Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

D KHUSUSNYA PADA
An. F YANG MENGALAMI STUNTING DI DESA
MEGA TIMUR

DOSEN PENGAMPUH :
Ns. Masmuri, M.Kep

DISUSUN OLEH:

Clara Erika (841191003)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PTODI DIII KEPERAWATAN
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia Pra
Sekolah Dengan Stunting” yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Keperawatan Keluarga di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yarsi Pontianak.

Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik
dan saran dari semua sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Dalam penelitian makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak
– pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini

Waalaikumsalam wr.wb

Pontianak, 16 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................1


1.2 Tujuan penulisan ..................................................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup Penulisan ...................................................................................................2
1.4 Metode Penulisan ................................................................................................................2
1.5 Sistematika Penulisan .........................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................4

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga ..................................................................................4


A. Pengertian Keluarga ........................................................................................................4
B. Fungsi Keluarga ..............................................................................................................5
C. Struktur Keluarga ............................................................................................................7
D. Tahan dan Perkembangan Keluarga ...............................................................................9
E. Struktur Peran Keluarga .................................................................................................10
F. Proses dan Strategi Koping Keluarga ............................................................................12
2.2 Konsep Masalah Kesehatan Stunting...................................................................................12
A. Pengertian Stunting ........................................................................................................12
B. Tanda Stunting ...............................................................................................................14
C. Klasifikasi Stunting........................................................................................................16
D. Penyebab Stunting .........................................................................................................19

BAB III TINJAUAN KASUS .........................................................................................................20

3.1 Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Masalah Stunting ......................................................20

BAB IV SCENARIO PELAKSANAAN ROLE PLAY ..................................................................29


BAB V PENUTUP ..........................................................................................................................34

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................................34


4.2 Saran ....................................................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................35


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sumber daya manusia yang berkualitas dipengaruhi oleh asupan gizi. Gizi
menjadi bagian penting dalam proses tumbuh kembang dan memilih hubungan yang erat
dengan kesehatan dan kecerdasan anak. Status gizi pada anak usia sekolah perlu
mendapat perhatian lebih, karena ketika status gizi anak bermasalah akan mengambat
pertumbuhan fisik, kognitif dan mental, serta akan menurunkan produktifitas kerja pada
masal dewasa. Kuantitas dan kualitas gizi yang baik akan berdampak positif terhadap
tumbuh kembang anak.
Anak pendek (stunting ) merupakan salah satu masalah gizi yang dihadapi dunia.
Stunting menjadi masalah gizi khususnya di Negara – Negara miskin dan berkembang
karena berhubungan dengan meningkatnya resiko terjadinya kesakitan dan kematian.
Keterlambatan perkembangan otak dan motoric, dan terhambatkanya pertumbuhan
mental. Oleh karena itu stunting merupakan predictor buruknya kualitas sumber daya
manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada perkembangan potensi suatu bangsa
(UNICEF, 2013).
Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan masalah gizi.
Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada masalah gizi ganda atau “double burden of
malnutrition”, dimana pada satu sisi masih harus berupaya keras untuk mengatasi
masalah gizi utama yaitu kekurangan gizi dan gizi pendek (stunting ), sementara di sisi
lain masalah kelebihan gizi mulai merangkak naik yang berujung pada peningkatan kasus
penyakit tidak menular dan degenerative pada keompok dewasa (Kemenkeks RI, 2018).
Status gizi pendek (stunting ) adalah bentuk dari kegagalan pertumbuhan (growth
faltering). Stunting disebabkan oleh malnutrisi asupan zan gizi kronis yang berlangsung
lama sejak masa kehamilan yang ditandai dengan tinggi badan kurang jika dibandingkan
dengan umur (Bloem et al, 2013; Hairunis, 2016). Indicator yang digunakan untuk
mengidentifikasi stunting adalah berdasarkan indeks tinggi badan menurun umur (TB/U)
menurut World Health Organization (WHO) child growth standart dengan kriteria
stunting jika nilai z-score TB/U < -2 Standard Deviasi (SD) Picauly et al, 2013; Mucha et
al, 2013).
Prevelansi stunting di dunia mengalami penurunan. Hasil penelitian UNICEF –
World Health Organization (WHO0 pada tahun 2017 jumlah balita 4 dan anak yang
mengalami stunting sebesar 22,2% atau sekitar 150,8 juta. Jumlah prevelansi stunting di
dunia lebih dari setengah berasal dari Asia (55%) sedangkan lebih dari sepertiganya
(39%) berasal dari Afrika. Sementara itu, dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia Tengah
(0,9%). Angka ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan angka stunting
dunia pada tahun 2000 yaitu 32,6% dengan angka batasan stunting suatu Negara sebesar
20% (World Health Organization, 2017)

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar pembaca, khusunya mahasiswa/i dapat
mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia
Pra Sekolah dengan Stunting
2. Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah menjelaskan :
a. Asuhan Keperawatan Keluarga
b. Konsep Masalah Kesehatan
c. Pembahasan Kasus Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia Pra Sekolah
dengan Stunting.

1.3 Metode Penulisan


Dalam Menyusun makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
dengan menggambarkan asuhan keperawatan keluarga tahap perkembangan pra sekolah
dengan masalah stunting dengan literatur yang diperoleh dari buku buku perpustakaan,
internet, dan diskusi kelompok.
1.4 Ruang Lingkup Penulisan
Pada Makalah ini, Penyusun membatasi ruang lingkup penulisan yaitu asuhan
keperawatan keluarga tahap perkembangan pra sekolah dengan masalah stunting.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematikan penulisan dari makalah ini adalah
BAB I pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Ruang Lingkup Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II Tinjauan Pustaka terdiri dari konsep dasar keperawatan keluarga sesuai tahap
perkembangan
BAB III Asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan
intervensi keperawatan.
BAB IV scenario pelaksanaan role play
BAB V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


A. Pengertian Keluarga
Keluuarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena
hubungan darah, huubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
satu rumah tangga. Berinteraksi satu sama lain didalam perannya masing – masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan
lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Ali,
2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan sekumpulan
orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,kelahiran yang bertujuan
menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan social dari tiap anggota.Keluarga merupakan aspek
terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota
keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi
antara individu dan masyarakat (Harmoko. 2012).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa definisi keluarga adalah sekelompok
orang yang terikat oleh pernikahan, darah dan adopsi dan tinggal dalam satu rumah

B. Fungsi keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi
menjadi 5 yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi utama anak-anak yang bertujuan menjadikananak-anak
anggota masyarakat yang produktif dan memberikan status anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk
keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber daya ekonomi yang memadai dan alokasi yang efektif.
e. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik - makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, 2010)

C. Struktur keluarga
Struktur struktur keluarga Oleh Friedman (2010) digambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan dengan
jujur,terbuka, melibatkan emosi, resolusi konflik dan hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakni mengemukakan pesan secara jelas dan
berkualitas serta meminta dan menerima umpan balik dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila tertutup, adanya isu
atau berita negatife tidak berfokus pada satu hal, dan selalu mengulang isu dan
pendapat sendiri. Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi dan komunikasi tidak sesuai. Penerima
pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif (bersifat negative), terjadi
miskomunikasi, dan kurang atau tidak valid.
1) Karakteristik pemberi pesan
a) Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
c) Selalu meminta dan menerima timbal balik
2) Karakteristik pendengar
a) Siap mendengarkan
b) Memberi umpan balik
c) Melakukan validasi
b. Struktur peran
Struktur peran adalah rangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi social
yang diberikan. Jadi pada struktur peran bias bersifat formal atau informal.
Posisi/status adalah posisi individu dalam masyarakat misal status sebagai
istri/suami.
c. Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (lengimate power), ditiru
(referent power), keahlian (ekper power), hadiah (reward power), paksa (coercive
power) dan efektif power.
d. Struktur nilai dan norma
Struktur nilai dan norma Nilai adalah system ide – ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola
perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu, lingkungan keluarga, dan
lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
1) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara atau tidak dapat
mempersatukan anggota keluarga
2) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai
dalam keluarga.
3) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah (Friedman, 2010).

D. Tahap dan Perkembangan Keluarga


a. Tahap Ketiga Keluarga Dengan Anak Pra-Sekolah (families with preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi dengan kebutuhan dan minat anak –
anak sangat bergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktu
mereka sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami istri, dan pekerjaan
(punya waktu//paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga
dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan
perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan menguatkan kerja sama antar suami
istri. Orang tua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan anak pada
fase ini tercapai.
Tuigas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi dan
rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar keluarga
( keluarga lain di lingkungan sekitar ).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling repot).

Tugas utama dari keluarga adalah mensosialisasikan anak. Anak – anak usia
prasekolah mengembangkan sikap diri sendiri (konsep diri) dan secara cepat
belajar mengekspresikan diri mereka, seperti tampak menangkap kemampuan
bahasa secara cepat (Ali, 2010).

Tugas lain pada masa ini adalah menyangkut bagaimana mengintregasikan


anggota keluarga yang baru (anak kedua dan ketiga) sementara masih memenuhi
kebutuhan anak yang lebih tua. Penggeseran seorang anak oleh bayi baru lahir
secara pskologis merupakan kejadian traumatic. Persiapan anak – anak menjelang
kelahiran seorang bayi akan membantu memperbaiki situasi, khususnya jika orang
tua sensitive dengan perasaan dan tingkah laku anak lebih tua. Persaingan
dikalangan kakak – adik biasanya diungkapkan dengan memukul atau
berhubungan negative dengan bayi, tingkah laku regresif, atau melakukan
kegiatan – kegiatan yang menarik perhatian.

Cara terbaik menangani persaingan kakak – adik adalah dengan meluangkan


waktu setiap hari untuk berhubungan lebih erat dengan anak yang lebih tua,untuk
meyakinkan bahwa ia masih dicintai dan dikehendaki (Ali, 2010)

Ketika anak mencapai usia pra sekolah, orang tua mulai belajar berpisah dengan
anak – anaknya ketika mereka mulai masuk ke kelompok bermain, tempat
penitipan anak, atau TK. Tahap ini terus berlangsung selama usia pra sekolah
sampai memasuki usia sekolah. Berpisah seringkali sulit bagi orang tua dan
mereka perlu mendapatkan dukungan dan penjelasan tentang bagaimana
penguasaan tugas – tugas perklembangan anak usia pra sekolah, memberikan
kontribusi untuk semakin meningkatkan ekonomi mereka. Berpisah dari orang tua
juga dirasa sulit oleh anak – anak usia prasekolah. Pisah dapat terjadi karena
orang tua pergi bekerja, ke rumah sakit, melakukan perjalanan atau berlibur.
Persiapan keluarga untuk berpisah dengan anak sangat penting dalam membantu
anak menyesuaikan diri dengan perubahan. Kedua orang tua perlu memiliki
kesenangan dan kontak di luar rumah untuk mengawetmudakan mereka, sehingga
mereka dapat melaksanakan berbagai tugas dan tanggungjawab dirumah (Ali,
2010).

E. Struktur Peran Keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relative
homogeny dibatasi secara normative dan diharapkan dari seseorang yang menempati
posisi social yang diberikan. Peran berdasarkan pada pengharapan atau penetapan
peran yang membatasi apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi
tertentu agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi atau
status didefinisikan sebagai letak seseorang dalam suatu system social.
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat didefinisikan menjadi dua yaitu:
a. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran ekisplisit yang terkandung dalam struktur
perasn keluarga (ayah-suami dil). Yang terkait dengan masing – masing posisi
keluargaformal adalah peran terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih
homogeny. Keluarga membagi peran pada anggota keluarganya dengan cara
serupa dengan cara masyarakat membagi perannya: berdasarkan pada seberapa
pentingnya performa peran terhadap berfungsinya system tersebut. Beberapa
peran membutuhkan keterampilan atau kemampuan khususnya : peran yang lain
kurang kompleks dan dapat diberikkan kepada mereka yang kurang terampil atau
jumlah kekuasaannya paling sedikit.
b. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada
permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional anggota keluarga
dan'atau memelihara keseimbangan keluarga Keberadaan peran informal
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari kelompok
keluarga.

F. Proses dan Strategi Koping Keluarga


Proses dan Strategi koping Keluarga Menurut Friedman (2010) Proses dan
strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang
memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif,
sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat.
Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang
mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga yang
diperlukan.

2.2 Konsep Masalah Kesehatan Stunting


A. Pengertian Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan
anak dari WHO. Stunting disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu
cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak
berusia dua tahun. (Kemenkes RI,2018)
Balita pendek (stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau
TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil pengukuran
tersebut berada pada ambang batas (Z – Score) < - 2 SD sampai dengan -3 SD
(pendek/stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/severely stunted). Stunting adalah
perawakan pendek yang timbul akibat malnutrisi yang lama (Candra, 2013). Menurut
Millenium Challenge Account – Indonesia, stunting adalah masalah kurang gizi
kronis yang disebabkan oleh asupan gizi kurang dalam waktu cukup lama akibat
pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai
janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak,
menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat
dewasa. Kemampuan kognitif pada penderita juga berkurang, sehingga
mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi indonesia.
Stunting yang telah terjadi bila tidak diimbangi dengan catch – up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting
merupakan kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko
kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental.
Stunting dibentuk oleh growth faltering dan catcth – up drowth yang tidak memadai
yang mencerminkan ketidakmampuan untuk mencapai pertumbuhan optimal, hal
tersebut mengungkapkan bahwa kelompok balita yang lahir dengan berat badan
normal dapat mengalami stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak
terpenuhi dengan baik.

B. Tanda stunting
Menurut Kementrian desa, 2017 dampak buruk yang ditimbulkan akibat stunting
antara lain:
1. Anak akan mudah mengalami sakit.
2. Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.
3. Kemampuan kognitif berkurang.
4. Saat tua berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan.
5. Fungsi tubuh tidak seimbang.
6. Mengakibatkan kerugian ekonomi.
C. Klasifikasi Stunting
Menurut Direkatorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Penilaian
status gizi balita yang paling sering dilakukan adalah dengan cara penilaian
antropometri. Secara umum antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Beberapa indeks antropoometri yang sering digunakan adalah
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB) yang dinyatakan dengan standar deviasi unit z (Z –
score). Stunring dapat diketahui bila seseorang balita sudah ditimbang berat badannya
dan diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan
hasilnya berada dibawah normal. Jadi secara fisik balita akan lebih pendek
dibandingkan balita seumurnya.
Penghitungan ini menggunakan standar Z score dari WHO. Normal, pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut
Umur (PB/U) atau Vinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan
istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) (Nailis, 2016).
Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator tinggi badan per umur
(TB/U) .
I. Sangat pendek : Zscore < - 3,0
II. Pendek : Zscore < - 2,0 s.d Zscore ≥ - 3,0
III. Normal : Zscore ≥ - 2,0 13

Dan dibawah ini merupakan klasifikasi status gizi stunting berdasarkan indikator
TB/U dan BB/TB.

I. Pendek – kurus : -Zscore TB/U < - 2,0 dan Zscore BB/TB < - 2,0
II. Pendek – normal : Z-score TB/U < - 2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0s/d 2,0
III. Pendek – gemuk : Z-score ≥-2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
D. Penyebab Stunting
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya keadaan stunting pada anak. Faktor
– faktor tersebut dapat berasal dari diri anak itu sendiri maupun dari luar diri anak
tersebut. Faktor penyebab stunting adalah asupan gizi dan adanya penyakit infeksi
sedangkan penyebab tidak langsung adalah pola asuh, pelayanan kesehatan,
ketersediaan pangan, faktor budaya, ekonomi dan masih banyak lagi faktor lainnya
(Bappenas R.I, 2013).
1. Faktor langsung
a) Asupan gizi balita
1) Kebutuhan gizi adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan
asupan zat gizi yang lebih banyak dari kebutuhan seperti gizi lebih,
obesitas atau kegemukan.
2) Gizi baik adalah suatu keadaan yang muncul akibat pemenuhan asupan
gizi yang sesuai dengan kebutuhan
3) Kekurangan gizi adalah seuatuu keadaan yang muncul akibat pemenuhan
asupan gizi yang lebih sedikit dari kebutuhan sepertigizi kurang dan
buruk, pendek, kurus dan sangat kurus (Depkes R.I, 2008).

Asupan gizi yang adekuat sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan tubuh balita. Masa krisis ini merupakan masa saat balita akan
mengalami tumbuh kembang dan tumbuh kejar. Balita yang mengalami
kekurangan gizi sebelumnya masih dapat diperbaiki dengan asupan yang baik
sehingga dapat melakukan tumbuh kejar sesuai dengan perkembangannya.
Namun apabila intervensinya terlambat balita tidak akan dapat mengejar
keterlambatan pertumbuhannya yang disebut dengan gagal tumbuh. Begitu
pula dengan balita yang normal kemungkinan terjadi gangguan pertumbuhan
bila asupan yang diterima tidak mencukupi. Dalam penelitian yang
menganalisis hasil Riskesdes menyatakan bahwa konsumsi energi balita
berpengaruh terhadap kejadian balita pendek, selain itu pada level rumah
tangga konsumsi energi rumah tangga di bawah rata – rata merupakan
penyebab terjadinya anak balita pendek.
Dalam upaya penanganan masalah stunting ini, khususnya untuk bayi dan
anak telah dikembangkan standar emas makanan bayi dalam pemenuhan
kebutuhan gizinya yaitu:

i. Inisiasi Menyusui Dini (IMD), yang harus dilakukan sesegera


mungkin setelah melahirkan.
ii. Memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan tanpa
pemberian makanan dan minuman tambahan lainnya.
iii. Pemberian makanan pendamping ASI yang berasal dari makanan
keluarga, diberkan tepat waktu mulai bayi berusia 6 bulan.
iv. Pemberian ASI diteruskan sampai anak berusia 2 tahun (Bappenas R.I,
2013)

Asupan gizi yang sesuai dengan kebutuhan akan membantu pertumbuhan


dan perkembangan anak. Sebaliknya asupan gizi yang kurang dapat
menyebabkan kekurangan gizi salah satunya dapat menyebabkan stunting.

b) Penyakit Infeksi
Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung stunting,
kaitan antara penyakit infeksi dengan pemenuhan asupan gizi tidak dapat
dipisahkan. Adanya penyakit infeksi akan memperburuk keadaan bila terjadi
kekurangan asupan gizi. Anak balita dengan kurang gizi akan lebih mudah
terkena penyakit infeksi. Penyakit infeksi akan ikut menambah kebutuhan
akan zat gizi untuk membantu perlawanan terhadap penyakit ini sendiri.
Pemenuhan zat gizi yang sudah sesuai dengan kebutuhan namun penyakit
infeksi yang diderita tidak tertangani akan tidak dapat memperbaiki status
kesehatan dan status gizi anak balita. Untuk itu penanganan terhadap penyakit
infeksi yang diderita sedini mungkin akan membantu perbaikan gizi dengan
diimbangi pemenuhan asupan yang sesuai dengan kebutuhan anak balita.
Penyakit infeksi yang sering diderita balita seperti cacingan, indeksi saluran
pernafasan atas (ISPA), diare dan infeksi lainnya sangat erat hubungannya
dengan status mutu pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi, kualitas
lingkungan hidup dan perilaku sehat.
Ada beberapa penelitian tentang hubungan penyakit infeksi dengan stunting
yang menyatakan bahwa diare merupakan salah satu faktor risiko kejadian
stunting pada anak usia dibawah 5 tahun.
2. Faktor tidak langsung
a) Ketersediaan Pangan
Akses pangan pada rumah tangga adalah kondisi penguasaan sumberdaya
(sosial, teknologi, finansial/keuangan, alam, dan manusia) yang cukup untuk
memperoleh dan/atau ditukarkan untuk memenuhi kecukupan pangan,
termasuk kecukupan pangan dirumah tangga. Masalah ketersediaan ini tidak
hanya terkait masalah daya beli namun juga pada pendistribusian dan
keberadaan pangan itu sendiri, sedangkan pola konsumsi pangan merupakan
susunan makanan yang biasa dimakan mencangkup jenis dan jumlah frekuensi
dan jangka waktu tertentu. Aksebilitas pangan yang rendah berakibat pada
kurangnya pemenuhan konsumsi yang beragam, bergizi, seimbang dan
nyaman di tingkat keluarga sehingga berdampak pada semakin beratnya
masalah kurang gizi masyarakat (Bappenas R.I, 2013).
Ketersediaan pangan merupakan faktor penyebab kejadian stunting.
Ketersediaan pangan di rumah tangga dipengaruhi oleh pendapatan keluarga,
pendapatan keluarga yang lebih rendah dan biaya yang digunakan untuk
pengeluaran pangan yang lebih rendah merupakan beberapa ciri rumah tangga
dengan anak pendek. Penelitian di Semarang Timur juga menyatakan bahwa
pendapatan perkapital yang rendah merupakan faktor risiko kejadian stunting
(Naskhah dan Margawati, 2012).
b) Status Gizi ibu Saat Hamil
Status gizi ibu saat hamil dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor tersebut
dapat terjadi sebelum kehamilan maupun selama kehamilan. Beberapa
indikator pengukuran seperti:
i. Kadar hemoglobin (Hb), yang menunjukkan gambaran kadar Hb
dalam darah untuk menentukan anemia atau tidak
ii. Lingkar Lengan Atas (LILA) yaitu gambaran pemenuhan gizi masa
lalu dari ibu untuk menentukan KEK atau tidak.
iii. Hasil pengukuran berat badan untuk menentukan kenaikan berat badan
selama hamil yang dibandingkan dengan IMT ibu sebelum hamil
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. D KHUSUSNYA PADA An. F
YANG MENGALAMI STUNTING DI DESAMEGA TIMUR

Hari : Selasa, 19 Oktober 2021


Tempat : Jl. Selat Panjang, Desa Mega Timur, Kec.Sui Ambawang RT/RW
003/004 Kabupaten Kubu Raya, KALBAR
Oleh : Clara Erika
Sumber data :Keluarga, Lingkungan Fisik
Metode :Wawancara, Observasi

A. Pengkajian
1. Data umum
a. Pasien
Nama pasien : An. F
Umur : 5 Tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
b. Penanggung jawab/keluarga
Nama : Tn. D
Umur : 48 Tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Desa Mega Timur
Hubungan dengan pasien : Ayah
Status perkawinan : Kawin
Daftar Anggota Keluarga:
No Nama umur agama L/P Hub.dg pendidikan pekerjaan ket
KK
1 Tn. D 48 th islam KK SLTP Buruh

2 Ny. I 40 th islam Istri SLTP Pabrik

3 Nn. C 21 th islam Anak SMK -

4 An. W 12 th islam Anak - -

5 An. F 5 th islam anak - -

c. Status sosial ekonomi keluarga


Tn. D bekerja sebagai buruh dan Ny. I bekerja di sebuah pabrik dengan penghasilan
yang kurang lebih Rp.1.500.000,- tiap bulannya. Keluarga menganggap kebutuhan
belum bisa terpenuhi dengan penghasilan tiap bulannya untuk kebutuhan sehari – hari
dan menyekolahkan anakknya.
d. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga tidak mempunyai jadwal rekreasi. Keluarga jarang berlibur keluar rumah
tetapi setiap malam keluarga Tn. D selalu menyempatkan untuk makan bersama.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. D memiliki 1 istri dan 3 orang anak. Anak pertama bernama Nn. C
berusia 21 tahun, anak kedua bernama An. W yang berusia 12 tahun dan anak ketiga
bernama An. F yang berusia 5 tahun. Maka keluarga Tn. D berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah dan pra sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tn. D memiliki 3 orang anak . anak yang ke 3 mengalami susah makan. An. F hanya
mau makan makanan ringan dan masih minum susu formula sehingga susah untuk
makan nasi. Ny. I juga mengatakan tidak pernah membawa anak nya ke posyandu
untuk pemeriksaan setiap bulan.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. D tidak memiliki penyakit apapun, dan istrinya Ny. I tidak memiliki riwayat
penyakit. Anak pertama Nn. C tidak mempunyai riwayat sakit berat. Sakit yang
diderita Nn. C biasa hanya demam, batuk, pilek. Gizi kurang yang dialami anak ke
tiga dari Tn. D dan Ny. I belum di ketahui oleh keuarga hingga sekarang, keluarga
mengatakan belum mengetahui banyak tentang penyakit yang dialami An. F
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. D ayah nya sudah meninggal karena memiliki riwayat penyakit
paru – paru dan dalam keluarga Ny. I ayah nya memiliki riwayat penyakit hipertensi.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Kesehatan keluarga
An. Y lahir dengan berat 2800 gram, An. Y berhennti minum ASI sejak usia 3
bulan karena masa cuti Ny.I telah berakhir dan harus melanjutkan bekerja. An.Y
kemudian meminum susu formula hingga saat ini. Tubuh An. F terlihat pendek
untuk usia 5 tahun. Anggota keluarga yang lain tidak memiliki riwayat penyakit
2) Kebiasaan minum obat
Tidak ada kebiasaan minum obat pada Keluarga Tn. AA karena tidak ada anggota
keluarga yang sedang sakit.
3) Kebiasaan memeriksakan diri.
Keluarga Tn. AA setiap sakit berobat ke Puskesmas Mantrijeron dengan biaya
ditanggung BPJS.

3. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang memiliki type 45 dan mempunyai 1 lantai yang terdiri dari : ruang
tamu, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 toilet dan dapur, jumlah jendela ada 8 dan
terdapat ventilasi di depan. Jarak antara jamban dan sumber air sekitar 7 m.
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga Tn. D belum pernah berpindah – pindah rumah. Lingkungan tempat tinggal
berdekatan dengan jalan besar yang dilewati oleh kendaraan umum. Alat transportasi
yang digunakan adalah motor dan terkadang berjalan kaki jika berpergian dengan
jarak yang dekat. Jarak dengan tempat pelayanan kesehatan (puskesmas atau dokter
sekitar rumah) kurang lebih 5 km.
c. Perkumpulan kerluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga memiliki waktu untuk berkumpul dimana untuk mempertahankan hubungan
yang harmonis dengan anggota keluarga. Setiap malam kleuarga Tn. D selalu
menyempatkan waktu untukk makan malam bersama. Biasa nya setiap hari sabtu dan
minggu keluarga Ny. I selalu membawa An. F bermain di luar rumah dengan teman
sebaya nya, Ny. I sangat dekat dengan tetangga sebelah rumah.
d. Sistem pendukung keluarga
Pendukung keluarga adalah adik, kakak, dan juga saudara – saudara yang selalu
memeberi dukungan berupa semangat saat menjalankan aktivitas.
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang digunakan adalah secara verbal dengan menggunakan bahasa
melayu dan bahasa indonesia. Komunikasi menggunakan dua arah dan anggota
keluarga selalu menghormati orang yang sedang berbicara dalam artian jika ada orang
yang sedang berbicara maka yang lain mendengarkan tidak boleh memotong
pembicaraan tersebut.
b. Struktur kekuatan keluarga
Dalam keluarga Tn. D yang mengambil keputusan adalah Tn D selaku kepala rumah
tangga. Akan tetapi jika ada masalah selalu dibicarakan terlebih dahulu kepada
istrinya.
c. Struktur peran
Tn. D berperan sebagai kepala keluarga. Ny. I juga berperan sebagai ibu rumah
tangga. Biasanya Ny. I bekerja mengurus segala kebutuhan suami dan ketiga anaknya
mulai dari memasak, mencuci dan mengasuh anak nya yang ke tiga, setelah itu baru
pergi bekerja sebagai buruh pabrik.
d. Nilai dan norma keluarga
Di dalam keluarga tidak ada nilai maupun norma yang bertentangan dengan
kesehatan. Keluarga menganggap kesehatan itu sangatlah penting.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Tn. D memupakan keluarga yang menyenangkan meskipun hidup dalam keadaan
ekonomi yang pas – pasan. Ny. I dan kedua anaknya yang selalu menghormati dan
menyayangi mereka. Tn. D selalu mengajarkan kepada anaknya untuk menghormati
orang yang lebih tua dan saling mernyayangi satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keuarga Tn. D mengatakan bahwa cara menanammkan interaksi sosial pada anaknya
dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan menganjurkan anaknya berpartisipasi
dalam lingkungan sekitar, misalnya jika di RW mereka selalu ada perlombaan Tn. D
selalu menganjurkan anaknya untuk mengikuti lomba tersebut.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Keluarga tidak mengetahui jika ada anggota keluarga yang menderita gizi kurang.
Tn. D dan Ny. I tidak mengetahui bahwa anak ketiga nya menderita gizi kurang
karena tidak pernah membawa anaknya ke posyandu sejak lahir. Keluarga juga
belum mengetahui penyebab dan bagaimana upaya agar anaknya tersebut mau
makan nasi atau makanan pokok lainnya tidak hanya makanan ringan saja.
2) Kemampuan keluarga untuk mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatan.
Keluarga belum mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
kesehatannya karena belum mengetahui banyak tentang masalah penyakit yang
dialami An. F
3) Kemampuan keluarga melakukan perawatan
Keluarga belum mampu merawat keluarga yang menderita gizi buruk, karena
keluarga saja kebingungan karena anaknya susah disuruh untuk makan nasi dan
makanan pokok lainnya. Yang keluarganya ketahui hanya banyak makan
makanan ringan saja tanpa tahu makanan yang seimbang untuk An. F
4) Memodifikasi lingkungan
Lingkungan rumah Tn. D tampak bersih, lingkungan tidak ada barang tajam atau
membahayakan An. F
5) Kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan
Keluarga kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dialami oleh anaknya

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Untuk saat ini Ny. I sering merasa kebingungan jika anaknya tidak mau makan nasi
hal ini terkadang mengganggu aktivitas sehari – hari sebagai ibu rumah tangga
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Ny. I mengatakan bahwa terkadang dirinya selelalu memikirkan masalahnya sampai
berlarut – larut dalam arti dia adalah orang yang sulit mrngambil keputusan dan
terlalu cemas
c. Strategi koping yang digunakan
Koping yang digunakan jika ada masalah dengan cara meminta pendapat dari
suaminya atau keluarga nya
d. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam beradaptasi dengan masalah yang ada keluarga menggunakan adaptasi yang
positif. Karena keluarga menyadari jika menggunakan kekerasan dalam
menyelesaikan masalah tidak akan dapat menyelesaikan masalah justru akan semakin
berlarut – larut dan semakin rumit.

7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Nama Anggota Keluarga
Fisik
Tn. D Ny. E Nn. C An. W An. F

TD 130/80 110/70 120/80 110/80 100/80


mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg

N 80x/menit 85 x/menit 90 x/menit 85 x/menit 90 x/menit

RR 18 x/menit 20 x/menit 24 x/menit 20 x/menit 25 x/menit

BB 62kg 65kg 50kg 40kg 14,5kg


TB 160cm 150cm 153cm 155cm 85cm

Rambut Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih

Konjungtiva Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


anemis anemis anemis anemis anemis

Sklera Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


ikterik ikterik ikterik ikterik ikterik

Hidung Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih

Telinga Bersih Bersih Bersih Bersih Bersih

Mulut Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa Mukosa


bibir lembab bibir lembab bibir lembab bibir lembab bibir lembab

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar kelenjar
tyroid tyroid tyroid tyroid tyroid

Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas suara nafas
tambahan, tambahan, tambahan, tambahan, tambahan,
detak detak detak detak detak
jantung jantung jantung jantung jantung
regular regular regular regular regular

Abdomen Simetris Simetris Simetris Simetris Simetris


tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan

Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
varises dan varises dan varises dan varises dan varises dan
edema edema edema edema edema

Kulit Sawo Sawo Sawo Sawo Sawo


matang matang matang matang matang

Turgor kulit Baik Baik Baik Baik Baik

Keluhan - - - - -
8. Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan/mahasiswa dapat memberikan
penjelasan dan informasi tentang kesehatan khususnya tentang gizi kurang mulai dari
upaya agar anak mau makan sampai gizi yang seimbang untuk anak, sehingga tidak
timbul masalah gizi kurang kembali. Dan keluarga berharap di hidup bahagia bersama
anggota keluarga dan semua anggota sehat.
9. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan
a. Defisit pengetahuan keluarga tentang gizi kurang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan
No Kriteria skor Bobot hasil Pembenaran

1 Sifat masalah 3/3x1 = 1 Masalah defisit pengetahuan


 Tidak/kurang sehat (3) keluarga mengenai gizi kurang
dan cara penanganan nya.
 Ancaman kesehatan (2) 3 1
Gejala yang mendukung adalah
 Krisis atau keadaan adalah keluarga mengatakan
tidak tahu tentang apa itu gizi
sejahtera(1)
kurang dan keluarga juga
mengatakan bingung tentang
apa yang harus dilakukan pada
anak mengenai pertumbuhan
dan perkembangannya

2 Kemungkinan masalah dapat 2/2x2 = 2 Masalah dapat di ubah dengan


di ubah pemberian penyuluhan tentang
gizi kurang dan pertumbuhan
 Dengan mudah(2) 2 2
serta perkembangan pada anak
 Hanya sebagian(1) usia 5 tahun
 Tidak dapat di ubah(0)
3 Potensial masalah dapat di 1/3x1 = 1/3 Latar belakang pendidikan
cegah keluarga yaitu SLTP

 Tinggi(3) 1 1
 Cukup(2)
 Rendah(1)
4 Menonjolnya masalah Masalah pada keluarga Tn. D
 Masalah berat, harus harus segera ditangani, karena
pengetahuan di perlukan
segera di tangani(2) 1 1 1/2x1 = 1
sebagai dasar pembentukan
 Ada masalah tetapi tidak perilaku pada keluarga Tn. D
perlu segera di tangani(1)
 Masalah tidak
dirasakan(0)
TOTAL 4 1/3

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. F keluarga dari
Tn.D

No Kriteria skor Bobot hasil Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 = 2/3 Masalah ketidakseimbangan


 Tidak/kurang sehat (3) nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh pada An. F keluarga dari
 Ancaman kesehatan (2) 2 1
Tn. D gejala yang mendukung
 Krisis atau keadaan An. F adalah susah untuk
makan makanan berat
sejahtera(1)
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2x2 = 2 Masalah dapat di ubah dengan
di ubah tindakan keperawatan, dan
mengubah perilaku ibu tentang
 Dengan mudah(2) 2 2
cara pemberian makanan,
 Hanya sebagian(1) penyuluhan tentang cara
menyediakan menu seimbang.
 Tidak dapat di ubah(0)
3 Potensial masalah dapat di 2/3x1= 2/3 Masalah ketidakseimbangan
cegah nutrisi sudah terjadi dan tidak
membutuhkan banyak waktu
 Tinggi(3) 2 1
untuk menyeimbangkannya.
 Cukup(2)
 Rendah(1)
4 Menonjolnya masalah Keluarga mengatakan belum
pernah membawa An. F ke
 Masalah berat, harus 2/2x1 = 1 puskesmas atau posyandu
segera di tangani(2)
 Ada masalah tetapi tidak 2 1
perlu segera di tangani(1)
 Masalah tidak
dirasakan(0)
TOTAL 4 1/3

B. Rumusan Diagnosa Keperawatan Keuarga

Data Penyebab Masalah/Diagnosa

DS: Kurangnya terpapar informasi Defisit pengetahuan keluarga


tentang gizi kurang dan tentang gizi kurang ditandai
 Ny. I mengatakan tidak
tumbuh kembang pada anak dengan keluarga mengatakan
mengetahui gizi
usia 5 tahun bahwa keluarga tidak
kurang pada anak usia
mengetahui tentang apa yang
5 tahun
terjadi pada kesehatan dan
 Keluarga mengatakan
Keluarga tampak kebingungan menangani masalah yang
tidak mengetahui cara
tentang masalah kesehatan terjadi
mengatasi masalah
anaknya
kesehatan yang dialami
anaknya
 Ny. I mengatakan tidak Defisiensi pengetahuan
pernah membawa anak
nya ke posyandu sejak
lahir Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah
DO:

 Keluarga Tn. D
tampak kebingungan
dengan masalah yang
dialami anak nya

DS: Nutrisi kurang dari kebutuhan Ketidakseimbangan nutrisi


tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
 Ny. I mengatakan An.
pada An. F keluarga dari Tn.
F susah untuk makan
D
 Ny. A mengatakan
Ketidakmampuan keluarga
anaknya hanya mau
dalam merawat anggota yang
makan makanan ringan
sakit
dan jajanan

DO:

 An. F tampak lebih


pendek dari anak
seusia nya
 TB : 85cm
 BB : 14,5 kg

C. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi rasional

1 Defisit Setelah dilakukan Respon 1. Diskusikan 1. Informasi


pengetahuan 1x60 menit verbal dengan menggunakan
keluarga tentang pertemuan, keluarga media diberikan
gizi kurang keluarga mampu apa yang agar keluarga
ditandai dengan mengenal masalah diketahui bisa lebih
keluarga masalah gizi keluarga memahami
mengatakan bahwa kurang dengan mengenai tentang apa yang
keluarga tidak kriteria hasil : pengertian disampaikan
mengetahui tentang gizi 2. Keluarga dapat
 Menyebutkan
apa yang terjadi 2. Berikan menyampaikan
definisi gizi
pada kesehatan dan informasi atau bertanya
kurang
menangani masalah kepada mengenai apa
yang terjadi  Mengetahui keluarga yang mereka
tanda dan gejala mengenai khawatirkan
gizi kurang pengertian 3. Keluarga dapat
 Menyebutkan gizi dengan lebih memahami
penyebab menggunak tentang materi
timbulnya an media yang
masalah gizi leaflet dan disampaikan
kurang laptop
 Mengidentifikas 3. Berikan
i anggota kesempatan
keluarga yang kepada
mengalami gizi keluarga
kurang untuk
bertanya
tentang
materi yang
disampaika
n
4. Berikan
penjelasan
ulang
tentang
materi yang
belum di
mengerti
5. Berikan
reinforceme
nt positif
atas usaha
keluarga
6. Tanyakan
anggota
kepada
keluarga
apakah ada
anggota
keluarga
yang yang
mempunyai
tanda dan
gejala tubuh
kekurangan
gizi
2 Ketidakseimbangan setelah 1x60 Respon 1. Diskusikan 1. Dapat mengetahui
nutrisi kurang dari menit pertemuan verbal bersama pengetahuan
keluarga mampu keluarga apa keluarga mengenai
kebutuhan tubuh
mengambil yang keterlambatan
pada An. F keputusan dalam diketahui pertumbuhan dan
keluarga dari Tn.D merawat anggota keluarga perkembangan
keluarga yang mengenai anak.
mengalami gizi keterlambata 2. Dapat
kurang dengan n mempermudah
kriteria hasil: petumbuhan pemahaman bagi
dan keluarga sehingga
 Menyebutkan
perkembang tersampainya
akibat gizi
an balita informasi akan
kurang
sesuai lebih efektif
 Pengambilan
usianya 3. Dapat
keputusan
2. Berikan memberikan
untuk
informasi kesempatan
mengatasi
kepada kepada keluarga
anggota
keluarga untuk mengetahui
keluarga yang
mengenai materi yang belum
mengalami gizi
pertumbuha dimengerti
kurang
n dan
perkembang
an pada
anak dengan
menggunaka
n mmedia
leaflet
3. Motivasi
keluarga
untuk
mengulang
materi yang
sudah
dijelaskan
BAB IV
ROLE PLAY ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP PERKEMBANGAN
PRA SEKOLAH DENGAN MASALAH STUNTING

Peran :
1. Clara Erika : Perawat
2. Desi Novica : Perawat
3. Ananda : Perawat
4. Tn. D : penanggungjawab pasien
5. Ny. I : Ibu pasien
6. An. F : pasien (yang ikut serta)
7. Keluarga : Ikut serta

Beberapa Mahasiswa STIKes Yarsi Pontianak melakukan kunjungan ke Desa


Mega Timur untuk memenuhi tugas praktek Keperawatan Keluarga. Terdapat 3 orang
mahasiswa yaitu Clara Erika, Desi Novica dan Ananda melakukan kunjungan ke rumah Tn.
D. karena salah satu mahasiswa mendapatkan informasi bahwa ada beberapa keluarga di
DesaMega Timur yang salah satu anggota keluarganya yang mengalami gizi kurang.
Mahasiswa tersebut berfokus kepada Tn. D.

Tibalah saat kunjungan ke rumah Tn. D

Perawat : Assalamualaikum pak

Tn. D : Waalaikumsalam

Ny. I : Waalaikumsalam

Clara Erika : Mohon maaf pak jika mengganggu waktu nya, perkenal kan saya Clara
Erika dan ini teman saya Desi Novica dan Ananda, kami mahasiswa dari
STIKes Yarsi Pontianak pak, kami disini ingin melakukan pemeriksaan
kesehatan kepada keluarga bapak, apakah boleh pak?

Tn. D : Oh iya boleh sekali mbak, dengan seang hati, silahkan masuk dulu..

Tibanya di dalam rumah Tn. D duduk bersama istrinya yaitu Ny. I dan ada juga anak An. F
Clara Erika : Mohon maaf ya pak/bu jika kami mengganggu waktu nya
Tn. D : iyaa mbak tidak apa - apa
Clara Erika : Di sini saya dan teman – teman saya ingin melakukan pengkajian terkait
kesehatan dengan keluarga bapak. Gunanya untuk mengetahui masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga Bapak dan Ibu.
Disini saya sendiri yang akan mewawancarai bapak dan ibu serta yang
akan memberikan penjelasan terkait kesehatan. Desi Novica yang akan
langsung melakukan pengkajian dan Ananda sebagai observer yang akan
mencatat semua kegiatan dari kunjungan kita pada hari ini. Waktunya itu
kurang lebih 20 – 30 menit, apakah bapak/ibu bersedia?
Ny. I : Silahkan mbak, dengan senang hati kami bersedia
Clara Erika : Baiklah pak, pertama tama boleh saya tau nama lengkap bapak dan ibu?
Tn. D : nama saya pak D dan ini istri saya Ibu I (sambil menoleh ke arah Ny. I)
Clara Erika : Baik,boleh saya tau pekerjaan bapak dan ibu?
Tn. D : Pekerjaan saya hanya buruh mbak, yang biasanya bekerja kadang juga
tidak
Ny. I : kalau saya bekerja di pabrik mbak, dekat sini juga pabrik nya, yaa sambil
– sambilan lah menjaga anak juga,,, hitung – hitung untuk membantu
suami saya meringankan beban nya sebagai kepala keluarga
Clara Erika : Alhamdulillah ibu masih sehat yaa untuk bekerja membantu bapak,
semoga rezeki ibu selalu di lancarkan Allah SWT.
Tn. D & Ny. I : Aamiin ya Allahh

Disini Clara Erika mengkaji data umum Tn. D dan keluarga seperti umur, tempat
tinggal, Pendidikan, tipe keluarga, agama, suku bangsa, status sosial ekonomi keluarga, dan
aktivitas rekreasi keluarg. Pengkajian selanjutnya :

Clara Erika : Baik bu, sebelum nya apakah bapak dan ibu memiliki riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes dan maag?
Ny.I : Alhamdulillah sampai sekarang kami sehat mbak, tidak ada penyakit
berat yang dialami
Clara Erika : baik, kalau boleh tau sekarang anak ibu berapa?
Ny.I : Anak saya sekarang 3 mbak, anak yang pertama itu umurnya 21 tahun
masih duduk di bangku kuliah, yang kedua itu umurnya 12 tahun yang
sekarang masih kelas 1 SMP dan yang ketiga umurnya 5 tahun yang insya
allah persiapan mau masuk sekolah
Clara Erika : sebelum nya ibu menggunakan KB apa?
Ny. I : Saya minum Pil KB Andalan mbak
Clara Erika :Apakah anak ibu sebelumnya pernah mengalami sakit?
Ny. I : kalau untuk sakit sih pasti pernah mbak, tapi kalau untuk yang sakit berat
alhamdulillah tidak, palingan cuman demam biasa, batuk dan pilek saja
Clara Erika : Dari ketiga anak ibu semua nya dari bayi hingga sekarang apakah sering .
di bawa ke posyandu bu?
Ny. I : Pernah mbak, tapi yaa jarang karena saya juga sibuk bekerja, hari libur
nya pun hanya sabtu dan minggu, itu pun posyandu juga tutup di sini
Clara Erika : Oooh begitu ya bu, untuk kelahiran anak ibu yang ketiga ini dimana bu?
Apakah ada mengalami kendala?
Ny. I : Alhamdulillah lancar mbak, tidak ada kendala, untuk tempatnya saya pas
bersalin itu di puskesmas, dan menggunakkan BPJS jadi tidak terlalu
mengeluarkan biaya terlalu banyak.
Clara Erika : Kalau untuk ASI apakah lancar bu?
Ny. I : ohh kalau untuk ASI nya saya hentikan sampai usia 3 bulan mbak,
setelah itu saya lanjutkan dengan susu formula, dengan alasan saya sudah
habis masa cuti bekerja dan akan melanjutkan kerja lagi, yaa maka nya
saya kasi susu formula aja, tapi jika sudah pulang bekerja saya selingi
dengan pemberian ASI,tapi setelah di kasi susu formula beberapa hari
anak saya jadi ketagihan mbak, dan sangat kurang sekali untuk ASI nya
dan setelah beberapa hari tidak minum ASI yaa jadi ketagihan la sampai
dia besar
Clara Erika : kalau untuk susu formula sampai usia berapa bu?
Ny. I : kalau untuk susu formula sampai sekarang anak saya masih minum susu
formula mbak, tidak mau stop dia, karena dia juga kurang makan mbak,
dia hanya mau makan makanan ringan dan kue – kue saja. Kalau untuk
makan nasi dan sayur- sayuran itu dia tidak mau. Makanya hingga
sekarang saya masih blm stopkan dia untuk minum susu formula karena
untuk menambah nutrisi juga
Clara Erika : ohh begitu yaa bu, apakah anak ibu sekarang ada di rumah? Kebetulan
saya disini juga akan fokus mengkaji masalah kesehatan anak ibu
Ny. I : iyaa ada mbak,sebentar ya saya panggil dulu

Ny. I pun memanggil anak nya untuk duduk dan bergabung bersama mahasiswa STIKes
Yarsi Pontianak. An. F pun datang dan duduk bersama kami

Clara Erika : Halooo adekk


An. F : iyaa kakak
Clara Erika : kakak – kakak mau tau niih nama adek siapa?
An. F : nama saya F ka
Clara Erika : kalau umur nya berapa sekarang?
An. F : emmmm berapa ma? (sambil menoleh ke arah mama nya)
Ny. I : 5 tahun (ucap Ny. I berbisik kepada anak nya)
AN. F : 5 tahun kak
Clara Erika : berarti adek sudah mau masuk sekolah yaa?
An. F : iyaa kak aku mau sekolah yeeaayyyy
Clara Erika : yeaayy, kalau sekarang kk mau periksa adek boleh nggak? Nanti kk ada
hadiah lhoo
An. F : mau kak mauuuu
Clara Erika : oalah semangat sekali adek nya, siniii sinii duduk dekat kakak

An. F pun mendekati sambil membawa wajah senang karna akan mendapatkan hadiah,
mahasiswa pun mulai melakukan pengkajian mulai dari mengukur tekanan darah, cek suhu,
nadi, berat badan, tinggi badan dan yang lainnya. Pengkajian pun selesai
Clara Erika : sudahh selesaii, yeayy adek dapat hadiah nih dari kakak2 nya karna
sudah berani di periksa (sambil mengeluarkan mainan dari tas nya)
An. F : yeaayy makasih kak (dengan wajah senang)
Clara Erika : sama – sama sayang

Setelah melakukan beberapa pengkajian dari wawancara sampai ke pemeriksaan perawat pun
menganalisa data – data nya,,,

Clara Erika : adekk kakak mau nanya nih adek suka makan apa
An. F : makan kue kak
Clara Erika : ohhh kue yaa, adek suka makan nasi nggak?
An.F : nggak sukaa, kan sudah minum susu setiap hari dan makan kue
Clara Erika : kok nggak sukaa kan baik lho untuk kesehatan adek apalagi jika di
tambah sayur dan ikan
An. F : emmm nggak mau
Clara Erika : okee, baik lah sebelum nya di sini bapak/ibu sudah tau belum apa itu gizi
kurang?
Tn.D & Ny.I : belum mbak
Clara Erika : naahh di sinii saya akan menjelaskan apa itu gizi kurang. Gizi kurang
kurang atau malnutrisi itu merupakan gangguan kesehatan yang terjadi
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, nahh
malnutrisi ini bisa terjadi karena tubuh kekurangan gizi dalam jangka
waktu yang lama. Tanda tubuh megalami kekurangan gizi pada tahap awal
tidak terlalu jelas, sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa
tubuhnya mulai kekurangan gizi. Naahh untuk penanganan itu ada
beberapa cara bu, contohnya itu ada mengubah pola makan anak, misalnya
tadi anak ibu susah untuk makan makanan berat nahh ibu boleh tuh
tambahkan untuk pemberian suplemen yang mengandung nutrisi vitamin
dan karbohdrat sebagai pengganti makanan berat nya, atau pun ibu juga
bisa mengubah makanan menjadi unik agar anak tertarik dan mau makan,
boleh tuu setiap hari membuat makanan yang berbeda yang tidak
mengurangi komposisi nya agar tahap tumbuh kembang pada anak ibu
dapat terpenuhi sesuai masa pertumbuhannya. Mulailah dari sejak dini bu
untuk membiasakan anak makan makanan yang mengandung banyak
vitamin untuk catch – up growth atau tumbuh kejar pada anak ibu, ini
merupakan salah satu kesempatan anak ibu untuk memperbaiki status gizi
dari stunting menjadi normal dan kemampuan kognitifnya.
Ny. I : Ohh begitu yaa mbak, baiklah mbak mulai sekarang akan saya lakukan
saran mbak tadi
Clara Erika : baikk, satu lagi nii tambahan untuk adek nyaa, naahh adek harus makan
nasi dan sayur agar cepat gede seperti teman teman yang lain, kan katanya
adek mau cepat sekolah dan pintar yaa, nahh makan nasi dan sayur itu
baguss lhoo, bisa membuat adek lebih cepat besar nya dan lebih pintar
pasti nya biar bisa mainn bolaa, bisa jadi polisi ya kann
An. F : iyaa kak nanti adek coba makan nasi yaa biar cepat jadi polisi
Clara Erika : naahh pintarrr
Ny. I : Alhamdulillah adek ingin makan nasi dan sayur
Clara Erika : iyaa bu, baiklah bu sampai di sini apakah bapak/ibu ada yang ingin di
tanyakan terkait kesehatan?
Tn. D & Ny. I : seperti nya sudah tidak ada lagi mbak
Clara Erika : baiklah ibu, jika sudah tidak ada lagii, tidak terasa yaa selama wawancara
tadi sudah hampir 60 menit, nahh kalau begitu saya dan teman2 saya izin
pamit pak/bu, terima kasih atas kesempatan nya sudah memperbolehkan
saya berkunjung di sini, semoga pertemuan kita yang kurang lebih 60
menit tadi bermanfaat dan dapat dilaksanakan sehari – hari ya pak/bu
Tn. D : alhamdulillah iya mbak, sama – sama, saya juga ingin mengucapkan
terima kasih karna sudah memberikan informasi yang sangat bermanfaat
ini kepada kami
Clara Erika : iya pak sama – sama juga. Saya mohon maaf jika ada salah kata atau
salah perbuatan, Baik lah pak saya mau izin pamit dulu ya, semoga di lain
waktu kita dapat bertemu kembali sama bapak/ibu dan keluaga
Ny.I : iyaa mbak, semoga bertemu kembali
Perawat : baikk kami izin pamit yaa pak/bu Assalamualaikum wr. Wb
Tn. D & Ny. I : Waalaikumsalam wr. wb hati – hati ya mbakk
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Materi penyuluhan :Pencegahan stunting


Pokok bahasan :Pencegahan stunting
Sasaran :Orang tua anak
Hari/ Tanggal : 19 Oktober 2021
Waktu : 30 menit
Tempat : Desa Mega Timur

1. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan tubuh
yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi
badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan dimana
tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek
dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya.
Stunted adalah tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai
dengan terlambatnya pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam
mencapai tinggi badan yang normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai
indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan
atau kesehatan.
Sekitar 8,8 juta anak Indonesia menderita stunting (tubuh pendek) karena kurang gizi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 mencatat angka kejadian stunting nasional
mencapai 37,2 persen. Angka ini meningkat dari 2010 sebesar 35,6 persen (Rizma,
2016). Oleh karena itu dalam hal ini diperlukan upaya pencegahan stunting salah satunya
dengan penyuluhan bagaimana cara mencegah stunting diberikan pada orangtua anak.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan orangtua anak dapat mengetahui dan
memahami bagaimana mencegah stunting.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan keluarga pasien dapat
mengetahui tentang:
1) Defenisi Stunting
2) Penyebab stunting
3) Dampak stuntig
4) Cara mencegah stunting
5) Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)

3. Rencana Kegiatan
1. Metode :Ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
2. Media dan Alat Bantu :Leaflet
3. Tempat dan Waktu
a. Tempat Kegiatan : Desa Mega Timur
b. Hari/Tanggal : 21 Oktober 2021
4. Materi dan Pemateri : Clara Erika
5. Moderator : Elniati Sestia Ningsih
6. Fasilitator : Ananda
7. Observer : Desi Novica
8. Peserta : Orang tua anak
9. Waktu : 60 menit
4. Kegiatan Penyuluhan

Tahap
Kegiatan perawat Kegiatan klien Media
Kegiatan
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menjawab 1. Ceramah
( 5 menit) 2. Memperkenalkan diri salam 2. Tanya
3. Menjelaskan maksud dan 2. Mendengarka jawab
tujuan penyuluhan n keterangan
4. Menggali pengetahuan penyaji
peserta tentang materi yang 3. Menyampaik
akan disampaikan an
pengetahuan
tentang
materi yang
disampaikan

Penyajian 1. Defenisi Stunting - Memperhat 1. Ceramah


dan diskusi 2. Penyebab stunting ikan 2. Tanya
( 30 menit) 3. Dampak stuntig - Mendengar jawab
4. Cara mencegah stunting kan 3. Leaflet
5. Zat Gizi Mikro yang keterangan
Berperan untuk penyaji
Menghindari Stunting
(Pendek)
Penutup 1. Mengevaluasi atau Peserta menjawab Tanya jawab
(5 menit) menanyakan kembali pertanyaan,
materi yang telah memperhatikan
disampaikan pada peserta dan menjawab
2. Menyimpulkan kembali salam
materi yang telah
disampaikan
3. Memberi salam penutup

5. Kriteria Evaluasi
1) Evaluasi terstruktur
a) Adanya koordinasi antara pemateri, peserta penyuluhan dan panitia
penyelenggara selama acara penyuluhan berlangsung.
b) Persiapan acara penyuluhan dapat dilakukan dengan baik, misalnya dalam
penyiapan kursi, absensi dan leaflet.
c) Sebelum penyuluhan telah dilakukan perjanjian penyuluhan dengan pihak
Poltekkes Kemenkes Malang
2) Evaluasi proses
a) Peserta aktif mendengarkan dan menyimak acara penyuluhan
b) Peserta aktif bertanya topik yang dibahas pada sesi tanya jawab.
c) Peserta mampu merespon pertanyaan yang diberikan pemateri..
3) Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan dengan benar
melalui pertanyaan lisan meliputi pengertian stunting, cara mencegahnya, dan zat gizi
yang berperan menghindari stunting (75%).
6. Setting Tempat

moderator Pemateri

Peserta
Fasilitator

Observer

7. Materi Penyuluhan

MATERI PENYULUHAN

A. Defenisi Stunting
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai
dengan ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting (tubuh pendek) adalah keadaan
tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional. Stunting adalah keadaan
dimana tinggi badan berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih
pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunted adalah
tinggi badan yang kurang menurut umur (<-2SD), ditandai dengan terlambatnya
pertumbuhan anak yang mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tinggi badan yang
normal dan sehat sesuai usia anak. Stunted merupakan kekurangan gizi kronis atau
kegagalan pertumbuhan dimasa lalu dan digunakan sebagai indikator jangka panjang
untuk gizi kurang pada anak.
Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur
yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan
dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai
dan atau kesehatan. Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai
potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit (ACC/SCN,
2010).
Stunting didefinisikan sebagai indikator status gizi TB/U sama dengan atau kurang
dari minus dua standar deviasi (-2 SD) dibawah rata-rata standar atau keadaan dimana
tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak – anak lain seusianya (MCN,
2009) (WHO, 2006). Ini adalah indikator kesehatan anak yang kekurangan gizi kronis
yang memberikan gambaran gizi pada masa lalu dan yang dipengaruhi lingkungan dan
keadaan sosial ekonomi.

B. Penyebab Stunting
Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses
kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus
kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang
peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung
yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil
dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation
(IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya
kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya
kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi
gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted (Allen and
Gillespie, 2011).
Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti
yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor
tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab
stunting yaitu sebagai berikut :
a) Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air).
b) Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR),
c) Riwayat penyakit.

Lancet “Maternal and Child Nutrition” Series tahun 2004 memuat satu konsep
model faktor-faktor yang menyebabkan kekurangan gizi, kecacatan atau disability dan
kematian.
a) Dalam diagram tersebut terlihat bahwa kekurangan gizi kronis atau pendek lebih
dipengaruhi oleh faktor gangguan pertumbuhan pada masa janin, kekurangan
asupan zat gizi mikro dan kekurangan asupan energy dan protein.
b) Sementara itu gizi kurang akut yang sering disebut gizi kurang atau kurus lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tidak cukupnya asupan gizi terutama kalori dan
protein dan infeksi penyakit.
c) Tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu merupakan salah satu penyebabnya
tingginya infeksi pada bayi yang mengakibatkan kekurangan gizi akut dan
kematian.
d) Kekurangan gizi mikro disamping menyebabkan kekurangan gizi kronis juga
menyebabkan disability, yang meningkatkan risiko kematian
e) Faktor-faktor kemiskinan, sosial budaya dan politik, meningkatnya infeksi penyakit,
ketahanan pangan dan tidak optimalnya cakupan dan kualitas pelayanan merupakan
merupakan faktor yang secara bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri
berpengaruh pada keadaan gizi ibu hamil, kekurangan gizi mikro, asupan energy
yang rendah dan tidak optimalnya pemberian Air Susu Ibu.

C. Dampak Stunting
Stunting dapat mengakibatkan penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi
belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan sekolah. Bila mencari pekerjaan,
peluang gagal tes wawancara pekerjaan menjadi besar dan tidak mendapat pekerjaan
yang baik, yang berakibat penghasilan rendah (economic productivity hypothesis) dan
tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan. Karena itu anak yang menderita stunting
berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada kecerdasan,
produktivitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban
negara. Selain itu dari aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan
kelihatan lebih menarik dari yang tubuhnya pendek.
Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka
kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Gagal tumbuh yang terjadi
akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat buruk pada kehidupan
berikutnya dan sulit diperbaiki.
Masalah stunting menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu panjang,
yaitu kurang energi dan protein, juga beberapa zat gizi mikro.

D. Cara Mencegah Stunting


1. Mencegah Stunting pada Balita
Berbagai upaya telah kita lakukan dalam mencegah dan menangani masalah
gizi di masyarakat. Memang ada hasilnya, tetapi kita masih harus bekerja keras
untuk menurunkan prevalensi balita pendek sebesar 2,9% agar target MD’s tahun
2014 tercapai yang berdampak pada turunnya prevalensi gizi kurang pada balita kita.
Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh bersamaan dengan
bertambahnya umur, namun pertambahan tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Jika terjadi gangguan pertumbuhan tinggi
badan pada balita, maka untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan optimalnya
masih bisa diupayakan, sedangkan anak usia sekolah sampai remaja relatif kecil
kemungkinannya. Maka peluang besar untuk mencegah stunting dilakukan sedini
mungkin. dengan mencegah faktor resiko gizi kurang baik pada remaja putri, wanita
usia subur (WUS), ibu hamil maupun pada balita. Selain itu, menangani balita yang
dengan tinggi dan berat badan rendah yang beresiko terjadi stunting, serta terhadap
balita yang telah stunting agar tidak semakin berat.
Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam
kandungan dengan cara melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil,
artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan makanan yang cukup gizi, mendapatkan
suplementasi zat gizi (tablet Fe), dan terpantau kesehatannya. Selain itu setiap bayi
baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan (eksklusif) dan setelah
umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan
kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi, juga diberi suplementasi
zat gizi berupa kapsul vitamin A. Kejadian stunting pada balita yang bersifat kronis
seharusnya dapat dipantau dan dicegah apabila pemantauan pertumbuhan balita
dilaksanakan secara rutin dan benar. Memantau pertumbuhan balita di posyandu
merupakan upaya yang sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan
pertumbuhan, sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya balita stunting.
Bersama dengan sektor lain meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan dan
penyediaan sarana prasarana dan akses keluarga terhadap sumber air terlindung,
serta pemukiman yang layak. Juga meningkatkan akses keluarga terhadap daya beli
pangan dan biaya berobat bila sakit melalui penyediaan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan.
Peningkatan pendidikan ayah dan ibu yang berdampak pada pengetahuan dan
kemampuan dalam penerapan kesehatan dan gizi keluarganya, sehingga anak berada
dalam keadaan status gizi yang baik. Mempermudah akses keluarga terhadap
informasi dan penyediaan informasi tentang kesehatan dan gizi anak yang mudah
dimengerti dan dilaksanakan oleh setiap keluarga juga merupakan cara yang efektif
dalam mencegah terjadinya balita stunting.
2. Penanggulangan dan pencegahan Stunting pada Bayi
a. Penanggulangan stunting pada pertumbuhan bayi
Penanggulangan stunting yang paling efektif dilakukan pada seribu hari
pertama kehidupan, yaitu:
1) Pada ibu hamil
Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam
mengatasi stunting. Ibu hamil perlu mendapat makanan yang baik, sehingga
apabila ibu hamil dalam keadaan sangat kurus atau telah mengalami
KurangEnergiKronis (KEK), maka perlu diberikan makanan tambahan
kepada ibu hamil tersebut. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah
darah, minimal 90 tablet selama kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga
agar ibu tidak mengalami sakit.
2) Pada saat bayi lahir
Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Bayi sampai dengan usia 6 bulan
diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).
3) Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun
Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI). Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau
lebih. Bay)i dan anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, imunisasi
dasar lengkap.
3) Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.
b. Pencegahan stunting pada pertumbuhan bayi
1) Kebutuhan gizi masa hamil
Pada Seorang wanita dewasa yang sedang hamil, kebutuhan gizinya
dipergunakan untuk kegiatan rutin dalam proses metabolisme tubuh, aktivitas
fisik, serta menjaga keseimbangan segala proses dalam tubuh. Di samping
proses yang rutin juga diperlukan energi dan gizi tambahan untuk
pembentukan jaringan baru, yaitu janin, plasenta, uterus serta kelenjar
mamae. Ibu hamil dianjurkan makan secukupnya saja, bervariasi sehingga
kebutuhan akan aneka macam zat gizi bisa terpenuhi. Makanan yang
diperlukan untuk pertumbuhan adalah makanan yang mengandung zat
pertumbuhan atau pembangun yaitu protein, selama itu juga perlu tambahan
vitamin dan mineral untuk membantu proses pertumbuhan itu.
2) Kebutuhan Gizi Ibu saat Menyusui
Jumlah makanan untuk ibu yang sedang menyusui lebih besar dibanding
dengan ibu hamil, akan tetapi kualitasnya tetap sama. Pada ibu menyusui
diharapkan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berenergi tinggi,
seperti diisarankan untuk minum susu sapi, yang bermanfaat untuk mencegah
kerusakan gigi serta tulang. Susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium dan
flour dalam ASI. Jika kekurangan unsur ini maka terjadi pembongkaran dari
jaringan (deposit) dalam tubuh tadi, akibatnya ibu akan mengalami kerusakan
gigi. Kadar air dalam ASI sekitr 88 gr %. Maka ibu yang sedang menyusui
dianjurkan untuk minum sebanyak 2–2,5 liter (8-10 gelas) air sehari, di
samping bisa juga ditambah dengan minum air buah.
3) Kebutuhan Gizi Bayi 0 – 12 bulan
Pada usia 0 – 6 bulan sebaiknya bayi cukup diberi Air Susu Ibu (ASI).
ASI adalah makanan terbaik bagi bayi mulai dari lahir sampai kurang lebih
umur 6 bulan. Menyusui sebaiknya dilakukan sesegara mungkin setelah
melahirkan. Pada usia ini sebaiknya bayi disusui selama minimal 20 menit
pada masing-masing payudara hingga payudara benar-benar kosong. Apabila
hal ini dilakukan tanpa membatasi waktu dan frekuensi menyusui,maka
payudara akan memproduksi ASI sebanyak 800 ml bahkan hingga 1,5 – 2
liter perhari.
4) Kebutuhan Gizi Anak 1 – 2 tahun
Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat tetapi
perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan
sekitar dengan cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya.
Namun pada usia ini anak juga mulai sering mengalami gangguan kesehatan
dan rentan terhadap penyakit infeks seperti ISPA dan diare sehingga anak
butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal.
Pada usia ini ASI tetap diberikan. Pada masa ini berikan juga makanan
keluarga secara bertahap sesuai kemampuan anak. Variasi makanan harus
diperhatikan. Makanan yang diberikan tidak menggunakan penyedap, bumbu
yang tajam, zat pengawet dan pewarna. dari asi karena saat ini hanya asi yang
terbaik untuk buah hati anda tanpa efek samping
E. Zat Gizi Mikro yang Berperan untuk Menghindari Stunting (Pendek)
a. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan
darah dan kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium antara lain : ikan teri
kering, belut, susu, keju, kacang-kacangan.
b. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid dimana hormon tiroid
mengatur metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga
penting untuk mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium
: ikan laut, udang, dan kerang.
c. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi
kekebalan dan pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan
sumber zink : hati, kerang, telur dan kacang-kacangan.
d. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi antara lain: hati, telur, ikan, kacang-
kacangan, sayuran hijau dan buah-buahan.
e. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan
sel, memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat
antara lain : bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
BAB V
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Setelah memberikan asuhan keperawatan selama dua hari tertanggal 21 Oktober 2021
sampai dengan 22 Oktober 2021, penulis mendapat gambaran nyata pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga pada An. F di keluarga Tn. D dengan permasalahan Gizi
Kurang mulai dari pengkajian, analisis data, penegakan diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi, sampai dengan evaluasi. Pada kasus An.F, ditegakkan
diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi An. F pada keluarga Tn. D kurang
dari kebutuhan tubuh, dengan penyebab ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
dan merawat anggota keluarga yang sakit. Dengan implementasi wujud dari
perencanaan yang disusun, diagnosis tersebut dapat diatasi.
b. Faktor pendukung dalam kasus ini adalah kemauan seluruh anggota keluarga untuk
memperbaiki status gizi An. F. Faktor penghambat berasal dari keluarga, berkaitan
dengan finansial keluarga Tn. D.
3.1 Saran
a. Bagi Keluarga Tn. D
Diharapkan keluarga dapat meneruskan asuhan pada An. F sesuai dengan anjuran
perawat agar status gizi An. F menjadi baik.
b. Bagi Perkembangan ilmu pengetahuan
Diharapkan hasil studi kasus ini dapat menambah wawasan bagi perawat khususnya di
tatanan pelayanan komunitas sehingga mutu perawatan dapat ditingkatkan.
c. Bagi Penulis
Diharapkan penulis selanjutnya dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga pada
pasien gizi kurang dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Ali, 2010. Konsep dukungan keluarga. Jakarta: salemba medika

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta:EGC

Candra, A. (2013). Hubungan Underlying Factor dengan Kejadian Stunting Pada Anak 1 - 2
Tahun. Journal Of Nutrition and Health, Vol. 1, Nol.1. Diakses dari
https://www.ejournal.undip.ac.id (21 Oktober 2021)

Derpatemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Riset Kesehatan Dasar tahun
2013. Jakarta: Balitbangkes

Anda mungkin juga menyukai