Anda di halaman 1dari 130

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN A PADA NY.I


DENGAN POSTPARTUM DALAM UPAYA PEMBERIAN
PIJAT OKSITOSIN UNTUK MELANCARKAN
PENGELUARAN AIR SUSU IBU( ASI ) DI
RT 002/RW 004 DESA BATU MERAH
KECAMATAN SIRIMAU
KOTA AMBON

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Keperawatan

OLEH:

NAMA: ALFINA ASTRI MUHAMMAD


NIM : 1240212017008

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT
TK. III Dr. J. A. LATUMETEN
AMBON 2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirobbil alamin, puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah

swt. karena berkat rahmah dan karunia-Nya proposal yang berjudul “Asuhan

keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. I dengan post partum dalam upaya

pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI) di Rt

002/Rw 004 desa batu merah kecamatan sirimau kota ambon” dapat diselesaikan

dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan, baginda

Nabi Besar Muhammad saw. beserta para keluarga, sahabat, serta pecintanya

hingga akhir kiamat kelak, aamiin aamiin yaa robbal’aalamiin. Dalam penulisan

ini terdapat banyak pihak yang terlibat sehingga proposal ini dapat terselesaikan.

Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih yang penulis

persembahkan kepada:

1. Deden Muhammad Hidayat, S. S. iT.Apt selaku direktur Akper Rumkit

TK.III. Dr.J.A.Latumeten.

2. dr .H . Tuanakotta M.Kes selaku pembimbing I yang telah memberikan

banyak inspirasi, banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dan arahan bermanfaat sehingga penulis dapat

menyempurnahkan penelitian ini dengan maksimal.

3. HaniTuasikal. S.kep Ns , M.kep. selaku pembimbing II yang telah

memberikan banyak inspirasi, banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk memberikan bimbingan dan arahan bermanfaat sehingga penulis dapat

menyempurnahkan penelitian ini dengan maksimal.

ii
4. Para Dosen Akademik Rumkit TK III Dr. J A. Latumeten, yang telah

memberikan segudang Ilmu Pengetahuan Kepada Peneliti baik secara teoritis

maupun praktek.

5. kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan penuh dan

motivasi serta do’a yang tiada henti.

6. Teman-teman Dirthy Squad (Afifa,Alni,Bella,Charlita,Dina,Feby,Lusty,Ochy

Yati).yang telah bersama-sama dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, dan

banyak sekali memberikan dukungan, semangat serta motivasi kepada peneliti

sehingga peneliti Tetap semangat dalam penyelesaikan KaryaTulisIlmiah.

7. Kedua sahabat tersayang ( Indriyantik & Munira ) yang selalu memberi

motivasi, semangat, saran-saran, dan doa pada penulis untuk menyelesaikan

penelitian ini. Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum begitu

sempurnah sehingga saran dan kritik yang bersifat sangat membangun peneliti

harapkan guna kesempurnaan penulisan ini. Peneliti panjatkan Do’a Semoga

Allah SWT memberikanbalasan yang setimpalkepadakitasemua.

Ambon, juni2020

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR........................................................................................iii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..............................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................viii

INTISARI...........................................................................................................vii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7
E. Keaslian Penelitian...................................................................................8
F. Sistematika Penelitian..............................................................................9

BAB II: TUJUAN PUSTAKA

A. Konsep Post Partum.................................................................................10


B. Konsep Pijat Oksitoisin............................................................................19
C. Konsep Asuhan keperawatan pada Masa post partum ............................23
D. Konsep keluarga dengan post partum…………………………………..40
E. kerangka konsep.......................................................................................64

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus.....................................................................................65


B. Subjek Studi Kasus..................................................................................65
C. Variabel Penulisan...................................................................................65
D. Defenisi Operasional Studi Kasus...........................................................66
E. Tempat Dan Waktu Studi Kasus..............................................................67
F. Prosedur Pengumpulan Data....................................................................67
G. Instrument Studi Kasus....................................................................................68
H. Etika Penelitian........................................................................................69
iv
BAB IV: PEMBAHASAN

A. Hasil pengkajian.......................................................................................72
B. pembahasan..............................................................................................87

BAB V: KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................................90
B. Saran........................................................................................................91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar operasional prosedur poses menyusui..........................14

Tabel 2.2 Standar operasional prosedur pijat oksitosin.............................25

Tabel 2.3 Perencanaan diagnose keperwatan menyusui tidak efektif.......40

Tabel 2.4 Perencanaan diagnose ketidakefektifan pemberian ASI............42

Tabel 2.5 Perencanaan diagnose diskontinuitas pemberian ASI...............43

Tabel 2.6 Perencanaan diagnose kesiapan menigkatkan pemberian ASI..44

Tabel 4.1 komposisi keluarga....................................................................72

Tabel 4.2 Riwayat kesehatan.....................................................................76

Tabel 4.3 Pemeriksaan fisik…………………………………………. 81

Tabel 4.4 pemeriksaan fisik…………………………………………..81

Tabel 4.5 Analisa Data…………………………………………….….83

Tabel 4.6 Perencanaan………………………………………………..84

Tabel 4.7 Implementasi………………………………………………85

Tabel 4.8 Implementasi dan evaluasi………………………………..88

Tabel 4.9 Implementasi dan evaluasi………………………………..91

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses menyusui……………………………………………..14

Gambar 2.2 Pijat oksitosin………………………………………………...25

Gambar 2.3 Perubahan tinggi fundus uteri………………………………..32

Gambar 4.1 Denah rumah…………………………………………………81

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Standar operasional prosedur pijat oksitosin

Lampiran 2 Lembar observasi pijat oksitosin

Lampiran 3 Lembar wawancara kelencara ASI pada ibu post partum di Rt


002/Rw004 desa batu merah kecamatan sirimau kota ambon

Lampiran 4 Lembaran persetujuan responden (informed consent)

Lampiran 5 Dokumentasi

viii
INTI SARI
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN A PADA NY I DENGAN
POSTPARTUM DALAM UPAYA PEMBERIAN PIJAT OKSITOSIN
UNTUK MELANCARKAN PENGELUARAN AIR SUSU IBU
(ASI) DI RT 002/RW 004 DESA BATU MERAH
KECAMATAN SIRIMAU
KOTA AMBON
Alfina Astri M1) dr . H. Tuanakotta M.kes2) Hani Tuasikal. S.kep Ns, M.kep3)
ix +101Halaman + 9Tabel + 4Lampiran
latar belakang. Ibu setelah melahirkan, akan mengalami rasa tidak nyaman di
seluruh tubuh, stres dan khawatir tidak bisa mencukupi kebutuhan ASI untuk buah
hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi hormon oksitosin yang berperan dalam
pengeluaran ASI. Pijat oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang
(vertebre) sampai tulang costae kelima atau keenam, berfungsi untuk
meningkatkan oksitosin, sehingga ASI dapat keluar dengan lancar. Tujuan. untuk
menggambarkan asuhan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. I dengan post
partum dalam upaya pemberian pijat oksitosin untuk menlancarkan pengeluaran
air susu ibu (ASI). Metode penelitian. jenis penelitian yang digunakan adalah
studi kasus dengan menggunakan metode deskriptif penelitian dilaksanakan pada
tanggal 09 juli 2020 Hasil. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti tidak
menemukan adanya masalah pada pengkajian sampai dengan
diagnosa,intervensi,implementsi,dan evaluasi tidak di temukan adanya
kesenjangan antara teori dan hasil penelitian kesimpulan. Terapi pijat oksitosin
dapat mengatasi ketikdaklancaran pengeluaran ASI bagi ibu post partum.
Kata Kunci: pijat oksitosin, post partum,pengeluaran ASI.

1) Mahasiswa Akademi Keperawatan Rumkit TK III Dr . J . A Latumeten


Ambon
2) Dosen Pembimbing Akademi Keperawatan Rumkit TK III Dr . J . A
LatumetenAmbon

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah

jangka waktu antara lahirnya bayi dan plasenta lepas dari rahim sampai

kembalinya organ – organ reproduksi ke keadaan normal seperti sebelum

melahirkan . masa nifas berlangsung selama enam minggu.

(lowdermik,2013). Pada masa nifas, ibu akan mengalami beberapa

perubahan, salah satunya perubahan pada payudara. Payudara pada ibu

nifas akan menjadi lebih besar, keras dan menghintam disekitar puting, ini

menandakan mulainya proses menyusui.

Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi seorang ibu

untuk buah hatinya, karena ASI mempunyai banyak nutrisi yang berguna

untuk kecerdasan bayi. Menurut utami ( 2005 dalam widyasih,2013),

semua zat yang terkandung dalam ASI seperti zat putih,

lemak,karbohidrat,vitamin , mineral,zat kekebalan, hormon, enzim dan sel

darah putih sangat dibutuhkan oleh bayi untuk tumbuh dan berkembang,

selain itu, ASI juga bermanfaat membantu melindungi bayi dari penyakit

– penyakit seperti diare,deman, kematian mendadak dan melindungi

terhadap alergi makanan (Khasanah 2017) manfaat ASI tersebut akan

diperoleh secara optimal apabila ibu memberikan ASI ekslusif (tanpa

makanan tambahanan) selama enam bulan.

1
2

Pemberian ASI Ekslusif di indonensia menurut data Riset

kesehatan Dasar (2013) menunjukan cakupan ASI di Indonesia hanya

42%. Angka ini di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI

hingga 50%. Dengan angka kelahiran di Indonesia mencapai 4,7 juta per

tahun, maka bayi yang memperoleh ASI selama enam bulan hingga dua

tahun tidak mencapai dua juta jiwa. Sementara target pemberian ASI

Eksklusif di Indonesia harus mencapai 80% . penyebab rendahnya

produksi ASI yang sedikit pada hari – hari pertama setelah melahirkan

menjadi kendala dalam memberikan ASI secara dini. sehingga Usaha

untuk merangsang hormon proklatin dan oksitosin pada ibu setelah

melahirkan selain dengan memeras ASI, dapat juga dilakukan dengan

melakukan perawatan payudara dan inisiasi menyusu di (IMD).

Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak factor seperti

frekuensi pemberian ASI, Berat bayi saat lahir, usia kehamilan ibu saat

bayi lahir,usia ibu dan paritas,stress dan penyakit akut, inisiasi menyusui

dini (IMD). keberadaan perokok, komsumsi alkohol, perawatan payudara,

penggunaan alat kontrasepsi dan status gizi. Ketersediaan ASI yang lancar

pada ibu menyusui akan membantu kesuksesan pemberian ASI Eksklusif

selama 6 bulan,sehingga membantu bayi tumbuh dan kembang dengan

baik sesuai rekomendasi dari WHO (ferial,2013)

Beberapa factor yang perlu diperhatikan agar ibu dapat menyusui

secara eksklusif, yaitu kesehatan, dukungan ,istirahat dan rasa nyaman.

Kesehatan ibu memegang peran penting dalam produksi ASI .ibu yang
3

sakit, asupan makanan kurang atau kekurangan darah untuk membawah

nutrient yang akan diolah oleh sel – sel acini payudara, menyebabkan

produksi ASI akan menurun (Bahiyatum,2009 . ibu dengan infeksi

tuberculosis aktif tidak boleh menyusui. Menyusui juga tidak

direkomendasikan pada ibu yang sedang menerima kemoterapi atau isotop

radioaktif (lowdermik,2013)

Dukungan menjadi factor yang mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif yang harus diperhatikan selanjutnya setelah kesehatan ibu

.menurut sudiharto (2007 dalam Anggorowati, 2015), dukungan keluarga

terutama suami mempunyai hubungan dengan pemberian ASI eksklusif

kepada bayi. Keluarga memberikan dukungan motivasi untuk ibu

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Hal ini didukung dengan hasil

penelitian wahyuni tentang gambaran dukungan suami dalam keberhasilan

pemberian ASI eksklusif di Rumah tahun 2020, menunjukkan ibu yang

mendapat dukungan dari suami mempunyai kecenderungan untuk

memberikan ASI eksklusif sebesar dua kali disbanding ibu yang kurang

mendapatkan dukungan dari suaminya.

Istirahat pada ibu menyusui harus dijaga dan perhatikan, terutama

pada satu atau dua minggu pertama setelah melahirkan. Ibu yang kurang

beristirahat pasca melahirkan dapat mengalami kelelahan yang

menyebabkan dampak megatif pada produksi susu dan reflek let down

(lowdermik,2013).
4

Factor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif selanjutnya

adalah rasa nyaman, setelah ibu melahirkan, ibu akan mengalami rasa

tidak nyaman diseluruh tubuh,stress dan khawatir tidak bisa mencukupi

kebutuhan ASI untuk buah hatinya. Hal ini akan menghambat sekresi

hormone oksitosin . Hormon oksitosin adalah hormone yang berperan

dalam pengeluaran ASI. Apabila sekresi hormone oksitosin terhambat,

pengeluaran ASI menjadi tidak lancar. Pengeluaran ASI yang tidak lancar

dapat menimbulkan pembengkakan pada payudara, jika tidak segera

diatasi akan berdampak lebih lanjut yaitu dapat menyebabkan masititis

dan infeksi. Salah satu cara untuk merangsang hormone oksitosin dan

meningkatkan rasa nyaman adalah dengan pijat oksitosin (Ummah,2014).

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan

disepanjang tulang belakang (vertebre) sampai tulang costae kelima atau

keenam. Setelah dilakukan pijat oksitosin Ibu akan merasa tenang, rileks

meningkatkan ambang rasa nyeri dan mencintai banyinya, sehingga

dengan begitu hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat keluar.

Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intra-

nasal, intra-muscular,maupun dengan pemijatan yang merangsang

keluarnya hormone oksitosin. Tindakan pijat oksitosin ini dapat

memberikan sensasi rileks, menenagkan ibu sehingga ASI pun keluar

dengan sendirinya, pada ibu dan melancarkan aliran saraf serta saluran

ASI kedua payudara lancar (Amin & jaya 2011).


5

Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan

merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke hipotalamus

untuk mengeluarkan oksitosin. Oksitosin menyebabkan otot – otot halus

disekitar kelenjar payudara mengkerut sehingga ASI keluar. Dengan pijat

oksitosin ini juga akan merileksasi ketegangan dan mengilangkan stress

(perinasia,2007 dalam wulandari, 2014). Pijat oksitosin efektif dilakukan 2

kali sehari pada hari pertama dan kedua post partum, karena pada kedua

hari tersebut ASI belum terproduksi cukup banyak

Hartiningtiyaswati,2015).

Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh setiowati

(2017), tentang hubungan pijat oksitosin dengan kelancara produksi ASI

pada ibu post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post

partum setelah diberikan pijat oksitisin mempunyai produksi ASI yang

lancar. Selain melancarkan produksi ASI, pijat ini juga dapat mengurangi

bengkak, mengurangi sumbatan ASI,mempertahakan produksi ASI, ketika

ibu dan bayi sakit, (Mardianingsi,2010& Depkes RI,2007 dalam

wijayanti ,2014).

Memberikan pijat oksitosin merupakan salah satu peran tugas

sebagai care giver yang memberikan asuhan keperawatan dari yang

sederhana sampai dengan yang kompleks. Perawat memberikan dukungan

dan memberikan rasa nyaman melalui pijat oksitosin pada ibu setelah

melahirkan membuat ibu merasa percaya diri serta mengurangi khawatir

sehingga produksi ASI meningkat. Selain itu perawat juga membantu


6

meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga tentang cara meningkatkan

ASI. Perawat memberikan informasi dan mengajarkan kepada suami atau

keluarga cara pijat oksitosin sesuai dengan standar operasional prosedur.

Berdasarkan latar belakang di atas dan pengalaman praktek klinik

maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan dengan

judul “asuhan keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. I dengan post patum

dalam upaya pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran air

susu ibu( ASI) di Rt 002/ Rw 004 desa batu merah kecamatan sirimau

kota ambon.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat dibuat rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Asuhan keperawatan keluarga

Tn. A pada Ny. I dengan post partum dalam upaya pemberian pijat

oksitosin untuk menlancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI)

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan

keperawatan keluarga Tn. A pada Ny. I dengan post partum dalam

upaya pemberian pijat oksitosin untuk menlancarkan pengeluaran air

susu ibu (ASI).

2. Tujuan Khusus
7

a. Melakukan pengkajian pada Ny. I dengan post partum dalam upaya

pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran ASI

b. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. I dengan post partum

dalam upaya pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan

pengeluaran ASI

c. Membuat perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. I

dengan post partum dalam upaya pemberian pijat oksitosin untuk

melancarkan pengeluaran ASI

d. Melakukan Implementasi pada Ny. I dengan post partum dalam

upaya pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran

ASI

e. Melakukan Evaluasi pada pasien Ny. I dengan post partum dalam

upaya pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran

ASI

D. Manfaat penelitian

Ada pun manfaat penelitian ini adalah

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pengembangan

pikiran dalam mengembangkan teori – teori kesehatan atau ilmu

kesehatan guna meningkatkan mutu praktek keperawatan khususnya

dalam asuhan keperawatan dengan post partum dalam upaya

pemberian pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI dan

sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut.


8

2. Secara praktis

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat :

a. Bagi institusi pendidikan

Sebagai bahan masukan bagi institusi sebagai pemberian materi dan

informasi keperawatan terkait dengan pengetahuan tentang keluarga

dalam meningkatkan produksi ASI pada ibu post partum melalui pijat

oksitosin

b. Bagi penulis

Semoga dapat dijadikan sebagai pedoman dan ilmu berharga dalam

mengimplementasi pijat oksitosin pada asuhan keperawatan ibu post

partum

c. Bagi pasien dan keluarga

Memberikan bantuan kepada pasien dalam mengenal dan mengatasi

masalah keperawatan yang dialaminya dengan menggunakan terapi

pijat oksitosin pada pasien juga memberikan pengetahuan ilmu bagi

keluarga pasien atau asuhan keperawatan yang diberikan

d. Bagi perawat

Diharapkan menjadi bahan masukan bagi perawat dalam meningkatkan

pelayanan keperawatan yaitu pemberian suatu intervensi keperawatan

sebagai bentuk pelayanan yang bermutu.


9

E. Keaslian penelitian

Karya tulis ilmiah ini disusun oleh peneliti sendiri dengan menggunakan

kumpulan referensi berupa jurnal ilmiah dan bukan merupakan duplikasi

atau penjiplakan dari penelitian karya tulis ilmiah yang lain. Walaupun

sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

F. Sistematika penulisan

Penulisan ini disusun dalam bentuk proposal karya tulis ilmiah dengan

sistematika penulisan yang terdiri dari bagian awal, desain studi kasus,

bagaian utama dan bagian akhir.Bagian awal terdiri dari halaman judul,

halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar

dan daftar lampiran.Desain studi kasus terdiri dari pengertian studi kasus

deskriptif dan ciri-ciri studi kasus deskriptif. Bagian utama terdiri dari tiga

Bab yaitu Bab I Pendahuluan yang berisi : latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian , keaslian penulisan dan

sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka yang bêrisi: (Dasar dasar

teoritis dan berbagai konsep yang relevansi dengan penelitian ini dan

kerangka konsep penelitian). Bab III Metode Penelitian yang berisi: desain

studi kasus, subjek studi kasus, definisi operasional studi kasus, instrument

studi kasus, metode pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian, etika

penelitian. Bab IV Pembahasan yang berisi : pengkajian, diagnosa,

perencanaan,implementasi evaluasi. Bab V yang berisi kesimpulan dan

saran dari hasil penelitian.


10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Post partum

1. Pengertian post partum

Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai

sampai alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil. Nifas

disebutjuga peurperium. Peurperium berasal dari bahasa latin. Peur

berarti bayi dan parous berarti melahirkan.Jadi dapat disimpulkan

peurperium atau masa nifas merupakan masa setelah melahirkan. Masa

nifas juga dapat diartikan sebagai masa post partum normal atau masa

sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam

minggu berikutnya disertai pemulihnya organ-organ yang berkaitan

dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan

lain sebagainya yang berkaitan (Sari, 2015).

2. Fase – fase Nifas

Masa nifas menurut Sari (2015), dibagi menjadi tiga periode sebagai

berikut :

a. Periode pasca persalinan segera (immediate post partum) 0-24 jam

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

perdarahankarena atonio uteri

b. Periode pasca persalinan awal (early post partum) 24jam - 1 minggu

10
11

Pada periode ini tenanga kesehatan memastikan involusi uteri dalam

keadan normal, tidak ada demam, ibu cukup mendapatkan makanan

dan cairan serta ibu menyusui bayi dengan baik.

c. Periode pasca salin lanjut (late post partum) 1 minggu – 6 minggu

Pada periode ini tenaga kesehatan tetap melakukan perawatan dan

pemeriksaaan sehari-hari serta konseling KB (Saleha, 2009 dalam

Sari, 2015)

3. Menyusui

a. Proses pembentukan ASI

Proses pembentukan ASI menurut lowdermik (2013), adalah

sebagai berikut :

1) Laktogenesis tahap I

Laktogenesis tahap 1, dimulai dari minggu ke-16 sampai 18

kehamilan, payudara akan mempersiapkan diri untuk produksi

ASI susu dengan memproduksi kolostrum. Kolostrum adalah

cairan jernih berwarna kekuning, lebih pekat daripada ASI dan

sangat kaya imunoglobulin. Kolostrum mempunyai kadar

protein dan mineral yang tinggi, namun kadar lemaknya lebih

rendah. Kadar protein yang tinggi akan memfasilitasi terkaitnya

bilirubin dan efek laktasif dari kolostrum akan meningkatkan

keluarnya mekonium..
12

2) Laktogenesis tahap II

Pada tahap ini kolostrum perlahan berubah menjadi ASI

matur.Tahap ini terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-5 setelah

melahirkan, sebagian wanita sudah menyekresi ASI dalam

jumlah banyak.

3) Laktogenesis tahap III

Komposisi ASI akan terus berubah selama sekitar 10 hari,

namun pada tahap ini ASI matur sudah menetap dan produksi

ASI mulai stabil.

b. Proses pengeluaran ASI

Menyusui atau laktasi adalah keseluruhan proses dari ASI

di produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. (Sari,

2015).Ada dua mekanisme uatama yang terlibat dalam laktasi yaitu

sekresi ASI dan refleks pengeluaran ASI (Reeder, 2012).

Sekresi ASI merupakan persyaratan keberhasilan

menyusui.Sejak trimester kedua, sekresi dengan komposisi yang

cukup stabil (prokolostrum) telah dapat ditemukan pada payudara.

Ketika bayi lahir dan plasenta dikeluarkan maka sekresi akan

mengalami perubahan. Prokolostrum akan berubah menjadi

kolostrum, perubahan tersebut akan terjadi selama 10 hari

berikutnya sampai satu bulan untuk mencapai susu yang matang.

Perubahan dalam sekresi kelenjar mamae setelah persalinan

diyakini merupakan akibat penurunan hormone estrogen dan


13

progesterone serta kadar hormone proklatin yang relative

meningkat (worthingtom – Roberts,1993 dalam Reeder,2012.

Pada tahap awal laktasi, sekresi ASI dapat distimulus oleh

pengisapan bayi pada kedua payudara setiap meyusu dan dapat

meningkatkan frekuensi menyusui. Produksi ASI akan dimulai

secara perlahan pada beberapa ibu, tetapi hal ini dapat distimulasi

dengan menyusui bayi di kedua payudara setiap dua sampai tiga

jam. Walaupun prolaktin dapan menstimulasi sintesis dan sekresi

ASI kedalam ruang alveolar, tetapi diperkirakan bahwa jumlah

produksi susu diatur oleh jumlah susu yang tersisa dalam ruang

alveolar setelah menyusu. Oleh karena itu, pengosongan payudara

merupakan tindakan yang penting terutama pada tahap awal laktasi

(Lawrence, 1994 dalam Reeder, 2012).

Mekanisme kedua yang terlibat laktasi adalah pengeluaran

ASI atau refleks down.Oksitosin adalah hormon yang berperan

dalam hal ini. Okisitosin yang dilepaskan hipofisis posterior

sebagai respon terhadap isapan, menstimulasi kelenjar epitel dalam

alveoli untuk berkontraksi dan mengeluarkan susu melewati

saluran duktus laktiferus. Refleks ini mempengaruhi jumlah ASI

yang mampu diperoleh bayi, karena ASI harus berada dalam sinus

sebelum dapat dikeluarkan oleh isapan bayi.


14

Gambar 1. Proses menyusui


(Sumber: http://brooksidepress.org)

Tebal 2.1
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PROSES MENYUSUI

pengertian Menyusui dalam posisi dan perlekatan yang benar,

sehingga menyusu iefektif. Posisiibu yang benar saat

menyusui akan memberikan rasa nyaman selama ibu

menyusu ibayinya dan juga akan membantu bayi

melakukan isapan yang efektif.


Tujuan 1. Menentukan keberhasilan pemberian ASI

2. Mencegah lecet puting susu.


kebijakan Di bawah tanggungjawab bidan
Prosedur Prosedur:

Posisimenyusui yang benar adalah:

1. Jika ibu menyusu ibayi dengan posisi duduk

santai, punggung bersandar dan kaki tidak


15

menggantung.

2. Jika ibu menyusui sambil berbaring, makaharus

dijaga agar hidung bayi tidak tertutup.

Kemudian tunjukkan kepada ibu cara melekat kan

bayi. Ibu hendaknya :

1. Menyentuhkan putting susu ke bibir bayi.

2. Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

3. Segera mendekatkan bayi kearah payudara

sedemikian rupa sehingga bibir bawah bay

iterletak di bawah putting susu.

Posisimenyusui:

1. Seluruh badan bayi tersangga dengan baik, jangan

hanya leher dan bahunya saja.

2. Kepala dan tubuh bayi lurus

3. Badan bayi menghadap ke dada ibunya

4. Badan bayi dekat ke ibunya.

Penilaian:

1. Tanda-tanda perlekatan menyusu yang baik:

 Dagu bayi menempel payudara ibu

 Mulut bayi terbuka lebar


16

 Bibir bawah bayi membuka keluar

 Areola bagian atas ibu tampak lebih banyak

2. Tanda bayi mengisap dengan efektif adalah bayi

mengisap secara dalam, teratur yang diselingi

istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya

terdengar suara bayi menelan.

a. Manfaat pemberian ASI

1) Bagi bayi : ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok, antara lain

zat putih, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, zat kekebalan,

hormone, enzim dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara

proposional dan seimbang. ASI juga membantu melindungi bayi dari

penyakit-penyakit seperti diare, demam, kematian mendadak dan

melindungi terhadap alergi makanan ( Khasanah, 2014)

2) Bagi ibu : mengurangi perdarahan post partum, involusi uteri lebih

cepat, mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium,

mengurangi resiko osteoporosis (Lowdermilk, 2013).

3) Bagi masyarakat: Mengurangi pencemaran lingkungan karena limbah

kaleng susu, mengurangi biaya perawatan kesehatan

tahunanberkurangnya angka ketidakhadiaran orang tua dalalm

pekerjaannya dikarenakan bayi sakit (Lowdemilk,2013).

b. Factor yang mempengaruhi produksi ASI

1) Makanan
17

Makanan yang tepat untuk ibu menyusui adalah makanan seimbang

padat nutrisi, asupan kalsium dan vitamin larut lemk harus adekuat.

Apabila ibu makan makanan dengan gizi yang cukup dan makan

teratur maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar (Lowdermilk,

2013).

2) Psikologi

Memproduksi ASI yang baik memerlukan kondisi jiwa dan pikiran

yang tenang. Ibu dengan keadaan psikologi yang tertekan, sedih dan

tegang akan menurunkan volume ASI (Khasanah, 2017).

3) Kesehatan

Kesehatan memegang peran penting terhadap pdoduksi ASI. Ibu yang

sakit, asupan makan yang tidak adekuat, kekuarangan darah untuk

membawa nutrien yang akan di olah sel – sel dipayudara,

menyebabkan produksi ASI menurun (Bahiyatun, 2009). Ibu dengan

infeksi tuberkulosis aktif dan ibu yang sedang menerima kemoterapi

atau isotop radioaktif tidak direkomandasikan untuk menyusi

(Breastfeeding, 2005 & Lowrence, 2005 dalam Lowdemik 2013).

4) Alat kontrasepsi

Kontraspsi hormonal meliputi, inplan, injeksi, pil dapat menyebabkan

penurunan produksi ASI.Kontrasepsi ini harus dihindari selama 6

minggu pertama post partum suplay ASI rendah, riwayat kegagalan

laktasi (Lowdermilk, 2013).

5) Perawatan payudara
18

Perawatan payudara dapat bermanfaat untuk mempengaruhi kelanjar

hipofise untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin (Khasanah,

2017).

6) Anatomi payudara

Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI.

Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk papila dan puting susu ibu

(Khasanah, 2017).

7) Pola istirahat

Ibu yang menyusui memelukan istirahat sebanyak mungkin, terutama

pada satu atau dua minggu pertama setelah lahir. Kelelahan, stres, dan

kecemasan dapat memberikan efek negatif pada produksi ASI dan

refleks let down (Lowdermilk, 2013).

8) Factor isapan dan Frekuensi penyusuan

Semakin bayi sering menyusu pada payudara ibu maka produksi dan

pengeluaran ASI akan semakin banyak, akan tetapi frekuensi

menyusui pada bayi prematur dan cukup bulan berbeda dikarenakan

bayi prematur belum dapan menyusu. Studi mengatakan bayi prematur

akanoptimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama

bulan pertama setelah lahir (Khasanah, 2017)

c. Tanda – tanda bayi cukup ASI

Bayi usia nol sampai enam bulan dapa dinilai mendapatkan kecukupan

ASI apabila bayi menyusu tiap dua sampai tiga jam atau dalam 24 jam
19

minimal mendapatkan ASI delapan sampai 10 kali pada dua sampai tiga

minggu pertama, kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan

warna menjadi lebih muda pada hari kelima setalah lahir, bayi akan buang

air kecil minimal enam sampai 8 kali sehari, payudara terasa lebih lembek

setelah menyusui, menandakan ASI telah habis, tidur dengan nyenyak

proses menelan terdengar selama menyusu (Khasanah, 2017 & Reeder,

2012).

d. Masalah pemberian ASI

Masalah yang sering muncul saat menyusui adalah :

1) Pembengkakan Payudara

Pembengkaan merupakan respons yang umum pada payudara terhadap

peubahan mandadak dalam hormon dan onset meningkatnya volume

ASI secara bermakna. Hal ini biasanya terjadi dalam tiga sampai lima

hari setelah lahir ketika ASI meningkat dan berlangsung selama 24

jam. Aliran darah pada payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan jaringan diskitar duktus susu sehingga ASI tidak dapat

mengalir keluar payudara (Lowdermilk, 2013).

2) Nyeri Pada Putting

Nyeri berat, mengelupas, pecah-pecah atau berdarah pada puting susu

tidak normal sering terjadi kali terjadi akibat posisi yang salah,
20

penempelan bayi pada puting salah, isapan yang salah atau infeksi

monila (Lowdermilk, 2013).

3) Mastitis

Mastitis ditandai dengan gejala seperti influenza dengan onset

mendadak, meliputi demam, menggigil, badan pegal-pegal, serta sakit

kepala.Nyeri payudara terlokalisasi dan area kemerahan.Mastitis sering

terjadi pada kuadran atas luar payudara. Mayoritas kasus terjadi dalam

enam minggu pertama menyusui, namun mastitis bisa terjadi kapan

saja (Lowdermilk, 2013)

4) Infeksi Monolia

Nyeri pada puting setelah periode bayi baru lahir sering kali

merupakan akibat dari infeksi monili ( jamur). Ibu biasanya mengeluh

nyeri mendadaak pada puting susuyang berat, seperti terbakar atau

menyengat.Bayi yang terinfeksi biasanya sangat gelisaah dan

kembung. Ketika disusui bayi cenderung melepas payudara segera

setelah menyusu, menangus dan tampak kesakitan (Lowderlik, 2013)

5) Duktus yang tersumbat

Duktus susu yang tersumbat menyebabkan pembengkakan dan nyeri

pada payudara. Duktus paling sering terjadi karena pengosongan

payudara yang tidak adekuat, yang dapat disebabkan oleh pemakaian

pakaian yang terlalu ketat, bra yang berukuran tidak sesuai atau

berkawat, atau menggunakan posisi yang sama untuk menyusui.


21

Duktus susu yang tersumbat dapat meningkatkan kerentanan payudara

terhadaap infeksi (Lowdermilk, 2013).

6) Putting yang masuk kedalam

Ketika puting tidak menonjol keluar melebihi areola atau retraksi

ringan, banyak wanita yang takut mereka mengalami inversi puting.

Jika diberikan penekan lembut pada pada area dibelakang puting,

puting normal yang datar akan keluar tatapi pada putting yang inverse

akan mengalami rettraksi lebih jauh sehingga bayi kesulitan meraih

putting ibu (Reeder,2012).

B. Konsep Pijat oksitosin

1. Pengertian pijat Oksitosin

Menurut Ummah (2014), pijat oksitosin adalah pijat relaksasi untuk

merangsang hormon oksitosin. Pijat yang lakukan disepanjang tulang

vertebre sampai tulang costae kelima atau keenam.pijat oksitosin

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran produksi

ASI. Menurut Depkes RI (2007 dalam Setiowatii, 2017), pijat okitosin

dilakukan dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang

kedua sisi tulang belakang sehingga diharapkan ibu akan merasakan

rileks dan kelelahan setelah melahirkan akan hilang.

2. Mekanisme pijat oksitosin

Pijat oksitosin adalah pijat yang dilakukan disepanjang tulang

belakang (vertebre) sampai costae ke lima atau keenam (Ummah,


22

2014). Melalui pemijatan pada tulang belakang, neurotransmitter akan

merangsang medulla oblongata langsung mengirim pesan ke

hipotalamus untuk mengeluarkan oksitosin. Dengan pijat oksitosin ini

juga akan merileksasi ketegangan dan menghilangkan stress serta

meningkatkan rasa nyaman (Perinasia, 2007 dalam Wulandari, 2014).

Saat ibu merasa nyaman atau rileks, tubuh akan mudah melepaskan

hormone oksitosin.

Hormon oksitosin diproduksi oleh kelenjar hipofisi posterior.

Setelah diproduksi oksitosin akan memasuki darah kemudian

merangsang sel-sel meopitel yang mengelilingi alveolus mammae dan

duktus laktiferus. Kontraksi sel-sel meopitel mendorong ASI keluar

dari alveolus mammae melalui duktus laktiferus menuju ke sinus

laktiferus dan disana ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap

puting susu, ASI yang tersimpan di sinus laktiferus akan tertekan

keluar kemulut bayi (Widyasih, 2013).

Hasil penelitian Setiowati pada tahun 2017, tentang tentang

hubungan pijat oksitosin dengan kelancaran produksi ASI pada ibu

post partum fisiologis hari ke 2 dan ke 3, menyatakan ibu post partum

setelah diberikan pijat oksitosin mempunyai prosduksi ASI yang

lancar. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ummah (2014),

tentang pijat oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI pada

pasca salin normal di dusun Sono, didapatkan hasil rata-rata ASI pada
23

ibu post partum yang diberikan pijat oksitosin lebih cepat

dibandingkan ibu post partum yang tidak diberi pijat oksitosin.

3. Manfaat pijat oksitosin

Pijat oksitosin mempunyai beberapa manfaat yang sangat membantu

bagi ibu setelah persalinan. Seperti yang dilajelaskan oleh Mulyani

(2009),dalam Wulandari,2014), pijat oksitosin dapat mengurangi

ketidaknyaman fisik serta memperbaiki mood. Pijat yang dilakukan

disepanjang tulang belakang ini juga dapat merilleksasikan ketegangan

pada punggung dan menghilangkan stress sehingga dapat

memperlancar pengeluaran ASI. Sedangkan menurut Depkes RI

(2007,dalam Wijayanti, 2014). Pijat oksitosin dapat mengurangi

bengkak, mengurangi sumbatan ASI dan mempertahankan produksi

ASI ketika ibu dan bayi sakit.

4. Indikasi pijat oksitosin

Indikasi pijat oksitosin dalah ibu post partum dengan gangguan

produksi ASI

5. Pelaksanaan Tindakan Pijat Oksitosin

Pijat oksitosin dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore.Pijat

ini dilakukan selama 15 sampai 20 menit (Sari, 2015).Pijat ini tidak

harus selalu dilakukan oleh petugas kesehatan.Pijat oksitosin dapat

dilakukan oleh suami atau keluarga yang sudah dilatih.Keberadaan

suami atau keluarga selain membantu memijat pada ibu, juga

memberikan suport atau dukungan secara psikologis, membangkitkan


24

rasa percaya diri ibu serta mengurangi cemas. Sehingga membantu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin

Langkah-langkah yang dilakukan yaitu yang pertama ibu melepas

pakian bagian atas dan bra, pasang handuk di pangkuan ibu, kemudian

posisi ibu duduk dikursi (gunakan kursi tanpa sandaran untuk

memudahkan penolong atau pemijat), kemudian lengan dilipat diatas

mrja didepannya dan kepala diletakan diatas lengannya, payudara

tergantung lepas tanpa baju Melumuri kedua telapak tangan

menggunakan minyak atau baby oil selanjutnya penolong atau

pemijat memijat sepanjang tulang belakang ibu dengan menggunakan

dua kepal tangan, dengan dengan ibu jari menunjuk kedepan dan

menekan kuat – kuat kedua sisi tulang belakang membentuk gerakan –

gerakan melingkar kecil – kecil dengan kedua ibu jari. Pada saat

bersamaan pijat kearah bawah pada kedua sisi tulang belakang .dari

leher kearah tulang belikat. Evaluasi pada pemijatan oksitosin

dilakukan (Depkes RI. 2007 dalam Trijayanti. 2007).


25

Gambar 2. Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017)

Table 2.2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PIJAT OKSITOSIN

No Prosedur Tetap
1 Tindakan Pijat oksitosin
2 Tujuan 1. memperlancar produksi air

susu ibu (ASI).

3 Persiapan 1. Kursi

2. Meja

3. Minyak kelapa atau baby oil

4. Handuk

5. Air hangat

4 Prosedur kerja a. Tahap Pra Interaksi


26

1. Siapkan alat dan dekatkan

keklien

2. Cek status klien

b. Tahap Orientasi

1. Berikan salam

2. Jelaskan tujuan, prosedur

dan lamanya tindakan pada

klien

3. Berikan kesempatan klien

untuk bertanya sebelum

tindakan dilakukan

4. Jaga privasi klien

c. Tahap Kerja

1. Cuci tangan

2. Membantu melepaskan

pakaian bagian atas dan BH

ibu

3. Memasang handuk

4. Ibuk duduk, bersandar

kedepan, melipat lengan

diatas meja didepannya,


27

kemudian meletakkan kepala

diatas lengannya. Payudara

tergantung lepas tanpa baju

5. Lumuri kedua telapak

tangan dengan minyak atau

baby oil

6. Pijat sepanjang kedua sisi

tulang belakang dengan

menggunakankepalan tinju

kedua tangan dan ibu jari

menghadap kearah atas atau

depan

7. Tekan dengan kuat

membentuk gerakan

lingkaran kecil, dengan

kedua ibujari mengggosok

kearah bawah dikedua sisi

tulang belakang pada saat

yang sama dari leher kearah

tulang belikat. Dilakukan

selama 15 sampai 20 menit.

Lakukan pemijatan selama

dua kali sehari


28

8. Bersihkan punggung

dengan air hangat dan dingin

secara bergantian.

9. Bantu klien memakai BH

dan pakaian kembali

10. Bereskan alat

11. Cuci tangan


5 Tahap terminasi 1. Evaluasi perasaan ibu

2. Lakukan kontrak kegiatan

selanjutnya

3. Sampaikan salam

4. Dokumentasikan

C. KAsuhan Keperawatan post partum

1 . Pengkajian

Langkah awal yang dapat dilakukan sebelum memberikan asuhan

keperawatan adalah melakukan pengkajian Data yang dikaji meliputi data

subjektif dan objektif.Data subjektif adalah data yang diperoleh langsung

dari pasien maupun keluarga. Data objektif adalah data yang diperoleh

melalui pengkajian fisik, baik pemeriksaan khusus , pemeriksaan umum

maupun pemeriksaan penunjang (Widyasih 2013), Metode yang dilakukan

dalam pengkajian terdiri dari pemeriksaan fisik, observasi, wawancara dan


29

studi dokumen sumbr pengkajian adalah pasien keluarga pasien dan

petugas kesehatan lain.

Pengkajian fisiologis post partum difokuskaan pada involusi proses

organ reproduksi, perubahan biofisik sistem lainnya, dan mulainya atau

hambatan proses laktasi. Pengkajian psikologis difokuskan pada interaksi

dan adaptasi ibu, bayi baru lahir dan keluarga.Status emosional dan respon

ibu terhadap pengalaman kelahiran, interaksi dengan bayi baru lahir,

menyusui bayi baru lahir, penyesuaian terhadap peran, hubungan baru

dalam keluarganya juga dikaji (Reeder, 2012). Pengkajian data dalam

asuhan masa nifas normal meliputi :

a. Pengkajian Data Dasar Klien Bobak (2005)

1) Identitas klien meliputi : , usia, perkawinan, pekerjaan, agama,

pendidikan, suku, bahasa yang digunakan, sumber biaya, tanggal

masuk rumah sakit, alamat, tanggal penggakian.

2) Identitas penanggung jawab meliputi : nama, usia pekerjaan,

agama, hubungan dengan klien, pendidikan..

b. Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan yang dikaji menurut Vobak (2005) meliputi :

1) Riwayat kesehatan

Data yang perlu dikaji antara lain : keluhan saat masuk rumah

sakit, faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi.

2) Riwayat kehamilan
30

Informasi yang dibutuhkan adalah pra dan gravida, kehamilan yang

direncanakan, masalah kehamilan saat hamil atau Ante Natal Care

(ANC) dan imunisasi yang diberikan ibu selama hamil.

3) Riwayat melahirkan

Data yag harus dikaji meliputi : tanggal melahirkan, lamanya

persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan, analgetik, masalah selama

melahirkan jahhitan perinium dan perdarahan

4) Data bayi

Data yang harus dikaji meliputi: Jenis kelamin berat badan bayi,

kesulitan dalam melahirkan apgar score dan kelainan congenital

yang tampak saat dilakukan penngkajian

c. Pengkajian Fisiologi

Pengkajian fisiologi setelah persalinan meliputi : keadaan uterus,

jumlah perdarahan, kandung kemih dan berkemih, tanda – tan da vital

dan perineum (Reeder, 2012)

1) Tanda – tanda vital

Suhu tubuh diukur setiap empat sampai 8 jam selama beberapa hari

karena demam biasanya merupakan gejala awal infeksi. Suhu

tubuh 380C mungkin disebabkan dehidrasi pada 24 jam pertama

setelah persalinan. Demam yang menetap lebih dari 4 hari setelah

melahirkan dapat menandakan adanya infeksi.Bradikardi

merupakan fisiologi normal selama enam sampai 10 hari

pascapartum dengan frekuensi nadi 40-70 kali per menit.Frekuensi


31

nadi lebih dari 100 kali per menit dapat menunjukan adanya

infeksi, hemoragi, nyeri, atau kecemasan.Nadi yang cepat dan

dangkal yang dihubungkan dengan hipotensi dapat menunjukan

hemoragi, syok, atau emboli. Peningkatan tekanan darah pada

pasca partum akan menunjukan hipertensi akibat kehamilan ,

yang muncul pertama kali pada masa pasca partum pascapartum..

Nadi dan tekanan darah diukur setiap empat samapai 8 jam,

kecuali jika ada penyimpanan dari nilai normal, sehingga perlu

diukur atau dipantau lebih sering (Reede,2012).

2) Involusi Uteri

Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali keposisi dan

kondisi semula seperti sebelum masa kehamilan. Involusi uteri

diukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus.

Fundus uterus setelah persalinan akan turun 1cm atau satu jari

perhari. Segera setalah persalinan puncak fundus kira-kira dua

pertiga hingga tiga perempat diantara simfisis pubis dan umbilicus.

Kemudian secara bengangsur-angsur turun ke pelvis yang secara

abdominal tidak dapat terpalpasi setelah sepuluh hari ( Sukarni,

2013 dan Reeder, 2012)


32

Gambar 3. Perubahan tinggi fundus uteri setelah persalinan


(Sumber :http://lusa.web.id, 2010)

3) Lokia

Karakter dan jumlah lokia secara tidak langsung menggambarkan

kemajuan penyembuhan endometrium. Pada proses penyembuhan

normal, jumlah lokia dan perubahan warna khas menjukan

komponen darah dalam aliran lokia. Lokia berwarna merah gelap

(lokia rubra) pada satu sampai 3 hari setelah persalinan biasanya

jumlahnya sedang. Sekitar hari keempat pascapartum lokia akan

berwarna merah muda (lokia serosa) dengan aliran yang lebih

sedikit atau sering. Setelah satu minggu sampai 10 hari, lokia akan

berwarna putih kekuningan (lokia alba) dengan jumlah aliran

sangat sedkit. Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah

lokia alba menunjukan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat.

Bau lokia sama dengan bau menstruasi normal. Lokia rubra yang

banyak, lama dan bau, khususnya disertai demam menandakan

adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta masih tertinggal

(Reeder, 2012).
33

4) Eliminasi Urine

Wanita pascapartum dianjurkan untuk segera berkemih setelah

melahirkan guna menghindari distensi kandung kemih.Pengkajian

kondisi kandung kemih dilakukan dengan palpasi, perkusi, dan

pengamatan terhadap abdomen. Distensi kandung kemih berat

menyebabkan atonia otot-otot kandung kemih yang menyebabkan

pengosongan kandung kemih tidak adekuat dan terjadi retensi urin.

Retensi urin merupakan factor presdisposisi infeksi saluran kemih

(Reede,2012)

5) Perineum

Pengkajian pada daerah perineum untuk mengidentifikasi

karakteristik normal atau deviasi dari normal, seperti hematom,

edema, eritema, dan nyeri tekan.Jika ada jahitan luka kai keutuhan,

perdarahan, dan tanda-tanda infeksi (Reeder, 2012).

6) Eliminasi Feses

Konsitipasi sering terjadi karena penurunan tonus usus akibat

relaksasi otot abdomen dan pengaruh hormon progesteron pada

otot polos.Kurangnya asupan makanan dan dehidrasi saat

melahirkan berperan terhadap terjadinya konstipasi. Pengkajian

melipusi palpasi, auskultasi, inspeksi apa ada distensi abdomen.

Nyeri perineum yang signifikan sering mengakibatkan rasa nyeri

saat defekasi, sehingga defekasi terhambat (Reeder, 2012).

7) Ekstremitas Bawah
34

Ekstremitas dikaji untuk mengetahui adanya

tromboflebitis.Pengkajian dilakukan dengan inspeksi ukuran

bentuk, kesimetrisam, edema dan varises.Suhu dan pembengkakan

dirasakan dengan palpasi.Tanda – tanda tromboflebitis adalah

bengkak uriseluluer kemerahan, panas dan nyeri (Reeder. 2012).

8) Payudara

Pengkajian payudara dilakukan dengan inspeksi, ukuran bentuk

warna dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan adakah nyeri

tekan untuk menentukan status laktasi. Pada saat ASI mulai

diproduksi payudara akan terasa besar, keras, dan hangat serta

mungkin terasa berbenjol-benjol. Ketika menyusui dimulai dapat

diamati puting dan areola adakah kemerahan dan pecah-pecah serta

menanyakan pada ibu apakah ada nyeri tekan (Reeder, 2012).

d. Pengkajian Psikologi

Pengkajian emosional, perilaku dan sosial pada masa pascapartum

dapat memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan

keluarga terhadap dukungan, penyuluhan, dan perawatan pascapartum.

Perawat juga mengkaji tingkat pengetahuan dan kemampuan ibu

merawat diri dan bayi bari lahir (Reeder, 2012).

e. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah

lengkap hematokrit atau hemoglobin untuk mengetahu adakah anemia


35

setelah melahirkan. Sel darah putih yang melebihi nilai normal

merupakan tanda – tanda terjadinya infeksi (Reeder,2012).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon

klien terhadap masaalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami

baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis yang muncul

pada ibu post partum yang berhubungan dengan produksi ASI menurut

PPNI(2017), adalah

a. Menyusui tidak efektif

1) Definisi

Ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi atau anak menjalani

proses pemberian ASI

2) Batasan karakteristik

Ketidakadekuatan suplai ASI, bayi menangis pada payudara,

ketidakcukupan pengosongan setiap payudara setelah menyusui,

3) Factor yang berhubungan

Ketidakefektifan suplai ASI, anomali payudara ibu,

ketidakadekuatan reflek oksitosin, ketidakadekuatan reflek

menghisap bayi, kurang terpapar informasi tentang pentingnya

menyusui dan/atau metode menyusui, kurangnya dukungan

keluarga.

b. Menyusui efektif
36

1) Definisi

Pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi dan

anak yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

2) Batasan karakteristik

Ibu merasa percaya diri selamaa proses menyusui, bayi melekat

pada payudara ibu dengan benar, ibu mampu memposisikan

bayi dengan benar, miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam,

berat badan bayi meningkat, ASI menetes/lancar, suplai ASI

adekuat, puting tidak lecet setelah minggu kedua.

3) Factor yang berhubungan

Hormon oksitosin dan prolaktin adekuat, payudara memesar,

alveoli mulai terisi, tidak ada kelainan pada struktur payudara,

puting menonjol, bayi aterm, tidak ada kelainan bentuk pada

mulut bayi

Diagnosa yang muncul pada ibu post partum yang berhubungan dengan

ASI menurut Nanda (2015), adalah

a. ketidakcukupan ASI

1) Definisi

Produksi air susu ibu yang rendah

2) Batasan Karakteristik

Konstipasi, menolak menyusu, penambahan berat badan kuran dari

500 g dalam sebulan, sering menangis, sering mencari puting,


37

tampak tidak puas setelah menyusui, urine pekat dan sedikit,waktu

menyusu lama , keterlambatan produksi ASI, volume ASI yang

dikeluarkan kurang dari diharapkan

3) Factor berhubungan dengan

Kesempatan untuk menghisap tidak cuku, latching on tidak efektif,

menolak payudara, menyusu dalam waktu singkat, reflek

menghisap tidak efektif, kehamilan, kekurangan volume cairan,

konsumsi alkohol, malnutrisi, merokok, program pengobatan.

b. ketidakefektifan Pemberian ASI

1) Definisi

Kesulitan Pemberian susu pada bayi atau anak secara langsung dari

payudara, yang dapat mempengaruhi status nutrisi bayi/anak.

2) Batasan Karakteristik

Bayi menangis dalam jam pertama setelah menyusu, bayi

menangis pada payudara, bayi menolak lacthing on,

ketidakadekuatan defekasi bayi, ketidakcukupan pengosongan

setiap payudara setelah menyusui, luka pputing yang menetap

setelah minggu pertama menyusui, tidak mengisap payudara terus

menerus.

3) Faktor yang berhubungan

Ambivalensi ibu, anomali payudara, ansietas ibu, keletihan ibu,

diskontinuitas pemberian ASI, keluarga tidak mendukung,


38

keterlambatan laktogen II, kurang pengetahuan orang tua tentang

pentingnya pemberian ASI.

c. Diskontinuitas Pemberian ASI

1) Definisi

Berhentinya kontinuitas pemberian ASI pada bayi atau anak

langsung dari payudara, yang dapat mengganggu keberhasilan

menyusui dan/ atau status nutrisi bayi/anak.

2) Batasan karakteristik

Pemberian ASI non-ekslusif

3) Faktor yang berhubungan

Bayi dirawat, ibu bekerja, kebutuhan untuk segera menyapih bayi,

kontraindikasi untuk menyusui (misal agens farmaseutik tertentu),

penyakiit bayi, penyakit ibu, perpisahan ibu-bayi, prematuritas.

d. Kesiapan Meningkatkan Pemberian ASI

1) Definisi

Suatu pola pemberian susu pada bayi atau ana langsung dari

payudara, yang dapat ditingkatkan.

2) Batasan Karakteristi

Ibu menyatakan keinginan untuk memiliki kemampuan untuk

memberi ASI untuk kebutuhan bayinya, ibbu menyatakan

keinginan untuk meningkatkan kemampuan member ASI ekslusif

e. Ketidakefektifan Pola makan bayi

1) Definisi
39

Gangguan kemampuan bayi untuk menghisap atau mengoordinasi

respon menghisap/menelan yang mengakibatkan ketidakadekuatan

nutrisi oral untuk kebutuhan metabolik

2) Batasan Karakteristik

Ketidakmampuan mempertahankan menghisap yang efektif,

ketidakmampuan memulai menghisap yang efektif,

ketidakmampuan mengoordinasi menghisap, menelan, dan

bernapas.

3) Faktor yang berhubugan

Defek orofaring, gangguan neurologiis (misal, elektroensefalogram

positif, trauma kepala, gangguan kejang), hiperssensitivitas oral,

keterlambatan neurologis, prematuritas, status puasa yang lama.

4. Perencanaan Keperawatan

Tabel 2.3

Perencanaan diagnosa keperawatan menyusui tidak efektif

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola

keperawatan selama 3 x menghisap/menela

pertemuan jam ketidakefektifan n bayi

pemberian ASI dapat teratasi 2. Kaji pemahaman

dengan Kriteria hasil : ibu tentang isyarat


40

1. Kemantapan pemberian menyusui dari bayi

ASI : Bayi : perlekatan (misalkan reflek

bayi sesuai pada dan rooting, menghisap

proses menghisap pada dan terjaga)

payudara ibu untuk 3. Kaji integritas kulit

memperoleh nutrisi putting ibu

selama tiga minggu 4. Monitor berat badan

pertama pemberian ASI dan pola eliminasi

2. Kemantapan pemberian bayi

ASI : ibu: kemanapan 5. Berikan informasi

ibu untuk membuat bayi pada ibu dan

melekat dengan tepat keluarga tentang

dan menyusu dari keutungan dan

payudara untuk kerugian

memperoleh nutrisi pemberian ASI

selama tiga minggu 6. Diskusikan cara

pertama pemberian ASI untuk

3. Pengetahuan pemberian memfasilitasi

ASI : ditunjukan perpindahan ASI

mengenai laktasi dan ( misalnya,teknik

pemberian ASI relaksasi, pijatan

ibu mengenali isyarat payudara, dan

lapar dari bayi dengan lingkungan yang


41

segera tenang)

ibu mengendentifikasi 7. Bantu orang tua

kepuasan terhadap dalam

pemberian ASI mengidentifikasi

ibu tidak mengalami karakteristik

nyeri putting perilaku bayi


(Nurarif,2015 dan Bulechek,2016)

Tabel 2.4

Perencanaan diagnosa keperawatan ketidakefektifan

pemberian ASI

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan

keperawatan selama 6 x keluarga (ibu)

pertemuan menyusui tidak ekspresi yang

efektif teratasi dengan criteria didasari oleh budaya

hasil : sebelum dan

1. Penempatan lidah dan sesudah kelahiran

menghisap tepat 2. Monitor

2. Minimal menyusui 8 kemampuan

kali sehari (sesuai menghisap bayi

dengan kebutuhan) 3. Anjurkan ibu

3. Penambahan berat menyusui dengan

badan sesuai umur dua payudara setiap


42

4. Urin output sesuai usia kali menyusui

sebagian besar adekuat 4. Monitor integritas

atau sepenuhnya kulit puting

adekuat 5. Ajarkan teknik

5. Payudara penuh relaksasi, termasuk

sebelum menyusui masase payudara

sebagian besar adekuat 6. Anjurkan

atau sepenuhnya peningktan masukan

adekukat protein, besi dan

vitamin C sesuai

kebutuhan
(Bulechek,2016)

Tabel 2.5

Perencanaan Diagnosa Diskontinuitas Pemberian ASI

NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan 1. Edukasi pada

keperawatan selama 3 x orang tua tentang

pertemuan Diskontinuitas tanda – tanda bayi

pemberian ASI teratasi dengan merasa lapar

criteria hasil : 2. Observasi

1. Keberhasilan menyusui kemampuan

2. Status nutrisi bayi menghisap bayi

3. Pengetahuan menyusui 3. Ajarkan teknik

4. Kelekatan orang tua menyusui yang


43

bayi benar

4. Ajarkan eknik

relaksasi
(Bulechek,2016)

Tabel 2.6

Perencanaan Diagnosa Kesiapan Meningkatkan Pemberian

ASI

NOC NIC

Setelah dilakuka tindaka 1. Ajarkan teknik

keperwatan selama tiga kali menyusui

pertemuan pemberian ASI 2. Monitor output

meningkat dengan criteria cairan bayi

hasil : 3. Berikan informasi

1. Minimal menyusui 8 manfaat menyusui

kali per hari 4. Diskusikan

2. BAK bayi sesuai frekuensi pola

dengan usia makan normal

3. Penambahan berat 5. Diskusikan cara

badan sesuai dengan untuk

usia mengoptimalkan

4. Ibu mampu suplai ASI

melakukan teknik

menyusui yang benar


44

5. Mampu menyebutkan

manfaat ASI

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keefektifan pengkajian pada pascapartum merupakan suatu

proses keberlanjutan yang memberi umpan balik untuk pengkajian

kembali. Hasil atau evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan tindakan

keperawatan, ibu mampu memulai menyusui tanpa kesulitan, bayi

menyusui minimal delapan kali sehari, berat badan bayi bertmabah sesuai

dengan usia,Urin output sesuai usia sebagian besar adekuat atau

sepenuhnya adekuat,payudara penuh sebelum menyusui sebagian besar

adekuat atau sepenuhnya adekuat (Reeder,2012)

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

1.Pengertian Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan

bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses

kehidupan manusia (Suprajitno, 2016).

2. Asuhan Keperawatan Keluarga


45

a. Pengertian Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga dan

bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami

keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan Asuhan Keperawatan

Tujuan asuhan keperawatan keluarga terbagi atas 2 yaitu :

1) Tujuan umum: meningkatkan kemampuan keluarga dalam

mengatasi masalah kesehatan secara mandiri.

2) Tujuan khusus: di tingkatkannya kemampuan keluarga untuk:

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga.

b) Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah

terhadap kesehatan keluarga.

c) Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat

kepada anggota keluarga yang sakit, mempunyai gangguan

fungsi tubuh, dan atau keluarga yang membutuhkan

bantuan, sesuai dengan kemampuan keluarga.

d) Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga

sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga.


46

e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat

untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan

keluarga (Suprajitno,2016).

c. Sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang

rawan kesehatan, yaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan

(Suprajitno,2016).

3. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang disatukan oleh

ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta yang

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga

(Suprajitno, 2016).

4. Tipe Keluarga

Menurut Suprajitno (2016) Pengelompokkan tipe keluarga tergantung

pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkanya.

Pengelompokkan tipe keluarga antara lain:

1) Keluarga inti (nuclear family).

2) Keluarga besar (extended family).

3) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)

4) Orang tua tunggal (single parent family)


47

5) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarriedteenage mother)

6) Orang dewasa (laki-laki, perempuan) yang tinggal sendiri tanpa

pernah menikah (the single adult living alone).

7) Keluarga denagn anak tanpa pernikahan sebelumnya (the

nonmarietal heterosexual cohabiting family).

8) Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin

sama(gay and lesbian family).

5. Struktur Keluarga

Parad dan caplan yang diadopsi oleh Friedman mengemukakan ada

empat elemen struktur keluarga yang saling terkait dan berinterksi antara

lain :

a. Peran Keluarga, mengganbarkan peran dari sikap anggota keluarga

yang dibagi dalam dua katagori peran formal atau peran yang

nampak jelas dalam keluarga peran sebagai ayah, ibu dan peran

informal atau peran tertutup yang tidak jelas dimainkan hanya untuk

menjaga keseimbangan dalam keluarga.

b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan suatu sistem ide, sikap

dan kepercayaan yang diyakini seluruh anggota keluarga, khususnya

dibidang kesehatan.

c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan cara dan pola

komunikasi yang digunakan oleh setiap anggota keluarga.


48

d. Stuktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota

keluarga untuk mengontrol, mempengaruhi dan mengendalikan

orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung

kesehatan.

6. Fungsi Keluarga

Secara umum fingsi keluarga ada lima antara lain :

a. Fungsi afektif (the affective function) merupakan fungsi keluarga

dalam melakukan tugas-tugas yang menunjang pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat bagi anggota keluarga dengan memenuhi

kebutuhan sosio-emosional .

b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

plecement function) adalah fungsi untuk mengembangkan dan melatih

anak menjadi anggota keluarga yang produktif.

c. Fungsi reproduksi (the reproduction finction) adalah keluarga

berfungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangungan

keluarga.

d. Fungsi ekonomi (the economic finction) adalah keluarga berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat

untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan kesehatan (the health care function) adalah fungsi

keluarga dalam mempertahankan kesehatan anggota keluarga dengan


49

memberikan perawatan yang bersifat preventif, secara bersama - sama

merawat anggota keluarga yang sakit dan mencari pelayanan

kesehatan yang tepat .

7. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

Keluarga juga mengalami tahap-tahap perkembangan. Ada delapan tahap

perkembangan yang dikemukakan oleh Duvall antara lain :

a. Tahap I adalah keluarga pemula (pasangan menikah atau tahap

pernikahan).

b. Tahap II adalah keluarga dengan anak pertama (anak pertama adalah

bayi sampai usia 30 bulan).

c. Tahap III adalah keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua,

berumur 2 hingga 6 tahun).

d. Tahap IV adalah keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua

berumur 6 hingga 13 tahun).

e. Tahap V adalah keluarga dengan anak remaja (anak tertua

berumur 13 tahun hingga 20 tahun).

f. Tahap VI adalah keluarga yang melepaskan anak usia dewasa

muda (mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang

meninggalkan rumah).

g. Tahap VII adalah orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan,

pensiun).
50

h. Tahap VIII adalah keluarga dalam masa pensiun dan lansia juga

menunjukkan kepada anggota keluarga yang berusia lanjut atau

pensiun hingga pasangan yang sudah meninggal dunia.pada tahap ini

ada berbagai macam stressor yang dialami dan dapat mengacaukan

transisi peran mereka antara lain ekonomi, perumahan, sosial

pekerjaan, kesehatan yaitu menurunnya fungsi fisik, mental dan

kognitif.

8. Tugas Keluarga Dibidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan antara lain :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan perubahan

yang dialami anggota keluarga. .

b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan

memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang lain

dilingkungan tinggal keluarga.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan


51

Apabila keluarga mengalami keterbatasan maka perlu ada tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi.Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan

atau di rumah.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk memjamin kesehatan

keluarga.

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi

keluarga (Suprajitno, 2016).

9. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan.

Keluarga merupakan bagan dari masyarakat yang dapat dijadikan

gambaran dari masyarakat.Perilaku keluarga dapat menimbulkan masalah

kesehatan dan menjadi sumber daya pemecahan masalah. Masalah

kesehatan di dalam keluarga akan saling mempengaruhi terhadap anggota

keluarga yang lain. Keluarga merupakan lingkungan yang serasi untuk

mengembangkan potensi tiap individu dalam keluarga.Keluarga

merupakan pengambilan keputusan dalam mengatasi masalah kesehatan,

keluarga merupakan saluran yang efektif dalam menyalurkan dan

mengembangkan kesehatan kepada masyarakat.(Suprajitno, 2016

a. Diagnosa keperawatan keluarga, dan prioritas

diagnosakeperawatan keluarga.

1) Diagnosa keperawatan keluarga


52

Diagnosa keperawatan keluarga merupakan kumpulan

pernyataan dari uraian hasil wawancara, pengamatan langsung dan

pengukuran mengunakan status kesehataan mulai dari potensial,

resiko tinggi, sampai masalah aktual. Masalah keperawatan aktual

memberikan gambaran tanda dan gejala yang jelas yang

mendukung bahwa masalah benar-benar terjadi, masalah resiko

ditunjukan dengan data yang mengarah pada timbulnya masalah

kesehatan bila tidak segera ditangani, dan masalah

potensial/sejahtera adalah merupakan status kesehatan berada pada

kondisi sehat dan ingin meningkatkan lebih optimal. (Setiawati,

2018).

Diagnosa keperawatan ditegakan mengunakan format PES

(problem, etiologi, symton). Menurut Effendi (2015), yang muncul

pada keluarga antara lain:

a. Ketidakefektifan pengeluaran ASI berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota

keluarga yang sakit.

b. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang laktasi

berhubungan

Dengan keterbatasan keluarga dalam memahami

gangguan fungsi kognitif,.

c. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.


53

2) Prioritas diagnosa keperawatan keluarga

Menurut Setiawati (2015), prioritas masalah didasarkan atas

tiga komponen:

a) Kriteria penilaian

Kriteria masalah terdiri atas:

(1) Sifat masalah yang terdiri dari:

(a) Aktual dengan nilai 3

(b) Resiko tinggi dengan nilai 2

(c) Potensial dengan nilai 1

Pembenaran mengacu pada masalah yang sedang baru

terjadi, baru menunjukan tanda dan gejalah atau bahkan

dalam kondisi sehat.

(2) Kemungkinan masalah untuk diubah

(a) Mudah dengan nilai 2

(b) Sebagian dengan nilai 1

(c) Tidak dapat dengan nilai 0

Pembenaran mengacu pada: masalah, sumber daya

keluarga, sumber daya perawat dan sumber daya

lingkungan.

(3) Potensial masalah untuk dicegah:

(a) Tinggi dengan nilai 3

(b) Cukup dengan nilai 2


54

(c) Rendah dengan nilai 1

Pembenaran mengacu pada berat ringannya masalah,

jangka waktu terjadi masalah, tindakan yang akan

dilakukan, kelompok resiko tinggi yang bisa dicegah.

(4) Menonjolnya masalah

(a) Segera diatasi dengan nilai 2

(b) Tidak segera diatasi dengan nilai 1

(c) Tidak dirasakan ada masalah dengan nilai 0.

Pembenaran mengacu kepada: persepsi keeluarga terhadap

masalah.

b) Bobot

(1) Sifat masalah dengan bobot 1

(2) Kemungkinan masalah untuk diubah dengan bobot 2

(3) Potensial masalah untuk dicegah dengan bobot 1

(4) Menonjolnya masalah dengan bobot 1.

c) Pembenaran

(1) Alasan untuk menentukan sub kriteria

(2) Dampak terhadap kesehatan keluarga

(3) Ditunjang dari data hasil pengkajian

Tabel 2.7

Sistim Skoring
55

N KRITERIA NILAI BOBOT PEMBENARAN

1. Sifat Masalah Mengacu pada

Skala: masalah yang sedang

3 1 terjadi dengan
- Aktual
2 menunjukan tanda
- Resiko tinggi
1 dan gejala atau
- Potensial
bahkan dalam kondisi

sehat.

2. Kemungkinan masalah dapat Mengacu pada

diubah masalh, sumberdaya

Skala: 2 2 keluarga, semberdaya

1 perawat dan
- Mudah
0 sumberdaya
- Sebagian
lingkungan.
- Tidak dapat
3. Potensi masalah untuk Mengacu pada berat

dicegah ringannya masalah,

Skala : 3 1 jangka waktu

2 terjadinya masalah,
- Tinggi
1 tindakan yang akan
- Cukup
dilakukan, kelompok
- Rendah
resiko tinggi yang

bisa dicegah.

4. Menonjol masalah Mengacu pada

Skala: persepsi keluarga


56

- Segera diatasi 2 1 terhadap masalah.

- Tidak segera diatasi 1

- Tidak dirasakan ada 0

masalah

3) Skoring

Menurut Effendi (2015), system scoring untuk menentukan

prioritas masalah sebagai berikut:

(a) Tentukan skor untuk setiap kriteria

(b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan

Skor

x bobot

Angka tertinggi

(c) Jumlahkan skor untuk semua criteria

(d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk semua bobot

4) Berdasarkan masalah yang diangkat oleh penulis dalam usulan

penelitian ini, maka diagnosa keperawatan yang dirumuskan

terhadap keluarga Tn.X adalah ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah anggota keluarga yang sakit disebabkan karena

ketidakefektifan pengeluaran ASI dalam upaya pemberian pijat

oksitosin untuk melancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI)

b. Perencanaan / Intervensi Keperawatan Keluarga


57

Menurut Association Nursing American, yang dikutip oleh

(Setiawati, 2015). Mendefenisikan intervensi sebagai rencana tindakan

perawat untuk kepentingan klien atau keluarga.

Tujuan umum dalam perencanaan intervensi adalah: keluarga

Tn.x pada Ny. y dengan post partum dalam upaya pemberian pijat

oksitosin untuk melancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI).

Tujuan khusus dalam rencana perawatan lebih menekan pada

pencapaian dari masing-masing hasil kegiatan. Tujuan ini akan

dilakukan untuk:

1) Merangsang keluarga mengenal dan menerima masalah dan

kebutuhan kesehatan mereka melalui:

a) Pemberian pijat oksitosin keluarga Tn.x pada Ny.y untuk

memperlancar pengeluaran air susu ibu (ASI) .

b) Kembangkan sikap positif dalam keluarga Tn.x tentang

tindakan yang harus dilakukan keluarga terhadap masalah

kesehatan yang dihadapi.

2) Menolong keluarga untuk menentukan tindakan keperawatan.

a) Diskusikan dengan keluarga mengenai pemberian pijat

oksitosin untuk memperlancar pengeluaran air susu ibu (ASI)

b) Perkenalkan keluarga tentang masalah yang dihadapi kepada

keluarga dan bersama-sama dengan keluarga menentukan


58

alternatif untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh

keluarga Tn.x

3) Menimbulkan kepercayaan terhadap keluarga

a) Berikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.x pada Ny.y

dengan post partum dalam upaya pemberian pijat oksitosin

untuk melancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI)

b) Kembangkan pola komunikasi dengan keluarga agar terjadi

saling pengertian yang mendalam antara perawat dengan

keluarga.

c. Implementasi

Menurut Setiawati (2010), implementasi merupakan aktualisasi

dari perencanaan yang telah disusun oleh perawat sebelumnya. Prinsip

yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara lain:

1) Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat.

2) Implementasi dilakukan dengan tepat memperhatikan prioritas

masalah.

3) Kekuatan-kekuatan keluarga berupa financial, motivasi, dan

sumber-sumber pendukung lainnya jangan diabaikan.

4) Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga jangan

terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai

bentuk tanggung gugat dan tanggung jawab profesi.


59

d. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan

keluarga. Evaluasi merupakan tahap terakhir yang menentukan apakah

tujuan tercapai sesuai dengan yang ditetapkan dalam tujuan di rencana

keperawatan, (Setiawati, 2015).

Macam-macam evaluasi:

1) Evaluasi Struktur

Evaluasi struktur berhubungan erat dengan bahan, tenaga, maupun

dana yang diperlukan dalam suatu kegiatan, (Setiawati, 2011).

2) Evaluasi Proses

Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan selama proses

kegiatan berlangsung, untuk mencapai kualitas dalam hal

penyuluhan kesehatan tentang nutrisi seimbang pada ibu hamil

untuk mencegah anemia.

3) Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil merupakan hasil akhir dari pemberian asuhan

keperawatan, (Setiawati, 2011).

e. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan kesehatan keluarga merupakan indikator

keberhasilan tindakan keperawatan keluarga, yang diberikan pada

keluarga oleh petugas kesehatan, karakteristik evaluasi dengan

pedoman SOAP.
60

F. KERANGKA KONSEP

Asuhan keperawatan
keluarga Tn A pada Ny I. Asuhan keperawatan
dengan post partum dalam pada Ny I dalam upaya
upaya pemberian pijat meningkatkan produksi
oksitosin untuk ASI ASI pada ibu post partum lancar
meningkatkan produksi air
susu ibu (ASI )

1. Pengkajian
2. Diagnosa
keperawatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. evaluasi

Ketarangan:

: Variabel independen

: variabel dependen
61

: Hasil
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis studi kasus

Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode penelitian

deskriptif.Menurut Nursalam (2008), penelitian deskripsif bertujuan untuk

mendiskripsikan peristiwa – peristiwa penting yang terjadi dalam masa

kini. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa memanipulasi dan

peneliti tidak menganalisis bagaimana fenomena – fenomena tersebut bisa

terjadi.

B. Subjek studi kasus

Yang menjadi subjek dalam studi kasus ini adalah Ny I. dengan post

partum dalam upaya pemberian pijat oksitosin untuk melancarkan

pengeluaran air susu ibu (ASI).

C. Variable penelitian

1. Variabel Independent

Variabel Independent adalah variabel bebas atau variabel yang

nilainya menentukan variabel lain. Biasanya merupakan stimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk

mempengharui tingkah laku klien. Adapun yang termasuk variabel ini

adalah: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi

(metodeedukasi) dan evaluasi.

65
66

2. Variabel Dependent

Variabel Dependent atau variabel terikat adalah variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel terikat

adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas. Adapun yang menjadi

variabel dependent dalam penelitian saya adalah: Pengetahuan.

D. Definisi operasional studi kasus

1. Asuhan keperawatan maternitas adalah suatu pelayanan yang di

berikan pada ibu hamil,ibu nifas dan ibu post partum berdasarkan ilmu

dan konsep keperawatan.

2. Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan yang

bertujuan mengumpulkan informasi dari klien dan keluarga untuk

menentukan masalah.

3. Diagnosis adalah pernyataan yang menggambarkan respons klien.

4. Perencanaan adalah langkah yang dilakukan penelitian dalam

merencanakan tindakan dalam mengatasi ASI yang tidak lancar pada

ibu post partum.

5. Pelaksaan adalah aktualisasi dari kardiovaskuler yang dilaksanakan

untuk mengatasi ASI yang tidak lancar pada ibu post partum.

6. Evaluasi adalah penilaian dari tindakan yang telah dilakukan.

7. Dokumentasi dalam asuhan keperawatan adalah apa yang dikerjakan

itu dan apa yang ditulis itu dikerjakan.


67

E. Tempat Dan Waktu Studi Kasus

1. Lokasi penelitian :

cc

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan Tanya jawab secara langsung dengan pasien maupun

keluarga pasien.

b. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung kepada pasien.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yaitu melakukan pemeriksaan fisik mulai dari

kepala hingga kekaki dengan cara inpeksi,palpasi.aulkultasi,dan

perkusi. Dalam penelitian ini pemeriksaan fisik dilakukan untuk

mengetahui kondisi kesehatan klien apabila ada penyakit atau

gangguan kesehatan lain yang turut menyertai.

d. Studi Dokumentator

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data,dimana data

diambil secara langsung dari catatan medis dan catatan perawat


68

G. Instrument Studi Kasus

instrument yang digunakan pada studi kasus ini adalah :

1. Format pengkajian post partum

Format pengkajian Asuhan keperawatan maternitas sebagai kerangka

dalam penyusunan proses asuhan keperawatan.

2. Baby oil

3. Alat tulis, dan catatan

4. Lembar observasi

a. Lembar observasi respon ibu

Digunakan untuk mengobservasi respon ibu setelah dilakukan

pijat oksitosin

b. Lembar observasi pijat oksitosin

Digunakan untuk mengobservasi keluarga mendemostrasikan

ulang cara pijat oksitosin yang telah dicontohkan oleh peneliti.

5. SOP pijat oksitosin

H. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian mendapatkan rekomendasi dari Akper

Rumkit Tk III Dr. J.A. Latumeten Ambon dan setelah mendapat


69

persetujuan, penelitian dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip etik

dan yang meliputi :

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus

b. Bebas dari eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, dihindarkan dari keadaan yang

tidak mengutungkan. Subjek diyakinkan bahwa partisipasinya

dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak

dipergunakan dalam hal – hal yang dapat merugikan subjek dalam

bentuk apa pun.

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti hati – hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

berakibat kepada subjek pada setiap tindakan

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right self determination)

subjek diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun

tidak, tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap

kesembuhannya, jika mereka seorang klien.


70

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan (right

to full disure) peneliti memberikan penjelasan rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek

c. Ethical clearance

Proposal riset peneliti telah lulus uji etik sebelum melakukan

penelitiaan. Proposal riset tersebut sudah memenuhi syarat tertentu

dinyatakan layak oleh komisi etik penelitian.

d. Informed consent

Subjek mendapat innformasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang telah dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed

consent juga dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya

dipergunakan untuk mengembangkan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment)

Subjek diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan sesudah

keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminisasi

apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari

penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)


71

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonym)

dan rahasia ( confidentiality).

BAB IV
72

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN (Tanggal 09 juli – 11 juli 2020)

1. Hasil Pengkajian

a. Identitas Umum Keluarga

1) Identitas Kepala Keluarga

a) Nama Kepala Keluarga : Tn. A

b) Umur : Tahun

c) Alamat : Batu Merah

d) Pekerjaa : wiraswasta

e) Pendidikan : SMA

f) No Tlp/HP : 081241024503

g) Agama : Islam

2) Komposisi KeluargaS
Tabel 4.1
Komposisi Keluarga

Hubungan
N Jenis Pendidika
Nama Umur Dengan Pekerjaan
o Kelamin n
Kk

1. Tn.A Laki-Laki 26 Suami SMA Wiraswasta


Tahun

2. Ny.I Perempuan 23 Istri SMA IRT


Tahun
73

HS HS HS HS

HS HS HS HS HS

5
hari

Gambar 4.1
Genogram Komposisi Keluarga

Keterangan:

:Laki-laki

:Perempuan

: Ikan keluarga

:Tinggal serumah

:Klien

X :Meninggal dunia

HS : Hidup sehat
74

3) Type Keluarga:

a) Jenis Tipe Keluarga : Keluarga Tn.A merupakan keluarga inti

yang terdiri dari Tn.A Ny.I dan anak

b) Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga : Tidak ada masalah

yang terjadi dalam tipe keluarga.

4) Suku Bangsa:

a) Asal suku bangsa : Tn.A dan Ny.I berasal dari buton

b) Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : Tidak ada

budaya yang berhubungan dengan kesehatan

5) Agama dan Kepercayaan:Keluarga Tn.A beragama Islam

6) Status Sosial Ekonomi Keluarga :

a) Anggota Keluarga yang mencari nafkah : Tn.A

b) Pendapatan keluarga perbulan :Rp. 1.500.000 – 1.800.000

c) Kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulan : Rp 8.00.000 –

1.000.000

d) Apakah dengan pendapatan di atas dapat memenuhi kebutuhan

keluarga : dapat

e) Bila tidak bagaimana cara untuk mengatasinya : Meminjam

dari orang lain

f) Siapa yang menentukan mengenai penggunaan keuangan : Istri

g) Harta benda yang dimiliki (Rumah dan TV) dan lain – lain,
75

b. Struktur Keluarga

1) Pola atau cara komunikasi keluarga : adalah komunikasi terbuka

apabila ada masalah dalam keluarga akan di selesaikan secara

bersama

2) Struktur kekuatan keluarga : Pengambilan keputusan keluarga

adalah kepala keluarga atau suami yaitu Tn.A

3) Struktur peran (peran masing-masing anggota keluarga) : Tn.A

sebagai kepala keluarga bertugas umtuk mencari nafkah untuk

keluarga sedangkan Ny.I sebagai istri bertugas untuk rumah

sekaligus mengurus Tn.A Dan anak

4) Nilai dan norma keluarga : Nilai dan norma yang dianut oleh

keluarga Tn.A adalah saling menghormati dan menghargai sesama

anggota keluaga dan orang lain dan juga merupakan aturan sesuai

dengan ajaran agama islam.

c. Tahap Keluarga Sejahtera

Tahap perkembangan keluarga keluarga saat ini (keluarga dengan anak

yang baru lahir

d. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalannya

Riwayat Keluarga Inti :


76

1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini : Dalam keluarga Tn.A Ny. I

Mengatakan dirinya merasa sakit di daerah payudara karena

bengkak

2) Riwayat penyakit keturunan : Tidak ada riwayat penyakit

keterunan

3) Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga : Saat ini

hanya Ny. I yang mengalami sakit di payudara karena bengkak

Tabel 4.2
Riwayat Kesehatan

Masalah
Keadaan Imunisa Tindakan Yang
No Nama Umur Bb Kesehata
Kesehatan si Telah Dilakukan
n
1 Tn.A 26 60 Sehat lengkap Tidak ada Tidak ada

2 Ny.I 23 55 Sakit lengkap ada Ke puskesmas

4) Sumber pelayanan yang digunakan keluarga : Puskesmas rijali kota

ambon

e. Fungsi Keluarga1

1) Fungsi Afektif

a) Gambaran dari anggota keluarga : Anggota kelurga Tn.A

Terlihat sangat baik saling menjaga satu sama lain


77

b) Peranan yang dimiliki anggota keluarga : Tn.A sebagai kepala

keluarga pengambilan keputusan dalam kelurga Ny.I sebagai

istri mengurus rumah dan membantu Tn.A

c) Dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya :

Keluraga Tn.A saling mendukung dan saling menghargai satu

sama lain

2) Fungsi Sosialisasi

a) Interaksi dan hubungan keluarga : Keluarga Tn.A memiliki

hubungan interaksi yang sangat baik dalam kelurga

b) Kerukunan hidup dalam keluarga : Keluarga Tn.A sangat rukun

dalam keluarga

c) Anggota keluarga yang dominan dalam pengambilan keputusan

: Adalah Tn.A atau kepala keluarga

d) Kegiatan keluarga waktu senggang : jalan dan Menontn TV

bersama-sama

e) Partisipasi dalam kegiatan sosial : Sangat baik

3) Fungsi Perawatan Kesehatan

a) Kemampuan keluarga menyediakan makanan, pakaian, dan

pelindung : Cukup terpenuhi

b) Terhadap anggota yang sakit : Ny.I

c) Pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit : baik

d) Pertanyaan mengenai penyakit yang di derita :


78

(1)Penyakit apa yang di derita : sakit pada payudara akibat

bengkak

(2)Seperti apa tanda dan gejala penyakit yang di derita :

nyeriI Bagaimana cara pencegahan : Tidak tau

e) Kesanggupan keluarga dalam melakukan tugas perawatan:

(1)Mengenal masalah kesehatan : Kurang

(2)Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat : Puskesmas

(3)Merawat anggota keluarga yang sakit : Ny.I dirawat oleh

Tn.A Dan keluarga dirumah

(4)Memelihara lingkungan yang sehat : lingkungan rumah

terlihat bersih

(5)Menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan:

menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Rijali

Kota Ambon

4) Fungsi Ekonomi

a) Upaya pemenuhan sandang pangan : Upaya yang dilakukan

kelurga Tn.A berjualan di pasar agar dapat memenuhi

kebutuhan keluarga

f. Koping Keluarga

1) Stresor :

a) Jangka Pendek : Tn.A kawatir dengan masalah kesehatan yang

di hadapi oleh Ny.I


79

b) Jangka panjang : kesehatan

2) Respon keluarga terhadap stresor : Jika ada keluarga yang jatuh

sakit anggota keluarga lainnya lansung membawa ke rumah sakit

atau ke puskesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

3) Strategi koping yang digunakan : Tn.A mengatakan untuk saat ini

tidak ada masalah, tetapi jika ada masalah dalam keluarga maka

harus ada sala satu anggota keluaraga yang mengalah untuk

meredahkan masalah

4) Strategi adaptasi disfungsional : Dari hasil pengkajian tidak

terdapat adanya cara-cara keluarga mengatasi masalah dengan cara

maladaptife atau dengan cara kekerasan

g. Pola Kebiasaan Keluarga Sehari-Hari

1) Pola Makan Keluarga

a) Makanan pokok : Nasi

b) Freksuensi makan perhari : 3 x sehari

c) Pengajian menu makanan keluarga : Nasi, sayur, dan lauk

d) Berapa kali keluarga makan protein hewani (telur, ikan,

daging) :

tiga kali dalam seminggu

e) Berapa kali protein nabati (tahu, tempe, kacang-kacangan)

Berapa kali makan sayuran : tiga kali dalam seminggu

2) Pola Istirahat dan Tidur


80

a) Kebiasaan istirahat dan tidur : Tidak ada keluhan atau masalah

dalam istirahat tidur

b) Kebiasaan tidur/istirahat siang : terkadang apa bila ada waktu

senggang pada siang hari keluarga sering tidur siang 1-2 jam

c) Apakah ada anggota keluarga yang tidur bersana-sama : Tn.A

dan Ny.I tidur bersama-sama

3) Pola rekresi dan hiburan

a) Apa yang dilakukan anggota keluarga pada waktu senggang :

Nonton TV bersama

b) Rekreasi bersama-sama : iya

h. Pola Komunikasi Keluarga

1) Dalam menghadapi satu masalah kesehatan, siapakah yang

mengambil keputusan untuk mencari jalan pemecahan : Istri atau

Ny. I

i. Adakah waktu tertentu untuk berkumpul dengan keluarga : ada

Pengkajian Lingkungan

1) Perumahan

a) Luas rumah : 8x5 m2 Meter

b) Tipe rumah : Rumah permanen

c) Kepemilikan : Tn.A dan Ny.I

d) Jumlah dan resiko kamar/ruang : Enam ruangan digunakan

sesuai fungsinya ruang masing - masing

e) Penerang : Lampu
81

f) Lantai : Semen

g) Peletakan perabotan rumah : Baik

h) Denah Rumah :

Gambar denah rumah

8M

R makan dapur

5M

R. tamu&tv Kamar tidur KamarMandi


Pintudepan & WC

2) Sarana sanitas lingkungan

a) Sumber air minum : PAM

b) Keadaan air secara makroskopis : Air minum

c) Penggunaan Air minum : selalu dimasak

d) Jarak antar asumber air minum dan tempat pembuangan

kotoran : 5 meter

e) Kemana mengambil air untuk mencuci :memakai air leden

dari PAM

f) Bagaimana keadaan/ kebersihan lingkungan, apakah ada

tempat – tempat perindukan nyamuk : Tidak ada

g) Pembuangan kotoran manusia (BAB dan BAK) : WC

h) Status kepemilikan WC : sendiri


82

i) Jenis WC : Leher angsa

j) Pemeliharan kebersihan WC : baik

k) Kebersihan keluarga membuang sampah : Di tempat sampah

l) Apakah Keluarga mempunyai piaraan ternak : Tidak ada

m) Luas pekarangan : Kurang luas

n) Pekarangan dimanfaatkan untuk : Tidak ada pemanfaatan

pekarangan

3) Karakteristik tetangga dan Komunitas RW

a) Kebiasaan : berinteraksi dengan baik saling mengunjungi dan

membantu satu sama lain

b) Aturan/kesepakatan penduduk setempat : Tidak ada

c) Budaya yang mempengaruhi kesehatan : tidak ada

4) Sistem Pendukung Keluarga

a) Jumlah anggota keluarga yang tidak sehat: 1 orang

b) Perkumpulan keluarga yang ada : 3 orang

c) Jumlah anggota keluarga yang sehat : 2 orang

d) Fasilitas keluarga yang menunjang kesehatan fisik dan

psikologi : Tidak ada

e) Dukungan dari anggota keluarga : Tn.A sangat mendukung dan

memberi semnagat dan motivasi kepada Ny.I dalam

mengadapi penyakit yang dideritanya.


83

f) Fasilitas/dukungan dari masyarakat setempat : Tidak ada

fasilitas melainkan pemanfaatan puskesmas sebagai tempat

untuk memeriksa kesehatan

j. Harapan Keluarga

Harapan keluarga semoga Ny.I cepat sembuh dengan penyakit

yang di derita oleh Ny.I

1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : keadaan keluarga pada saat pengkajiaan dalam
kondisi kurang baik pada Ny.

Tabel 4.3
Pemeriksaan fisik

Nama TD RR Nadi Suhu(‘ BB TB L LK


KK (mmh (x/men (x/meni c) (kg) (cm) L
g) it) t)
Tn.A 120/80 20 80 36,6 60 170 1 50
7
Ny.I 110/80 20 90 36,5 65 155 1 45
6
Bayi A 30 100 36,5 2700 50 33

Tabel 4.4
Pemeriksaan fisik

No Komponen Tn.A Ny.I Bayi.A


1. Kepala
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Rambut Pendek bersih Panjang bersih Pendek bersih
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
2. Mata
Penglihatan Baik Baik Baik
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Pupil Baik Baik Baik
Kongjutiva Merah muda Merah muda Merah muda
84

3. Telinga
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Pendengaran Baik Baik Baik
Kelainan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. Hidung
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Penciuman Baik Baik Baik
5. Mulut
Keadaan Baik Baik Baik
Mukosa Lembab Lembab Lembab
6. Leher
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Batuk Tidak ada Tidak ada batuk Tidak ada
batuk batuk
7. Dada
Bentuk Simetris Tidak simetris Simetris
Payudara Tidak baik Baik
Keluhan Ada
pembengkakan
di payudara
8. Abdomen
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
9. Ekstremitas
Atas Baik Baik Baik
Bawah Baik Baik Baik
Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
10. Kulit
Warna Kecoklatan Saomatang Putih
Tekstur Kasar Halus Halus
Lesi Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Turgor kulit
11. Kuku
Keadaan Bersih Bersih Bersih
Warna Merah muda Merah muda Merah muda
12. Kesimpulan
Keadaan Sehat Sakit Sehat
85

2. Klasifikasi Data

a. Data Subjektif

Klien mengatakan

1) ASI nya keluar hanya sedikit –sedikit

2) payudara bengkak

b. Data Objektif

1) Payudara teraba keras

2) Sakit bila payudara di pegang

3) ASI belum lancar

3. Analisa Data

Tabel 4.5
Analisa Data

No Date Etiologi Problem

1. Data Subjektif Ketidakefektifan Ketidakmampuan


Klien mengatakan pengeluaran ASI keluarga merawat
1) ASI nya keluar hanya anggota keluarga
yang sakit
sedikit –sedikit

2) payudara bengkak

c. Data Objektif
1) Payudara teraba keras

2) Sakit bila payudara di


86

pegang

3) ASI belum lancar

4)

4. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Ketidakefektifan pengeluaran ASI berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang sakit atau Ny.I yang ditandai

dengan :

Data Subjektif :

Klien mengatakan

1) ASI nya keluar hanya sedikit –sedikit

2) payudara bengkak

Klien mengatakan

Data Objektif :

1) Payudara teraba keras

2) Sakit bila payudara di pegang

3) ASI keluar belum lancar


87
4. perencanaan

Table 4.6

perencanaan

Tujuan Sasaran Evaluasi Intervensi


No Diagnosa
keperawatan Umum Khusus Criteria Standar

1. ketidakmampua Setelah 1) Selama 6 x Anggota Respon a. Manfaat 1. Memantau


n keluarga dilakukan 15 menit keluarga verbal dan ASI pembengkakan
merawat anggota tindakan diharapkan Tn.A pada nonverbal ASI merupakan payudara dan
keluarga yang keperawatan Ny.y mampu Ny.I makanan alamiah pengeluaran
sakit dalam 3x kali mengetahui yang baik untuk ASI
berhubungan pertemuan masalah yang bayi, praktis, 2. Jelaskan pada
dengan Ny.I dapat dihadapi ekonomis, mudah keluarga tentang
Ketidakefektifan mengerti secara baik dicerna dan manfaat (ASI).
pengeluaran ASI tentang dengan cara : memiliki komposisi, Pada bayi agar
yang ditandai pengaruh - menjelaskan zat gizi yang ideal keluarga Agar
dengan : pemberian Manfaat air sesuai dengan keluarga
pijat oksitosin susu ibu kebutuhan dan mengetahui
untuk (ASI) kemampuan
Data Subjektif memperlancar - menjelaskan pencernaan bayi. 3. Melakukan pijat
Klien produksi air tentang terapi oksitosin selama
mengatakan susu ibu (ASI) pijat oksitosin b. Mempercepat 15 menit
a. ASI nya - pengeluaran penyembuhan luka
keluar hanya ASI cukup bekas implantasi 4. Mengajarkan
sedikit –sedikit

65
66

b. payudara adekuat plasenta keluarga


bengkak - Keluarga - Mencegah mengenai
c. Merasa nyeri mampu terjadinya langkah –
pada mengesnal perdarahan post langkah pijat
payudara dan masalah partum oksitosin
sakit jika - keluarga - Dapat 5. Libatkan
payudaranya Mampu mempercepat keluarga
di pegang merawat terjadinya proses untuk
membantu
anggota involusi uterus
dan
Data Objektif : keluarga yang - Meningkatkan memberikan
a. Payudara sakit produksi ASI dukungan
teraba keras puskesmas - Meningkatkan rasa pada ibu
b. Sakit bila nyaman pada ibu
payudara di menyusui
pegang - Meningkatkan
c. Pengeluaran hubungan
ASI belum psikologis antar ibu
lancar dan keluarga
Efek fisiologis dari
pijat oksitosin ini
adalah merangsang
kontraksi otot polos
uterus baik pada
proses saat
persalinan maupun
setelah persalinan.
67

C.Reflek pengaliran
atau pelepasan ASI
(let down reflex)
setelah diproduksi
oleh sumber
pembuat susu, ASI
akan dikeluarkan
dari sumber
pembuat susu dan
dialirkan ke saluran
susu. Pengeluaran
ASI ini terjadi
karena sel otot halus
di sekitar kelenjar
payudara mengerut
sehingga memeras
ASI untuk keluar
5. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 4.7
Implementasi dan Evaluasi
No Hari/Tan Diagnosa Implementasi Evaluasi

ggal keperawatan

Waktu
1 Kamis 09 ketidakmampuan Tindakan mandiri S:

juli 2020 keluarga merawat 1. payudara masih

Jam 09 : anggota keluarga 6. 1. Memantau bengkak

00 WIT yang sakit pembengkakan 2 . badan terasa lebih

berhubungan payudara dan rilek,kaku dan pegal

dengan pengeluaran ASI di badanya berkurang

Ketidakefektifan 7. Hasil : payudara terlihat 3. keluarga

pengeluaran ASI bengkak dan tegang mengatakan paham

ASI keluar hanya tentang penjelasan

sedikit tentang pijat oksitosin

8.

2 Jelaskan pada O:

keluarga tentang 1. wajah tampak

manfaat (ASI). pada rileks

bayi Agar keluarga 2. ASI keluar sedikit

mengetahui – sedikit

Hasil : keluarga dapat

mengerti dan A:

mengetahui manfaat 1. ketidaefektifan

65
66

ASI yang sudah di pemberian ASI

jelaskan teratasi sebagian

3 melakukan pijat P:

oksitosin selama 15 1.Ajarkan pijat

menit oksitosin pada

Hasil : setelah keluarga

dilakukan pijat 2.monitor kelancaran

oksitosin ibu merasa ASI

lebih nyaman ASI 3 ajarkan ibu

mulai keluar sedikit kompres hangat pada

saat diperah payudara

4 mengajarkan keluarga

mengenai langkah –

langkah pijat oksitosin

Hasil : setelah

diajarkan keluarga

mengatakan

mengerti langkah –

langkah pijat

oksitosin dan

keluarga terlihat

memperhatikan dan

dapat mengulangi
67

gerakan

5 melibatkan

keluarga untuk

membantu dan

memberikan

dukungan pada ibu

Hasil : keluarga

terlibat saat

dilakukan dan

diajarkan pijat

oksitosin

Kamis 09 Tindakan mandiri S:

juli 2020 1. payudara masih

Jam 17 : 9. 1. Memantau bengkak

05 WIT pembengkakan 2. badan terasa lebih

payudara dan rileks,kaku dan pegal

pengeluaran ASI dibadannya

10. Hasil : payudara terlihat berkurang

bengkak dan tegang

ASI keluar hanya O:

sedikit . 1 wajah tampak rileks

2 ASI keluar hanya

2 Jelaskan pada sedikit – sedikit

keluarga tentang
68

manfaat (ASI). pada A: ketidaefektifan

bayi Agar keluarga pengeluaran ASI

mengetahui

Hasil : keluarga dapat P:

mengerti dan 1 monitor kelancaran

mengetahui manfaat ASI

ASI yang sudah di 2 motivasi keluarga

jelaskan melakukan pijat

oksitosin

3 melakukan pijat 3 ajarkan ibu

oksitosin selama 15 kompres hangat pada

menit payudara

Hasil : setelah 1.

dilakukan pijat

oksitosin ibu merasa

lebih nyaman ASI

mulai keluar sedikit

saat diperah

4 mengajarkan keluarga

mengenai langkah –

langkah pijat oksitosin

Hasil : setelah

diajarkan keluarga

mengatakan

mengerti langkah –
69

langkah pijat

oksitosin dan

keluarga terlihat

memperhatikan dan

dapat mengulangi

gerakan

5. melibatkan keluarga

untuk membantu dan

memberikan

dukungan pada ibu

Hasil : keluarga

terlibat saat

dilakukan dan

diajarkan pijat

oksitosin
70

6. Implementasi dan evalusi

Table 4.8

Implementasi dan evaluasi

No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Waktu keperawatan
1 jumat 10 juli ketidakmampu Tindakan mandiri S:
2020 an keluarga
Jam 09 : 00 merawat 11. 1. Memantau 1. bengkak pada
WIT anggota pembengkakan payudara menurun
keluarga yang payudara dan
sakit pengeluaran ASI 2. badan terasa lebih
berhubungan 12. Hasil : payudara terlihat rileks,kaku dan pegal
dengan bengkak dan tegang dibadannya
Ketidakefektif ASI keluar hanya berkurang
an pengeluaran sedikit
ASI 13. O:
2 Jelaskan pada 1 wajah tampak rileks
keluarga tentang 2 ASI tampak
manfaat (ASI). pada merebes keluar saat
bayi Agar keluarga di palpasi
mengetahui
Hasil : keluarga dapat A: ketidakefektifan
mengerti dan pengeluaran ASI
mengetahui manfaat teratasi sebagian
ASI yang sudah di P:
71

jelaskan
1 monitor kelancaran
3 melakukan pijat ASI
oksitosin selama 15 2 motivasi keluarga
menit melakukan pijat
Hasil : setelah oksitosin
dilakukan pijat
oksitosin ibu merasa
lebih nyaman ASI
mulai keluar sedikit
saat diperah

4 mengajarkan
keluarga mengenai
langkah –langkah
pijat oksitosin
Hasil : setelah
diajarkan keluarga
mengatakan
mengerti langkah –
langkah pijat
oksitosin dan
keluarga terlihat
memperhatikan dan
dapat mengulangi
gerakan

5 melibatkan
keluarga untuk
membantu dan
memberikan
dukungan pada ibu
Hasil : keluarga
terlibat saat
72

dilakukan dan
diajarkan pijat
oksitosin
Jumat 10 juli Tindakan mandiri S:
2020
Jam 17 : 00 6. 1. Memantau 1. bengkak pada
WIT pembengkakan payudara menurun
payudara dan
pengeluaran ASI 2. badan terasa lebih
7. Hasil : payudara terlihat rileks,kaku dan pegal
bengkak dan tegang dibadannya
ASI keluar hanya berkurang
sedikit
8. O:
2 Jelaskan pada 1 wajah tampak rileks
keluarga tentang 2 ASI tampak
manfaat (ASI). pada merebes keluar
bayi Agar keluarga banyak saat di palpasi
mengetahui 3 payudara tampak
Hasil : keluarga dapat bersih
mengerti dan
mengetahui manfaat A: ketidaefektifan
ASI yang sudah di pengeluaran ASI
jelaskan
P:
3 melakukan pijat
oksitosin selama 15 1 monitor kelancaran
menit ASI
Hasil : setelah 2 motivasi keluarga
dilakukan pijat melakukan pijat
oksitosin ibu merasa oksitosin
lebih nyaman ASI
mulai keluar sedikit
saat diperah
73

4. mengajarkan
keluarga mengenai
langkah –langkah pijat
oksitosin
Hasil : setelah
diajarkan keluarga
mengatakan
mengerti langkah –
langkah pijat
oksitosin dan
keluarga terlihat
memperhatikan dan
dapat mengulangi
gerakan

5. melibatkan
keluarga untuk
membantu dan
memberikan
dukungan pada ibu
Hasil : keluarga
terlibat saat
dilakukan dan
diajarkan pijat
oksitosin
74

7 Implementasi dan evaluasi

Tabel 4.9

Implementasi dan evaluasi

No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Waktu keperawatan
1 sabtu 11 juli ketidakmampu Tindakan mandiri S:
2020 an keluarga
Jam 09 : 00 merawat 9. 1. Memantau 1. bengkak pada
WIT anggota pembengkakan payudara menurun
keluarga yang payudara dan
75

sakit pengeluaran ASI 2. badan terasa lebih


berhubungan 10. Hasil : payudara terlihat rileks,kaku dan pegal
dengan bengkak dan tegang dibadannya
Ketidakefektif ASI keluar hanya berkurang
an pengeluaran sedikit
ASI 11. O:
2 Jelaskan pada 1 wajah tampak rileks
keluarga tentang 2 ASI tampak
manfaat (ASI). pada merebes keluar
bayi Agar keluarga banyak saat di palpasi
mengetahui
Hasil : keluarga dapat 3 payudara tampak
mengerti dan bersih
mengetahui manfaat
ASI yang sudah di A: ketidaefektifan
jelaskan pengeluaran ASI

3 melakukan pijat P:
oksitosin selama 15
menit 1 monitor kelancaran
Hasil : setelah ASI
dilakukan pijat 2 motivasi keluarga
oksitosin ibu merasa melakukan pijat
lebih nyaman ASI oksitosin
mulai keluar sedikit
saat diperah

4mengajarkan keluarga
mengenai langkah –
langkah pijat oksitosin
Hasil : setelah
diajarkan keluarga
mengatakan
mengerti langkah –
76

langkah pijat
oksitosin dan
keluarga terlihat
memperhatikan dan
dapat mengulangi
gerakan

5 melibatkan
keluarga untuk
membantu dan
memberikan
dukungan pada ibu
Hasil : keluarga
terlibat saat
dilakukan dan
diajarkan pijat
oksitosin

Sabtu 11 juli Tindakan mandiri S:


2020
Jam 17 : 00 12. 1. Memantau 1. bengkak pada
WIT pembengkakan payudara menurun
payudara dan
pengeluaran ASI 2. badan terasa lebih
13. Hasil : payudara terlihat rileks,kaku dan pegal
bengkak dan tegang dibadannya
ASI keluar hanya berkurang
sedikit
14. O:
2 Jelaskan pada 1 wajah tampak rileks
keluarga tentang 2 ASI tampak keluar
manfaat (ASI). pada terus menerus dari
bayi Agar keluarga payudara berwarna
77

mengetahui putih jernih


Hasil : keluarga dapat
mengerti dan 3 ASI pada payudara
mengetahui manfaat sebelah kiri menetes
ASI yang sudah di saat payudara sebelah
jelaskan kanan disusukan

3 melakukan pijat 4 bayi dapat


oksitosin selama 15 menyusui
menit
Hasil : setelah A: ketidaefektifan
dilakukan pijat pengeluaran ASI
oksitosin ibu merasa
lebih nyaman ASI P:
mulai keluar sedikit 1 motivasi keluarga
saat diperah untuk melanjutkan
pijat oksitosin
4. mengajarkan
keluarga mengenai
langkah –langkah pijat
oksitosin
Hasil : setelah
diajarkan keluarga
mengatakan
mengerti langkah –
langkah pijat
oksitosin dan
keluarga terlihat
memperhatikan dan
dapat mengulangi
gerakan

5. melibatkan
keluarga untuk
78

membantu dan
memberikan
dukungan pada ibu
Hasil : keluarga
terlibat saat
dilakukan dan
diajarkan pijat
oksitosin
79

A. Pembahasan

Berdasarkan hasil Asuhan Keperawatan keluarga yang dilakukan Tn.A

pada NY.I dengan post partum dalam upaya pemberian pijat oksitosin unuk

melancarkan pengeluaran air susu ibu (ASI) di Rt 002/ Rw 004 desa batu

kecamatan sirimau kota ambon , maka pada bagian ini peneliti akan

membahas tentang kesenjangan antara teori yang ada dengan kenyataan yang

diperoleh sebagai hasil pelaksanaan studi kasus yang mengacu pada tahap –

tahap keperawatan yang terdiri : pada pengkajian, diagnosa, keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Teori : pengkajian merupakan tahap awal dalam

proses keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data atau

informasi tentang pasien dengan menggunakan teknik pengumpulan

data yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta

dokumentasi. Data-data yang peneliti temukan saat penelitian

diklasifikan menjadi data subjektif dan data objektif. Berdasarkan

tinjauan pustaka pasien dengan post partum ditemukan adanya

masalah ketidakefektfan pengeluaran air susu ibu (ASI).

b. Hasil penelitian : pada saat dilakukan penelitian,

peneliti menemukan tanda dan gejala yang sama pada pasien yaitu

ketidakefektfan pengeluaran air susu ibu (ASI).


80

c. Kesimpulan : berdasarkan teori dan hasil penelitian,

tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan hasil yang

didapatkan peneliti saat melakukan pengkajian

2. Diagnosa Keperawatan

a. Teori : berdasarkan teori, diagnosa keperawatan yang muncul pada

pasien dengan post partum adalah ketidakefektifan pengeluaran ASI

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota

keluarga yang sakit.

b. Hasil penelitian : diagnose keperawatan yang peneliti dapatkan pada

pasien dengan post partum sesuai dengan dignosa keperawatan yang

ada pada teori.

c. Kesimpulan : berdasarkan teori dan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan hasil

penelitian, namun dalam implementasinya peneliti lebih focus pada

diagnosa ketidakefektifan pengeluaran ASI berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

3. Intervensi

a. teori : Berdasarkan teori maka perencanaan yang dilakukan harus sesuai

dan harus mendukung setiap diagnosa yang telah direncanakan agar

dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapi pasien.


81

b. Hasil penelitian: pada perencanaan terapi pijat oksitoisn hanya

difokuskan untuk mengatasi ketidakefektifan pengeluaran ASI

c. Kesimpulan : tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori

penelitian karena segala intervensi yang dilakukan disesuaikan

dengan teori yang ada.

4. Implementasi

a.Teori: implementasi merupakan perwujudan dari rencana keperawatan

yang telah peneliti susun.

b. Hasil penelitian : pelaksanaan tindakan keperawatan berjalan tanpa

adanya kesulitan atau kendala hal ini dikarenakan adanya respon yang

baik dari klien dan keluarga juga sangat antusias dan ingin mencoba

melakukan intervensi terapi pijat oksitosin dirumah karena menurut

bahwa terapi tersebut tidak mengeluarkan biaya,tidak perlu harus

membuang waktu tetapi lebih efisien dan hasilnya sangat bermanfaat.

c. Kesimpulan : berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas,maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada kesengajaan antara teori dengan hasil

penelitian yang didapat. Namun dalam implementasi, peneliti lebih

focus untuk melakukan terapi pijat oksitosin.

5. Evaluasi

a. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu

perbandingan yang sistematis dari rencana tentang kesehatan pasien


82

dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan secara

berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan

lainnya sehingga dapat mengetahui pemenuhan kebutuhan secara

optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan. Hasil yang

diharapkan yaitu terapi pijat oksitoisn dapat memperlancarkan

pengeluaran ASI.

b. Hasil penelitian : dari hasil penerapan proses asuhan keperawatan

kepada Ny. I lebih di fokuskan pada tindakan terapi pijat oksitosin

untuk melancarkan pengeluaran ASI di dapatkan hasil bawah

pengeluaran ASI lancar.

c. Kesimpulan : berdasarkan teori dan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa tindakan terapi pijat oksitosin yang diberikan

kepada pasien dengan ibu post partum dapat membantu dan

memiliki manfaat sangat besar untuk melancarkan pengeluaran ASI

dan tanpa harus mengeluarkan biaya yang berat dan tenaga yang

banyak.
83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang peneliti sampaikan terhadap asuhan

keperawatan kelurga Tn.A pada Ny.I dengan post partum pemberian pijat

oksitosin untuk melancarkan pengeluarana air susu ibu (ASI) di Rt

002/Rw 004 desa batu merah kecamatan sirimau kota ambon dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

a. Teori : pengkajian merupakan tahap awal dalam proses

keperawatan yang bertujuan mengumpulkan data atau informasi

tentang pasien dengan menggunakan teknik pengumpulan data

yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta dokumentasi.

Data-data yang peneliti temukan saat penelitian diklasifikan

menjadi data subjektif dan data objektif. Berdasarkan tinjauan

pustaka pasien dengan post partum ditemukan adanya masalah

ketidaklancaran pengeluaran air susu ibu (ASI)

b. Hasil penelitian : pada saat dilakukan penelitian, peneliti

menemukan tanda dan gejala yang sama pada pasien yaitu

ketidaklancaran pengeluaran air susu ibu (ASI)

c. Kesimpulan : berdasarkan teori dan hasil penelitian, tidak

ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan hasil yang

didapatkan peneliti saat melakukan pengkajian.


84

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti hanya

memfokuskan pada satu masalah, ketidakefektifan pengeluaran

(ASI) . Karena sesuai dengan masalah yang peneliti angkat yaitu

mengenai bagaimana upaya untuk melancarkan (ASI) yaitu dengan

pemberian terapi pijat oksitosin dapat melancarkan pengeluaran ASI

pada ibu post partum

3. Intervensi

Sesuai dengan masalah yang peneliti angkat yaitu ketidakefektifan

pengeluaran ASI pada Ny.I. Sehingga peneliti akan melakukan terapi

pijat oksitosin untuk melancarkan pengeluaran ASI . keluarga Tn.A

pada Ny.I sehingga dapat meminimalkan masalah keperawatan yang

ada pada klien Ny.I

4. Implementasi

Berdasarkan hasil penelitian, upaya untuk melancarkan

pengeluaran ASI dengan cara memberikan terapi pijat oksitosin,

berdasarkan intervensi tindakan yang disusun, baik untuk klien.

Sehingga tidak ditemukannya kesenjangan antara teori dan hasil

pelaksanaan pada penelitian.


85

5. Evaluasi

Sesuai dengan hasil evaluasi yang didapatkan adanya hasil yaitu,

Keluarga dapat menguraikan sebagian manfaat, dan langkah - langkah

yang diberikan untuk melancarkan pengeluaran ASI. serta proses

pemberian intervensi pun lancar sehigga tujuan pun tercapai.

B. Saran

1. Diharapkan bagi institusi pendidikan ini dapat menjadi bahan

keputustakaan khususnya bagi mahasiswa keperawatan dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien post partum dengan

terapi pijat oksitosin.

2. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri

guna memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang

penerapan asuhan keperawatan pasien post partum dengan pemberian

terapi pijat oksitosin dan dapat mengaplikasi ilmu yang didapat selama

mengikuti kuliah dengan situasi nyata.

3. Bagi perawat.dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam

meningkatkan produksi ASI dengan terapi pijat oksitosin

4. Bagi pasien dan keluarga dapat menambah pengetahuan dalam

melancarkan pengeluaran ASI melalui pijat oksitosin

5. Diharapkan dapat menjadi bahan untuk pelajaran dalam penelitian

berikutnya, serta menjadi tambahan referensi dalam melakukan

penelitian dan dapat diterapkan dalam melakukan asuhan keperawatan


86

dengan terapi pijat oksitosin dalam upaya melancarkan pengeluaran

ASI pada ibu post partum.


DAFTAR PUSTAKA

Afiani, N. A. 2016, Analisa Pijat Oksitosin Pada Asuhan


Keperawatan Ketidak Efektifan Pemberian ASI Di Ruang
Flamboyan RS Prof Margono Soekarjo Purwokerto, diakses pada
tanggal 18 Januari 2018, http://elib.stikesmuhgombong.ac.id

Hartiningtiyaswati, S., Nuraini I. & Setiawandari 2015, Efektifitas


Kombinasi IMD dan Pijat Oksitosin pada Awal Masa Menyusui
terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di BPM Istiqomah Surabaya,
Jurnal Kebidanan, Vol VII No 1, diakses dari
http://karyailmiah.unipasby.ac.id pada tanggal 30 Januari 2018

Puspitasari 2016, Hubungan Inisiasi Menyusui Dini dengan Kelancaran


Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Patrang
Kabupaten Jember, diakses pada tanggal 22 Januari 2018,
http://repository.unej.ac.id.

Trijayati, T. 2017, Penerapan Pijat Oksitosin menggunakan Baby Oil


terhadap Produksi dan Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu
Nifas di Puskesmas Rowokele.Artikel Ilmiah, diakses pada tanggal
20 Januari 2018, http://stikesmuhgombong.ac.id

Setiowati, W. 2017, Hubungan Pijat Oksitosin dengan Kelancaran


Produksi ASI pada Ibu Post Partum Fisiologis Hari Ke 2-3, Jurnal
Darul Azhar, Vol 3 No 1, diakses pada tanggal 16 Januari 2018,
http://jurnal-kesehatan.id

Wijayanti, L. 2014, Pengaruh Pijat Oksitoksin Pada Ibu Post Partum Di


Puskesmas Mergangsan Yogyakart, diakses pada tanggal 12
Januari 2018, http://digilib.unisayogya.ac.id. Repository

Dinas Kesehatan D.I.Y. 2016, Profil Kesehatan Kota Yogyakarta Tahun


2015, diakses pada tanggal 28 Januari 2018, http://depkes.go.id

Kemenkes RI 2017, Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia tahun


2016, diakses pada tanggal 28 Januari 2018,ihttp://depkes.go.id

Sari, I. R. 2017, Penerapan Pijat Oksitosin Pada Pasien Post Partum


Normal Di Wilayah Puskesmas Sambiroto Kedung Mundu
Semarang, diakses pada tanggal 15 Januari 2018,
http://repository.unimus.ac.id. Repository
Trijayati, T. 2017, Penerapan Pijat Oksitosin menggunakan Baby Oil
terhadap Produksi dan Pengeluaran Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu
Nifas di Puskesmas Rowokele.Artikel Ilmiah, diakses pada tanggal
20 Januari 2018, http://stikesmuhgombong.ac.id

Ummah, F. 2014, Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI


pada Ibu Pasca Salin Normal Di Dusun Sono Desa Kentanen
Kecamatan Panceng Gresik, Jurnal Vol.2, No XVII, diakses pada
tanggal 15 Januari 2018, http://stikesmuhla.ac.id

Wijayanti, L. 2014, Pengaruh Pijat Oksitoksin Pada Ibu Post Partum Di


Puskesmas Mergangsan Yogyakart, diakses pada tanggal 12
Januari 2018, http://digilib.unisayogya.ac.id. Repository

Wahyuni, E. 2017, Dukungan Suami, dalam Keberhasilan Pemberian ASI


Ekslusif Di Puskesmas Turi Sleman Yogyakarta, diunduh pada
tanggal 12 Januari 2018, http://repository.stikesayaniyk.ac.id.
Repository
Lampiran1

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PIJAT OKSITOSIN

No Prosedur Tetap
1 Tindakan Pijat oksitosin
2 Tujuan 1. memperlancar ASI
3 Persiapan 1. Kursi

2. Meja

3. Minyak kelapa atau baby oil

4. Handuk

5. Air hangat

4 Prosedur kerja a. Tahap Pra Interaksi

1. Siapkan alat dan dekatkan

keklien

2. Cek status klien

b. Tahap Orientasi

1. Berikan salam

2. Jelaskan tujuan, prosedur

dan lamanya tindakan pada

klien

3. Berikan kesempatan klien

untuk bertanya sebelum


tindakan dilakukan

4. Jaga privasi klien

c. Tahap Kerja

1. Cuci tangan

2. Membantu melepaskan

pakaian bagian atas dan BH

ibu

3. Memasang handuk

4. Ibuk duduk, bersandar

kedepan, melipat lengan diatas

meja didepannya, kemudian

meletakkan kepala diatas

lengannya. Payudara

tergantung lepas tanpa baju

5. Lumuri kedua telapak

tangan dengan minyak atau

baby oil

6. Pijat sepanjang kedua sisi

tulang belakang dengan

menggunakankepalan tinju

kedua tangan dan ibu jari

menghadap kearah atas atau


depan

7. Tekan dengan kuat

membentuk gerakan lingkaran

kecil, dengan kedua ibujari

mengggosok kearah bawah

dikedua sisi tulang belakang

pada saat yang sama dari leher

kearah tulang belikat.

Dilakukan selama 15 sampai

20 menit. Lakukan pemijatan

selama dua kali sehari

8. Bersihkan punggung dengan

air hangat dan dingin secara

bergantian.

9. Bantu klien memakai BH

dan pakaian kembali

10. Bereskan alat

11. Cuci tangan


5 Tahap terminasi 1. Evaluasi perasaan ibu

2. Lakukan kontrak kegiatan

selanjutnya

3. Sampaikan salam

4. Dokumentasikan
Gambar 3 Pijat oksitosin (Sumber : Vaikoh, 2017)

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI PIJAT OKSITOSI


Hasil pijat oksitosin

No Evaluasi
Sebelum Sesudah

1 Hari pertama Sebelum Setelah di Pengeluaran

dilakukan pijat lakukan ASI

oksitosin ASI tindakan pijat menigkat

hanya keluar 10 oksitosin ASI

ml. keluar 25 ml.


2 Hari kedua Sebelum Setelah di Pengeluaran

dilakukan pijat lakukan ASI

oksitosin ASI tindakan pijat menigkat

hanya keluar 30 oksitosin ASI

ml. keluar 40 ml.

3 Hari ketiga Sebelum Setelah di Pengeluaran

dilakukan pijat lakukan ASI

oksitosin ASI tindakan pijat menigkat

hanya keluar 45 oksitosin ASI

ml. keluar 60 ml

Lampiran 3

LEMBAR WAWANCARA KELANCARAN ASI PADA IBU

POST PARTUM DI RT 002/RW 004 BATU MERAH


KECAMATAN SIRIMAU KOTA AMBON

No Pertanyaan
1 Apakah payudara ibu terasa tegang sebelum disusukan ?iya saya

merasa payudara tegang


2 Apakah ASI banyak atau penuh merembes keluar melalui puting ?

iya setelah di pijat ASI saya keluar


3 Apakah ASI keluar saat payudara dipalpasi? Iya ASI keluar
4 Apakah badan ibu lebih rileks setelah dipijat ? iya saya merasa rileks

setelah di pijat
5 Apakah saat payudara sebelah disusukan, payudara yang lain keluar

ASI? Iya jika yang sebelah kanan di susukan sebeleh kiri keluar ASI

Kesimpulan

Dapat di simpulkan bawah dari hasil dilakukan pijat oksitosin ini pasien

merasa badannya rileks dan ASI nya keluar lancar.


Lampiran 5

Dokumentasi

2. ccInformed consent ( persetujuan penelitian keluarga Tn.A pada Ny.I )


3. menjelaskan tindakan yang akan di lakukan

4. Melakukan tindakan posisi ibu duduk, bersandar bersandar kedepan

,melipat lengan diatas meja didepannya ,dan kemudian lumuri kedua

telapak tangan denga baby oil

lampiran 6

5. Melakukan Pijat di sepanjang kedua sisi tulang belakang


6. Lakukan tekan dengan kuat membentuk gerakan lingkaran kecil,dengan
kedua ibu jari menggosok kearah bawah tulang dikedua sisi tulang belakang

Anda mungkin juga menyukai