Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

Disusun Oleh:

Anggie Luthfia Febrianti


2019205201001

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
2021
A. Konsep Dasar Harga Diri
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan menganalisa
seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat B.A, dalam Nur
Fajariyah 2012).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri ( Nur Fajariyah 2012).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, dalam Nur Fajariyah 2012).

Menurut Schult & Videbeck, gangguan harga diri rendah adalah


penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang
diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung(Nur Fajariyah
2012).

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
merasa gagal mencapai keinginan (Budi Ana Keliat, dalam Nur Fajariyah
2012).

2. Rentang Respon
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Nur Fajariah, Tahun 2012).

Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada


gambar di bawah ini.
RENTANG RESPONS

Respons Adaptif Respons Maldaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


positif rendah identitas

Rentang Respons Harga Diri Rendah Kronis


Keterangan:
a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang
pengalaman nyata yang sukses diterima.
b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri.
c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan
konsep diri maladaptif.
d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan
aspek psikososial dan keperibadian dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain. (Nur Fajariah, Tahun
2012).
B. Prosess Terjadinya Masalah Harga Diri
Proses terjadinya harga diri rendah kronis pada pasien skizofrenia dapat
dijelaskan dengan menganalisa stressor predisposisi dan presipitasi yang
bersifat biologis, psikologis, dan sosial budaya sehingga menghasilkan
respon bersifat maladaptif yaitu perilaku harga diri rendah kronik.Respon
terhadap stressor pada pasien harga diri rendah memunculkan respon
secara kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Respon-respon
tersebut akan dianalisis lebih lanjut, sehingga memunculkan rentang
respon (Pramujiwati et al., 2013).
Harga diri rendah kronis merupakan evaluasi atau peraasaan negatif
terhadap diri sendiri atau kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak
berharga, tidak berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus
menerus (TIM Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

1. Etiologi
A. Factor Prediposisi
1) Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri
rendah yaitu: Perkembangan individu yang meliputi:
a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-
orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat dengan
individu yang bersangkutan.
c) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta
merevidasikan individu. - Anak menjadi frustasi, putus asa
merasa tidak berguna dan merasa rendah
2) Ideal diri
a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah. -
Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri (Diagnosa Medis dan nanda NIC-NOC, Tahun
2015).
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga. merasa malu dan rendah diri.
a) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial (Diagnosa Medis dan
nanda NIC-NOC, Tahun 2015).

2. Tanda dan Gejala


Menurut Keliat tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri
rendah adalah:
a) Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan
kurang percaya diri.
b) Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagal
dalam meraih sesuatu.
c) Merendahkan martabat diri sendiri, meng gap dirinya berada
dibawah orang lain.
d) Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka
menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain.
e) Rasa percaya diri kurang, merasa tidak percaya dengan kemampuan
yang dimiliki.
f) Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu
dalam memilih sesuatu.
g) Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri
kehidupan.
h) Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.
i) Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.
j) Kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, dan bicara lambat dengannada lemah (Diagnosa Medis
dan nanda NIC-NOC, Tahun 2015).

3. Mekanisme Koping
mekanisme koping tergolong proteksi koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta pemanfaatan metode pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menemui persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
1) Jangka pendek
a. Aktivitas yang menyampaikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, menonton tv secara obsesif, konser
musik, bekerja keras).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, kelompok, politik,
agama, gerakan atau geng).
c. Aktivitas yang sementara memastikan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, prestasi akademik,
olahraga yang kompetitif, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
2) Jangka Panjang
a. Penutupan identitas: mengambil identitas dini yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan kemauan, aspirasi atau
potensi diri individu.
b. Identitas negatif: dugaan identitas yang tidak sinkron dengan
jumlah dan keinginan yang diterima masyarakat. Metode
pertahanan ego termasuk penggunaan isolasi, fantasi, proyeksi,
disosiasi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri dan amuk) (Kurniati, 2021).

4. Sumber koping
Sumber koping memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat
digunakan untuk hidup mandiri dan produktif (Keliat, Akemat,
Susanti, 2011).Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut terdiri
dari tindakan generalis dan spesialis.Tindakan keperawatan diberikan
baik kepada pasien sebagai individu, keluarga sebagai care giver dan
kelompok atau masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan
(Pramujiwati et al., 2013).

C. Pohon Masalah
1. Pohan Masalah
Bagan Pohon Masalah
(Nur Fajariah, Tahun 2012).

Resiko tinggi prilaku kekerasan

Effect Perubahan presepsi sensori : halusinasi

Isolasi sosial : menarik


Core Problem Harga diri rendah

Cousa Koping individu tidak efektif

2. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah


1) Konsep Model
Konsep dasar dan adaptasi pada asuhan keperawatan jiwa menurut
stuart mengintegrasikan aspek biologis, sosiokultural, lingkungan
dan konteks legal etis keperawatan yang utuh. Model ini
menggabungkan landasan teoritis, komponen biopsikososial, rentang
respon koping, dan aktifitas keperawatan berdasarkan tahap
pengobatan pasien (Hartono, 2012).
Model yang utuh dan terdiri atas komponen berikut:
a. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan
jumblah sumber yang dapat digunakan individu untuk mengatasi
stress.
b. Stressor presipitasi adalah stimulasi yang dipersiapkan oleh
individu sebagai tantangan , ancaman, atau tuntutan yang
membutuhkan energi ekstra untuk koping.
c. Sumber koping adalah evaluasi terhadap koping dan strategi
individu.
d. Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk
melindungi diri.
e. Rentang respon koping adalah rentang respon yang adaptif
sampai maladaptif
2) Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan
yang mencakup pengumpulan data yang sistematis, verifikasi data,
pengorganisasian data, intpretasi data, dan melakukan dokumentasi
data dan dilakukan oleh perawat yang profesional dalam bidang
kesehatan (Delaune & Ladner, 2011). Keefektifan dari perencanaan
keperawatan terhadap klien tergantung kepada kelengkapan data
pengkajian serta interpretasi yang akurat dari dari informasi data
yang diterima.Tindakan keperawatan yang salah dan keputusan yang
tidak tepat terhadap klien merupakan akibat dari pengkajian yang
yang tidak lengkap serta tidak tepat atau tidak akurat. Oleh karena
itu ketepatan dan kelengkapan dalam melakukan pengkajian menjadi
pedoman dalam pengambilan keputusan oleh perawat professional
(Siregar et al., 2021).

D. Diagnosa Keperawatan Yang Di Angkat Berdasarkan Pohon Masalah


a. Koping individu tidak efektif
b. Harga diri rendah
c. Isolasi sosial
d. Perubahan presepsi sensori
e. Resiko prilaku kekerasan
(Nur Fajariah, Tahun 2012).

E. Rencana Tindakan Keperawatan

Pertemuan Klien Keluarga


1. 1. Identifikasi 1. Diskusikan masalah yg
kemampuan melakukan dirasakan dalam merawat
kegiatan dan aspek pasien.
positif pasien (buat 2. Jelaskan pengertian, tanda
daftar kegiatan). & gejala, & proses
2. Bantu pasien menilai terjadinya harga diri
kegiatan yang dapat rendah (gunakan booklet).
dilakukan saat ini (pilih 3. Diskusikan kemampuan
dari daftar kegiatan): atau aspek positif pasien
buat daftar kegiatan yang pernah dimiliki
yang dapat dilakukan sebelum & setelah sakit.
saat ini. 4. Jelaskan cara merawat
3. Bantu pasien memilih harga diri rendah terutama
salah satu kegiatan memberikan pujian semua
yang dapat dilakukan hal yang positif pada
saat ini untuk dilatih. pasien Latih keluarga
4. Latih kegiatan yang memberi tanggung jawab
dipilih (alat dan cara kegiatan.
melakukannnya)
Masukkan pada jadual
kegiatan untuk latihan
dua kali per hari.

2. 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga


pertama yang telah dalam membimbing pasien
dilatih dan berikan melaksanakan kegiatan
pujian pertama yang dipilih dan
2. Bantu pasien memilih dilatih pasien. Beri pujian
kegiatan kedua yang 2. Bersama keluarga melatih
akan dilatih pasien dalam melakukan
3. Latih kegiatan kedua kegiatan kedua yang
(alat dan cara) dipilih pasien Anjurkan
4. Masukkan pada jadual membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan: jadual dan memberi pujian
dua kegiatan masing-
masing 2 kali per hari.

3. 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga


pertama dan kedua dalam membimbing
yang telah dilatih dan pasien melaksanakan
berikan pujian kegiatan pertama dan
2. Bantu pasien memilih kedua yang telah dilatih.
kegiatan ketiga (alat Beri pujian
dan cara) 2. Bersama keluarga melatih
3. Latih kegiatan ketiga pasien melakukan
(alat dan cara) kegiatan ketiga yang
4. Masukkan pada jadual dipilih
kegiatan untuk latihan: 3. Anjurkan membantu
tiga kegiatan, masing- pasien sesuai jadual dan
masing dua kali perhari berikan pujian

4. 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga


pertama, kedua, dan dalam membimbing
ketiga yang telah dilatih pasien melaksanakan
dan berikan pujian kegiatan pertama, kedua,
2. Bantu pasien memilih dan ketiga. Beri pujian
kegiatan keempat yang 2. Bersama keluarga melatih
akan dilatih pasien melakukan
3. Latih kegiatan keempat kegiatan keempat yang
4. Masukkan pada jadual dipilih
kegiatan untuk latihan: 3. Jelaskan follow up ke
empat kegiatan masing- RSJ/PKM, tanda kambuh,
masing 2 kali per hari rujukan
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan
memberikan pujian
5. 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
latihan dan berikan dalam membimbing
pujian pasien melakukan
2. Latih kegiatan kegiatan yang dipilih oleh
dilanjutkan sampai tak pasien. Beri pujian
terhingga 2. Nilai kemampuan
3. Nilai kemampuan yang keluarga membimbing
telah mandiri pasien
4. Nilai apakah harga diri 3. Nilai kemampuan
pasien meningkat keluarga melakukan
kontrol ke RSJ/PKM

3) Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan, perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan
keperawatan bisa diimplementasikan. Saat memulai untuk
implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak
dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan diFase Kerjakan
dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk
diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
dilaksanakan (Ns. Fitriya Handayani et al., 2021).
4) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan
masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan
telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
baru.Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku
klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di
evaluasi karena merupakan system pendukung yang penting (Dwi
Oktiviani, 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Hartono, Y. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salembamedika.


Nurarif , Hardi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Jilid 2. Jogjakarta: MediAction

Nur fajariyah asuhan keperawatan dengan harga diri rendah (strategi pelaksanaan
HDR, menarik diri, Hlusinasi dan resiko tingi prilaku kekersan, Tahun
2012, Jakarta timur, CV Trans info media

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai