Anda di halaman 1dari 15

JURUSAN KEBIDANAN

PRODI KEPERAWATAN ENDE


POLTEKKES KEMENKES KUPANG
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan karena atas berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai


bekal untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi
kami. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu aspek yang sangat
penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.

Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi


sempurnanya makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya disampaikan kepada semua pihak dan instansi yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik.

Ende, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Fungsi............................................................................... 4
2.2 Prinsip Kerja......................................................................................... 8
2.3 Produksi Oksitosin................................................................................ 9
2.4 Efek Samping Oksitosin..................................................................... 10
BAB III : PENUTUP
Simpulan................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

System endokrin terdiri terutama dari kelenjar-kelenjar tanpa


saluran keluar yang sekretnya (hormone) dicurahkan langsung kedalam
sirkulasi darah atau limfe. Kelenjar endokrin mempunyai asal embriologik
yang berbeda, kelompok kelenjar endokrin berasal dari ketiga lapisan
embrional:
a. Hipofisis, medula suprarenal dan badan kromafin berasal ectoderm
b. Ovarium, testis dan kortek suprarenal berasal dari mesoderm.
c. Sel parenkim tiroid, paratiroid, dan pulau langerhans berasal dari
endoderm.

Setiap kelenjar endokrin mensekresikan atau lebih substansi


khusus yang disebut hormone. Hormon berasal dari kata homaein yang
berarti memacu. Hormon dibentuk pada suatu kelenjar akan tetapi
menjalankan fungsinya di tempat lain. Umumnya, hormon dihasilkan oleh
kelenjar endokrin dan masuk ke dalam sistem peredaran darah. Hormon
merupakan senyawa protein atau senyawa steroid.

Di dalam tubuh, hormon berperan dalam mengatur metabolisme,


pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, keseimbangan internal,
reaksi terhadap stres serta tingkah laku. Dalam kegiatan tubuh, hormon
hanya sedikit diperlukan, akan tetapi mempunyai pengaruh yang sangat
luas.

Salah satu macam dari kelenjar adalah hipofisis. Hipofisis terdiri


dari dua jaringan berbeda, yaitu Adenohipofisis (lobus kelenjar) yang
terdiri dari Pars Distalis, Pars Tuberalis, Pars Intermedia. Dan
Neurohipofisis yang terdiri dari Pars Nervosa, Tangkai Infundibulum,
Eminensia Mediana.

Dua hormon yang disekresikan oleh neurohipofisis adalah


Vasopresin dan Oksitosin.

Kelenjar hipofisis mempunyai dua komponen dan kedua komponen


ini mempunyai fungsi yang tidak sama. Dua komponen ini adalah
adenohipofisis (hipofisis anterior) dan neurohipofisis (hipofisis posterior).
Hipotalamus berhubungan dengan hipofisis posterior melalui sistem
persarafan, sedangkan hubungannya dengan hipofisis anterior adalah
melalui pembuluh darah. Hormon hipofisis posterior dihasilkan oleh
hipotalamus, kemudian melalui akson dari saraf di bawah dan disimpan ke
dalam kelenjar hipofisis posterior.

Darah yang mengalir ke dalam kelenjar hipofisis anterior harus


melewati hipotalamus terlebih dahulu. Hipotalamus mengendalikan
hipofisis anterior dengan menghasilkan dan mengeluarkan hormon
releasing atau inhibiting ke dalam darah. Melalui peredaran darah, hormon
ini disimpan ke dalam hipofisis anterior. Kelenjar hipofisis anterior dapat
menstimulasi keluarnya (release) atau mencegah (inhibit) keluarnya
hormon tertentu. Enam hormon releasing atau inhibiting yang sudah
diketahui adalah:
1. Growth hormone-releasing hormone (GHRH)
2. Growth hormone-inhibiting hormone (GHIH)
3. Thyrotropin releasing hormone (TRH)
4. Corticotropin releasing hormone (CRH)
5. Gonadotropin releasing hormone (GnRH)
6. Prolactin-inhibiting hormone (PIH)
Hormon dikeluarkan sebagai respons atas rangsangan syaraf
secara langsung kepada kelenjar yang cocok. Hormon oksitosin disimpan
di hipofiis posterior dan dilepaskan ke dalam darah oleh ransangan dalam
serat saraf dar hipotalamus. Sebagian besar serat dari nukleus
paraventrikuler berhubungan dengan sekresi oksitosin. Hormon oksitosin
khususnya, dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus dan berfungsi untuk
merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Fungsi

Hormon Oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus.


Hipotalamus adalah pemimpin umum sistem hormon, ia memiliki
tugas penting memastikan kemantapan dalam tubuh manusia. Setiap
saat, hipotalamus mengkaji pesan-pesan yang datang dari otak dan
dari dalam tubuh. Setelah itu, hipotalamus menjalankan beberapa
fungsi, seperti menjaga kemantapan suhu tubuh, mengendalikan
tekanan darah, memastikan keseimbangan cairan, dan bahkan pola
tidur yang tepat.Hipotalamus terletak langsung di bawah otak dan
ukurannya sebesar biji kenari. Sejumlah besar informasi sehubungan
dengan keadaan tubuh dikirim ke hipotalamus. Informasi ini
disampaikan ke sana dari setiap titik dalam tubuh, termasuk pusat
indra dalam otak. Kemudian hipotalamus menguraikan informasi yang
diterimanya, memutuskan tindakan yang mesti diambil dan perubahan
yang harus dibuat dalam tubuh, serta membuat sel-sel tertentu
menjalankan keputusannya.

Sebagian besar informasi tentang tubuh manusia ada di


hipotalamus.
Dua hormon yang disekresi hipotalamus adalah oksitosin dan
vasopressin. Dan disini yang akan kita bahas adalah mengenai
hormone oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang bertanggungjawab
untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan,
terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin disintesis
terutama oleh badan sel syaraf nucleus paraventrikularis. Oksitosin
menyebabkan otot polos uterus berkontraksi dalam stadium akhir
kehamilan, selain itu juga memulai kontraksi sel mioepitel pada alveoli
dan saluran keluar kelenjar mammae. (Sinopsis Histologi, hal.173)

Bagi perempuan yang mengalami kontraksi lambar, tetesan


oksitosin dapat digunakan untuk membantu kontraksi lebih kuat dan
teratur. Selain itu, hormon oksitosin juga memainkan peranan penting
saat setelah proses melahirkan. Yakni, merangsang rahim
berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.

Oksitosin terutama mempengaruhi otot polos uterus. Oksitosin


meningkatkan baik frekuensi dan durasi potensial aksi. Jadi
pemberian oksitosin merangsang timbulnya kontraksi otot uterus yang
belum berkontraksi dan meningkatkan kekuatan serta frekuensi
kontraksi otot pada uterus yang sudah berkontraksi. Estrogen
memperkuat kerja oksitosin dengan cara menurunkan otensial
membran sel otot polos, jadi merendahkan ambang eksitasi. Saat
akhir kehamilan, sering terjadi peninggian kadar estrogen, potensial
membrane sel otot polos uterin berkurang negatifnya, sehingga
membuat uterus makin sensitive terhadap oksitosin. Jumlah reseptor
oksitosin di uterus juga makin bertambah pada saat ini, dan aktivasi
mereka menyebabkan kalsium selular di mobilisasi melalui hidrolisa
polifosfatidilinositol. (Endokrinologi Dasar dan Klinik, hal.151)
Pelepasan hormon oksitosin berlangsung secara alami, namun
terdapat suatu cara untuk mendorongnya lebih cepat. Diantaranya,
melalui proses Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Meletakkan bayi di atas
perut ibu, agar bayi mencari payudara ibunya sendiri, dapat
merangsang pelepasan oksitosin. Sehingga, wanita disarankan untuk
melakukannya secepat mungkin setelah melahirkan, untuk membantu
keluarnya plasenta. Jika plasenta gagal keluar, ibu akan diberikan
hormon sintetis yang mereplikasi efek oksitosin untuk membantu
rahim berkontraksi.

Oksitosin juga memainkan peranan penting di luar proses


melahirkan. Setiap kali menyusui, ibu akan melepaskan hormone
oksitosin yang menyebabkan ibu mengeluarkan putting susu ke mulut
bayi. Hal ini, akan membantu rahim menciut dan kembali ke ukuran
normal.

Ketika bayi menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin


membuat ASI mengalir dari dalam alveoli, melalui saluran susu
(ducts/milk canals) menuju reservoir susu {sacs} yang berlokasi di
belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi.
Ketika pengeluaran air susu, oksitosin menimbulkan kontraksi sel-
sel mioepitel di payudara sebagai respon terhadap penghisapan
puting, berkat reflex neurogenik yang dihantarkan ke hipotalamus
melalui medulla spinalis. Kadar oksitosin meningkat dalam 2 menit
pengisapan puting dan mencapai puncak dalam 10 menit. Oksitosin
juga dilepaskan ketika sanggama.(Ilmu Kandungan, hal.63)

Selain itu oksitosin juga berfungsi mengencangkan otot halus


dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya
juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga
mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI
menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya
susu let-down / milk ejection reflex.

Sekresi oksitosin dirangsang oleh peregangan vagina atau serviks


uteri dan oleh tindakan menyusui. Hal ini terjadi melalui traktus syaraf
yang mempengaruhi hipotalamus. (Histologi Dasar, hal.396)
Oksitosin dilepaskan sepanjang masa melahirkan sewaktu janin
menstimulasi leher rahim dan vagina. Dan hal itu meningkatkan
kontraksi otot halus kandungan agar terjadi proses melahirkan.

Pada kasus dimana kontraksi tidak cukup agar terjadi kelahiran,


dokter terkadang memberikan Oksitosin untuk menstimulasi lebih
lanjut kontraksi kandungan- perhatian besar harus dilakukan pada
beberapa situasi untuk memastikan janin keluar dengan baik dan
mencegah pecahnya uterus.
B. Prinsip Kerja

Prinsip kerja hormon Oksitosin adalah dengan cara menstimulasi


kontraksi sel otot polos pada rahim wanita hamil selama melahirkan
dan menstimulasi kontraksi sel-sel kontraktil dari kelenjar susu agar
mengeluarkan air susu. Air susu yang keluar pertama inilah yang
mengandung antibody yang sangat penting untuk bayi. ASI yang
keluar pertama ini mengandung kolostrum, Kolostrum dikonsumsi bayi
sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih dan
antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam
level immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi
yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.

Proses Kelahiran:
Saat fetus masuk dalam jalan lahir, segmen bawah uterus, serviks
dan vagina berdilatasi, dan ini menyebabkan reflex pelepasan
oksitosin. Kontraksi uterus yang kuat, lebih jauh menyebabkan
penurunan fertus, distensi, dan pelepasan oksitosin lebih jauh lagi.
Laktasi:
Oksitosin juga terlibat pada laktasi. Perangsangan putting susu
menghasilkan reflex neurohumoral. Berikutnya, oksitosin meyebabkan
kontraksi sel. Mioepitel dari duktus mamilaris dan pengeluaran susu.
Kerja lainnya:
Sejumlah stimulus juga merangsang pelepasan ADH seperti
peningkatan osmolalitas plasma dan hipovolemia menyebabkan
sekresi oksitosin. Sejak aliran urin rendah-yang dapat mempengaruhi
pengaturan kesetimbangan natrium. (Endokrinologi Dasar dan Klinik,
hal.151)

Gambar mengenai mekanisme kerja oksitosin:

C. Produksi Oksitosin

Dalam tubuh orang normal, hormon diproduksi dalam jumlah sesuai


kebutuhan. Jadi dapat dipastikan kadarnya tentu akan meningkat
secara normal pada ibu yang akan melahirkan dan menyusui.
Pada tubuh manusia oksitosin dibuat oleh sel-sel saraf khusus di regio
tertentu di otak. Di luar sel saraf, oksitosin diproduksi juga di kelenjar
telur dan sel-sel di testis spesies tertentu (bukan manusia).
Saat ini, berkat kemajuan teknologi, hormon ini sudah dapat dibuat
sintetiknya. Hormon ini ternyata mudah dihancurkan oleh saluran
cerna kita, sehingga hormon sintetik ini dibuat dalam bentuk sediaan
injeksi/suntik dan "nasal spray".
Cara pembuataannya tentu melalui "genetic engineering" yang rumit,
sehingga dapat dihasilkan sediaan yang stabil dan dapat berfungsi
seperti hormon aslinya.

Hormon oksitosin dibentuk dari prohormon, berupa nonapeptida.


Berat molekulnya adalah 1007. Disekresikan turun sepanjang akson-
akson dari neuron-neuron yang badan selnya terletak di nucleus
supraoptikus dan paraventrikularis. Dalam perjalanannya oksitosin
terikat pada protein pembawa yang dikenal sebagai neurofisin I dan II
(estrogen dan nikotin masing-masing merangsang neurofisin) yang
memiliki berat molekul sekitar 10.000, disekresikan lebih langsung ke
dalam sirkulasi portal daripada sirkulasi perifer. Sejumlah kecil
oksitosin juga dilepaskan ke dalam sirkulasi portal. Waktu pro-
oksitosin sekitar 10 menit.(Ilmu Kandungan, hal.63)

D. Efek Samping Oksitosin

Bila oksitosin sintetik diberikan, kerja fisiologis hormon ini akan


meningkat sehingga dapat timbul efek samping yang berbahaya, efek
samping tersebut dapat dikelompokkan menjadi:
a. Stimulasi berlebih pada uterus
b. Konstriksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja anti diuretika
d. Kerja pada pembuluh darah ( dilatasi )
e. Mual
f. Reaksi hipersensitif
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Oksitosin berperan penting dalam proses melahirkan. Oksitosin
membantu mengencangkan otot halus pada rahim dan
merangsang terjadinya kontraksi uterus pada saat melahirkan.
2. Oksitosin juga berperan dalam proses menyusui. Oksitosin
merangsang putting susu menghasilkan reflex neurohumoral yang
dipacu oleh tindakan menyusui (Refleks Ejeksi-Susu).
3. Hipotalamus adalah kelenjar penghasil hormon oksitosin yang
berperan menghasilkan hormon-hormon lain yang berperan dalam
sistem reproduksi.
4. Hormon oksitosin disimpan di hipofiis posterior dan dilepaskan ke
dalam darah oleh ransangan dalam serat saraf dar hipotalamus.
DAFTAR PUSTAKA

www.academiaedu.com
www.wikipedia.com
Tambajong, Jan. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
L. Carlos Junqueira, Jose Carneiro, Robert O. Kelley. 1997. Histologi
Dasar. Jakarta: EGC.
Francis S. Greenspan, John D. Baxter. 1998. Endokrinologi Dasar dan
Klinik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai