Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH DISASTER NURSING

PROMOSI KESEHATAN SAAT BENCANA

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Hidayati (1811316024)
Lestari (1811316025)
Yunita (1811316026)
Minah Sari (1811316027)
T. Rahmadani (1811316028)
Betris Melda (1811316029)
Poppy Tia Andria (1811316030)
Maulana Ifdatul (1811316031)
Muhammad Roni (1811316032)
Ika Kemala Sari (1811316033)
Dwi Ayu Humaira (1811316034)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul: “Promosi Kesehatan saat Bencana”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kesalahan, berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak maka terselesailah makalah ini. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, tim
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan
rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.

Padang, 26 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................2
1. Tujuan Umum............................................................................................2
2. Tujuan Khusus...........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
A. Promosi Kesehatan.........................................................................................3
B. Pendidikan Bencana.......................................................................................3
C. Promosi kesehatan dalam kondisi darurat......................................................4
D. Kegiatan Promosi Kesehatan Saat Bencana...................................................7
E. Faktor –faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan.................................9
F. Komunikasi Informasi Kesehatan..................................................................9
G. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana................................................12
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
A. Kesimpulan...................................................................................................17
B. Saran.............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir Indonesia banyak mengalami bencana.
Karena Indonesia dikelilingi oleh 3 lempengan tetonik yaitu lempengan
Pasifik, lempengan Eurasia, dan lempangan Hindia-Australia. Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rawan aterhadap gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api dan beberapa jenis bencana tektonik lainnya. Potensi bencana alam
dengan frekuensi yang cukup tinggi lainnya adalah bencana hidrometerologi,
yaitu banjir, longsor, kekeringan, puting beliung dan gelombang pasang.
Frekuensi bencana hidrometeorologi di Indonesia terus meningkat dalam 10
tahun terakhir.. Bencana ini mengancam seluruh wilayah indonesia dalam
skala kecil maupun besar (Kemenkes, 2018).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Bencana dapat merusakkan kehidupan keluarga dan melumpuhkan
tatanan sosial. Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial
ekonomi rendah, potensial terjadi diskriminasi, kejahatan dan tindak
kekerasan lainnya. Selain hal tersebut bencana juga akan menyebabkan
masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan penyakit yang lainnya.
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi,
anak-anak dan lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses
terhadap pelayanan kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air
bersih sangat langka akibat terbatasnya persediaan dan banyaknya jumlah
orang yang membutuhkan. Sanitasi menjadi sangat buruk, anak-anak tidak
terurus karena ketiadaan sarana pendidikan. Dalam keadaan yang seperti ini
risiko dan penularan penyakit meningkat. Sehubungan dengan kondisi tersebut

1
maka perlu dilakukan promosi kesehatan pada saat bencana. Dalam makalah
ini akan dijelaskan mengenai pendidikan kesehatan saat bencana.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana promosi kesehatan dalam keadaan darurat
bencana
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengerian pendidikan kesehatan
b. Mengetahui pengertian ptomosi kesehatan
c. Mengetahui pengertian pendidikan bencana
d. Mengetahui promosi kesehatan dalam kondisi darurat
e. Mengetahui kegiatan promosi kesehatan saat bencana
f. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan
g. Mengetahui peran perawat dalam manajemen bencana

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Promosi Kesehatan
1. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain secara individu, kelompok atau
masyarakat sehingga mereka mau melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidik (Notoadmojo, 2012).
Kesehatan adalah suatu keadaan sehat secara fisik, metal, spiritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mampu hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (Notoadmojo, 2012).

2. Promosi Kesehatan
Merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar mereka dapat menolong dirinya sendiri. Serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial
budaya setempat dan didudkung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
Dalam konteks manajemen bencana, promosi kesehatan melibatkan
bekerja dengan orang-orang untuk mencegah, mempersiapkan, dan
menanggapi bencana sehingga dapat mengurangi risiko, meningkatkan
ketahanan dan mengurangi dampak bencana pada kesehatan. Partisipasi
masyarakat adalah dasar dari promosi kesehatan yang sukses.

B. Pendidikan Bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta
benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).

3
Pendidikan bencana adalah merupakan proses pembelajaran melalui
penyediaan informasi, pengetahuan, dan kewaspadaan terhadap peserta didik
guna membentuk kesiapan bencana di level individu dan komunitas. Melalui
pendidikan bencana, peserta didik didorong untuk mengetahui resiko bencana,
mengumpulkan informasi terkait mitigasi bencana, dan menerapkannya pada
situasi bencana (Shiwaku et al., 2007).

C. Promosi kesehatan dalam kondisi darurat


Promosi kesehatan dalam keadaan darurat seperti bencana di haruskan
untuk meningkatkan pemahaman keluarga dan masyarakat untuk melakukan
PHBS di pengungsian, yaitu:
a. ASI terus diberikan pada bayi
b. Biasakan mencuci tangan pakai sabun
c. Menggunakan air bersih
d. Buang air kecil dan besar di jamban
e. Buang sampah pada tempatnya
f. Makan makanan bergizi
g. Tidak merokok
h. Memanfaatkan layanan kesehatan
i. Mengelola stress
j. Melindungi anak
k. Bermain sambil belajar (Kemenkes, 2018)

Manfaat melakukan PHBS dalam kedaruratan


a. Tiap orang dapat menjaga kesehatannya
b. Masyarakat mampu mengupayakan agar lingkungan tetapsehat
c. Masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yangada
d. Anak dapat terlindungi dari kekerasan dan stres.
e. Setiap ada masalah dapatdiatasi segera
f. Triase (pemilahan) antara pasien rentan dan pasien umum

4
Dalam berbagai kegiatan penanganan bencana seringkali kegiatan
promosi kesehatan tidak secara langsung dilakukan tetapi merupakan
komponen yang melakat dari program tertentu. Seringkali pula komponen
promosi yang seharusnya ada dalam beberapa program mengabaikan
untuk menerapkan promosi sehingga menurunkan kemungkinan dalam
mengurangi permasalahan dalam menyiapkan kelompok rawan jika terjadi
bencana, menurunkan dampak bagi korban terkena dampak. Yang
seringkali terjadi, dari pengalaman di berbagai kondisi bencana di
Indonesia, bahwa berbagai agensi (Institusi, NGO, INGO’s, Swasta dll)
secara sadar maupun tidak telah mengimplementasikan promosi dalam
program yang dilaksanakannya. Dari pengalaman di Aceh, Nias, Maluku
dan lain sebagainya promosi kesehatan seringkali ditempatkan sebagai
kompoenen dari kegiatan lain.

Namun dari pengalaman di Yogyakarta, muncul inisiasi untuk


menempatkan promosi kesehatan dalam kelompok kerja tersendiri yang
pada awalnya dilatarbelakangi oleh pandangan belum terkoordinsai
dengan baiknya proses promosi khususnya terhadap isu-isu utama yang
muncul pada saat itu.Pada tahap ini promosi kesehatan sangat memainkan
peran penting dengan melakukan intervensi guna memodifiksai kesiapan
(preparedness) komunitas terancam untuk menghadapi bencana. Upaya
pencegahan yang mungkin lebih tepat promosi, dilakukan untuk
mengurangi resiko akibat bencana dan dampak sesudahnya pada
komunitas

Dalam mengimplementasikan program promosi khususnya paska


bencana, beberapa hal akan menjadi sangat berbeda sehingga
pengelompokan dalam setiap tahapan tersebut perlu diperhatikan.

1. Tahap emergensi respon


a) Kampanye massal seringkali merupakan jawaban paling sesuai
dalam fase emergensi akut ini dan dari pengalaman menunjukkan
bahwa dalam periode ini orang-orang lebih reseptif terhadap
diseminasi pesan. Training pendukung diperlukan baik bagi

5
petugas lapangan, wakil masyarakat, komite komunitas dan lain
sebagainya untuk kampanye tersebut yang dengan diikuti kegiatan
supervisi. Dari pengalaman gempa di Yogyakarta, Nias dan
beberapa tempat lain menunjukkan bahwa, pelatihan sebagai
pendukung kampanye seringkali tidak diperhitungkan demikian
halnya dengan supervisi.
b) Pada proses selanjunya yaitu transisi antara respon dengan
rehabilitasi, aktifitas lebih ditujukan terutama untuk mendukung
mobilisasi tindakankolektif dan strategi pengendalian dan ketika
situasi semakin stabil akan ada kesempatan lebih banyak untuk
meningkatkan partisipasi komunitas baik dalam aktifitas
implementasi maupun pengkajian berkelanjutan. Seringkali
diperlukan lebih banyak lagi fasilitator pendamping komunitas
dalam tahap ini
c) Diseminasi pesan sebaiknya dilakukan secara berulang dan
diperkuat dengan menggunakan alat bantu visual seperti poster dan
leaflet sebagai pengganti interaksi dan diskusi dalam masa
emergensi. Diskusi kelompok, pertunjukan boneka, permainan dan
lagu-lagu diikuti dengan diskusi mungkin bisa lebih efektif
daripada kunjungan rumah.

2. Rehabiiltasi dan mitigasi


a) Ketika situasi stabil sekolah akan mulai berfungsi, kelompok
agama mungkin menjadi termobilisasi dan struktur pemerintah
telah terlibat lagi dalam pemberian pelayanan. Dalam kondisi ini
akan lebih terbuka kemungkinan untuk bekerjasama dengan semua
struktur tersebut. Bekerja sama dengan komite komunitas tetap
dilanjutkan dan kelompok seharusnya mulai mencoba untuk
membuat tujuan mereka sendiri. Dari banyak aktifitas yang telah
dilakukan pada beberapa bencana di Indonesia, prosedur ini
nampaknya masih sangat kurang mendapat perhatian baik oleh
agensi non pemerintah maupun pemerintah.

6
b) Kontak dengan dengan unit pelayanan kesehatan khususnya bagian
medik untuk meilhat perkembangan situasi kesehatan dan
surveilance epidemiologi tetap diperlukan. Hal ini penting sebagai
cara untuk memonitor seberapa bagus kontribusi program terhadap
dampak perbaikan atau pencegahan resiko kesehatan akibat
bencana.
c) Pada tahap ini mungkin akan banyak ditemukan program-progrm
promosi dari berbagai agensi. Program atau intervensi oleh
berbagai agensi dan pemerintah mungkin tidak secara tegas adalah
sebagai sebuah program promosi (misal imunisasi), namun yang
seringkali ditemukan bahwa program-program tersebut juga
mengandung komponen promosi. Program-program yang secara
tegas menyebutkan sebagai aktifitas promosi kemungkinkan juga
akan bermunculan, meskipun dari pengalaman di NAD, Nias,
Yogyakarta belum optimal.

D. Kegiatan Promosi Kesehatan Saat Bencana


Kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan
3. Kajian dan analisis data yang meliputi :
a. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih,
jamban, pos kesehatan klaster, Puskesmas, rumah sakit lapangan,
dapur umum, sarana umun seperti mushola, posko relawan, jenis pesan
dan media dan alat bantu KIE, tenaga promkes/tenaga kesmas, kader,
relawan dan lain sebagainya
b. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja,
lansia/ orangtua, orang dengan berkebutuhan khusus dan orang sakit
c. Jumlah titik pengungsian dan hunian sementara
d. Jumlah pengungsi dan sasaran di setiap titik pengungsian
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya
yang memiliki kegiatan promkes dan pemberdayaan masyarakat
f. Regulasi pemerintah setempat dalam hal melakukan upaya promotif
dan preventif (Kemenkes, 2018).

7
Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya
yang ada diwilayah terdampak bencana.
4. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai
program dan kegiatan, dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada
(Kemenkes, 2018).
5. Implementasi kegiatan, yang mencakup :
a. Rapat koordinasi klaster kesehatan termasuk dengan pemerintah
setempat, NGOs, dan mitra potensial lainnya untuk memetakan
programdan kegiatan yang dapat diintegrasikan /kolaborasikan.
b. Pemasangan media promosi kesehatan berupa spanduk, poster, stiker
c. Pemutaran film kesehatan, religi, pendidikan, hiburan dan diselingi
pesan kesehatan
d. Senam bersama (masyarakat umum)termasuk senam lansia
e. Konseling, penyuluhan kelompok, keluarga dan lingkungan dengan
berbagai pesan kesehatan (PHBS di pengungsian)
f. Penyelenggaraan Posyandu (darurat) integrasi termasuk Posyandu
Lansia di pengungsian atau di tempat hunian sementara.
g. Advokasi pelaksanaan gerakan hidup sehat kepada pemerintah
setempat.
h. Pendekatan kepada tokoh agama/tokoh masyarakatuntuk
menyebarluaskan informasi kesehatan.
i. Penguatan kapasitas tenaga promkes daerah melalui kegiatan orientasi
promosi kesehatan paska bencana.
j. Kemitraan dengan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha melalui
program CSR, LSM kesehatan, kelompok peduli kesehatan, donor
agency
k. Monitoring dan evaluasi program (Kemenkes, 2018).
6. Sasaran promosi kesehatan adalah :
a. Petugas kesehatan
b. Relawan
c. Tokoh masyarakat, tokoh agama

8
d. Guru
e. Lintas sektor
f. Kader
g. Kelompok rentan, ibu hamil anak-anak, lansia
h. Masyarakat
i. Organisasi masyarakat
j. Dunia usaha

E. Faktor –faktor yang mempengaruhi promosi kesehatan


Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar promosi kesehatan dapat
mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap
informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima
informasi yang didapatnya.
b. Tingkat Sosial Ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan
masyarakat dengan penyampai informasi.
e. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.

9
F. Komunikasi Informasi Kesehatan
Komunikasi informasi kesehatan akan efektif ketika metode,
pendekatan dan material yang digunakannya beragam.
1. Kontak orang per orang
a. Pendengar bisa kita temukan di klinik, klinik bersalin, pusat distribusi
makanan, titik pengumpulan air, dan lain sebagainya. Disini Petugas
kesehatan dan sukarelawan terlatih bisa memberikan promosi. Dalam
periode non emergensi, klinik kesehatan, sekolah dan tempat kerja
memberikan bentuk audien yang hampir sama. Pertemuan bisa
dilakukan untuk kelompok khusus, atau individu yang dipilih yang
dikumpulkan bersama dalam FGD pada satu topik spesifik dan atau
kunjungan keluarga. Pengaruh kelompok lokal yang ada atau
organisasi sosial yang ada sangat berguna dalam meningkatkan
dampak informasi
b. Pendekatan langsung khususnya jika menggunakan bentuk interaksi
antara petugas dan individu-individu, akan lebih efektif jika
mengambil isu spesifik dan mendorong perubahan perilaku secara
khusus dan dalam menguji bahwa pesan yang relevan
c. Aktifitas yang sesuai misalnya diskusi interpersonal atau kelompok
kecil, demonstrasi, cerita, role play, studi kasus dan permainan
mendidik (khususnya dalam situasi non emergensi)
2. Penyuluhan dan pelatihan
a. Bantuan pengajaran yang sesuai termasuk didalamnya adalah media
cetak, poster, film, slide, video dan flip chart. Ini akan berguna untuk
menyalurkan informasi dan sebagai pendukung pembicara, tetapi harus
diperkuat interaksi dan kontak personal dengan target audien.
3. Komunikasi massal
a. Radio, audio kaset, televise, video, koran, permainan, pertunjukan
boneka, dan megaphone, efektif dalam mengkomunikasikan informasi
dengan cepat kepada orang banyak dan mengarahkan perhatian
terhadap permasalahan atau ide. Pesan yang relevan dan dampak
efektifitas dari apa yang dikomunikasikan, perlu untuk dievaluasi

10
b. Media massa ketika terjadi bencana mungkin mengalami kerusakan
atau kekacauan. Radio mungkin bisa beroperasi, dan dalam
pengungsian jangka panjang sangat memungkinkan untuk menbuat
stasiun radio yang dekat dengan pengungsian untuk melakukan siaran
program secara rutin mengenai isu kesehatan.

Ketika memutuskan pesan dan metode komunikasi yang akan


digunakan, penting untuk :

a. Menyusun kebutuhan yang relevan dengan aktifitas pendidikan


kesehatan melalui pengkajian (sebisa mungkin) partisipatif dan yang
urgen
b. Perhatikan dalam kampanye bahwa mungkin para korban
kebanayakan adalah buta huruf; di dalam situasi ini, teknik
pembelajaran partisipatif adalah yang paling sesuai
c. Pilih dan adaptasi metode yang sesuai dengan karakteristik dan interest
kelompok target khusus – muda/tua, laki/perempuan, anggota dari
kelompok agama dll
d. Susun prosedur evaluasi efektifitas kampanye promosi kesehatan
dengan memilih indikator yang sesuai untuk mengukur perubahan
dalam status kesehatan orang, perilaku dan lingkungannya
e. Penguatan dari praktek kesehatan yang ada, yang menguntungkan dan
mendorong korban
f. Pilih pesan yang positif, atraktif didasarkan pada apa yang orangorang
telah ketahui, apa yang mereka inginkan dan apa yang mereka biasa
lihat
g. Libatkan orang-orang dalam produksi material pengajaran (ini bagian
dari pendidikan dan akan menjamin materi relevan dan cocok dengan
budaya)
h. Gunakan secara efektif pemuda/anak-anak dalam pengajaran dan
mobilisasi yang lain

11
i. Hindari pesan yang mengimplikasikan bahwa orang-orang disalahkan
atas dirinya dan atau sakitnya anaknya ; pesan dan metode harus tidak
menyalahkan
G. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi pelayanan keperawatan
tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi bencana. Perawat tidak hanya
dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan
saja. Kemampuan tanggap bencana juga sangat dibutuhkan saat keadaan
darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun
memberikan pertolongan dalam situasi bencana. Kegiatan penanganan siaga
bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan medis dalam keadaan
normal lainnya.

Menurut Mursalin (2011), ada beberapa tindakan penting yang bisa


dilakukan oleh perawat dalam situasi tanggap bencana :
1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan
isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling
urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga
kesehatan. Perawat bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi
dengan tenaga perawat atau pun tenaga kesehatan profesional, ataupun
juga melakukan pengobatan bersama perawat lainnya secara cepat,
menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan
pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan
lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.
2. Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk,
seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya.

12
Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara
langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain
itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan
bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para
korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi para korban yang tidak
mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk
ataupun tidak tepat sasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa
kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit
trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam
massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka
akan mengakibatkan stress berat dan gangguan mental bagi para korban
bencana. Hal yang dibutukan dalam penanganan situasi seperti ini adalah
pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada
orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan
mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya
diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit.
Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan
mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah
anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan
sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan
permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehingga kepercayaan diri
mereka akan kembali seperti sedia kala.
4. Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda
yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah
dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong
membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan pemberdayaan

13
masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill yang dapat
menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat melakukan pelatihan
pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi
ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan
masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu
adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat,
diantaranya adalah, perawat harus memiliki skill keperawatan yang baik,
perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, perawat harus
memahami managemen siaga bencana. Adapun peran perawat dalam
menagemen siaga bencana adalah sebagai berikut :
a. Peran perawat dalam fase pre-impect
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-
lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
b. Peran perawat dalam fase impact
1) Bertindak cepat
2) Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti dengan
maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang
selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
4) Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
c. Peran perawat dalam fase post impact

14
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
fisikologi korban.
2) Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom
dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat
dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
3) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah
keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Promosi kesehatan merupakan sebuah proses untuk membuat individu atau
masyarakat mampu mengkontrol kesehatan dirinya dan meningkatkan kualitas
kesehatan dirinya. Dalam konteks manajemen bencana, promosi kesehatan
melibatkan bekerja dengan orang-orang untuk mencegah, mempersiapkan, dan
menanggapi bencana sehingga dapat mengurangi risiko, meningkatkan
ketahanan dan mengurangi dampak bencana pada kesehatan. Partisipasi
masyarakat adalah dasar dari promosi kesehatan yang sukses

B. Saran
Semoga tersusunnya makalah ini, dapat berguna bagi penulis dan rekan-
rekan mahasiswa lainnya. Dan semoga bisa menjadi referensi dalam proses
pembelajaran mata ajar Disaster Nursing. Sebagai penulis, kami merasa masih
banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini, maka dari itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan agar
penyusunan makalah ini bisa mencapai kesempurnaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Kementrian Kesehatan. 2018. Kementrian Kesehatan, Direktirat Promosi
Kesehatan Masyarakat dan Pemenrdayaan Masyarakat : Promosi
Kesehatan dalam Bencana. Jakarta.
Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sulistyowati, Lily. 2011. Promosi Kesehatan Di Daerah Bermasalah Kesehatan.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan

17

Anda mungkin juga menyukai