Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“Promosi Kesehatan Kesiapan Psikis Terhadap Individu


dan Masyarakat”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Dewanti Suliadari (21120013)

Diah Agustina (21120014)

Fina Winata (21120019)

Gallin Jeafril Fegilda Sandier (21120020)

Pradita Agustriani Putri (21120033)

Putri Anggraeni (21120034)

Ranti Sapitri (21120037)

Rara Arta Anjelina Putri (21120038)

PROGRAM STUDI ILMUKEPERAWATAN


FAKUULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2023

İ
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul: ”Promosi Kesehatan Kesiapan Psikis Terhadap Individu dan Masyarakat”.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, berkat
bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka
terselesailah makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, kami dengan
rendah hati menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan makalah ini. Kami juga berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Palembang, 13 Desember 2023

Penulis

İ
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................... 1
A.Latar Belakang..................................................................................................................................2
B.Tujuan............................................................................................................................................. 2
1. Tujuan Umum........................................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus.......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................... 3
A. Promosi kesehatan.............................................................................................................................5
B. Pendidikan Rencana......................................................................................................................... 5
C. Promosi kesehatan dalam kondisi darurat........................................................................................4
D. Kegiatan Promosi kesehatan Saat rencana....................................................................................;
E. Faktor ―faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan.................................................................. 9
G. Komunikasi Informasi Kesehatan.................................................................................................. 9
K. Peran Perawat Dalam Manajemen rencana................................................................................... 12
BAB III PENUTUP............................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan..................................................................................................................................1;
E. Saran............................................................................................................................................ 1;
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................... 18

İİİ
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia banyak mengalami bencana. Karena Indonesia
dikelilingi oleh 3 lempengan tetonik yaitu lempengan Pasifik, lempengan Eurasia, dan lempangan
Hindia-Australia. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rawan aterhadap gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api dan beberapa jenis bencana tektonik lainnya. Potensi bencana alam dengan
frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah bencana hidrometerologi, yaitu banjir, longsor,
kekeringan, puting beliung dan gelombang pasang. Frekuensi bencana hidrometeorologi di
Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir.. Bencana ini mengancam seluruh wilayah
indonesia dalam skala kecil maupun besar (Kemenkes, 2018).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan tatanan sosial.
Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, potensial terjadi
diskriminasi, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan
menyebabkan masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan lanjut
usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan kesehatan dan pangan
menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya
jumlah orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak terurus karena
ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan penularan penyakit
meningkat. Sehubungan dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan promosi kesehatan pada saat
bencana. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai pendidikan kesehatan saat bencana
Setiap bencana pasti meninggalkan duka dan luka. Terbayang penderitaan yang dialami
masyarakat Jepang, khususnya di daerah bencana (Sendai, Fukushima, dan sekitarnya), bencana
gempa bumi dan tsunami yang menelan korban lebih dari 10.000 jiwa ini tentunya akan membawa
perasaan pilu yang mendalam bagi seluruh keluarganya. Demikian pula kejadian gempa bumi dan
tsunami yang terjadi di Aceh 6 tahun yang lalu yang menelan korban sekitar 200.000 jiwa. Tidak
hanya itu, selain kehilangan sanak saudara, para korban gempa juga kehilangan tempat tinggal.
Bangunan rumah mereka hancur, dan rata dengan tanah.
Akibat dari bencana tersebut akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat paska
bencana, sebagai akibat perubahan yang terjadi dalam hidup mereka yang terjadi secara drastis dan
tiba–tiba, dan pada akhirnya menimbulkan kelainan atau gangguan pada mental atau gangguan
kejiwaan sebagai buntut bencana.
Pada fase awal bencana, akan membuat para korban menjadi khawatir dan bahkan mungkin
menjadi panik. Kepanikan itu berupa, seseorang akan merasa sangat down, shock, karena
kehilangan harta benda dan sanak saudara. Demikian pula, mereka akan merasakan berbagai
macam emosi seperti ketakutan, kehilangan orang dan benda yang dicintainya, serta
membandingkan keadaan tersebut dengan kondisi sebelum bencana, mereka kembali mengingat

2
harta benda yang telah hilang atau rusak sekaligus merasakan kesedihan yang mendalam.
Hingga pada akhirnya merasa kecewa, frustasi, marah, dan merasakan pahitnya hidup.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan bencana
2. bagaimana promosi Kesehatan dalam kondisi darurat
3. apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan
4. bagaimana komunikasi informasi kesehatan
5. bagaimana peran perawat dalam manajemen bencana
6. bagaimana peran perawat dan aktivitas psikososial dalam menanggulangi dampak
psikososial

C. Tujuan

a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana promosi kesehatan dalam keadaan darurat bencana
b. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan Promosi Kesehatan, pendidikan kesehatan dan bencana
2. Mengetahui Promosi kesehatan dalam kondisi darurat
3. Mengetahui Kegiatan Promosi Kesehatan Saat Bencana
4. Mengetahui Faktor ―faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan
5. Mengetahui Komunikasi Informasi Kesehatan
6. Mengetahui Peran Perawat Dalam Managemen Bencana
7. Mengetahui peran perawat dan aktivitas psikososial dalam menanggulangi dampak
psikososial

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
pembaca dan mengetahui tindakan yang tepat mengenai Promosi kesehatan kesiapan psikis pada
individu dan masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan


1. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dan pendidikan kesehatan pada masa yang lalu, di
mana dalam konsep promosi kesehatan tidak hanya merupakan proses penyadaran masyarakat
dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga
sebagai upaya yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun
dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang diharapkan dalam kegiatan
promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-nonfisik, sosial-budaya, ekonomi dan politik.
Promosi kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan, organisasi,
kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan (Mubarak dkk., 2007).
Promosi kesehatan juga merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri. Serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didudkung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dalam konteks manajemen bencana, promosi kesehatan melibatkan bekerja dengan
orang-orang untuk mencegah, mempersiapkan, dan menanggapi bencana sehingga dapat
mengurangi risiko, meningkatkan ketahanan dan mengurangi dampak bencana pada kesehatan.
Partisipasi masyarakat adalah dasar dari promosi kesehatan yang sukses.

2. Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi


orang lain secara individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka mau melakukan apa
yang diharapkan oleh pelaku pendidik. Kesehatan adalah suatu keadaan sehat secara fisik,
metal, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (Notoadmojo, 2012).

3. Pendidikan Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu


kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Pendidikan bencana adalah merupakan proses pembelajaran melalui penyediaan informasi,
pengetahuan, dan kewaspadaan terhadap peserta didik guna membentuk kesiapan bencana di
level individu dan komunitas. Melalui pendidikan bencana, peserta didik didorong untuk
mengetahui resiko bencana, mengumpulkan informasi terkait mitigasi bencana, dan
menerapkannya pada situasi bencana (Shiwaku et al., 2007)

B. Promosi kesehatan dalam kondisi darurat

Promosi kesehatan dalam keadaan darurat seperti bencana di haruskan untuk


meningkatkan pemahaman keluarga dan masyarakat untuk melakukan PHBS di pengungsian,

<<
yaitu:
a. ASI terus diberikan pada bayi
b. Biasakan mencuci tangan pakai sabun
c. Menggunakan air bersih
d. Buang air kecil dan besar di jamban
e. Buang sampah pada tempatnya
f. Makan makanan bergizi
g. Tidak merokok
h. Memanfaatkan layanan kesehatan
i. Mengelola stress
j. Melindungi anak
k. Bermain sambil belajar (Kemenkes, 2018)

Manfaat melakukan PHBS dalam kedaruratan


a. Tiap orang dapat menjaga kesehatannya
b. Masyarakat mampu mengupayakan agar lingkungan tetapsehat
c. Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yangada
d. Anak dapat terlindungi dari kekerasan dan stres.
e. Setiap ada masalah dapatdiatasi segera
f. Triase (pemilahan) antara pasien rentan dan pasien umum

Dalam berbagai kegiatan penanganan bencana seringkali kegiatan promosi kesehatan


tidak secara langsung dilakukan tetapi merupakan komponen yang melakat dari program
tertentu. Seringkali pula komponen promosi yang seharusnya ada dalam beberapa program
mengabaikan untuk menerapkan promosi sehingga menurunkan kemungkinan dalam
mengurangi permasalahan dalam menyiapkan kelompok rawan jika terjadi bencana,
menurunkan dampak bagi korban terkena dampak. Yang seringkali terjadi, dari pengalaman di
berbagai kondisi bencana di Indonesia, bahwa berbagai agensi (Institusi, NGO, INGO's,
Swasta dll) secara sadar maupun tidak telah mengimplementasikan promosi dalam program
yang dilaksanakannya. Dari pengalaman di Aceh, Nias, Maluku dan lain sebagainya promosi
kesehatan seringkali ditempatkan sebagai kompoenen dari kegiatan lain.

Namun dari pengalaman di Yogyakarta, muncul inisiasi untuk menempatkan


promosi kesehatan dalam kelompok kerja tersendiri yang

pada awalnya dilatarbelakangi oleh pandangan belum terkoordinsai dengan baiknya proses
promosi khususnya terhadap isu-isu utama yang muncul pada saat itu.Pada tahap ini promosi
kesehatan sangat memainkan peran penting dengan melakukan intervensi guna memodifiksai
kesiapan (preparedness) komunitas terancam untuk menghadapi bencana. Upaya pencegahan
yang mungkin lebih tepat promosi, dilakukan untuk mengurangi resiko akibat bencana
dan dampak sesudahnya pada komunitas

Dalam mengimplementasikan program promosi khususnya paska bencana, beberapa


hal akan menjadi sangat berbeda sehingga pengelompokan dalam setiap tahapan tersebut perlu
diperhatikan.
<<
1. Tahap emergensi respon

a) Kampanye massal seringkali merupakan jawaban paling sesuai dalam fase


emergensi akut ini dan dari pengalaman menunjukkan bahwa dalam periode ini
orang-orang lebih reseptif terhadap diseminasi pesan. Training pendukung
diperlukan baik bagi petugas lapangan, wakil masyarakat, komite komunitas dan
lain sebagainya untuk kampanye tersebut yang dengan diikuti kegiatan supervisi.
Dari pengalaman gempa di Yogyakarta, Nias dan beberapa tempat lain menunjukkan
bahwa, pelatihan sebagai pendukung kampanye seringkali tidak diperhitungkan
demikian halnya dengan supervisi.

b) Pada proses selanjunya yaitu transisi antara respon dengan rehabilitasi, aktifitas lebih
ditujukan terutama untuk mendukung mobilisasi tindakankolektif dan strategi
pengendalian dan ketika situasi semakin stabil akan ada kesempatan lebih banyak
untuk meningkatkan partisipasi komunitas baik dalam aktifitas implementasi
maupun pengkajian berkelanjutan. Seringkali diperlukan lebih banyak lagi fasilitator
pendamping komunitas dalam tahap ini

c) Diseminasi pesan sebaiknya dilakukan secara berulang dan diperkuat dengan


menggunakan alat bantu visual seperti poster dan leaflet sebagai pengganti interaksi
dan diskusi dalam masa emergensi. Diskusi kelompok, pertunjukan boneka,
permainan dan lagu-lagu diikuti dengan diskusi mungkin bisa lebih efektif daripada
kunjungan rumah.

2. Rehabiiltasi dan mitigasi

a) Ketika situasi stabil sekolah akan mulai berfungsi, kelompok agama mungkin
menjadi termobilisasi dan struktur pemerintah telah terlibat lagi dalam pemberian
pelayanan. Dalam kondisi ini akan lebih terbuka kemungkinan untuk bekerjasama
dengan semua struktur tersebut. Bekerja sama dengan komite komunitas tetap
dilanjutkan dan kelompok seharusnya mulai mencoba untuk membuat tujuan mereka
sendiri. Dari banyak aktifitas yang telah dilakukan pada beberapa bencana di
Indonesia, prosedur ini nampaknya masih sangat kurang mendapat perhatian baik
oleh agensi non pemerintah maupun pemerintah.
b) Kontak dengan dengan unit pelayanan kesehatan khususnya bagian medik untuk
meilhat perkembangan situasi kesehatan dan surveilance epidemiologi tetap
diperlukan. Hal ini penting sebagai cara untuk memonitor seberapa bagus kontribusi
program terhadap dampak perbaikan atau pencegahan resiko kesehatan akibat
bencana.

c) Pada tahap ini mungkin akan banyak ditemukan program-progrm promosi dari
berbagai agensi. Program atau intervensi oleh berbagai agensi dan pemerintah
mungkin tidak secara tegas adalah sebagai sebuah program promosi (misal
imunisasi), namun yang seringkali ditemukan bahwa program-program tersebut juga
mengandung komponen promosi. Program-program yang secara tegas menyebutkan
sebagai aktifitas promosi kemungkinkan juga akan bermunculan, meskipun dari
pengalaman di NAD, Nias, Yogyakarta belum optimal.

<<
C. Kegiatan Promosi Kesehatan Saat Bencana

Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan

a. Kajian dan analisis data yang meliputi :

1. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih, jamban, pos
kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit lapangan, dapur umum, sarana umun
seperti mushola, posko relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu KIE, tenaga
promkes/tenaga kesmas, kader, relawan dan lain sebagainya
2. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/ orangtua,
orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
3. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
4. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian

5. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang memiliki
kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
6. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif dan preventif
(Kemenkes, 2018).

Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada
diwilayah terdampak bencana.
c. Perencanaan

Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan kegiatan,
dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada (Kemenkes, 2018).
d. Implementasi kegiatan, yang mencakup :

1. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah setempat, NGOs, dan
mitra potensial lainnya untuk memetakan programdan kegiatan yang dapat
diintegrasikan /kolaborasikan.

2. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker

3. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi pesan kesehatan
Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia

1. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan berbagai pesan


kesehatan (PHBS di pengungsian)
2. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu Lansia di
pengungsian atau di tempat hunian sementara.
3. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah setempat.
4. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk menyebarluaskan informasi
kesehatan.
5. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi promosi
kesehatan paska bencana.
6. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui program CSR,
LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor agency
7. Monitoring dan evaluasi program (Kemenkes, 2018).

e. Sasaran promosi kesehatan adalah :


<<
1. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu, masyarakat
termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

2. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

3. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

4. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

5. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

6. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

7. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

8. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

9. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal. Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu,
masyarakat termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan

10. pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan,


dengan bekal tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik
dan maksimal.elawan

11. Petugas kesehatan

12. Tokoh masyarakat dan agama


13. Guru
<<
14. Lintas sektor

15. Kader

16. Kelompok rentan, ibu hamil anak-anak, lansia

17. Masyarakat

18. Organisasi masyarakat

19. Dunia usaha

D. Faktor ―faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar promosi kesehatan dapat mencapai sasaran
(Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang
diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin
mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi

Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima
informasi baru.

c. Adat Istiadat

Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang
tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat

Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang- orang yang sudah
mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat

Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk


menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.
E. Komunikasi Informasi Kesehatan

Komunikasi informasi kesehatan akan efektif ketika metode, pendekatan dan material
yang digunakannya beragam.
1. Kontak orang per orang

a. Pendengar bisa kita temukan di klinik, klinik bersalin, pusat distribusi makanan, titik
pengumpulan air, dan lain sebagainya. Disini Petugas kesehatan dan sukarelawan terlatih
bisa memberikan promosi. Dalam periode non emergensi, klinik kesehatan, sekolah dan
tempat kerja memberikan bentuk audien yang hampir sama. Pertemuan bisa dilakukan
untuk kelompok khusus, atau individu yang dipilih yang dikumpulkan bersama dalam
FGD pada satu topik spesifik dan atau kunjungan keluarga. Pengaruh kelompok lokal
yang ada atau organisasi sosial yang ada sangat berguna dalam meningkatkan dampak

<<
b. informasi

c. Pendekatan langsung khususnya jika menggunakan bentuk interaksi antara petugas dan
individu-individu, akan lebih efektif jika mengambil isu spesifik dan mendorong
perubahan perilaku secara khusus dan dalam menguji bahwa pesan yang relevan
d. Aktifitas yang sesuai misalnya diskusi interpersonal atau kelompok kecil, demonstrasi,
cerita, role play, studi kasus dan permainan mendidik (khususnya dalam situasi non
emergensi)
2. Penyuluhan dan pelatihan

a. Bantuan pengajaran yang sesuai termasuk didalamnya adalah media cetak, poster, film,
slide, video dan flip chart. Ini akan berguna untuk menyalurkan informasi dan sebagai
pendukung pembicara, tetapi harus diperkuat interaksi dan kontak personal dengan target
audien.
3. Komunikasi massal

a. Radio, audio kaset, televise, video, koran, permainan, pertunjukan boneka, dan
megaphone, efektif dalam mengkomunikasikan informasi dengan cepat kepada orang
banyak dan mengarahkan perhatian terhadap permasalahan atau ide. Pesan yang relevan
dan dampak efektifitas dari apa yang dikomunikasikan, perlu untuk dievaluasi
b. Media massa ketika terjadi bencana mungkin mengalami kerusakan atau kekacauan.
Radio mungkin bisa beroperasi, dan dalam pengungsian jangka panjang sangat
memungkinkan untuk menbuat stasiun radio yang dekat dengan pengungsian untuk
melakukan siaran program secara rutin mengenai isu kesehatan.

Ketika memutuskan pesan dan metode komunikasi yang akan digunakan, penting untuk :

a. Menyusun kebutuhan yang relevan dengan aktifitas pendidikan kesehatan melalui


pengkajian (sebisa mungkin) partisipatif dan yang urgen
b. Perhatikan dalam kampanye bahwa mungkin para korban kebanayakan adalah buta
huruf; di dalam situasi ini, teknik pembelajaran partisipatif adalah yang paling sesuai
c. Pilih dan adaptasi metode yang sesuai dengan karakteristik dan interest kelompok target
khusus — muda/tua, laki/perempuan, anggota dari kelompok agama dll
d. Susun prosedur evaluasi efektifitas kampanye promosi kesehatan dengan memilih
indikator yang sesuai untuk mengukur perubahan dalam status kesehatan orang, perilaku
dan lingkungannya
e. Penguatan dari praktek kesehatan yang ada, yang menguntungkan dan mendorong korban
f. Pilih pesan yang positif, atraktif didasarkan pada apa yang orangorang telah ketahui, apa
yang mereka inginkan dan apa yang mereka biasa lihat
g. Libatkan orang-orang dalam produksi material pengajaran (ini bagian dari pendidikan dan
akan menjamin materi relevan dan cocok dengan budaya)
h. Gunakan secara efektif pemuda/anak-anak dalam pengajaran dan mobilisasi yang lain

<<
i. Hindari pesan yang mengimplikasikan bahwa orang-orang disalahkan atas dirinya dan
atau sakitnya anaknya ; pesan dan metode harus tidak menyalahkan

F. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
situasi bencana. Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek
keperawatan saja. Kemampuan tanggap bencana juga sangat dibutuhkan saat keadaan darurat. Hal
ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi
bencana. Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan medis
dalam keadaan normal lainnya.

Menurut Mursalin (2011), ada beberapa tindakan penting yang bisa dilakukan oleh perawat
dalam situasi tanggap bencana :
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan
kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum,
yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan.
Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga
kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat
atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama perawat
lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan
pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan

Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan, obat
obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di
lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan
dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di
butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat
kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam,
ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak
anak yang sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan
maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal
yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang
dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan
sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan

12
sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit.
Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan
keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa
bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehingga kepercayaan diri mereka
akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya
akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana.,
akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang
patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan
keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu
mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat
melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan
instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan
yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu adanya beberapa
hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya adalah, perawat harus memiliki
skill keperawatan yang baik, perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, perawat harus
memahami managemen siaga bencana. Adapun peran perawat dalam menagemen siaga
bencana adalah sebagai berikut :

a. Peran perawat dalam fase pre-impect

1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam


penanggulangan ancaman bencana.

2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,


palang merah nasional, maupun lembaga- lembaga pemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.

3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan kesiapan


masyarakat dalam mengahdapi bencana.

b. Peran perawat dalam fase impact

1) Bertindak cepat

2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan maksud


memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan

5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan dan
merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan
pertama.eran perawat dalam fase post impact
c. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban.
12
1) Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post traumatic
stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama,
gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacuhnya.
Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik. Selain itu, individu dengan PTSD
dapat mengalami penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.

2) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama
dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska gawat
darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan
aman.

G. Peran Perawat dan Aktivitas Psikososial Dalam Menanggulangi Dampak Psikososial


dan Aktivitas Psikososial Berdasarkan Tahap Bencana
1. Tahap Tanggap Darurat : Pasca dampak-langsung
- Menyediakan pelayanan intervensi krisis untuk pekerja bantuan, misalnya defusing dan
debriefing untuk mencegah secondary trauma
- Memberikan pertolongan emosional pertama (emotional first
aid), misalnya berbagai macam teknik relaksasi dan terapi praktis
- Berusahalah untuk menyatukan kembali keluarga dan masyarakat.
- Menghidupkan kembali aktivitas rutin bagi anak
- Menyediakan informasi, kenyamanan, dan bantuan praktis.
2. Tahap Pemulihan: Bulan pertama, Lanjutkan tahap tanggap darurat
- Mendidik profesional lokal, relawan, dan masyarakat sehubungan dengan efek trauma
- Melatih konselor bencana tambahan
- Memberikan bantuan praktis jangka pendek dan dukungan kepada penyintas
- Menghidupkan kembali aktivitas sosial dan ritual masyarakat
3. Tahap Pemulihan akhir: Bulan kedua, Lanjutkan tugas tanggap bencana.
- Memberikan pendidikan dan pelatihan masyarakat tentang reseliensi atau ketangguhan.
Aktivitas Psikososial Berdasarkan Kelompok Usia

1. Anak-anak
Dukungan psikososial dapat diberikan dalam berbagai
bentuk kegiatan dan program, namun perlu diingat bahwa segala bentuk interaksi dengan
anak berpotensi untuk memulihkan anak secara psikologis. Hal utama yang perlu
dilakukan adalah bersikap tenang saat bersama dengan anak-anak, karena reaksi orang
dewasa akan mempengaruhi reaksi anak. Mulailah membuat kegiatan yang teratur dan
rutin bagi anak. Kegiatan yang teratur adalah salah satu kebutuhan psikososial utama bagi
anak-anak. Anak-anak akan merasa aman jika segera melakukan aktivitas yang
sama/mirip dengn aktivitas rutin yang dilakukan sebelum bencana. Oleh karena itu
penting sekali, untuk segera menyelenggarakan sekolah darurat, mencari tempat yang
aman bagi anak-anak untuk bermain di sore hari, mengajak anak untuk mengaji di sore
hari (atau bible study untuk anak-anak Nasrani).

12
2. Remaja
a) Mengajaknya Sholat dan Zikir untuk relaksasi
b) Melakukan aktifitas sosial
c) Melakukan aktifitas olahraga
d) Melakukan aktifitas kesenian seperti menari, menyanyi,
main musik, drama, melukis, dan lain-lain
e) Menulis
f) Menonton film

3. Dewasa
a) Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama
b) Temani mereka
c) Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa
sendiri
d) Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia
menceritakan perasaannya tentang bencana yang
menimpa
e) Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan
yang cukup
f) Ajak korban melakukan aktifitas yang positif
g) Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari
h) Ajak bercanda dengan menggunakan humor ringan
i) Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar
j) Membantu menemukan sanak saudara yang masih
terpisah
k) Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga
menimbulkan harapan

4 . Wanita
Dalam memulihkan diri sendiri :
1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai
2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis
3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari pikiranpikiran
akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara berkelompok
4. Belajar Ketrampilan Baru
5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya

Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana


1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa, banjir,tsunami,
longsor dll) kepada anak dan keluarga
2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta memberikan
perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki masalah akibat bencana
dan peristiwa sulit
3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di sekolah maupun
di luar sekolah

12
4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka
dia bekerja untukmencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan
yang dimiliki.

Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas :


1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana yang tinggal
di sekitarnya.
2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas
3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal mengembangkan
usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa informasi lainnya.
4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kelompok
5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat
atau pertemuan penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.

5 Lansia
a) Berikan keyakinan yang positif
b) Dampingi pemulihan fisiknya dengan melakukan kunjungan berkala
c) Berikan perhatian yang khusus untuk mendapatkan kenyamanan pada lokasi
penampungan
d) Bantu untuk membangun kembali kontak dengan keluarga maupun lingkungan sosial
lainnya
e) Dampingi untuk menapatkan pengobatan dan bantuan keungan

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan sebuah proses untuk membuat individu atau
masyarakat mampu mengkontrol kesehatan dirinya dan meningkatkan kualitas kesehatan dirinya.

Dalam konteks manajemen bencana, promosi kesehatan

melibatkan bekerja dengan orang-orang untuk mencegah, mempersiapkan, dan menanggapi


bencana sehingga dapat mengurangi risiko, meningkatkan ketahanan dan mengurangi dampak
bencana pada kesehatan. Partisipasi masyarakat adalah dasar dari promosi kesehatan yang sukses

B. Saran

Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap individu, masyarakat


termasuk perawat,Sebagai perawat yang akan memberikan
pertolongan dalam penanaganan bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal
tersebut perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani S. 2011. ^ramasi Oesejatai. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Kementrian Kesehatan. 2018. Oemeitriai Oesejatai, Direotirat ^ramasi

Oesejatai @asyaraoat dai ^emeirdayaai @asyaraoat 8 ^ramasi


Oesejatai damam Feicaia. Jakarta.
Notoatmodjo S. 2012. ^ramasi Oesejatai dai ^erimaou Oesejatai. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sulistyowati, Lily. 2011. ^ramasi Oesejatai Di Daeraj Fermasamaj Oesejatai.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan

1;

Anda mungkin juga menyukai