Anda di halaman 1dari 10

Nilai Paraf

PENETAPAN KADAR SARI


Ditujukan untuk memenuhi tugas praktikum farmakognosi

Disusun oleh :
Kelas : FA4
: Gelombang 7/Kelompok 2
Grup/Kelompok

Adinda Rahayu 221FF03150


David Fawer Simanjuntak 221FF03152
Dede Aliansah 221FF0345
Nabila Siti Aprilianti 221FF03146
Linda Amelia 221FF03133

Asisten Praktikum : Nia


Kurniawati, S.Farm
Hayatun Nufus Agustina, S.Farm
Ria Lestari, S.Farm

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI
PROGRAM STUDI STRATA 1 (S1)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

2023
Nilai Paraf

I. TUJUAN
 Mengetahui tujuan penetapan kadar abu
 Mengetahui cara penetapan kadar abu dengan metode pemanasan
menggunakan tanur

II. PRINSIP
Penentuan kadar sari berdasarkan jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang
dapat tersari dalam pelarut tertentu, yaitu air dan etanol

III. DASAR TEORI

Penentuan kadar sari larut air dan sari larut etanol merupakan parameter spesifik
dari simplisia yang ditetapkan kadarnya untuk menjamin mutu dari simplisia.
Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan
untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi persyaratan tertentu. Parameter mutu
simplisa meliputi susut pengeringan, kadar air, kadar abu, kadar abu tidak larut
asam,kadar sari larut air, kadar sari larut etanol serta kadar senyawa identitas. Penetapan
kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia
yang dapat tersari dalam pelarut tertentu. Penentuan kadar sari larut air dan etanol adalah
metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang mampu
tertarik oleh pelarut. Kedua cara yang hampir sama tersebut didasarkan ada kelarutan
senyawa yang terkandung dalam simplisia.
Nilai Paraf

IV. ALAT DAN BAHAN

Bahan Alat
- Krus silika
- Simplisia yang akan diuji
- Tanur (pemanas suhu tinggi)
- Kloroform
- Krus kaca masir
- Aquades
- Timbangan analitis
- Asam klorida encer
- Erlenmeyer
- Etanol
- Labu besumbat kaca
- Kertas saring bebas abu
- Cawan dangkal berdasar rata

V. PROSEDUR KERJA

a. Penetapan kadar sari larut air

Serbuk simplisia

 Dikeringkan di udara

Serbuk simplisia
 Ditimbang 5 gram serbuk, dimaserasi selama 24
jam dengan 100 mL air- kloroform P
menggunakan labu bersumbat sambil sekali-kali
dikocok selama 6 jam pertama kemudian
dibiarkan selama 18 jam.

Filtrat

 Disaring dan diuapkan 20 mL filtrat hingga kering


dalam cawan dangkal yang berdasar rata yang
telah ditara

Filtrat

 Dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap.


Nilai Paraf

Filtrat

 Dihitung kadar sari yang larut dalam air terhadap bahan yang
telah dikeringkan di udara.

b. Penetapan kadar sari larut etanol

Serbuk simplisia

 Dikeringkan di udara

Serbuk simplisia
 Ditimbang 5 gram serbuk, dimaserasi selama 24
jam dengan 100 mL etanol (95%) menggunakan
labu bersumbat sambil sekali-kali dikocok selama
6 jam pertama kemudian dibiarkan selama 18 jam.

Filtrat
 Disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol

Filtrat
 Diuapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam
cawan dangkal yang berdasar rata yang
telah ditara

Filtrat
 Dipanaskan sisa pada suhu 105oC hingga bobot tetap.

Filtrat
 Dihitung kadar sari yang larut dalam etanol terhadap bahan
yang telah dikeringkan di udara.
VI. HASIL PENGAMATAN
PENETAPAN KADAR SARI LARUT ETANOL
Cawan isi + dipanaskan
T(1) 67,630
T(2) 67,611
T(3) 67,596
RATA-RATA = 67,612

Cawan kosong + dipanaskan


T(1) 67,549
T(2) 67,547
T(3) 67,539
RATA-RATA = 67,545

BOBOT CAWAN ISI – BOBOT CAWAN KOSONG


= 67,612-67,545
= 0,067

BOBOT EKSTRAK x (100/20) x 100%


BOBOT SIMPLISIA

0,067 x 5 x 100%
5
33,5%
5
= 6,7%
PENETAPAN KADAR SARI LARUT AIR
Cawan isi + dipanaskan
T(1) 57,112
T(2) 57,121
T(3) 57,103
RATA-RATA = 57,112

Cawan kosong + dipanaskan


T(1) 56,988
T(2) 56,972
T(3) 56,979
RATA-RATA = 56,979

BOBOT CAWAN ISI – BOBOT CAWAN KOSONG


=57,112 – 56,979
=0,133

BOBOT EKSTRAK x (100/20) x 100%


BOBOT SIMPLISIA

0,133 x 5 x 100%
5
66,5%
5
= 13,3%
Cawan kosong dipanaskan

Cawan Cawan isi Cawan


isi dipana isi
dipa skan dipa
nask T2 nask
an an
T1 T3
VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kami melakukan praktikum tentang kadar sari
menggunakan simplisia ekstrak kumis kucing dan pelarut etanol. Simplisia daun kumis
kucing ini digunakan karena telah mendapat kedudukan yang kuat dalam dunia
pengobatan modem, antara lain telah dicantumkan secara resmi pada buku Farmakope
Indonesia dan beberapa negara Eropa Barat. Salah satu contoh tanaman yang memiliki
aktivitas antioksidan cukup tinggi adalah kumis kucing
Tanaman kumis kucing merupakan tumbuhan berbatang basah tegak dan dikenal
dengan berbagai nama, antara lain kidney tea plants, tea (Inggris), giri-giri marah
(Sumatera), sesalayeyan (Jawa), dan soengot koceng (Madura)
Proses Penetapan Kadar Sari Daun Kumis Kucing dimulai dengan menimbang
simplisia sebanyak 5 gram lalu ditambahkan pelarut etanol sebanyak 100 mL selanjutnya
dikocok sesekali dan didiamkan selama kurang lebih 24. Setelah 24 jam, saring dan
dapatkan 20 mL filtrat lalu simpan dalam cawan dan dipanaskan. Setelah dipanaskan, lalu
cawan ditimbang, didapat T1 sebesar 67,611 gram. Lalu dipanaskan lagi untuk yang
kedua kali, dan ditimbang didapat T2 sebesar 67,630 gram. Lalu dipanaskan lagi untuk
yang terakhir dan ditimbang didapat T3 sebesar 67,596 gram. Setelah itu dihitung kadar
sari larut etanol.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Bahan Berat Contoh Berat Residu Kadar Sari
Teh 285,2 gram 1,9673 gram 2,75%
Cokelat 288,9 gram 2,21 gram 3,06%
kopi 297,5 gram 4,0331 gram 5,42%
4.2 Pembahasan
Data hasil pengamatan yang didapati pada praktikum kali ini yaitu, pada
bahan yang pertama yaitu teh, dimana kadar sari yang dihasilkan sebanyak 2,75%
dari berat residunya 1,9673 gr dan berat contoh 285,2 gr. Pada bahan kedua yaitu
coklat dengan berat contoh 288,9 gr dan berat residunya 2,21 gr menghasilkan
kadar sari sebanyak 3,06%. Dan pada bahan yang ketiga yaitu topi dengan berat
residu 4,033i gr dan berat contoh 297,5 gr menghasilkan kadar sari sebanyak
5,42%. Dari percobaan ini, kadar sari untuk kadar sari teh setelah dilakukan
penimbanhan residu 1,9673 gr dan kadar sari 2,75 %. Sedangkan menurut
(Nawangsari, 2018) menunjukkan penetapan kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang larut dalam air dan
etanol. Berdasarkan pemeriksaan diperoleh kadar sari larut air sebesar 30,21%b/b
dan kadar sari larut etanol sebesar 27,66%b/b. Ini menunjukkan bahwa daun teh
hijau lebih banyak tersari dalam pelarut air.
Penetapan uji kadar sari larut etanol dan air dilakukan untuk memberikan
gambaran kadar persentase senyawa yang dapat tersari dengan menggunakan
pelarut etanol dan air suatu simplisia. Penggunaan dua pelarut tersebut karena
keduanya merupakan cairan pelarut yang diperbolehkan dan memenuhi syarat
kefarmasian (pharmaceutical grade). Pelarut air dimaksudkan untuk melarutkan
senyawa polar dan etanol untuk melarutkan senyawa kurang polar jika
dibandingkan dengan pelarut air yang terdapat dalam sampel. Pengukuran kadar
sari larut air dan kadar sari larut etanol tentu saja akan menghasilkan variasi kadar
apabila sampel teh hitam yang diukur berasal dari daerah tumbuh yang berbeda
karena terkait keberadaan senyawa polar dan nonpolar pada sampel tersebut.
BAB IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Bahan Berat Contoh Berat Residu Kadar Sari
Teh 285,2 gram 1,9673 gram 2,75%
Cokelat 288,9 gram 2,21 gram 3,06%
