Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN SURVEILANCE GIZI KASUS OBESITAS PADA ANAK

SEKOLAH DASAR

DOSEN PEMBIMBING:
A.A GDE RAKA KAYANAYA, SST, M.Kes
NIP. 195704011985011001

OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS A SEMESTER 5

1. NI PUTU TRISNA WIDYANTHI (P07131219001)


2. NI PUTU SETYA PURI CAHYANI (P07131219002)
3. NI PUTU PANDE PRAWIDHI MAHASANTI (P07131219005)
4. NI NENGAH WINDAYANI (P07131219008)
5. NI MADE WIDYA ADNYANI (P07131219012)
6. BELLA AMANDA HAPSARI (P07131219013)
7. NI KADEK ANIK ARIANTINI (P07131219014)
8. NI WAYAN WIDYA ASTUTI (P07131219024)
9. NI KADEK MITA DWI ADNYANI (P07131219026)
10. MADE MAYA ADINDA SILVIANA (P07131219032)
11. NI PUTU EKA ANGGRENI (P07131219033)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKES KEMENKES DENPASAR
PRODI GIZI DAN DIETETIKA PROGRAM SARJANA TERAPAN
JURUSAN GIZI
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Surveilanve Gizi
Kasus Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di Desa Dauh Puri Kauh ini dapat
diselesaikan sesuai harapan dan tepat waktunya. Laporan ini penulis susun dalam
rangka memenuhi tugas semester VI dalam bidang Surveilance Gizi.

Laporan ini kami susun dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang
ada, termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Dosen mata kuliah, A.A. Gde Raka Kayanaya, SST, M.Kes yang telah
memberikan bantuan secara moril dan memfasilitasi berbagai kepentingan
studi, selama penulis menempuh pembelajaran di Poltekkes Kemenkes
Denpasar;
2. Kedua orang tua kami yang telah memfasilitasi, memberi dukungan dan
ide-ide untuk membuat makalah ini.
3. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Kami selaku penulis menyadari tugas ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan, mencari
sumber dan pengalaman, sehingga tulisan ini banyak kekurangan. Semoga proposal
ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Kami
berharap semoga tugas proposal yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 19 Januari
2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Tujuan Umum..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3
2.1. LANDASAN TEORI ...........................................................................................3
2.1.1. Anak Sekolah Dasar.......................................................................................3
2.1.2. Nilai Normal Status Gizi Anak .......................................................................6
2.1.3. Asupan Gizi Sesuai Umur Untuk Anak Sekolah Dasar Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi .......................................................................................................8
2.1.4. Cara Pemakaian Alat Ukur .............................................................................8
2.1.5. Obesitas Anak.............................................................................................. 11
2.2. HASIL PENILAIAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH ............................... 13
2.2.1. Hubungan Umur Dengan Status Gizi ...................................................... 15
2.2.2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Status Gizi ......................................... 15
2.2.3. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi ........................................ 16
2.2.4. Hubungan Konsumsi Sayur Dan Buah Dengan Status Gizi ..................... 16
2.2.5. Hubungan Mendapatkan Informasi Terkait Gizi Dengan Status Gizi ....... 17
2.2.6. Hubungan Pendapatan Ibu Dengan Status Gizi ....................................... 17
2.2.7. Hubungan Frekuensi Makanan Utama Dengan Status Gizi ..................... 18
2.2.8. Hubungan Frekuensi Selingan Dengan Status Gizi ................................. 18
2.3. SURVEILANCE GIZI ................................................................................. 19
2.3.1. Demonstrasi Pmt Pada Anak Sekolah ..................................................... 19
2.3.2. Penyuluhan Gizi ..................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 31

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Jika kesehatan telah
menjadi prioritas bagi pembangunan manusia maka kualitas sumber daya
manusia juga akan meningkat dan turut meningkatkan derajat suatu bangsa di
mata dunia (Sumardilah, 2014)

Penanggulangan masalah gizi memerlukan perencanaan jangka panjan


dan disiapkan dengan mengacu pada informasi yang memadai baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Salah satunya melalui kegiatan surveillance gizi.
Surveillance gizi merupakan kegiatan pengamatan terhadap status gizi dengan
tujuan agar pengambilan keputusan dalam menentukan kebijakan dan program
dapat terarah kepada perbaiakn gizi masyarakat (Sumardilah, 2014)

Informasi yang dihasilkan dari kegiatan surveillance gizi berguna


sebagai dasar pengambilan keputusan, perencanaan, dan pengelola program
yang berkaitan dengan perbaikan gizi masyarakat. Tanpa sistem surveilans yang
memadai mulai dari tingkat nasional hingga local, ada kemungkinan masalah
gizi yang muncul di masyarakat akan terus berlanjut tanpa diketahui
perkembangannya dan tentu saja akan menyulitkan dalam perumusan program
yang baik untuk menanggulanginya.(Sumardilah, 2014)

Obesitas pada anak merupakan salah satu masalah kesehatan karena


prevalensi obesitas pada anak di dunia semakin meningkat setiap tahunnya.
Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Berdasarkan data Riset

1
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi status gizi (IMT/U) pada anak
Indonesia usia 5-12 tahun antara lain sangat kurus sebanyak 2,4%, kurus
sebanyak 6,8%, gemuk sebanyak 10,8%, dan obesitas sebanyak 9,2%.
Prevalensi status gizi gemuk dan obesitas pada anak usia 5-12 di Kota Denpasar
yaitu untuk prevalensi status gizi gemuk sebesar 15,85% dan untuk status gizi
obesitas sebesar 15,12%..

