Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

GANGGUAN PERKEMBANGAN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Patofisiologi
Dosen Pengempu : Hj. Sri Hartati, Ners., M.Kep

Di Susun Oleh Kelompok 3:


M. Daffa Aditya Murdian
M. Riski Hasbi Assidik
Mutia Cahya Lestari
Neng Dayung Setya Rezanata
Novi Melisa
Nurfadilla Septiyani Syah
Pirda Destiana
Restha Maulani Aulia W
Riany Siti Hatinah
Rizki Maulani Rahman
Salsa Aulia Andriani
Sella Oktavania
Sindy Hermalia Sari
Siti Nurhalimah
Sri Wahyuni
Tira Gusniati
Wulan Suciana

AKADEMI KEPERAWATAN CIANJUR 2021


JL. Pasir Gede Raya No. 19 Telp. 0263267206
fax.270953 Cianjur.

1
Kata pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT karna berkat rahmat, ridho dan
hidayah dari-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa
halangan apapun.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada dosen pembimbing karena telah mengarahkan
kami pada hal-hal yang positif dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini memuat tentang “ Gangguan Perkembangan “ Kami berharap agar makalah
yang kami buat ini dapat dipahami dan selanjutnya dapat  membawa banyak manfaat
dalam menambah pengetahuan pembaca mengenai Gangguan Perkembangan.
Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna sepenuhnya, karena itu kami memohon
maaf kepada pembaca dan juga mengharapkan kritik maupun saran guna perbaikan
dimasa yang akan datang akhir kata kami ucapkan yang sebesar-besarnya
Cianjur, 16 , Maret 2021

Kelompok 3

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ............................................................ i

2
KATA PENGANTAR........................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................1

A. Latar Belakang ...................................................... 2

B. Rumusan Masalah ................................................. 2

C. Tujuan Penulisan ...................................................3

D. Manfaat Penulisan ................................................. 3

BAB II tinjauan Pustaka..................................................4

A. GANGGUAN TUMBUH KEMBANG...............................4

1. Pengertian....................................................... 5
2. Etiologi............................................................6
3. tanda dan gejala...............................................10
4. faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
......................................................................16
5. patofisiologi gangguan tumbuh kembang dengan kelainan ha
ntung bawaan...................................................20

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KELAINAN JANTUNG BAWA


AN DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

BAB III PENUTUP ...........................................................27

A. Simpulan............................................................... 28

B. Saran ..................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Gangguan pertumbuhan ialah suatu keadaan apabila pertumbuhan anak

secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya yang

berdasarkan indeks tinggi badan (TB/U) berada di bawah – 2SD kurva

pertumbuhan WHO 2005 (Kemenkes RI, 2010). Penilaian pertumbuhan dapat

dilakukkan melalui penilaian pertumbuhan fisik salah satunya adalah melalui

pemantauan tinggi badan anak. Dengan mengukur tinggi badan anak,

pertumbuhan anak dapat dinilai dan dibandingkan dengan standar pertumbuhan

yang bertujuan untuk menentukan apakah anak tumbuh secara normal atau

mempunyai masalah pertumbuhan atau ada kecenderungan masalah pertumbuhan

yang perlu ditangani (WHO, 2010).

Gangguan Pertumbuhan juga dapat menyebabkan anak terlihat kurus

karena kekurangan gizi Protein. Kejadian gangguan pertumbuhan pada 2 tahun

pertama kehidupan dapat menyebabkan kerusakan organ otak tidak dapat

diperbaiki, balita gagal tumbuh (BBLR, kecil, pendek, kurus), hambatan

perkembangan kogntif, menurunkan produktivitas pada usia dewasa, balita gizi

buruk memiliki sistem daya tahan tubuh yang lemah sehingga mereka sering sakit

(lebih sering menderita penyakit yang parah) dan kemungkinan meninggal dunia.

Gangguan tumbuh kembang anak akan berakibat buruk pada kehidupan

berikutnya yang sulit diperbaiki. Anak yang menderita kurang gizi berat

4
mempunyai rata-rata IQ 11 poin lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ anak yang

tidak kurang gizi. Kenyataan ini tentu berdampak pada kualitas Sumber daya

Manusia (SDM) suatu bangsa. Masalah gizi balita yang dihadapi di Indonesia

merupakan masalah gizi ganda yaitu masalah gizi kurang. Gizi kurang merupakan

salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di banyak

Negara berkembang lainnya, zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai

susunan hidangan yang tidak seimbang (Fatimah, E. 2006).

Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan regional dengan prevalensi

tertinggi Asia Tenggara sebesar 27,3%). Data Riskesdas menyajikan prevalensi

berat-kurang (underweight) secara nasional Prevalensi berat-kurang tahun 2018

adalah 17,7 %, terdiri dari 3,9% gizi buruk dan 13,8% gizi kurang. Jika

dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2013 (19,6%) dan tahun

2007 (18,4%) terjadi peningkatan. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk

yaitu dari 5,4% tahun 2007 4,9 % tahun 2010, dan 5,7 % pada tahun 2013.

Ditahun 2007 dan tahun 2013 terjadi peningkatan anak yang mengalami gizi

kurang sebesar 0,9% selama 6 tahun. Pada Tahun 2018 terjadi penurunan anak

yang mengalami gizi kurang sebesar 0,1%. Berdasarkan data tersebut meskipun

prevalensi masalah gizi berkurang, akan tetapi masih terdapat balita dengan status

gizi kurang dan hal ini masih menjadi masalah (Kermenkes RI, 2014).

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor. Oleh karena itu

penanganannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan

kesehatan saja, tapi harus melibatkan berbagai sektor terkait, karena masalah gizi

tidak hanya masalah ahli gizi saja tetapi juga masalah lintas sektor. Faktor-faktor

yang mempengaruhi status gizi yakni penyebab langsung dan penyebab tidak

2
langsung. Penyebab langsung makanan anak dan infeksi yang mungkin di derita

anak.Penyebab gizi anak tidak hanya disebabkan oleh makanan yang kurang,

Infeksi yang berkaitan dengan tingginya prevalensi dan kejadian penyakit infeksi

terutama ISPA, TBC, malaria, demam berdarah. Penyebab tidak langsung ketahan

pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan kesehatan

lingkungan (Setyawati dan Vilda Ana Veria, 2018).

Faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita salah satunya adalah

sanitasi lingkungan yang merupakan faktor tidak langsung, tetapi ada juga faktor

lain yang mempengaruhi status gizi. Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang

baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit antara lain diare,

kecacingan dan infeksi saluran pernafasan. Apabila anak menderita infeksi saluran

pencernaan, penyerapan zat gizi akan terganggu yang menyebabkan terjadinya

kekurangan zat gizi. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gagal tumbuh

kembang, meningkatkan angka kematian dan kesakitan serta penyakit terutama

pada kelompok usia rawan gizi yaitu balita (Zulfita, 2013).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut adanya

proses diferensiensi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system

organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Penyebab

keterlambatan perkembangan anak yaitu salah satunya faktor internal. Kurangnya

stimulasi akan mengakibatkan akan mengakibatkan jaringan otak akan mengecil

3
sehingga fungsi otak akan menurun. Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi

sampai dewasa dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor

genetik dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial, yang bisa menghambat atau

mengoptimalkan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2016).

Deteksi dini tumbuh kembang anak perlu dilakukan untuk mengetahui

apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan, dengan

menggunakan tes KPSP untuk menilai perkembangan anak meliputi aspek-aspek

motorik kasar, motorik halus, personal sosial, dan kemampuan bicara dan bahasa.

(Kemenkes RI, 2012)

Berdasarkan data dan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan

bahwa yang menjadi penyebab utama gangguan pertumbuhan (gizi kurang) dan

yang dialami oleh keluarga Tn. M. khususnya Anak. A. adalah faktor kurangnya

pengetahuan tentang status gizi lengkap pada balita, pola hidup masyarakat yang

terlalu banyak aktifitas serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit

gizi kurang dan kurangnya stimulasi sehingga penulis tertarik untuk melakukan

asuhan kebidanan yang lebih mendalam tentang “Asuhan Kebidanan Pada Baduta

Terhadap Anak . A. dengan gizi kurang di Desa Murni Jaya Wilayah Puskesmas

Daya Murni Tulang Bawang”.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Tumbuh Kembang

1. Pengertian

Gangguan tumbuh kembang adalah kondisi individu mengalami gangguan

kemampuan bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kelompok usia. (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Gangguan tumbuh kembang adalah kegagalan untuk tumbuh dan

berkembang dimana sebenarnya anak tersebut lahir dengan cukup bulan, akan

tetapi dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya mengalami kegagalam

dalam pertumbuhan fisik dengan malnutrisi dan retardasi perkembangan social

atau motorik. (Hidayat, 2012).