kopi 297,5 gram 4,0331 gram 5,42%
4.2 Pembahasan
Data hasil pengamatan yang didapati pada praktikum kali ini yaitu, pada
bahan yang pertama yaitu teh, dimana kadar sari yang dihasilkan sebanyak 2,75%
dari berat residunya 1,9673 gr dan berat contoh 285,2 gr. Pada bahan kedua yaitu
coklat dengan berat contoh 288,9 gr dan berat residunya 2,21 gr menghasilkan
kadar sari sebanyak 3,06%. Dan pada bahan yang ketiga yaitu topi dengan berat
residu 4,033i gr dan berat contoh 297,5 gr menghasilkan kadar sari sebanyak
5,42%. Dari percobaan ini, kadar sari untuk kadar sari teh setelah dilakukan
penimbanhan residu 1,9673 gr dan kadar sari 2,75 %. Sedangkan menurut
(Nawangsari, 2018) menunjukkan penetapan kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol dilakukan untuk mengetahui jumlah senyawa yang larut dalam air dan
etanol. Berdasarkan pemeriksaan diperoleh kadar sari larut air sebesar 30,21%b/b
dan kadar sari larut etanol sebesar 27,66%b/b. Ini menunjukkan bahwa daun teh
hijau lebih banyak tersari dalam pelarut air.
Penetapan uji kadar sari larut etanol dan air dilakukan untuk memberikan
gambaran kadar persentase senyawa yang dapat tersari dengan menggunakan
pelarut etanol dan air suatu simplisia. Penggunaan dua pelarut tersebut karena
keduanya merupakan cairan pelarut yang diperbolehkan dan memenuhi syarat
kefarmasian (pharmaceutical grade). Pelarut air dimaksudkan untuk melarutkan
senyawa polar dan etanol untuk melarutkan senyawa kurang polar jika
dibandingkan dengan pelarut air yang terdapat dalam sampel. Pengukuran kadar
sari larut air dan kadar sari larut etanol tentu saja akan menghasilkan variasi kadar
apabila sampel teh hitam yang diukur berasal dari daerah tumbuh yang berbeda
karena terkait keberadaan senyawa polar dan nonpolar pada sampel tersebut.
Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan untuk memberikan gambaran kadar
persentase senyawa yang dapat tersari dengan menggunakan pelarut etanol dalam suatu
simplisia. Pengukuran kadar sari larut etanol akan menghasilkan variasi kadar yang
berbeda karena tumbuhan berasal dari tempat yang berbeda dan terkait dengan
keberadaan senyawa polar dan nonpolar pada tumbuhan tersebut.
Setelah dilakukan penelitian, didapat kadar sari larut etanol dalam simplisia kumis
kucing sebesar 6,7%. Menurut Farmakope Herbal Indonesia, kadar sari larut etanol yang
baik tidak kurang dari 7,2%. Hal ini menunjukan ketidaksesuaian antara hasil praktikum
dan ketentuan farmakope, hal ini dikarenakan kadar sari larut etanol menunjukan adanya
senyawa yang bersifat kurang polar, karena selama prosesnya, etanol bersifat kurang
polar sehingga dapat menarik senyawa tersebut dalam simplisia, dan juga simplisia yang
digunakan hanya 5 gram.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum penetapan kadar sari larut etanol yang telah dilakukan, didapat
kadar sari larut etanol dalam simplisia kumis kucing sebesar 6,7%. Sementara menurut
Farmakope Herbal Indonesia kadar sari larut etanol yang baik tidak kurang dari 7,2%.
Hal ini menunjukan ketidaksesuaian dikarenakan pelarut etanol bersifat kurang polar, dan
juga banyak simplisia yang digunakan hanya 5 gram.

IX. DAFTAR PUSTAKA


 Siska, S. H. (2012). Pemanfaatan Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Spicatus B.B.S.)
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, 17 (1), 16-20.
 Sukmasari, M. (2003). Analisis Kadar Sari Daun Kumis Kucing (Orthosiphon Stamineus)
dengan Perbedaan Kehalusan. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti (pp. 116-
119). Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
 Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan oleh Soendari
Noerono. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai