Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP LANSIA

PADA Ny. I DENGAN NYERI SENDI

DI DESA MEGA TIMUR

DOSEN PENGAMPU :

Ns Masmuri,M.Kep

DISUSUN OLEH :

Clara Erika (841191005)

PRODI D-III KEPERAWATAN SEMESTER V

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH

SAKIT ISLAM (YARSI) PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2020/2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga dengan tahap usia lanjut merupakan tahap perkembangan dari
keluarga yang merupakan tahap akhir dari sebuah tahapan keluarga. Pada tahap ini
menurut Duvall dan Millter 1985 adalah tahap terakhir siklus kehidupan keluarga di
mulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan
lain meninggal. Pada tahap perkembangan keluarga usia lanjut proses lanjut usia dan
pensiun merupakan realita yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan
kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurun produktivitas dan fungsi kesehatan. Untuk memenuhi tugas –
tugas perkembangan keluarga usia lanjut keluarga harus mampu beradaptasi
menghadapi stressor tersebut (Friedman, 1998).
Keluarga pada tahap ini harus mampu memenuhi tugas – tugas
perkembangan dalam keluarga yaitu mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan,
mempertahankan ikatan keluarga antar generasi, meneruskan untuk memahami
eksistensi usia lanjut. Lansia merupakan kelompok umur yang memerlukan perhatian
lebih, karena telah mengalami berbagai kemunduran baik fungsi fisik maupun
psikologisnya. Termasuk pada kemunduran pada sistem musculoskeletal diantara
tulang, persendian, otot-otot pada lansia. Penurunan pada masa tulang dapat
disebabkan karena ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal dan resorbsi tulang.
Efek dari penurunan masa tulang adalah tulang menjadi lemah, lunak dan dapat
tertekan serta tulang berbatang panjang kurang dapat menahan sehingga
mengakibatkan fraktur (Maryam, 2008).
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan
makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga
usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu
tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada
kaitanya dengan timbulnya beberapa golongan nyeri sendi. Yang sering dialami
pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
nyeri sendi (fitriani, 2009).
Setiap orang, apalagi lansia (lanjut usia), tentu pernah merasakan nyeri
selama perjalanan hidupnya. Perasaan ini kualitas dan kuantitasnya berbeda dari
satu orang ke orang lain, tergantung dari tempat nyeri, waktu, penyebab dan lain-
lain. Pada lansia rasa nyeri ini sudah menurun, sehingga keluhan akan
berkurang, karena kepekaan sarafnya sudah mulai berkurang bahkan bisa sampai
hilang sama sekali. Karena berkurangnya rasa nyeri inilah maka diagnosis nyeri
pada lansia sering kali sulit atau bahkan kabur untuk menentukan tempat/daerah
asal nyeri (Warfields, 1991).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008,
prevalensi nyeri sendi di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini
menunjukan bahwa rasa nyeri sendi sudah cukup mengganggu aktivitas sangat
padat di daerah perkotaan seperti mengendarai kendaraan di tengah arus
kemacetan, duduk selama berjam-jam tanpa gerakan tubuh yang berati, tuntutan
untuk tampil menarik dan prima, kurangya porsi berolahraga, serta faktor
bertambahnya usia.
Perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, sebagai pendidik kesehatan dan sebagai fasilitator agar
pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat dengan mudah dapat
menampung permasalahan yang di hadapi keluarga serta membantu mencarikan
jalan pemecahnya, misalnya mengajarkan kepada keluarga untuk mencegah agar
tidak terjadi penyakit nyeri sendi. Peran klien dan keluarga lebih difokuskan untuk
menjalankan lima tugas keluarga tersebut adalah mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan kepada
anggota keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan
masyarakat (Friedman, 1998).
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga
tahap perkembangan lansia dengan nyeri sendi pada Ny. S
Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep lansia
b. Mengetahui konsep keluarga
c. Memahami Asuhan Keperawatan Keluarga pada tahap perkembangan lansia
pada Ny. S
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2. 1 Konsep Dasar Keluarga


