Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Disusun Oleh : Agam fazri alfazni

Nim : 2019205201002

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU

LAMPUNG
2021

A. KONSEP GANGGUAN SENSORI PRESEPSI HALUSINASI

1. Pengertian

Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu


tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.Ada lima jenis
halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan
perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang
paling banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi
penglihatan20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu,
pengecapan dan perabaan. Pasien halusinasi merasakan adanya
stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yang teramati pada pasien
yang sedang mengalami halusinasi pendengaran adalah pasien merasa
mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara. Sedangkan pada
halusinasi penglihatan pasein mengatakan melihat bayangan orang atau
sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut. Pada
halusinasi penghidu pasien mengatakan membaui bau-bauan tertentu
padahal orang lain tidak merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada
halusinasi pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu
yang menjijikkan. Pada halusinasi perabaan pasien mengatakan serasa
ada binatang atau sesuatu yang merayap ditubuhnya atau di permukaan
kulit.

Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien


mengalami perubahan presepsi sensori, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan atau perabaan. Menurut
Muhith, Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Stuart dan
Laraia (1998) membagi halusinasi menjadi 7 jenis halusinasi yang
meliputi: halusinasi penglihatan (visual), halusnasi penghidu
(olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory), halusinasi perabaan
(tactile), halusinasi cenesthetic, halusinasi kinesthetic dan halusinasi
pendengaran (audiotory)(Muhith, 2015).

Menurut Pambayung (2015) halusinasi adalah menghilangnya


kemampuan manusia dalam membedakan stimulus internal (pikiran)
dan stimulus eksternal (dunia luar).Halusinasi adalah persepsi atau
tanggapan dari pancaindera tanpa disertai stimulus eksternal (Stuart &
Laraia, 2013).

2. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut (Pardede,2021), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan mendengar
suara, terutama suara –suara orang, biasanya klien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan adanya bau
busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau
feses.Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan adanya rasa
sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan merasakan
sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa
seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan merasakan
fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinesthetic
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu merasakan pergerakan
sementara berdiri tanpa bergerak (Mislika, 2021)

3. Tahapan Halusinasi;
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I :
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.
Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah
dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien
mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya
dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
- Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
- Respon verbal yang lambat
- Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas
tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan
menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa
kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non
psikotik).
Perilaku yang teramati :
- Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan
timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan
pernafasan.
- Kemampuan kosentrasi menyempit.
- Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien,
pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien.
Karakteristik :
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan,
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut
berakhir ( Psikotik ).
Perilaku yang teramati:
- Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
- Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala
fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat
ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
- Perilaku menyerang - teror seperti panik.
- Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
- Amuk, agitasi dan menarik diri.
- Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
- Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

4. Rentang Respon Neurobiologis


Rentang respon neurobiologis (Feri & Kusuma, 2020).
Tabel 2.1
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran terkadang Kelainan pikiran


menyimpang

Persepsi akurat Ilusinasi Halusinasi

Emosi konsisten Emosional berlebihan/ Tidak mampu


dengan pengalaman mengontrol emosi
kurang

Perilaku sosial Perilaku Ganjil Ketidakteraturan

Hubungan sosial Menarik Diri Isolasi sosial

1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah suatu respon dimana respon tersebut dapat
diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata
laindalam batas normal individu tersebut jika menghadapi suatu
masalah akan dapat menyelesaikan masalah tersebut, respon adaptif
meliputi:
a. Pikiran logis adalah pikiran yang merujuk pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang benar terkait kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang muncul
dari pengalaman.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas wajar.
e. Hubungan sosial adalah suatu proses interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
2) Respon Psikososial
Respon psikosial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang
lain.
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah suatu respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, respon maladaptive meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan keyakinan tersebut
cenderungbertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang tidak benar atau
persepsi eksternal yang tidak nyata atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang muncul
dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan
yang negatif mengancam (Pendengaran & Purba, n.d.)

5. Proses Terjadinya Halusinasi


Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang halusinasi Marilah kita
belajar mengenai proses terjadinya halusinasi. Proses terjadinya
halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress adaptasi
Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi,
a. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
1) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).
2) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya
kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebahagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan
sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat
penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak,
pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang
rendah serta pernahmmengalami kegagalan dalam hubungan
sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi
ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau
kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga,
atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup, kemiskinan,
adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang
sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar masyarakat.
6. Mekanisme Koping
Menurut Muhith (2015) mekanisme koping yang sering digunakan klien
dengan halusinasi meliputi:
1) Regresi : Klien menjadi malas beraktifitas sehari-hari dan tidak mau
berkerja.
2) Proyeksi : Klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
3) Menarik diri : klien sulit mempercayai orang lain dan senang dengan
stimulus internalnya.
4) Keluarga mengingkari atau tidak menanggapi masalah yang terjadi
pada klien.

7. Sumber Koping
Sumber koping dapat mempengaruhi seseorang ketika merespon atau
menanggapi stress (Prabowo, 2014).
1) Personal ability: klien tidak mampu memecahkan masalah, terdapat
gangguan dari aktifitas fisik, klien tidak mampu berhubungan dengan
orang lain, klien tidak mengetahui penyakitnya, dan emosi yang tidak
adekuat.
2) Sosial support : hubungan klien dengan keluarga, teman, masyarakat
tidak elok, komitmen dengan jaringan sosial kurang elok.
3) Material asset : Klien tidak mampu mengelola keuangan, misalnya
boros atau pelit, tidak mampu mengelola uang untuk berobat, tidak
memiliki tabungan, tidak memiliki kekayaan/ kemiskinan, dan tidak
mampu mengatasi masalah keuangan.
4) Berfikir positif : kurangnya spiritual, klien tidak memiliki motivasi,
penilaian yang tidak baik terhadap pelayanan kesehatan, dan tidak
menganggap adanya suatu gangguan.

8. Pohon Masalah

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Sensori Persepsi:


Halusinasi

Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah

Sumber: (Satrio et al., 2015)

9. Diagnosa Keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnosis
keperawatan yang dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala gangguan
sensori persepsi : halusinasi yang ditemukan. Data hasil observasi dan
wawancara dilanjutkan dengan menetapkan diagnosis keperawatan. Bagan
dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan rumusan masalah

No Data Masalah keperawatan

1 a. Data Objektif : Halusinasi


1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke posisi
tertentu.
4) Menutup telinga
b. Data Subjektif :
1) Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu
4) yang berbahaya
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala
gangguan sensori persepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan yang
ditegakkan adalah:

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

Pohon masalah

Masalah utama Gangguan Sensori


Persepsi Halusinasi

Penebab isolasi sosial

10. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien
halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN


SENSORI PERSEPSI HALUSINASI
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan asuhan
keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan
observasi pada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala gangguan
sensori persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara,
melalui pertanyaan sebagai berikut
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti
bercakap-cakap sendiri apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang menakutkan.
c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak
mengenakkan?
f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat
bayangan tersebut?.
g. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat bayang-
bayang?
i. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat
bayangan tersebut?
j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan
melihat bayangan tersebut?

Tanda dan gejala halusinasi yang dapat ditemukan melalui observasi


sebagai berikut:

a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri


b. Marah-marah tanpa sebab
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau
menutup telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah
i. Muntah
j. Menggaruk permukaan kulit.

2. Diagnosa Tindakan Keperawatan.


Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan
diagnosis keperawatan yang dirumuskan berdasarkan tAnda dan gejala
gangguan sensori persepsi : halusinasi yang ditemukan.Data hasil
observasi dan wawancara dilanjutkan dengan menetapkan diagnosis
keperawatan. Bagan dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan
rumusan masalah
Table Analisa Data

No Data Masalah keperawatan


1 Data Objektif: Halusinasi
 Bicara atau tertawa sendiri
 Marah-marah tanpa sebab
 Mengarabkan posisi telingha keposisi
tertentu
 Menutup telinga
Data Subjektif
 Mendengar suara-suara atau kegaduhan
 Mendengar suara yang mengajak bercakap-
cakap
 Mendengar suara menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya

Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tAnda dan gejala


gangguan sensori persepsi : halusinasi, maka diagnosis keperawatan
yang ditegakkan adalah:

Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi


Langkah selanjutnya setelah Andamampu membuat analisa serta
rumusan masalah, Anda dapat membuat pohon masalah. Berikut
ditampilkan contoh bagan pohon masalah, tentunya Anda diharapkan
dapat menentukan pengelompokkan masalah sehingga dapat
ditentukan penyebab, masalah utama dan efek dari masalah utama.
Gambar dibawah ini merupakan contoh pohon masalah untuk
gangguan sensori persepsi halusinasi :
Pohon Masalah
Efek/Akibat risiko perilaku kekerasan

Masalah utama
Penyebab Isolasi Sosial

3. Intervensi Halusinasi

Pertemuan Pasien Keluarga


1. 1. Identifikasi halusinasi: isi, 1. Diskusikan masalah yg
frekuensi, waktu terjadi, dirasakan dalam merawat pasien
situasi pencetus, perasaan, 2. Jelaskan pengertian, tanda dan
respon gejala, dan proses terjadinya
2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi (gunakan booklet)
halusinasi: hardik, obat, 3. Jelaskan cara merawat
bercakap-cakap, melakukan halusinansi
kegiatan 4. Latih cara merawat halusinasi:
3. Latih cara mengontrol hardik
halusinasi dg menghardik Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukkan pada jadual jadual dan memberi pujian
kegiatan untuk latihan
menghardik

2. 1. Evaluasi kegiatan 1. Evaluasi kegiatan keluarga


menghardik. Beri pujian dalam merawat/melatih pasien
2. Latih cara mengontol menghardik. Beri pujian
halusinansi dengan obat 2. Jelaskan 6 benar cara
( jelaskan 6 benar: jenis, memberikan obat
guna, dosis, frekuensi, cara, 3. Latih cara memberikan/
kontinuitas minum obat) membimbing minum obat
Masukkan pada jadual Anjurkan membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan jadual dan memberi pujian
menghardik dan minum obat
3. 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
menghardik & obat. Beri dalam merawat/ melatih pasien
pujian menghardik dan memberikan
2. Latih cara mengontrol obat. Beri pujian
halusinansi dg bercakap- 2. Jelaskan cara bercakap-cakap
cakap saat terjadi halusinasi dan melakukan kegiatan untuk
Masukkan pada jadual mengontrol halusinasi
kegiatan untuk latihan 3. Latih dan sediakan waktu
menghardik, minum obat dan bercakap-cakap dengan pasien
bercakap-cakap terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadual dan memberikan
pujian

4. 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga


menghardik & obat & dalam merawat/ melatih pasien
bercakap-cakap. Beri pujian menghardik, memberikan obat
2. Latih cara mengontrol & bercakap-cakap, beri pujian
halusinasi dg melakukan 2. Jelaskan follow up ke
kegiatan harian (mulai 2 RSJ/PKM, tanda kambuh ,
kegiatan) rujukan
Masukkan pada jadual Anjurkan membantu pasien sesuai
kegiatan untuk latihan jadual dan memberikan pujian
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian
5. 1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, berbicara saat dalam merawat/ melatih pasien
melakukan harian dan berkenalan, berbicara saat
sosialisai. Beri pujian melakukan kegiatan harian/ RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja & kegiatan lain &
3. Nilai kemampuan yang follow up. Beri pujian
telah mandiri Nilai kemampuan keluarga
Nilai apakah isolasi sosial melakukan kontrol ke RSJ/PKM
teratasi

4. Evaluasi Kemampuan Pasien dan Keluarga


Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah di lakukan
untuk pasien gangguan sensori persepsi halusinasi adalah sebagai
berikut
a. Pasien mampu:
1) Mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
2) Menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang dialami.
3) Menjelaskan situasi yang mencetuskan halusinasi
4) Menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi
5) Menerapkan 4 cara mengontrol halusinasi:
a) Menghardik halusinasi
b) Mematuhi program pengobatan
c) Bercakap dengan orang lain di sekitarnya bila timbul
halusinasi
d) Menyusun jadwal kegiatan dari bangun tidur di pagi hari
sampai mau tidur pada malam hari selama 7 hari dalam
seminggu dan melaksanakan jadwal tersebut secara mandiri
6) Menilai manfaat cara mengontrol halusinasi dalam
mengendalikan halusinasi
b. Keluarga mampu:
1. Menjelaskan halusinasi yang dialami oleh pasien
2. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi melalui empat
cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum
obat,cakap-cakap dan melakukan aktifitas di rumah
3. Mendemonstrasikan cara merawat pasien halusinasi
4. Menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah pasien
5. Menilai dan melaporkan keberhasilannnya merawat pasien
DAFTAR PUSTAKA

Pendengaran, M. H., & Purba, Y. O. (n.d.). Studi Kasus: Asuhan Keperawatan


Jiwa Pada Tn. S Dengan.

Kusumo Satrio. (2015).Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Pusat Penelitian Dan


Penerbitan LP2M Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung

Mislika, M. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. N Dengan


Halusinasi Pendengaran.

Muhith, A. (2015). Pendidikan keperawatan jiwa: Teori dan aplikasi. Penerbit


Andi.

Anda mungkin juga menyukai