Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

TIPE, PERAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


SERTA IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

Dosen Pengampu : Ns. Lukman Nulhakin, S.Kep, M. Kep


Mata Kuliah : Pemberdayaan Keluarga Dalam Komunitas

Oleh :
KELOMPOK 1

Agustina
Anis Ayu Sholikah
Crist Evelyn Gultom
Felisitas Sriwani
Hardianti
Hesti Purwati
Irmaningsih
Ita Triagustina
Latifatus Saringah
Nur Fitriana Wira Aseri
Nurul Rachmadianti
Puspita Gasali
Rahayu Dwi Astutik
Rani Puspa Yanti
Ristantya Eka Deshinta
Retno Hapsari
Rosmila
Sanni Tempang
Umiyati

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
KELAS BULUNGAN
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Alhmadulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena rahmat dan hidayah-Nya kami dapat meneyelesaikan makalah ini.

Dalam menyusun makalah ini kami tidak dapat lepas ddari kesalahan namun

berkat dorongan, didikan dan bimbingan dari semua pihak, maka kami dapat

menyeselesaikan makalah ini. Untuk itu kami sebagai penyusun mengucapkan terima

kasih kepada dosen mata kuliah Pemberdayaan Keluarga dalm Komunitas dan terima

kasih kepada teman – teman yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan makalah

ini.

Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk

penyempurnaan, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari

pembaca.

Bulungan, 20 September 2022

Penyusun
Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................. 1
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................ 3
1.3 TUJUAN................................................................................................. 3
1.4 MANFAAT............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN DAN TIPE KELUARGA.............................................. 5
2.2 TAHAPAN DAN TUGAS PERKEMBANGAN DALAM KELUARGA 7
2.3 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO DAN MASALAH KESEHATAN 12
2.4 PROGRAM KEGIATAN ATAU INTERVENSI UNTUK MENGATASI
MASALAH. ............................................................................................ 17
2.5 PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER DAYA KELUARGA......... 20

BAB III PEMBAHASAN KASUS VIDEO........................................................... 23

BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN........................................................................................ 28
4.2 SARAN.................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 30

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga ( friedman, 2010).
Dalam keluarga ada peran, tugas perkembangan yang pasti akan dilalui
oleh setiap keluarga apapun kondisi yang dialami oleh keluarga tersebut. karena
banyak faktor yang mempengaruhi sehingga peran dan tugas perkembangan
dalam keluarga tidak maksimal.
Faktor ekonomi adalah yang paling berperan, sehingga keluarga bisa
melakukan tugas perkembangan dengan baik. Sebuah keluarga ketika ekonominya
baik, maka pendidikan, kesehatan akan bisa diakses dengan mudah, namun
sebaliknya, jika ekonomi keluarga kurang, maka akses terhadap pendidikan,
kesehatan akan kurang.
Kemiskinan adalah masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga
menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah. Problema kemiskinan ini
sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan
aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
menjadi penyebab kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan (Mubyarto, 2002: 182).
Kondisi sesungguhnya yang harus dipahami mengenai kemiskinan adalah
bahwa kemiskinan merupakan sebuah fenomena multifaset, multidimensional,
dan terpadu. Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi
kekurangan sandang, pangan, dan papan. Menurut Nasikun (1995) hidup dalam
kemiskinan seringkali juga berarti akses yang rendah terhadap berbagai ragam
sumberdaya dan aset produktif yang sangat diperlukan untuk dapat memperoleh

1
sarana pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup yang paling dasar, antara lain
informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapital.
Kemiskinan terus menjadi persoalan yang fenomenal di belahan dunia,
khususnya Indonesia yang merupakan Negara berkembang. Kemiskinan telah
membuat jutaan anak tidak bisa mengenyam pendidikan, kesulitan membiayai
kesehatan, kurangnya tabungan dan investasi, dan masalah lain yang menjurus ke
arah tindakan kekerasan dan kejahatan.
Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan hubungan
yang tidak akan pernah putus terkecuali dilakukan intervensi pada salah satu atau
kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya. Hal itu dapat dijelaskan
dengan skema berikut. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan sehingga orang
miskin menjadi rentan terhadap pelbagai macam penyakit, karena mereka
mengalami gangguan sebagai berikut:
1) Menderita gizi buruk
2) Pengetahuan kesehatan kurang
3) Perilaku kesehatan kurang
4) Lingkungan pemukiman buruk
5) Biaya kesehatan tidak tersedia

Sebaliknya kesehatan mempengaruhi kemiskinan. Masyarakat yang sehat,


menekan kemiskinan karena orang yang sehat memiliki kondisi sebagai berikut:

1) Produktivitas kerja tinggi


2) Pengeluaran berobat rendah
3) Investasi dan tabungan memadai
4) Tingkat pendidikan maju
5) Tingkat fertilitas dan kematian rendah
6) Stabilitas ekonomi mantap

Beberapa data empiris global menemukan hubungan sebagai berikut:

1) Kematian bayi keluarga miskin tiga kali lebih tinggi dari keluarga tidak
miskin.

2
2) Kematian balita keluarga miskin lima kali lebih tinggi dari keluarga tidak
miskin.
3) Pertumbuhan ekonomi negara dengan tingkat kesehatan lebih baik (IMR
antara 50-100/1000 kelahiran hidup) adalah 37 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan negara dengan tingkat kesehatan lebih buruk (IMR>150/1000
kelahiran hidup).

