FITOTERAPI
JAHE MERAH DAN PENGEMBANGAN DAUN KARAMUNTING MENJADI OHT
Disusun oleh:
Rimpang jahe merah adalah rimpang Zingiber Officinalis Rosc. var rubrum , suku
Zingeberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 1,70% v/b.
Identitas Simplisia
Pemerian. Berupa irisan rimpang pipih, bagian ujung bercabang pendek, Bentuk bulat telur
terbalik. Pada setiap cabang terdapat parut melekuk ke dalam warna putih kekuningan, bau khas,
rasa pedas. Dalam bentuk potongan, panjang umumnya 3-4 cm, tebal 1-6,5 mm. Bagian luar
berwarna coklat kekuningan, beralur memanjang, kadang-kadang terdapat serat bebas. Bekas
patahan pendek dan berserat menonjol. Pada irisan melintang terdapat berturut-turut korteks
sempit yang tebalnya lebih kurang sepertiga jari-jari dan endodermis. Berkas pengangkut
tersebar berwarna kelabu. Sel kelenjar berupa titik yang lebih kecil berwarna kekuningan.
Lakukan penetapan kadar sesuai dengan Penetapan Kadar Minyak Atsiri <71>
Mikroskopik
Fragmen pengenal adalah serabut, butiran amilum, berkas pengangkut dan parenkim dengan
sekresi.
Ekstrak kental rimpang jahe merah adalah ekstrak yang dibuat dari rimpang tumbuhan Zingiber
Officinalis Rosc. var rubrum, suku Zingeberaceae, mengandung minyak atsiri tidak kurang dari
2,81% v/b.
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental, warna kuning kecoklatan, bau khas, rasa pedas.
Struktur kimia:
Pola kromatografi
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti yang tertera pada Kromatografi <61> dengan parameter
sebagai berikut:
Larutan uji : 10% dalam etanol P, gunakan Larutan uji KLT seperti yang tertera pada
Kromatografi <61>
Deteksi : Anisaldehid asam sulfat LP, panaskan lempeng pada suhu 100oC selama
5-10 menit.
2. Stardarisasi Jahe Merah
a. Penetapan Kadar Abu Total
Cara I
%= x 100%
Hasil
%= x 100%
Serbuk
-
- Dikeringkan (4/18) di udara
- Dimaserasi selama 24 jam 5,0 gram serbuk
dengan 100 ml air kloroform P menggunakan labu
bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam
perta- Kemudian dibiarkan selama 18 jam
- Dicuci dengan air panas
- Disaring dan diuapkan 20 ml filtrat hingga
kering
dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara
- Dipanaskan sisa pada suhu 1050 hingga bobot
tetap
- Dihitung kadar dalam persen sari yang larut
dalam, dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara
Hasil
100
%= x x 100%
20
e. Kadar Sari Larut dalam Etanol
Serbuk
-
- Dikeringkan (4/18) di udara
- Dimaserasi selama 24 jam 5,0 g serbuk dengan
100 ml etanol (95%) menggunakan labu bersumbat
sambil berkali-kali dikocok selama 6
jam pertama
- Kemudian dibiarkan selama 18 jam
- Disaring cepat dengan menghindarkan
penguapan etanol (95%)
- Diuapkan 20 ml filtrate hingga kering dalam
cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara
- Dipanaskan sisa pada suhu 1050 hingga bobot
tetap
- Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam
etanol (95%), dihitung terhadap bahan yang telah
- dikeringkan diudara
- Dihitung kadar dalam persen sari yang larut
dalam, dihitung terhadap bahan yang
dikeringkan di udara
Hasil
100
%= x x 100%
20
f. Penetapan Susut Pengeringan
Serbuk
-
- Ditimbang seksama 1 g sampai 2 g zat dalam
bobot timbang dangkal bertutup yang sebelunya
telah dipanaskan pada suhu penetapan selama 30
menit dan telah ditara
.- Jika berupa hablur besar, sebelum ditimmbng
digerus dengan cepat hingga ukuran butiran
lebih kurangg 2 mmm
- Ditarakan zat dalam botol hingga merupakan
lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10
mm
- Dimasukkan ke dalam ruang pengering
- Dibuka tutupnya dan dikeringkan pada suhu
penetapan hingga bobot tetap
- Sebelum setiap pengeringan, dibiarkan botol
dalam keadaan tertutup mendingin dalam
esikator
- hingga suhu Jika suhu lebur zat lebih rendah
dari suhu penetapan, pengeringan, dilakukan
pada ushu antara 50 dan 100 di bawah suhu
leburnya selama 1-2 jam, kemudian pada suhu
penetapan selama waktu yang ditentukan atau
hingga bobot tetap.dikeringkan diudara
Hasil
Pengembangan Daun karamunting menjadi Obat Herbal Terstandar
Bobot jenis
Perhitungan bobot jenis menggunakan piknometer bersih, kering dan telah
dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan
pada suhu 25C. Lalu suhu ekstrak cair diatur hingga lebih kurang 20C, dimasukkan ke
dalam piknometer. Piknometer yang telah diisi diatur suhunya hingga 25C, kemudian
kelebihan ekstrak cair dibuang dan ditimbang. Bobot piknometer kosong dikurangkan
dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis ekstrak cair adalah hasil yang
diperoleh dengan membagi bobot ekstrak dengan bobot air, dalam piknometer pada suhu
25C.
Hasil penelitian
1. Pemeriksaan organoleptis/makroskopis simplisia yaitu berupa lembaran daun
berwarna coklat dan tidak berbau. Pemeriksaan mikroskopik adanya fragmen
pengenal seperti rambut penutup berbentuk batang dan stomata tipe anomositik.
2. Dari karakterisasi simplisia didapatkan hasil susut pengeringan 11,322%0,420, kadar
abu 2,1470,057 , kadar abu tidak larut asam 0,4920,028 , kadar senyawa terlarut
dalam campuran air:kloroform 10,8290,1535 % , dan kadar senyawa terlarut dalam
etanol 14,0270,208 , dan simplisia mengandung senyawa fenolik, flavonoid dan
terpenoid.
3. Dari karakterisasi ekstrak aktif antibakteri (etil asetat) didapatkan hasil susut
pengeringan 28,4190,2956 , kadar abu 0,09990,04 , kadar senyawa terlarut dalam
campuran air:kloroform 4,6980,199, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol
14,0270,20.
4. Ekstrak n-Heksan , Etil asetat , Metanol dan Isolat 4AB1 memiliki aktivitas antibakteri
terhadap bakteri Salmonella thypimurium ATCC 14028, Vibrio parahaemolyticus
8070 dan Eschericia coli ATCC 25922. Namun berdasarkan potensinya bila
dibandingkan dengan antibakteri Siprofloksasin, ekstrak n Heksan , Etil asetat ,
Metanol dan Isolat 4AB1 tidak menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik terhadap
bakteri Vibrio parahaemolyticus 8070.
5. Dari hasil isolasi senyawa aktif antibakteri dari ekstrak etil asetat didapatkan isolat
4AB1 yang diidentifikasi sebagai senyawa Rhodomyrtosone C berdasarkan data
Spektrum IR, Spektrum UV, C-NMR, H-NMR, DEPT, HMBC, HMQC dan COSY.
Isolat ini berbentuk serbuk putih kekuningan dengan titik leleh 148-149 oC.
6. Dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan kolom fasa
normal, pengelusi metanol 100% dengan kecepatan aliran 1mL/menit didapatkan hasil
kadar relatif isolat dalam ekstrak etil asetat sebesar 8,489% 0,271% dan 0,27%
0,008% .
TOKSISITAS
Karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk.) salah satu tumbuhan yang secara
tradisional digunakan untuk mengobati diabetes mellitus. Adanya aktivitas antidiabetes dari
tumbuhan karamunting dikarenakan pada tumbuhan ini terkandung senyawa-senyawa kimia
salah satunya golongan flavonoid.Penelitian telah dilakukan terhadap uji antidiabetes fraksi dari
ekstrak etanol daun karamunting Rhodomyrtus tomentosa (Ait.) Hassk pada mencit putih jantan
diabetes yang diinduksi dengan aloksan dosis 200 mg/kgbb secara intraperitonial. Fraksi dari
ekstrak etanol yang diberi fraksi etil asetat, fraksi n-heksana dan fraksi air dengan dosis masing-
masing 25 mg/kgbb diberikan secara oral sekali sehari selama tujuh hari. Persentase efek
penurunan glukosa darah fraksi air sebesar 58,87 %, fraksi etil asetat 52,09 %, dan fraksi
heksan 24,30 %.
Telah dilakukan penelitian mengenai efek fraksi air daun karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa(Ait.) Hassk.) terhadap histologi hati, ginjal, dan jantung mencit putih. Penelitian
dilakukan secara eksperimental menggunakan 36 ekor mencit betina (4 kelompok) yang berumur
2-3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Kelompok I merupakan hewan yang tidak diberikan
fraksi uji (kontrol negatif). Kelompok II, III, dan IV masing-masingnya adalah hewan uji yang
diberi ekstrak dengan dosis 10,20, dan 40 mg/kgBB. Larutan fraksi air ekstrak etanol daun
karamunting diberikan secara oral satu kali sehari selama 15, 30, dan 45 hari. Parameter yang
diujiadalah berat rasio organ dan gambaran histologi organ hati, ginjal,dan jantung mencit putih.
Data dianalisis dengan anova 2 arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pemberian fraksi air ekstrak etanol daun karamunting terhadap peningkatan dan penurunan berat
rasio organ ginjal relatif dan gambaran histologi organ ginjal pada dosis 20 mg/kgBB dan 40
mg/kgBB secara nyata. Tetapi, tidak terdapat pengaruh pemberian fraksi air ekstrak etanol daun
karamunting terhadap berat rasio organ relatif dan gambaran histologi organ hati dan jantung
mencit putih. Data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian fraksi air ekstrak etanol
daun karamunting dengan dosis 10, 20, dan 40 mg/kgBB aman digunakan terhadap organ hati
dan jantung serta padadosis 10 mg/kg BB aman digunakan dalam jangka waktu lama pada organ
hati.
Jadi dapat disimpulkan pada penggunaan dosis karamunting 25 mg sebagai anti diabetes
aman untuk digunukan atau tidak berefek toksik