Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gaya hidup modern yang semakin hari semakin bertambah menuntut
siapa saja untuk mengikuti pola-pola aktivitas dan konsumsi produk modern.
Gaya hidup yang berubah ini terlebih pada pola konsumsi masyarakat. Perubahan
ini di samping membawa dampak baik ternyata juga membawa dampak buruk
yang harus dikendalikan. Dampak buruk yang timbul di antaranya terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit tidak menular. Salah satu penyakit tidak
menular yang erat kaitannya dengan pola konsumsi yaitu penyakit diabetes
mellitus (Sutanto, 2010: 152).
Penyakit diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme yang merupakan
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan
kadar glukosa darah di atas nilai normal. Penyakit ini disebabkan gangguan
metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara absolut maupun
relatif. Ada 2 tipe diabetes melitus yaitu diabetes tipe I/diabetes juvenile yaitu
diabetes yang umumnya didapat sejak masa kanak-kanak dan diabetes tipe II
yaitu diabetes yang didapat setelah dewasa (Riskesdas, 2013).
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit diabetes yang paling banyak
ditemukan dari keseluruhan kasus diabetes yaitu sekitar 90-95 persen dari total
populasi penderita diabetes (Nabyl, 2012:20). Penyakit ini adalah hasil penolakan
dari insulin di mana sel-sel tubuh gagal untuk menggunakan insulin di samping
terkadang dikombinasikan dengan kurangnya jumlah insulin relatif. Banyak
orang yang berpotensi terkena diabetes tipe 2 secara bertahun-tahun dalam
keadaan pra-diabetes namun tidak mengetahuinya (Sutanto, 2010:152).
Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang
muncul dalam kurun waktu yang lama. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan.

1
2

Penyakit yang biasa disebut kencing manis ini tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi akan sangat berbahaya jika tidak segera diatasi dan tidak
diterapkan pengaturan diet yang tepat (Nabyl, 2012:3). Menurut Tandra (2017),
diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes. Itu artinya
ada 1 orang per 10 detik yang meninggal karena penyakit ini.
Perhatian terhadap penyakit diabetes mellitus makin hari makin
meningkat, karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Menurut data WHO yang diperbarui per Juli 2016, sebagaimana
yang dikemukakan oleh K. Safira dalam buku Buku Pintar Diabetes (Safira,
2018:1) bahwa jumlah penderita diabetes pada tahun 2014 adalah sebanyak 244
juta orang. Jumlah tersebut kira-kira empat kali lipat dari jumlah penderita yang
terdata pada tahun 1980, atau 108 juta orang. WHO juga mengestimasikan bahwa
kasus kematian yang diakibatkan oleh diabetes pada tahun 2015 adalah sebesar
1,6 juta, sementara 2,2 juta kasus kematian pada tahun 2012 berkaitan dengan
tingginya kadar glukosa darah.
Peningkatan jumlah penderita diabetes juga dikemukakan oleh Tandra
(2017), yang mengatakan bahwa di tahun 2017 sudah ada 230 juta penduduk di
dunia yang menderita diabetes. Angka ini akan terus naik sebesar 7 juta kasus per
tahun yang apabila demikian maka diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 350
juta orang yang mengalami diabetes.
Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam
jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 14
juta penderita diabetes di Indonesia, di mana baru 50 persen dari total penderita
yang telah menyadari dirinya mengidap penyakit ini dan hanya 30 persen di
antaranya yang telah menjalani pengobatan secara teratur (Nabyl, 2012:3).
Sedangkan menurut data International Diabetes Federation (IDF), di
Indonesia terdapat 10 juta kasus diabetes yang diderita oleh penduduk dewasa
dari total populasi sebanyak 161.572.000 penduduk. Sementara itu, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan prevalensi penderita diabetes
3

penduduk di atas 15 tahun adalah 1,5-2,3 persen di mana prevalensi daerah


perkotaan lebih tinggi dari daerah pedesaan.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2018
menunjukkan hasil proporsi penderita diabetes di Indonesia pada penduduk ≥15
tahun dengan diabetes mellitus adalah 8,5 persen. Prevalensi diabetes mellitus ini
berdasarkan diagnosis dokter mengalami peningkatan di mana sebelumnya
tercatat sebanyak 6,9 persen di tahun 2013 (Kemenkes, 2018).
Sedangkan menurut data Riskesdas Provinsi Lampung tahun 2013 jumlah
penderita diabetes mellitus yang terdiagnosis dokter sebesar 0,7 persen.
Prevalensi penderita diabetes mellitus di Kota Bandar Lampung berada di posisi
kelima terbanyak dengan jumlah 0,8 persen. Sementara jumlah penderita di
Lampung yang terdiagnosis dan yang tidak terdiagnosis tetapi selama sebulan
terakhir mengalami gejala-gejala diabetes mellitus berjumlah lebih besar yaitu
0,8 persen dengan prevalensi di Kota Bandar Lampung sebesar 0,8 persen
(Kemenkes, 2013).
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek adalah rumah sakit yang berada di Provinsi
Lampung. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit rujukan tertinggi dari
berbagai daerah di Provinsi Lampung. Berdasarkan data rekam medik pada tahun
2018, jumlah pasien diabetes mellitus di ruang penyakit dalam RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek pada tahun 2018 adalah 543 pasien yang terdiri dari 64 pasien
diabetes tipe 1 dan 479 pasien diabetes tipe 2. Jumlah ini mengalami kenaikan di
mana pada tahun 2017 berjumlah 349 pasien yang terdiri dari 43 pasien diabetes
tipe 1 dan 306 pasien diabetes tipe 2 (Rekam Medik RSUDAM, 2018).
Pasien diabetes mellitus tipe 2 umumnya lebih banyak menjalani terapi
rawat jalan baik itu di puskesmas maupun rumah sakit. Pasien rawat jalan ini
lebih berisiko untuk melakukan diet yang salah daripada pasien yang dirawat di
rumah sakit. Perilaku dan pengetahuan dari pasien lah yang melatarbelakangi
kesalahan dari pasien itu sendiri. Untuk itu perlu dilakukan kajian untuk
mengetahui perilaku dan pengetahuan pasien sehingga dapat menjadi gambaran
tentang diet yang dilakukan oleh pasien. Sehubungan dengan gambaran
4

pengetahuan dan perilaku pasien ketika menjalani terapi rawat jalan, maka
beberapa variabel yang peneliti ingin cari tahu yaitu variabel tingkat
pengetahuan, pola makan, dan asupan serat.
WHO memastikan peningkatan penderita DM tipe 2 paling banyak akan
terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah
penderita DM tipe 2 sebagian karena kurangnya pengetahuan tentang
pengelolaan DM. Pengetahuan pasien tentang pengelolaan DM sangat penting
untuk mengontrol kadar glukosa darah. Penderita DM yang mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang diabetes, kemudian selanjutnya mengubah
perilakunya, akan dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat
hidup lebih lama (Perdana; Ichsan; Rosyidah, 2013). Penelitian yang dilakukan
oleh Perdana, Ichsan, dan Rosyidah (2013) yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengendalian kadar
glukosa darah pasien DM tipe 2 di RSU PKU Muhammadiyah Surakarta
menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
pengendalian kadar glukosa darah pasien.
Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan
penyakit lanjut usia atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.
Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda. Hal ini
dikarenakan penyebab dari penyakit diabetes mellitus saat ini kebanyakan terjadi
karena pola makan yang buruk (Shanty, 2011:23). Penelitian yang dilakukan oleh
Sumangkut, Supit, dan Onibala (2015), yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan pola makan terhadap kejadian diabetes mellitus di RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan
kejadian diabetes tipe 2.
Pentingnya asupan serat (dalam jumlah yang cukup) bagi kesehatan telah
ditunjukkan melalui efek fisiologis dari masing-masing jenis serat tersebut. Serat
kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus berpengaruh memperlambat
penyerapan karbohidrat sehingga dapat membantu dalam mengontrol kadar gula
darah pasien (Tala, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Muliani (2013)
5

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat-zat gizi terhadap


kadar gula darah penderita diabetes mellitus. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ada hubungan asupan serat dengan kadar gula darah pasien.
Meskipun demikian, masih terdapat 68,4 persen dari total sampel yang
diteliti dengan asupan serat yang kurang dari seharusnya.
Berdasarkan uraian dan data di atas serta mengingat pengaruh variabel-
variabel yang diteliti terhadap diabetes mellitus, maka penulis berkeinginan
untuk meneliti tingkat pengetahuan, pola makan, dan asupan serat penderita
diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2019.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian
ini yaitu “Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku gizi pasien
diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2019”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku gizi pasien
diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus tipe 2
rawat jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun
2019.
b. Diketahui gambaran pola makan pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat
jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019.
c. Diketahui gambaran asupan serat pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat
jalan di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019.
6

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat menjadi sebuah produk
akhir yang baik dari mahasiswa dalam upaya pemenuhan salah satu syarat
agar dapat lulus dari jurusan gizi Poltekkes Tanjungkarang.
2. Manfaat bagi lokasi penelitian
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
sehingga bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
3. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan
referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga akan menghasilkan suatu
penelitian tentang diabetes mellitus yang lebih sempurna.
4. Manfaat bagi masyarakat umum
Diharapkan melalui hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan pembaca dalam memahami tentang pentingnya upaya
penanggulangan penyakit diabetes mellitus sehingga akan meningkatkan
kesadaran pembaca untuk hidup sehat.

E. Ruang lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan,
pola makan, dan asupan serat pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2019. Penelitian ini merupakan
jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang
dilakukan pada populasi penderita diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Ada pun variabel dari penelitian ini yaitu variabel tingkat pengetahuan, pola
makan, dan asupan serat.

Anda mungkin juga menyukai