SENAM KAKI DIABETIK

Tindakan Senam Kaki Penilaian Tindakan Evaluasi


No Diabetik Tidak Tidak
Dilakukan Tepat
Dilakukan Tepat
1 Posisi duduk awal, duduk
tegak di sebuah kursi, tidak
bersandar, kedua kaki
menyentuh lantai, lepas alas
kaki.
2 Latihan ke-1
Gerakkan jari-jari kedua
kaki seperti bentuk cakar
dan luruskan kembali.
3 Latihan ke-2
a.Angkat ujung kaki, tumit
tetap diletakkan diatas
lantai.
b.Turunkan ujung kaki,
kemudian angkat tumitnya
dan turunkan kembali.
4 Latihan ke-3

103
a.Angkat kedua ujung kaki.
b.Putar kaki pada
pergelangan kaki ke arah
samping.
c.Turunkan kembali kelantai
dengan gerakan ke tengah.
5 Latihan ke4
a.Angkat kedua tumit, putar
kedua tumit ke arah
samping.
b. Turunkan kembali ke
lantai dan gerakkan ke
tengah.
6 Latihan ke-5
a.Angkat salah satu lutut dan
luruskan kaki.
b.Gerakan jari-jari kaki
kedepan.
c.Turunkan kembali kaki
secara bergantian kiri dan
kanan.
7 Latihan ke-6
a.Luruskan salah satu kaki
di atas lantai.
b.Kemudian angkat kaki
tersebut.
c.Gerakan ujung-ujung jari
ke arah muka.
d.Turunkan kembali tumit
ke lantai.
8 Latihan ke-7
Seperti latihan sebelumnya
tapi pada langkah ini dengan
kedua kaki bersamaan.
9 Latihan ke-8
a.Angkat kedua kaki,
luruskan, dan pertahan kan
posisi tersebut.
b.Gerakkan kaki pada
pergelangan kaki ke depan
dan kebelakang.
c.Turunkan kembali kedua
kaki ke lantai.
10 Latihan ke-9
a.Luruskan salah satu kaki
dan angkat lurus.

104
b.Putar kaki pada
pergelangan kaki.
c. Tuliskan di udara dengan
kaki angka 0 – 9
11 Latihan ke-10
a.Letakkan koran di lantai
dan dibuka.
b.Selembar koran dilipat
dengan kaki menjadi bola.
Kemudian dilicinkan
kembali dengan kedua kaki.
b.Setelah itu sobek koran
menjadi dua dengn
menggunakan kaki.
c.Kemudian satu bagian di
sobek menjadi lebih kecil.
d.Kumpulkan sobekan kecil
koran pada sobekan besar,
lipt-lipat menjadi bola dan
buang ke tempat sampah.

SOP PENGUKURAN ABI (Ankle Brachial Index)

1. Mengukur Tekanan Sistole Lengan


a. Persiapan Alat : Tensimeter, stetoskop, dan buku catatan.
b. Persiapan Pasien : Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan
dilakukakan dan mengatur posisi klien.
c. Pelaksanaan:
1. Alat-alat didekatkan ke klien.
2. Menggulung lengan baju klien.
3. Meletakkan tensimeter sejajar dengan jantung penderita.
4. Memasang manset tensimeter pada lengan atas 2 – 3 cm diatas vena cubiti
dengan pipa karetnya berada dibagian luar lengan. Manset dipasang tidak
terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.
5. Meraba denyut nadi arteri brachialis lalu stetoskop ditempatkan pada
daerah tersebut.
6. Menutup skrup balon karet, pengunci raksa dibuka(bila menggunakan
tersimeter air raksa). Selanjutnya balon dipompa sampai denyut nadi arteri
tidak terdengar lagi, dan jarum penunjuk naik. Tambahkan 20 – 30 mmHg.

105
7. Membuka skrup balon perlahan sambil mendengarkan denyutan pertama
(sistole) dan mendengar denyutan menunjuk di jarum angka berapa.
8. Merapikan klien.
9. Merapikan alat-alat dan disimpan ditempatnya.
10. Mencuci tangan.
11. Mencatat hasil.

2. Mengukur Tekanan Sistole Kaki


a. Persiapan Alat : Tensimeter, stetoskop, dan buku catatan.
b. Persiapan Pasien : Menjelaskan kepada klien tindakan yang akan
dilakukakan dan mengatur posisi klien.
c. Pelaksanaan:
1. Alat-alat didekatkan ke klien.
2. Menggulung celana atau pakaian klien.
3. Meletakkan tensimeter sejajar dengan jantung penderita.
4. Memasang manset tensimeter digital diatas dorsalis pedis. Manset
dipasang tidak terlalu kencang dan tidak terlalu longgar.
5. Kemudian tekan tombil start sampai mesin memompa dan turun secara
otomatis.
6. Lihat hasil yang ditunjukkan oleh layar tensimeter digital.
7. Lepas manset dari kaki.
8. Merapikan klien.
9. Merapikan alat-alat dan disimpan ditempatnya.
10. Mencuci tangan.
11. Mencatat hasil.

3. Menentukan nilai ABI(Ankle Brachial Index)


ABI (Ankle Brachial Index) adalah interpretasi perbandingan antara tekanan
sistolik ankle dengan tekanan sistolik brachial, untuk mengetahui kondisi
pembuluh darah ekstremitas bawah.
Menentukan nilai ABI dapat ditentukan dengan rumus:
Rumus ABI = Nilai Sistolik Ankle / Nilai Sistolik Brachial
Interpretasi Hasil ABI

ABI Interpretasi
>1,2 Kaku / Kalsifikasi pembuluh darah

0,9 – 1,2 Normal

< 0,9 Iskemi

106
< 0,6 Iskemi Berat

107

Anda mungkin juga menyukai