Uraian tentang alasan pentingnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat


miskin, merupakan dorongan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan
keharusan mutlak untuk melaksanakan upaya peningkatan status kesehatan
penduduk miskin. Apalagi, memasuki era globalisasi ini, untuk pertumbuhan
ekonomi suatu negara dituntut daya saing yang memerlukan sumberdaya manusia
dengan kuantitas dan kualitas tinggi. Sehingga, keluarga dengan status ekonomi
rendah menjadi salah satu fokus dalam pemberian layanan kesehatan, termasuk
asuhan kebidanan yang berkesinambungan sebagai upaya untuk meningkatkan
kualitas dan derajat kesehatannya di masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan keluarga dan Tipe kelurga ?
1.2.2 Apakah Tahapan dan Tugas perkembangan dalam keluarga?
1.2.3 Apa sajakah masalah kesehatan dan faktor resiko yang bisa terjadi dalam
keluarga?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat mengetahui Pengertian dan tipe keluarga
1.3.2 Dapat mengetahui Tahapan dan Tugas Perkembangan dalam keluarga
1.3.3 Dapat Mengetahui Masalah kesehatan yang timbul (Penyakit Kuku dan
Mulut, Zoonosis, Stunting) dan masalah kesehatan lainnya (aksesibilitas
dalam pelayanan kesehatan)

3
1.4 Manfaat
1.4.1 Diharapkan makalah ini menjadi referensi bacaan untuk menambah
pengethuan mengenai partnership bidan dengan wanita dala
pelayanan kebidanan.
1.4.2 Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi baru sebagai
sarana pendukung untuk memperluas wawasan khususnya di bidang
kebidanan.
1.4.3 Diharapkan Tenaga Kesehatan khususnya Bidan dapat meningkatkan
kinerja dan tanggung jawab sebagai pendamping perempuan dan
memberikan asuhan yang secara integral sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan yang dimiliki.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tipe Keluarga


Berikut merupakan definisi keluarga menurut para ahli (Sudiharto, 2007):
a) Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan sebagai berikut:
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang hidup di dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka melakukan interaksi antara satu individu dengan individu lainnya
dan mempunyai peran masing – masing.
b) Menurut Departemen Kesehatan (1988) mendefinisikan sebagai berikut:
Keluarga adalah suatu unit terkecil dari suatu masyarakat yang
terdiri kepala keluarga dan anggota yang tinggal dalam satu atap dan
dalam keadaan saling bergantungan.
c) Menurut Friedman (1998) mendefinisikan sebagai berikut:
Keluarga adalah dua individu atau lebih yang bergabung karena
adanya ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan
pendekatan, serta mereka dapat mengidentifikasikan sebagai bagian dari
keluarga.

Menurut Duvall dan Logan keluarga merupaka sekumpulan orang dengan


ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, emosional, serta
sosial dari tiap anggota keluarga.
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu sama salin mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya,
1987).

5
Beberapa tipe keluarga menurut (Friedman, 2010), antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
dan anak yang masih menjadi tanggunganya dan tinggal dalam satu
rumah, terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2) Keluarga Extended Family (besar), yaitu satu keluarga yang terdiri dari
satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling
menunjang satu sama lain.
3) Single parent family, yaitu satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala
keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung
kepadanya.
4) Nuclear dyed, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa
anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.
5) Blended family, yaitu suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan
pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak hasil
perkawinan terdahulu.
6) Three generation family, yaitu keluarga yang terdiri dari tiga generasi,
yaitu kakek, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.
7) Single adult living alone, yaitu bentuk keluarga yang hanya terdiri dari
satu orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8) Middle age atau elderly couple, yaitu keluarga yang terdiri dari sepasang
suami istri paruh baya.

Beberapa bentuk keluarga menurut (Sussman et al, 2010) antara lain


adalah sebagai berikut:
1) Keluarga inti, yaitu keluarga yang terdiri dari suami (pencari nafkah),
seorang istri (Ibu rumah tangga), dan anak-anak.
2) Keluarga besar tradisional, yaitu bentuk keluarga yang pasangan suami
istri sama-sama melakukan pengaturan dan belanja rumah tangga dengan
orang tua, sanak saudara, dan kerabat lain dalam keluarga tersebut.
3) Keluarga dengan orang tua tunggal, yaitu keluarga ini hanya memiliki satu
kepala rumah tangga, ayah atau ibu (duda/janda/belum menikah)

6
4) Individu dewasa yang hidup sendiri, yaitu bentuk ini banyak terdapat di
masyarakat. Mereka hidup berkelompok seperti dip anti wreda, tetapi ada
juga yang menyendiri. Mereka ini membutuhkan layanan kesehatan dan
psikososial karena tidak mempunyai sistem pendukung.
5) Keluarga dengan orang tua tiri, orang tua menghadapi 3 masalah yang
paling menonjol, yaitu pendisiplinan anak, penyesuaian diri dengan
kepribadian anak, penyesuaian diri dengan kepribadian anak, dan
kebiasaan serta penerimaan terhadap pemikiran hati.
6) Keluarga binuklear, yaitu keluarga merujuk pada bentuk keluarga setelah
cerai sehingga anak menjadi anggota dari suatu sistem keluarga yang
terdiri dari dua rumah tangga inti.
7) Bentuk variasi keluarga nontradisional, yaitu bentuk variasi nontradisional
meliputi bentuk keluarga yang sangat berbeda satu sama lain, baik dalam
struktur maupun dinamikanya.

2.2 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


2.2.1 Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan
istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing, secara psikologi keluarga tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri
yang membentuk keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang
baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari.
Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga orang tuanya
dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masing- masing. Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi
dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan, tidur,
bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu diputuskan adalah kapan
waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan berapa jumlah anak yang
diharapkan.

7
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain :
1) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama;
2) Menetapkan tujuan bersama;
3) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan kelompok sosial;
4) Merencanakan anak (KB);
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.

2.2.2 Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5
tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh pasangan suami istri
melalui beberapa tugas perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama
memberi perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang
sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena
fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap
menjadi ayah atau sebaliknya. Tugas perkembangan pada masa ini antara lain :
1) Persiapan menjadi orang tua;
2) Membagi peran dan tanggung jawab;
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangan;
4) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing;
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga;
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita;
7) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

8
2.2.3 Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi terhadap kebutuhan-
kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningatkan pertumbuhannya.
Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada
orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa, sehingga
kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya waktu/paruh waktu) dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan cara
menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak, khususnya kemandirian anak agar
tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman;
2) Membantu anak untuk bersosialisasi;
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi;
4) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga ( keluarga lain dan lingkungan sekitar);
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak ( tahap paling repot);
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

2.2.4 Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia
6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehngga keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di
sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula

9
orang tua yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu, keluarga
perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan. Pada tahap ini keluarga
(orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan social anak, pendidikan dan
semangat belajar;
2) Tetap mempertahan hubungan yang harmonis dalam perkawinan;
3) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya intelektual;
4) Menyediakan aktifitas untuk anak;
5) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

2.2.5 Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang
tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab mengingat
remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya;
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga;
3) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan;
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.

2.2.6 Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan


(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap
ini adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas
anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan anaknya yang tertua untuk

10
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih
mandiri. Saat semua anak meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan
membina hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak- anaknya
sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi keadaan ini orang tua perlu
melakukan aktifitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap
memelihara hubungan dengan anak.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar;
2) Mempertahankan keintiman pasangan;
3) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua;
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak;
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga;
6) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek;
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.

2.2.7 Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)


Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini semua
anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk mempertahankan
kesehatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain adalah :
1) Mempertahankan kesehatan;
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengolah minat
sosial dan waktu santai;
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua;
4) Keakraban dengan pasangan;
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga;
6) Persiapan masa tua atau pension dengan meningkatkan keakraban
pasangan.

11
2.2.8 Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses usia lanjut dan pensiun
merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai proses stresor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi kesehatan. Mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga pada
tahap ini. Usia lanjut umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknnya.
Tugas perkembangan tahap ini adalah:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan;
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan;
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat;
4) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat;
5) Melakukan life review;
6) Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian
(harmoko, 2012).

2.3 Identifikasi Faktor Risiko dan Masalah Kesehatan


2.3.1 Penyakit Mulut dan Kuku
Menurut Harada et al. (2007), PMK sangat menular ke hewan berkuku
belah. Transmisi dilaporkan terjadi melalui kontak langsung dengan hewan
terinfeksi, aerosol, semen, produk makanan, dan fomites. Morbiditas penyakit ini
sangat tinggi tetapi mortalitasnya rendah dan sangat cepat menular (highly
contagious) (Rushton dan Knight-Jones, 2013).
Penyakit mulut dan kuku (PMK) juga dikenal sebagai Foot and Mouth
Disease (FMD) Jenis penyakit ini disebabkan dari virus tipe A dari keluarga
Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee epizootecae. Masa inkubasi dari
penyakit 1-14 hari yakni masa sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala
penyakit Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada

12
tulang, kelenjar, susu, serta produk susu. Angka kesakitan ini bisa mencapai 100%
dan angka kematian tinggi ada pada hewan muda atau anak-anak. Tingkat
penularan penyakit mulut dan kuku (pmk) cukup tinggi, tetapi tingkat kematian
hanya 1-5%. Sehingga jika ditemukan ternak terlihat lemah, lesu, kaki pincang,
air liur berlebihan, tidak mau makan, dan mulut melepuh segera hubungi petugas
kesehatan hewan yang berwenang agar segera ditangani.
Virus ini ditularkan ke hewan melalui beberapa cara diantaranya:
a) Kontak langsung(antara hewan yang tertular dengan hewan rentan melalui
droplet, leleran hidung, serpihan kulit.
b) Sisa makanan/sampah yang terkontaminasi produk hewan seperti daging
dan tulang dari hewan tertular.
c) Kontak tidak langsung melalui vektor hidup yakni terbawa oleh manusia.
Manusia bisa membawa virus ini melalui sepatu, tangan, tenggorokan,
atau pakaian yang terkontaminasi.
d) Kontak tidak langsung melalui bukan vektor hidup (terbawa mobil
angkutan, peralatan, alas kandang dll.)
e) Tersebar melalui udara, angin, daerah beriklim khusus (mencapai 60 km di
darat dan 300 km di laut)

2.3.2 Zoonosis
Zoonosis adalah penyakit-penyakit yang dapat menular dari hewan kepada
manusia ataupun sebaliknya. Untuk pertama kalinya Zoonosis diperkenalkan oleh
filosuf Jerman, Rudolf Vircow yang lebih dikenal sebagai “Bapak Patologi
Modern”. Pengetahuan dan pemahaman penyakit-penyakit zoonosis, tentunya
tidak hanya terbatas pada penyakit-penyakit zoonosis yang klasik seperti: rabies,
anthrax, brucellosis, dan lain-lainnya. Namun seiring dengan perjalanan waktu
beberapa penyakit zoonosis terus berkembang dan siap mengintai hewan dan
manusia setiap saat. Beberapa penyakit zoonosis yang tergolong baru (new
emerging zoonosis) di antaranya adalah BSE (Bovine Spongiform Encephalitis),
AI (Avian Influenza) dan Patogenik Escherichia coli (E. coli O157:H7).
Penyakit ini menular secara alamiah dari hewan ke manusia. Untuk
mengantisipasi merebaknya wabah zoonosis diperlukan pemahaman secara

13
menyeluruh mengenai penyakit atau infeksi tersebut. Zoonosis dapat ditularkan
dari hewan ke manusia melalui beberapa cara, yaitu kontak langsung dengan
hewan pengidap zoonosis dan kontak tidak langsung melalui vektor atau
mengonsumsi pangan yang berasal dari ternak sakit, atau melalui aerosol di udara
ketika seseorang berada pada lingkungan yang tercemar (Suharsono 2002;
Nicholas dan Smith 2003). Berdasarkan hewan penularnya, zoonosis dibedakan
menjadi zoonosis yang berasal dari satwa liar, zoonosis dari hewan yang tidak
dipelihara tetapi ada di sekitar rumah, seperti tikus yang dapat menularkan
leptospirosis, dan zoonosis dari hewan yang dipelihara manusia.

2.3.3 Stunting
Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak
serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah
kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting)
dan kurus (wasting) pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik
(KEK) pada ibu hamil. Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil tersebut pada
akhirnya dapat menyebabkan berat badan bayi lahir rendah (BBLR) dan
kekurangan gizi pada balita. Permasalahan gizi disebabkan oleh penyebab
langsung seperti asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung permasalahan gizi adalah masih tingginya
kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan yang kurang,
pola asuh yang kurang baik, dan pelayanan kesehatan yang belum optimal
(Kemenkes RI, 2017).

14
Masalah pertumbuhan stunting sering tidak disadari oleh masyarakat
karena tidak adanya indikasi ‘instan’ seperti penyakit. Efek kejadian stunting pada
anak dapat menjadi predisposing terjadinya masalah-masalah kesehatan lain
hingga nanti anak dewasa. Oleh karena itu, penanggulangan masalah stunting
harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan (periode 100 HPK) dan
bahkan sejak ibu remaja untuk dapat memutus rantai stunting dalam siklus
kehidupan (Aryastami dan Tarigan, 2017).
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang lebih pendek dibanding
tinggi badan orang lain pada umunya (yang seusia). Stunted (short stature) atau
tinggi/panjang badan terhadap umur yang rendah digunakan sebagai indikator
malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi balita dalam jangka
waktu lama (Sudargo, 2010). Menurut Dekker et al (2010), bahwa stunting pada
balita atau rendahnya tinggi/panjang badan menurut umur merupakan indikator
kronis malnutrisi (Dekkar, 2010). Menurut CDC (2000) short stature ditetapkan
apabila panjang/tinggi badan menurut umur sesuai dengan jenis kelamin balita <5
percentile standar pengukuran antropometri gizi untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan balita umur 6-24 bulan menggunakan indeks PB/U menurut
baku rujukan WHO 2007 sebagai langkah mendeteksi status stunting (Sudargo,
2010).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi dapat terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah anak lahir, tetapi baru nampak setelah anak berusia 2 tahun, di mana
keadaan gizi ibu dan anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak.
Periode 0-24 bulan usia anak merupakan periode yang menentukan kualitas
kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan periode
yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi masa ini bersifat
permanen, tidak dapat dikoreksi. Diperlukan pemenuhan gizi adekuat usia ini.
Mengingat dampak yang ditimbulkan masalah gizi ini dalam jangka pendek
adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan
fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Jangka panjang akibat dapat

15
menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, dan menurunnya kekebalan
tubuh (Branca F, Ferrari M, 2002; Black dkk, 2008).

2.3.4 Hambatan dalam Pemenuhan Aksesibilitas pada Pelayanan Kesehatan


Kesehatan merupakan kebutuhan individu yang penting dan mendesak.
Kesehatan bukan hanya dipandang sebagai instrumen yang fungsional bagi
kehidupan individu, melainkan sebagai hak setiap individu yang harus didapatkan
melalui pelayanan kesehatan. Pelayanan Kesehatan dalam Undang-undang nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang diusahakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
atau masyarakat. Hak atas pelayanan Kesehatan dijamin oleh UUD 1945 Pasal 28
H ayat 1 yang menyebutkan bahwa “setiap penduduk berhak atas pelayanan
Kesehatan”. Pemerintah sebagai representasi dari negara berkewajiban untuk
memenuhi hak kesehatan seluruh warganya sscara tersedia (available),
menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (continues), terpadu
(integrated), layak (appropriate), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality),
tercapai (accessable), serta terjangkau (affordable).
Namun, pada praktiknya tidak mudah untuk merealisasikannya bahkan
seringkali menemui masalah baik sistemik maupun teknis. Salah satu masalah
penting lainnya adalah akses penduduk dengan status ekonomi rendah atau miskin
terhadap pelayanan kesehatan. Masalah aksesibilitas penduduk miskin terhadap
pelayanan kesehatan menjadi persoalan serius yang belum terselesaikan.
Aksesibilitas yang dimaksud mencakup akses fasilitas kesehatan, akses
biaya kesehatan dan akses informasi terkait kesehatan. Selain itu, menurut
Prasetyo, ada biaya akses lainnya yang harus dipenuhi yaitu transportasi,
penginapan dan makanan termasuk opportunity cost (biaya yang timbul akibat
tidak bekerja untuk memperoleh jasa kesehatan). Karakteristik masyarakat miskin
dalam mengakses pelayanan kesehatan menurut Prasetyo bukan hanya diukur dari
besaran penghasilan saja, melainkan juga diukur dari jarak tempuh ke pelayanan
kesehatan, akses informasi terkait kesehatan, tingkat pendidikan dan rutinitas (jam
kerja) yang padat. (Resist Book, 2007).

16
2.4 Program Kegiatan Atau Intervensi Yang Dapat Dilakukan Untuk
Mengatasi Masalah Kesehatan
2.4.1 Bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan
pemberian obat antibiotik, antipiretik dan vitamin kepada kambing yang berada di
samping rumah keluarga tersebut sebagai tindakan prefentif untuk mencegah
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sangat menular tersebut.
Adapun tindakan prefentif yang dapat dilakukan yakni:
a) Biosekuriti Barang
 Disposal yakni pemusnahan barang – barang yang terkontaminasi;
 Dekontaminasi yaitu semua barang yang masuk kandang perlu disanitasi
dengan melakukan desinfeksi, fumigasi, atau disinari lampu ultra violet.

b) Biosekuriti Kandang
 Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan secara berkala setelah
selesai digunakan;
 Melakukan desinfeksi lingkungan sekitar kandang secara berkala dan
Dekontaminasi yakni dengan cara mencuci kandang, peralatan,
kendaraan, dan bahan-bahan lain yang memungkinkan bisa menularkan
PMK dengan deterjen atau disinfektan.

c) Biosekuriti kendaraan
 Security perlu menyemprot Ban dan bagian bawah kendaraan dengan
menggunakan larutan disinfektan atau melalui bak dipping kendaraan.

d) Biosekuriti Ternak
 Setiap ternak yang baru masuk ke lokasi peternakan perlu ditempatkan
terlebih dulu di kandang karantika/isolasi selama 14 hari dan dilakukan
pengamatan yang intensif terhadap gejala penyakit;
 Jika terdapat gejala klinis penyakit, maka segera pisahkan dan
dimasukkan ke kandang isolasi dan ditangani lebih lanjut oleh petugas
kesehatan hewan dan dilaporkan pada dinas peternakan setempat;

17
 Perlindungan pada zona bebas dengan membatasi gerakan hewan,
pengawasan lalu lintas dan pelaksanaan surveilans;
 Pemotongan hewan terinfeksi, hewan baru sembuh, dan hewan-hewan
yang kemungkinan kontak dengan agen PMK;
 Musnahkan bangkai, sampah, serta seluruh produk hewan pada area yang
terinfeksi;
 Pelarangan pemasukan ternak baru dari daerah tertular.

2.4.2 Pencegahan Stunting


Penanganan stunting dilakukan melalui Intervensi Spesifik dan Intervensi
Sensitif pada sasaran 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6
tahun. Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013 menyatakan bahwa Gerakan 1000
HPK terdiri dari intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi
spesifik, adalah tindakan atau kegiatan yang dalam perencanaannya ditujukan
khusus untuk kelompok 1000 HPK. Sedangkan intervensi sensitif adalah berbagai
kegiatan pembangunan di luar sektor kesehatan. Sasarannya adalah masyarakat
umum, tidak khusus untuk 1000 HPK. Salah satu sasaran untuk intervensi gizi
sensitif adalah remaja. Remaja merupakan kelompok yang perlu mendapat
perhatian serius mengingat masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke
dewasa dan belum mencapai tahap kematangan fisiologis dan psikososial.
Menurut Heriana yang dikutip oleh Rosa (2012) remaja mempunyai sifat
yang selalu ingin tahu dan mempunyai kecenderungan untuk mencoba hal-hal
baru. Sehingga, apabila tidak dipersiapkan dengan baik remaja sangat beresiko
terhadap kehidupan seksual pranikah. Di berbagai daerah kira-kira separuh dari
remaja telah menikah (Anas, 2013).
Usia 0–2 tahun atau usia bawah tiga tahun (batita) merupakan periode
emas (golden age) untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada masa
tersebut terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Periode 1000 hari pertama sering
disebut window of opportunities atau periode emas ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh-
kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Gagal
tumbuh pada periode ini akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan pada usia

18
dewasa. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan masalah
stunting ini mengingat tingginya prevalensi stunting di Indonesia. Pemerintah
telah menetapkan kebijakan pencegahan stunting, melalui Keputusan Presiden
Nomor 42 tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Peningkatan Percepatan Gizi
dengan fokus pada kelompok usia pertama 1000 hari kehidupan, yaitu sebagai
berikut: (Kemenkes RI, 2013).
a) Ibu hamil mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal 90 tablet
selama kehamilan;
b) Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil
c) Pemenuhan gizi
d) Persalinan dengan dokter atau bidan yang ahli
e) Pemberian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
f) Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi hingga usia 6
bulan
g) Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi diatas 6
bulan hingga 2 tahun
h) Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A
i) Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu terdekat
j) Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

2.4.3 Jaminan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin


Pada hakikatnya, pemerintah sudah mengupayakan pelayanan kesehatan
yang accesable bagi masyarakat miskin melalui berbagai program dan
kebijakannya seperti Jamkesos, ASKESKIN, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga Miskin (JPK-GAKIN) dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan
masih banyak lagi. Dengan banyaknya program jaminan kesehatan diharapkan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat miskin pada pelayanan kesehatan.
Langkah pemerintah tersebut memang sudah seharusnya dilakukan sebagai wujud
tanggung jawab negara terhadap rakyatnya. Namun, Pemerintah terkesan
mendominasi program pembangunan kesehatan dan kurang memperhatikan
variasi dan potensi lokal masyarakat untuk membangun pelayanan kesehatan yang
baik, tepat sasaran dan merata. Pelaksanaan pembangunan kesehatan masih

19
bersifat sentralistis (topdown) dan mengandalkan pola seragam (blueprint
approach). Alasannya adalah untuk efisiensi, kontrol dan mudahnya pengelolaan
dan memperkecil ketidak pastian sejak perencanaan.
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi
seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. Seiring
dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan
yang telah dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI,
Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan ke dalam satu Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan program
Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi
fakir miskin dan orang yang tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta Penerima
Bantuan Iuran (PBI).
Melalui program nasional ini, hambatan masyarakat terutama masyrakat
dengan status ekonomi rendah/miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan
dapat teratasi dan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud.

2.5 Pengembangan Potensi Sumber Daya Keluarga


2.5.1 Pemberian ASI Eksklusif
ASI merupakan nutrisi yang tepat buat bayi. Kandungan ASI sangat
dibutuhkan oleh bayi, dimana bayi usia 0 – 6 bulan telah terpenuhi kebutuhan
gizinya bila hanya mengkonsumsi ASI saja. Selain itu tubuh bayi hanya mampu
mengolah atau mencerna gizi yang ada di dalam ASI. Selain ASI bayi akan
mengalami kesulitan dalam mencerna gizi.
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang tepat untuk bayi usia 0 – 24
bulan. Cakupan pemberian ASI Eksklusif ( 0 – 6 bulan) mengalami peningkatan
sejak tahun 2007. Data Profil Kesehatan Jawa Timur 2020 menunjukan cakupan
sebesar 78.3%, di mana cakupan di Kabupaten Jember lebih tinggi dari rata rata
cakupan propinsi Jawa Timur (Dinker Propinsi Jawa Timur, 2020). Data yang
sudah baik ini perlu untuk ditingkatkan melalui berbagai upaya. Untuk itu perlu
mengajak ibu dan seluruh lapiran masyarakat untuk memberi dukungan dalam
pemberian ASI sehingga menjadi 100%.

20
Ibu menyusui yang memberikan ASI sejak bayi lahir sampai dengan enam
bulan, di mana ibu tidak memberikan makanan atau minuman apapun seperti
madu, air gula, susu formula, air tajin, pisang, nasi lunak, degan muda dan lain
lain disebut memberikan ASI secara eksklusif. Pemberian ASI ini bisa secara
langsung di mana ibu meneteki langsung bayinya maupun secara tidak langsung
dengan memerah ASI dan diberikan melalui sendok atau gelas ke bayinya.

2.5.2 Usia Produktif


Usia dan masa kerja merupakan faktor yang berkaitan langsung dengan
produktivitas kerja. Usia dari tenaga kerja adalah usia produktif bagi setiap
individu. Usia bagi tenaga kerja berada diantara 20 hingga 40 tahun, usia ini
dianggap sangat produktif bagi tenaga kerja karena apabila usia dibawah 20 tahun
rata-rata individu masih belum memiliki kematangan skill yang cukup selain itu
juga masih dalam proses pendidikan. Sedangkan pada usia diatas 40 tahun mulai
terjadi penurunan kemampuan fisik bagi individu (Priyono dan Yasin, 2016).
Tenaga kerja (manpower) adalah penduduk dalam usia kerja berusia 15 tahun - 64
tahun atau jumlah seluruh penduduk dalam satu Negara yang dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan jika mau
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut (Arisandi, 2018).
Penduduk usia produktif dianggap sebagai bagan dari penduduk yang ikut
andil dalam kegiatan ketenagakerjaan yang sedang berjalan. Mereka dianggap
sudah mampu dalam proses ketenagakerjaan dan mempunyai beban untuk
menanggung hidup penduduk yang masuk dalam katagori penduduk belum
produktif dan non produktif. Penduduk usia produktif saat ini tidak hanya di
dominasi oleh masyarakat dengan rentang usia di atas 20 tahun yang sudah selesai
menepuh pendidikannya. Saat ini, remaja usia muda yang masih bersekolah pun
sudah banyak yang memiliki usahanya sendiri. Di beberapa kota kejadian seperti
ini sudah biasa terlihat. Keterlibatan kaum muda dalam bekerja diawali sebagai
tenaga pembantu di usaha keluarga, sebelum akhirnya mereka berusaha sendiri
(BKKBN, 2014:29).

21
22
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

Pembahasan Kasus dari Video


Pertanyaan:
1. Menurut kelompok, tipe keluarga apa pada kasus tersebut, kemudian apa
tahapan perkembangan keluarga pada kasus tersebut dan apakah ada tugas
perkembangan keluarga yang belum terpenuhi?
2. Identifikasi faktor risiko dan masalah kesehatan yang mungkin akan terjadi
pada keluarga dikasus tersebut. Berikan penjelasannya.
3. Buatlah program kegiatan atau intervensi untuk mengatasi masalah kesehatan
pada keluarga sesuai kasus tersebut!
4. Dari pengamatan anda, potensi atau sumber daya apa yang bisa
dikembangkan oleh keluarga baik untuk mengatasi masalah kesehatan
ataupun yang lainnya? Jelaskan dengan lengkap.

Jawaban:
1. Berdasarkan video yang telah kami simak, kami melihat keluarga tersebut
termasuk ke dalam tipe keluarga nuclear family (keluarga inti) yang mana
menurut Friedman (2010) nuclear family merupakan keluarga yang terdiri
dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal
dalam satu rumah. Dari segi ekonomi keluarga tersebut tergolong ke dalam
keluarga yang tidak mampu (keluarga miskin).
Tahapan perkembangan keluarga tersebut dapat tergolong ke dalam families
with children di mana keluarga tersebut memiliki seorang anak seusia anak
SD (antara 8-12 tahun) serta seorang bayi yang baru lahir.
Tugas perkembangan keluarga pada tahapan perkembangan keluarga families
with children antara lain:
a) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar;
b) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan;
c) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual;

23
d) Menyediakan aktifitas untuk anak;
e) Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikutsertakan
anak.
Berdasarkan video yang diberikan, kami mengamati bahwa keluarga tersebut
masih kurang memenuhi aspek-aspek tugas perkembangan dalam
keluarganya disebabkan oleh adanya keterbatasan ekonomi.

2. Berdasarkan pengamatan kami pada video tersebut, terdapat beberapa risiko


masalah kesehatan yang mungkin terjadi, diantaranya:
a) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit infeksi virus yang
bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua
hewan berkuku belah/genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing,
domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya.
PMK dari hewan ternak seperti kambing dalam video tersebut bisa
saja menular ke keluarga tersebut dikarenakan adanya kontak
langsung maupun tidak langsung dengan hewan penderita (droplet,
leleran hidung, serpihan kulit).
b) Zoonosis
Zoonosis merupakan penyakit menular dari hewan ke manusia.
Biasanya, zoonosis bisa disebabkan adanya virus, bakteri, cacing,
atau protozoa (hewan bersel satu) pada hewan tertentu. Penularan
penyakit tersebut biasanya dikarenakan manusia berkontak secara
langsung dengan hewan yang sedang terpapar suatu penyakit. Risiko
keluarga terkena zoonosis sangat tinggi dikarenakan keluarga tersebut
tinggal bersebelahan dengan kandang kambing yang bilamana
kebersihannya tidak terjaga dengan baik, maka akan menimbulkan
risiko berkembangnya kuman, virus dan bakteri dengan cepat.
Beberapa penyakit yang tergolong zoonosis diantaranya, Anthraks,
Cacingan, misalnya infeksi cacing gelang (askariasis) dan cacing pita
(taeniasis), demam berdarah, malaria, kaki gajah atau filariasis,

24
Chikungunya, Pes dan Infeksi bakteri Salmonella atau demam tifoid
(tifus/tipes).
c) Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di
bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya. Hal ini kemungkinan besar bisa terjadi
kepada keluarga tersebut, dikarenakan faktor ekonomi yang kurang,
sehingga menyebabkan pola makan yang tidak baik, tidak memiliki
gizi yang seimbang dan kurang higienis.
d) Hambatan dalam Pemenuhan Aksesibilitas dalam Pelayanan
Kesehatan
Masalah aksesibilitas penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
menjadi persoalan serius yang belum terselesaikan. Aksesibilitas
yang dimaksud mencakup akses fasilitas kesehatan, akses biaya
kesehatan dan akses informasi terkait kesehatan. Selain itu, menurut
Prasetyo, ada biaya akses lainnya yang harus dipenuhi yaitu
transportasi, penginapan dan makanan termasuk opportunity cost
(biaya yang timbul akibat tidak bekerja untuk memperoleh jasa
kesehatan). Karakteristik masyarakat miskin dalam mengakses
pelayanan kesehatan menurut Prasetyo bukan hanya diukur dari
besaran penghasilan saja, melainkan juga diukur dari jarak tempuh ke
pelayanan kesehatan, akses informasi terkait kesehatan, tingkat
pendidikan dan rutinitas (jam kerja) yang padat. (Resist Book, 2007).

3. Program kegiatan atau intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi


masalah kesehatan yang mungkin terjadi pada keluarga tersebut antara lain:
a) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk
melakukan pemberian obat antibiotik, antipiretik dan vitamin kepada
kambing yang berada di samping rumah keluarga tersebut sebagai
tindakan prefentif untuk mencegah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
yang sangat menular tersebut.

25
b) Mencegah stunting dengan memberikan edukasi tentang gizi kepada
keluarga tersebut, tentang pentingnya ASI untuk bayinya, pentingnya
menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan, serta membantu dari
segi moril dan materil seperti membantu membuat sanitasi air (akses
air) bersih kepada keluarga tersebut.
c) Memberikan informasi kepada keluarga tersebut, bahwa ada program
Jaminan Kesehatan Nasional yang dapat digunakan untuk pemenuhan
aksesibilitas dalam pelayanan kesehatan. Dan memotivasi keluarga
untuk mengikuti program tersebut sebagai peserta penerima bantuan
iuran JKN.

4. Berdasarkan pengamatan kami, potensi atau sumber daya apa yang bisa
dikembangkan oleh keluarga baik untuk mengatasi masalah kesehatan
ataupun yang lainnya yakni:
a) Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Potensi ini merupakan sumberdaya terbaik yang dimiliki oleh
keluarga tersebut, khususnya ibu kepada bayinya yang masih
menyusui untuk mencegah terjadinya stunting.
b) Usia yang produktif dan kesehatan yang masih prima.
Potensi dari sumberdaya ini merupakan milik dari ayah selaku kepala
keluarga. Beliau masih terlihat kuat, sehat dan dalam usia primanya.
Hal tersebut merupakan potensi yang dapat dikembangkan, yakni
dengan mencari pekerjaan lain yang halal dan berpotensi
meningkatkan kesejahteraan.
c) Memberdayakan masyarakat melalui Pendidikan nonformal
Pemberdayaan masyarakat miskin melalui pendidikan nonformal
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
untuk memberdayakan masyarakat melalui pendidikan
nonformal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Seperti
yang dikatakan Mardikanto (2013) bahwa pemberdayaan dapat
memandirikan masyarakat, pendidikan nonformal merupakan
salah satu pemberdayaan yang diharapkan dapat memandirikan

26
masyarakat. Misalnya dengan mengikuti kegiatan pelatihan budidaya
ikan, bertani yang baik, menjahit dan sebagainya. Program UP2K
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan
ketahanan keluarga yang dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan
keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Harapannya adalah
dengan meningkatnya kondisi ekonomi keluarga, maka mereka akan
memiliki kemampuan untuk meningkatkan kondisi kesehatan,
pendidikan dan keterampilan. Program ini dilakukan melalui
peningkatan pemberdayaan keluarga dalam bidang usaha ekonomi
produktif. Diharapkan dari kegiatan pendidikan nonformal ini
masyarakat bisa melanjutkan keterampilan yang mereka
dapatkan menjadi lapangan kerja baru

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
4.11 Ada beberapa tipe keluarga menurut (Friedman, 2010)
1. Nuclear Family (keluarga inti)
2. Keluarga Extended Family (besar)
3. single parent family
4. Nuclear dyed
5. Blended family
6. Three generation family
7. Single adult living alone
8. Middle age atau elderly couple

4.1.2 Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga


a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning
family)
b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
d. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
e. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
g. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

28
4.1.3 Identifikasi Faktor Risiko dan Masalah Kesehatan yang bisa ditimbulkan
dari kondisi rumah, berdasarkan video yang diberikan
a. Penyakit Mulut dan Kuku
b. Zoonosis
c. Stunting
4.1.4 Program Kegiatan Atau Intervensi Yang Dapat Dilakukan Untuk
Mengatasi Masalah Kesehatan
a. Bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
b. Pengembangan Potensi Sumber Daya Keluarga
c. Bekerja sama sengan Dinas sosial untuk pengajuan menjadi
keluarga Harapan
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa Diharapkan makalah ini menjadi
referensi bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai
tipe keluarga, peran dan fungsi perkembangan dalam
keluarga.
2. Bagi Masyarakat Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi baru sebagai sarana pendukung
untuk memperluas wawasan khususnya di bidang
kebidanan.
3. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan Tenaga Kesehatan
khususnya Bidan dapat meningkatkan kinerja dan
tanggung jawab sebagai pendamping perempuan dan
memberikan asuhan yang secara integral sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan yang dimiliki.

29
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Kevin. 2021. Memahami Zoonosis, Penyakit yang menular dari Hewan ke
Manusia. https://www.alodokter.com/memahami-zoonosis-penyakit-yang-
menular-dari-hewan-ke-manusia. Diakses tanggal 19 September 2022.

Febriansyah, Gusnanda Bondan, dkk. 2020. Pemberdayaan Masyarakat Miskin


Melalui Pendidikan Nonformal di Desa Mettanete Bua Kecamatan
Palakka Kabupaten Bone Provinsi Sulawasi Selatan.
https://ejournal.ipdn.ac.id/jpp/article/view/2062/1000. Diakses tanggal 20
September 2022

Harismi, Asni. 2020. 8 Tahap Perkembangan Keluarga yang Patut Anda Ketahui.
https://www.sehatq.com/artikel/tahap-perkembangan-keluarga-yang-patut-
anda-ketahui. Diakses tanggal 19 September 2022.

Kemenkes RI. 2014. Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. https://pusdatin.kemkes.


go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf.
Diakses tanggal 19 September 2022.

P2PTM Kemenkes RI. 2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan,
Pola Asuh dan Sanitasi. http://p2ptm.kemkes.go.id/post/cegah-stunting-
dengan-perbaikan-pola-makan-pola-asuh-dan-sanitasi. Diakses tanggal 19
September 2022.

Swacita, Ida Bagus. 2017. Bahan Ajar Kesehatan Masyarakat Veteriner :


Biosekuriti.https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
8a4b32ae5fd1f9ab808c175f89016415.pdf. Diakses tanggal 20 September
2022.

Ramadani, Dwi. 2019. Penguatan Program Usaha Peningkatan Pendapatan


Keluarga (UP2K) terhadap Pendapatan Masyarakat Penerima Bantuan di
Kecamatan Pemayung Kab. Batanghari.
http://repository.uinjambi.ac.id/1890/1/DWI%20RAMADHANI
%20EES150633%20-%20Dwi%20Ramadhani.pdf Diakses tanggal 20
September 2022

30

Anda mungkin juga menyukai