Anda di halaman 1dari 51

i

HORAS HEALTH FEST 2

JELLYS: JELLY ANEKA SAYUR SEBAGAI SOLUSI


JAJANAN SEHAT UNTUK ANAK-ANAK

Diusulkan oleh:
Monica Keydia (1500029372 / 2015)
Elisda Septiyani (1600029244 / 2016)
Vionika Marthasari (1600029226 / 2016)

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


YOGYAKARTA
2017
i
ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa ka-
rena atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul JellyS : Solusi Jajanan Sehat Un-
tuk Anak-Anak. Karya tulis ilmiah ini ditujukan untuk anak-anak guna mem-
berikan alternatif solusi jajanan yang sehat.

Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
kami tidak bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan baik. Atas motivasi,
semangat serta dukungan moral maupun materil dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ni, maka kami mengucapkan banyak berterima kasih kepada :

1. Ibu Yuniar Wardhani, S.KM. MPH sebagai Wakil Dekan Bidang Kemaha-
siswaan.
2. Bapak Oktomi Wijaya, S. K.M., M.Sc sebagai dosen pembimbing.
3. Bapak ibu yang telah memberikan dukungan berupa do’a dan semangat
serta teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad
Dahlan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memban-
tu dan mendukung penyusunan karya tulis ilmiah sehingga kami dapat me-
nyelesaikan sesuai pada waktunya. Kami menyadari bahwa karya tulis kami masih
jauh dari sempurna, masih ada kekurangan baik dalam susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu, pendapat, saran, dan kritik dari para pembaca
sangat diharapkan guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan karya ilmiah
ini.

Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah tentang JellyS : Solusi Jajanan Sehat
Untuk Anak-Anak bisa memberikan informasi kepada masyarakat dan bermanfaat
untuk masyarakat serta bagi pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat
memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 8 April 2017

Penyusun
iv

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ................................................................................................. i

Lembar Pernyataan.................................................................................................. ii

Kata Pengantar ....................................................................................................... iii

Daftar Isi................................................................................................................. iv

Abstrak .....................................................................................................................v

Daftar Tabel, Gambar, dan Grafik ......................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ..........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4

2.1 Teori Perkembangan Anak .............................................................................4

2.2 Fase Penting dalam Perkembangan Anak ......................................................5

2.3 Jajanan Anak yang Tidak Sehat .....................................................................7

2.4 Kecukupan Gizi Anak ....................................................................................8

2.5 Masalah Gizi di Indonesia ............................................................................11

BAB III METODE PENULISAN ..........................................................................17

3.1 Metode Studi Kepustakaan ...........................................................................17

3.2 Kerangka Berpikir ........................................................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................20

4.1 Pola Konsumsi Anak ....................................................................................20

4.2 Manfaat Sayuran Untuk Pertumbuhan Anak ................................................22

4.3 Manfaat JellyS ..............................................................................................23


v

4.4 Cara Pembuatan JellyS .................................................................................24

BAB V PENUTUP .................................................................................................25

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................25

5.2 Saran .............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................26

LAMPIRAN ...........................................................................................................30

FORM PENILAIAN ABSTRAK ..........................................................................40


vi

DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN GRAFIK

Nomor Tabel Nama Tabel Hal

Tabel 2.4.1 Prevalensi Kurang Makan Buah dan Sayur 9

Tabel 2.4.2 Ketersediaan Pangan per Kapita Menurut 11

Kelompok Pangan Neraca Bahan

Tahun 2012 - 2013

Tabel 2.5.1 Standar Penentuan Kurus dan Berat Badan 12

Lebih Menurut Nilai Rerata IMT, Umur,

dan Jenis Kelamin, Who 2007

Nomor Gambar Nama Gambar Hal

Gambar 2.4.1 Proporsi Sumber Asupan Energi Penduduk 9

Indonesia Tahun 2014

Gambar 2.4.2 Presentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang 10

Menurut BB/U di Indonesia

Gambar 2.5.1 Presentase Stunting di Indonesia Hasil 15

Risekdas 2007, 2010, dan 2013


vii

JellyS : Jelly Aneka Sayur sebagai Solusi Jajanan Sehat Untuk Anak-Anak

Monica Keydia, Elisda Septiyani, Vionika Marthasari

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Ahmad Dahlan

Abstrak

Anak sekolah dasar merupakan golongan yang rentan akan kesehatan dan
gizi. Tingginya tingkat konsumsi makanan tidak sehat yang dijajakan di sekolah
menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan yang cukup serius. Peranan
pangan menduduki tempat yang strategis untuk anak-anak. Mereka lebih
menyukai jajanan yang menarik dari bentuk hingga warnanya tanpa
memperdulikan sehat atau tidaknya jajanan tersebut. Merurut hasil survei BPOM
2013 mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah mengkonsumsi makanan
jajanan di lingkungan sekolah. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa insiden
dan period prevalence diare untuk anak usia sekolah (5-14 tahun) adalah 2 %.
Selain itu, anak-anak pun menyukai junk food seperti minuman bersoda, keripik,
nugget, sosis, permen, dan makanan cepat saji lainnya. Dengan mengonsumsi
jajanan tidak sehat akan meningkatkan beberapa risiko penyakit kolesterol tinggi
dan atherosclerosis bahkan akan terkena penyakit serius seperti penyakit jantung
dan obesitas. Menurut data RISKESDAS tahun 2013, secara nasional prevalensi
status gizi gemuk pada anak umur 5-12 tahun secara nasional masih tinggi yaitu
18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%.

Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah mencari solusi jajanan anak
sehat dan disukai anak-anak. Metode yang digunakan dalam penulisan ilmiah ini
dengan cara studi pustaka menggunakan hasil penelitian yang sudah ada, jurnal
dan juga buku. Hasil dari studi pustaka kami lakukan pembahasan dan dijabarkan
secara kronologis dan sistematis.

Faktor pendorong jajanan anak yang tidak sehat disebabkan karena


pengetahuan anak yang belum mengerti akan bahaya jajanan tidak sehat. Uang
saku merupakan faktor pendorong anak-anak untuk membeli jajanan, anak-anak
viii

cenderung membeli jajanan yang berada di sekitar dan yang tersedia adalah
jajanan yang tidak sehat. Tidak tersedianya jajanan yang tidak sehat
menyebabakan anak-anak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat yang
menggandung zat-zat 5P (pewarna, pengawet, pemanis, penyedap, pemutih) yang
tidak baik untuk kesehatan anak jangka pendek dan jangka panjang serta
pertumbuhan dan perkembangan pada anak akan terganggu.

Melihat permasalahan jajanan anak yang tidak sehat penulis memberikan solusi
untuk membuat jelly sayur; JellyS. JellyS merupakan jelly yang dicampurkan
dengan sayur. Sayur yang digunakan adalah wortel, brokoli, jagung, tomat dan
seledri. Jelly sayur dapat digunakan sebagai jajanan pengganti yang sehat, karena
didalam jelly sayur terdapat kandungan gizi dan vitamin. Wortel, brokoli, jagung,
tomat dan seledri sayuran yang seharusnya sering di konsumsi oleh anak-anak,
karena kaya akan vitamin A, B dan C. Vitamin A, B dan C harus banyak di
konsumsi untuk tumbuh kembang anak, serta mengatasi permasalahan gizi pada
anak.

Key word: JellyS, Jelly Sayur, Jajanan Sehat, Gizi


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku anak-anak dalam mengkonsumsi makanan yang tidak sehat di In-


donesia berpengaruh pada status gizi anak-anak. Terutama anak-anak usia taman
kanak-kanak sampai sekolah dasar dalam memilih jajanan yang di jajakan di
sekolah mereka hanya melihat dari tampilan ataupun warna yang bagus.
Pengawasan orang tua secaeulit dilakukan ketika Anak-anak berada di sekolah.
Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat secara terus-menerus mengakibatkan
gizi anak terganggu, padahal masa anak-anak adalah masa pertumbuhan yang
akan menentukan bagaimana anak akan tumbuh nantinya.

Peranan pangan menduduki tempat yang strategis untuk anak-anak.


Mereka lebih menyukai jajanan yang menarik dari bentuk hingga warnanya tanpa
memperdulikan sehat atau tidaknya jajanan tersebut. Menurut hasil survei BPOM
2013 mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah mengkonsumsi makanan
jajanan di lingkungan sekolah. Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa insiden
dan period prevalensi diare untuk anak usia sekolah (5-14 tahun) adalah 2 %.
Selain itu, anak-anak pun menyukai junk food seperti minuman bersoda, keripik,
nugget, sosis, permen, dan makanan cepat saji lainnya. Dengan mengonsumsi
jajanan tidak sehat akan meningkatkan beberapa risiko penyakit kolesterol tinggi
dan atherosclerosis bahkan akan terkena penyakit serius seperti penyakit jantung
dan obesitas. Menurut data RISKESDAS tahun 2013, secara nasional prevalensi
status gizi gemuk pada anak umur 5-12 tahun secara nasional masih tinggi yaitu
18,8% yang terdiri dari gemuk 10,8% dan sangat gemuk (obesitas) 8,8%.

Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat secara terus-menerus juga dapat


mengakibatkan malnutrisi yang akan mengganggu pertumbuhan anak sehingga
mengakibatkan stunting. Di Indonesia sendiri stunting merupakan masalah na-
sional yang masih dicari solusi efektifnya. Di Indonesia balita yang mengalami
2

stunting bisa dibilang cukup besar, karena melebihi 35%.Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi pendek (stunting)
pada balita secara nasional 36,6 persen. Stunting adalah perawakan pendek yang
timbul akibat malnutrisi yang lama. Stunting adalah keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek sehingga melampaui deficit -2 SD dibawah median panjang
atau tinggi badan (Manary & Solomons, 2009).

Faktor zat gizi merupakan salah satu factor utama penyebab stunting.
Balita harus dipenuhi kebutuhan gizi nya sejak dalam kandungan hingga lahir dan
masa pertumbuhan. Menurut UNICEF factor penyebab utama stunting adalah ku-
rangnya zat gizi pada anak sejak masa pregnancy dan masa laktasi (UNICEF,
2010).

Gizi anak harus terpenuhi, tetapi anak-anak kurang suka dengan makanan
yang sehat karena lidahnya yang sudah terpapar makanan yang tidah sehat dengan
penambahan bahan yang berbahaya dan tidak azman di konsumsi. Terlebih lagi
anak-anak sanagat sulit untuk mengkonsumsi sayuran. Padahal sayuran mengan-
dung zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak. Dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini kami mencari solusi bagaimana anak-anak tetap makan sayur melalui
makanan yang mereka sukai.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang mendasari penulisan karya ilmiah ini, adalah :
1. Apa dampak jajanan tidak sehat bagi anak-anak?
2. Apa saja kebutuhan gizi anak-anak?
3. Bagaimana gambaran produk Jellys?
4. Apa manfaat Jellys bagi anak-anak?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dampak jajanan yang tidak sehat bagi anak.
2. Untuk mengetahui kebutuhan gizi anak-anak.
3. Untuk mengetahui gambaran produk Jellys.
4. Untuk mengetahui manfaat jellys bagi anak-anak.
3

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada pembaca pentingnya pemenuhan gizi
pada masa anak-anak.
2. Mendapatkan solusi jajanan yang sehat dan disukai anak-anak.
3. Mendapatkan solusi konsumsi sayur pada anak-anak.
4. Menciptakan usaha menengah dengan memproduksi JellyS.
5. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis pentingnya pemenu-
han gizi pada anak-anak dan penanganan masalah gizi pada anak
melaui jelly sayur.
6. Melatih penulis untuk berfikir kreatif dan inovatif dalam menangani
masalah kesehatan di Indonesia.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anak-anak cenderung memiliki kegemaran mengonsumsi jajanan baik


berupa makanan maupun minuman. Mereka cenderung membeli jajanan yang
tersedia paling dekat dengan tempat jajan tanpa menghiraukan kualitas sehat tid-
aknya jajanan tersebut. Secara umum anak Indonesia lebih sulit mengonsumsi
sayuran dan buah-buahan. Mereka lebih antusias terhadap jajanan yang gurih,
manis, dan memiliki warna memikat yang tentunya enak dimakan dan cocok di
lidahnya. Mereka selalu menghindari menu makanan yang justru bergizi bagi
tubuhnya seperti sayuran. Oleh karena itu asupan gizi yang baik dengan men-
goptimalkan sayuran pada anak-anak akan mempengaruhi petumbuahan dan
perkembangannya. Anak-anak khususnya usia dini dan sekolah dasar lah yang
identik dengan masa-masa pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak usia dini umur 1- 3 tahun dikenal usia terpenting dalam tahap
perkembangan, sehingga disebut sebagai golden ages period (periode masa emas)
dimana perkembangan fisik, motorik, intelektual, emosional, bahasa, dan social
sangat cepat. Anak usia ini memiliki potensi yang sangat besar, tetapi potensi ter-
sebuat akan muncul apabila didukung dengan aspek makanan dan gizi yang sehat,
perhatian, kasih sayang, dan pendidikan yang memadai. Jaringan otak yang tum-
buh dengan normal mencapai 80% dari berat otak orang dewasa sebelum umur 3
tahun.

2.1 Teori Perkembangan Anak

Menurut Piaget tahap perkembangan intelektual anak sangat egosentris,


mereka sulit menerima pendapat orang lain. Anak percaya bahwa apa yang mere-
ka pikirkan dan alami juga menjadi pikiran dan pengalaman orang lain. Mereka
percaya bahwa benda yang tidak bernyawa mempunyai sifat bernyawa. Pada
tahap ini, anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda
kongkrit. Menurut Alhaddad (2012) ciri-ciri anak tahap operasi kongkrit adalah
5

sebaran umur dari sekitar 7 – 11 atau 12 tahun, kadang-kadang lebih. Misalnya,


keadaan antara ayahnya pergi dan pulang kantor, langkah antara matahari terbit
dan terbenam, dan lain-lain. Pada permulaan tahap ini, egoismenya mulai berku-
rang. Anak mulai bersedia bermain dengan teman-temannya, tukar-menukar
mainan, dan lain-lainnya (Suparno dalam Ruseffendi, 2006).

Berdasarkan teori Lawrance Kohlberg, anak-anak cenderung akan meniru


apa yang ia amati disekitarnya dan perlakuan yang diberikan kepadanya. Anak
berprinsip bahwa “jika kamu memukul saya, saya pun akan memukul kamu”.
Mereka perlu pengakuan bahwa ia benar oleh lingkungan sekitarnya. Anak-anak
merasa jika apa yang dilakukannya baik, maka akan disenangi oleh orang lain.
Sehingga penanaman orientasi anak baik ini perlu dilakukan agar anak-anak dapat
berperilaku baik antar sesama. Oleh karena itu anak-anak lebih menirukan apa-apa
yang dilihatnya secara langsung dan biasanya ditirukan orang pada umumnya. Ia
menganggap bahwa tingkah laku yang baik adalah tingkah laku yang mendapat
persetujuan sehingga ia mau menaati segala peraturan di keluarga khususnya.

Sedangkan dalam perkembangan anak menurut Erickson, anak-anak pada


usia dini banyak berinisiatif manakala diberi kesempatan oleh orang tuanya, sebab
mereka sudah punya kemampuan lebih besar seperti lari, naik sepeda, memukul,
memotong, begitupula dengan perkembangan bahasanya. Mereka akan merasa
bersalah apabila orang tua tidak memberi kebebasan, kesempatan, dan tidak
merespon apa yang ada dipikirannya serta tidak menjawab segala pertanyaannya.
Sedangkan anak-anak pada usia sekolah dasar mereka lebih berkembang. Ia mulai
memikirkan sesuatu (imajinasi) sehingga ia ingin mewujudkan sesuatu itu men-
jadi kenyataaan. Selain itu, ia pun memiliki rasa keingintahuan yang tinggi pada
usia ini sehingga ingin mencoba adalah keinginan terbesarnya dalam fase ini. Jika
ia mengerjakan sesuatu dan diberi hadiah maka anak menjadi lebih semangat dan
memacu tingkat perkembangannya (Pidarta, 2000).

2.2 Fase Penting dalam Perkembangan Anak

Anak-anak adalah masa yang perlu perhatian khusus oleh orang tua teru-
tama dalam hal makanan. Gizi yang dibutuhkan pada masa ini sangat menentukan
perkembangan fisik, motorik, dan emosionalnya. Dengan memperhatikan tumbuh
6

kembang anak sejak dalam kandungan hingga anak dewasa maka orang tua harus
mengontrol dan mengawasi anak. Fase anak-anak adalah fase perkemangan ter-
penting dalam kehidupan, didalamnya terdapat fase emas (golden ages). Fase ini
dimulai sejak anak usia 0-6 tahun. Pada usia ini anak-anak mengalami perkem-
bangan paling cepat dalam pertumbuhannya. Ia mampu menerima setiap informa-
si dan mengingatnya dengan sangat baik. Setiap informasi akan diserap anak
dengan baik tanpa mengetahui baik buruknya dan akan menjadi dasar ter-
bentuknya suatu kepribadian, karakter, serta kemampuan kognitif.

Salah satu penelitian menyebutkan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas


kecerdasan anak telah mencapai 50%. Seperti diungkapkapkan Direktur Pendidi-
kan Anak Usia Dini (PAUD), Depdiknas, Dr. Gutama mengatakan bahwa kapasi-
tas otak bisa mencapai 80% di usia 8 tahun. Masa-masa keemasan inilah perhatian
orang tua terhadap sikap, perilaku, kemauan, dan keinginan anak harus dipahami.
Peran orang tua sangat dibutuhkan, mengingat fase ini anak-anak menerima in-
formasi baik berupa informasi yang baik atau buruk diserap begitu saja tanpa
memikirkannya. Tumbuh kembang anak-anak di fase golden ages ini sangat ber-
gantung pada keadaan rumah, sekolah, lingkungan di sekitarnya. Lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi pola pemikiran dan kebiasaan yang akan dicontoh
dan diterapkan oleh anak-anak. Apa yang dilihat anak-anak itulah yang dicon-
tohnya. Seperti kebiasaan keluarga modern sekarang ini lebih menyukai makanan-
makanan instant. Beberapa orang tua yang sibuk dan tidak memiliki asisten rumah
tangga di rumah cenderung akan memilih masak dengan cara yang efisien dan
bisa dimakan oleh anak tanpa menghiraukan kandungan gizinya. Sehingga anak
cenderung menyukai makanan yang instant karena dari orang tua pun mencon-
tohkan demikian. Sayuran yang mereka makan pun menjadi kebutuhan kedua
setelah makanan enak atau makanan instant tersebut. Orang tua lupa mengenalkan
rasa sayur di lidah anaknya sehingga anak-anak ketika mengonsumsi sayuran
cenderung akan merasa aneh bahkan dimuntahkan karena tidak suka dengan
rasanya. Pengenalan dan pembiasaan mengonsumsi sayuran pada anak penting
sama hal nya kita mengenalkan anak pada sesuatu yang baru dilihatnya. Jika anak
kita tidak menyukai sayur lantas bagaiman ia akan mendapatkan asupan gizi yang
cukup untuk dirinya?
7

Begitu besarnya pengaruh lingkungan keluarga terhadap apa yang dikon-


sumsi anak. Jika di keluarga saja anak-anak tidak menyukai sayuran lalu
bagaimana dengan di sekolah. Ia pasti akan menghindarinya dan cenderung mem-
ilih makanan yang lain. Anak sekolah yang mempunyai kebiasaan makan ma-
kanan jajanan, cenderung menjadi budaya dalam keluarga, kebiasaan anak yang
suka makanan jajanan merupakan salah satu faktor dari keluarga yang mungkin
membiasakan atau secara tak langsung mengajarkan anaknya sendiri gemar jajan
karena pemberian uang jajan yang berlebihan.

2.3 Jajanan Anak yang Tidak Sehat

Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun
terakhir (2006-2010) menunjukkan, sebanyak 48% jajanan anak di sekolah tidak
memenuhi syarat keamanan pangan karena mengandung bahan kimia yang berba-
haya. Bahan tambahan pangan (BTP) dalam jajan sekolah telah melebihi batas
aman serta cemaran mikrobiologi. Sedang berdasarkan pengambilan sampel pan-
gan jajanan anak sekolah yang dilakukan di 6 ibu kota provinsi (DKI Jakarta, Se-
rang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan 72,08 persen
positif mengandung zat berbahaya. Temuan lain yang lebih mencengangkan lagi,
berdasarkan data kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun
oleh Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI dari Balai
Besar/Balai POM di seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bah-
wa 17,26% - 25,15% kasus terjadi di lingkungan sekolah dengan kelompok
tertinggi siswa sekolah dasar (SD).

Jajanan sekolah merupakan salah satu jenis makanan yang menentukan


kandungan nutrisi pada anak-anak. Survey tahun 2006 yang dilakukan oleh
BPOM di 26 Ibukota Propinsi Indonesia dan dilakukan di 478 sekolah dasar
menemukan jajanan sekolah seperti es cendol, minuman ringan seperti sirup dan
minuman berwarna merah, dan makanan seperti mie dan bakso, snack, keripik,
krupuk dan lainnya tidak layak konsumsi karena mengandung zat pewarna tekstil
dan juga mengandung mikroba. Survey tersebut mengambil 2903 sampel dimana
hasil menunjukkan bahwa sebesar 50,57% jajanan anak sekolah memenuhi per-
8

syaratan serta sebanyak 49,43 % tidak memenuhi persyaratan terhadap satu atau
lebih dari beberapa parameter yang diuji (Hakim dan Lumalang, 2015).

2.4 Kecukupan Gizi Anak

Anak-anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan


mengalami gizi kurang diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah
dan asupan makanan yang kurang seimbang serta rendahnya pengetahuan orang
tua. Anak sekolah dengan pola makan seimbang cenderung memiliki status gizi
yang baik (Anzarkusuma dalam Hapsari I A, 2011). Gizi memiliki hubungan erat
antara makanan dan kesehatan anak-anak. Sejak tahun 1970 para pembuat ke-
bijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti makanan lebih luas dari
sekedar untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan saja.

Kecukupan gizi dan pangan merupakan faktor terpenting dalam mengem-


bangkan kualitas sumber daya anak-anak sebagai generasi dan penerus bangsa.
Hal ini merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa.
Dalam hal ini gizi ternyata sangat berpengaruh terhadap kecerdasan dan produk-
tivitas kerja manusia terutama pada anak-anak. Menurut ahli antropologi Margaret
Mead, pola pangan (food pattern) adalah cara seseorang atau memanfaatkan pan-
gan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio-budaya
yang dialaminya. Pola pangan ada kaitannya dengan kebiasaan makan (food hab-
it).

Berdasarkan survey bahan makanan tambahan bisa berpengaruh pada kon-


disi tubuh anak sendiri dan bisa saja berpengaruh pada status gizi anak itu sendiri.
Status gizi baik terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang
digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkem-
bangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin (Hakim dan Lumalang, 2015). Menurut Almatsier (2001) salah satu
upaya kesehatan adalah perbaikan gizi terutama diusia sekolah khususnya pada
usia 7-12 tahun. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh
cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan per-
tumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara
9

umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi yang baik dapat dicapai dengan
berbagai cara.

Konsumsi anak masih belum sesuai dengan gizi seimbang. Hasil penelitian
Riskesdas 2010 menyatakan gambaran bahwa konsumsi sayuran dan buah-buahan
pada kelompok usia di atas 10 tahun masih rendah, yaitu masing-masing sebesar
36,7% dan 37,9%. Berikut merupakan data anak sekolah yang kurang mengkon-
sumsi buah dan khususnya sayur berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007 (Tabel
2.4.1).

Tabel 2.4.1 Data Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Anak-Anak

Sumber : Risekdas, 2007

Kedua, kualitas protein yang dikonsumsi rata-rata perorang per hari masih
rendah karena sebagian besar berasal dari protein nabati seperti serealia dan ka-
cang-kacangan. Ketiga, konsumsi makanan dan minuman berkadar gula tinggi,
garam tinggi dan lemak tinggi, baik pada masyarakat perkotaan maupun
perdesaan, masih cukup tinggi. Keempat, konsumsi cairan pada remaja masih ren-
dah. Kelima, cakupan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) pada ba-
yi 0-6 bulan masih rendah (61,5%).

Menurut data Kemenkes pada tahun 2016 Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi semua
orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, aktifitas tubuh untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Rata-rata kecukupan energi dan protein
10

bagi penduduk Indonesia sebesar 2.150 kilo kalori dan 57 gram per orang per hari.
AKG rata-rata per orang per hari menurut kelompok umur, jenis kelamin, berat
badan dan tinggi badan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75
Tahun 2013. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke-IV menganjur-
kan gizi rata-rata anak sekolah yaitu angka kebutuhan energy sebesar 1860-1950
Kkal dan angka kebutuhan protein anak sekolah sebesar 36 - 45 gram.

Gambar 2.4.1 Proporsi Sumber Asupan Energi Penduduk Indonesia Tahun 2014

Sumber : Kemenkes R.I dalam SDT 2014

Kebutuhan energi bagi anak terdiri dari zat-zat yang mengandung energi
disebut makronutrien. Makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Tiap gram karbohidrat memberi energi sebesar 4 kilokalori. Kebutuhan akan pro-
tein sekitar 1,5 - 2,0 gram bagi anak sekolah sampai remaja, dan kebutuhan vita-
min dan mineral pun dibutuhkan sekitar 0,7 – 0,8 gram. Kebutuhan zat gizi sangat
berhubungan dengan besarnya tubuh dan tinggi tubuh. Pertumbuhan cepat
(Growth spurt) pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki.
Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh bertambahnya aktivitas fisik hing-
ga kebutuhan akan zat gizi juga meningkat (Pudjiadi, 2005).

Sebagai alat memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat


luas dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang pada tahun 1995 Direktorat
Gizi Depkes telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Dalam
PUGS susunan makanan yang dianjurkan adalah yang menjamin keseimbangan
zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengonsumsi beraneka ragam makanan
tiap hari yang saling melengkapi dalam zat gizi yang dikandungnya. Ketiga go-
11

longan bahan itu terdiri atas makanan pokok seperti nasi, jagung, sagu dan lainnya
yang berfungsi sebagai sumber zat energi atau tenaga, kemudian sebagai sumber
zat pengatur yaitu sayuran dan buah-buahan, serta sebagai sumber zat pembangun
misalnya makanan yang mengandung protein, contohnya ikan, susu, tempe, tahu,
dan lain-lain (Almatsier, 2010).

Tabel 2.4.2 Ketersediaan Pangan per Kapita Menurut Kelompok Pangan Neraca
Bahan Tahun 2012 - 2013

Sumber : Kemenkes R.I, 2016 dalam Neraca Bahan Makanan Nasional

Berdasarkan tiga golongan bahan makanan tersebut, biasanya yang paling


tidak disukai oleh anak-anak adalah sayuran. Padahal sayuran merupakan sumber
vitamin A, vitamin C, magnesium, asam folat, kalium, serat, dan tidak mengan-
dung lemak dan kolesterol. Sayuran berwarna hijau dan sayuran berwarna hijau
dan sayuran berwarna jingga atau orange seperti wortel mengandung lebih banyak
provitamin A berupa beta-karoten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran
berwarna hijau juga kaya akan kalsium, zat besi, asamfolat, dan vitamin C. Con-
toh sayuran berwarna hijau adalah brokoli, sawi, bayam, dan lain-lain. Semakin
hijau warna daun sayur semakin banyak kandungan gizi didalamnya.

2.5 Masalah Gizi di Indonesia

Asupan gizi pada anak-anak sekolah masih memprihatinkan di Indonesia.


Padahal asupan gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan untuk meningkatkan
kemampuan intelektual yang baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang
12

cerdas dan unggul. Kekurangan asupan gizi usia muda akan berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kemampuan kognitifnya. Anak-anak usia ini adalah
fase golden ages. Kemampuan otak akan meningkat pesat pada fase ini. Apabila
kurang asupan gizi makan akan terganggu fungsi otak secara permanent. Ber-
dasarkan Riskesdas 2007, 2010, 2013 menunjukkan bahwa Indonesia masih mem-
iliki masalah kekurangan gizi. Kecenderungan prevalensi kurus (wasting) anak
balita dari 13,6% menjadi 13,3% dan menurun 12,1%. Sedangkan kecenderungan
prevalensi anak balita pendek (stunting) sebesar 36,8%, 35,6%, 37,2%. Prevalensi
gizi kurang (underweight) berturut-turut 18,4%, 17,9% dan 19,6%. Prevalensi ku-
rus anak sekolah sampai remaja pada tahun 2010 sebesar 28,5%. Berdasarkan
hasil riset kekurangan gizi masih menjadi masalah di Indonesia. Jika anak keku-
rangan gizi akan berdampak pada kemampuan belajar nya di sekolah menjadi ter-
ganggu sehingga prestasi di sekolah akan menurun. Anak usia sekolah adalah
manifestasi bangsa sebagai generasi penerus bangsa dimana kualitas bangsa masa
depan ditentukan oleh mereka.

Gambar 2.5.1 Presentase Gizi Buruk dan Gizi Kurang Menurut BB/U di
Indonesia

Sumber : Risekdas 2007, 2010, 2013

Status gizi anak sekolah dasar umur 6-14 tahun dapat dinilai berdasarkan
IMT yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Sebagai rujukan untuk
menentukan kurus, apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai
13

rerata, dan berat badan (BB) lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata
standar WHO 2007 (Tabel 2.5.1).
Tabel 2.5.1 Standar Penentuan Kurus dan Berat Badan (BB) Lebih Menurut Nilai
Rerata IMT, Umur dan Jenis Kelamin, WHO 2007

Berdasarkan standar WHO di atas, secara nasional prevalensi kurus adalah 13,3%
pada laki-laki dan 10,9% pada perempuan. Sedangkan prevalensi BB lebih pada
laki-laki 9,5% dan perempuan 6,4%.

Apabila angka kecukupan gizi tidak tercapai maka akan mengakibatkan


beberapa masalah gizi. Anak sekolahan rentan sekali dengan permasalahan ini.
Salah satu masalah serius yang menghantui Indonesia adalah konsumsi jajanan
yang tidak sehat pada anak-anak. Jajanan ini banyak mengandung gula, lemak,
dan zat aditif. Konsumsi jajanan ini secara berlebihan dapat berakibat pada keku-
rangan zat gizi. Kegemaran pada jajanan tidak sehat akan menyebabkan anak-
anak mengalami perubahan patologis yang terlalu dini. Ketidakseimbangan antara
asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan.

Pada tahun-tahun terakhir ini prevalensi obesitas pada anak, terutama dari
golongan sosio-ekonomi baik. Peningkatan pendapatan pada kelompok masyara-
kat tertentu terutama perkotaan mempengaruhi perubahan gaya hidup khususnya
pola makan. Pola makan yang tadinya tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar, dan
rendah lemak berubah ke pola makan baru yang rendah karbohidrat, rendah serat
kasar, dan tinggi lemak sehingga mengarahkan ketidakseimbangan pada gizi.
14

Makin bertambah hingga sudah harus menjadi perhatian lebih banyak. Obesitas
merupakan masalah gizi lebih di Indonesia dan menjadi penyebab utama dari be-
berapa penyakit degeneratif. Menurut Maaser (1973) obesitas adalah keadaan pa-
tologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan daripada yang di-
perlukan untuk fungsi tubuh . Obesitas terjadi karena makanan yang dimakan
sehari-sehari berlebihan sehingga melebihi kebutuhan anak yang bersangkutan.
Biasanya mereka merasa cepat lapar dan tidak mau menahan rasa lapar.

Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan berbagai penyakit karena


asupan gizi dalam tubuh kurang sehingga mengakibatkan ia tidak produktik. Per-
masalahan kekurangan energi protein (KEP) disebabkan karena kekurangan sum-
ber protein. Hal ini dapat menghabat rendahnya tingkat kecerdasan pada anak-
anak. Menurut Survei Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh penduduk di In-
donesia memiliki tingkat kecukupan protein sangat kurang dan kurang yaitu total
sebesar 53,4%, terdiri dari 36,1% penduduk dengan tingkat kecukupan protein
sangat kurang/minimal dan 17,3% penduduk dengan tingkat kecukupan protein
kurang (Kemenkes, 2014).

Masalah anemia gizi di Indonesia pun menjadi masalah utama yang


berkaitan dengan kekurangan zat besi yakini anemia gizi besi (AGB). Data ke-
menkes tahun 2012 prevalensi anemia pada anak mengalami penurunan, yakni
51,5% (1995) menjadi 25,0% (2006) dan 17,6% (2011). Tetapi angka ini masih
dinilai cukup tinggi. Penyebab masalah tersebut adalah kurang minatnya men-
gonsumsi makanan bersumber zat besi termasuk sayuran khususnya. Kekurangan
vitamin A (KVA) juga permasalahan yang tetap perlu diwaspadai karena keku-
rangan vitamin A akan menyebabkan kebutaan.Kekurangan Vitamin A (KVA)
dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian. Kekurangan Vitamin A juga merupakan penyebab utama
kebutaan pada anak yang dapat dicegah dan dapat mengurangi daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang infeksi yang sering menyebabkan kematian pada anak-
anak. Selain itu gangguang akibat kekurangan iodium pun masih terjadi di Indo-
nesia terutama terjadi di daerah pegunungan. Data status Iodium pada anak
sekolah sebagai indikator gangguan akibat kurang Iodium selama 10 tahun tera-
khir menunjukkan hasil yang konsisten. Median Ekskresi Iodium dalam Urin
15

(EIU) dari tiga survai terakhir berkisar antara 200-230 g/L, dan proporsi anak
dengan EIU < 100 g/L dibawah 20%. Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita
stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi. Data Riset Kesehatan Dasar (Risk-
esdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional mencapai 37,3 persen.
Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen.

Gambar 2.5.2 Presentase Stunting di Indonesia Hasil Risekdas 2007, 2010


dan 2013

Sumber : Risekdas 2013

Stunting terjadi sejak bayi dalam kandungan karena saat hamil sang ibu
kurang mengonsumsi makanan bergizi. Kurangnya asupan gizi di masa-masa ter-
sebut dapat meningkatkan kematian bayi dan anak apabila terjadi di usia dini.
Stunting tidak hanya mengakibatkan tubuh anak yang pendek, tetapi juga memen-
garuhi pertumbuhan anak saat dewasa menjadi tidak maksimal.

Jajanan yang dijual di jalan-jalan dalam keadaan terbuka pun bisa ter-
kontaminasi oleh berbagai kuman sehingga akan menyebabkan penyakit food-
borne diasease. Jajanan yang dilihat menarik dengan warna-warna mencolok akan
manerik perhatian anak dan mereka cenderung ingin mencoba jajanan tersebut
tanpa mempertimbangkan hygiene jajanan tersebut. Foodborne disease adalah
penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan atau minuman yang
tercemar. Foodborne disease disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme
atau mikroba patogen yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia
16

beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan foodborne disease jika zat-
zat tersebut terdapat dalam makanan. Makanan yang berasal baik dari hewan
maupun tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa mikroorganisme
penyebab penyakit pada manusia (Deptan RI, 2007). Dari semua penyakit yang
ditularkan melalui makanan, yang paling sering terjadi adalah diare. Penyakit di-
are menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Hal ini ter-
lihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO mem-
perkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta dian-
taranya meninggal. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya
kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat (Adis-
asmito, 2007).

Jajanan tidak sehat merupakan salah satu faktor yang menyebabkan


berbagai permasalahan gizi di Indonesia. Berbagai kandungan gizi yang tidak
sehat ada di dalamnya. Jajanan tidak sehat pun biasanya diproses dengan cara
penggorengan seperti bakso goreng dan kentang goreng yang diberi tambahan
bumbu, nugget dengan warna yang mencolok, dan jajanan snack yang diberi ba-
han pengawet dengan kadaluarsa bisa mencapai 1-2 tahun. Permen dan es yang
dijajakan di pinggir jalan ataupun di sekitar sekolah pun menjadi kegemaran oleh
anak-anak. Mereka mengabaikan hygiene pada jajanan tersebut sehingga men-
imbulkan berbagai penyakit yang mengganggu tumbuh kembang anak baik secara
fisik, motorik, emosional, maupun sosial-budaya.
17

BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Metode Studi Kepustakaan


Untuk mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis
menggunakan metode studi kepustakaan. Dengan cara mengumpulkan data dan
informasi dari berbagai literatur, jurnal ilmiah, karangan ilmiah serta sumber-
sumber lain yang terpercaya. Dari data dan informasi yang di dapat bisa dijadikan
sebagai acuan untuk penemuan baru terhadap apa yang telah di teliti atau informai
yang didapat dari berbagai literatur.
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang
peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau
yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat me-
manfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya.
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tem-
pat yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk
dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan. Seorang peneliti hen-
daknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan perpustakaan sebab
dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan
apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti
mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya kartu katalog, referensi
umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk, laporan-laporan
penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar. Dengan demikian
peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang
singkat.
Dari buku-buku referensi kita bisa memecahkan masalah berdasarkan te-
ori-teori dan rumus-rumus yang telah diuji kebenarannya dan diakui secara umum.
18

Dapat juga menelaah penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan ob-


jek yang sedang diteliti melalui jurnal ilmiah yang sangat mudah diakses. Studi
kepustakaan juga dilakukan untuk mendapatkan landasan teori yang dapat dijadi-
kan pedoman ketika melakukan pemecahan masalah dan merumuskan hipotesis
yang akan diuji. Dengan melakukan studi pustaka juga dapat menghindari
penelitian terhadap aspek-aspek dari suatu permasalahan yang telah diteliti sebe-
lumnya.
Masalah penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari pen-
galaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari ba-
han¬bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti perlu
melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan tertulis yang
merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini, yang juga disebut
studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilakukan oleh
seorang peneliti baik sebelum maupun selama penelitian berlangsung. Dalam tuli-
san ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan studi kepustakaan, tujuan, sum-
ber-sumber, hambatan, dan bagaimana melakukan studi kepustakaan.
Setelah menemukan masalah yang akan diteliti seorang peneliti akan
melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya. Salah satu di-
antaranya adalah melakukan studi kepustakaan, yang mungkin sudah dirintisnya
ketika masih ada dalam tahap mencari masalah penelitian. Penggunaan pustaka
untuk ditinjau secara singkat pada dasarnya bermanfaat menunjukkan aspek ilmi-
ah dalam penelitian yang akan disusun. Pustaka yang digunakan idealnya adalah
pustaka inti yang berkaitan dengan topik penelitian. Pustaka juga menjadi rujukan
konsep yang akan diteliti.
Setidaknya ada empat ciri utama studi kepustakaan. Pertama: peneliti ber-
hadapan langsung dengan teks dan data angka dan bukannya dengan pengetahuan
langsung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian , orang atau benda-benda
lain. Kedua, data pustaka bersifat siap pakai. Ketiga: data pustaka umumnya ada-
lah sumber sekunder yang bukan data orisinil dari tangan pertama di lapangan.
Keempat: kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu
19

3.2 Kerangka Berfikir

Jajanan anak yang tidak


sehat: Dampaknya :
1. 1. Banyak mengandung 5P 1. 1. Keracunan makanan
(pengawet, pewarna, 2. 2. Penyakit degeneratif
penyedap, pemanisvdan 3. 3. Kekurangan gizi
pengenyal) 4. 4. Sistem imun tubuh
2. 2. Tidak higiene rendah
3. 3. Kadar gizi yang rendah

Anak-anak lebih
menyukai jajanan
tidak sehat.
Seperti permen,
coklat, es krim
dan makanan siap
saji
Ter-
Jelly Solusi ja-
penuhinya
Sayur janan sehat
zat gizi

Anak susah un-


ruk mengkon-
sumsi sayur
20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pola Konsumsi Anak


