Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Adenoma hipofisis adalah pertumbuhan abnormal yang berkembang di kelenjar
hipofisis di otak, hampir selalu non cancerous (jinak). Sebagian besar tumor hipofisis
(adenomas) tidak menyebar di luar tengkorak (nonmetastatic) dan biasanya masih terbatas
pada kelenjar pituitary atau didekatnya jaringan otak (Baradero, 2009).

2. Anatomi fisiologi

Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah
otak yang membawa sinyal dari mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa
dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus posterior
(belakang).
Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara melepaskan
faktor atau zat yang menyerupai 1etabol, melalui pembuluh darah yang secara langsung
1
menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan melalui
impuls saraf.
Lobus anterior menghasilkan 2etabol yang pada akhirnya mengendalikan fungsi :
1. Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)
2. Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)
3. Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan 2etabol yang menyebabkan kulit berwarna lebih gelap
dan 2etabol yang menghambat sensasi nyeri.

Hipofisa posterior menghasilkan 2etabol yang berfungsi:

1. Mengatur keseimbangan air


2. Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui
3. Merangsang kontraksi 2etab.

Dengan mengetahui kadar 2etabol yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target.

Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan
terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif
dan tidak aktif.

Beberapa 2etabol (misalnya kortikotropin yang berfungsi mengendalikan kelenjar


adrenal, 2etabol pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan dan 2etabolis yang
mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur, yaitu kadarnya
meningkat dan menurun sepanjang hari, biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum
bangun dan turun sampai kadar terendah sesaat sebelum tidur.

Kadar 2etabol lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa faktor. Pada wanita, kadar
LH (luteinizing hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone) yang mengendalikan
fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.

2
Terlalu banyak atau terlalu sedikitnya satu atau lebih 3etabol hipofisa menyebabkan
sejumlah gejala yang bervariasi.

Fungsi Lobus Anterior

Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Bagian ini melepaskan
3etabol yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal atau merangsang
aktivitas kelenjar adrenal, kelenjar tiroid serta indung telur atau buah zakar.

Jika 3etabol yang dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin
lainnya juga akan melepaskan 3etabol yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Salah satu 3etabol yang dilepaskan oleh lobus anterior adalah kortikotropin (ACTH,
adenocorticotropic 3etabol), yang merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol
dan beberapa steroid yang menyerupai 3etabolism3c (3etabolism).

Tanpa kortikotropin, kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti


menghasilkan kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.

Beberapa 3etabol lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin dan
3etabolis, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.

TSH (thyroid-stimulating hormone) juga dihasilkan oleh lobus anterior dan berfungsi
merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan 3etabol tiroid. Terlalu banyak TSH
menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH
menyebabkan berkurangnya pembentukan 3etabol tiroid (hipotiroidisme).

Dua 3etabol lainnya yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah LH (luteinizing
hormone) dan FSH (follicle-stimulating hormone). Keduanya merupakan gonadotropin,
berfungsi merangsang indung telur dan buah zakar. Pada wanita, kedua 3etabol ini
merangsang pembentukan estrogen dan 3etabolism3c serta merangsang pelepasan sel telur
setiap bulannya dari indung telur. Pada pria, LH merangsang buah zakar untuk
menghasilkan 3etabolism3c dan FSH merangsang pembentukan sperma.

Salah satu 3etabol terpenting yang dihasilkan oleh lobus anterior adalah 3etabol
pertumbuhan, yang merangsang pertumbuhan otot dan tulang serta membantu mengatur

3
4etabolism. Hormon pertumbuhan dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,
merangsang pembentukan protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan
jaringan lemak. Efek jangka panjang dari 4etabol pertumbuhan adalah menghambat
pengambilan dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan
pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat penting
karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan ketika berpuasa.

Bersamaan dengan kortisol, 4etabol pertumbuhan membantu mempertahankan kadar


gula darah untuk otak dan memindahkan lemak, sehingga sel-sel tubuha lainnya dapat
menggunakannya sebagai cadangan sumber energi.

Pada berbagai kasus, 4etabol pertumbuhan tampaknya bekerja dengan cara


mengaktifkan sejumlah faktor pertumbuhan, yang paling penting adalah faktor
pertumbuhan yang menyerupai insulin (IGF-1, insulin-klike growth factor).

Fungsi Lobus Posterior

Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam 4etabol, yaitu 4etabol 4etabolism4c dan
oksitosin. Sesungguhnya kedua 4etabol ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam
hipotalamus; sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke hipofisa
posterior, dimana 4etabol ini dilepaskan.

Hormon 4etabolism4c dan oksitosin tidak merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi
langsung mempengaruhi organ target.

Hormon 4etabolism4c (disebut juga 4etabolism4) meningkatkan penahanan air oleh


ginjal. Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.

Jika terjadi dehidrasi, maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta,
mengirimkan sinyal kepada kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak 4etabol
4etabolism4c. Kadar elektrolit (misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus
dipertahankan dalam angka tertentu agar selsel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit
yang tinggi (yang dirasakan oleh otak) akan merangsang pelepasan 4etabol 4etabolism4c.

4
Pelepasan 5etabol 5etabolism5c juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula
darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya
klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati
asma dan emfisema).

Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan 5etabol
5etabolism5c. Kekurangan 5etabol ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu keadaan
dimana ginjal terlalu banyak membuang air.

Oksitosin menyebabkan kontraksi 5etab selama proses persalinan dan segera setelah
persalinan untuk mencegah perdarahan. Oksitosin juga merangsang kontraksi sel-sel
tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu. Pengisapan putting susu merangsang
pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam payudara berkontraksi, sehingga air susu
mengalir dari dalam payudara ke putting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa :

No Hormon Lokasi Fungsi


1. Hormon Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan dengan
pertumbuhan mempengaruhi beberapa fungsi
(growth hormone) 5etabolism seluruh tubuh,
GH/somatotropin khususnya pembentukan protein
2. Prolactin hormone Kelenjar adrenal mengatur sekresi beberapa 5etabol
adenokortikotropik korteks adrenal, yang selanjutnya
(ACTH) mempengaruhi 5etabolism glukosa,
protein & lemak
3. Hormon stimulasi Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin
tiroid (TSH) oleh kelenjer tiroid, dan tiroksin
selanjutnya mengatur kecepatan
sebagian besar reaksi – reaksi kimia
seluruh tubuh

5
4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan
kelenjar mammae dan pembentukan
susu
5. Hormone luteinzing Indung telur (buah mengatur pertumbuhan gonad serta
(LH) zakar) aktivitas reproduksinya.
6. Hormone stimulasi Indung telur (buah mengatur pertumbuhan gonad serta
folikel (FSH) zakar) aktivitas reproduksinya.
7. Oksitosin Rahim & kelenjar Berperan dalm proses persalinan
susu bayi dan laktasi
8. Hormone antidiuretic Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
(vasopressin) dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.
(Baradero, 2009)

3. Klasifikasi
a. Berdasarkan hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis dan dibedakan menjadi 2
jenis yaitu :
1. Adenoma Hipofisis Non Fungsional (Tidak Memproduksi Hormon)
Tumor ini berkisar sekitar 30% dari seluruh tumor pada hipofisis. Biasanya muncul
pada dekade ke 4 dan ke 5 dari kehidupan, dan biasanya lebih sering ditemukan
padalaki-laki daripada wanita. Nama lain dari tumor ini yaitu Null cell tumor,
undifferentiated tumor dan non hormon producing adenoma. Karena tumor ini tidak
memproduksi hormon, maka pada tahap dini seringkali tidak memberikan gejala
apa-apa. Sehingga ketika diagnose ditegakkan umumnya tumor sudah dalam ukuran
yang sangat besar, atau gejala yang timbul karena efek masanya. Tumor biasanya
solid walaupun bisa ditemukan tumor dengan campuran solid dan kistik.

2. Adenoma Hipofisis Fungsional Yang Terdiri Dari :


1) adenoma yang bersekresi prolaktin
2) adenoma yang bersekresi growth hormon (GH)
3) adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)

6
4) adenoma yang bersekresi adrenokortikotropik hormon (ACTH)

Pada penelitian dari 800 pasien yang menderita tumor hipofisis, 630 pasien
merupakan tipe functioning pituitary tumors yang terdiri dari :52% merupakan
tumor yang mengsekresikan prolactin27% tumor yang mengsekresikan GH 20 %
tumor yang mengsekresikan ACTH 0,3% tumor yang mengsekresikan TSH kelenjar
hipofisis bagian anterior berperan dalam sekresi dan pengaturan dari berbagai
hormon peptida dan stimulating factor.

Tumor yang berasal dari bagian ini akan memproduksi secara berlebihan
beberapa atau salah satu dari hormon mpoptida, jika ini terjadi maka dinamakan
fungsional atau secreting adenoma.

Adanya adenoma kelenjar hipofisis anterior bisa dideteksi dengan melihat


aktifitas endokrin dan dengan immunohisto chemical staining. Ada juga klasifikasi
dari buku medikal bedah yaitu : Eusinofil Basofil Kromopom.

b. Klasifikasi berdasarkan gambaran radiology


1. Grade 0 : tumor tidak terlihat secara radiologi
2. Grade I dan II: adenoma yang terbatas dalam sella turcica
3. Grade III dan IV: adenoma yang menginvasi ke jaringan sekitarnya.

c. Berdasarkan penyebarannya tumor ke extrasellar maka dibagi lagi dalam


subklasifikasi berikut :
1. A,B,C yaitu penyebaran langsung ke suprasellar
2. D yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus kavernosus
3. E yaitu perluasan secara asimetrik ke sinus intracranial

(Boughman, 2007)

7
4. Epidemiologi
Sekitar 10% dari seluruh tumor intracranial merupakan tumor hipofisis, terutama
terdapat pada usia 20-50 tahun, dengan insiden yang ditemukan seimbang pada laki-laki
dan wanita. Tumor hipofisis terutama timbul pada lobus anterior hipofisis, sedangkan pada
lobus posterior (neurohipofisis) jarang terjadi. Tumor ini biasanya bersifat jinak (Baradero,
2009).

5. Etiologi
Penyebab tumor hipofisis tidak diketahui. Sebagian besar diduga tumor hiposis hasil
dari perubahan pada DNA dari satu sel, menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak
terkendali. Cacat genetik, sindroma neoplasia endokrin multiple tipe 1 dikaitkan dengan
tumor hipofisis. Namun, account cacat ini hanya sebagian kecil dari kasus-kasus tumor
hipofisis. Selain itu, tumor hipofisis didapat dari hasil penyebaran (metastasis) dari kanker
situs lain. Kanker payudara pada wanita dan kanker paru-paru pada pria merupakan kanker
yang paling umum untuk menyebar ke kelenjar pituitary. Kanker lainnya yang menyebar ke
kelenjar pituitary termasuk kanker ginjal, kanker prostat, melanoma, dan kanker
pencernaan.

6. Manifestasi Klinis
a. Adenoma hipofisis non fungsional:
1) Nyeri kepala
2) Karena perluasan tumor ke area supra sella, maka akan menekan chiasma optikum,
timbul gangguan lapang pandang bitemporal. Karena serabut nasal inferior yang
terletak pada aspek inferior dari chiasma optik melayani lapang pandang bagian
temporal superior (Wilbrand’s knee), maka yang pertama kali terkena adalah lapang
pandang quadran bitemporal superior. Selanjutnya kedua pupil akan menjadi atropi.
3) Jika tumor meluas ke sinus cavernosus maka akan timbul kelumpuhan nervus III, IV,
VI, berupa ptosis, nyeri wajah, diplopia. Oklusi dari sinus akan menyebabkan
proptosis, chemosis dan penyempitan dari arteri karotis (oklusi komplit jarang).
4) Tumor yang tumbuh perlahan akan menyebabkan gangguan fungsi hipofisis yang
progresif dalam beberapa bulan atau beberapa tahun berupa:

8
- Hipotiroidisme, tidak tahan dingin, myxedema, rambut yang kasar
- Hipoadrenalisme, hipotensi ortostatik, cepat lelah
- Hipogonadisme, amenorrhea (wanita), kehilangan libido dan kesuburan
- Diabetes insipidus, sangat jarang
b. Adenoma fungsional
1) Adenoma yang bersekresi prolactin
- Hiperprolaktinemia pada wanita didahului amenorrhea, galactorhoe,
kemandulan dan osteoporosis.
- Pada laki-laki biasanya asimptomatik atau timbul impotensi atau daya seksual
yang menurun.

Karena perbedaan gejala tersebut maka tumor ini pada laki-laki biasanya ditemukan
jika sudah menimbbulkan efek kompresi pada struktur yang berdekatan.

2) Adenoma yang bersekresi growth hormone


Gejala timbul secara gradual karena pengaruh meningginya kadar GH secara kronik.
Dari sejumlah kasus menunjukkan bahwa gejala yang timbul lebih karena efek
kompresi lokal dari masa tumor, bukan karena gangguan somatiknya. Gejala dini
berupa:
- Ukuran sepatu dan baju membesar
- Visceromegali
- Hyperhidrosis
- Macroglossia
- Muka yang kasar dan skin tags yaitu perubahan pada cutis dan jaringan subcutis
yang lambat berupa fibrous hyperplasia terutama ditemukan pada jari-jari, bibir,
telinga dan lidah. Adanya skin tags ini penting karena hubungannya dengan
keganasan pada kolon.
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Kecuali untuk tumor yang bersekresi TSH, yang menunjukkan:
- Hipertiroidime glikoprotein secreting adenoma tidak memberikan gejala yang
spesifik sehubungan dengan hipersekresinya, sehingga adenoma ini biasanya

9
baru ditemukan sesudah memberikan efek kompresi pada struktur didekatnya
seperti chiasma optikum atau tangkai hipofisis.
- Pada hipertiroid akibat TSH adenoma, biasanya lebih banyak mengenai wanita,
gejala lainnya yaitu gangguan lapang pandang, pretibial edema dan kadar serum
immunoglobulin stimulasi tiroid jumlahnya sedikit.
4) Adenoma yang bersekresi ACTH
- Biasanya menyerang wanita sekitar usia 40 tahun
- Khas ditandai dengan truncal obesity, hipertensi, hirsutisme (wanita),
hiperpigmentasi, diabetes atau glukosa intoleran, amenorrhea, acne, striae
abdominal, buffalo hump dan moon face. Kelainan endokrinologik yang berat
ini sudah muncul pada tahap sangat dini dari tumornya yang menyulitkan dalam
mendeteksi dan identifikasi sumbernya.

(Smeltzer & Bare, 2009)

7. Patofisiologi
Kemajuan biologi molekuler membuktikan tumor ini berasal dari monoclonal, yang
timbul dari mutasi sel tunggal diikuti oleh ekspansi klonal. Neoplasia hipofisis merupakan
proses multi-step yang meliputi disregulasi pertumbuhan sel atau proliferasi, diferensiasi
dan produksi hormone. Ini terjadi sebaga akibat hasil aktifasi fungsi onkogen setelah
inaktifasi gen tumor supresor. Proses aktivasi fungsi onkogen merupakan hal yang dominan,
karenanya gangguan allel tunggal dapat menyebabkan perubahan fungsi sel.
Inaktifasi tumor supresor bersifat resesif, karenanya kedua gen allel harus terlibat untuk
mempengaruhi fungsi seluler. Heterogenitas defek genetic ditemukan pada adenoma
hipofisis sesuai dengan proses neoplastic multi step. Abnormalitas protein G, protein nm23,
mutasi ras gen, delesi gen p53, 14q, dan mutasi, kadar c-myc onkogen yang tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan adenoma kelenjar hipofisis.
Penelitian in vitro membuktikan peranan estrogen dalam menginduksi terjadinya
hyperplasia hipofisis dan replikasi laktotroph. Terbukti produk PTTG (Pituitary Tumor
Transforming Gene) menyebabkan transformasi aktifitas dan menginduksi sekresi dasar

10
bFGF, sehingga memodulasi angiogenesis hipofisis dan formasi tumor. PTTG ini diinduksi
oleh estrogen (Sudoyo, 2009).

8. Pemeriksaan Diagnostik
Secara umum, ketika melakukan diagnosis pemeriksa akan bertanya tentang riwayat
keluarga apakah sebelumnya ada yang pernah mengalami tumor kelenjar pituitary,
hiperparatiroidisme (kelenjar paratiroid yang terlalu aktif), hipoglikemia (gula darah
rendah) atau tumor kelenjar pancreas. Pada pemeriksaan fisik mengidentifikasi tanda-tanda
tumor hipofisis dan masalah kesehatan lainnya. Uji neurologis meliputi cek penglihatan,
pendengaran, keseimbangan, koordinasi dan reflek.
Dengan adanya tanda-tanda yang disebutkan di atas pada pasien, maka dapat dicurigai
bahwa pasien tersebut mengalami adanya tumor dan ditambah lagi pada pemeriksaan
berikut:
a. Pengujian biokimia
Kadar hormon dapat diukur dalam darah atau sampel urin melalui tes laboratorium yang
mendeteksi kelebihan produksi atau kekurangan. Seringkali, kelebihan hormone
stimulasi.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Standar tes pencitraan untuk tumor hipofisis menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk menghasilkan gambar. MRI scan sangat berguna dalam
mendiagnosis tumor hipofisis. Kadang-kadang caiarn khusus disuntikkan ke dalam
aliran darah untuk membedakan tumor dari jaringan sehat.
MRI dapat dengan mudah mengidentifikasi tumor besar (macroadenoma) dari kelenjar
hipofisis maupun untuk mengidentifikasi tumor yang paling kecil (microadenoma). Tapi
MRI mungkin tidak mendeteksi banyak microadenoma < 3 mm (± 8 inchi). Antara 5-
25 % dari orang sehat memiliki beberapa minor abnormal pada kelenjar hipofisis yang
muncul di MRI scan.
c. Biopsy
Sebuah biopsy (mengambil contoh tumor dan memeriksanya di bawah mikroskop)
mungkin kadang-kadang dianjurkan untuk verifikasi definitive. Pituitary tumor dapat

11
diperiksa di bawah mikroskop sebelum atau setelah pembedahan untuk menentukan
jenis tumor.

Pemeriksaan penunjang berdasarkan klasifikasi adenoma hipofisis:


a. Adenoma hipofisis non fungsional
1) Pada rontgen foto lateral tengkorak terlihat sella turcica membesar, lantai sella
menipis dan membulat seperti balon. Jika pertumbuhan adenomanya asimetrik maka
pada lateral foto tengkorak akan menunjukkan double floor. Normal diameter AP
dari kelenjar hipofisis pada wanita usia 13-35 tahun < 11 masing-masing, sedang
pada yang lainnya normal < 9 masing-masing.
2) MRI dan CT scan kepala, dengan MRI gambaran arteri carotis dan chiasma tampak
lebih jelas, tetapi untuk gambaran anatomi tulang dari sinus sphenoid CT scan lebih
baik.
3) Tes stimulasi fungsi endokrin diperlukan untuk menentukan fungsi dari kelenjar
hipofisis.
b. Adenoma fungsional
1) Adenoma yang bersekresi prolactin
Penilaian kadar serum prolactin, kadar serum lebih dari 150 ng/ml biasanya
berkorelasi dengan adanya prolactinomas. Kadar prolactin antara 25-150 ng/ml
terjadi pada adanya kompresi tangkai hipofisis sehingga pengaruh inhibisi dopamine
berkurang, juga pada stalk effect (trauma hyphothalamus, trauma tungkai hipofisis
karena operasi).
2) Adenoma yang bersekresi growth hormone
Pengukuran kadar GH tidak bisa dipercaya karena sekresi hormone ini yang berupa
cetusan, walaupun pada keadaan adenoma. Normal kadar basal Gh < 1 ng/ml, pada
penderita acromegaly bisa meningkat sampai > 5 ng/ml, walaupun pada penderita
biasanya tetap normal. Pengukuran kadar somatemedin C lebih bisa dipercaya,
karena kadarnya yang konstan dan meningkat pada acromegali. Normal kadarnya
0,67 u/ml, pada acromegaly meningkat sampai 6,8 u/ml. Dengan GTT kadar GH
akan ditekan sampai < 2 ng/ml sesudah pemberian glukosa oral (100 gr), kegagalan
penekanan ini menunjukkan adanya hipersekresi dari GH. Pemberian GRF atau

12
TRH perdarahan infus akan meningkatkan kadar GH, pada keadaan normal tidak.
Jika hipersekresi telah ditentukan maka pastikan sumbernya dengan MRI, jika
dengan MRI tidak terdapat sesuatu adenoma hipofisis harus dicari sumber ektopik
dari GH.
3) Adenoma yang bersekresi glikoprotein (TSH, FSH, LH)
Hormon TSH, LH dan FSH masing-masing terdiri dari alpha dan beta subarachnoid
unit, alpha subarachnoid unitnya sama untuk ketiga hormone, sedangkan beta
subarakhnoidnya berbeda. Dengan teknik immunohitokimia yang spesifik bisa
diukur kadar dari alpha subarachnoid unit atau kadar alpha dan beta subarachnoid
unit. Pada tumor ini terdapat peninggian kadar alpha subarachnoid unit, walaupun
pada adenoma non fungsional 22% kadar alpha subarachnoid unitnya juga
meningkat. MRI dengan gadolinium, pada pemeriksaan ini tidak bisa dibedakan
antara adenoma yang satu dengan yang lainnya.
4) Adenoma yang bersekresi ACTH
- CRH dilepaskan dari hipotalamus dan akan merangsang sekresi ACTH dari
adenohipofisis, ACTH akan meningkatkan produksi dan sekresi cortisol dari
adrenal cortex yang selanjutnya dengan umpan balik negatif akan menurunkan
ACTH. Pada kondisi stress fisik dan metabolic kadar cortisol meningkat, secara
klinis sulit mengukur ACTH, maka cortisol dalam sirkulasi dan metabolitnya
dalam urine digunakan untuk status diagnose dari keadaan kelebihan adrenal.
- Pengukuran plasma kortisol, kortisol urine dan derifatnya secara basal maupun
dalam respon terhadap dexamethasone, maupun penentuan plasma ACTH, bisa
dipakai untuk menentukan apakah penyakitnya primer adrenal, hipofisis atau
sumber keganasan ektopik.
- Jika data tersebut seimbang maka diperlukan pengukuran CRH dan tes
perangsangan CRH dengan pengukuran ACTH dan cortisol perifer atau pada
aliran vena sinus petrosus bilateral untuk membuktikan adanya Cushing’s
disease. Jika sudah ditentukan sumbernya hipofisis, akan lebih sulit lagi
menentukan bagan hipofisis yang mana yang memproduksi hipersekresi ACTH.

(Guyton & Hall, 2008)

13
9. Penatalaksanaan
a. Pengobatan
Pengobatan adenoma hipofisis dimulai dengan koreksi elektrolit disfungsi dan
penggantian hormone hipofisis, jika perlu segera setelah specimen darah diagnostik
telah dikirim. Penggantian hormone tiroid atau adrenal adalah sangat penting. Steroid
penggantian harus cukup untuk situasi stress, termasuk periode perioperatif.
Tujuan perawatan berbeda sesuai dengan aktivitas fungsional tumor. Untuk tumor
endokrin aktif, pendekatan yang agresif terhadap normalisasi hipersekresi sangat
penting sekaligus mempertahankan fungsi hipofisis normal. Hal ini biasanya dapat
dicapai dengan bedah eksisi, tetapi beberapa prolaktinoma lebih baik dikontrol secara
medis.
b. Pembedahan
Keberhasilan dan keselamatan pendekatan transsphenoidal membuat prosedur pilihan
untuk menghilangkan adenoma. Kebanyakan tumor lunak dan gembur, dan
transsphenoidal akses, meskipun terbatas, memungkinkan untuk penghapusan lengkap
bahkan jika ada suprasellar signifikan ekstensi atau sella tidak diperbesar. Tingkat
kematian < 1%. Mayor morbiditas, termasuk stroke, kehilangan penglihatan, meningitis,
CSF bocor, atau cranial palsy, < 3,5%. Diabetes insipidus muncul setelah operasi pada
2-5% pasien yang menjalani pembedahan.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi melengkapi operasi dalam mencegah perkembangan atau kekambuhan.
Standar teknik radiasi melibatkan penggunaan tiga bidang (bidang menentang sejajar
dengan bidang koronal) atau teknik rotasi untuk menghindari dosis yang tidak perlu di
lobus temporal. Dosis 4.500-5.000 cGy disampaikan dalam pecahan 18—cGy
disarankan. Secara umum, pasien dengan tumor subtotally resected diberikan terapi
radiasi. Walaupun radiasi mengurangi risiko kekambuhan atau penundaan kambuhnya
setelah bruto total reseksi, kita ikuti serial pasien dengan MRI scan dan pemeriksaan
bidang visual dan menahan radiasi kecuali ada tumor didokumentasikan regrowth.
d. Penatalaksanaan keperawatan post craniotomy
1) Tindakan keperawatan post operasi
- Monitor kesadaran, tanda-tanda vital, CVP, intake dan output.

14
- Observasi dan catat sifat drain (warna, jumlah)
- Dalam mengatur dan menggerakkan posisi pasien harus hati-hati, jangan sampai
drain tercabut.
- Perawatan luka operasi secara steril.
2) Makanan
Pada pasien pasca pembedahan biasanya tidak diperkenankan menelan makanan
sesudah pembedahan. Makanan yang dianjurkan pada pasien post operasi adalah
makanan tinggi protein dan vitamin C. Protein sangat diperlukan pada proses
penyembuhan luka, sedangkan vitamin C yang mengandung antioksidan membantu
meningkatkan daya tahan tubuh untuk pencegahan infeksi. Biasanya makanan baru
diberikan jika:
- Perut tidak kembung
- Peristaltic usus normal
- Flatus positif
- Bowel movement positif
3) Mobilisasi
Biasanya pasien diposisikan untuk berbaring di tempat tidur agar keadaannya stabil.
Biasanya posisi awal adalah terlentang, tapi juga harus tetap dilakukan perubahan
posisi agar tidak terjadi decubitus.
(Smeltzer & Bare, 2009)

15
10. Pathway (Sudoyo, 2009)

Idiopatik, metastasis dari kanker di organ lain, pertumbuhan sel tidak


terkendali, cacat genetik

Adenoma hipofisis

Sel tumbuh abnormal

Fungsi organ terhambat

Sekresi GH oleh hipotalamus

Pertumbuhan tulang yang berlebihan

Gigantisme

Tulang mengalami Jarigan membesar Defisiensi Pertumbuhan tulang


kelainan pada tungkai & lengan pengetahuan berlebihan pada tulang
rahang (mandibular) &
lidah membesar
Tubuh menjadi Peradangan
semakin tinggi tungkai & lengan
Kesulitan makan

Perubahan Kelemahan pada


penampilan fisik tungkai & lengan
Intake nutrisi

Gangguan Hambatan Ketidakseimbangan nutrissi


citra tubuh mobilitas fisik kurang dari kebutuhan tubuh

16
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Terjadi pada wanita dan pada laki-laki dengan pefalensi seimbang dan mempunyai
insiden puncak antara usia 20 dan 30 tahun.
b. Keluhan Utama
Klien mengeluhkan sakit kepala pada satu atau keduanya, atau di tengah dahi kabur atau
penglihatan ganda; kehilangan samping (perifer) visi, ptosis yang disebabkan oleh
tekanan pada saraf yang menuju ke mata, perasaan mati rasa pada wajah, demensia,
perasaan mengantuk, kepala membesar, makan berlebih atau berkurang.
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan kepalanya sering mengalami sakit pada kepalanya, dan pandangan
kabur.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kaji apakah sebelumnya klien pernah mengalami tumor pada bagian tubuh, Kaji apakah
klien pernah mengalami cedera kepala berat ataupun ringan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Kaji apakah keluarga pernah menderita penyakit tumor hipofisis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
1) Klien tampak mengalami pembesaran yang abnormal pada seluruh bagian tubuh (jika
timbul saat usia dini)
2) Klien tampak mengalami akromegali atau pembesaran yang abnormal pada ujung-
ujung tubuh seperti kaki, tangan, hidung, dagu (timbul pada saat usia dewasa)
3) Klien tampak mengalami diplopia (pandangan ganda)
4) Tampak atropi pada pupil Klien tampak susah membedakan warna
5) Klien tampak susah menggerakkan organ-organ tubuh karena kelemahan otot
b. Palpasi :
1) Terdapat nyeri kepala
2) Terdapat kelemahan otot tonus otot

17
3. Pengkajian data dasar
a. Aktifitas /istirahat :
1) Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
2) Sakit kepala yang hebat saat aktivitas.
3) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
4) Kelemahan otot.
b. Sirkulasi
1) Edema pada ekstermitas kaki dan tangan.
2) Takikardi.
c. Integritas ego
1) Ketidakberdayaan/putus asa sehubungan dengan perubahan penampilan fisik.
d. Eliminasi.
1) Perubahan pola berkemih.
2) Perubahan warna urin contoh kuning pekat.
e. Makanan/cairan
1) Nafsu makan menurun
2) Malnutrisi
3) Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot.
4) Perubahan pada kelembababan/turgor kulit, edema.
f. Neurosensori.
1) Pening, disorientasi (selama sakit kepala), tidak mampu berkonsentrasi.
2) Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas)

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor
hipofisis
3. GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan metabolic ( hipermetabolik)

18
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan sekresi
ADH
6. Kelemahan berhubungan dengan ketidakmampuan menyokong tubuh
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan korteks serebri di hipotalamus
Tujuan : Nyeri dapat dihilangkan/ditangani
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang
b. Klien tampak tenang
c. Skala nyeri 2-4

Intervensi :

1) Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokasi, itensitas, dan waktu nyeri.


2) Letakan kantung es pada kepala klien.
3) Dorong pengungkapan perasaan klien.
4) Lakukan tindakan paliatif. Misalnaya pengubahan posisi.
5) Berikan analgesik/antipiretik, analgesic narkotik sesuai dengan indikasi.

2. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat tumor


hipofisis ditandai dengan suhu tubuh diatas normal (diatas 36-37,5), kulit tampak
kemerahan, klien mengeluhkan badannya panas
Tujuan : Perubahan suhu tubuh yang normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36,5̊ – 37,5̊C)
Intervensi :
1) Pantau suhu tubuh pasien (derajat dan pola) perhatikan adanya menggigil.
2) Pantau suhu lingkungan. Batasi penggunaan selimut.
3) Berikan kompres hangat jika ada demam.
4) Pantau masukan dan haluaran. Catat karakteristik urine, turgor kulit, dan membrane
mukosa.

19
5) Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (Tylenol).

3. GSP, Penglihatan berhubungan dengan penekanan pada ciasma optikum


Tujuan : Penglihatan klien dipertahankan pada tingkat sebaik mungkin.
Kriteria hasil :
a. Penurunan tajam dan lapang pandang klien semakin membaik.
b. Klien mangatakan pandangan kabur dan ganda mulai berkurang bahkan hilang.

Intervensi :

1) Tentukan ketajaman penglihatan, catat satu atau kedua mata terlibat.


2) Orientasikan pasien terhadap lingkungan. Staf, orang lain di areanya.
3) Gunakan obat tetes mata dan pelindung.
4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan.

4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan metabolic ( hipermetabolik)
Tujuan : Nutrisi klien adekuat
Kriteria hasil :
a. Mendemonstrasikan berat badan yang stabil
b. Bebas tanda dari malnutrisi.

Intervensi :

1. Pantau masukan makanan setiap hari.


2. Ukur tinggi, berat badan. Timbang berat badan setiap hari atu sesuai indikasi.
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan
adekuat.
4. Tinjau ulang pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.
5. Berikan obat sesuai indikasi, Vitamin khususnya A, D, E, dan B.

5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air akibat peningkatan sekresi
ADH.
Tujuan : Membuat/mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien.

20
Kriteria hasil : Menunjukan haluaran urin tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium
mendekati normal.
Intervensi :
1. Awasi denyut jantung dan tekanan darah.
2. Catat pemasukan dan pengeluaran akurat.
3. Kaji kulit, wajah, area tergantung untuk edema.
4. Awasi kadar natrium serum. Batasi pemasukan natrium sesuai indikasi.

6. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik, malnutrisi.


Tujuan : Menunjukan perbaikan kemampuan klien untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :
a. Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
b. Berpatisipasi pada aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1. Evaluasi laporan kelemahan, kesulitan menyelesaikan tugas. Perhatikan


kemampuan istrahat/tidur dengan tepat.
2. Kaji kemampuan untuk berpatisipasi pada aktivitas yang dibutuhkan/diinginkan.
3. Rencanakan priode istrahat adekuat.
4. Berikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi.

7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik.


Tujuan : Harga diri klien ditingkatkan.
Kriteria hasil :
a. Menunjukan adaptasi awal pada terhadap perubahan tubuh.
b. Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.

Intervensi :

1. Diskusikan arti perubahan dengan pasien. Identifikasi persepsi situasi/harapan yang


akan datang.
2. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, depresi, marah.

21
3. Susun batasan pada prilaku maladaptive, bantu pasien untuk mengidentifikasi
prilaku positif yang akan membaik.
4. Dorong orang terdekat untuk mengobati pasien secara normal dan tidak sebagai
orang cacat.
5. Rujuk pasien kesumber pendukung. Contoh, ahli terapi psikologis.
(Doengoes, 2009)

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta :
EGC.
2. Boughman, Diane C, JoAnn c Hackley. 2007. Keperawatan Medical Bedah : Buku Saku
Untuk Perawat. Jakarta : EGC.
3. Doenges, Marilynn E., dkk. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
4. Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC.
5. Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.
6. Sudoyo, A W, Setyohadi B, Alwi I, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3
Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.

23

Anda mungkin juga menyukai