Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat
dan tuntunan-NYA kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan MAKALAH HIPOFISA
ini.
Penulis menyadari bahwa, dalam proses pembuatan MAKALAH ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun dari segi penulisannya, untuk itu penulis dengan hati
tebuka menerima kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan MAKALAH ini.Semoga MAKALAH ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Cianjur, 2021

Kelompok 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A.  Latar Belakang........................................................................................................

B.   Rumusan Masalah..................................................................................................

C.   Tujuan Penulisan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................

A.  Definisi...................................................................................................................

B.   Jenis-Jenis Kelenjar Hipofisis................................................................................

C.   Hormon Yang Ada Pada Hipofisis........................................................................

D.   Gangguan Hiperpituitary Hipofisis........................................................................

BAB III PENUTUP.................................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di

dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.  Sela tursika melindungi hipofisa

tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.

Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau

hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu

hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon –

hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan

Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 :

36).

Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan
lobus posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa)
dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh
darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior
(neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kelenjar Hipofisis ?
2. Apa saja Jenis- jenis kelenjar Hipofisis ?
3. Hormon – hormon apa yang terdapat di dalam kelenjar Hipofisis ?
4. Apa itu Gangguan Hiperpituitary Hipofisis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari kelenjar Hipofisis
2. Mengetahui jenis-jenis kelenjar Hipofisis
3. Mengetahui hormon-hormon yang terdapat dalam kelenjar Hipofisis
4. Mengetahui gangguan hiperpituitary hipofisis
BAB II
PEMBAHASAN

A.     Definisi
Kelenjar hipofisis (pituitari) merupakan kelenjar kecil, garis tengahnya kurang
dari 1 cm, dan berat sekitar 0,5 sampai 1 gram yang terletak dalam sel latursica pada
basis otak dan dihungkan dengan hipotalamus oleh tungkai pituitaria, atau
infundibulum hipotalami. Kelenjar hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fossa
hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus,
yaitu anterior, posterior dan pars intermedia (bagian di antara kedua lobus).  Untuk
memudahkan mempelajarinya fungsinya maka hanya dilihat menjadi dua bagian, yaitu
lobus anterior dan posterior.
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan
kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter 1,3
cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars intermedia),
dan bagian posterior.

B.   Jenis – jenis kelenjar Hipofisis


1. Hipofisis anterior, juga dikenal sebagai Adehipofisis
Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang
dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga
akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Sekresi hipofisis anterior diatur oleh hormon yang dinamakan “releasing” dan
“inhibitory hormones (faktor) hipotalamus” yang disekresi dalam hipotalamus sendiri
dan kemudian dihantarkan ke hipofisis anterior pembuluh darah kecil yang
dinamakan pembuluh portal hipotalamik-hipofisial kelenjar hipofisis anterior terdiri
atas beberapa jenis sel. Pada umumnya, terdapat satu jenis sel untuk setiap jenis
hormon yang dibentk pada kelenjar ini dengan teknik perawatan khusus, berbagai jenis
sel ini dapat dibedakan satu sama lain. Satu-satu pengecualiannya adalah sel dari jenis
yang sama mungkin mensekrasi hormon luteinisasi dan hormon perangsang folikel.
Kelenjar hipofisis menghasikan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat
pengendali produksi sekresi dari semua organ endoktrin lain. Hormon pertumbuhan
(Hormon Somatropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh. Hormon Tirotropik
mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroksin. Hormon
Adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam
menghasikan kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal.
Hormon Gonadotropik berfungsi untuk merangsang folikel, Follicle Stimulating
Hormone (FSH), perkembangan folikel Graffdi dalam ovarium dan pembentukan
spermatozoa di dalam testis. Luteinising Hormon (LH) atauInterstitial Cell
Stimulating Hormone (ICSH) mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron di
dalam ovarium serta testosteron di dalam testis. Hormon prolaktin
(luteutrofin) berfungsi mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan
adanya corpus luteum selama hamil.

2. Hipofisis Posterior, juga dikenal sebagai Neurohipofisis


Sekresi hipofisis posterior diatur oleh serabut saraf yang berasal dari
hipotalamus dan berakhir pada hipofisis posterior, kelenjar hipofisis posterior, juga
dinamakan neurohipofisis, terutama terdiri atas sel-sel seperti sel glia yang
dinamakan pituisit. Akan tetapi, pituisi tidak menyekresi hormon, pituisit bekerja
sebagai penyokong untuk serabut saraf terminal yang jumlahnya banyak dan ujung-
ujung saraf terminal dari traktus saraf yang berasal dari nuklei supraoptikus dan
paraventrikularis hipotalamus. Traktus-traktus ini berjalan ke neurohipofisis melalui
infundibulum hipotalami. Ujung-ujung saraf merupakan tombol-tombol bulosa yang
terletak pada permukaan kapiler, Lobus posterior menghasilkan sekret dua jenis
hormon, yaitu :
a. Hormon antidiuretik (ADH), juga dinamakan vasopresin yang mengatur jumlah
air dalam ginjal dan urin.
b. Oksitosin, merangsang kontraksi uterus saat melahirkan dan mengeluarkan air
susu selama menyusui.
Kedua hormon ini merupakan polipeptida kecil, masing-masing mengandung
sembilan asam amino. Mereka ide ntik satu sama lain kecuali untuk dua asam
amino.
C.  Hormon Yang Ada Pada Hipofisis

1. Hormon hipotalamus anterior

Hormon yang dihasilkan Fungsi dan gangguannya


Hormon Somatotropin (STH),
Adalah sejenis hormon protein yang mengendalikan
Hormon pertumbuhan (Growth pertumbuhan seluler sel tubuh dengan merangsang
Hormone / GH) seluruh jaringan tubuh untuk menambah ukuran sel
dan memperbanyak mitosis sehingga jumlah sel
bertambah.
Fungsinya,

a)    Pertumbuhan pertumbuhan tulang (terutama


tulang pipa) dan otot dan mempertahankan ukuran
yang telah dicapai.

b)   Mampu meningkatkan metabolisme lemak

c)    Dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan


lemak, merangsang pembentukan protein di hati
dan otot serta memperlambat pembentukan
jaringan lemak, dan mengaktifkan faktor
pertumbuhan yang menyerupai insulin

d)   Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan


adalah menghambat pengambilan dan pemakaian
gula sehingga kadar gula darah meningkat dan
meningkatkan pembentukan lemak dan kadar
lemak dalam darah.  Kedua efek tersebut sangat
penting karena tubuh harus menyesuaikan diri
dengan kekurangan makanan ketika berpuasa dan
dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi.

Kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak


menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil
(kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan
pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan
terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan
pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan,
kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut
akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin


Stimulating Hormone (TSH) releasing hormon (TRH) dari hipotalamus. Berfungsi:
a)    Merangsang pertumbuhan
b)   Merangsang perkembangan kelenjar gondok atau
tiroid serta merangsang sekresi tiroksin untuk
menghasilkan hormon tiroid.
Terletak tepat di bawah laring sebelah kanan dan
kiri depan trakea, menyekresi tiroksin, triyodotironin,
yang mempunyai efek nyata pada kecepatan
metabolisme tubuh. Kelenjar ini juga menyekresi
kalsitonin, suatu hormon yang penting untuk
metabolisme kalsium.
Mengontrol pertumbuhan dan
Adrenocorticotropic hormone
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing
(ACTH)    hormone dari hipotalamus. Berfungsi untuk :
                    a)    merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid
(hormon yang dihasilkan untuk metabolisme
karbohidrat). dan mengatur produksi kortisol dan
beberapa steroid yang menyerupai testosteron
(androgenik). Tanpa kortikotropin,kelenjar
adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti
menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan
kelenjar adrenal.
b)   Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara
bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang
mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin
dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri,
suasana hati dan kesiagaan.
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing
hormone (LTH)  hormon/PRH.
Berfungsi :
Ø Membantu kelahiran dan mengendalikan sekresi air
susu, oleh kelenjar susu dan memepertahankan
adanya korpus luteum selama hamil
Hormon gonadotropin pada
wanita :
1.         Follicle Stimulating
Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan
Hormone (FSH) menghasilkan estrogen.
2.         Luteinizing Hormone Merupakan gonadotropin, pada laki-laki LH
(LH)    berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh sel
leydig (sel interstitial testis)
Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan
progesteron oleh korpus luteum dalam ovarium,
merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari
indung telur& untuk  merangsang pembentukan folikel
de graff dalam ovarium.
Hormone gonadotropin pada pria:
1.        FSH
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang
pembentukan estrogen oleh sel sel folikel dan
progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap
bulannya dari indung telur & pembentukan folikel de
graff dalam ovarium. Pada laki-laki,FSH berfungsi
merangsang tubulus seminiferus terjadinya
spermatogenesis untuk meningkatkan
pembentukan atau pematangan sperma.

2.        Interstitial Cell
Stimulating Hormone
Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi
(ICSH) testosteron dan androgen.

v  Pada Hipofisis Anterior, GH mempunyai efek metabolik yaitu:


1.      Protein sintetis lebih dengan cara:
 Ø Transport asam amino melalui membran sel ke dalam sel meningkat
 Ø Ribosom dalam sel meningkat lebih aktif
 Ø Pembentukan RNA dalam nukleus lebih
 Ø Katabolisme protein dan asam amino berkurang

2.      Penggunaan karbohidrat berkurang


 Ø GH menyebabkan berkurangnya penggunaan glukosa untuk energi sehinngga
mempunyai efek diabetogenik.
3.      Mobilisasi lemak berlebih
 Ø Jaringan lemak terjadi pelepasan fatty acid berkurang menimbulkan acetil Co-a
berkurang untuk energi sehingga timbul ketosis
 Ø Perlu diketahui bahwa GH disekresi dalam jumlah yang sama / hampir sama
waktu masa anak-anak.
 Ø Sekresi GH naik turun dalam beberapa menit sehubungan dengan nutrisi dan
stress antara lain: keleparan, hipoglikemia, exercise, trauma dan lain-lain.

v  TSH (Thyroid Stimulating Hormon: hormon perangsang thyroid)


1.   Pembentukan dan sekresi hormon tiroid
Hormon yang paling banyak disekresi oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin. Zat hasil
sekresi dinamakan koloid yang dibatasi oleh sel epitel kuloid yang menyekresi ke
bagian dalam folikel. Unsur utama koloid adalah glikoprotein besar firoglobulin,
yang mengandung hormon tiroid. Sekali sekresi memasuki folikel, kemudian
diabsorbsi kembali melalui epitel folikel dan masuk ke darah sebelum dapat
berfungsi dalam tubuh.
2.   Fungsi hormon tiroid
 Ø Meningkatkan kecepatan metabolisme secara keseluruhan
 Ø Pada anak-anak merangsang pertumbuhan
3.   Peningkatan umum kecepatan metabolisme
 Ø Hormon tiroid meningkatkan aktifitas metabolisme hampir semua jaringan
tubuh
 Ø Efek hormon tiroid menyebabkan peningkatan sintesis protein
 Ø Efek hormon tiroid pada sistem enzim sel, dalam 1 minggu / lebih setelah
pemberian hormon tiroid paling sedikit 100 dan mungkun lebih banyak lagi
enzim intra sel meningkat jumlahnya
 Ø Efek hormon tiroid pada mitokondria, bila tiroksin/triodotironin diberikan
pada binatang, mitokondria pada sebagian besar sel tubuh bertambah ukuran
dan jumlahnya.
 Ø Efek hormon tiroid dalam meningkatkan transpor aktif ion melalui membran
sel, salah satu enzim yang meningkat sebagai respon terhadap hormon tiroid
adalah Na-K ATP Ase.
4.      Efek hormon tiroid atas pertumbuhan
 Ø Hormon tiroid mempunyai efek umum dan khusus atas pertumbuhan pada
manusia
 Ø Efek hormon tiroid atas pertumbuhan terutama diimanifestasikan dalam anak-
anak
o yang sedang tumbuh
 Ø Pada orang dengan hipotiroidisme kecepatan pertumbuhan sangat teretardasi
 Ø Pada orang dengan hipertiroidisme sering terjadi pertumbuhan rangka yang
berlebihan yang menyebabkan anak anak menjadi sangat lebih tinggi dari pada
yang lain
 Ø Tetapi epifise menutup pada usia yang dini sehingga kemudian tinggi orang
dewasa bisa menjadi lebih pendek.

2.    Jenis Hormon Serta Fungsi Hipofisis Pars Media

Hormon Fungsi
MSH (Melanosit Stimulating
Mempengaruhi warna kulit individu, dengan cara
Hormon) menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak
dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi hitam.

3.    Hipofisis Lobus Posterior


Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam
hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa
posterior, dimana hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak merangsang
kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target.
Jenis Hormon Serta Fungsi Dari Hipofisis Posterior

Hormon Fungsi
Oksitosin Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan.
Sel targetnya adalah uterus dan payudara.
Fungsinya :
Ø  Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama
proses melahirkan. dan setelah persalinan untuk mencegah
perdarahan.
Ø  merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang
mengelilingi kelenjar susu.
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh
hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air
susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.
Hormon ADH Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel

targetnya adalah tubulus dan arteriol. Fungsinya :

Ø Meningkatkan TD, dengan cara menyipitkan pembuluh darah


Ø Meningkatkan absorsi di tubulus distal
Ø Menurunkan kerja otot saluran GI
Ø Meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Ø Menurunkan volume urine

Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang


memadai.Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung,
paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada kelenjar
hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik.
Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam
darah harus dipertahankan dalam angka tertentu agar sel-sel
berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang
dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon
antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri,
stress, olah raga, kadar gula darah yang rendah, angiotensin,
prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya klorpropamid,
obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk
mengobati asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan

pembentukan hormon antidiuretik. Kekurangan hormon ini

menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan dimana

ginjal terlalu banyak membuang air.

Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika
cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH  untuk
melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari
hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali
seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat
pekat.
Jika seseorang buang air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya
mengalami gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut
diabetes insipidus.

D.  Gangguan Hiperpituitary Hiperfungsi


1. Definisi
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu
hormone hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon –
hormon hipofisis lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 :
36)
2. Etiologi / Predisposisi
Penyebab dari hiperpituitari adalah akibat adanya tumor atau hiperplasi
kelenjar hipofise.
3. Patofisiologi
Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel
mana dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya
mengalami pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10
mm atau adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas
1 jenis sel atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.
Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan
prolaktin. Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat
jarang terjadi. Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior
adalah:
a. Arolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.
Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang
terdiri atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada
wanita usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan
sekunder, galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan
kehamilan), dan infertilitas.
b. Somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )
Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon

pertumbuhan. Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia

klien saat terjadi kondisi ini.

Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang


belum menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga
mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik
mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan,
kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal;
kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia. Pengangkatan tumor dengan pembedahan
merupakan pengobatan pilihan. Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat
mengalami perbaikan, namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.
c. Corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )
Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH. Kebanyakan
tumor ini adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit
Cushing’s.                                                   
4. Tanda Dan Gejala
Prolaktemia
Ø  Amenorhoe
Ø  Galaktorhoe tanpa adanya riwayat kehamilan
Ø  Infertility
Ø  Hipersekresi Somatotropin
Gigantisme
Ø  Pada laki-laki alat genetalia besar tapi kurang berfungsi
Ø  Penderita akan sangat besar karena tulang-tulang menjadi panjang.
Akromegali
Ø  Penebalan jaringan pengikat di bibir dan hidung
Ø  Os mandibulae bertambah besar dan panjang
Ø  Tulang-tulang tangan dan kaki bertambah besar
Ø  Gangguan metabolisme, glukosa darah naik → lesu, capai
Ø  Pada wanita amenorhoe, pada laki-laki alat genetalia membesar.
Ø  Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial.
Hipersekresi ACTH (Penyakit Cushing)
Hipersekresi ACTH menyebabkan hiperplasia dan hipersekresi dari korteks
supranen sehingga gejala-gejala yang terjadi adalah gejala-gejala yang disebabkan
oleh hiperfungsi dari korteks supranen.

5. Terapi: Dikenal 2 macam terapi, yaitu:


a) Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )

Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam


pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau
trans ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan
cara pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara
kedua mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan
dengan keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90%
kasus. Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor. Jika
terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah

ditentukan. Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-


kadang diperlukan perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan

tekanan intrakranial harus dihindari.

Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau
cordein. Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan
petunjuk akan adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena
kemungkinan terjadinya risiko infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat
preoperatif atau postoperatif.

b. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih
terdapat gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan
manfaat pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi
fungsi hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya
radiasi dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50%
dari kadar sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2
tahun, dan 75% setelah 5 tahun penyinaran.

6. Pemberian Obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada
kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga
diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi
efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung,
mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan
dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu
makan).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland atau kelenjar
pengendali karena menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan
kelenjar lainnya. Kelenjar ini berbentuk bulat dan berukuran kecil, dengan diameter
1,3 cm. Hipofisis dibagi menjadi hipofisis bagian anterior, bagian tengah (pars
intermedia), dan bagian posterior.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan
lobus posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa)
dengan cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh
darah yang secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior
(neurohipofisa) dilakukan melalui impuls saraf.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth, Endah P. 2000. Jakarta : EGC


Doengoes, Marlyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
http://www.askep.hiperpituitary.com.
Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley.2000. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku Untuk
Perawat Brunner & Sudarth. Jakarta : EGC.
Rumahoro, Hotma.1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai