HALUSINASI
Nim : 2019205201002
FAKULTAS KESEHATAN
LAMPUNG
2021
1. Pengertian
2. Jenis-jenis Halusinasi
Menurut (Pardede,2021), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan mendengar
suara, terutama suara –suara orang, biasanya klien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya
dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik,
gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan adanya bau
busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau
feses.Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan
dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan adanya rasa
sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan merasakan
sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa
seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu ditandai dengan merasakan
fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri,
makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinesthetic
Karakteristik pada halusinasi ini yaitu merasakan pergerakan
sementara berdiri tanpa bergerak (Mislika, 2021)
3. Tahapan Halusinasi;
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut
a. Tahap I :
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.
Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik :
Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah
dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien
mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya
dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
- Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
- Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
- Respon verbal yang lambat
- Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II :
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas
tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
Pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan
menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa
kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena
pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non
psikotik).
Perilaku yang teramati :
- Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan
timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan
pernafasan.
- Kemampuan kosentrasi menyempit.
- Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III :
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien,
pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien.
Karakteristik :
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan,
individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut
berakhir ( Psikotik ).
Perilaku yang teramati:
- Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
- Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
- Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala
fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat
ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti
perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
- Perilaku menyerang - teror seperti panik.
- Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
- Amuk, agitasi dan menarik diri.
- Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
- Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
1) Respon Adaptif
Respon adaptif adalah suatu respon dimana respon tersebut dapat
diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata
laindalam batas normal individu tersebut jika menghadapi suatu
masalah akan dapat menyelesaikan masalah tersebut, respon adaptif
meliputi:
a. Pikiran logis adalah pikiran yang merujuk pada kenyataan.
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang benar terkait kenyataan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang muncul
dari pengalaman.
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas wajar.
e. Hubungan sosial adalah suatu proses interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
2) Respon Psikososial
Respon psikosial meliputi:
a. Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
b. Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas
kewajaran.
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindar interaksi dengan
orang
lain.
3) Respon Maladaptif
Respon maladaptif adalah suatu respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, respon maladaptive meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan keyakinan tersebut
cenderungbertentangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang tidak benar atau
persepsi eksternal yang tidak nyata atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang muncul
dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak
teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan
yang negatif mengancam (Pendengaran & Purba, n.d.)
7. Sumber Koping
Sumber koping dapat mempengaruhi seseorang ketika merespon atau
menanggapi stress (Prabowo, 2014).
1) Personal ability: klien tidak mampu memecahkan masalah, terdapat
gangguan dari aktifitas fisik, klien tidak mampu berhubungan dengan
orang lain, klien tidak mengetahui penyakitnya, dan emosi yang tidak
adekuat.
2) Sosial support : hubungan klien dengan keluarga, teman, masyarakat
tidak elok, komitmen dengan jaringan sosial kurang elok.
3) Material asset : Klien tidak mampu mengelola keuangan, misalnya
boros atau pelit, tidak mampu mengelola uang untuk berobat, tidak
memiliki tabungan, tidak memiliki kekayaan/ kemiskinan, dan tidak
mampu mengatasi masalah keuangan.
4) Berfikir positif : kurangnya spiritual, klien tidak memiliki motivasi,
penilaian yang tidak baik terhadap pelayanan kesehatan, dan tidak
menganggap adanya suatu gangguan.
8. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
9. Diagnosa Keperawatan
Langkah kedua dalam asuhan keperawatan adalah menetapkan diagnosis
keperawatan yang dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala gangguan
sensori persepsi : halusinasi yang ditemukan. Data hasil observasi dan
wawancara dilanjutkan dengan menetapkan diagnosis keperawatan. Bagan
dibawah ini merupakan contoh: Analisa data dan rumusan masalah
Pohon masalah
Masalah utama
Penyebab Isolasi Sosial
3. Intervensi Halusinasi