2. Etiologi

Penyebab dari gangguan tumbuh kembang menurut (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016) adalah sebagai berikut :

a. Efek ketidakmampuan fisik

b. Keterbatasan lingkungan

c. Inkonsistensi respon

d. Pengabaian

e. Terpisah dari orang tua dan/atau orang terdekat

f. Defisiensi stimulus

5
3. Tanda dan gejala

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), pada gangguan tumbuh kembang

terdapat gejala dengan tanda mayor dan minor diantaranya :

a. Gejala dan tanda mayor

1) Subjektif

a) Tidak tersedia

2) Objektif

a) Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik,

bahasa, motorik, psikososial).

b) Pertumbuhan fisik terganggu

b. Gejala dan tanda minor

1) Subjektif

a) Tidak tersedia

2) Objektif

a) Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia ‘

b) Afek datar

c) Respon sosial lambat

d) Kontak mata terbatas

e) Nafsu makan menurun

f) Lesu

g) Mudah marah

h) Regresi

i) Pola tidur terganggu (pada bayi)

2
4. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Pada proses tumbuh kembang anak setiap individu akan mengalami siklus

yang berbeda-berbeda. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan pada anak menurut (Hidayat, 2012) diantaranya :

1) Faktor Herediter

Faktor herediter adalah faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar untuk

mencapai tumbuh kembang anak jika dibandingkan dengan faktor lain. Faktor ini

terdiri dari bawaan atau kelainan genetik dan kromosom dari ayah dan ibu, jenis

kelamin, ras, dan suku bangsa. Kelainan genetik dan kromosom pada ayah dan ibu

akan menjadi pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. Faktor

herediter ditentukan dengan intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur,

tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya

pertumbuhan tulang.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga memegang peran penting dalam menentukan

tercapainya potensi yang sudah dimilki anak. Adapun yang termasuk faktor

lingkungan yaitu lingkungan pranatal dan lingkungan postnatal.

a) Lingkungan pranatal adalah lingkungan pada saat dalam kandungan, mulai dari

konsepsi hingga lahir yang meliputi gizi sewaktu ibu hamil, lingkungan

mekanis seperti posisi janin dalam uterus, zat-zat kimia atau toxin seperti

pengguna obat-obatan atau alkohol, kebiasaan ibu yang mungkin merokok saat

hamil, hormonal seperti adanya hormone somatrotopin, plasenta, tiroid, insulin

dan lain-lain yang mempengaruhi pertumbuhan janin. Selain itu adanya

3
tekanan mekanik pada beberapa organ tubuh janin dan pemberian radiasi juga

dapat menyebabkan kelainan bawaan.

b) Lingkungan postnatal ialah lingkungan setelah lahir yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak seperti misalnya, budaya lingkungan, status sosial

ekonomi, nutirisi, iklim/cuaca, olahraga/latihan fisik, posisi anak dalam

keluarga, dan status kesehatan.

3) Faktor Hormonal

Faktor hormonal yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak

antara lain: hormon somatrotopin yang memiliki peran dalam mempengaruhi

pertumbuhan tinggi badan, hormon tiroid yang menstimulasi metabolisme tubuh,

sedangkan glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan sel

interstisal dari testis untuk memproduksi testosteron dan ovarium untuk

memproduksi esterogen, selanjutnya hormon tersebut akan menstimulsi seks pada

laki-laki maupun perempuan.

5. Patofisiologi Gangguan Tumbuh Kembang dengan Kelainan

Jantung Bawaan

Terjadinya gangguan tumbuh kembang pada anak dengan kelainan jantung

bawaan menurut (Wahid, 2012) dipengaruhi karena adanya kelainan genetik dan

kromosom, faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor hormonal, faktor

radiasi dan faktor gizi pada saat masa kehamilan ibu. Faktor-faktor tersebut

menyebabkan adanya kemungkinan anak mengalami kelainan jantung bawaan

yang dibawa sejak lahir. Kelainan jantung bawaan yang diderita anak sejak lahir,

mengakibatkan anak tersebut mengalami penurunan pada fungsi organ terutama

pada jantung, hal tersebut kemudian mempengaruhi volume sekuncup sehingga

4
mengalami penurunan yang juga berdampak pada penurunan COP (Cardiac

Output) sehingga kebutuhan O2 dan zat nutrisi untuk metabolisme tubuh tidak

seimbang. Hal ini menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam meningkatkan

berat badannya sehingga mengakibatkan anak tersebut mengalami gangguan

tumbuh kembang dan menimbulkan dampak keterlambatan bicara, gangguan

tidur, kurang gizi, kerusakan pada susunan saraf yang menyebabkan retardasi

mental, kesulitan belajar, buta dan tuli. Walaupun anak dengan jantung bawaan

yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang

normal, tetapi dengan adanya kelainan jantung bawaan anak cenderung memiliki

resiko yang besar untuk jatuh kedalam keadaan nutrisi buruk dengan

menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan dalam

pertumbuhan serta perkembangannya. (Kaunang & Rompis, 2014).

6. Tahapan Perkembangan Anak Menurut Umur

a. Umur 0 sampai 3 bulan

1) Mengangkat kepala setinggi 45°

2) Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah

3) Melihat dan menatap wajah anda

4) Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

5) Suka tertawa keras

6) Bereaksi terkejut terhadap suara keras

7) Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum

8) Mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran, kontak.

b. Umur 3 sampai 6 bulan

1) Berbalik dari telungkup ke telentang

2) Mengangkat kepala setinggi 90°

5
3) Mempertahankan kondisi kepala tetap tegak dan stabil

4) Menggenggam pensil

5) Meraih benda yang ada dalam jangkauannya

6) Memegang tangannya sendiri

7) Berusaha memperluas pandangan

8) Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil

9) Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik

10) Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri

c. Umur 6 sampai 9 bulan

1) Duduk (sikap tripoid-sendiri)

2) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan

3) Merangkak meraih mainan atau mendekati sesorang

4) Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya

5) Memungut 2 benda, masing-masing tangan pegang 1 benda pada saat yang


bersamaan

6) Memungut benda sebesar kacang dengan meraup

7) Bersuara tanpa arti, mamama,bababa,dadada,tatatata

8) Mencari mainan/benda yang dijatuhkan

9) Bermain tepuk tangan/ciluk ba

10) Bergembira dengan melempar benda

11) Makan kue sendiri

d. Umur 9 sampai 12 bulan

1) Mengangkat badannya ke posisi berdiri

2) Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi

3) Dapat berjalan dengan dituntun

4) Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan

6
5) Menggenggam erat pensil

6) Memasukkan benda ke mulut

7) Mengulang menirukan bunyi yang di dengar

8) Menyebut 2 sampai 3 suku kata yang sama tanpa arti

9) Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh siapa saja

10) Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan

11) Senang diajak bermain “ciluk ba”

12) Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal

e. Umur 12 sampai 18 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan

2) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali

3) Berjalan mundur 5 langkah

4) Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”

5) Menumpuk 2 kubus

6) Memasukkan kubus di kotak

7) Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak


bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan
ibu

8) Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

f. Umur 18 sampai 24 bulan

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik

2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung

3) Bertepuk tangan, melambai-lambai

4) Menumpuk 4 buah kubus

5) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk

6) Mengelindingkan bola kearah sasaran

7) Menyebut 3 sampai 6 kata yang mempunyai arti

7
8) Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga

9) Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri

g. Umur 24 sampai 36 bulan

1) Jalan naik tangga sendiri

2) Dapat bermain dan menendang bola kecil

3) Mencoret-coret pensil pada kertas

4) Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata

5) Dapat menunjuk 1 atau lebih bagian tubuh ketika diminta

6) Melihat gambar dan dapat menyentuh dengan benar nama 2 benda atau lebih

7) Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring


jika diminta

8) Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah

9) Melepas pakaiannya sendiri

h. Umur 36 sampai 48 bulan

1) Berdiri 1 kaki 2 detik

2) Melompat kedua kaki diangkat

3) Mengayuh sepeda roda tiga

4) Menggambar garis lurus

5) Menumpuk 8 buah kubus

6) Mengenal 2 sampai 4 warna

7) Menyebut nama, umur, tempat

8) Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan

9) Mendengarkan cerita

10) Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri

11) Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan

12) Mengenakan sepatu sendiri

8
13) Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

i. Umur 48 sampai 60 bulan

1) Berdiri 1 kaki 6 detik

2) Melompat-lompat 1 kaki

3) Menari

4) Menggambar tanda silang

5) Menggambar lingkaran

6) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh

7) Mengancing baju atau pakaian boneka

8) Menyebut nama lengkap tanpa dibantu

9) Senang menyebut kata-kata baru

10) Senang bertanya tentang sesuatu

11) Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar

12) Bicaranya mudah dimengerti

13) Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan bentuknya

14) Menyebut angka, menghitung jari

15) Berpakaian sendiri tanpa dibantu

16) Menggosok gigi tanpa dibantu

17) Bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu

j. Umur 60 sampai 72 bulan

1) Berjalan lurus

2) Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik

3) Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap

4) Menangkap bola kecil dengan kedua tangan

5) Menggambar segi empat

6) Mengerti arti lawan kata

9
7) Mengerti pembicaraan dengan menggunakan 7 kata atau lebih

8) Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya

9) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 sampai 10

10) Mengenal warna warni

11) Mengungkap simpati

12) Mengikuti aturan permainan

13) Berpakaian sendiri tanpa dibantu

B. Asuhan Keperawatan pada Anak Kelainan Jantung Bawaan dengan

Gangguan Tumbuh Kembang

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu kegiatan guna untuk mengumpulkan data

secara sistematis dengan tujuan untuk menentukan status kesehatan dan

fungsional pada saat ini dan waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola

respons klien saat ini dan waktu sebelumnya menyeleksi terapi keperawatan yang

cocok, dan mengevaluasi respons klien terhadap terapi. (Potter, 2005).

Pengkajian juga berupa proses pengumpulan, pengaturan, validasi dan

dokumentasi data. Pengkajian juga berupa proses yang dilakukan pada semua fase

dalam proses keperawatan. (Kozier, Erb, Breman, & Shirlie, 2011).

Pengumpulan data merupakan proses mengumpulkan informasi tetang status

kesehatan dari klien. Proses ini harus sistematis dan kontinu guna mencegah

kehilangan data yang signifikan dan menggambarkan status kesehatan klien.

Adapun metode pengumpulan data yang dapat dilakukan diantaranya :

10
a. Observasi

Observasi merupakan pengumpulan data dengan menggunakan indera.

Observasi merupakan keterampilan yang disadari dan disengaja yang

dikembangkan melalui upaya dan dengan pendekatan yang terorganisasi.

Observasi memiliki dua aspek yitu memperhatikan data dan menyeleksi, mengatur

dan menginterpretasikan data. Observasi harus dapat dilakukan dengan

sedemikian rupa sehingga tidak ada data yang mungkin terlewatkan.

b. Wawancara

Wawancara ialah komunikasi yang direncanakan atau perbincangan

dengan satu tujuan, misalnya untuk mendapatkan atau memberikan informasi,

mengidentifikasi masalah bersama, megevaluasi perubahan, mengajarkan,

member dukungan atau memberikan konseling dan juga terapi.

Dalam proses pengumpulan data ada beberapa hal yang dapat diperoleh

melalui teknik observasi ataupun wawancara diantaranya :

1) Keluhan Utama

Menurut (Muttaqin, 2010), pengkajian anamnesis keluhan utama didapat

dengan menanyakan tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai

perlu pertolongan. Seperti misalnya saat mengalami kelainan jantung bawaan

akan timbul gejala bayi biru saat menangis (bibir,kuku dan lidah menjadi biru).

Wajah bayi tampak pucat dan biru akibat kurangnya aliran darah. Secara umum

fisik bayi akan terlihat lemah, lelah dan malas menyusu, bayi sering menjadi

batuk pilek dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul adalah saat menghisap

ASI bayi cenderung tersengal-sengal, sulit bernapas, nafsu makan rendah,

11
berkeringat berlebih saat makan atau minum susu, pertumbuhan terhambat dan

terlambat berjalan.

a) Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan termasuk alasan untuk mencari perawatan kesehatan

dan pengkajian riwayat kesehatan masa lampau dan saat ini.

(1) Riwayat kesehatan saat ini

Pengkajian riwayat kesehatan sekarang seperti misalnya saat menderita

KJB akan timbul gejala bayi biru saat menangis (bibir,kuku dan lidah menjadi

biru). Wajah bayi tampak pucat dan biru akibat kurangnya aliran darah. Secara

umum fisik bayi akan terlihat lemah, lelah dan malas menyusu, bayi sering

menjadi batuk pilek dan demam. Gejala lain yang mungkin muncul adalah saat

menghisap ASI bayi cenderung tersengal-sengal, sulit bernapas, nafsu makan

rendah, berkeringat berlebih saat makan atau minum susu, pertumbuhan

terhambat dan terlambat berjalan.

(2) Riwayat kesehatan dahulu

Perawat disini menanyakan mengenai penyakit-penyakit yang pernah

dialami sebelumnya. Menurut (Muttaqin, 2010), hal-hal yang perlu dikaji

meliputi:

(a) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi.

Tanyakan apakah ibu pasien sempat meminum obat-obatan dimasa lalu

yang masih relevan seperti misalnya obat kortikosteroid. Catat kemungkinan efek

samping yang pernah terjadi di masa lalu. Selain itu perawat juga harus

menanyakan alergi obat dan reaksi alergi seperti apa yang sempat timbul.

12
(b) Riwayat keluarga.

Disini hal yang perlu ditanyakan perawat adalah mengenai penyakit yang

pernah dialami oleh keluarga. Hal ini ditanyakan karena banyak terjadi penyakit

menurun dalam keluarga.

(c) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan.

Perawat harus menanyakan pekerjaan dan kebiasaan yang dimilki orang

tua pasien terutama saat ibu hamil mengenai kebiasaan sosial, kebiasaan merokok

dan sebagainya yang dapat memengaruhi kesehatan.

Pengumpulan data juga dapat dilakukan dengan hal berikut :

1) Pemeriksaan fisik

Menurut Muttaqin (2010), pemeriksaan fisik adalah dengan menggunakan

pendekatan per sistem mulai dari kepala ke ujung kaki dapat lebih mudah

dilakukan pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik diperlukan empat

modalitas dasar yang digunakan meliputi :

a) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi. Perawat harus menginspeksi bagian

tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik yang signifikan.

Perawat yang berpengalaman harus melakukan beberapa observasi hampir secara

bersamaan, sambil mendeteksi tanda dini adanya abnormalitas. Perhatikan semua

gerakan dan lihat dengan cermat bagian tubuh atau area yang sedang diinspeksi.

b) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua tangan untuk menyentuh

bagian tubuh dan membuat suatu pengukuran sensitif terhadap tanda khusus fisik.

13
Keterampilan ini sering kali digunakan bersamaan dengan inspeksi. Selama

melakukan palpasi, pasien diusahakan dalam keadaan santai sehingga tidak terjadi

ketegangan otot yang dapat memengaruhi optimalitas dari hasil pemeriksaan.

c) Perkusi

Perkusi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan melakukan

pengetukan pada tubuh dengan ujung-ujung jari untuk mengevaluasi ukuran,

batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang bertujuan untuk menemukan

adanya cairan di dalam rongga tubuh. Perkusi membantu memastkan abnormalitas

yang didapat dari pemeriksaan sinar-X atau pengkajian melalui palpasi dan

auskultasi.

d) Auskultasi

Auskultasi ialah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi

yang dihasilkan tubuh. Beberapa bunyi dapat didengar dengan telinga tanpa alat

bantu, meskipun sebagian besar bunyi dapat didengar dengan stetoskop.

Dengarkan adanya bunyi dan karakteristik yang memungkinkan adanya kelainan.

2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah fase kedua pada proses keperawatan.

Dalam fase ini perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk

menginterpretasi data-data pengkajian dan mengidentifikasi kuatnya masalah

yang dialami klien. Perumusan diagnosis adalah fase yang sangat penting dalam

proses keperawatan, semua proses sebelum fase ini ditunjukkan untuk untuk

merumuskan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan juga diartikan

sebagai penilaian yang dibuat hanya setelah pengumpulan data yang sistematis

dan menyeluruh. Dalam hal ini diagnosis yang diangkat adalah gangguan tumbuh

14
kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dibuktikan dengan

pertumbuhan fisik terganggu, tidak mampu melakukan perawatan sesuai usia, dan

respon sosial lambat.

3. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah selanjutnya setelah ditegak diagnosa

keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan bagi klien dan merencanakan intervensi keperawatan. Perencanaan

adalah proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan dan sistematis yang

mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah. Dalam perencanaan

keperawatan merujuk pada data pengkajian pasien dan pernyataan diagnosis

sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan pasien dan merancang intervensi

keperawatan. Perencanaan yang dapat dilakukan sesuai dengan diagnosa. (Nurarif

& Kusuma, 2015).

a. Kriteria NOC (Nursing Outcome Classification)

1) Growth and Development, Delayed

2) Nutrition Imbalance Less Than Body

b. Kriteria Hasil :

1) Anak berfungsi optimal sesuai tingkatnya

2) Keluarga dan anak mampu menggunakan koping terhadap tantangan karena

adanya ketidakmampuan

3) Keluarga mampu mendapatkan sumber-sumber sarana komunitas

4) Kematangan fisik : wanita: perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi

dengan transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.

15
5) Kematangan fisik : pria perubahan fisik normal pada pria yang terjadi dengan

transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa.

6) Status nutrisi seimbang

7) Berat badan

c. Intervensi yang dapat dirumuskan berdasarkan kriteria NIC (Nursing

Interventions Classification)

1) Peningkatan perkembangan anak dan remaja

a. Kaji faktor penyebab gangguan perkembangan anak

b. Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi

perkembangan anak yang optimal

c. Berikan perawatan yang konsisten

d. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimulsi taktil

e. Berikan instruksi berulang dan sederhana

f. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

g. Dorong anak melakukan perawatan sendiri

h. Manajemen perilaku anak yang sulit

i. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok.

j. Ciptakan lingkungan yang aman

2) Nutritional Management

a. Kaji keadekuatan asupan nutrisi (misainya kalori, zat gizi)

b. Tentukan makanan yang disukai anak

c. Pantau kecenderungan kenaikan dan penurunan berat badan

16
3) Nutrition Theraphy

a. Menyelesaikan penilaian gizi, sesuai

b. Memantau makanan / cairan tertelan dan menghitung asupan kalori harian,

sesuai

c. Memantau kesesuaian perintah diet untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-

hari, sesuai

d. Kolaborasi dengan ahli gizi, jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan

untuk memenuhi persyaratan gizi yang sesuai

e. Pilih suplemen gizi, sesuai

f. Dorong pasien untuk memilih makanan semisoft, jika kurangnya air liur

menghalangi menelan

g. Mendorong asupan makanan tinggi kalsium, sesuai

h. Mendorong asupan makanan dancairan tinggi kalium, yang sesuai

i. Pastikan bahwa diet termasuk makanan tinggi kandungan serat untuk

mencegah konstipasi

j. Memberikan pasien dengan tinggi protein, tinggi kalori, makanan dan

minuman bergizi jari yang dapat mudah dikonsumsi, sesuai.

Adapun intervensi yang dapat dilakukan menurut (Tim Pokja SIKI DPP

PPNI, 2018), yang berkaitan dengan gangguan tumbuh kembang diantaranya :

a. Perawatan Perkembangan

9) Observasi

a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

17
b) Identifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi (misalnya

lapar, tidak nyaman)

10) Terapeutik

a) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal

b) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain

c) Pertahankan kenyamanan anak

d) Fasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri

(misalnya makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai baju)

11) Edukasi

a) Jelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestoneperkembangan anak

dan perilaku anak

b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya

c) Ajarkan anak keterampilan berinteraksi

d) Ajarkan anak teknik asertif

b. Manajemen Nutrisi

1) Observasi

a) Identifikasi status nutrisi

b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

c) Identifikasi makanan yang disukai

d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien

e) Monitor asupan makanan

f) Monitor berat badan

2) Terapeutik

a) Fasilitasi menentukan pedoman diet (misalnya piramida makanan)

18
b) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

c) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

d) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

3) Edukasi

a) Ajarkan program diet yang diprogramkan

4) Kolaborasi

a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien

yang dibutuhkan, jika perlu

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan atau implementasi keperawatan merupakan komponen dari

proses keperawatan yang merupakan perilaku keperawatan dimana tindakan yang

diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan atau implementasi adalah

fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan. (Kozier et al.,

2011).

Adapun implementasi yang dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan

yaitu :

a. Perawatan Perkembangan

1) Mengidentifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

2) Mengidentifikasi isyarat perilaku dan fisiologis yang ditunjukkan bayi

(misalnya lapar, tidak nyaman)

3) Mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal

4) Memotivasi anak berinteraksi dengan anak lain

5) Mempertahankan kenyamanan anak

19
6) Memfasilitasi anak melatih keterampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri

(misalnya makan, sikat gigi, cuci tangan, memakai baju)

7) Menjelaskan orang tua dan/atau pengasuh tentang milestone perkembangan

anak dan perilaku anak

8) Meganjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya

9) Mengajarkan anak keterampilan berinteraksi

10) Mengajarkan anak teknik asertif

b. Manajemen Nutrisi

1) Mengidentifikasi status nutrisi

2) Mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan

3) Mengidentifikasi makanan yang disukai

4) Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

5) Meonitor asupan makanan

6) Memonitor berat badan

7) Memfasilitasi menentukan pedoman diet (misalnya piramida makanan)

8) Menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

9) Memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

10) Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

11) Mengajarkan program diet yang diprogramkan

12) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis

nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir pada proses

keperawatan untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan

20
kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006). Mengevaluasi

juga berarti aktivitas yang direncanakan secara berkelanjutan dan terarah untuk

mempertahankan atau meningkatkan kondisi pasien menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Dalam gangguan tumbuh kembang anak menunjukkan perubahan dan

perkembangan yang lebih baik dan terjadi pencapaian dalam tugas perkembangan

sesuai dengan kelompok usia dan ukuran fisik sesuai dengan batasan ideal. (Hidayat,

2012).

21
PENUTUP VI

A. Simpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu proses yang diawali dari
konsepsi (pembuahan) sampai pematangan atau dewasa. Melalui proses tersebut anak
tumbuh menjadi lebih besar dan bertambah matang dalam segala aspek baik fisik, emosi,
intelektual, maupun psikososial. Apabila terdapat suatu masalah dalam proses tersebut
maka yang akan berakibat terhambatnya anak mencapai tingkat tumbuh kembang yang
sesuai dengan usianya. Apabila gangguan ini berlanjut maka akan menjadi suatu bentuk
kecacatan yang menetap pada anak. Namun, apabila sejak dini gangguan tumbuh kembang
sudah terdeteksi, maka kita dapat melakukan suatu intervensi sesuai dengan kebutuhan
anak. Melalui intervensi yang dilakukan sejak dini itulah tumbuh kembang anak pada tahap
selanjutnya dapat berjalan dengan lebih baik.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang banyak
dijumpai di masyarakat, sehingga sangatlah penting apabila semua komponen yang terlibat
dalam tumbuh kembang anak, yaitu orang tua, guru, dan masyarakat dapat bekerja sama
dalam melakukan pemantauan sejak dini. Tujuan akhir dari pemantauan dini gangguan
tumbuh kembang anak ini tentunya adalah harapan kita dalam terwujudnya generasi
harapan bangsa yang lebih baik dan berkualitas

B. Saran
Ibu dan keluarga harus memberikan contoh yang baik kepada anak meperhatikan proses pertum
buhan dan perkembangan anak dengan baik serta memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan
usianya. Agar tumbuh kembang anak bejalan dengan optimal.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/77531/3/BAB%20I.pdf

http://eprints.umpo.ac.id/293/2/BAB%20I.pdf

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/716/4/BAB%20I.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai