SEKOLAH DASAR
DOSEN PEMBIMBING:
A.A GDE RAKA KAYANAYA, SST, M.Kes
NIP. 195704011985011001
OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS A SEMESTER 5
Laporan ini kami susun dengan mengerahkan segala daya dan upaya yang
ada, termasuk bantuan dan bimbingan serta sumbang saran dari berbagai pihak baik
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Dosen mata kuliah, A.A. Gde Raka Kayanaya, SST, M.Kes yang telah
memberikan bantuan secara moril dan memfasilitasi berbagai kepentingan
studi, selama penulis menempuh pembelajaran di Poltekkes Kemenkes
Denpasar;
2. Kedua orang tua kami yang telah memfasilitasi, memberi dukungan dan
ide-ide untuk membuat makalah ini.
3. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami selaku penulis menyadari tugas ini jauh dari kesempurnaan yang
disebabkan oleh keterbatasan penulis dalam pengetahuan, kemampuan, mencari
sumber dan pengalaman, sehingga tulisan ini banyak kekurangan. Semoga proposal
ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca. Kami
berharap semoga tugas proposal yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Denpasar, 19 Januari
2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Jika kesehatan telah
menjadi prioritas bagi pembangunan manusia maka kualitas sumber daya
manusia juga akan meningkat dan turut meningkatkan derajat suatu bangsa di
mata dunia (Sumardilah, 2014)
1
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi status gizi (IMT/U) pada anak
Indonesia usia 5-12 tahun antara lain sangat kurus sebanyak 2,4%, kurus
sebanyak 6,8%, gemuk sebanyak 10,8%, dan obesitas sebanyak 9,2%.
Prevalensi status gizi gemuk dan obesitas pada anak usia 5-12 di Kota Denpasar
yaitu untuk prevalensi status gizi gemuk sebesar 15,85% dan untuk status gizi
obesitas sebesar 15,12%..
Dikarenakan angka prevalensi status gizi overweight dan obesitas pada usia
5-12 tahun di Kota Denpasar tinngi, maka penulis membuat laporan
surveillance gizi terkait kasus obesitas pada anak sekolah dasar di Desa Dauh
Puti Kauh, Kecamatan Denpasar Barat. Dengan demikian, penulis melakukan
pengambilan data antropometri anak sekolah dasar dan juga merecall, sehingga
penulis dapat menyimpulkan status gizi anak melalui data antropometri dan
hasil recall tersebut.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. LANDASAN TEORI
2.1.1. Anak Sekolah Dasar
A. Pengertian Anak Sekolah Dasar
Pendapat beberapa ahli mengenai pengertian anak SD, yaitu:
a. Anak sekolah dasar adalah mereka yang berusia antara 6 – 12
tahun atau biasa disebut dengan periode intelektual.
Pengetahuan anak akan bertambah pesat seiring dengan
bertambahnya usia, keterampilan yang dikuasaipun semakin
beragam. Minat anak pada periode ini terutama terfokus pada
segala sesuatu yang bersifat dinamis bergerak. Implikasinya
adalah anak cenderung untuk melakukan beragam aktivitas yang
akan berguna pada proses perkembangannya kelak. (Jatmika,
2005)
b. Menurut Gunarsa (2008: 98) anak sekolah dasar adalah anak
yang berusia 6 – 12 tahun atau disebut masa pada usia sekolah,
memiliki fisik yang lebih kuat, mempunyai sifat individual serta
aktif dan tidak terlalu bergantung pada orang tua.
c. Menurut Wong (2008: 75), anak sekolah adalah anak pada usia
6 – 12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti
anak. Periode ketika anal-anak dianggap mulai bertanggung
jawab atas perilakunya sendiri dengan orang tua mereka, teman
sebanya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak
untuk meperoleh dasar-dasar pengetahuan dan pengalaman
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa di
masa mendatang dan memperoleh keterampilan tertentu
B. Klasifikasi Anak Sekolah Dasar Menurut Umur
a. Siswa Sekolah Dasar Kelas Rendah
3
Usia sekolah dasar disebut juga periode intelektualitas,
atau periode keserasian bersekolah. Pada umur 6 -7 tahun
seorang anak dianggap sudah matang untuk memasuki
sekolah. Periode sekolah dsar terdiri dari periode kelas
rendah dan periode kelas tinggi. Karakteristik siswa
kelas rendah sekolah dasar sebagai berikut:
1. Adanya kolerasi positif yang tinggi antara keadaan
kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi
sekolah.
2. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
3. Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak
lain.
4. Pada masa ini (terutama pada umur 6 – 8 tahun)
anak mengehendaki nilai (angka rapor) yang baik
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas
diberi nilai biak atau tidak.
5. Tunduk kepada peraturan-peraturan permainan
yang ada di dalam dunianya.
6. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka
sial itu dianggap tidak penting. (Notoatmodjo,
2012)
b. Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi
Karakteristik siswa kelas tinggi sekolah dasar adalah
sebagai berikut:
1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-
hari yang konkret.
2. Realistic, mempunyai rasa ingin tahu dan ingin
belajar.
3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap
hal-hal atau mata pelajaran khusus, para ahli yang
mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolkan faktor-faktor
4
4. Pada umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau
orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya.
5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor)
sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
sekolah
6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk bermain bersama.
Di dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat
kepada peraturan permainan yang tradisional,
mereka membuat peraturan sendiri. (Notoatmodjo,
2012)
5
c. Anggota-anggota badan memanjang sampai akhir masa
ini
d. Peningkatan koordinasi besar dan otot-otot halus
e. Pertumbuhan gigi tetap, gigi susu tanggal, nafsu makan
besar senang makan dan aktif
f. Pertumbuhan tukang, tulang sangat sensitive terhadap
kecelakaan
g. Fungsi penglihatan normal, timbul haid pada akhir masa
ini
2) Emosi
a. Suka berteman, ingin sukses, ingin tahu, bertanggung
jawab terhadap tingkah laku dan diri sendiri, mudah
cemas jika da kemalangan di dalam keluarga
b. Tidak terlalu ingin tahu terhadap lawan jenis
3) Sosial
a. Senang berada di dalam kelompok, berminat di dalam
permainan yang bersaing, mulai menunjukkan sikap
kepemimpinan, mulai menunjukkan penampilan diei,
jujur, sering punya kelompok teman-teman tertentu
b. Sangat erat dengan teman-teman sejenis, laki-laki dan
wanita bermain sendiri-sendiri
4) Intelektual
a. Suka berbicara dan mengeluarkan pendapat minat besar
dalam belajar dan keterampilan, ingin coba-coba, selalu
ingin tahu sesuatu.
b. Perhatian terhadap sesuatu sangat singkat.
6
dan pengeluaran gizi melalui variable variable tertentu yaitu indicator status
gizi. Definisi lain menyebutkan bahwa status gizi adalh suatu keadaan fisik
seseorang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran
ukuran gizi tertentu.
Penilaian status gizi anak dilakukan dengan membandingkan hasil
pengukuran berat badan dan Panjang/tinggi badan dengan standar
antropometri anak. Kasifikasi penilaian statsu gizi berdasarkan Indeks
Antropometri sesuai kategori status gizi pada WHO Child Growth
Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan the WHO Refernece 2007 untuk
anak 5-18 tahun.
a) Indeks Standar Antropometri Anak
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat
badan dan Panjang/tinggi badan yang terdiri ata 4 indeks
meliputi
1) Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U)
2) Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan
menurut umur (PB/U atau TB/U)
3) Indeks Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB atau
BB/TB)
4) Indeks Masa Tubuh menurut umr (IMT/U)
7
Keterangan :
1) Anak yang termasuk pada kategori ini
mungkin memiliki masalah pertumbuhan,
perlu dikonfirmasu dengan BB/TB atau
IMT/U
2) Anak pada kategori ini termasuk tinggi dan
biasanya tidak menjadi masalah kecuali kemungkinan adanya
gangguan endokrin seperti tumor yang memproduksi hormone
pertumbuhan .
3) Walaupun interpretasi IMT/U mencantumkan gizi buruk dan
gizi kurang, kriteria diagnosis gizi buruk gizi buruk dan gizi
kurang menurut pedoman Tatalaksana Anak gizi Bruk
menggunakan Indek Berat Badan menurut Panjang Badan atau
Tinggi Badan (BB/PB atau BB/TB)
2.1.3. Asupan Gizi Sesuai Umur Untuk Anak Sekolah Dasar Berdasarkan
Angka Kecukupan Gizi
Kelompok Energi Protein Lemak Karbohidrat
Umur (kkal) (g) (g) (g)
4-6 tahun 1400 25 50 220
7-9 tahun 1650 40 55 250
Laki-laki
10-12 tahun 2000 50 65 300
Perempuan
10-12 tahun 1900 55 65 280
8
Cara berdiri yang benar dan alat ukur yang pas dengan rangka tubuh
adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengukur tinggi badan.
Anak-anak yang sudah dapat berdiri tegap dan orang dewasa pada umumnya
diukur menggunakan Microtoise (stature meter) atau Shortboard. Berikut
adalah cara melakukan pengukuran tinggi badan yang benar:
a. Persiapan ( Cara memasng microtoise )
1. Gantungkan bandul benang untuk membantu memasang
microtoise di dinding agar tegak lurus.
2. Letakan alat pengukur di lantai yang datar tidak jauh dari
bandul tersebut dan menempel pada dinding. Dinding jangan
ada lekukan atau tonjolan (rata).
3. Tarik papan penggeser tegak lurus ke atas, sejajar dengan
benang berbandul yang tergantung dan tarik sampai angka pada
jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Kemudian dipaku
atau direkat dengan lakban pada bagian atas microtoise.
4. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi
perekat pada posisi sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
b. Prosedur pengukuran tinggi badan
1. Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala) dan asesori lain yang bisa mempengaruhi
hasil pengukuran.
2. Pastikan alat geser berada di posisi atas.
3. Pasien diminta berdiri tegak, persis di
bawah alat geser.
4. Posisi kepala dan bahu bagian belakang
(punggung), pantat, betis dan tumit
menempel pada dinding tempat microtoise
dipasang.
5. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung
bebas.
6. Gerakan alat geser sampai menyentuh bagian atas kepala
pasien. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala pasien.
9
Dalam keadaan ini bagian belakang alat geser harus tetap
menempel pada dinding.
7. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang
lebih besar(ke bawah) Pembacaan dilakukan tepat di depan
angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
8. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur
harus berdiri di atas bangku agar hasil pembacaannya benar.
9. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka
dibelakang koma (0,1 cm). Contoh 157,3 cm; 160,0 cm; 163,9
cm.
b. Proses Penimbangan
1. Posisikan pasien di atas timbangan
2. Geser bandul sesuai berat pasien sampai posisi jarum
seimbang.
10
3. Perhatikan posisi kaki pasien tepat di tengah alat timbang,
tidak menumpu pada salah satu kaki, sikap tenang (Jangan
bergerak- gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang
lurus ke depan)
4. Baca dan catat berat badan pada status
5. Minta pasien turun dari alat timbang
Obesitas pada anak dapat dinilai dengan mengukur indeks massa tubuh
(IMT) per umur yang kemudian jabarkan dalam nilai z-score. Pengukuran
IMT per umur yang selanjutkan dalam perhitungan z-score menjadi nilai
individu subyek dapat dilakukan dengan cara membagi nilai berat badan (kg)
dengan nilai kudrat dari tinggi badan (m).
11
yang lama, penggunaan obat, dan rutinitas tidur (CDC, 2016) . Beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu :
a Jenis kelamin
b Kesehatan
c Genetic
d Tingkat sosial ekonomi
e Aktivitas fisik
f Pola makan
C. Dampak Obesitas
D. Pencegahan Obesitas
12
sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan sosial ini
memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam
jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola
dan perilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan
sayur, mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi
konsumsi makanan tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food,
serta peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.
Berat Tinggi
Jenis Z-Score Status
No Umur Badan Badan IMT
Kelamin (IMT/U) Gizi
(Kg) (Cm)
Gizi
4 11 Tahun 6 Bulan Perempuan 35 129 21,08 2
Lebih
Gizi
5 11 Tahun 6 Bulan Perempuan 54 156 22.19 2
Lebih
Gizi
7 11 Tahun 3 Bulan Laki-Laki 42 135 23,07 2
Lebih
Gizi
8 8 Tahun 10 Bulan Laki-Laki 36 133 20.35 2
Lebih
13
Gizi
11 8 Tahun 6 Bulan Perempuan 35 135 19.2 2
Lebih
Gizi
14 12 Tahun 0 Bulan Perempuan 40 132 22.98 2
Lebih
14
16 <Rp.1.000.000 <3x/Minggu 1x Tidak Pernah 3x 2x
Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Kelompok 5-10 tahun 2 6 8
Umur 11-15 tahun 5 3 8
Total 7 9 2
Berdasarkan data kelompok umur dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa
anak sekolah dengan rentangan usia 5-10 tahun rata - rata memiliki status gizi lebih
(2 orang), obesitas (4 orang). Sedangkan untuk anak sekolah dengan rentang usia
11-15 tahun rata - rata memiliki gizi lebih (5 orang), obesitas (3 orang). Berdasarkan
data kelompok umur dan status gizi, rata - rata anak sekolah memiliki status gizi
lebih
Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Laki-laki 2 4 6
Jenis Kelamin
Perempuan 5 5 10
Total 7 9 16
Berdasarkan data kelompok jenis kelamin dengan status gizi maka dapat dilihat
bawah anak sekolah berjenis kelamin laki - laki memiliki rata - rata status gizi lebih
(2 orang), obesitas (4 orang). Sedangkan untuk anak sekolah berjenis kelamin
perempuan memiliki rata - rata status gizi lebih ( 5 orang) dan obesitas (5 orang) .
Berdasarkan pengelompokan data jenks kelamin dengan status gizi memiliki status
gizi obesitas
15
2.2.3. HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI
Status Gizi
Gizi lebih Obesitas Total
Setiap hari 3 5 8
Aktivitas
<3x/minggu 2 2 4
Fisik
>3x/minggu 2 2 4
Total 7 9 16
Berdasarkan data aktivitas fisik dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa anak
sekolah yang melakukan aktivitas fisik setiap hari rata-rata memiliki status gizi
lebih (3 orang),status gizi obesitas (5 orang). Anak sekolah yang melakukan
aktivitas fisik <3x/minggu rata-rata memiliki status gizi lebih (2 orang), obesitas (2
orang). Sedangkan untuk Anak sekolah yang melakukan aktivitas fisik >3x/minggu
rata-rata memiliki status gizi lebih ( 2 orang),obesitas (2 orang). Rata - rata anak
sekolah memiliki status gizi obesitas
Status Gizi
Gizi baik Gizi lebih Obesitas
Konsumsi Sayur & 1x 2 6 8
Buah per hari 2-3x 5 3 8
Total 7 9 16
Berdasarkan data konsumsi sayur & buah dan status gizi maka di dapatkan hasil
bahwa anak sekolah yang mengonsumsi sayur & buah 1x dalam sehari rata-rata
memiliki status gizi baik (2 orang),gizi lebih (6 orang),obesitas (8 orang)
Sedangkan untuk anak sekolah yang mengonsumsi sayur dan buah 2-3x dalam
sehari rata-rata memiliki status gizi baik (5 orang), gizi lebih (3 orang),obesitas (8
orang). Berdasarkan data konsumsi sayur & buah dan status gizi, rata-rata anak
sekolah di Bali memiliki status gizi yang obesitas
16
2.2.5. HUBUNGAN MENDAPATKAN INFORMASI TERKAIT GIZI
DENGAN STATUS GIZI
Status Gizi
Total 7 9 16
Berdasarkan data mendapatkan informasi terkait gizi dan status gizi maka di
dapatkan hasil bahwa anak sekolah baik yang tidak pernah (1 orang), jarang (4
orang), sering (2 orang). Gizi lebih tidak pernah (4 orang), jarang (3 orang), obesitas
(7 orang) dan yang mendapatkan informasj terkait gizi sering dengan status gizi
baik (2 orang), gizi lebih (2 orang), obesitas (4 orang). Berdasarkan rata - rata
tingkat pengetahjan mendapatkan informasi terkait gizi yaitu dengan status gizi
obesitas
Status Gizi
< Rp.1.000.000 6 6 12
Pendapatan
Rp. 1.000.000 –
Ibu 1 3 4
5.000.000
17
Total 7 9 16
Berdasarkan data pendapatan ibu dan status gizi maka di dapatkan hasil bahwa anak
sekolah dari ibu yang memiliki pendapatan sebesar < Rp.1.000.000, rata-rata
memiliki status gizi yang baik yaitu dengan jumlah 6 orang, gizi lebih 6 orang,
obesitas 6 orang. Sedangkan anak sekolah dari ibu yang memiliki pendapatan
sebesar Rp.1.000.000 – 5.000.000, rata-rata memiliki status gizi yang baik yaitu
dengan jumlah 1 orang, gizi lebih 3 orang, obesitas 4 orang. Rata - rata anak sekolah
memiliki status gizi obesitas
Status Gizi
2x 0 2 2
Frekuensi Makanan Utama
3x 7 7 14
Total 7 9 16
Berdasarkan hubungan prekuensi makanan utama dengan status gizi dengan
frekuensi makanan utama 2x memiliki status gizi baik (0 orang), gizi lebih (2
orang), obesitas (2 orang), sedangkan dari frekuensk makan utama 3x dengan status
gizi baik (7 orang), gizi lebih (9 orang) dan obesitas (14 orang). Rata - rata anak
sekolah memilki status gizi obesitas
Status Gizi
Frekuensi Selingan 1 3 2 5
18
2 3 6 9
3 1 1 2
Total 7 9 16
Berdaaarkan hubungan frekuensi selingan dengan status gizi dengan frekuensi
selingan 1 memiliki status gizi baik (3 orang), gizi lebih (2 orang), obesitas (5
orang) , dengan frekuensi selingan 2 memiliki status gizi baik (3 orang), gizi lebih
(6 orang), obesitas (9 orang) sedangkan frekuensi selingan 3 memiliki status gizi
baik (1 orang), gizi lebih (1 orang), obesitas (2 orang). Rata - rata anak sekolah
memiliki status gizi obesitas
19
tidak mengatur waktu belajar anak, terlalu memaksa sehingga anak menjadi
tertekan dan tidak suka belajar.
20
PMT-AS sebaiknya menggunakan bahan pangan lokal yang diolah menjadi
kudapan yang diberikan kepada siswa. Pengolahan kudapan yang dilakukan
sendiri diharapkan dapat memenuhi syarat mutu, nilai gizi, kebersihan dan
harga.
3. Susunan Menu
Langkah membuatnya :
21
1. Haluskan ikan, campurkan dengan labu, kentang, garam dan gula. Aduk
atau uleni hingga tercampur merata.
2. Masukkan tepung tapioka, 4 butir telur dan bahan lainnya, kecuali tepung
panir dan tepung tapioka.
3. Masukkan dalam cetakan dan kukus selama 20 menit.
4. Dinginkan, lalu potong sesuai ukuran.
5. Jika akan menggoreng, lapisi dengan telur, tepung terigu dan tepung panir.
6. Untuk mendapatkan hasil yang krispi, bisa didinginkan dahulu di lemari
pendingin atau freezer.
7. Terakhir, goreng dan siap disajikan.
OTAK-OTAK IKAN
22
1 sdt gula pasir
1 sdt kaldu bubuk
1/4 sdt baking powder
1/2 sdt merica bubuk
Langkah membuatnya :
1. Blender daging ikan dan bawang putih.
2. Iris-iris daun bawang, iris-iris bawang merah. Sisihkan.
3. Letakkan blenderan ikan dan bawang putih di wadah, tambahkan telur,
garam, gula, kaldu bubuk merica. Aduk rata dengan tangan.
4. Campur tapioka dan baking powder. Masukkan sedikit demi sedikit ke
dalam adonan ikan. Aduk rata dengan tangan.
5. Masukkan irisan daun bawang dan bawang merah, aduk rata dengan tangan.
6. Panaskan secukupnya air sampai mendidih, tambahkan 2 sdm minyak agar
tidak otak-otak menempel.
7. Sambil menunggu mendidih, bentuk otak-otak lonjong.
8. Setelah mendidih, rebus otak-otak sampai mengapung. Tiriskan. Otak-otak
siap digoreng atau simpan rapat di kulkas. Rasanya mantul. Ikannya berasa.
Saya pakai kembung banjar. Kenyalnya pas.
23
6 lembar kulit lumpia
3 siung bawang merah iris (boleh juga 1/4 siung bawang bombay)
Secukupnya kol (iris tipis)
Secukupnya wortel (iris tipis)
Secukupnya saus cabe dan mayonaise
2 buah fish cake (uda digoreng terlebih dahulu)
Langkah membuatnya :
1. Tata 5 kulit lumpia untuk alasnya. Lalu beri isian : kol, wortel.
2. Atasnya tumpuk 2 buah olahan fish cake. Beri saus cabe dan mayonaise.
Lalu beri irisan bawang merah (ini pengganti bombay). Lalu tutup dengan
selembar kulit lumpia.
3. Kemudian lipat sisi-sisi nya membentuk persegi. Panaskan minyak, api
sedang. Goreng deh, jangan lupa bolak-balik. Aku lebih suka agak browny
ya.
4. Sajikan selagi hangat
24
Dalam upaya meningkatkan kecerdasan dan derajat kesehatan terutama
anak-anak generasi penerus, Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar
menggelar Program Kegiatan Demonstrasi PMT-AS dengan Tema “Sukseskan
Gerakan Anak Sekolah Makan Ikan (Gemarikan)” melalui Kegiatan Pemberian
Makanan Tambahan bagi Anak-Anak Sekolah di seluruh Sekolah Dasar di Desa
Dauh Puri Kauh, Jalan Teuku Umar, Kecamatan Denpasar Barat.
Waktu : 50 menit
25
A. Latar Belakang
Angka kejadian overweight dan obesitas anak secara global meningkat dari
4,2% pada tahun 1990 menjadi 6,7% pada tahun 2010. Kecenderungan ini
diperkirakan akan mencapai 9,1 % atau 60 juta ditahun 2020. Di Indonesia,
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, secara nasional
menunjukkan bahwa masalah overweight dan obesitas pada anak umur 5 sampai 12
tahun berturut-turut sebesar 10,8% dan 8,8%, sudah mendekati perkiraan angka
dunia di tahun 2020. Peningkatan obesitas tersebut di sertai dengan peningkatan ko-
morbiditas yang berpotensi menjadi penyakit degeneratif di kemudian hari
misalnya penyakit jantung koroner, hipertensi, DM Tipe 2, dll.
B. Tujuan
26
c. Dapat menyebutkan faktor penyebab obesitas
d. Dapat menjelaskan dampak dari obesitas anak
e. Dapat menentukan cara mengatasi obesitas anak
D. Kegiatan Penyuluhan
27
2) Menjelaskan tentang
pengertian dan ciri
obesitas pada anak.
3) Menyebutkan dampak
obesitas pada anak.
4) Menjelaskan cara
mengatasi obesitas pada
anak.
3 15 menit c. Tanya jawab Mengajukan pertanyaan.
Memberikan kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang kurang dipahami.
4 5 menit d. Evaluasi Menjawab pertanyaan.
Menanyakan kembali
kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan
dan reinforcement kepada
peserta yang dapat
menjawab pertanyaan.
5 5 menit e. Penutup Mendengarkan dengan
1) Mempersilahkan seksama dan menjawab
fasilitator salam.
dari pembimbing klinik
dan pembimbing
akademik untuk
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali
jawaban
pertanyaan peserta
yang belum terjawab.
28
2) Menyampaikan
kesimpulan dari
materi penyuluhan
3) Menyampaiakn ucapan
terima kasih dan salam
penutup.
6 10 menit f. Pemberian PMT Menerima dan
Pemberian PMT kepada mengonsumsi PMT yang
anak. . sudah diberikan.
1. Ceramah
2. Diskusi
G. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
H. Evaluasi
a) Evaluasi peserta
1. Apakah pengertian dari Obesitas?
Jawaban : Obesitas adalah kondisi kronis di mana terdapat jumlah lemak
tubuh berlebihan.
2. Apa ciri obesitas pada anak?
Jawaban : badan besar tidak sesuai umur, lebih dari ukuran normal,
bentuk wajah bentuk muka anak yang obesitas udah proporsional,
hidung dan mulut relatif kecil, dagu ganda, lipatan tubuh, alat kelamin
kecil pada anak laki-laki yang obesitas.
29
3. Bagaimana cara pencegahan obesitas pada anak ?
Jawaban : mulai dengan asi eksklusif, makanan yang sehat dan
seimbang, lakukan kegiatan fisik minimal 20-30 menit per hari
b) Evaluasi penyuluhan
1) Evaluasi Struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan obesitas pada anak ditempat
penyuluhan warga Desa dauh puri kauh Jalan teuku
umar,Kecamatan denpasar barat
b. Pelaksanaan penyuluhan obesitas pada anak sudah dikonsulkan
dengan pembimbing.
c. Peserta hadir tepat waktu ditempat pelaksanaan penyuluhan
d. Peserta mengisi lembar absensi.
2) Evaluasi Proses
a. Peralatan untuk penyuluhan keluarga berencana telah dipersiapkan
sebelum acara dimulai.
b. Peserta aktif bertanya
c. Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan tanpa alasan yang
tidak jelas.
3) Evaluasi Hasil
70% peserta memahami materi yang telah disampaikan meliputi
pengertian, ciri-ciri, faktor penyebab, dampak dari obesitas pada anak,
pencegahan obesitas pada anak.
30
DAFTAR PUSTAKA
Sumardilah, D. S. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Hasil
Pelaksanaan. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 7(2), 22–32.
file:///C:/Users/Tia/Downloads/551-1694-1-SM.pdf
Pratiwi, Riska. (2019). BAB II. Poltekkes Kemenkes Denpasar. Dapat diakses pada
https://repository.poltekkes-
denpasar.ac.id/3096/3/BAB%20II%20%28630%29.pdf
IDAI. 2014. Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada Anak dan
Remaja. Jakarta: UKK
31