A. Pengertian Keluarga
Ada beberapa Pengertian Keluarga, diantaranya :
Menurut Departemen Kesehatan ( 1988 ), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
(Sudiharto, 2007. hal : 22).
Menurut Friedman ( 1998 ), keluarga adalah dua atau lebih individu yang
tergabung karena ikatan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan
melakukan pendekatan emosional, serta mengidentifikasi diri mereka sebagai
bagian dari keluarga ( Sudiharto, 2007. hal : 22 ).
Menurut BKKBN ( 1999 ), keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. ( Sudiharto, 2007. hal : 23 ).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang
atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional
yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Definisi
ini memasukkan juga keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah
tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga-
keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan homoseks, keluarga-keluarga dengan
orang tua tunggal.
B. Tipe Keluarga
Tipe / bentuk keluarga menurut Sudiharto ( 2007 ) dalam buku Asuhan
keperawatan keluarga dengan pendekatan keperawatan transkultural, adalah
sebagai berikut:
1. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga Berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Singel Family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi ( Composite Family) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga Kabitas (Cahabitation Family) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

C. Peran keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
1. Peran formal
Peran formal adalah peran yang nampak jelas dan bersifat eksplisit yaitu
peran berdasarkan posisi setiap kandungan struktur peran keluarga, yaitu :
a) Peranan ayah : sebagai suami dan ayah dari anak-anak berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya.
b) Peran ibu ; sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan
di dalam keluarganya.
c) Peran anak –anak : anak – anak melaksanakan peranan psiko-sosio sesuai
dengan tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, social dan
spiritual.
2. Peran informal
Peran informal adalah peran yang tertutup dan bersifat implisit, biasanya
tidak nampak kepermukaan dn hanya dimainkan untuk memenuhi kebutuhan
kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga, yaitu : pendorong, pengharmonis, inisiator – kontributor,
pendamai, keras hati, sahabat, kambing hitam keluarga, penghibur,
penghalang, perawat keluarga, dominator, koordinator, penghubung
keluarga, saksi.
3. Fungsi keluarga
Fungsi – fungsi keluarga biasanya didefinisikan sebagai hasil atau
konsekuensi dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling
berhubungan erat saat mengkaji dan mengintervensi keluarga menurut
Friedman (1998) adalah sebagai berikut :
a) Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih,
serta saling menerima dan mendukung.
b) Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan individu
keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan belajar
berperan di lingkungan sosial.
c) Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan
keturunan dan menambah sumber daya manusia.
d) Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, seperti sandang, pangan dan papan.
e) Fungsi perawatan kesehatan adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
D. Tahap – tahap dan tugas perkembangan keluarga
Menurut Duval, (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan
tahap perkembangan, yaitu :
1. Tahap I, pasangan baru menikah (Keluarga Baru)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah membina hubungan
perkawinan yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis dengan
saudara dan kerabat, dan merencanakan keluarga (termasuk merencanakan
jumlah anak yang diinginkan).
2. Tahap II, keluarga menanti kelahiran (Childbearing Family) atau anak tertua
adalah bayi pperusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan pada tahap
ini adalah menyampaikan anggota keluarga baru (bayi dalam
keluarga), ,e,bagi waktu untuk individu, pasangan dan keluarga.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah anak tertua 2,5 tahun sampai
dengan 6 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyatukan kebutuhan masing – masing anggota keluarga antara lain ruang
atau kamar pribadi dan keamanan mensosialisasiklan anak – anak,
menyatukan keinginan anak – anak yang berbeda, dan memperhatikan
hubungan yang “sehat” dalam keluarga.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai
12 tahun, tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
mensosialisasikan anak – anak termasuk membantu anak – anak mencapai
prestasi yang baik disekolah, membantu anak – anak membina hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yangg
memuaskan dan memenuhi kebutuhan kesehatan masing – masing anggota
keluarga.
5. Tahap V, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua usia 12 sampai 20
tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan
remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi
yang terbuka di antara orang tua dengan anak – anak remaja.
6. Tahap VI, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan
kehadiran anggota keluarga yang baru memulai pernikahan anak – anak yang
telah dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya
proses penuaan, termasuk timbulnya masalah – masalah kesehatan.
7. Tahap VII, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat
hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap VIII, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehiduppan dan
penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan,
menerima kehilangan pasangan, memperhatankan kontak dengan
masyarakat, dan menemukan arti hidup.
Tugas perkembangan keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(1981) adalah :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keputusan untuk pada anggota keluarga yang sakit, dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dengan lembaga –
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan kesehatan yang baik.

2. 2 Konsep Dasar Lansia


A. Proses Menua
DepKes RI membagi Lansia sebagai berikut : Keluarga Menjelang Usia
lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas, Keluarga Usia Lanjut (55-64 th)
sebagai Presenium, Keluarga Usia Lanjut (65 th <) sebagai Masa Senium.
Sedangkan WHO Lansia dibagi menjadi 3 kategori yaitu : Usia Lanjut 60 -70
tahun, Usia Tua 75 – 89 tahun, Usia sangat lanjut > 90 tahun.
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan – lahankemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses penuaan terbagi 2 yaitu :
1. Penuaan primer : perubahan pada tingkat sel
2. Penuaan sekunder : proses penuaan akibat faktor lingkungan fisik dan
sosial, stress fisik/psikis, gaya hidup dan diet dapat mempercepat proses
menjadi tua.
Secara umum perubahan fisiologis proses menua adalah sebagai berikut :
1. Perubahan mikro terjadi dalam sel seperti : berkurangnya cairan dalam sel,
berkurangnya besarnya sel, berkurangnya jumlah sel.
2. Perubahan mikri yang jelas terlihat seperti : mengecilnya mandibula,
menipisnya discus intervertebralis, erosi permukaan sendi – sendi,
osteoporosis, atropi otot, emphysema polmonum, presboipi, arteriosklerosis,
menopouse pada wanita, dementia senilis, kulit tidak elastis, rambut
memutih.
B. Perubahan sistem yang terjadi pada lansia dengan masalah yang dialami lansia
Pada masalah keluarga Ny. S dengan Artritis Rematoid perubahan sistem
yang terjadi adalah muskuloskeletal, dimana perubahan ini terkait dengan usia
termasuk penurunan tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan,
peningkatan porositas tulang, atrofi otot, pergerakan yang lambat, pengurangan
kekuatan dan kekakuan sendi – sendi. Perubahan pada tulang, otot dan sendi
mengakibatkan terjadinya perubahan penampilan, kelemahan dan lambatnya
pergerakan yang menyertai penuaan.
1. Sistem skeletal, penurunan progresif dalam tinggi badan adalah hal yang
universal terjadi di antara semua ras dan pada tinggi badan adalah hal yang
terutama ditunjukkan pada penyempitan discus intervertebra dan penekanan
pada kolumna spinalis. Bahu menjadi lebih sempit dan pelvis menjadi lebar,
ditunjukkan oleh peningkatan diameter anteroposterior dada. Ketika manusia
mengalami penuaan jumlah massa otot tubuh mmengalami penurunan.
Hilangnya lemak subkutan perifer cenderung untuk mempertajam kontur
tubuh dan memperdalam cekungan disekitar kelopak mata, aksila, bahu, dan
tulang rusuk. Tonjolan tulang (vertebra, krista iliaka, tulang rusuk, scapula)
menjadi lebih menonjol. Proses penyerapan kalsium dari tulang untuk
mempertahankan kadar kalsium darah yang stabil dan penyimpanan kembali
kalsium untuk membentuk tulang baru dikenal sebagai remodeling
(pembentukan kembali). Proses remodeling ini terjadi sepanjang rentang
kehidupan manusia. Kecepatan absorpsi tidak berubah dengan penambahan
sia. Kecepatan formasi tulang baru mengalami perlambatan seiring dengan
penambahan usia, yang menyebabkan hilangnya massa otot tulang pada
lansia.
2. Sistem Muskular. Kekuatan muscular mulai merosot sekitar usia 40 tahun
dengan suatu kemunduuran yang dipercepat setelah usia 60 tahun.
Perubahan gaya hidup dan penurunan penggunan sistem neuromuscular
adalah penyebab utama untuk kehilangan kekuatan otot. Kerusakan otot
terjadi karena penurunan jumlah serabut otot dan atropi secara umum pada
organ dan jaringan tubuh. Regenerasi jaringan otot melambat dengan
penambahan usia, dan jaringan atropi digantikan oleh jaringan fibrosa.
3. Sendi. Secara umu terdapat kemunduran kartilago sendi sebagian besar
terjadi pada sendi – sendi yang menahan berat dan pembentukan tulan di
permukaan sendi. Komponen – komponen kapsul sendi pecah dan kolagen
yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat secara progresif yang
jika tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan
imobilitas sendi dan deformitas. Pada lansia yang terkena artritis rematoid
perubahan yang terjadi antara lain sendi – sendi kecil dibagian kaki dan
tangan sebagian besar terlihat, terdapat faktor rematoid, dan nodula 0 nodula
rematoid sering terjadi, terjadinya radang sinovitis yang melibatkan
pergelangan tangan dan sendi – sendi jari, proksimal sendi, bahu dan
panggul dan menimbulkan bengkak, nyeri tekan dan penurunan kekuatan
pada otot serta sendi – sendi yang terkait.
4. Perubahan sensori penglihatan, semua orang mengalami perubahan
penglihatan seiring dengan penuaan, dan perubahan ini mungkin merupakan
keluhan yang besar bagi lansia, sebab respon – respon perseptual terhadap
lingkungan berhubungan dengan perasaan aman. Sebagian besar orang dapat
beradaptasi dengan sangat baik terhadap perubahan yang terjadi dalam
proses penuaan. Penggunaan warna terangg dalam berpakaian, menggunakan
kacamata yang sesuai merupakan respon terhadap penurunan kemampuan
akomodasi, menggunakan alat – alat keselamatan seperti pegangan tangga
dan warna – warna yang kontras untuk mengomprensasi penurunan persepsi
kedalaman dan melakukan operasi pengangkatan lensa yangg keruh ketika
kekeruhan lensa telah cukup besar merupakan beberapa cara bai lansia untuk
beradaptasi terhadap perubahan penglihatan normal mereka.
5. Perubahan sensori pendengaran, batasan karakteristik yang berhubungan
dengan suatu perubahan dalam dengaran sangat bervariasi diantara individu.
Karakteristiknya dapat berupa perubahan dalam persepsi pendengaran,
adanya sjuara berdenging di telinga (tinitus), nyeri pada satu atau kedua
telinga, perubahan kemampuan untuk mendengar suara frekuensi tinggi
menarik diri, ansietas, repon tidak sesuai dengan percakapan dan lain – lain.
Tanpa memperhatikan penyebab dari kehilangan pendengaran, lansia
mempunyai reaksi yang hampir sama terhadap gangguan ini seperti : marah,
frustasi dan menarik diri. Penggunaan alat bantu dengar dapat memudahkan
komunikasi, mengurangi perasaan kesepian dan isolasi sosial dan
mengembalukan perasaan memiliki control pada klien.
6. Perubahan sensoris pengecapan ( sensasi rasa ), ketika seseorang telah
bertambah tua, “ jumlah kuncup-kuncup perasa pada lidah itu juga
mengalami kerusakan, yang menurunkan sensitivitas terhadap rasa. Kuncup-
kuncup perasa mengalami regenerasi sepanjang kehidupan manusia, tetapi
lansia mempunyai suatu penurunan sensitivitas terhadap rasa manis, asam,
asin, dan pahit. Perubahan tersebut lebih dapat disadari oleh beberapa orang
dibanding yang lain.
7. Perubahan sensoris penciuman, penurunan yang paling tajam dalam
sensasi penciuman terjadi selama usia pertengahan dan untuk sebagian
orang, hal tersebut akan terus berkurang. Sensasi penciuman tidak
secara serius dipengaruhi oleh penuaan saja tetapi mungkin oleh faktor
lain yang berhubungan dengan usia. Penyebab lain juga dianggap sebagai
pendukung untuk terjadinya kehilangan kemampuan sensasi penciuman
termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, secret dari hidung,
sinusitis kronis, kebiasaan tertentu dengan bau/ aroma, epistaksis, alergi,
penuaan dan faktor lingkungan.
8. Perubahan sensoris perabaan. sentuhan merupakan sistem sensoris
pertama yang menjadi fungsional. Kulit itu seperti suatu pakaian pelindung
yang pas dan menutupi seseorang ketika ia bertambah usianya; kemudian
ketika seseorang berusia 70 tahun atau 80 tahun, kulit juga tidak akan sesuai
atau pas dengan tubuh orang tersebut. Kulit tersebut mungkin akan menjadi
kendur dan terlihat lebih longgar pada berbagai bagian tubuh. Sentuhan
( perabaan ) digambarkan oleh Weiss sebagai “ semua peristiwa dari kontak
antar tubuh, dimulai dengan inisiasi oleh seseorang dan diakhiri dengan
penghentian kontak oleh kedua belah pihak “. Ketika indra yang lain telah
terganggu, rangsangan taktil menjadi lebih penting bagi lansia sebagai alat
komunikasi. Sentuan dapat merupakan suatu alat untuk memberikan
stimulus sensoris atau menghilangkan rasa nyeri fisik dan psikologis.
9. Sistem Kardiovaskular, Dengan meningkatnya usia, jantung dan
pembuluh darah mengalami perubahan baik structural maupun fungsional.
Secara umum, perubahan yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat
dan dengan awitan yang tidak disadari. Penurunan yang terjadi berangsur-
angsur ini sering terjadi ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang
mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang teroksigenisasi. Perubahan
normal yang berhubungan dengan penuaan yaitu ventrikel kiri menebal,
katup jantung menebal dan membentuk penonjolan jumlah sel pacemaker
menurun, arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi, vena
mengalami dilatasi, katup-katup menjadi kompeten.
10. Sistem Pulmonal. Perubahan anatomi yang terjadi dengan penuaan yaitu
kalsifikasi kartilago kosta yang mengakibatkan penurunan PaO 2, Atrofi otot
pernafasan mengakibatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi
maksimal, penurunan dalam recoil elastis mengakibatkan peningkatan
volume residu, menurunnya kekuatan kapasitas vital, menurunnya
kapasitas vital, pembesaran duktus alveolar, peningkatan ukuran dan
kekakuan trakea dan jalan napas pusat.
11. Sistem Renal dan Urinaria, perubahan struktur dan fungsi pada
penuaan system renal dan urinaria yaitu membrane basalia glomerulus
menebal, total permukaan glomerular berkurang, panjang dan volume
tubulus proksimal menurun, pada tubulus distal berkembang divertikula,
sirkulasi renal berubah atau berkurang, kapasitas kandung kemih menurun,
volume residual meningkat, terjadi kontraksi kandung kemih secara
involunter (detrusor).
12. Sistem Gastrointestinal. Perubahan- perubahan proses penuaan yang terjadi
yaitu rongga mulut, hilangnya tulang periosteum dan periodontal,
retraksi dari struktur gusi, hilangnya kuncup rasa, esofagus, lambung, usus,
dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, penurunan refleks
muntah, atrofi mukosa lambung, penurunan motilitas lambung.
13. Sistem Reproduksi wanita. Perubahan normal pada penuaan yang terjadi
yaitu penurunan estrogen yang bersirkulasi, peningkatan androgen yang
bersirkulasi.
2. 3 Konsep Dasar Artritis Rematoid
A. Pengertian
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun
dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan
kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan
bahwa, rheumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan
kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi
diartroidial.
Rematoid Arthritis ( RA ) adalah suatu penyakit peradangan kronis
sistemik yang menyerang berbagai jaringan, tetapi pada dasarnya menyerang
sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis proliferatif nonsupuratif yang sering
kali berkembang menjadi kehancuran tulang rawan sendi dan tulang
dibawahnya dan menimbulkan kecacatan akibat arthritis. ( Robbins, 2007 : hal.
151 ).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Rematoid Arthritis (RA)
adalah penyakit inflamasi otoimun sendi dan berbagai sistem organ tetapi pada
dasarnya menyerang sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis proliferatif
nonsupuratif yang sering kali berkembang menjadi kehancuran tulang rawan
sendi dan tulang dibawahnya dan menimbulkan kecacatan akibat arthritis.
B. Etiologi
Penyebab Artritis Rematoid faktor pencetus mungkin suatu bakteri,
mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara
antigenis. Biasanya respon antibody awal terhadap mikro-organisme
diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil menghancurkan mikro-
organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibody lain,
biasanya IgM atau IgG, terhadap antibody IgG semula. Antibodi yang ditujukan
ke komponen tubuh sendiri ini disebut factor rematoid ( FR ). FR menetap di
kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan. AR
diperkirakan terjadi karena predisposisi genetic terhadap penyakit otoimun.
(Corwin, Elizabeth J, 2000 : hal. 308 ).
Penyebab Artritis Rematoid masih belum diketahui. Faktor genetik dan
beberapa factor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR.
C. Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit
Autoimun bereaksi terhadap kolagen tipe II, factor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikoplasma atau grup difteroid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi klien.
1. Stadium I
( stadium
sinovitis ).
Pada tahap
awal terjadi
kongesti
vascular,
proliferasi
sinovial
disertai
infiltrasi
lapisan
subsinovial
oleh sel-sel
polimorfi
limfosit dan
sel plasma.
Selanjutnya
terjadi
penebalan
struktur
kapsul sendi
disertai
pembentukan
vili pada
sinovium dan
efusi pada
sendi/
pembungkus
tendo.
2. Stadium II
( stadium
destruksi ),
pada stadium
ini inflamasi
berlanjut
menjadi kronis
serta terjadi
destruksi sendi
dan tendo.
Kerusakan
pada tulang
rawan sendi
disebabkan
oleh enzim
proteolitik
dan jaringan
vascular pada
lipatan sinovia
serta jaringan
granulasi yang
terbentuk.
Pada
permukaan
sendi
( panus ), erosi
tulang terjadi
pada bagian
tepi sendi
akibat invasi
jaringan
granulasi dan
resorpsi
osteoklas.
Pada tendo
terjadi
tenosinovitis
disertai invasi
kolagen yang
dapat
menyebabkan
rupture tendo,
baik parsial
ataupun total.
3. Stadium III
( stadium
deformitas ).
Pada stadium
ini kombinasi
antara
destruksi
sendi,
ketegangan
selaput sendi,
dan rupture
tendo akan
menyebabkan
instabilitas dan
deformitas
sendi.
Kelainan yang
mungkin
ditemukan
pada stadium
ini adalah
ankilosis
jaringan yang
selanjutnya
dapat menjadi
ankilosis
tulang.
Inflamasi yang
terjadi
mungkin sudah
berkurang dan
kelainan yang
timbul
terutama
karena
gangguan
mekanis dan
fungsional
pada sendi.

D. Manifestasi klinik
Gambaran klinis Artritis rematoid sendiri sangat bervariasi
bergantung pada keluhan yang ada, pada stadium awal biasanya ditandai dengan
gangguan keadaan umum berupa malaise, penurunan berat badan, rasa capek,
sedikit panas dan anemia. Gejala lokal yang terjadi berupa pembengkakan,
nyeri, kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dan gangguan gerak pada
sendi metakarpofalangeal. Pada stadium lanjut terjadi keusakan sendi dan
deformitas yang bersifat permanent, selanjutnya timbul ketidakstabilan sendi
akibat ruptur tendo/ ligament yang menyebabkan deformitas rematoid yang
khas berupa deviasi ulnar jari, deviasi radial, serta valgus lutut dan kaki.

E. Penatalaksanaan Medis
Menurut Randall King, MD, ( 2003 ) penatalaksanaan medis untuk Atritis
Rematoid yaitu :
1. Sendi yang meradang diistirahatkan selama eksaserbasi.
2. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri.
3. Latihan gerak sendi agar tidak terjadi kekakuan, sedikitnya dua kali sehari.
4. Alat – alat pembantu dan adatif mungkin diperlukan untuk memerlukan
aktivitas kehidupan sehari – hari.
5. Terapi pengobatan yaitu bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit ini. Obat – obatan dipakai untuk mengurangi
nyeri, meredakan peradangan, dan untuk mencoba mengubah perjalanan
penyakit, seperti : aspirin, obat anti – inflamasi nonsteroid siskemik dan
senyawa emas.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TAHAP LANSIA
PADA Ny. S DENGAN ARTRITIS REMATOID

A. Identitas keluarga
1. Kepala Keluarga
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :

2. Komposisi Keluarga

No Nama umur Jenis Hbgn Agama pedidikan pekerjaan


kelamin dg KK

1. Ny. S P Ibu Islam -

2. Ny. C P Anak Islam -

3. Ny. A P Anak Islam -

4. Tn. A l Anak Islam -

3. Genogram

: laki – laki meninggal


: perempuan sakit
: perempuan
: laki – laki

4. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. A adalah keluarga dengan tipe keluarga besar(extended family )
Dimana di dalamnya ayah, ibu, anak, menantu dan cucu
5. Latar Belakang Budaya
Keluarga Tn. A adalah suku Sunda, dalam berkomunikasi keluarga menggunakan
bahasa Sunda. Keluarga Tn.A tidak memiliki kebiasaan khusus yang
mempengaruhi kesehatan seperti pantangan terhadap makanan keluarga sering
berobat ke fasilitas kesehatan atau langsung berobat ke mantri.
6. Identifikasi agama
Di dalam keluarga Tn. A  menganut agama islam dan menjalankan kewajiban
shalat lima waktu, semua aktifitas yang dilakukan tidak boleh bertentangan
dengan ajaran agama islam.
7. Rekreasi Keluarga
Keluarga tidak mempunyai kebiasaan rutin untuk berekreasi keluar kota. Waktu
luang biasanya digunakan untuk menonton TV atau berbincang dengan anggota
keluarga lainnya.

B. Riwayat Kesehatan Keluarga


1. Riwayat Kesehatan Keluarga dalam 6 Bulan Terakhir
Keluarga Tn.A yang sedang sakit yaitu Ny.I mengalami rematik Ny. S
mengatakan kakinya sering merasakan pegal-pegal, kesemutan dan nyeri saat
di pakai beraktivitas. Ny. I mengatakan pada saat bangun pagi kakinya merasa
senut-senut (nyeri) dan berat saat berjalan, Ny. I mengatakan hampir pernah
jatuh karena kakinya tidak kuat menopang badannya.
2. Pemeriksaan fisik
Px. Fisik Tn. R Ny. A An. R An. S

TD 100/80 mmHg 120/80 mmHg - -


Nadi 80x/mnt 82x/mnt 90x/mnt 97x/mnt
Suhu 36ºC 36,5 ºC 36,5 ºC 37,5 ºC
Kepala Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal, Mesocepal, rambut
rambut bersih, rambut agak rambut bersih, bersih, warna
warna hitam kusam, warna warna hitam hitam
hitam
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva tidak
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, anemis, sklera
sklera tidak sklera tidak sklera tidak tidak ikterik
ikterik ikterik ikterik
Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi
penciuman baik, penciuman penciuman baik, penciuman baik,
tidak ada sekret, baik, tidak ada tidak ada sekret, tidak ada sekret,
tidak ada sekret, tidak tidak ada tidak ada
pernafasan ada pernafasan pernafasan pernafasan cuping
cuping hidung cuping hidung cuping hidung hidung
Telinga Bersih, simetris, Bersih, Bersih, simetris, Bersih, simetris,
tidak ada simetris, tidak tidak ada tidak ada serumen,
serumen, fungsi ada serumen, serumen, fungsi fungsi
pendengaran fungsi pendengaran pendengaran baik
baik pendengaran baik
baik
Mulut Bersih, sietris, Bersih, sietris, Bersih, sietris, Bersih, sietris,
mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir mukosa bibir
lembab lembab kering kering
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Dada Pergerakan paru Pergerakan Pergerakan paru Pergerakan paru
Paru-paru simetris, tidak paru simetris, simetris, tidak simetris, tidak ada
ada penggunaan tidak ada ada penggunaan penggunaan otot
otot bantu penggunaan otot bantu bantu pernafasan.
pernafasan. otot bantu pernafasan. Auskultasi paru
Auskultasi paru pernafasan. Auskultasi paru vaskuler
vaskuler Auskultasi vaskuler
paru vaskuler
Jantung Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis Ictus cordis tidak
tidak tampak, tidak tampak, , tidak tampak, tampak, bunyi
bunyi jantung bunyi jantung bunyi jantung jantung I,II murni
I,II murni I,II murni I,II murni
Abdomen Datar, simetris, Datar, simetris, Datar, simetris,  Datar, simetris, 
tidak ada nyeri tidak ada nyeri ada nyeri tekan ada nyeri tekan
tekan tekan
Ekstrimitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada varises,
varises, tidak varises, tidak varises, tidak tidak ada udema
C. Riwayat dan tahapan perkembangan
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahapan perkembangan keluaga Ny. S saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang
dimulai pada masa pensiun dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. 2
orang anak Ny. S sudah menikah dan 3 nya belum menikah dan masih tinggal
bersama Ny. S. Anaknya yang sudah menikah memiliki tempat tinggal sendiri dan
memiliki anak yang berbagai usia.
2. Tahapan perkembangan keluarga tang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti
Di dalam perngkajian terdapat
- Ny. S tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan menular. Ny. S
mengatakan beberapa bulan ini sering merasa linu di persendian kakinya
sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun pagi kakinya merasa semut –
semut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Ny. S mengatakkan sering hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.
- Ny. C tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular
- Ny. A tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular
- Tn.. A tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan dan menular
4. Riwayat keluarga sebelumnya
5. Pada keluarga Ny. S tidak diketahui adanya riwayat penyakit keturunan maupun
menular. Hanya saja alm. Suami Ny. S sudah meninggal sekitar 12 tahun yang
lalu karena penyakit paru – paru. Sedangkan anak – anak dari Ny. S tidak
diketahui adanya penyakit keturunan dan menular.

D. Lingkungan
1. Karakteristik rumah

Anda mungkin juga menyukai