Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ns. Florensa, M. Kep., Sp,Kep.J

DISUSUN OLEH :

Clara Erika 841191003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PRODI D-III KEPERAWATAN

PONTIANAK

2021
A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah respon emosional terhadap peniaian individu yang subjektif, yang
dipengaruhi alam bawah sadar dan idak diketahui scara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentam disertai berbagai keluan fisik. Keadaan
tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi kedupan dan berbagai ganguan kesehatan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek
yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal (Stuart & Laraia).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy
(sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Heather,2014).
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar (Barbara, 2010).

B. Etiologi Ansietas
Menurut Stuart (2014) ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas yaitu :
1. Faktor Predisposisi :
a) Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara
dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang.

1
Ego atau berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya.
b) Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga
diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpeng tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulatory
inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam
mekanisme biologis yang berhubungan dengan ansietas. Selain itu,
kesehatan umum individu dan riwayat ansietas pada keluarga memiliki
efek nyata sbagai predisposisi ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stressor.

2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi yang
akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.

2
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas, harga
diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
C. Tingkat Ansietas
Tingkatan ansietas dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek.
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Gejala ringan pada lambung.
4) Muka bekerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi melebar.
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masala secara efektif.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang.
2) Tremor halus pada tangan.
3) Suara kadang-kadang meninggi

2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
a. Respon fisiologis
1) Sering nafas pendek.
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik.
3) Mulut kering.

3
4) Anorexia.
5) Diare/konstipasi.
6) Gelisah.
b. Respon kognitif
1) Lapangan persepsi menyempit.
2) Rangsangan luar tidak mampu diterima.
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Gerakan tersetak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan leb9ih cepat
3) Susah tidur.
4) Perasaan tidak aman.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapangan persepasi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak lagi mampu
berpikir hal yang realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan
perhatian pada area lain.
a. Respon fisiologi
1) Napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Berkeringat dan sakit kepala.
4) Penglihatan kabur.
5) Ketegangan.
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi sangat sempit.
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Perasaan ancaman meningkat.
2) Verbalisasi cepat.
3) Blocking
4. Panik

4
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah
tergangu sehingga tidak dapat mengedalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa walaupun telah diberikan pengarahan.
a. Respon fisiologis
1) Napas pendek
2) Rasa tercekik dan palpitasi.
3) Sakit dada.
4) Pucat.
5) Hipotensi.
6) Koordinasi motoric rendah.
b. Respon Kognitif.
1) Lapangan persepsi sangat sempit
2) Tidak dapat berfikir logis.
c. Respon Prilaku dan Emosi.
1) Agitasi, mengamuk dan marah.
2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.
3) Kehilangan kendali atau control diri.
4) Persepsi kacau.

d. Respon fisiologi yang mempengaruhi sistem yang ada dalam tubuh mausia:
1) Sistem Kardiovaskuler
a) Palpitasi
b) Jantung berdebar
c) Tekanan darah meningkat
d) Denyut nadi menurun
e) Rasa ingin pingsan
f) Peningkatan reflex
g) Reaksi kejutan
h) Ketakutan
i) Gelisah
j) Wajah tegang

5
k) Kelemahan secara umum
l) Gerakan yyang lambat
m) Gerakan yang janggal
2) Sistem Respirasi
a) Napas cepat
b) Pernapasan dangkal
c) Rasa tekanan pada dada
d) Pembengkakan pada tenggorokan
e) Rasa tercekik
f) Terengah-engah

3) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan nafsu makan
b) Menolak makan
c) Perasaan dangkal
d) Rasa tidak nyaman pada abdominal
e) Rasa terbar pada jantung
f) Diare
4) Sistem Perkemihan
a) Inkontenensia urine
b) Sering miksi
5) Sistem Integument
a) Rasa terbakar
b) Berkeringat banyak pada telapak tangn
c) Gatal-gatal
d) Perasaan panas atau dingin pada kulit
e) Muka pucat
f) Berkeringat seluruh tubuh

e. Respon Perilaku Kognitif.

6
1) Perilaku
a) Gelisah
b) Ketegangan fisik
c) Tremor
d) Gugup berbicara tepat
e) Tidak ada koordinasi
f) Kecederungan untk celaka
g) Menarik diri
h) Menghindar
i) Terhambat melakukan aktivitas

2) Kognitif
a) Gangguan perhatian
b) Konsentrasi hilang
c) Pelupa
d) Salah tafsir
e) Adanya bloking pada fikiran
f) Menurunnya lapangan persepsi
g) Bingung
h) Rasa khawatir yang berlebihan
i) Kehilangan penilaian objektivitas
j) Takut akan kehilangan kembali
k) Takut berlebihan

D. Tanda dan Gejala


Berikut adalah tanda dan gejaa dari ansietas (Kelliat, 2009)
1. Data Mayor
a) Subjketif, data subjektif adalah data yang di dapatkan dari keluhan klien. Data
objektif dari ansietas adalah:
1) Mengeluh sakit kepala

7
2) Mengeluh tidak nafsu makan
3) Merasa lemas
1) Objektif, data objektif adalah data yang terlihat. Data obektif dari ansietas adalah:
1) Gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
4) Gangguan pencernaan
2. Data Minor
a) Subjektif
Berikut adalah data subjektif dari ansietas:
1) Mengeluh takut
2) Mengeluh cepat lelah
3) Merasa tidak berdaya
b) Objektif
Berikut adalah data objektif dari ansietas:
1) Gemetar
2) Menangis
3) Aktivitas sehari-hari terbengkalai
4) Sulit konsentrasi

E. Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat
diatasi dengan menangis, tertawa, tidur atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai
panic aan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstrukstif merupakan
penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energi yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Berikut adalah mekanisme koping untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menaggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:

8
a. Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya dihunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilang sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan nuk merubah tujuan yag akan dilakukan atau megorbankan
kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme Perubahan (Ego Oriented Reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.

F. Kondisi Klinis Terkait


1. Penyakit fisik: diabetes mellitus, stroke, hipertensi, kanker.
2. Penyakit kronis progresif: kanker
3. Penyakit akut
4. Postpartum
5. Rencana operasi

9
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas perilaku dan meningkat
sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013). Data-data yang perlu
dikaji untuk pasien dengan ansietas adalah:
a. Perilaku
Penurunan produktivitas, gerakan yang irelevan, gelisah, melihat sepintas,
insomnia, kontak mata yang buruk, mengekspresikan kekhawatiran karena
perubahan dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai, dan tampak waspada.
Individu akan berperilaku menghindar seperti menghindari orang-orang,
tempat, dan peristiwa yang berkaitan dengan timbulnya ansietas sebelumnya
(Videbeck, 2008).

b. Afektif
Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak
adekuat, berfokus pada diri sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas,
gugup, senang berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,
peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung, menyesal, ragu/
tidak percaya diri
c. Fisiologis
Wajah tampak tegang, tremor tangan, peningkatan keringat, peningkatan
ketegangan, gemetar, tremor, dan suara bergetar.
d. Simpatik
Anoreksia, eksitasi kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah, jantung
berdebar-debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,
peningkatan refleks, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,
kesulitan bernapas, vasokonstriksi superfisial, kedutan pada otot, dan
kelemahan.

10
e. Parasimpatik
Nyeri abdomen, penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare,
vertigo, letih, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering
berkemih, dan dorongan segera berkemih.
f. Kognitif
Menyadari gejala fisiologis, blocking pikiran, konfusi, penurunan lapang
persepsi, kesulitan berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar,
penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir,
melamun, dan cenderung menyalahkan orang lain.

Pada tahap pengkajian terdapat analisa data. Analisa data adalah, pengumpulan
informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.
Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis keperawatan,
merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk Rumah Sakit,
selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data. Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:

a. Data Subyektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya,
misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah.
b. Data Obyektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh menggunakan
panca indera (lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran.

11
2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam pola interaksi dengan klien
sering kali melamun, kesulitan dalam berkonsentrasi, Diagnosa tnggal yag dapat
dirumuskan yaitu ansietas b.d perubahan dalam pola interaksi yang ditandai dengan
(NANDA, 2012-2014):
a. Data subjek
1) Klien menganggap dirinya mudah gelisah dan tidak berdaya
2) Klien mengatakan takut dan cemas
b. Data objek
1) Klien terlihat sering melamun
2) Klien cenderung mnyelahkan orang lain.

3. Intervensi
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana
perawat akan menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi
masalahnya, perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba). Pada
klien dengan ansietas ringan,tidak ada intervensi khusus, sebab pada ansietas ringan
ini klien masih mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan yang
tepat dalam penyelesaian masalah.sedangkan pada ansietas sedang, intervensi yang
dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang
positif. Pada ansietas berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu
diperhatikan oleh perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi
keperawatan pada klien tersebut adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan
memberikan rasa aman pada klien karena klien tidak dapat mengendalikan
perilakunya.
a. Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan
yang terkait ansietas adalah:
1) Tenangkan klien
2) Berusaha memahami keadaan klien
3) Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
4) Kaji tingkat ansietas dan reaksi fisik pada tingkat ansietas

12
5) Gunakan pendekatan dan sentuhan
6) Temani klien untuk mendukung keamanan dan rasa takut
7) Instruksikan kemampuan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
8) Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

4. Implementasi
Impementasi merupakan pengelolaann dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah pada tahap perencanaan. Implementasi yang dapat diberikan pada pasien
dengan gangguan ansietas yaitu dengan standar operasional prosedur efikasi diri:
a. Pra interaksi
1) Menyiapkan siri secara fisik dan psikologis (tidak ada konflik
2) Mempelajari rekam medis pasien sebagai data awal
3) Menyiapkn lingkungan yang tenang, nyaman, dan aman.
4) Mengukur kursi antara terapis dengan pasien pada posisi saling berhadapan
tanpa adanya sekat fisik psikologi.
b. Interaksi
1) Orientasi
a) Menyapa pasien sesuai kultus/social budaya setempat
b) Melakukan kontrak topic, waktu dan tempat pertemuan
c) Menanyakan keluhan utama pasien saat ini
d) Memvalidasi masalah yang dialami pasien
e) Menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
2) Kerja
a) Mengeksplorasi perasaan pasien secara mendalam
b) Melakukan katarsis/ abreaction yang terjadi dengan empati
c) Menentukan stressor yang relevan dengan tepat dan cermat
d) Memberikan sebuhan contoh ,model berprestasi melalui cerita
e) Mengamati model simbolik melalui cara yang telah diberikan
f) Mengarahkan pasien untuk mampu meniru model yang beprestasi
g) Mengarahkan pasien untuk mampu menghilangkan pengaruh buruk
prestasi masa lalu

13
h) Mengarahkan pasien untuk mampu mmenonjolkan keberhasilan yang
pernah diraih
i) Melatih pasien untuk mampu melakukan yang terbaik.
3) Terminasi
a) Mengeksplorasi perasaan pasien
b) Memberikan kesempatan kepada pasien untuk membeikan umpan blik
dari terapi yang telah dilakukan
c) Melakukan kontrak: topik, waktu, dan tempat untuk kegiatan
selanjutnya.

c. Post interksi
1) Mengelola alat dan bahan yang pernah dipakai
2) Mendokumentasikan tindakan secara tepat pad lembar catatan keperawatan
pasien

5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOA (subjektif,
objektif, assessment). Adapun kmponen SOA yaitu S ( Subjektif) perawat
menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan, O (Objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah
tindakan keperawatan apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri
pasien berkurang dalam sifat, jumlah, asal, atau waktunya, apakah perilaku pasien
mencerminkan ansietas tingkat ringan, atau tingkat yang lebih berat, A
(Assessment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif.

B. Tindakan Keperawatan Pada Klien


1. Pertemuan ke 1
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa
aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang dilakukan dalam membina
hubungan saling percaya adalah:

14
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu pasien
d. Membantu pasien mengenal ansietas:
1) Bantu pasien ntuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu menyadari perilaku akibat ansietas
e. mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan control
dan rasa percaya diri
f. evaluasi kemampuan klien
g. beri reinforcement positif
h. menganjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian

2. Pertemuan ke 2
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tuuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Ajarkan klien teknik distraksi untuk meningkatkan control dan mengurangi
ansietas
1) Melakukan hal yang disukai
2) Menonton TV
3) Mendengarkan music yang disukai
4) Membaca Koran
e. Motivasi klien untk melakkan teknik distraksi setiap kali ansietas timbul

15
f. Menganjurkan klen engucapkan salam terapeutik
1) Berjabat tangan
2) Menjelaskan tujuan interaksi
3) Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

3. Pertemuan ke 3
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Mmebuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
e. Membantu pasie mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
memasukkan dalam jadwal
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Memberi reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien untuk memasukkan ke dalam jadwal harian

16
STRATEGI PELAKSANAAN ANSIETAS

A. Diagnosa keperawatan
Ansietas
B. Tindakan keperawatan
SP Ansietas
SP 1
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan
nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan.
d. Membantu pasien mengenal ansietas :
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
e. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri : pengalihan situasi
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Beri reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 2

a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi

17
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol diri dan mengurangi
ansietas :
1) Melakukan hal yang disukai
2) Menonton TV
3) Mendengarkan music yang disukai
4) Membaca koran, buku atau majalah
5) Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas muncul
e. Evaluasi kemampuan klien
f. Beri reinforcement positif
g. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP 3

a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan).
d. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
e. Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Memberi reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

STRATEGI PELAKSANAAN : ANSIETAS

A. Kondisi Klien
Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri

18
Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas
serta melihat setan-setan.

B. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
C. Tujuan
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
Tujuan Umum : mengatasi gangguan ansietas klien.
Tujuan Khusus :
1. Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2. Pasien mampu mengenal ansietas
3. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi
4. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk mengatasi
ansietas
D. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien : membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya,
menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari perilaku ansietas, Mengajarkan pasien
teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri : pengalihan
situasi.

Fase Orientasi

Salam Terapeutik

“Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak! Saya perawat yang bertugas pada pagi ini, nama saya
ima. Saya adalah mahasiswa dari Unversitas Respati Yogyakarta. Nama bapak siapa?”

“bapak senangnya dipanggil apa?”

Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan bapak hari ini? semalam tidurnya nyenyak?”

Kontrak :

• Topik

19
“Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang tentang kecemasan dan latihan cara
mengontrol cemas dengan latihan relaksasi pak”

• Waktu

“Berapa lama ibu punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit saja”

• Tempat

“Dimana ibu mau berbincang-bincang dengan saya? Ya sudah, Bagaimana jika diruangan ini
saja kita berbincang-bincang”

• Tujuan

“Agar ibu dapat mengetahui kecemasan yang ibu rasakan serta cara mengatasinya”

Fase Kerja

“Sekarang coba ibu ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini”

“Coba bapak ceritakan pada saya”

Ouw jadi bapak merasa takut jika ketakutan bapak terhadap botol diketahui oleh murid-murid
bapak. Jika boleh saya tahu, bagaimana cara bapak mengatasi ketakutan tersebut”

“Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki perasaan yang sama
jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak Karena bapak mampu menahan
semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang luar biasa. Yang perlu bapak ketahui adalah
bapak saat ini berada pada tingkat kecemasan yang sedang. Untuk itu, bapak perlu melakukan
terapi disaat bapak merasakan perasaan cemas yang berat. Terapi ini akan membantu
menurunkan tingkat kecemasan bapak. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi
kecemasan bapak dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah
satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan”

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, bapak perhatikan saya, lalu bapak
bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak. bapak silakan duduk dengan

20
posisi seperti saya. Pertama-tama, bapak tarik nafas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan
nafas dalam hitungan tiga setelah itu bapak hembuskan udara melalui mulut dengan meniup
udara perlahan-lahan. Sekarang coba ibu praktikkan”

“Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. bapak bisa melakukan latihan ini selama 5
sampai 10 kali sampai bapak merasa relaks atau santai. Selain cara tersebut untuk mengatasi
kecemasan bapak, bapak bisa melakukan dengan metode pengalihan yaitu dengan bapak
melepas kecemasan dengan tertawa, berolahraga, menulis kecemasan bapak disebuah
kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau bapak juga bisa mengatasinya dengan mendengarkan
musik.

Fase Terminasi

Evaluasi

• Subyektif

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol tentang masalah yang bapak rasakan dan
latihan relaksasi?”

• Obyektif

“Coba bapak ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”

Rencana Tindak Lanjut (RTL)

“Jam berapa bapak akan berlatih lagi melakukan cara ini?”

“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian bapak. Jadi, setiap bapak merasa cemas, bapak bisa
langsung praktikkan cara ini”

Kontrak yang akan datang

• Topik

“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang bapak rasakan,
bagamana jika kita latihan kembali besok pak? Jangan lupa bapak mencoba teknik yang lain
untuk mengurangi kecemasan bapak ya”

21
• Waktu

“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jam yang sama seperti hari
ini. Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya besok?
Bagaimana kalau 20 menit saja”

• Tempat

“Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau besok kita
melakukannya disini saja”

22
DAFTAR PUSTAKA

Dalami dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial: Jakarta. CV.
Trans

Info Media

Keliat dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa: Jakarta: EGC

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC

Stuart, G. w. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (T. I. M. Rahayu, Ed.) (5th ed.). Jakarta.

Videbeck, S.L. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai