D KHUSUSNYA PADA
An. F YANG MENGALAMI STUNTING DI DESA
MEGA TIMUR
DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Masmuri, M.Kep
DISUSUN OLEH:
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia Pra
Sekolah Dengan Stunting” yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Keluarga di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak.
Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Dalam penelitian makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak
– pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini
Waalaikumsalam wr.wb
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
B. Fungsi keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi
menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi utama anak-anak yang bertujuan menjadikananak-anak
anggota masyarakat yang produktif dan memberikan status anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber daya ekonomi yang memadai dan alokasi yang efektif.
e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik - makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, 2010)
C. Struktur keluarga
Struktur struktur keluarga Oleh Friedman (2010) digambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan dengan
jujur,terbuka, melibatkan emosi, resolusi konflik dan hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas serta meminta dan menerima umpan balik dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu
atau berita negatife tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan
pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negative), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
c) Selalu meminta dan menerima timbal balik
2) Karakteristik pendengar
a) Siap mendengarkan
b) Memberi umpan balik
c) Melakukan validasi
b. Struktur peran
Struktur peran adalah rangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi social
yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias bersifat formal atau informal.
Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lengimate power), ditiru
(referent power), keahlian (ekper power), hadiah (reward power), paksa (coercive
power) dan efektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Struktur nilai dan norma Nilai adalah system ide – ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga
2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, 2010).
Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak – anak usia
prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan secara cepat
belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak menangkap kemampuan
bahasa secara cepat (Ali, 2010).
Ketika anak mencapai usia pra sekolah, orang tua mulai belajar berpisah dengan
anak – anaknya ketika mereka mulai masuk ke kelompok bermain, tempat
penitipan anak, atau TK. Tahap ini terus berlangsung selama usia pra sekolah
sampai memasuki usia sekolah. Berpisah seringkali sulit bagi orang tua dan
mereka perlu mendapatkan dukungan dan penjelasan tentang bagaimana
penguasaan tugas – tugas perklembangan anak usia pra sekolah, memberikan
kontribusi untuk semakin meningkatkan ekonomi mereka. Berpisah dari orang tua
juga dirasa sulit oleh anak – anak usia prasekolah. Pisah dapat terjadi karena
orang tua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau berlibur.
Persiapan keluarga untuk berpisah dengan anak sangat penting dalam membantu
anak menyesuaikan diri dengan perubahan. Kedua orang tua perlu memiliki
kesenangan dan kontak di luar rumah untuk mengawetmudakan mereka, sehingga
mereka dapat melaksanakan berbagai tugas dan tanggungjawab dirumah (Ali,
2010).
B. Tanda stunting
Menurut Kementrian desa, 2017 dampak buruk yang ditimbulkan akibat stunting
antara lain:
1. Anak akan mudah mengalami sakit.
2. Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.
3. Kemampuan kognitif berkurang.
4. Saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.
5. Fungsi tubuh tidak seimbang.
6. Mengakibatkan kerugian ekonomi.
C. Klasifikasi Stunting
Menurut Direkatorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Penilaian
status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian
antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Beberapa indeks antropoometri yang sering digunakan adalah
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z –
score). Stunring dapat diketahui bila seseorang balita sudah ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
dibandingkan balita seumurnya.
Penghitungan ini menggunakan standar Z score dari WHO. Normal, pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Vinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Nailis, 2016).
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur
(TB/U) .
I. Sangat pendek : Zscore < - 3,0
II. Pendek : Zscore < - 2,0 s.d Zscore ≥ - 3,0
III. Normal : Zscore ≥ - 2,0 13
Dan dibawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
TB/U dan BB/TB.
I. Pendek – kurus : -Zscore TB/U < - 2,0 dan Zscore BB/TB < - 2,0
II. Pendek – normal : Z-score TB/U < - 2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0s/d 2,0
III. Pendek – gemuk : Z-score ≥-2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
D. Penyebab Stunting
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
– faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri anak
tersebut. Faktor penyebab stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsung adalah pola asuh, pelayanan kesehatan,
ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya
(Bappenas R.I, 2013).
1. Faktor langsung
a) Asupan gizi balita
1) Kebutuhan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan
asupan zat gizi yang lebih banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih,
obesitas atau kegemukan.
2) Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan
gizi yang sesuai dengan kebutuhan
3) Kekurangan gizi adalah seuatuu keadaan yang muncul akibat pemenuhan
asupan gizi yang lebih sedikit dari kebutuhan sepertigizi kurang dan
buruk, pendek, kurus dan sangat kurus (Depkes R.I, 2008).
b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting,
kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat
dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi
kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah
terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan
akan zat gizi untuk membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri.
Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit
infeksi yang diderita tidak tertangani akan tidak dapat memperbaiki status
kesehatan dan status gizi anak balita. Untuk itu penanganan terhadap penyakit
infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu perbaikan gizi dengan
diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan anak balita.
Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, indeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya
dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas
lingkungan hidup dan perilaku sehat.
Ada beberapa penelitian tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting
yang menyatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian
stunting pada anak usia dibawah 5 tahun.
2. Faktor tidak langsung
a) Ketersediaan Pangan
Akses pangan pada rumah tangga adalah kondisi penguasaan sumberdaya
(sosial, teknologi, finansial/keuangan, alam, dan manusia) yang cukup untuk
memperoleh dan/atau ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan,
termasuk kecukupan pangan dirumah tangga. Masalah ketersediaan ini tidak
hanya terkait masalah daya beli namun juga pada pendistribusian dan
keberadaan pangan itu sendiri, sedangkan pola konsumsi pangan merupakan
susunan makanan yang biasa dimakan mencangkup jenis dan jumlah frekuensi
dan jangka waktu tertentu. Aksebilitas pangan yang rendah berakibat pada
kurangnya pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang dan
nyaman di tingkat keluarga sehingga berdampak pada semakin beratnya
masalah kurang gizi masyarakat (Bappenas R.I, 2013).
Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian stunting.
Ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang digunakan untuk
pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan beberapa ciri rumah tangga
dengan anak pendek. Penelitian di Semarang Timur juga menyatakan bahwa
pendapatan perkapital yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting
(Naskhah dan Margawati, 2012).
b) Status Gizi ibu Saat Hamil
Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor tersebut
dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan. Beberapa
indikator pengukuran seperti:
i. Kadar hemoglobin (Hb), yang menunjukkan gambaran kadar Hb
dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak
ii. Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi masa
lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak.
iii. Hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat badan
selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. D KHUSUSNYA PADA An. F
YANG MENGALAMI STUNTING DI DESAMEGA TIMUR
A. Pengkajian
1. Data umum
a. Pasien
Nama pasien : An. F
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
b. Penanggung jawab/keluarga
Nama : Tn. D
Umur : 48 Tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Mega Timur
Hubungan dengan pasien : Ayah
Status perkawinan : Kawin
Daftar Anggota Keluarga:
No Nama umur agama L/P Hub.dg pendidikan pekerjaan ket
KK
1 Tn. D 48 th islam KK SLTP Buruh
3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang memiliki type 45 dan mempunyai 1 lantai yang terdiri dari : ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 toilet dan dapur, jumlah jendela ada 8 dan
terdapat ventilasi di depan. Jarak antara jamban dan sumber air sekitar 7 m.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn. D belum pernah berpindah – pindah rumah. Lingkungan tempat tinggal
berdekatan dengan jalan besar yang dilewati oleh kendaraan umum. Alat transportasi
yang digunakan adalah motor dan terkadang berjalan kaki jika berpergian dengan
jarak yang dekat. Jarak dengan tempat pelayanan kesehatan (puskesmas atau dokter
sekitar rumah) kurang lebih 5 km.
c. Perkumpulan kerluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dimana untuk mempertahankan hubungan
yang harmonis dengan anggota keluarga. Setiap malam kleuarga Tn. D selalu
menyempatkan waktu untukk makan malam bersama. Biasa nya setiap hari sabtu dan
minggu keluarga Ny. I selalu membawa An. F bermain di luar rumah dengan teman
sebaya nya, Ny. I sangat dekat dengan tetangga sebelah rumah.
d. Sistem pendukung keluarga
Pendukung keluarga adalah adik, kakak, dan juga saudara – saudara yang selalu
memeberi dukungan berupa semangat saat menjalankan aktivitas.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan menggunakan bahasa
melayu dan bahasa indonesia. Komunikasi menggunakan dua arah dan anggota
keluarga selalu menghormati orang yang sedang berbicara dalam artian jika ada orang
yang sedang berbicara maka yang lain mendengarkan tidak boleh memotong
pembicaraan tersebut.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn. D yang mengambil keputusan adalah Tn D selaku kepala rumah
tangga. Akan tetapi jika ada masalah selalu dibicarakan terlebih dahulu kepada
istrinya.
c. Struktur peran
Tn. D berperan sebagai kepala keluarga. Ny. I juga berperan sebagai ibu rumah
tangga. Biasanya Ny. I bekerja mengurus segala kebutuhan suami dan ketiga anaknya
mulai dari memasak, mencuci dan mengasuh anak nya yang ke tiga, setelah itu baru
pergi bekerja sebagai buruh pabrik.
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan dengan
kesehatan. Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Tn. D memupakan keluarga yang menyenangkan meskipun hidup dalam keadaan
ekonomi yang pas – pasan. Ny. I dan kedua anaknya yang selalu menghormati dan
menyayangi mereka. Tn. D selalu mengajarkan kepada anaknya untuk menghormati
orang yang lebih tua dan saling mernyayangi satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keuarga Tn. D mengatakan bahwa cara menanammkan interaksi sosial pada anaknya
dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan menganjurkan anaknya berpartisipasi
dalam lingkungan sekitar, misalnya jika di RW mereka selalu ada perlombaan Tn. D
selalu menganjurkan anaknya untuk mengikuti lomba tersebut.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga tidak mengetahui jika ada anggota keluarga yang menderita gizi kurang.
Tn. D dan Ny. I tidak mengetahui bahwa anak ketiga nya menderita gizi kurang
karena tidak pernah membawa anaknya ke posyandu sejak lahir. Keluarga juga
belum mengetahui penyebab dan bagaimana upaya agar anaknya tersebut mau
makan nasi atau makanan pokok lainnya tidak hanya makanan ringan saja.
2) Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatannya karena belum mengetahui banyak tentang masalah penyakit yang
dialami An. F
3) Kemampuan keluarga melakukan perawatan
Keluarga belum mampu merawat keluarga yang menderita gizi buruk, karena
keluarga saja kebingungan karena anaknya susah disuruh untuk makan nasi dan
makanan pokok lainnya. Yang keluarganya ketahui hanya banyak makan
makanan ringan saja tanpa tahu makanan yang seimbang untuk An. F
4) Memodifikasi lingkungan
Lingkungan rumah Tn. D tampak bersih, lingkungan tidak ada barang tajam atau
membahayakan An. F
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan
Keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami oleh anaknya
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik
Tn. D Ny. E Nn. C An. W An. F
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid tyroid tyroid tyroid tyroid
Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas
tambahan, tambahan, tambahan, tambahan, tambahan,
detak detak detak detak detak
jantung jantung jantung jantung jantung
regular regular regular regular regular
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
varises dan varises dan varises dan varises dan varises dan
edema edema edema edema edema
Keluhan - - - - -
8. Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan/mahasiswa dapat memberikan
penjelasan dan informasi tentang kesehatan khususnya tentang gizi kurang mulai dari
upaya agar anak mau makan sampai gizi yang seimbang untuk anak, sehingga tidak
timbul masalah gizi kurang kembali. Dan keluarga berharap di hidup bahagia bersama
anggota keluarga dan semua anggota sehat.
9. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan
a. Defisit pengetahuan keluarga tentang gizi kurang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
No Kriteria skor Bobot hasil Pembenaran
Tinggi(3) 1 1
Cukup(2)
Rendah(1)
4 Menonjolnya masalah Masalah pada keluarga Tn. D
Masalah berat, harus harus segera ditangani, karena
pengetahuan di perlukan
segera di tangani(2) 1 1 1/2x1 = 1
sebagai dasar pembentukan
Ada masalah tetapi tidak perilaku pada keluarga Tn. D
perlu segera di tangani(1)
Masalah tidak
dirasakan(0)
TOTAL 4 1/3
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. F keluarga dari
Tn.D
Keluarga Tn. D
tampak kebingungan
dengan masalah yang
dialami anak nya
DO:
C. Perencanaan Keperawatan
Peran :
1. Clara Erika : Perawat
2. Desi Novica : Perawat
3. Ananda : Perawat
4. Tn. D : penanggungjawab pasien
5. Ny. I : Ibu pasien
6. An. F : pasien (yang ikut serta)
7. Keluarga : Ikut serta
Tn. D : Waalaikumsalam
Ny. I : Waalaikumsalam
Clara Erika : Mohon maaf pak jika mengganggu waktu nya, perkenal kan saya Clara
Erika dan ini teman saya Desi Novica dan Ananda, kami mahasiswa dari
STIKes Yarsi Pontianak pak, kami disini ingin melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada keluarga bapak, apakah boleh pak?
Tn. D : Oh iya boleh sekali mbak, dengan seang hati, silahkan masuk dulu..
Tibanya di dalam rumah Tn. D duduk bersama istrinya yaitu Ny. I dan ada juga anak An. F
Clara Erika : Mohon maaf ya pak/bu jika kami mengganggu waktu nya
Tn. D : iyaa mbak tidak apa - apa
Clara Erika : Di sini saya dan teman – teman saya ingin melakukan pengkajian terkait
kesehatan dengan keluarga bapak. Gunanya untuk mengetahui masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga Bapak dan Ibu.
Disini saya sendiri yang akan mewawancarai bapak dan ibu serta yang
akan memberikan penjelasan terkait kesehatan. Desi Novica yang akan
langsung melakukan pengkajian dan Ananda sebagai observer yang akan
mencatat semua kegiatan dari kunjungan kita pada hari ini. Waktunya itu
kurang lebih 20 – 30 menit, apakah bapak/ibu bersedia?
Ny. I : Silahkan mbak, dengan senang hati kami bersedia
Clara Erika : Baiklah pak, pertama tama boleh saya tau nama lengkap bapak dan ibu?
Tn. D : nama saya pak D dan ini istri saya Ibu I (sambil menoleh ke arah Ny. I)
Clara Erika : Baik,boleh saya tau pekerjaan bapak dan ibu?
Tn. D : Pekerjaan saya hanya buruh mbak, yang biasanya bekerja kadang juga
tidak
Ny. I : kalau saya bekerja di pabrik mbak, dekat sini juga pabrik nya, yaa sambil
– sambilan lah menjaga anak juga,,, hitung – hitung untuk membantu
suami saya meringankan beban nya sebagai kepala keluarga
Clara Erika : Alhamdulillah ibu masih sehat yaa untuk bekerja membantu bapak,
semoga rezeki ibu selalu di lancarkan Allah SWT.
Tn. D & Ny. I : Aamiin ya Allahh
Disini Clara Erika mengkaji data umum Tn. D dan keluarga seperti umur, tempat
tinggal, Pendidikan, tipe keluarga, agama, suku bangsa, status sosial ekonomi keluarga, dan
aktivitas rekreasi keluarg. Pengkajian selanjutnya :
Clara Erika : Baik bu, sebelum nya apakah bapak dan ibu memiliki riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes dan maag?
Ny.I : Alhamdulillah sampai sekarang kami sehat mbak, tidak ada penyakit
berat yang dialami
Clara Erika : baik, kalau boleh tau sekarang anak ibu berapa?
Ny.I : Anak saya sekarang 3 mbak, anak yang pertama itu umurnya 21 tahun
masih duduk di bangku kuliah, yang kedua itu umurnya 12 tahun yang
sekarang masih kelas 1 SMP dan yang ketiga umurnya 5 tahun yang insya
allah persiapan mau masuk sekolah
Clara Erika : sebelum nya ibu menggunakan KB apa?
Ny. I : Saya minum Pil KB Andalan mbak
Clara Erika :Apakah anak ibu sebelumnya pernah mengalami sakit?
Ny. I : kalau untuk sakit sih pasti pernah mbak, tapi kalau untuk yang sakit berat
alhamdulillah tidak, palingan cuman demam biasa, batuk dan pilek saja
Clara Erika : Dari ketiga anak ibu semua nya dari bayi hingga sekarang apakah sering .
di bawa ke posyandu bu?
Ny. I : Pernah mbak, tapi yaa jarang karena saya juga sibuk bekerja, hari libur
nya pun hanya sabtu dan minggu, itu pun posyandu juga tutup di sini
Clara Erika : Oooh begitu ya bu, untuk kelahiran anak ibu yang ketiga ini dimana bu?
Apakah ada mengalami kendala?
Ny. I : Alhamdulillah lancar mbak, tidak ada kendala, untuk tempatnya saya pas
bersalin itu di puskesmas, dan menggunakkan BPJS jadi tidak terlalu
mengeluarkan biaya terlalu banyak.
Clara Erika : Kalau untuk ASI apakah lancar bu?
Ny. I : ohh kalau untuk ASI nya saya hentikan sampai usia 3 bulan mbak,
setelah itu saya lanjutkan dengan susu formula, dengan alasan saya sudah
habis masa cuti bekerja dan akan melanjutkan kerja lagi, yaa maka nya
saya kasi susu formula aja, tapi jika sudah pulang bekerja saya selingi
dengan pemberian ASI,tapi setelah di kasi susu formula beberapa hari
anak saya jadi ketagihan mbak, dan sangat kurang sekali untuk ASI nya
dan setelah beberapa hari tidak minum ASI yaa jadi ketagihan la sampai
dia besar
Clara Erika : kalau untuk susu formula sampai usia berapa bu?
Ny. I : kalau untuk susu formula sampai sekarang anak saya masih minum susu
formula mbak, tidak mau stop dia, karena dia juga kurang makan mbak,
dia hanya mau makan makanan ringan dan kue – kue saja. Kalau untuk
makan nasi dan sayur- sayuran itu dia tidak mau. Makanya hingga
sekarang saya masih blm stopkan dia untuk minum susu formula karena
untuk menambah nutrisi juga
Clara Erika : ohh begitu yaa bu, apakah anak ibu sekarang ada di rumah? Kebetulan
saya disini juga akan fokus mengkaji masalah kesehatan anak ibu
Ny. I : iyaa ada mbak,sebentar ya saya panggil dulu
Ny. I pun memanggil anak nya untuk duduk dan bergabung bersama mahasiswa STIKes
Yarsi Pontianak. An. F pun datang dan duduk bersama kami
An. F pun mendekati sambil membawa wajah senang karna akan mendapatkan hadiah,
mahasiswa pun mulai melakukan pengkajian mulai dari mengukur tekanan darah, cek suhu,
nadi, berat badan, tinggi badan dan yang lainnya. Pengkajian pun selesai
Clara Erika : sudahh selesaii, yeayy adek dapat hadiah nih dari kakak2 nya karna
sudah berani di periksa (sambil mengeluarkan mainan dari tas nya)
An. F : yeaayy makasih kak (dengan wajah senang)
Clara Erika : sama – sama sayang
Setelah melakukan beberapa pengkajian dari wawancara sampai ke pemeriksaan perawat pun
menganalisa data – data nya,,,
Clara Erika : adekk kakak mau nanya nih adek suka makan apa
An. F : makan kue kak
Clara Erika : ohhh kue yaa, adek suka makan nasi nggak?
An.F : nggak sukaa, kan sudah minum susu setiap hari dan makan kue
Clara Erika : kok nggak sukaa kan baik lho untuk kesehatan adek apalagi jika di
tambah sayur dan ikan
An. F : emmm nggak mau
Clara Erika : okee, baik lah sebelum nya di sini bapak/ibu sudah tau belum apa itu gizi
kurang?
Tn.D & Ny.I : belum mbak
Clara Erika : naahh di sinii saya akan menjelaskan apa itu gizi kurang. Gizi kurang
kurang atau malnutrisi itu merupakan gangguan kesehatan yang terjadi
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, nahh
malnutrisi ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka
waktu yang lama. Tanda tubuh megalami kekurangan gizi pada tahap awal
tidak terlalu jelas, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa
tubuhnya mulai kekurangan gizi. Naahh untuk penanganan itu ada
beberapa cara bu, contohnya itu ada mengubah pola makan anak, misalnya
tadi anak ibu susah untuk makan makanan berat nahh ibu boleh tuh
tambahkan untuk pemberian suplemen yang mengandung nutrisi vitamin
dan karbohdrat sebagai pengganti makanan berat nya, atau pun ibu juga
bisa mengubah makanan menjadi unik agar anak tertarik dan mau makan,
boleh tuu setiap hari membuat makanan yang berbeda yang tidak
mengurangi komposisi nya agar tahap tumbuh kembang pada anak ibu
dapat terpenuhi sesuai masa pertumbuhannya. Mulailah dari sejak dini bu
untuk membiasakan anak makan makanan yang mengandung banyak
vitamin untuk catch – up growth atau tumbuh kejar pada anak ibu, ini
merupakan salah satu kesempatan anak ibu untuk memperbaiki status gizi
dari stunting menjadi normal dan kemampuan kognitifnya.
Ny. I : Ohh begitu yaa mbak, baiklah mbak mulai sekarang akan saya lakukan
saran mbak tadi
Clara Erika : baikk, satu lagi nii tambahan untuk adek nyaa, naahh adek harus makan
nasi dan sayur agar cepat gede seperti teman teman yang lain, kan katanya
adek mau cepat sekolah dan pintar yaa, nahh makan nasi dan sayur itu
baguss lhoo, bisa membuat adek lebih cepat besar nya dan lebih pintar
pasti nya biar bisa mainn bolaa, bisa jadi polisi ya kann
An. F : iyaa kak nanti adek coba makan nasi yaa biar cepat jadi polisi
Clara Erika : naahh pintarrr
Ny. I : Alhamdulillah adek ingin makan nasi dan sayur
Clara Erika : iyaa bu, baiklah bu sampai di sini apakah bapak/ibu ada yang ingin di
tanyakan terkait kesehatan?
Tn. D & Ny. I : seperti nya sudah tidak ada lagi mbak
Clara Erika : baiklah ibu, jika sudah tidak ada lagii, tidak terasa yaa selama wawancara
tadi sudah hampir 60 menit, nahh kalau begitu saya dan teman2 saya izin
pamit pak/bu, terima kasih atas kesempatan nya sudah memperbolehkan
saya berkunjung di sini, semoga pertemuan kita yang kurang lebih 60
menit tadi bermanfaat dan dapat dilaksanakan sehari – hari ya pak/bu
Tn. D : alhamdulillah iya mbak, sama – sama, saya juga ingin mengucapkan
terima kasih karna sudah memberikan informasi yang sangat bermanfaat
ini kepada kami
Clara Erika : iya pak sama – sama juga. Saya mohon maaf jika ada salah kata atau
salah perbuatan, Baik lah pak saya mau izin pamit dulu ya, semoga di lain
waktu kita dapat bertemu kembali sama bapak/ibu dan keluaga
Ny.I : iyaa mbak, semoga bertemu kembali
Perawat : baikk kami izin pamit yaa pak/bu Assalamualaikum wr. Wb
Tn. D & Ny. I : Waalaikumsalam wr. wb hati – hati ya mbakk
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan
atau kesehatan.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Rizma,
2016). Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya
dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
3. Rencana Kegiatan
1. Metode :Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu :Leaflet
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Desa Mega Timur
b. Hari/Tanggal : 21 Oktober 2021
4. Materi dan Pemateri : Clara Erika
5. Moderator : Elniati Sestia Ningsih
6. Fasilitator : Ananda
7. Observer : Desi Novica
8. Peserta : Orang tua anak
9. Waktu : 60 menit
4. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya
3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarka jawab
tujuan penyuluhan n keterangan
4. Menggali pengetahuan penyaji
peserta tentang materi yang 3. Menyampaik
akan disampaikan an
pengetahuan
tentang
materi yang
disampaikan
5. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Malang
2) Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3) Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi
yang berperan menghindari stunting (75%).
6. Setting Tempat
moderator Pemateri
Peserta
Fasilitator
Observer
7. Materi Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN
A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai
dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN,
2010).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang
dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis
yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan
keadaan sosial ekonomi.
B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya
kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi
gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and
Gillespie, 2011).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
a) Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
b) Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
c) Riwayat penyakit.
Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan
kematian.
a) Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
b) Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
c) Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya
tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian.
d) Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
e) Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit,
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan
merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri
berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy
yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu.
C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang,
yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.
3.1 Kesimpulan
a. Setelah memberikan asuhan keperawatan selama dua hari tertanggal 21 Oktober 2021
sampai dengan 22 Oktober 2021, penulis mendapat gambaran nyata pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga pada An. F di keluarga Tn. D dengan permasalahan Gizi
Kurang mulai dari pengkajian, analisis data, penegakan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi, sampai dengan evaluasi. Pada kasus An.F, ditegakkan
diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi An. F pada keluarga Tn. D kurang
dari kebutuhan tubuh, dengan penyebab ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
dan merawat anggota keluarga yang sakit. Dengan implementasi wujud dari
perencanaan yang disusun, diagnosis tersebut dapat diatasi.
b. Faktor pendukung dalam kasus ini adalah kemauan seluruh anggota keluarga untuk
memperbaiki status gizi An. F. Faktor penghambat berasal dari keluarga, berkaitan
dengan finansial keluarga Tn. D.
3.1 Saran
a. Bagi Keluarga Tn. D
Diharapkan keluarga dapat meneruskan asuhan pada An. F sesuai dengan anjuran
perawat agar status gizi An. F menjadi baik.
b. Bagi Perkembangan ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah wawasan bagi perawat khususnya di
tatanan pelayanan komunitas sehingga mutu perawatan dapat ditingkatkan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien gizi kurang dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC
Candra, A. (2013). Hubungan Underlying Factor dengan Kejadian Stunting Pada Anak 1 - 2
Tahun. Journal Of Nutrition and Health, Vol. 1, Nol.1. Diakses dari
https://www.ejournal.undip.ac.id (21 Oktober 2021)
Derpatemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013. Jakarta: Balitbangkes