Anak-anak sering mengkonsumsi jajanan baik minuman atau makanan.
Mereka lebih suka memilih jajanan yang dekat dengan lingkungan mereka salah
satunya sekolah. Anak-anak cenderung mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat
karena waktu setengah harinya berada dalam lingkungan sekolah. Maka, secara
otomatis mereka akan mengkonsumsi jajanan yang dijual di lingkungan sekolah
tanpa memikirkan makanan itu sehat atau tidak. Mereka juga cenderung menyukai
makanan yang banyak mengandung minyak, gurih dan makanan siap saji yang
rasanya enak tetapi tidak ada nilai gizinya. Anak-anak justru mengabaikan ma-
kanan bergizi yang seharusnya wajib mereka konsumsi salah satu contohnya
sayur.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 sekitar
40% - 44% pangan jajanan anak sekolah tidak memenuhi syarat kesehatan. Pan-
gan jajanan anak sekolah yang tidak memenuhi syarat tersebut dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah kondisi makanan yang tidak higienis, alat yang
digunakan untuk mengolah makanan tidak bersih, orang yang menjual atau mem-
buatnya tidak sehat, makanan yang terkontaminasi bakteri, hingga penggunaan
bahan-bahan berbahaya seperti boraks, formalin, rhodamin B, dan methanil yel-
low.
Sementara berdasarkan penelitian yang dilakukan Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013 menya-
takan bahwa 26,4 persen anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama
menderita anemia gizi. Salah satunya disebabkan kebiasaan jajan yang mengen-
yangkan, tetapi miskin gizi. Pangan jajanan anak sekolah hanya menyumbang 30
persen karbohidrat, 25 persen protein, dan 52 persen zat besi.
Berdasarkan hasil penelitian Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
dapat diketahui bahwa makanan yang dijual di sekolah-sekolah tidak sehat atau
bisa dikatakan makanannya tidak ada mengandung zat gizi. Seharusnya anak usia
21

sekolah dasar dibekali dengan makanan yang bergizi sebagai penunjang untuk
tumbuh kembangnya. Anak usia sekolah dasar sangat membutuhkan makanan
yang bergizi, jika anak kekurangan gizi maka sistem kekebalan tubuhnya akan
menurun sehingga akan mudah terserang penyakit.
Pola konsumsi anak dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor lingkungan. Faktor internal meliputi karakteristik anak tersebut seperti usia,
jenis kelamin, dan pengetahuan gizi anak. Sedangkan faktor lingkungan meliputi
teman sebaya, karakteristik orang tua seperti pendidikan dan pendapatan, kebia-
saan jajan dan sarapan, aktivitas fisik, besarnya uang saku, ketersediaan makanan
jajanan di sekolah, iklan dan pengetahuan gizi orang tua.
Anak usia sekolah dasar memiliki kegemaran membeli jajanan baik di
sekolah maupun di rumah. Mereka sudah dapat memilih dan menentukan ma-
kanan apa yang disukai dan tidak disukai. Anak-anak memiliki selera yang beru-
bah-ubah terhadap makanan. Mereka cenderung memilih jajanan dari sisi tampi-
lan. Apabila makanan itu dilihatnya menarik dan memikat, maka anak-anak akan
memiliki keinginana yang besar untuk mencobanya. Disamping itu, kurangnya
pengawasan orang tua menyebabkan anak-anak seringkali memilih makanan yang
kurang bergizi untuk kesehatannya. Selain itu, anak-anak lebih banyak mengha-
biskan waktu di luar rumah, sehingga lebih mudah menjumpai aneka bentuk dan
jenis jajanan, baik yang dijual di sekitar sekolah, lingkungan bermain ataupun
pemberian teman. Anak usia sekolah dasar selalu ingin mencoba makanan yang
baru dikenalnya
Makanan memegang peranan penting dalam memberikan kontribusi tam-
bahan untuk memenuhi kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Kontribusi
jajanan yang memiliki kandungan gizi yang baik sebaiknya tidak dihilangkan dari
konsumsi harian, karena memberikan sumbangan yang cukup berarti. Jajanan juga
dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang kurang dari
konsumsi hariannya. Sebaiknya jajanan yang dikonsumsi menyumbangkan 10-20
% energi atau sebesar 192-384 kkal.
Makanan jajanan bermanfaat untuk penganekaragaman makanan sejak
kecil dalam rangka peningkatan mutu makanan yang dikonsumsi. Makanan ja-
janan digunakan sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan gizi anak sekolah
22

karena keterbatasan waktu orang tua mengolah makanan di rumah. Selain murah
makanan jajanan juga mudah didapat. Berdasarkan kondisi ini seharusnya ma-
kanan jajanan dapat dikelola menjadi produk sehat yang aman dikonsumsi.
Melihat permasalahan jajanan anak yang tidak sehat, maka penulis mem-
berikan solusi JellyS sebagai jajanan yang sehat untuk anak-anak. JellyS adalah
makanan yang terbuat dari jelly yang di campur dengan sayur. Sayur yang
digunakan yaitu wortel, sawi dan jagung. Jelly merupakan jajanan yang banyak
disukai anak-anak karena teksturnya yang lembut dan kenyal dan juga banyak
disukai oleh orang dewasa. JellyS menggunakan bahan makanan yang sehat dan
juga aman karena menggunakan sayuran.

4.2 Manfaat Sayuran Untuk Pertumbuhan Anak


Sayuran merupakan salah satu diantara banyak jenis makanan yang harus
di konsumsi oleh anak-anak usia pertumbuhan terutama yang memiliki kandungan
vitamin. Tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan anak, perkembangan otak
dan juga organ tubuhnya. Terdapat berbagai macam manfaat dari setiap masing-
masing sayur, terutama sayuran yang berwarna hijau dan juga orange yang banyak
mengandung vitamin. Didalam sayuran terdapat kandungan vitamin dan juga
mineral penting seperti vitamin A, C, E dan kalsium yang dapat meningkatkan
pertumbuhan sel dan juga membangun jaringan tubuh.
Wortel merupakan sayuran yang kaya akan kandungan vitamin dan miner-
al yang harus sering di konsumsi oleh anak-anak untuk kecukupan gizi. Wortel
mengandung vitamin C yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan
mencegah penyakit infeksi. Anak-anak rentan akan menurunnya daya tahan tubuh
untuk itu perlu mengatasi agar daya tahan tubuh anak tidak turun dengan cara
memberikan asupan gizi salah satunya wortel. Wortel juga memiliki manfaat un-
tuk menjaga kesehatan mata anak, karena zaman sekarang banyak anak-anak yang
masih usia pra sekolah sudah mengalami sakit mata akibat dari keseringan ber-
hadapan depan gadget yang akan membahayakan bagi kesehatan mata. Jagung
juga kaya akan vitamin C yang sangat diperlukan anak untuk kesehatan gusi, tu-
lang dan juga dya tahan tubuh. Jagung di ketahui mengandung lutein dan anti-
oksidan zeaxanthin yang didalam tubuh anak memiliki peran proteksi terhadap
23

terbentuknya beberapa gangguan penyakit pada mata. Kandungan folat dan beta
karoten pada jagung bagus bagi kesehatan mata anak. Jagung jenis sayuran yang
digunakan sebagai salah satu alternatif yang bagus sebagai sumber kalori bagi
anak-anak. Kandungan serat yang cukup tinggi dalam jagung sehingga bagus un-
tuk kesehatan pencernaan pada anak-anak.
Kandungan zat gizi alami dalam sayur hijau sangat banyak salah satunya
yaitu sawi hijau. Selain kaya akan vitamin A dan vitamin C sayuran hiaju juga
mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan
fosfor. Sayuran hijau mengandung antioksidan, bahkan antioksidan yang banyak
ditemukan dalam sayuran hijau dapat melindungi sel mata dari cahaya ultraviolet
yang merupakan penyebab utama katarak. Sayuran hijau salh satunya sawi sangat
dianjurkan dikonsumsi oleh anak-anak karena, kaya akan kandungan zat gizinya.
Sayuran merupakan salah satu zat gizi yang sangat tidak disukaai oleh
anak-anak, bahkan jarang untuk di konsumsi. Hal itu terjadi karena rasa sayuran
yang sangat tidak enak dan juga tidak menarik untuk dimakan oleh anak-anak.
Rendahnya minat anak untuk mengkonsumsi sayur yang terkadang di pengaruhi
oleh lingkungan sekitar seperti ibu tidak memperkenalkan sayur pada anak dari
bayi dan rendahnya potensi untuk olahan makanan terhadap sayur. Agar anak-
anak mau mengkonsumsi sayur maka perlu adanya pengolahan makanan sayur ke
dalam bentuk yang menarik yang lama kelamaan anak-anak akan menyukai sayur.
Bentuk yang unik akan menarik selera terutama bagi anak-anak yang sangat me-
nyukai hal-hal yang unik. Dengan begitu penulis memiliki solusi untuk
mengkolaborasi jelly dan sayur dalam satu adonan yang nantinya akan menjadi
jajan yang sehat bagi anak-anak.

4.3 Manfaat JellyS


Walaupun JellyS memiliki banyak manfaat, pertama komposisi jellyS
yang dipadukan dengan sayuran memiliki kandungan zat gizi yang bisa dikon-
sumsi oleh anak-anak. Kedua sebagai jajanan pengganti yang sehat bagi anak-
anak. Manfaat lainnya dengan adanya JellyS, anak-anak akan mengkonsumsi
sayur walaupun masih dalam jumlah yang sedikit serta mengatasi kekurangan gizi
24

anak yang saat ini masih menjadi permasalahan di Indonesia. Dengan adanya Jel-
lyS penulis berharap akan menurunkan angka kekurangan gizi pada anak.

4.4 Cara pembuatan JellyS


JellyS dibuat sengan menggunakan bahan jelly tanpa rasa yang di campur-
kan dengan sayuran wortel, jagung dan sawi. Sayuran dihaluskan dan
dicampurkan dengan air masak sebanyak dua gelas hingga didapat sari sayuran.
Setelah sari sayuran didapatkan maka dicampurkan dengan jelly tanpa rasa
sebanyak tiga sendok dan ditambahankan gula sebanyak dua sendok makan.
Setelah mendidih adonan jelly dimasukan ke dalam cup bulat yang berukuran
kecil. JellyS didalam cup akan berwarna pelangi karena perpaduan warna sayur
yang menarik yaitu orange, kuning dan hijau. JellyS ditambahkan dengan susu.
Susu digunakan sebagai toping agar JellyS lebih menarik, hanya digunakan dalam
jumlah yang sedikit tujuannya agar tidak terlalu tercium bau langu dari sayur yang
nantinya anak-anak tidak mau memakan.
25

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Jajanan yang tidak sehat banyak mengandung 5P (pengawet, pewarna,


pemanis, penyedap dan pengenyal) yang sering dikonsumsi oleh anak-anak
sekolah dasar. Mereka biasanya kurang memperhatikan apa yang dikonsumsi dan
di sekolah tidak tersedia jajanan yang sehat sehingga mereka mengkonsumsi ja-
janan yang berada di sekitar mereka. Seringnya mengkonsumsi jajanan yang tidak
sehat akan menimbulkan berbagai macam penyakit dan juga menurunkan kecer-
dasan. Pertumbuhan dan perkembangan anak juga akan terganggu.

Kebiasaan anak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat seperti permen,


jelly, ice cream, snack dan makanan cepat saji. Sehingga kecukupan gizi anak tid-
ak terpenuhi yang diikuti dengan kurangnya minat anak akan konsumsi makanan
yang sehat seperti sayuran, dimana kebanyakan anak tidak suka dengan sayur.
Seharusnya anak banyak mengkonsumsi sayuran mengandung banyak zat gizi
yang akan menunjang pertumbuahan dan kecerdasan anak.

Dilihat dari jajanan yang disukai dan makanan yang tidak disukai anak
penulis memiliki solusi menggabungkan makanan yang disukai dan kurang di
sukai anak. Penulis mengabungkan jelly dan sayur menjadi produk JellyS ( Jelly
Sayur) sebagai solusi jajanan sehat untuk anak. Dengan JellyS kebutuhan gizi
anak-anak tetap terpenuhi.

5.2 Saran

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna karena masih
dalam proses belajar. Penulis mengharapkan pengembangan terhadap karya tulis
ilmiah ini untuk kedepannya. Diharapkan orang tua dan guru lebih mempehatikan
jajanan yang dikonsumsi anak. Penulis menginginkan agar Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan pemerintah yang berwenang untuk meningkatkan per-
hatian terhadap jajanan yang dikonsumsi anak.
26

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia:

Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.

Jurnal Makara Kesehatan Vol. 11. Hal : 1-10

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Alatas, Sarah Salim. 2009. Status Gizi Anak Sekolah (7-12 tahun) dan

Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kam-


pungkids Pejaten Jakarta Selatan. FKUI : Jakarta

Alhaddad, Idrus. 2012. Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget pada

Konsep Kekekalan Panjang. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika


STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1.

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan Pertama. PT. Gramedia

Pustaka Utama : Jakarta

______________. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Cetakan Kesembilan PT.

Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Anzarkusuma ,Indah Suci et.al. 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak

Sekolah Dasar Di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of

Human Nutrition, Desember 2014, Vol. 1 No.2 : 135 – 148

www.ijhn.ub.ac.id

Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi Edisi Kedua.

EGC : Jakarta
27

Badan Intelejen Negara. 2012. Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak. Badan

Intelejen Negara : Jakarta.

http://www.bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/2012/jajanan-berbahaya-di-
sekitar-anak

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan R.I.

2008. Laporan Nasional 2007 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.


Departemen Kesehatan R.I : Jakarta

Bardosono, Saptawati. 2009. Masalah Gizi di Indonesia. Majalah Kedokteran

Indonesia. Vol. 58. No.1

Departemen Kesehatan R.I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbang). 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 Laporan

Nasional. Balitbang Depkes. : Jakarta

Departemen Pertanian RI. 2007. Foodborne Disease. (Diakses pada tanggal 5

April)

Gunarsa, D. Singgih. 2008. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. PT. BPK

Gunung Mulia : Semarang

Hakim, Abd. Dan Yance Lumalang. 2015. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Sikap

Memilih Makanan Jajanan dengan Status Gizi Siswa SMP Negeri 1 Palu.

Jurnal Kesehatan Tadulako Vol. 1 No. 1.

file:///C:/Users/USER/Downloads/5733-18943-1-PB%20(1).pdf

Junaidi dan Yovanda. 2016. Kebiasaan Konsumsi Fast Food Terhadap Obesitas

Pada Anak Sekolah Dasar Banda Aceh. Jurnal Action : Aceh Nutrisions
Journal Vol. 1. No. 2. Hal. 78-82
28

Kemenkes R.I. 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbang)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 Laporan Nasional. Balitbang

Kementerian Kesehatan R. I. : Jakarta

____________. 2012. Menkes : Ada Tiga Kelompok Permasalahan Gizi di

Indonesia. www.depkes.go.id. (Diakses dari tanggal 4 April)

____________. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbang) Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2012 Laporan Nasional.

Balitbang Kementerian Kesehatan R.I : Jakarta

____________. 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Kementrian Kesehatan R.I :

Jakarta

____________. 2014 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2013

Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.

Kementrian Keseharan R. I : Jakarta

____________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Kementerian

Kesehatan R. I : Jakarta

____________. 2015. Info Datin Situasi dan Analisis Gizi . Pusat Data dan

Informasi Kementerian Kesehatan R. I : Jakarta

____________. 2016. Info Datin Situasi Gizi.. Pusat Data dan Informasi

Kementerian Kesehatan R. I : Jakarta

Manary, M. J., dan Solomons, N. W. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat, Gizi dan

Perkembangan Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta


29

Noviani, Kurnia, Effatul Afifah, dan Dewi Astiti. 2016. Kebiasaan Kebiasaan

Jajan dan Pola Makan serta Hubungannya dengan Status Gizi Anak Usia
Sekolah di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietetik In-
donesia Vol. 4 No. 2. Hal. 97-104.

http://ejournal.alamaata.ac.id/index.php/IJND.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Tahap Perkembangan Anak dan Pemilihan Bacaan

Sastra Anak. FBS Universitas Negeri Yogyakarta : Yogyakarta.

journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/369/pdf

Pidarta, Made. 2000. Landasan Kependidikan. Rineka Cipta : Jakarta

Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat.

Balai Penerbit FKUI : Jakarta

RISEKDAS. 2007. Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Ruseffendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya

dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Tarsito :

Bandung

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi

Jilid II. Dian Rakyat : Jakarta

________________________. 2006. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi

Jilid I. Dian Rakyat : Jakarta

Setyawati, Vilda A. Veria. 2012. Peran Status Terhadap Kecerdasan Kognitif

Pada Masa Golden Age Period. Jurnal Visikes Vo. 11 No. 2.

www.publikasi.dinus.ac.id/index.php/visikes/article/download/672/465

Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. EGC : Jakarta


30

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Kanisiua

(Anggota IKAPI) : Yogyakarta

Tumiwa, Eklesia Sisko, Sisfiani Sarimin dan Amatus Y. Ismanto. 2016.

Hubungan Pengetahuan tentang sarapan Pagi dengan prestasi Belajar anak


di SD Inpres Talikuran Kecamatan Kawangkon Utara.

e-jurnal keperawatan (eKp), Vol. 4 No. 1.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/11902

UNICEF. 2010. Challenges for a new generation, the situation of children and

woman in Indonesia, Geneva


31

LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing

Penulis 1 (Ketua Tim)


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Monica Keydia

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

4. NIM 1500029372

5. Tempat dan tanggal Lahir Maninjau, 4 Januari 1998

6. Email monicakeydia@gmail.com

7. Nomor Hp 085265162883

B. Riwayat Pendidikan
Riwayat Pendidi-
SD SMP SMA
kan

SDN 23 Koto MTSP Koto Ba- SMA Pertiwi I


Nama Institusi
Baru ru Padang

Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2015

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Judul
Nama Pertemuan Waktu dan
No Artikel
Ilmiah/seminar Tempat
Ilmiah
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir

Institusi pemberian
No Jenis Penghargaan Tahun
penghargaan
32

- - - -

Semua data yang diisi dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Gaga-
san Tertulis (PKM – GT)

Yogyakarta, 8 April 2017

(Monica Keydia)
NIM.1500029372
33

Penulis 2

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Elisda Septiyani

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

4. NIM 1600029244

5. Tempat dan tanggal Lahir Cirebon, 13 September 1997

6. Email elisdaseptiyani13@gmail.com

7. Nomor Hp 087729194813

B. Riwayat Pendidikan

Riwayat Pendidikan SD SMP SMA

SD N Sadagori SMP N 1 Cire- SMA N 2 Cire-


Nama Institusi
2 bon bon
Jurusan - - IPA
Tahun Masuk-Lulus 2004-2010 2010-2013 2013-2016

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmi- Judul Artikel Waktu dan Tem-
No
ah/seminar Ilmiah pat
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir

Institusi pemberian
No Jenis Penghargaan Tahun
penghargaan

- - - -
34

Semua data yang diisi dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Gaga-
san Tertulis (PKM-GT).

Yogyakarta, 8 April 2017

(Elisda Septiyani)
NIM. 1600029244
35

Penulis 3

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Vionika Marthasari

2. Jenis Kelamin Perempuan

3. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

4. NIM 1600029226

5. Tempat dan tanggal Lahir Gunungkidul, 14 Maret 1998

6. Email vionika1600029226@webmail.uad.ac.id

7. Nomor Hp 082213700768

B. Riwayat Pendidikan
Riwayat Pendidi-
SD SMP SMA
kan
SDN 04 Ciang- SMP N 3 SMK Bina Hu-
Nama Institusi
sana Gunungputri sada Mandiri
Jurusan - - Farmasi
Tahun Masuk-
2004-2010 2010-2013 2013-2016
Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmi- Judul Artikel Waktu dan
No
ah/seminar Ilmiah Tempat
- - - -

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir

Institusi pemberian
No Jenis Penghargaan Tahun
penghargaan

- - - -
36

Semua data yang diisi dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa
Pengabdian Masyarakat (PKM-M).

Yogyakarta, 8 April 2017

(Vionika Marthasari)

NIM.1600029226
37

Dosen Pembimbing

A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Oktomi Wijaya, S.K.M., M.Sc

2. Jenis Kelamin Laki-Laki

3. Program Studi Kesehatan Masyarakat

4. NIDN 0502108702

5. Tempat dan tanggal Lahir Bukittinggi, 02 Oktober 1987

6. Email Oktomi.wijaya@gmail.com

7. Nomor Hp 081314843515

B. Riwayat Pendidikan
Riwayat
SD SMP SMA S1 S2
Pendidikan
SDN 25 SMPN 3 SMAN 1 Universitas
Nama Insti- Universitas
tiga Kam- Tilatang Tilatang Gadjah
tusi Indonesia
pung Kamang Kamang Mada
Kesehatan Manajemen
Jurusan - - IPA
Masyarakat Bencana
Tahun Ma- 1994- 2000- 2000-
2006-2010 2012-2014
suk-Lulus 2000 2003 2006

C. Pemakalah Seminar Ilmiah


Nama Pertemuan Ilmi- Judul Artikel Waktu dan Tem-
No
ah/seminar Ilmiah pat
An Analysis oh
1. Cape Town South
World Congreess on Disas- Hospital Prepar-
Africa, April 2015
ter and Emergecy Medicine edness for an
Earthquake and
Tsunami in Pa-
dang City.
38

An Assessment of
2.
Health Sector Yogyakarta, Mei
2nd Annual Scientific Meet-
Preparedness for 2015
ing on Disaster Research
Disaster in East
Aceh District,
Aceh Province.

Health Sector
Preparedness for
Makassar, Febru-
Disaster in Small
2nd International Conference ari 2015
3. Island, Case Study
on Environmental Risks and
in West Seram
Public Health,
District, Maluku
Province

D. Penghargaan dalam 10 Tahun Terakhir

Institusi pemberian
No Jenis Penghargaan Tahun
penghargaan

- - - -
39

Semua data yang diisi dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Hibah Program Kreatifitas Mahasiswa Gaga-
san Tertulis (PKM-GT).
Yogyakarta, 8 April 2017

(Oktomi Wijaya, S.K.M., M.Sc)


NIDN. 0502108702
40

LAMPIRAN

JellyS
41

FORM PENILAIAN ABSTRAK

Judul Karya : JellyS: Jelly Aneka Sayur sebagai Solusi Jajanan Sehat
Untuk
Anak-Anak
Ketua Tim : Monica Keydia
Anggota Tim : 1. Elisda Septiyani
2. Vionika Marthasari
Perguruan Tinggi : Universitas Ahmad Dahlan

Skor
No Kriteria Penilaian Bobot Skor
Terbobot
Format Abstrak
- Tata penyajian tulisan: ukuran kertas,
topografi, kerapihan ketik, tata letak,
kesesuaian jumlah halaman.
- Pengungkapan ide dan gagasan : siste-
1. matika tulisan, ketepatan dan kejelasan 10
ungkapan, bahasa baku yang baik dan
benar sesuai dengan EYD, tidak
mengandung unsure SARA, tidak ada
metode penulisan, arti penting ide dan
gagasan.
Kreatifitas ide dan gagasan yang dikemuka-
kan
- Kesesuaian tema
- Komprehensif, keunikan, inovatif, dan
orosinil
- Struktur gagasan (gagasan muncul di
2. 40
dukung oleh argumentasi ilmiah)
- Ketepatan solusi (focus, atraktif, dan ap-
likatif)
- Ramah lingkungan
- Memiliki nilai manfaat untuk menguji
kebenaran
Cara penyajian gagasan dan tulisan
- Sifat topic, rumusah judul dan kes-
esuaian dengan iheal bahasa, aktualisasi
3. 20
- Kejelasan uraian permasalahan
- Relevansi topic terhadap tema dan men-
cakup aspek penilaian
4. Implementasi gagasan 30
42

- Kemungkinan/prediksi transfer gagasan


dan proses adopsi
- Kebermanfaatan gagasan
SKOR TERBOBOT TOTAL 100

Medan, …………… 2017

(…Juri…)

Anda mungkin juga menyukai