Disusun Oleh:
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri ( Nur Fajariyah 2012).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Townsend, dalam Nur Fajariyah 2012).
2. Rentang Respon
Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan keyakinan yang
diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Nur Fajariah, Tahun 2012).
1. Etiologi
A. Factor Prediposisi
1) Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan harga diri
rendah yaitu: Perkembangan individu yang meliputi:
a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa
tidak dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai
dirinya dan akan gagal pula untuk mencintai orang lain.
b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-
orang tuanya atau orang tua yang penting/dekat dengan
individu yang bersangkutan.
c) Sikap orang tua over protecting, anak merasa tidak berguna,
orang tua atau orang terdekat sering mengkritik serta
merevidasikan individu. - Anak menjadi frustasi, putus asa
merasa tidak berguna dan merasa rendah
2) Ideal diri
a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah. -
Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri (Diagnosa Medis dan nanda NIC-NOC, Tahun
2015).
B. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi atau stresor pencetus dari munculnya harga diri
rendah mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal
seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga. merasa malu dan rendah diri.
a) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan
seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana
alam dan perampokan. Respon terhadap trauma pada
umumnya akan mengubah arti trauma tersebut dan
kopingnya adalah represi dan denial (Diagnosa Medis dan
nanda NIC-NOC, Tahun 2015).
3. Mekanisme Koping
mekanisme koping tergolong proteksi koping jangka panjang pendek
atau jangka panjang serta pemanfaatan metode pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menemui persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
1) Jangka pendek
a. Aktivitas yang menyampaikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya, menonton tv secara obsesif, konser
musik, bekerja keras).
b. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara
(misalnya, ikut serta dalam klub sosial, kelompok, politik,
agama, gerakan atau geng).
c. Aktivitas yang sementara memastikan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misalnya, prestasi akademik,
olahraga yang kompetitif, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
2) Jangka Panjang
a. Penutupan identitas: mengambil identitas dini yang diinginkan
oleh orang terdekat tanpa memerhatikan kemauan, aspirasi atau
potensi diri individu.
b. Identitas negatif: dugaan identitas yang tidak sinkron dengan
jumlah dan keinginan yang diterima masyarakat. Metode
pertahanan ego termasuk penggunaan isolasi, fantasi, proyeksi,
disosiasi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap
diri sendiri dan amuk) (Kurniati, 2021).
4. Sumber koping
Sumber koping memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat
digunakan untuk hidup mandiri dan produktif (Keliat, Akemat,
Susanti, 2011).Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut terdiri
dari tindakan generalis dan spesialis.Tindakan keperawatan diberikan
baik kepada pasien sebagai individu, keluarga sebagai care giver dan
kelompok atau masyarakat yang dapat meningkatkan kesehatan
(Pramujiwati et al., 2013).
C. Pohon Masalah
1. Pohan Masalah
Bagan Pohon Masalah
(Nur Fajariah, Tahun 2012).
3) Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan, perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai
dengan kondisi pasien saat ini (here and now). Perawat juga perlu
mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang
akan dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan
keperawatan bisa diimplementasikan. Saat memulai untuk
implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat kontrak
dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan diFase Kerjakan
dan peran serta pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk
diperhatikan terkait dengan standar tindakan yang telah ditentukan
dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang telah
dilaksanakan (Ns. Fitriya Handayani et al., 2021).
4) Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut
pengumpulan data obyektif dan subyektif yang dapat menunjukkan
masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji dan
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai apakah tujuan keperawatan
telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau timbul masalah
baru.Evaluasi dilakukan dengan berfokus pada perubahan perilaku
klien setelah diberikan tindakan keperawatan. Keluarga juga perlu di
evaluasi karena merupakan system pendukung yang penting (Dwi
Oktiviani, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
Nur fajariyah asuhan keperawatan dengan harga diri rendah (strategi pelaksanaan
HDR, menarik diri, Hlusinasi dan resiko tingi prilaku kekersan, Tahun
2012, Jakarta timur, CV Trans info media
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1, Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI