Anda di halaman 1dari 20

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KOSMETIKA

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN


BIONE HAIR TONIC

DOSEN PENGAMPU

Putu Sanna Yustiantara, S. Farm., M. Si., Apt.

KELOMPOK 5

Firlyandhika Dwi Faturrochman (1708551067)


Ni Putu Trisna Ayundita (1708551072)
I Putu Mas Arie Pradina Putri (1708551080)

Mirillia Vital Moreira (1708551083)


Desak Putu Putri Satriyani (1708551090)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu merancang formula hair tonic
2. Mahasiswa mampu membuat dan melakukan evaluasi terhadap sediaan hair tonic
3. Mahasiswa mampu menganalisis pengaruh konsentrasi surfaktan terhadap sifat
fisika sediaan hair tonic

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Lidah Buaya (Aloe vera)
Lidah buaya (Aloe vera (L.) Burm.f.) adalah tumbuhan yang sudah dikenal sejak
ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk
perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di
Afrika dan Asia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
pemanfaatan tanaman lidah buaya semakin berkembang sebagai bahan baku industri
farmasi, kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan (Nurmalina,
2012).
Lidah buaya tersusun oleh 99,5% air dan dengan total padatan terlarut hanya
0,49% selebihnya mengandung lemak, karbohidrat, protein dan vitamin (Kathuria dkk,
2011). Cairan lidah buaya mengandung unsur utama, yaitu aloin, emoidin, gum, dan
unsur lain seperti minyak atsiri. Beberapa unsur vitamin dan mineral di dalam lidah
buaya dapat berfungsi sebagai pembentuk antioksidan alami, seperti vitamin C, vitamin
E, vitamin A, magnesium, dan Zinc (Hartawan, 2012). Lidah buaya juga dapat
mengurangi kerontokan rambut dan menguatkan akar rambut. Karena lidah buaya
mengandung zat-zat yang bermanfaat untuk mengurangi kerontokan rambut seperti
Vitamin A, C, asam amino, Cu, Inositol, enzim yang berguna merangsang pertumbuhan
rambut (Sari dan Adityo, 2016).
2.2 Rambut
Rambut adalah mahkota bagi semua orang karena rambut berfungsi selain untuk
memberikan kehangatan, perlindungan, rambut juga untuk keindahan dan penunjang
penampilan.1 Rambut sehat memiliki ciri-ciri tebal, berwarna hitam, berkilau, tidak
kusut dan tidak rontok menjadi kebutuhan semua orang. Rambut terdapat hampir pada
seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi estetika bagi
manusia. Rambut terdiri atas akar dan tangkai rambut. Akar rambut dialiri darah melalui
syaraf. Oleh karena itu, rambut sensitif terhadap lingkungan, cuaca atau zat-zat kimia
yang digunakan untuk tata rias rambut. Rambut tumbuh di atas kulit dan akarnya
tertanam di dalam kulit, perubahan biologis rambut terdapat dalam akar yang
menentukan pertumbuhan dan perontokkan rambut. Reaksi biokimia yang
mempengaruhi pertumbuhan rambut terletak di bagian bawah akar (Dawber, 2004).
Rambut rontok (hair loss) terjadi pada banyak orang, sehingga dapat mengurangi
fungsi perlindungannya terhadap tubuh dan kepala dari lingkungan. Ini tidak
mengancam nyawa, tapi memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat menjadi stressor
psikologis. Rambut rontok (hair loss) adalah suatu kelainan di mana jumlah rambut
lebih sedikit atau terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa penipisan yang
tampak. Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar 100.000, dan disebut sebagai
kelainan jika jumlahnya hanya mencapai 50% yang berarti sekitar 50.000 helai.
Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80-120 helai/hari. Kerontokan rambut
dapat dicegah dengan pengobatan dari luar maupun dari dalam. Pengobatan dari luar
dapat dilakukan dengan cara menggunakan salep/larutan perawatan rambut. Sedangkan
pengobatan dari dalam dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat dan injeksi
untuk menghentikan kerontokan rambut dan mempercepat pertumbuhan rambut (Ide,
2011).
2.3 Hair Tonic
Sediaan perangsang pertumbuhan rambut adalah sediaan kosmetika yang
digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau merangsang pertumbuhan
merupakan salah satu faktor tahapan awal dalam membangkitkan efek untuk penyubur,
pelebat, atau perangsang pertumbuhan rambut, kebenaran akan hal ini perlu didukung
oleh pembuktian yang akurat (Depkes, 1985).
Penumbuh rambut (hair tonic) adalah sediaan yang mengandung bahan-bahan
yang diperlukan oleh rambut, akar rambut, dan kulit kepala. Penggunaan bahan- bahan
yang berfungsi sebagai penumbuh rambut (misalnya counter irritant) dalam konsentrasi
rendah akan menyebabkan kemerahan pada kulit dan rasa hangat sehingga
meningkatkan aliran darah pada kapiler kulit (Balsam dan Sagarin, 1974).
Menurut Depkes (1985), bahan-bahan yang digunakan sediaan perangsang
pertumbuhan rambut terdiri dari pelarut dan zat bermanfaat. Pelarut yang digunakan
antara lain air, alkohol dengan kadar serendah mungkin hanya untuk memudahkan
kelarutan, serta gliserin yang berfungsi sebagai pelicin dan emolien, dimana kadar
gliserin 2- 5%. Zat bermanfaat disesuaikan sebagai efek sebagai daya pembersih,
menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki sel darah kulit kepala,
memperbaiki atau memulihkan sekresi kelenjar sebum dan merangsang pertumbuhan
rambut.

III. FORMULASI
3.1 Formula Pustaka
Ekstrak Etanol seledri 7,5
Ekstrak etanol daun teh hijau 2,5
Etanol 96% 35
Propilenglikol 15
Menthol 0,2
Metil paraben 0,075
Propil paraben 0,025
Natrium metabisulfit 0,05
Tween 80 1
Na2EDTA 0,2
Akuadest add 100 mL
(Hindun dkk., 2017).
3.2 Formula yang Diajukan
Ekstrak Aloe vera 10 %
Etanol 96% 35
Propilenglikol 15
Menthol 0,2
Metil paraben 0,075
Propil paraben 0,025
Natrium metabisulfit 0,05
Tween 80 25
Na2EDTA 0,2
Akuadest add 100 mL
IV. MONOGRAFI BAHAN
4.1 Tinjauan Fisikokimia Bahan Aktif
1. Ekstrak Aloe vera
Ekstrak Aloe vera mengandung vitamin A, B, asam amino, dan Zn yang
bermanfaat untuk mengatasi ketombe. Ekstrak Aloe vera memiliki pH yang sama
dengan kulit manusia, hal ini dapat menghindari terjadinya alergi kulit bagi
penggunanya. Senyawa lignin pada ekstrak Aloe vera membantu memudahkan
peresapan nutrisi yang dibutuhkan oleh kulit kepala dan rambut. Saponin pada
ekstrak Aloe vera dapat membantu membersihkan kulit kepala dari kotoran dan
minak serta meningkatkan jumlah busa (Rahmawati, 2019). Ekstrak Aloe vera
juga memiliki manfaat lain yaitu sebagai pelembab dan anti-aging, sebagai anti-
inflamasi, bertindak untuk meningkatkan penetrasi dan penyerapan bahan bioaktif
lainnya ke dalam jaringan, untuk menyembuhkan dermatitis akibat radiasi dan
dermatitis seborheik dan juga sebagai perlindungan terhadap radiasi (Sampath,
2010). Ekstrak Aloe vera atau lidah buaya didapatkan dengan cara mengambil
bagian daunnya dan kulitnya, lalu dihaluskan menggunakan blender sampai
didapat ekstrak cair. Setelah itu, dipanaskan pada suhu yang rendah untuk
menguapkan airnya agar didapatkan ekstrak yang kental (West dan Zhu, 2003).
4.2 Tinjauan Fisikokimia Eksipien
1. Propilenglikol
Pemerian : Propilen glikol adalah cairan bening, tidak
berwarna, kental, praktis tidak berbau dengan rasa
manis, agak tajam menyerupai gliserin.
Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan opalesen,
praktis tidak larut dalam kloroform dan eter.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform ; larut dalam eter dan beberapa
minyak essensial ; tetapi tidak bisa bercampur
dengan minyak lemak (Depkes RI, 1995)
Stabilitas dan Penyimpanan : Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam
wadah tertutup dengan baik, tetapi pada suhu tinggi,
di tempat terbuka, cenderung teroksidasi, sehingga
memunculkan produk seperti propionaldehida, asam
laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol
stabil secara kimiawi jika dicampur dengan etanol
(95%), gliserin, atau air; larutan berair dapat
disterilkan dengan autoklaf. Propilen glikol bersifat
higroskopis dan harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat yang
sejuk dan kering.
Penggunaan : Antimicrobialpreservative; desinfektan; humectant;
plasticizer; pelarut; stabilizer untuk vitamin;
cosolvent yang larut dalam air.
Inkompatibilitas : Propilen glikol tidak sesuai dengan pereaksi
pengoksidasi seperti kalium permanganat.
(Rowe et al., 2009).
2. Methylparaben
Pemerian : Methylparaben muncul sebagai kristal tidak
berwarna atau bubuk kristal putih. Tidak berbau atau
hampir tidak berbau dan memiliki rasa sedikit
terbakar (Rowe et al., 2009)
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzena dalam karbon
tetraklorida ; mudah larut dalam etanol dan eter
(Depkes RI, 1995).
Stabilitas dan penyimpanan : Larutan encer metilparaben pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada 1208C selama 20
menit, tanpa dekomposisi. (8) Larutan encer pada
pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga
sekitar 4 tahun di ruangan suhu, sedangkan larutan
berair pada pH 8 atau lebih dapat dikenakan
hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah
penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
Methylparaben harus disimpan dalam wadah
tertutup di tempat yang sejuk dan kering
Penggunaan : Sebagai pengawet.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba dari metilparaben dan
paraben lainnya sangat berkurang dengan adanya
surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai
hasil dari miselisasi. kehadiran surfaktan nonionik
dan mencegah interaksi antara metilparaben dan
polisorbat 80. (12) Ketidakcocokan dengan zat lain,
seperti bentonit, (13) magnesium trisilikat, (14) talk,
tragacanth, (15) natrium alginat, (16) esensial
minyak, (17) sorbitol, (18) dan atropin, (19) telah
dilaporkan. Ini juga bereaksi dengan berbagai gula
dan alkohol gula terkait. (20) Penyerapan
metilparaben oleh plastik juga telah dilaporkan;
jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastik
dan kendaraan. Saya telah mengklaim bahwa botol
polietilen densitas rendah dan densitas tinggi tidak
menyerap metilparaben. (21) Metilparaben berubah
warna di hadapan zat besi dan mengalami hidrolisis
oleh alkali lemah dan asam kuat.
(Rowe et al., 2009).
3. Propil paraben
Pemerian : Propylparaben muncul sebagai bubuk putih, kristal,
tidak berbau, dan tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ,larut dalam 3,5 bagian
etanol(95%P),dalam 3 bagian aseton P,dalam 140
bagian gliserol P dan dalam 40 bagian minyak
lemak, mudah larut dalam alkil hidroksida (Rowe et
al., 2009).
Bobot molekul : 180,2 g/mol.
Stabilitas dan Penyimpanan : Larutan propilparaben berair pada pH 3–6 dapat
disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. (4)
Pada pH 3–6, larutan encer stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) hingga sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sedangkan solusi pada pH 8 atau lebih tinggi
dapat mengalami hidrolisis cepat (10% atau lebih
setelah sekitar 60 hari pada suhu kamar). untuk
konstanta laju yang diprediksi dan waktu paruh pada
2580C untuk propilparaben. (5)
Propylparabensharusdisimpan dalam wadah tertutup.
tempat yang sejuk dan kering. (Rowe et al., 2009).
Penggunaan : Digunakan sebagai pengawet (Rowe et al., 2009).
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba propilparaben berkurang
secara signifikan dengan adanya surfaktan nonionik
sebagai hasil miselisasi. (6) Penyerapan
propilparaben oleh plastik telah dilaporkan, dengan
jumlah yang diserap tergantung pada (Rowe et al.,
2009).
4. Natrium Metabisulfit
Pemerian : Sodium metabisulfite muncul sebagai kristal
prismatik yang tidak berwarna atau pawdite putih
kristal asawhite tocreamy sebagai bau belerang
dioksida dan rasa asam, garam. Sodium
metabisulfite mengkristal dari air sebagai hidrat
yang mengandung tujuh molekul air.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar
larut dalam etanol (Depkes RI, 1995)
Penggunaan : Antiiksidan (Rowe et al., 2009).
Stabilitas dan Penyimpanan : Pada paparan udara dan kelembaban, natrium
metabisulfit perlahan teroksidasi menjadi natrium
sulfat dengan disintegrasi kristal. Penambahan asam
kuat ke padatan membebaskan sulfur dioksida.
Dalam air, natrium metabisulfit segera dikonversi
menjadi ion natrium (Naþ) dan bisulfit (HSO3).
Larutan natrium metabisulfit encer juga terurai di
udara, terutama pada pemanasan. Solusi yang akan
disterilkan dengan autoklaf harus diisi ke dalam
wadah yang udaranya diganti dengan gas lembam,
seperti nitrogen. Penambahan dekstrosa ke larutan
natrium metabisulfit menghasilkan penurunan
stabilitas metabisulfit. Bahan curah harus disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk dan kering. (Rowe et al.,
2009).
Inkompatibilitas : Sodium metabisulfite bereaksi dengan
simpatomimetik dan obat lain yang mengandung
orto-orpara-hydroxybenzyl alcohol derivatives untuk
membentuk turunan asam sulfonat yang memiliki
sedikit atau tidak ada aktivitas farmakologis. Obat
yang paling penting yang dikenakan inaktivasi ini
adalah epinefrin (adrenalin) dan turunannya. Selain
itu, natrium metabisulfit tidak sesuai dengan
kloramfenikol karena reaksi yang lebih kompleks, ia
juga menonaktifkan cisplatin dalam larutan. Ini
tidak sesuai dengan asetat fenilmerkurik ketika
diautoklafkan dalam sediaan tetes mata. Natrium
metabisulfit dapat bereaksi dengan tutup karet dari
botol multidosis, yang karenanya harus diperlakukan
dengan larutan natrium metabisulfit (Rowe et al.,
2009).
5. Menthol
Pemerian : Mentol adalah bubuk kristal yang mengalir bebas
atau diaglomerasi, atau kristal mengkilap yang tidak
berwarna, prismatik, atau asikuler, atau massa
heksagonal atau leburan dengan bau dan rasa yang
khas.
Kelarutan : Sukar larut dalam air; sangat mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam
heksana; mudah larut dalam asam asetat glasial,
dalam minyak mineral, dan dalam minyak lemak dan
dalam minyak atsiri
(Depkes RI, 1995).
Stabilitas dan penyimpanan : Formulasi yang mengandung mentol 1% b / b
dalam krim berair telah dilaporkan stabil hingga 18
bulan bila disimpan pada suhu kamar. (1) Mentol
harus disimpan dalam wadah tertutup dengan baik
pada suhu tidak melebihi 250 C.
Penggunaan : Flavoring agent; therapeutic agent.
Bobot molekul : 156,27 g/mol.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan: butylchloral hydrate; kamper;
hidrat kloral; kromium trioksida; b-naftol; fenol;
kalium permanganat; pyrogallol; resorsinol; dan
timol.
(Rowe et al., 2009).
6. Tween 80
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning
muda hingga coklat muda, bau khas lemah, rasa
pahit hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau
dan praktis tidak berwarna, larut dalam etanol,
dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terkindung dari
cahaya, ditempat kering dan sejuk.
(Depkes RI, 1995).
penggunaan : Agen pengemulsi; surfaktan nonionik; zat pelarut;
bahan pembasah, pendispersi / penangguhan.
(Rowe et al., 2009)
7. Na2EDTA
Pemerian :. Kristal putih, tidak berbau, rasa sedikit asam.
Kegunaan : Chelating agent
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit
larut dalam etanol 95%, larut dalam air 1:11
Stabilitas dan penyimpanan : Garam edetat lebih stabil daripada asam
etilenadiaminatetraasetat. Namun, disodium dihidrat
edetat kehilangan air ketika dipanaskan sampai
120˚C. Larutan disodium edetat dapat disterilisasi
dengan autoklaf, dan harus disimpan dalam wadah
alkali bebas. Dinatrium edetat bersifat higroskopis
dan tidak stabil bila terkena kelembaban
Inkompatibilitas : Dinatrium edetat sebagai asam lemah,
menghilangkan karbon dioksida dari karbonat dan
bereaksi dengan logam untuk membentuk hidrogen.
Kompatibel dengan oksidator kuat, basa kuat, ion
logam dan paduan logam
(Rowe et al., 2009).
7. Aquadest
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Berat molekul : 18,02 gram/mol.
pH : Antara 5-7.
(Depkes RI, 1995).
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).

V. PROSEDUR KERJA
5.1 Alat dan Bahan
Alat
1. Neraca analitik
2. Piknometer
3. Oven
4. Kaca objek
5. pH meter
6. Evaporator
7. Gelas kimia
8. Cawan uap
9. Batang pengaduk
10. Spatel
11. Penangas air
12. Blender
13. Kain kassa
14. Pipet tetes
15. Botol semprot
16. Tissue
17. Wadah botol untuk sediaan hair tonic
Bahan
1. Ekstrak Aloe vera
2. Etanol 96%
3. Propilenglikol
4. Metil paraben
5. Propil paraben
6. Natrium metabisulfite
7. Menthol
8. Tween 80
9. Na2EDTA
10. Aquadest

5.2 Prosedur Kerja


Larutkan natrium metabisulfite, Na2EDTA dan propil paraben dengan
menggunakan aquadest, setelah itu tambahkan tween 80 (Campuran A)

Larutkan metil paraben dan menthol menggunakan etanol 96% (Campuran


B)
Campurkan campuran A dan campuran B lalu tambahkan propilenglikol,
diaduk hingga tercampur secara merata

Setelah semua bahan tercampur, tambahkan ekstrak aloe vera sedikit demi
sedikit ke dalam campuran larutan

Tambahkan aquadest pada campuran larutan hingga volume mencapai 100


mL

Masukkan campuran larutan ke dalam wadah kemasan lalu lakukan uji


evaluasi

5.3 Perhitungan Bahan


A. Perhitungan penimbangan untuk membuat 5 buah sabun
a. Ekstrak Aloe vera = x 100 mL = 10 mL

= 10 mL x 2 = 20 mL

b. Etanol 96% = x 100 mL = 35 mL

= 35 mL x 2 = 70 mL

c. Propilenglikol = x 100 mL = 15 mL

= 15 mL x 2 = 30 mL
d. Menthol = x 100 mL = 0,2 mL

= 0,2 mL x 2 = 0,4 mL

e. Metil paraben = x 100 mL = 0,075 mL

= 0,075 mL x 2 = 0,15 mL
f. Propil paraben = x 100 mL = 0,025 mL

= 0,025 mL x 2 = 0,05 mL
g. Natrium metabisulfite = x 100 mL = 0,05 mL

= 0,05 mL x 2 = 0,1 mL
h. Tween 80 = x 100 mL = 25 mL

= 25 mL x 2 = 50 mL
i. Na2EDTA = x 100 mL = 0,2 mL

= 0,2 mL x 2 = 0,4 mL
j. Aquadest = 100 - (10 + 35 + 15 + 0,2 + 0,075 + 0,025 +
0,05 + 25 + 0,2) mL
= 100 – 85,55 mL = 14, 45 mL
= 14,45 x 2 mL = 28,9 mL

B. Tabel Penimbangan
Bobot untuk 1 Bobot untuk 5
No Bahan Fungsi
sabun sabun
1 Ekstrak Aloe Zat aktif 10 mL 20 mL
vera
2 Etanol 96% Pelarut 35 mL 70 mL
3 Propilenglikol Pelarut 15 mL 30 mL
4 Metil paraben Pengawet 0,2 mL 0,4 mL
5 Propil Pengawet 0,075 mL 0,15 mL
paraben
6 Natrium Antioksidan 0,025 mL 0,05 mL
metabisulfit
7 Menthol Co-solvent 0,05 mL 0,1 mL
8 Tween 80 Suspending 25 mL 50 mL
agent
9 Na2EDTA Agen 0,2 mL 0,4 mL
pengkelat
logam
10 Aquadest Pelarut 14,45 mL 28,9 mL
VI. EVALUASI
6.1 Cara Kerja Evaluasi
a. Organoleptis

Diamati warna, bau, bentuk dan tekstur dari Tonik Rambut

Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh

b. Uji pH
pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan
dapar pH asam dan larutan pH netral hingga alat menunjukkan harga
pH.

Elektroda dicuci dengan air suling dan dikeringkan dengan tisu

Diambil 10 mL Tonik Rambut yang dibuat

Dimasukan elektroda pada sediaan, ditekan read dan ditunggu hingga


terdapat tanda 𝐴 , setelah terdapat tanda 𝐴 dicatat pH yang
diperoleh.
c. Uji Viskositas

Disiapkan Tonik Rambut secukupnya lalu dimasukkan ke gelas


beaker. Disiapkan alat Viskometer Brookfield dan spindel yang cocok

Dicelupkan spindel ke dalam Tonik rambut hingga ujung bawah


tenggelam.

Diatur kecepatan sebesar 10, 20, 30, 50, 60, 100 rpm dan sebaliknya

Dicatat angka yang muncul pada alat


d. Uji Homogenitas
Diambil sediaan menggunakan pipet tetes, kemudian diteteskan diatas
objek glass sebanyak 1-2 tetes

Ditutup dengan deck glass, kemudian diamati homogenits dari sediaan


Tonik Rambut yang dibuat

e. Uji Kesukaan (Hedonik)

Dilakukan uji kesukaan Tonik Rambut terhadap 20 orang untuk


menilai sediaan Tonik Rambut yang dibuat

Penilaian dilakukan terhadap bau, warna, tekstur, dan bentuk dari


sediaan

6.2 Syarat Uji Evaluasi


Syarat uji evaluasi hair tonic adalah:
Uji Syarat sediaan
Organoleptis Memiliki bentuk cair, bau dan warna yang khas serta
tidak berubah secara signifikan
(Rahmah, 2018).
pH pH hair tonic berkisar antara 3,0 – 7,0
(Jubaidah dkk., 2018).
Viskositas Kisaran nilai Viskositas sediaan hair tonic berada di
bawah 5 cPs pada suhu kamar (25℃)
(Rahmah, 2018).
Homogenitas Tidak terdapat sebaran partikel kasar pada kaca objek
(Febriani dkk., 2016).
Kesukaan Tidak suka (+) skor = 0
Sedikit Suka (++) Skor = 1
Suka (+++) Skor = 2
VII. KEMASAN DAN ETIKET
a. Kemasan Primer

b. Kemasan Sekunder
c. Etiket

BI ONE
Cara Pemakaian :
Keringkan rambut setelah keramas,
oleskan hair tonic dan
ratakan dengan tangan,
beri pijatan ringan.

Komposisi
Ekstrak aloe vera, etanol 96%, propilenglikol, metil paraben, propil paraben,
natrium metabisulfit, menthol, tween 80, Na2EDTA, aquadest.

Diproduksi oleh :
PT. One Beauty

Netto : 100 mL
NA18201003282
DAFTAR PUSTAKA

Balsam, M.S., and Sagarin, E. 1974. Cosmetic Science and Technology. Vol.III Ed 2nd.
New York : Wiley Interscience, a division of Wiley and Son.
Dawber R. 2004. Hair And Scalp Disorders, Common Presenting Signs, Differential
Diagnosis And Treatment. 2nd Ed. London: Martin Dunitz.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia & Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Febriani, A., Berna, E., Mahdi. J. 2016. Uji Aktivitas dan Keamanan Hair Tonic Ekstrak
Daun Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) Pada Pertumbuhan Rambut
Kelinci. Jurnal Farmasi Indonesia. Vol. 8(1): 259-270.
Hartawan, E. Y. 2012. Sejuta Khasiat Lidah Buaya. Jakarta : Pustaka Diantara.

Hindun. S., A. Akmal, Ajinajihudin dan N. Sari. 2017. Formulation of Hair Tonic
Combination of Celery and Green Tea Leaves Ethanol Extract For Rabbit Hair
Growth. Jurnal Ilmiah Farmako Bahari 8(1) : 21-33.
Ide, P. 2011. Mencegah Kebotakan Dini. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Jubaidah, S., Ria I., Hayatus S., dan Heri W. 2018. Formulasi Dan Uji Pertumbuhan
Rambut Kelinci Dari Sediaan Hair Tonic Kombinasi Ekstrak Daun Seledri
(Apium graveolens L.) dan Daun Mangkokan (Polyscias scutellaria). Jurnal
Ilmiah Manuntung. Vol.4(1): 8-14.
Kathuria N, Gupta N, Manisha, Prasad R, Nikita. 2011. Biologic effects of Aloe vera
Gel. The Internet Journal of Microbiology. 9(2): 111-120
Nurmalina, R. 2012. Herbal Legendaris Untuk Kesehatan Anda. Jakarta : PT Elex
Media Komputindo Kompas.
Rahmah, F. S. 2018. Formulasi Hair Tonic Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) Dan Uji
Aktivitas Pertumbuhan Rambut Pada Tikus Putih Jantan. Skripsi, Jurusan
Farmasi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Rahmawati, Y. 2019. Pengaruh Penambahan Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Sifat
Fisik Shampo Anti Ketombe Berbahan Dasar Lerak (Sapindus rarak). Jurnal
Mahasiswa UNESA. 8(1): 76-83.
Rowe, R. C., P. J. Sheskey, and M. E. Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. USA: Pharmaceutical Press.
Sampath, K. 2010. Aloe vera: a potential herb and its medical importance. Journal of
Chemical and Pharmaceutical Reasearch. 2(1): 21-29.
Sari, D. K dan Adityo, W. 2016. Perawatan Herbal Pada Rambut Rontok. Majority. 5(5)
: 129-134.
West D.P., dan Y.F. Zhu. 2003. Evaluation of aloe vera gel gloves in the treatment of
dry skin associated with occupational exposure. Am J Infect Control. 31:40–2.

Anda mungkin juga menyukai