Dikarenakan angka prevalensi status gizi overweight dan obesitas pada usia
5-12 tahun di Kota Denpasar tinngi, maka penulis membuat laporan
surveillance gizi terkait kasus obesitas pada anak sekolah dasar di Desa Dauh
Puti Kauh, Kecamatan Denpasar Barat. Dengan demikian, penulis melakukan
pengambilan data antropometri anak sekolah dasar dan juga merecall, sehingga
penulis dapat menyimpulkan status gizi anak melalui data antropometri dan
hasil recall tersebut.

1.2. Tujuan Umum


Untuk mendapatkan gambaran status gizi anak seklah dasar di Desa Dauh
Puri Kauh Kecamatan Denpasar Barat

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. Anak Sekolah Dasar
A. Pengertian Anak Sekolah Dasar
Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak SD, yaitu:
a. Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12
tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual.
Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan
bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin
beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada
segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya
adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang
akan berguna pada proses perkembangannya kelak. (Jatmika,
2005)
b. Menurut Gunarsa (2008: 98) anak sekolah dasar adalah anak
yang berusia 6 – 12 tahun atau disebut masa pada usia sekolah,
memiliki fisik yang lebih kuat, mempunyai sifat individual serta
aktif dan tidak terlalu bergantung pada orang tua.
c. Menurut Wong (2008: 75), anak sekolah adalah anak pada usia
6 – 12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti
anak. Periode ketika anal-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dengan orang tua mereka, teman
sebanya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
untuk meperoleh dasar-dasar pengetahuan dan pengalaman
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa di
masa mendatang dan memperoleh keterampilan tertentu
B. Klasifikasi Anak Sekolah Dasar Menurut Umur
a. Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah

3
Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas,
atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 -7 tahun
seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki
sekolah. Periode sekolah dsar terdiri dari periode kelas
rendah dan periode kelas tinggi. Karakteristik siswa
kelas rendah sekolah dasar sebagai berikut:
1. Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan
kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi
sekolah.
2. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
3. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak
lain.
4. Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8 tahun)
anak mengehendaki nilai (angka rapor) yang baik
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai biak atau tidak.
5. Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan
yang ada di dalam dunianya.
6. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka
sial itu dianggap tidak penting. (Notoatmodjo,
2012)
b. Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi
Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah
sebagai berikut:
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-
hari yang konkret.
2. Realistic, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin
belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang
mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolkan faktor-faktor

4
4. Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah
6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama.
Di dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat
kepada peraturan permainan yang tradisional,
mereka membuat peraturan sendiri. (Notoatmodjo,
2012)

C. Angka Kecukupan Gizi Anak Sekolah Dasar


Usia SD dimulai dari 6 – 12 tahun, menurut AKG tahun 2019, yaitu
:
Kelompok Umur Berat Badan (kg) Tinggi Badan (cm)
4 – 6 tahun 19 113
7 – 9 tahun 27 130
10 – 12 tahun
36 145
(laki – laki )
10 – 12 tahun
38 147
(perempuan)

D. Perkembangan Anak Sekolah Dasar


Menurut Supariasa (2013), karakteristik anak usia sekolah umur 6
– 12 tahun terbagi menjadi empat bagian, yaitu :
1) Fisik/Jasmani
a. Pertumbuhan lambat dan teratur
b. Anak Wanita biasnya lebih tinggi dan lebih berat
disbanding laki-laki dengan usia yang sama

5
c. Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa
ini
d. Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus
e. Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan
besar senang makan dan aktif
f. Pertumbuhan tukang, tulang sangat sensitive terhadap
kecelakaan
g. Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa
ini
2) Emosi
a. Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung
jawab terhadap tingkah laku dan diri sendiri, mudah
cemas jika da kemalangan di dalam keluarga
b. Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis
3) Sosial
a. Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam
permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap
kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diei,
jujur, sering punya kelompok teman-teman tertentu
b. Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan
wanita bermain sendiri-sendiri
4) Intelektual
a. Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar
dalam belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, selalu
ingin tahu sesuatu.
b. Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat.

2.1.2. Nilai Normal Status Gizi Anak


Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dapat pula diartikan sebagai tanda
fisik yang diakibatkan oleh karena adanya keseimbangan antara pemasukan

6
dan pengeluaran gizi melalui variable variable tertentu yaitu indicator status
gizi. Definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalh suatu keadaan fisik
seseorang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran
ukuran gizi tertentu.
Penilaian status gizi anak dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran berat badan dan Panjang/tinggi badan dengan standar
antropometri anak. Kasifikasi penilaian statsu gizi berdasarkan Indeks
Antropometri sesuai kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan the WHO Refernece 2007 untuk
anak 5-18 tahun.
a) Indeks Standar Antropometri Anak
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat
badan dan Panjang/tinggi badan yang terdiri ata 4 indeks
meliputi
1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan
menurut umur (PB/U atau TB/U)
3) Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB atau
BB/TB)
4) Indeks Masa Tubuh menurut umr (IMT/U)

b) Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak


Indeks Kategori Status Ambang Batas (Z-
Gizi Score)
Gizi kurang -3 SD s/d < -2 SD
(thinness)
Umur (IMT/U)
Gizi baik (normal) -2 SD s/d +1 SD
Anak Usia 5 -18
Gizi lebih +1 SD s/d +2 SD
Tahun
(overweight)
Obesitas (obese) > +2 SD

7
Keterangan :
1) Anak yang termasuk pada kategori ini
mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
perlu dikonfirmasu dengan BB/TB atau
IMT/U
2) Anak pada kategori ini termasuk tinggi dan
biasanya tidak menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya
gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormone
pertumbuhan .
3) Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan
gizi kurang, kriteria diagnosis gizi buruk gizi buruk dan gizi
kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak gizi Bruk
menggunakan Indek Berat Badan menurut Panjang Badan atau
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)

2.1.3. Asupan Gizi Sesuai Umur Untuk Anak Sekolah Dasar Berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi
Kelompok Energi Protein Lemak Karbohidrat
Umur (kkal) (g) (g) (g)
4-6 tahun 1400 25 50 220
7-9 tahun 1650 40 55 250
Laki-laki
10-12 tahun 2000 50 65 300
Perempuan
10-12 tahun 1900 55 65 280

2.1.4. Cara Pemakaian Alat Ukur


1. Alat Ukur Tinggi Badan

8
Cara berdiri yang benar dan alat ukur yang pas dengan rangka tubuh
adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur tinggi badan.
Anak-anak yang sudah dapat berdiri tegap dan orang dewasa pada umumnya
diukur menggunakan Microtoise (stature meter) atau Shortboard. Berikut
adalah cara melakukan pengukuran tinggi badan yang benar:
a. Persiapan ( Cara memasng microtoise )
1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding agar tegak lurus.
2. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan
ada lekukan atau tonjolan (rata).
3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan
benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada
jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku
atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
b. Prosedur pengukuran tinggi badan
1. Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi
hasil pengukuran.
2. Pastikan alat geser berada di posisi atas.
3. Pasien diminta berdiri tegak, persis di
bawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang
(punggung), pantat, betis dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise
dipasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung
bebas.
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
pasien. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala pasien.

9
Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap
menempel pada dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang
lebih besar(ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan
angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9
cm.

2. Alat Ukur Berat Badan


Berat badan merupakan jumlah cairan, lemak, otot, dan
mineral tulang di dalam tubuh manusia. Berat badan seseorang dapat
diketahui dengan beberapa cara, namun yang paling sederhana
adalah melakukan penimbangan menggunakan timbangan berat
badan yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). Timbangan
berat badan yang digunakan dapat berupa timbangan digital maupun
timbangan jarum. Prosedur penimbangan berat badan untuk orang
dewasa dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Persiapan
1. Letakkan timbangan di tempat yang datar
2. Pastikan posisi bandul pada angka nol dan jarum dalam
keadaan seimbang
3. Jelaskan prosedur penimbangan kepada pasien/
4. Pasien yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki dan
jaket serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci,
dll

b. Proses Penimbangan
1. Posisikan pasien di atas timbangan
2. Geser bandul sesuai berat pasien sampai posisi jarum
seimbang.

10
3. Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang,
tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (Jangan
bergerak- gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang
lurus ke depan)
4. Baca dan catat berat badan pada status
5. Minta pasien turun dari alat timbang

2.1.5. Obesitas Anak


A. Pengertian Obesitas

Obesitas adalah penimbunan lemak yang berlebihan akibat


ketidakseimbangan antara asupan energi (energy intake) dengan energi yang
digunakan (energy expenditure) dalam waktu lama. Obesitas didefinisikan
sebagai kandungan lemak berlebih pada jaringan adiposa. Secara fisiologis,
obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang
tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu
kesehatan (Sugondo, 2009).

Obesitas pada anak dapat dinilai dengan mengukur indeks massa tubuh
(IMT) per umur yang kemudian jabarkan dalam nilai z-score. Pengukuran
IMT per umur yang selanjutkan dalam perhitungan z-score menjadi nilai
individu subyek dapat dilakukan dengan cara membagi nilai berat badan (kg)
dengan nilai kudrat dari tinggi badan (m).

B. Faktor Penyebab Obesitas

Obesitas pada anak menjadi masalah kesehatan yang kompleks. Hal


ini terjadi ketika seorang anak memiliki berat badan yang berlebih yang
tidak sesuai dengan usia dan tinggi badannya. Penyebab kelebihan berat
badan pada anak-anak sama dengan orang dewasa yaitu faktor perilaku dan
genetika seseorang. Perilaku yang mempengaruhi penambahan berat badan
berlebih seperti mengonsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi,
aktivitas fisik yang kurang, menonton televisi atau perangkat layar lainnya

11
yang lama, penggunaan obat, dan rutinitas tidur (CDC, 2016) . Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu :

a Jenis kelamin
b Kesehatan
c Genetic
d Tingkat sosial ekonomi
e Aktivitas fisik
f Pola makan

C. Dampak Obesitas

Obesitas selama masa kanak-kanak dapat memiliki efek berbahaya pada


tubuh dengan berbagai cara. Anak-anak yang memiliki obesitas cenderung
memiliki tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi, yang merupakan faktor
risiko penyakit kardiovaskular. Obesitas juga dapat meningkatkan risiko
gangguan toleransi glukosa, resistensi insulin, dan diabetes mellitus tipe 2
(CDC, 2016). Selain itu obesitas juga memiliki dampak terhadap pernafasan,
seperti asma dan sleep apnea, masalah sendi dan ketidaknyamanan
muskuloskeletal, masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi, harga diri
rendah dan rendahnya 11 kualitas hidup, dan masalah sosial seperti bullying dan
stigma. Jika anak-anak menderita obesitas, faktor risiko obesitas dan penyakit
mereka di masa dewasa cenderung lebih parah (Bass & Eneli, 2014)

D. Pencegahan Obesitas

Menurut Kemenkes RI (2012) pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan


pendekatan pada anak-anak beserta orang terdekatnya untuk mempromosikan
gaya hidup sehat seperti pola dan perilaku makan serta aktivitas fisik baik pada
anak yang beresiko kegemukan dan obesitas maupun tidak. Usaha pencegahan
dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas pelayanan
kesehatan. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk pendidikan
kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta dukungan

12
sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini
memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam
jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola
dan perilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan
sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi
konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food,
serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.

2.2. HASIL PENILAIAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH


Tabel 2.2.1 Data anak sekolah yang mengalami obesitas di Desa Dauh Puri Kauh
Jalan Teuku Umar Kecamatan Denpasar Barat

Berat Tinggi
Jenis Z-Score Status
No Umur Badan Badan IMT
Kelamin (IMT/U) Gizi
(Kg) (Cm)

1 10 Tahun 1 Bulan Laki-Laki 40 130 23,66 3 Obesitas

2 7 Tahun 2 Bulan Perempuan 39 132 22,41 4 Obesitas

3 11 Tahun 3 Bulan Perempuan 42 150 18,67 1.5 Gizi lebih

Gizi
4 11 Tahun 6 Bulan Perempuan 35 129 21,08 2
Lebih
Gizi
5 11 Tahun 6 Bulan Perempuan 54 156 22.19 2
Lebih

6 6 Tahun 5 Bulan Perempuan 28 118 20.11 3 Obesitas

Gizi
7 11 Tahun 3 Bulan Laki-Laki 42 135 23,07 2
Lebih
Gizi
8 8 Tahun 10 Bulan Laki-Laki 36 133 20.35 2
Lebih

9 10 Tahun 3 Bulan Laki-Laki 56 154 23.62 3 Obesitas

10 10 Tahun 9 Bulan Perempuan 55 152 23.9 3 Obesitas

13
Gizi
11 8 Tahun 6 Bulan Perempuan 35 135 19.2 2
Lebih

12 9 Tahun 3 Bulan Laki-Laki 39 125 25 4 Obesitas

13 9 Tahun 9 Bulan Laki-Laki 54 145 25.71 4 Obesitas

Gizi
14 12 Tahun 0 Bulan Perempuan 40 132 22.98 2
Lebih

15 7 Tahun 3 Bulan Perempuan 20 100 20 3 Obesitas

16 9 Tahun 1 Bulan Perempuan 34 122 22.97 3 Obesitas

Konsum Frekuensi Frekuensi


Mendapatka
Aktivitas si Buah Makan Makan
No Pendapatan Ibu n Informasi
Fisik & Sayur Utama Selingan
terkait Gizi
Per Hari per hari per hari
Rp. 1.500.000 -
1 Setiap Hari 1x Tidak Pernah 2x 1x
5.000.000
Rp. 1.500.000 -
2 >3x/ Minggu 1x Jarang 3x 2x
5.000.000
3 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 1x Tidak Pernah 3x 2x
Rp. 1.500.000 -
4 <3x/ Minggu 2-3x Jarang 3x 2x
5.000.000
5 <Rp.1.000.000 >3x/ Minggu 2-3x Sering 3x 1x
6 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 1x Jarang 3x 2x
7 <Rp.1.000.000 >3x/ Minggu 2-3x Sering 3x 2x
8 <Rp.1.000.000 <3x/ Minggu 2-3x Jarang 3x 1x
9 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 2-3x Sering 3x 2x

10 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 2-3x Tidak Pernah 3x 2x

11 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 2-3x Jarang 3x 1x


12 <Rp.1.000.000 >3x/ Minggu 1x Sering 2x 3x
13 <Rp.1.000.000 <3x/Minggu 1x Jarang 3x 1x

14 <Rp.1.000.000 Setiap Hari 1x Jarang 3x 3x


Rp. 1.500.000 -
15 Setiap Hari 2-3x Tidak Pernah 3x 2x
5.000.000

14
16 <Rp.1.000.000 <3x/Minggu 1x Tidak Pernah 3x 2x

2.2.1. HUBUNGAN UMUR DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Kelompok 5-10 tahun 2 6 8
Umur 11-15 tahun 5 3 8
Total 7 9 2

Berdasarkan data kelompok umur dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa
anak sekolah dengan rentangan usia 5-10 tahun rata - rata memiliki status gizi lebih
(2 orang), obesitas (4 orang). Sedangkan untuk anak sekolah dengan rentang usia
11-15 tahun rata - rata memiliki gizi lebih (5 orang), obesitas (3 orang). Berdasarkan
data kelompok umur dan status gizi, rata - rata anak sekolah memiliki status gizi
lebih

2.2.2. HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Laki-laki 2 4 6
Jenis Kelamin
Perempuan 5 5 10
Total 7 9 16
Berdasarkan data kelompok jenis kelamin dengan status gizi maka dapat dilihat
bawah anak sekolah berjenis kelamin laki - laki memiliki rata - rata status gizi lebih
(2 orang), obesitas (4 orang). Sedangkan untuk anak sekolah berjenis kelamin
perempuan memiliki rata - rata status gizi lebih ( 5 orang) dan obesitas (5 orang) .
Berdasarkan pengelompokan data jenks kelamin dengan status gizi memiliki status
gizi obesitas

15
2.2.3. HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Setiap hari 3 5 8
Aktivitas
<3x/minggu 2 2 4
Fisik
>3x/minggu 2 2 4
Total 7 9 16
Berdasarkan data aktivitas fisik dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa anak
sekolah yang melakukan aktivitas fisik setiap hari rata-rata memiliki status gizi
lebih (3 orang),status gizi obesitas (5 orang). Anak sekolah yang melakukan
aktivitas fisik <3x/minggu rata-rata memiliki status gizi lebih (2 orang), obesitas (2
orang). Sedangkan untuk Anak sekolah yang melakukan aktivitas fisik >3x/minggu
rata-rata memiliki status gizi lebih ( 2 orang),obesitas (2 orang). Rata - rata anak
sekolah memiliki status gizi obesitas

2.2.4. HUBUNGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH DENGAN STATUS


GIZI

Status Gizi
Gizi baik Gizi lebih Obesitas
Konsumsi Sayur & 1x 2 6 8
Buah per hari 2-3x 5 3 8
Total 7 9 16
Berdasarkan data konsumsi sayur & buah dan status gizi maka di dapatkan hasil
bahwa anak sekolah yang mengonsumsi sayur & buah 1x dalam sehari rata-rata
memiliki status gizi baik (2 orang),gizi lebih (6 orang),obesitas (8 orang)
Sedangkan untuk anak sekolah yang mengonsumsi sayur dan buah 2-3x dalam
sehari rata-rata memiliki status gizi baik (5 orang), gizi lebih (3 orang),obesitas (8
orang). Berdasarkan data konsumsi sayur & buah dan status gizi, rata-rata anak
sekolah di Bali memiliki status gizi yang obesitas

16
2.2.5. HUBUNGAN MENDAPATKAN INFORMASI TERKAIT GIZI
DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi

Gizi baik Gizi lebih Obesitas

Mendapatkan Tidak pernah 1 4 5

Informasi Terkait Jarang 4 3 7


Gizi Sering 2 2 4

Total 7 9 16
Berdasarkan data mendapatkan informasi terkait gizi dan status gizi maka di
dapatkan hasil bahwa anak sekolah baik yang tidak pernah (1 orang), jarang (4
orang), sering (2 orang). Gizi lebih tidak pernah (4 orang), jarang (3 orang), obesitas
(7 orang) dan yang mendapatkan informasj terkait gizi sering dengan status gizi
baik (2 orang), gizi lebih (2 orang), obesitas (4 orang). Berdasarkan rata - rata
tingkat pengetahjan mendapatkan informasi terkait gizi yaitu dengan status gizi
obesitas

2.2.6. HUBUNGAN PENDAPATAN IBU DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi

Gizi baik Gizi lebih Obesitas

< Rp.1.000.000 6 6 12
Pendapatan
Rp. 1.000.000 –
Ibu 1 3 4
5.000.000

17
Total 7 9 16
Berdasarkan data pendapatan ibu dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa anak
sekolah dari ibu yang memiliki pendapatan sebesar < Rp.1.000.000, rata-rata
memiliki status gizi yang baik yaitu dengan jumlah 6 orang, gizi lebih 6 orang,
obesitas 6 orang. Sedangkan anak sekolah dari ibu yang memiliki pendapatan
sebesar Rp.1.000.000 – 5.000.000, rata-rata memiliki status gizi yang baik yaitu
dengan jumlah 1 orang, gizi lebih 3 orang, obesitas 4 orang. Rata - rata anak sekolah
memiliki status gizi obesitas

2.2.7. HUBUNGAN FREKUENSI MAKANAN UTAMA DENGAN STATUS


GIZI

Status Gizi

Gizi baik Gizi lebih Obesitas

2x 0 2 2
Frekuensi Makanan Utama
3x 7 7 14

Total 7 9 16
Berdasarkan hubungan prekuensi makanan utama dengan status gizi dengan
frekuensi makanan utama 2x memiliki status gizi baik (0 orang), gizi lebih (2
orang), obesitas (2 orang), sedangkan dari frekuensk makan utama 3x dengan status
gizi baik (7 orang), gizi lebih (9 orang) dan obesitas (14 orang). Rata - rata anak
sekolah memilki status gizi obesitas

2.2.8. HUBUNGAN FREKUENSI SELINGAN DENGAN STATUS GIZI

Status Gizi

Gizi baik Gizi lebih Obesitas

Frekuensi Selingan 1 3 2 5

18
2 3 6 9

3 1 1 2

Total 7 9 16
Berdaaarkan hubungan frekuensi selingan dengan status gizi dengan frekuensi
selingan 1 memiliki status gizi baik (3 orang), gizi lebih (2 orang), obesitas (5
orang) , dengan frekuensi selingan 2 memiliki status gizi baik (3 orang), gizi lebih
(6 orang), obesitas (9 orang) sedangkan frekuensi selingan 3 memiliki status gizi
baik (1 orang), gizi lebih (1 orang), obesitas (2 orang). Rata - rata anak sekolah
memiliki status gizi obesitas

2.3. SURVEILANCE GIZI


2.3.1. DEMONSTRASI PMT PADA ANAK SEKOLAH
Usia anak sekolah dasar yaitu antara 6-12 tahun. Tumbuh kembang
anak sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan
kuantitas yang baik. Prestasi belajar yaitu kemampuan unsur yang dapat
diukur secara langsung dengan alat ukur yaitu prestasi. Prestasi belajar
dituangkan dalam bentuk angka dalam rapor yang diberikan setiap akhir
semester. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ialah faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain status kesehatan, motivasi dan minat.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap proses belajar. Upaya agar belajar
dengan baik yaitu mengusahakan kesehatan badan tetap terjamin dengan
istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan beribadah.

Minat juga berpengaruh besar terhadap belajar, jika materi yang


dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka tidak akan belajar dengan
baik. Solusi untuk mengatasi siswa yang kurang berminat dengan cara
menjelaskan hal-hal yang menarik berhubungan dengan materi. Siswa lebih
tertarik dengan materi yang lebih mudah dipelajari dan disimpan karena
mempunyai minat untuk menambah kegiatan belajar. Faktor eksternal antara
lain faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Faktor keluarga yaitu cara
orang tua mendidik anak. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan
anaknya seperti bersikap acuh tak acuh, tidak memperhatikan kebutuhan,

19
tidak mengatur waktu belajar anak, terlalu memaksa sehingga anak menjadi
tertekan dan tidak suka belajar.

Keadaan ekonomi keluarga juga menunjang keberhasilan belajar anak


karena anak membutuhkan fasilitas atau sarana untuk belajar. Apabila anak
hidup dalam keadaan yang kurang mampu fasilitas untuk belajar kurang
terpenuhi maka, anak kurang memusatkan perhatiannya kepada belajar.
Faktor sekolah salah satunya metode belajar. Metode belajar yang kurang
baik karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai materi sehingga
guru menyajikannya kurang jelas terhadap mata pelajarannya, sehingga
murid kurang senang terhadap pelajarannya dan malas untuk belajar.
Hubungan guru dengan siswa yang baik akan membuat siswa berusaha
mempelajari materi yang disampaikan dengan sebaik-baiknya dan kegiatan
dalam proses belajar mengajar berjalan lancar.

Faktor masyarakat yaitu apabila siswa mengambil bagian kegiatan di


masyarakat yang terlalu banyak akan mengganggu belajar dan tidak bijaksana
dalam mengatur waktu (Susilo, 2006). Pemberian Makanan Tambahan Anak
Sekolah (PMT-AS) ialah kegiatan pemberian makanan kepada peserta didik
sekolah dasar dalam bentuk kudapan yang aman dan bergizi, dengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan (BPMPDKP, 2012).
Sasaran kegiatan PMTAS yaitu seluruh siswa SD dan TK berdasarkan hasil
screening yang dilaporkan oleh Puskesmas (Dinkes, 2012). Kegiatan PMT-
AS bertujuan untuk meningkatkan ketahanan fisik anak sekolah sebagai
upaya perbaikan gizi dan kesehatan sehingga dapat mendorong minat dan
kemampuan belajar siswa (Dinkes, 2012). Prinsip makanan tambahan anak
sekolah antara lain :

1. Bentuk Makanan Tambahan


Bentuk makanan tambahan tidak berupa makanan lengkap seperti nasi dan
lauk tetapi berupa makanan kudapan, dengan memperhatikan aspek mutu
dan keamanan pangan.
2. Bahan Pangan

20
PMT-AS sebaiknya menggunakan bahan pangan lokal yang diolah menjadi
kudapan yang diberikan kepada siswa. Pengolahan kudapan yang dilakukan
sendiri diharapkan dapat memenuhi syarat mutu, nilai gizi, kebersihan dan
harga.
3. Susunan Menu

NUGGET IKAN SAYURAN

Bahan-bahan yang diperlukan :


 50 gram ikan kakap atau ikan air tawar lainnya, fillet atau ambil dagingnya
saja
 1 buah wortel, parut halus
 100 gram labu kuning, parut kasar
 100 gram kentang, parut kasar
 1 butir telur
 1 sdm garam
 ½ sdm gula
 4 butir telur
 60 gram tepung tapioka
 100 gram tepung terigu
 250 gram tepung panir

Langkah membuatnya :

21
1. Haluskan ikan, campurkan dengan labu, kentang, garam dan gula. Aduk
atau uleni hingga tercampur merata.
2. Masukkan tepung tapioka, 4 butir telur dan bahan lainnya, kecuali tepung
panir dan tepung tapioka.
3. Masukkan dalam cetakan dan kukus selama 20 menit.
4. Dinginkan, lalu potong sesuai ukuran.
5. Jika akan menggoreng, lapisi dengan telur, tepung terigu dan tepung panir.
6. Untuk mendapatkan hasil yang krispi, bisa didinginkan dahulu di lemari
pendingin atau freezer.
7. Terakhir, goreng dan siap disajikan.

OTAK-OTAK IKAN

Bahan-bahan yang diperlukan :


 350 gr ikan laut filet
 300 gr tapioka
 3 butir telur
 5 tangkai daun bawang
 3 siung bawang merah
 7 siung bawang putih
 1 sdm garam

22
 1 sdt gula pasir
 1 sdt kaldu bubuk
 1/4 sdt baking powder
 1/2 sdt merica bubuk

Langkah membuatnya :
1. Blender daging ikan dan bawang putih.
2. Iris-iris daun bawang, iris-iris bawang merah. Sisihkan.
3. Letakkan blenderan ikan dan bawang putih di wadah, tambahkan telur,
garam, gula, kaldu bubuk merica. Aduk rata dengan tangan.
4. Campur tapioka dan baking powder. Masukkan sedikit demi sedikit ke
dalam adonan ikan. Aduk rata dengan tangan.
5. Masukkan irisan daun bawang dan bawang merah, aduk rata dengan tangan.
6. Panaskan secukupnya air sampai mendidih, tambahkan 2 sdm minyak agar
tidak otak-otak menempel.
7. Sambil menunggu mendidih, bentuk otak-otak lonjong.
8. Setelah mendidih, rebus otak-otak sampai mengapung. Tiriskan. Otak-otak
siap digoreng atau simpan rapat di kulkas. Rasanya mantul. Ikannya berasa.
Saya pakai kembung banjar. Kenyalnya pas.

LUMPIA FISH CAKE LUMER

Bahan-bahan yang diperlukan :

23
 6 lembar kulit lumpia
 3 siung bawang merah iris (boleh juga 1/4 siung bawang bombay)
 Secukupnya kol (iris tipis)
 Secukupnya wortel (iris tipis)
 Secukupnya saus cabe dan mayonaise
 2 buah fish cake (uda digoreng terlebih dahulu)

Langkah membuatnya :
1. Tata 5 kulit lumpia untuk alasnya. Lalu beri isian : kol, wortel.
2. Atasnya tumpuk 2 buah olahan fish cake. Beri saus cabe dan mayonaise.
Lalu beri irisan bawang merah (ini pengganti bombay). Lalu tutup dengan
selembar kulit lumpia.
3. Kemudian lipat sisi-sisi nya membentuk persegi. Panaskan minyak, api
sedang. Goreng deh, jangan lupa bolak-balik. Aku lebih suka agak browny
ya.
4. Sajikan selagi hangat

Dalam pelaksanaannya PMT-AS rangkaian acara adalah :


1) Sambutan Kepala Desa Dauh Puri Kaja dan Perwakilan Mahasiswa
2) Penyampaian materi tentang Pentingnya Ikan untuk Perkembangan dan
Pertumbuhan Anak yang disampaikan oleh mahasiswa dan ciri-ciri ikan,
pembagian ikan berdasarkan habitatnya dan cara mengenal ikan segar dan
ikan busuk serta games menarik yang berkaitan materi-materi yang telah
disampaikan kepada ibu-ibu dan anak-anak sekolah dasar.
3) Kegiatan PMT-AS selanjutnya dilaksanakan Tanggal 20 Januari 2022
berlokasi di Desa Dauh Puri Kauh, Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar
Barat dengan Materi Gemar Makan Ikan yang disampaikan oleh Pemateri
dari mahasiswa disampaikan kepada ibu-ibu dan anak-anak sekolah dasar.
Kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi pembuatan menu PMT-AS oleh
mahasiswa kepada ibu-ibu dari anak sekolah.

24
Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan derajat kesehatan terutama
anak-anak generasi penerus, Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
menggelar Program Kegiatan Demonstrasi PMT-AS dengan Tema “Sukseskan
Gerakan Anak Sekolah Makan Ikan (Gemarikan)” melalui Kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan bagi Anak-Anak Sekolah di seluruh Sekolah Dasar di Desa
Dauh Puri Kauh, Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat.

Demonstrasi dilakukan sesuai dengan susunan kegiatan yang disebutkan


diatas, berikut resep-resep PMT-AS yang didemonstrasikan kepada ibu dari
anak-anak sekolah dasar di Desa Dauh Puri Kauh, Jalan Teuku Umar,
Kecamatan Denpasar Barat.

2.3.2. PENYULUHAN GIZI


SAP OBESITAS PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Obesitas pada Anak

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian obesitas pada anak


2. Manfaat obesitas pada anak
3. Jenis-jenis, cara kerja, efektivitas, keuntungan, indikasi, kontraindiksi, efek
samping, cara dan waktu pemberian/pemasangan dari masing-masing alat
kontrasepsi.

Hari / tanggal : Jumat 21 Januari 2022, Pukul 10.00 WITA

Waktu : 50 menit

Tempat : Desa Dauh Puri Kauh, Jalan Teuku Umar,


Kecamatan Denpasar Barat

Sasaran : Ibu yang memiliki anak obesitas dan ibu PKK

Target Sasaran : 30 orang

25
A. Latar Belakang

Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak tubuh


berlebihan. Sejumlah tertentu lemak tubuh diperlukan untuk menyimpan energi,
menginsulasi panas, meredam goncangan, dan fungsi lainnya. Kegemukan dan
obesitas merupakan masalah gizi berlebih yang kian marak dijumpai pada anak di
seluruh dunia. Kegemukan dan obesitas pada anak merupakan konsekuensi dari
asupan kalori (energi) yang melebihi jumlah kalori yang dilepaskan atau dibakar
melalui proses metabolisme di dalam tubuh.

Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari
4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan ini
diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di Indonesia,
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara nasional
menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas pada anak umur 5 sampai 12
tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%, sudah mendekati perkiraan angka
dunia di tahun 2020. Peningkatan obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-
morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari
misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.

Berdasarkan data yang ditemukan pada Riskesdas 2013, beberapa penelitian


yang telah dilakukan mengenai prevalensi anak dan remaja obesitas serta
komorbiditas yang menyertai di Indonesia, dan kecenderungan anak obesitas
menjadi dewasa obes yang diperberat dengan kejadian obesitas pada orangtua, oleh
karena itu peran orangtua sangat penting dalam pencegahan obesitas pada anak.

B. Tujuan

1. Tujuan intruksional Umum Setelah dilakukan promosi kesehatan, orang tua


dapat memahami tentang obesitas dan pencegahan obesitas pada anak.
2. Tujuan pembelajaran Khusus Setelah diberikan penjelasan, diharapkan :
a. Dapat menjelaskan tentang pengertian obesitas
b. Dapat menyebutkan ciri-ciri obesitas pada anak

26
c. Dapat menyebutkan faktor penyebab obesitas
d. Dapat menjelaskan dampak dari obesitas anak
e. Dapat menentukan cara mengatasi obesitas anak

C. Pokok Materi Penyuluhan

1. Pengertian obesitas pada anak


2. Ciri-ciri obesitas pada anak
3. Faktor penyebab obesitas pada anak
4. Dampak dari obesitas pada anak
5. Mengatasi obesitas pada anak

D. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit a. Pembukaan Menjawab salam dan
1) Membuka kegiatan mendengarkan
dengan mengucapkan pembukaan yang
salam. disampaikan oleh
2) Memperkenalkan diri moderator.
dan memperkenalkan
kelompok tim.
3) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
4) Menyebutkan materi
yang akan diberikan.
5) Menyampaikan kontrak
waktu.
2 10 menit b. Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh memberikan umpan balik
pemateri seperti : tehadap materi yang
1) Menggali pengetahuan disampaikan.
peserta tentang obesitas
.

27
2) Menjelaskan tentang
pengertian dan ciri
obesitas pada anak.
3) Menyebutkan dampak
obesitas pada anak.
4) Menjelaskan cara
mengatasi obesitas pada
anak.
3 15 menit c. Tanya jawab Mengajukan pertanyaan.
Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang kurang dipahami.
4 5 menit d. Evaluasi Menjawab pertanyaan.
Menanyakan kembali
kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan
dan reinforcement kepada
peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
5 5 menit e. Penutup Mendengarkan dengan
1) Mempersilahkan seksama dan menjawab
fasilitator salam.
dari pembimbing klinik
dan pembimbing
akademik untuk
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali
jawaban
pertanyaan peserta
yang belum terjawab.

28
2) Menyampaikan
kesimpulan dari
materi penyuluhan
3) Menyampaiakn ucapan
terima kasih dan salam
penutup.
6 10 menit f. Pemberian PMT Menerima dan
Pemberian PMT kepada mengonsumsi PMT yang
anak. . sudah diberikan.

F. Metode Promosi Kesehatan

1. Ceramah
2. Diskusi

G. Media

Media promosi kesehatan yang digunakan pada penyuluhan ini berupa:

1. Leaflet
2. Lembar balik

H. Evaluasi

a) Evaluasi peserta
1. Apakah pengertian dari Obesitas?
Jawaban : Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak
tubuh berlebihan.
2. Apa ciri obesitas pada anak?
Jawaban : badan besar tidak sesuai umur, lebih dari ukuran normal,
bentuk wajah bentuk muka anak yang obesitas udah proporsional,
hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, lipatan tubuh, alat kelamin
kecil pada anak laki-laki yang obesitas.

29
3. Bagaimana cara pencegahan obesitas pada anak ?
Jawaban : mulai dengan asi eksklusif, makanan yang sehat dan
seimbang, lakukan kegiatan fisik minimal 20-30 menit per hari
b) Evaluasi penyuluhan
1) Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan obesitas pada anak ditempat
penyuluhan warga Desa dauh puri kauh Jalan teuku
umar,Kecamatan denpasar barat
b. Pelaksanaan penyuluhan obesitas pada anak sudah dikonsulkan
dengan pembimbing.
c. Peserta hadir tepat waktu ditempat pelaksanaan penyuluhan
d. Peserta mengisi lembar absensi.

2) Evaluasi Proses
a. Peralatan untuk penyuluhan keluarga berencana telah dipersiapkan
sebelum acara dimulai.
b. Peserta aktif bertanya
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan tanpa alasan yang
tidak jelas.
3) Evaluasi Hasil
70% peserta memahami materi yang telah disampaikan meliputi
pengertian, ciri-ciri, faktor penyebab, dampak dari obesitas pada anak,
pencegahan obesitas pada anak.

30
DAFTAR PUSTAKA
Sumardilah, D. S. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hasil
Pelaksanaan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 7(2), 22–32.
file:///C:/Users/Tia/Downloads/551-1694-1-SM.pdf

Pratiwi, Riska. (2019). BAB II. Poltekkes Kemenkes Denpasar. Dapat diakses pada
https://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/3096/3/BAB%20II%20%28630%29.pdf

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Ginanjar, Genis. 2009. Obesitas pada Anak. Jakarta: Mizan

IDAI. 2014. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja. Jakarta: UKK

31

Anda mungkin juga menyukai